You are on page 1of 24

Derri

Kamis, 08 Juli 2010

ASKEP GEA
DERRI >> ASKEP GEA

A. PENGERTIAN
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus
yang ditandai dengan muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (Bets,2002).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair (Suriadi, 2006).
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa
darah dan /atau lendir dalam tinja (Mansjoer, 2000).
Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume. Keenceran serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari, dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa
lendir darah (Hidayat, 2006).
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. ETIOLOGI
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral meliputi:
a) Infeksi Bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
b) Infeksi Virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi Parasit : Cacing, (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba histtolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
haminisis), Jamur(Candida Albicans).
2) Infeksi Parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitas dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1) Malabsorbsi Karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
pada bayi dan anak yang tersering dan terpenting adalah intoleransi
laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : makanan basi, belum waktunya diberikan
d. Keracunan : makanan beracun (Bakteri:Clostridium botulinum,
Stafilokokus). Makanan kecampuran racun (bahan kimia)
e. Alergi : Alergi susu, alergi makanan, Cow's milk potein sensitive enteropathy
(CMPSE)
f. Imunodefisiensi
g. Faktor lain : psikis, lingkungan, cuaca
2. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menimbulkan diare :
a. Gangguan Osmotik
Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula (Latief dkk, 2005 ).
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan (Suriadi, 2006).
Potogenesis diare akut
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin.
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa (asidosis-metabolik hipokalemi dan
sebagainya).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,
pengeluaran bertambah).
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah
3. MANIFESTASI KLINIS
Tanda, gejala dan sifat tinja pada penderita diare karena infeksi (Gray
dkk,1979)
Tanda dan Rotavirus E.Coli E.Coli Salmonella Shigella V.
gejala enterotoksi entero Cholerae
invasif
Mual& Dari --- --- + jarang jarang
muntah permulaan
Panas + --- + + + ---
Sakit Tenesmus Kadang- Tenesmus, Tenesmus, Tenesmus, kolik
kadang kolik kolik, kolik,
pusing pusing
Gejala lain Sering hipotensi Bakteremia/ Dapat
distensi toksemia kejang
abdomen sistemik
Sifat tinja Sedang Banyak Sedikit Sedikit Sedikit Sangat
Volume Sampai Sering Sering Sering Sering banyak
Frekuensi 10x lebih Berair Kental Berlendir sekali Hampir
Konsistensi Berair + + + Kental terus
Mukus Jarang --- + Kadang- Sering menerus
Darah --- Bau tinja Tidak kadang Sering Air
Bau --- Tidak spesifik Bau telur Tak 'flacks'
Warna Hijau, berwarna Hijau busuk berbau Anyir
Leukosit kuning --- * Hijau Hijau Tinja
Sifat lain --- + + sepeti air
cucian
nasi

Tanda dan Gejala pada keracunan makanan (Wong, 2003).


