You are on page 1of 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan dan kemudahan kepada kami untuk dapat mengerjakan
tugas Makalah Keperawatan Medical Bedah I (KMB I)

Melalui tugas ini di harapkan para mahasiswa dapat memahami tentang


Luka Bakar. Makalah yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan,
demi kesempurnaan makalah ini kami membutuhkan masukan-masukan dari
teman-teman.

Gorontalo, November 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ................................................................................ 1
DAFTAR ISI ............................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 3
B. Rumusan Masalah..... 4
C. Tujuan ......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP MEDIS
A. Definisi ......................................................................................... 5
B. Etiologi ......................................................................................... 7
C. Patofisiologi ................................................................................. 9
D. Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 11
E. Penatalaksanaan ......................................................................... 12
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian ................................................................................... 12
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 13
C. Rencana Keperawatan ................................................................. 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 17
B. Saran ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang
dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar
selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma dan
penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan
sekecil mungkin angka- angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar
tersebut meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada
penderita yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik
dalam batas normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati
penyulit- penyulit yangmungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya
rabdomiolisis dan disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan
menjuhkan / mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga
merupakan prinsip utama dari penanganan trauma termal ( American
College of Surgeon Committee on Trauma, 1997). Kulit adalah organ
kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap
infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu
tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam
proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah
hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 ).

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi, Etiologi dan Patofisiologi Luka Bakar ?
2. Bagaimana pengkajian pada klien Luka Bakar ?
3. Diagnosa Keperawatan apa yang muncul pada Klien Luka Bakar dan
Intervensinya ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka
Bakar.
Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar.
Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar.
Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada
klien dengan Luka Bakar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energi
dari suatu sumber panas pada tubuh, panas dapat dipindahkan oleh
hantaran/radiasi electromagnet (Brunner & Suddarth, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontrak dengan sumber panas seperti api, air, panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi (Moenajar, 2002).
Luka bakar adalah kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas,
kimia atau radio aktif (Wong, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang
disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat
dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam
menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga
terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan
luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat,
2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar akan mengalami kerusakan

5
pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor
penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan
integritas kulit dan kematian sel-sel (Yepta, 2003).
Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung
maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api, misalnya tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan
rumah tangga (Sjamsuidajat, 2004)
Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan
disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik seperti
kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau
basa kuat (Triana, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas,
arus listrik bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008)
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari,
uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa
saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat
yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang
intensif (PRECISE, 2011)
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh
dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat
yang relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya
yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab
luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ),
juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan
kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api (
misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga
(Sjamsuhidajat, 2005 ). Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar
resusitasi pada trauma dan penerapannya pada saat yang tepat
diharapkan akan dapat menurunkan sekecil mungkin angka- angka
tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut meliputi kewaspadaan
6
akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita yang mengalami
trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit- penyulit
yangmungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan
disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjuhkan /
mengeluarkan penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan
prinsip utama dari penanganan trauma termal ( American College
of Surgeon Committee on Trauma, 1997). Kulit adalah organ kompleks
yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap kemungkinan
lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh,
berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses
aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal
yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar
dapat dicegah ( Horne dan Swearingen, 2000 ).

B. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik
secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas
yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat
menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka
bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api
terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut.
Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai
tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar,
sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan
benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area
tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka

7
bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan
masak.

2. Scalds (air panas)


Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan
dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang
akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,
luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain
dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja,
luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas
panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi.
Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.

4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian
atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.

5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik
yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat
menyebabkan luka bakar tambahan.

6. Zat kimia (asam atau basa)


7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

8
C. Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh adanya pengalihan
energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan
lewat adanya hantaran atau sebuah radiasi elektromagnetik. Destruksi
jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein/ionisasi isi sel. Kulit &
mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan
yg dalam termasuk organ visceral akan mengalami kerusakan
dikarenakan luka bakar elektrik/kontak yg cukup lama dengan burning
agent.
Nekrosis & keganasan organ dapat terjadi. Kedalaman luka bakar
bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar & lamanya kontak
dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan
suhu sekitar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yg serupa.
Perubahan patofisiologik yg disebabkan oleh luka bakar yg berat selama
awal periode syok luka bakar dapat mencakup hipoperfusi jaringan &
hipofungsi organ yg terjadi sekunder akibat adanya penurunan curah
jantung dengan diikuti oleh adanya fase hiperdinamik serta
hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yg berat ialah
ketidakstabilan hemodinamika akibat dari hilangnya integritas kapiler &
kemudian terjadi perpindahan suatu cairan, natrium serta protein dari
sebuah ruang intravaskuler kedalam ruang interstisial. Curah jantung
dapat menurun sebelum perubahan yg signifikan pada volume darah
terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan &
berkurangnya sebuah volume vaskuler, sehingga curah jantung akan
terus turun & terjadi sebuah penurunan tekanan darah.
Sebagai respon, sebuah sistem syaraf simpatik nantinya akan
melepaskan ketokelamin yg meningkatkan vasokontriksi 7 frekuensi
denyut nadi. Kemudian vasokontriksi pembuluh darah perifer dapat
menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yg tersebar terjadi dalam
waktu 24 hingga 36 jam pertama setelah luka bakar & mencapai
puncaknya dalam jangka waktu 6-8 jam. Dengan terjadinya sebuah
9
pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar dapat menghilang & cairan
dapat mengalir kembali kedalam kompartemen vasculer, dan volume
darah dapat saja meningkat. Lantaran edema akan bertambah berat pada
luka bakar yg melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil &
syaraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah
sehingga terjadi sebuah iskemia. Komplikasi ini umumnya dinamakan
syndrom kompartemen.
Volume darah yg beredar akan menurun secara dramatis pada
saat terjadi sebuah syok luka bakar. Kehilangan cairan akan mencapai 3-
5 liter dalam per 24 jam sebelum luka bakar telah ditutup. Selama
terjadinya syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan memiliki variasi. Umumnya hipnatremia
terjadi secara cepat setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan
ditemukan sebagai akibat adanya destruksi sel massif. Hipokalemia dapat
terjadi selanjutnya dengan berpeindahnya cairan & tidak memadainya
asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat adanya kerusakan sel
darah merah menyebabkan nilai hematokrit meninggi disebabkan
kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yg mencakup adanya trombositopenia &
sebuah masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga
ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar dapat dijumpai adanya
hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat adanya hipermetabolisme & respon
lokal. Fungsi dari renal dapat berubah sebagai akibat dari kurangnya
volume darah. Destruksi beberapa sel darah merah pada lokasi cidera
akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah disaat
melewati tubulus renal tidak memadai, hemoglobin & mioglobin
menyumbat tubulus renal sehingga menimbulkan adanya nekrosis akut
tubuler & gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan adanya
pelepasan factor-factor inflamasi yg abnormal, perubahan
immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil,
limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar memiliki risiko
tinggi untuk menglami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan
10
ketidakmampuan untuk mengatur suhunya. Beberapa jam pertama pasca
luka bakar menyebabkan suhu tubuh dalam kondisi rendah, namun pada
beberapa jam berikutnya menyebabkan hipertermi yg diakibatkan oleh
hipermetabolisme

11
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit,
Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap,
AGD / Analisa gas darah(bila diperlukan), dan lain lain.
2. Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.

E. Penatalaksanaan
Pertolongan Pertama
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh
misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar
untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju , perhiasan dan benda-benda lain yang membuat
efek Torniket, karena jaringan yang terkena luka bakar akan
segera menjadi oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar
dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir selama
sekurang-kurangnya lima belas menit. Akan tetapi, cara ini tidak
dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada
luka bakar apapun.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Data Subyektif
Umur
Penyebab
Lamanya kontak
Ada tidaknya asap, gangguan jalan nafas
Lokasi terjadi : tertutup keracunan CO

12
Pengobatan yang diberikan
Riwayat penyakit yang diderita (DM, Jantung, Epilepsi, dll)
- Data Obyektif
Tanda-tanda vital
Luas luka bakar
Kedalaman luka bakar
Kotoran
Daerah yang terbakar
Gejala hypovolemik syok

B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan ujung-ujung saraf karena
luka bakar
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan edema dan efek dari
inhalasi asap
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan
Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
primer, kerusakkan kulit, rauma jaringan prosedur invasive
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan ketahanan dan
kekuatan otot.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan
permukaan kulit

C. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No Kriteria Hasil NOC Intervensi NIC
Keperawatan

1 Nyeri Akut - Level Nyeri - lakukan pengkajian


berhubungan - Kotrol Nyeri nyeri secara
dengan Kerusakan
- Comfort level komprehensif .
ujung ujung Kriteria Hasil : - Atur posisi tidur
saraf karena luka - Pasien mampu senyaman mungkin

13
bakar. mengontrol nyeri (atahu - Bantu Pasien untuk
penyebab nyeri, mampu berfokus pada aktivitas,
menggunakan tehnik bukan pada nyeri dan
nonfarmakologi untuk rasa tidak nyaman
mengurangi nyeri). dengan melakukan
- Pasien melaporkan pengalihan melalui
bahwa nyeri berkurang televise, radio dan
dengan menggunakan interaksi dengan
manajemen nyeri. pengunjung.
- Pasien mengenali skala - Ajarkan Pasien tentang
nyeri, frekuensi dan Relaksasi untuk
tanda-tanda nyeri) mengatasi nyeri.
- pasien menyatakan rasa - Kontrol lingkungan
nyaman setelah nyeri yang dapat
berkurang. mempengaruhi nyeri.