Agen Bakterial :
a. Kelompok Shigella gram negative (masa inkubasi 1-7 hari)
Karakteristik : demam, kram abdomen, sakit kepala, Diare cair disertai
mucus dan pus. Penyakit dapat sembuh sendiri , pengobatan dengan
antibiotic.
b. Escherrichia Coli (inkubasi bervariasi bergantung pada strain)
Insiden banyak pada musim panas, dengan hanya pengobatan simptomatis.
Gejala berkurang dalam 3-7hari.
c. Campylobacter jejuni (inkubasi 1-7hari)
Kebanyakan pasien sembuh sendiri, antibiotik dapat mempercepat
penyembuhan.
Agen Viral :
Rotavirus : awitan tiba-tiba, demam, mual, muntah, diare dapat menetap
lebih dari satu minggu. Terjadi lebih tinggi pada musim dingin, biasanya ringan
dan sembuh sendiri.
Keracunan makanan karena :
a. Staphilococcus (inkubasi 4-6jam)
Karakteristik : mual, muntah, kram abdomen, diare hebat, demam ringan,
syok pada kasus berat. Ditularkan melalui makanan terkontaminasi, sembuh
sendiri, perbaikan terlihat dalam 24 jam.
b. Clostridium Perfringens(inkubasi 8-24jam)
Karakteristik : kram sedang sampai hebat, nyeri midepigastrik.Dapat
sembuh sendiri.
c. Clostridium botulinum (inkubasi 12-26jam)
Karakteristik : mual, muntah, diare, mulut kering, disfagia.
Keparahan bervariasi cepat dalam beberapa jam, dapat diberikan antitoksin.
Secara umum, tanda dan gejala diare adalah :
a. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
b. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : Turgor kulit jelek (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
c. Demam
d. Mual dan muntah
e. Anoreksia
f. Lemah
g. Pucat
h. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan pernafasan cepat
i. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
(Suriadi, 2006).
Tahapan dehidrasi dari Ashwill dan droske (1997):
a. Dehidrasi ringan : berat badan menurun 3% - 5%, dengan volume cairan yang
hilang kurang dari 50 ml/kg.
b. Dehidrasi sedang : berat badan menurun 6% - 9%, dengan volume cairan yang
hilang 50 90 ml/kg
c. Dehidrasi berat : berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan
yang hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kg
Penilaian derajat dehidrasi ( Menururt Nelson, 2000 )

Penilaian Ringan Sedang Berat


Tekanan darah Normal Normal sampi sampai
Tekanan nadi Normal Normal sampai
Frekuensi jantung Normal Naik Takikardia
Kulit Normal Turgor menurun Turgor menurun
Fontanela Normal Normal Cekung
Membran mukosa Sedikit kering Kering Kering
Ekstremitas Terperfusi Pengisian kapiler Dingin,
kembali lambat berbintik(mottled)
Status mental Normal Normal sampai Lesu, koma
lesu
Keluaran urin Sedikit mengurang Mengurang Tidak ada
Haus

4. PENATALAKSANAAN MEDIS
Lintas Diare atau Lima langkah penanganan diare pada anak :
a. Oralit dengan formula baru dapat mengurangi mual dan muntah, cairan ini
diberikan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi
b. Zinc diberikan 10 hari untuk mengurangi durasi dan keparahan diare,
memperbaiki imunitas tubuh, mengurangi resiko berulangnya diare selama
2-3 bulan. Zinc juga dapat meningkatkan nafsu makan anak.
c. Pemberian ASI dan makanan tetap diberikan sama seperti saat sehat, untuk
mencegah kekurangan nutrisi.
d. Jangan menggunakan antibiotik, kecuali pada kasus kolera dan disentri
e. Berikan nasehat pada ibu untuk membawa anak ke dokter apabila anak
demam, tinja disertai darah, makan/minum berkurang, anak kehausan, diare
yang tidak berhenti dalam 3 hari.
( Rekomendasi WHO, Yayasan Eureka Indonesia,2009 )
PENGOBATAN PADA DIARE :
a. Pengobatan Cairan
b. Pengobatan diitetik
c. Pengobatan Kausal
d. Pengobatan Simptomatik
a. Pengobatan Cairan (Latief dkk, 2005)
Pemberian cairan pada dehidrasi murni :
Jenis cairan :
1) Cairan rehidrasi oral (oral rehidration salts)
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa. Kadar
natrium 90 meEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak diatas 6 bulan
dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi (untuk pencegahan
dehidrasi)
Kadar Natrium 50-60 mEq/l untuk diare akut non kolera pada anak
dibawah 6 bulan dengan dehidrasi ringan, sedang atau tanpa
dehidrasi.Formula lengkap sering disebut oralit.
Formula sederhana atau tidak lengkap hanya mengandung NaCl dan sukrosa
atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam, larutan air tajin garam,
larutan tepung beras garam dan sebagainya untuk pengobatan pertama di
rumah pada semua anak dengan diare akut baik sebelum ada dehidrasi
maupun setelah ada dehidrasi ringan.
2) Cairan parenteral
DG aa (1 bagian larutan Darrow +1bagian glukosa 5%)
Rl g (1bagian Ringer Laktat +1bagian glukosa 5%)
RL (Ringer Laktat)
3@ (1bagian NaCl 0,9 % + 1bagian glukosa 5% + 1bagian Na Laktat 1/6
mol/l)
DG 1 : 2(1bagian larutan Darrow+2 bagian glukosa 5%)
RLg 1:3(1bagian RL + 3bagian glukosa 5-10%)
Cairan 4:1 (4bagian glukosa 5-10%+1bagian NaHCO3 1 %atau 4bagian
glukosa 5-10% 1bagian NaCl ,9%)
Jalan Pemberian Cairan :
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi tetapi anak
tidak mau minum atau kesadaran menurun
3) Intravena untuk dehidrasi berat
Jumlah Cairan (lihat tabel 1,2 dan 3)
Tabel 1. Jumlah cairan (ml) yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak
usia <>

Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah


Dehidrasi ringan 50 100 25 175
Dehidrasi sedang 75 100 25 200
Dehidrasi berat 125 100 25 250

Tabel 2. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur 2 5 tahun ( BB 10 15


kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah


Dehidrasi ringan 30 80 25 135
Dehidrasi sedang 50 80 25 155
Dehidrasi berat 80 80 25 185

Tabel 3. Jumlah cairan yang hilang pada anak umur > 5 tahun (BB 15-25kg)

Derajat dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah


Dehidrasi ringan 25 65 25 115
Dehidrasi sedang 50 65 25 140
Dehidrasi berat 80 65 25 170
Keterangan : PWL : previous Water Loss (ml/kgbb)
NWL : Normal Water Loss (ml/kgbb)
CWL : Concomitant Water Loss (ml/kgbb)
b. Pengobatan Diitetik
Mempuasakan penderita diare tidak dianjurkan, yang menjadi pegangan dalam
pengobatan dietetik adalah O B E S E , sebagai singkatan Oralit, Breast
Feeding, Early Feeding,Simultaneously, Education.
Cara pemberian makanan
Pada bayi dengan ASI : ASI dilanjutkan bersama dengan oralit, selang seling.
Pada bayi umur >4bulan (sudah mendapat buah, makanan tambahan) dapat
dilanjutkan dengan fase readaptasi, sedikit demi sedikit makanan diberikan
seperti sebelum sakit.
Pada bayi dengan susu formula : berikan oralit selang seling dengan susu
fomula, jika bayi umur >4bulan, makanan tambahan dihentikan sementara,
diberikan sedikit demi sedikit mulai hari ke-3.
Anak-anak berumur lebih dari 1 tahun : dengan gizi jelek (BB<7kg)>
Dengan gizi baik realimentasi diberikan : Hari I = oralit + bubur tanpa sayur
+pisang. Hari II = bubur dengan sayur. Hari III = makanan biasa
c. Pengobatan Kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui
penyebab yang pasti.
Pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberikan kalau :
1) Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikoskopik dan/atau biakan
2) Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada
tinja
3) Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
parenteral
4) Di daerah endemick kolera (diberi tetrasiklin)
5) Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial
d. Pengobatan Simptomatis
1) Obat antidiare
Obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium(papaverin,belladonna) akan
memperburuk keadaan karena menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen
usus, sehingga bakteri berlipat ganda,gangguan digesti&absorpsi.
Obat ini berkhasiat menghentikan peristaltic, diare tampak ada perbaikan
tetapi justru perut tambah kembung dan dehidrasi semakin berat.
2) Adsorbent
Obat adsorbent seperti kaolin, pectin, arang aktif, bismuth dibuktikan tidak
ada manfaatnya
3) Stimulans
Obat stimulant seperti adrenalin tidak akan memperbaiki renjatan atau
dehidrasi karena dehidrasi ini kehilangan cairan sehingga diperlukan
pemberian cairan secepatnya
4) Antiemetik
Obat antiemetik seperti klorpromazin (largaktil)terbukti selain mencegah
muntah juga mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja.
Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1mg/kgBB/hari)kiranya cukup
bermanfaat, tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat ini. Penderita
menjadi ngantuk sehingga intake cairan kurang.
5) Antipiretika
Obat antipiretika seperti preparat silisilat(asetosal,aspirin) dalam dosis rendah
(25mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas sebagai
akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang
keluar bersama tinja.
5. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai ancaman komplikasi seperti:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau, hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan pada elektrokardiogram)
d. Hipoglikemia
e. Intoleran laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa usus halus
f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan
(Latief dkk, 2005)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan tinja:
Makroskopis dan mikroskopis
PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah dengan
menentukan PH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan
pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor
dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
e. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis Akut menurut Wong,
2003 adalah