2 Pola nafas tidak - Status respirasi - Buka jalan nafas,


efektif - Airway patency gunakan tekhnik chin lift
berhubungan - Vital sign status atau jaw thrust bila perlu
dengan edema Kriteria hasil : - Auskultasi suara nafas,
dan efek dari - Pasien mampu batuk catat adanya suara
inhalasi asap. efektif tambahan.
- Suara nafas bersih,
tidak ada sianosis dan
dyspneu
Pasien dapat
mempelihatkan jalan
nafas yang paten (tidak
merasa tercekik, irama
nafas normal, frekuensi
nafas dalam rentang
normal.

14
3. Kekurangan Kriteria Hasil : - Monitor status cairan
volume cairan - Mempertahankan urine termasuk intake dan
berhubungan output 30 ml/jam. output cairan.
dengan output - Tekanan darah, nadi, - Monitor respon pasien
yang berlebihan suhu tubuh dalam batas terhadap penambahan
normal. cairan.
Tidak ada tanda tanda - Dorong pasien untuk
dehidrasi, elastisitas kulit menambah intake oral.
baik - Monitor tanda vital.

4 Resiko Infeksi b/d Infeksi tidak terjadi - Kaji tanda tanda


tidak adekuatnya Kriteria Hasil : infeksi
pertahanan - Jumlah Leukosit DBN - Meminimalkan
primer, kerusakan - Pasien terbebas dari penyebaran agens
kulit, trauma tanda dan gejala infeksius.
jaringan prosedur infeksi.Pasien. - Pantau penampilan
invasif. - Memperlihatkan hygiene Luka bakar dan area luka
personal yang ade kuat bakar.
- Pembentukan jaringan - Bersihkan area luka
granulasi baik. bakar setiap hari dan
lepaskan jaringan
nekrotik.

5 Intoleransi Toleransi aktivitas - Bantu pasien untuk


aktivitas b/d Kriteria Hasil : mengidentifikasi pilihan
penurunan - Pasien dapat aktivitas.
ketahanan dan mengidentifikasi aktivitas - Fasilitasi latihan otot
kelkuatan otot atau situasi yang resistif secara rutin untuk
menimbulkan nyeri yang untuk mempertahankan
dapat mengakibatkan atau meningkatkan
intoleransi aktivitas. kekuatan otot

15
- Pasien memperlihatkan - Bantu dan arahkan
aktivitas sehargi hari pasien untuk mengenali
dengan beberapa aktivitas kehidupan
bantuan. sehari hari yang dapat
dilakukan.

6 Kerusakan Kriteria Hasil : - Anjurkan Pasien untuk


Integritas Kulit - Menunjukkan memakai pakaian yang
berhubungan regenerasi yang telah longgar
dengan kerusakan dicapai oleh sel dan - Hindari kerutan pada
permukaan kulit. jaringan setelah tempat tidur.
penutupan yang - Kumpulkan dan analisa
diharapkan. data pasien untuk
- Mencapai mempertahankan
penyembuhan tepat integritas kulit dan
waktu pada area luka membrane mukosa.
bakar. - Lakukan perawatan
luka atau perawatan kulit
secara rutin.
- Ubah dan atur posisi
pasien sesering
mungkin.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang
melindungi tubuh dari infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh,
membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan
sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi
citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk
cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.
Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi.

B. Saran

Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka
bakar, tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi
pembaca dan masyarakat umum.

17
DAFTAR PUSTAKA

A. Bambang Darwono; F. Sutoko, Protokol Pengelolaan Luka Bakar, Bagian

Bedah, FK Undip/RS dr. Kariadi.

ATLS. American College of Surgeons Committee On Trauma. 1997. First

Impression. United States of America.

Basic Science of Plastic and Reconstructive Surgery. Pertemuan ilmiah berkala

trigonum plus XV. Oktober 2003.

Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar, Penanggung Jawab

Medis Unit Luka Bakar RS Sanglah, Denpasar, Bali.

18

You might also like