1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan


melalui feses/emesis
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus
saluran GI (Gastrointestinal)
4. Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare
5. Cemas/takut berhubungan dengan perpisahan orangtua, lingkungan tidak
dikenal, prosedur yang menimbulkan stress
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang
pengetahuan.

A. Asuhan keperawatan GEA

1. Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan berlebih melalui diare dan masukan yang berkurang ditandai dengan :
DS : Ibu pasien mengatakan kemaren anak BAB encer 4x

Ibu pasien mengatakan anak minum sedikit

DO : Ubun-ubun tidak cekung

Mata cowong tidak ada

Mukosa bibir lembab

Turgor kulit baik

Minum 50 10ml

Suhu : 368 0C, Nadi : 104x/menit

Hmt : 36,9 %

BC : + 16 cc

tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan
tidak tejadi dengan kriteria :
- Membrane mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Tanda vital stabil (suhu: 36-37 0C
- Mata tidak cekung
- Pasien tidak diare lagi
Pasien minum 200 300 ml

intervensi
1.Pantau tanda dan gejala dehidrasi
2.Pantau masukan dan keluaran cairan
3.Monitor tanda vital (suhu dan nadi), turgor kulit, membrane mukosa
4.Berikan penyuluhan tentang pencegahan dehidrasi pada orangtua dan permainan pada
anak
5.Anjurkan orangtua memberi anak minum lebih banyak (200 300 ml) air, ASI.
6.Hitung balance cairan
7.Kelola pemberian cairan intravena
Rasional
1. Dehidrasi perlu dicegah agar tidak mengancam jiwa
2. Memantau terhadap adanya dehidrasi secara dini
3. Menunjukkan status hidrasi
4. Mencegah terjadinya dehidrasi dengan rencana rehidrasi
terapi bermain sebagai media pengalihan anak ketika memberikan penyuluhan kepada
orangtua
5. memberikan masukan lebih banyak
6. mengetahui keseimbangan cairan sebagai rehidrasi

2. Resiko Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya kemampuan
absorbsi ditandai dengan :
DS: Ibu pasien mengatakan nafsu makan anak berubah

Ibu pasien mengatakan kemaren anak BAB encer 4x

DO : Makan bubur habis 3 4 sendok

Konjungtiva merah muda

Peristaltik usus 10x/menit

Hb : 11,3 gr/dl

Status Gizi normal, Z skore = - 0,083


Penurunan BB, 10,8 kg menjadi 10,5 kg
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam pasien tidak menunjukkan tanda-
tanda penyebaran infeksi ditandai dengan :
- Suhu dalam batas normal suhu: 36-37 0C
- tidak terjadi infeksi pada sekitar tusukan jarum infuse
- turgor kulit baik
kesadaran : compos mentis

intervensi:
1. Kaji tanda vital (suhu, nadi )
2. Pantau perubahan status mental
3. Catat wana kulit, suhu kelembaban
4. Pertahankan teknik aseptic pada tindakan invasif
5. Ganti linen pasien setiap hari(bila kotor)
6. Pantau karakteristik feses
7. Anjurkan keluarga meningkatkan hygiene anak
8. Kaji tanda-tanda infeksi pada daerah tusukan infuse(kalor, dolor ,tumor,rubor,
fungsiolaesa)
9. Ganti tusukan infuse pada hari ke-3 Kelola pemberian antibiotik
Rasional:
1. Demam, takikardi,hipotensi takipnnea tanda adanya syok septic
2. Hipoksemia, hipotensi akibatkan perubahan status mental
3. Hangat, kemerahan, kulit kering adlah tanda dini septicemia
4. Mencegah masuknya mikroorganisme
5. Alat tenun kotor sebagai tempat mikroorganis-me berkembang biak
6. Mengetahui penyebaran infeksi pada GI
7. Mencegah timbulnya infeksi silang
8. Mengetahui tanda-tanda infeksi lebih dini
9. mencegah terjadinya infeksi ,Antibiotik melemahkan dan mematikan bakteri

3. Resiko penyebaran infeksi ( septikemia ) berhubungan dengan inflamasi GI dan


prosedur invasif ditandai dengan
DS : -

DO : Terpasang infuse RL 12 tpm makro sejak 29 Juli 2009

Suhu : 368 0C

Tetesan infus lancar

AL : 13,1 De3/ul
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi perubahan nutrisi
dengan criteria :
- - Nafsu makan meningkat
- - Makna habis 1/2 porsi
- - Menunjukkan BB stabil/ meningkat
- ( 10,5 10,8 kg)
- - status gizi normal

intervensi:
1. monitor input dan output yang tepat dengan meneruskan nutrisi per oral

2. Timbang berat badan pasien


3. Anjurkan orangtua memberi makan sedikit tapi sering
4. monitor hasil laboratorium (haemoglobin)
5. Jelaskan pada keluarga mengenai pentingnya gizi bagi tubuh
6. Kelola pemberian zinckid
7. kelola pemberian Domperidon

Rasional:
1.Mengetahui keseimbangan nutrisi
2.memberikan informasi tentang kebutuhan diit/keefektifan terapi
3. Meningkatkan masukan
4. Mengetahui nilai laboratorium Hb
5. Meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai manfaat gizi bagi kesehatan
6. sebagai suplemen nutrisi
7. mencegah mual, muntah

4. Cemas orangtua berhubungan kurang pengetahuan tentang proses penyakit anak


ditandai dengan :
DS : Ibu pasien mengatakan sedih karena anak sakit

Ibu pasien menanyakan tentang diare

DO : Ibu tampak cemas


- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah integritas kulit teratasi
dengan criteria :
- - Warna kemerahan di sekitar anus menghilang
- keluarga mampu meawat kulit anak

Intervensi:
-

1.Kaji adanya kerusakan kulit/ iritasi yang ada


2.Anjurkan keluarga mengganti celana setiap kali basah karena BAB,BAK
3.Jelaskan tentang cara perawatan kulit
Rasional:

1.Mengetahui tindakan yang perlu dilakukan


2.Menjaga kelembaban dan mengurangi kontaminasi feses mupun urin
3. Perawatan kulit mengurangi resiko parahnya iritasi

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia (zat iritan)


ditandai dengan :
DS : Ibu pasien mengatakan kemaren anak BAB encer 4x

DO : Tampak kemerahan pada kulit sekitar anus


- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ansietas berkurang ditandai dengan
kriteeria :
- - Ibu pasien tampak rileks
- - Ibu pasien mampu mengungkapkan perasaan
- -keluarga mengetahui tentang penyakit anak
In

Intervensi:
1.Anjurkan pada orangtua untuk mengekspresikan perasaan
2.Gunakan komunikasi terapeutik (kontak tubuh, sikap tubuh)
3. Jelaskan pada orangtua mengenai penyakit anak, perawatan dan pengobatan
4.Libatkan orangtua dalam perawatan anak
5.Anjurkan berdoa sesuai keyakinan

Rasional:

1.Pengungkapan perasaan membantu mengurangi rasa cemas


2.Komunikasi yang tepat sebagai wujud rasa empati
3 Informasi membantu orangtua memahami kondisi penyakit anak, perawatan dan
pengobatan
4.Orangtua merasa tenang
5.Dengan berdoa membuat hati tenang, cemas berkurang

6. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan


penurunan stimulasi ditandai dengan :
DS: Ibu pasien mengatakan pertumbuhan anak tidak ada masalah

DO : Anak aktif, Hasil DDST anak normal,Anak terpasang infus di tangan kanan
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
- 3 x 24 jam, pertumbuhan anak tidak terganggu ditandai dengan
- - Anak aktif
- - Anak mampu berinteraksi dengan lingkungan(tidak takut dengan perawat)
- - tidak rewel
-mau diajak bermain

Intervensi:
1.Kaji tingkat perkembangan pasien
2. Anjurkan orangtua bicara, melakukan kontak pada anak dengan sering
3.Berikan pengalihan setiap melakukan tindakan
4. Lakukan terapi bermain sesuai usia anak
5.Sentuh,gendong dan bicara pada anak sebanyak mungkin

Rasional:
1.Mengetahui kesesuaian perkembangan dengan umur
2. Meningkatkan stimulasi bagi anak
3.Pengalihan memperlancar tindakan dan meningkatkan stimulasi bagi anak
4. Terapi bermain sebagai stimulasi perkembangan anak
5.Memberikan rasa nyaman, dan meningkatkan stimulasi pada anak
1. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Motorik Kasar :

Miring miring : 3 bulan

Mengangkat kepala : 4 bulan

Tengkurap : 6 bulan

Merangkak : 8 bulan

Merambat : 9 bulan

Duduk : 10 bulan

Berjalan dan berdiri : 12 bulan

Motorik Halus

Menggenggam : 3 bulan

Mencoret-coret : 13 bulan

Bicara

1-2 kata : 12 bulan

Sosial

Senyum spontan

Bermain sendiri

Bermain dengan teman sebaya

Sosialisasi dengan lingkungan

Riwayat makan : ASI : sejak bayi sekarang

Makanan tambahan : usia 4 bulan ( bubur sun )


Usia 6 bulan (nasi )

2. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Aspek psikologis biologis
1) Pola nutrisi
Sebelum sakit

Pasien minum ASI dan makan makanan tambahan seperti nasi, sayur,
lauk tahu, tempe, ikan, roti biscuit, dan makanan yang lainya, serta
minum air dan teh manis.

Selama sakit

Pasien minum ASI, air putih dan teh manis, pasien sulit untuk makan
diit dari Rumah Sakit, bubur nasi tidak dihabiskan, hanya makan 3-4
sendok.

2) Pola Eliminasi
Sebelum sakit

Pasien BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak. Pasien BAK 8-10
kali dalam sehari berwarna kuning jernih dan bau khas

Selama sakit

Pasien BAB sekitar 4-5 kali sehari dengan konsistensi cairdan berwarna
kuning putih seperti kocokan telur. Pasien BAK 6-8 kali sehari ( sekitar
260 cc/24 jam).

3) Istirahat tidur dan aktivitas


Sebelum sakit

Pasien mulai tidur sekitar jam 20.00 - 05.00WIB. Aktivitas pasien


bermain dengan orang tua, saudara dan tetangga, sering main dikandang
kambing dan kebun, pasien mengikuti kegiatan PAUD seminggu 3 kali.
Selama sakit

Pasien tidur sekitar jam 21.00 WIB, bangun sekitar jam 05.00 WIB,
tidak mengalami gangguan tidur. Aktivitas anak diatas tempat tidur,
kadang jalan-jalan keluar bangsal bersama orang tua.

4) Kebersihan diri
Sebelum sakit

Pasien dimandikan oleh ibu 2 x sehari dengan sabun bayi, kemudian


tubuh di beri mimyak dan diberi bedak, kulit pasien bersih. Telinga,
mata, mulut dibersihkan pada saat mandi, rambut keramas 3-4 kali
dalam seminggu, kuku dipotong bila panjang .

Selama sakit

Pasien dimandikan ibu 2x sehari dengan air hangat, dengan sabun bayi.
Mata, telinga, mulut, hidung dibersihkan setiap kali mandi. Rambut
pasien di lap saat mandi, kuku pasien pendek dan bersih.

b. Aspek mental, Intelektual, Sosial dan Spiitual


1) Konsep diri
Harga diri

Orang tua tidak merasa rendah diri dengan kondisi anak, keluarga menerima
kondisi yang terjadi dan memeberikan dukungan yang positif.

Identitas diri

Orang tua menyadari kondisi anak dalam sakit.

Gambaran diri

Orang tua menyadari anak sakit dengan kondisi terpasang infus. Orang tua
sangat menyayangi anaknya
Peran diri

Meski dalam keadaan sakit , orang tua tetap melindungi anak. Ibu berperan
melindungi dan merawat. Ayah dan keluarga ikut merawat dan memberi
dukungan

Ideal diri

Orang tua pasien berharap ananknya segera sembuh, bisa pulang kerumah
dan berkumpul kembali bersama anggota keluarga yang lain.

2) Intelektual
Ibu pasien mengatakan tidak tahu dengan kondisi anak. Hanya tahu kalau
anak diare. Tentang penyebab dan pengobatan orang tua merasa belum tahu.

3) Hubungan interpersonal
Pasien bisa berbicara, hanya 1-2 kata, seperti mamak, bapak, simbah dan
mbak. Hubungan oangtua dengan team kesehatan terjalin dengan baik.

4) Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama islam, keluarga senantiasa berdoa
memohon kesembuhan bagi anaknya.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
a. Kesadaran: composmentis
b. Tanda vital: S: 36 8 0C
N: 104 x /menit

R: 28 x /menit

c. Status gizi
TB : 79 cm, LK : 47 cm , LLA : 15 cm

BB : 10,8 kg
Umur : 15 bulan

Z score

1SD : 11% x median

: 11% x 10,9 = 1,199

BB/U : BB Aktual median

1SD

: 10,8 10,9

1,199

: - 0.083 ( Normal )

2. Pemeriksaan secara sistematik (cepalo-caudal)


a. Kepala
1) Bentuk
Mesocepal, rambut tipis, warna hitam, kulit kepala bersih, ubun-ubun
tidak cekung.

2) Mata
Mata tidak cekung., bersih, konjungtiva merah muda, sclera putih,
fungsi penglihatan baik.

3) Telinga
Bentuk telinga normal, kanan dan kiri simetris, tidak keluar
cairan/sekret dari lubang telinga.

4) Hidung
Septum normal, tidak keluar sekret dari hidung

5) Mulut
Mulut bersih, gigi tumbuh 8 buah, membran mukosa lembab
b. Leher
Bentuk normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid. Tidak teraba massa.

c. Dada
Inspeksi : simetris

Perkusi : -

Palpasi : tidak teraba massa

Auskultasi : vesikuler

Abdomen

Inspeksi : simetris

Auskultasi : peristaltic 10 x/menit

Perkusi : timpani

Palpasi : tidak ada massa, tugor kulit baik

d. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan pada alat kelamin

e. Ekstremitas
Atas : alat gerak lengkap, warna kulit sawo matang. Pada tangan kanan
terpasang infuse RL 12 tpm makro sejak 29 Juli 2009.

Bawah : Alat gerak lengkap, warna kulit sawo matang. Tidak ada kelainan
jari. Akral hangat, nadi kuat.

f. Anus
Kulit sekitar anus berwarna kemerahan

Diposting oleh Derri Afrian di 09.49


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Askep GEA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Pengikut

Arsip Blog

2010 (1)
o Juli (1)
ASKEP GEA
Mengenai Saya

Derri Afrian
Lihat profil lengkapku
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like