You are on page 1of 5

Analisis Data

Rata-rata miskonsepsi pada grafik 1, Secara keseluruhan pada pokok bahasan


Kingdom Plantae dari 5 siswa MAN 2 Kediri yaitu dikonversi dalam bentuk data kualitatif,
dimana persentase pemahaman konsep pada pokok bahasan Kingdom Plantae sebesar 20%
tergolong dalam kategori rendah, persentase miskonsepsi sebesar 80% kategori tinggi.
80
70
60
50
40 Miskonsepsi
30 Paham Konsep
20
10
0
Adi Bagus Rudi Mega Hafid

Grafik 1. Persentase Rata-rata Pemahaman Konsep dan Miskonsepsi pada Pokok Bahasan
Kingdom Plantae
Data persentase miskonsepsi pokok bahasan Plantae dari 5 siswa MAN 2 Kediri pada
masing-masing subpokok bahasan ciri-ciri Plantae dikonversi dalam bentuk data kualitatif
menunjukkan bahwa miskonsepsi pada subkonsep ciri- ciri tumbuhan lumut termasuk dalam
kategori sedang dengan persentase 50%. miskonsepsi pada subkonsep peranan tumbuhan
lumut termasuk kategori sedang dengan persentase 40%. Peranan tumbuhan paku,
metagenesis tumbuhan paku, ciri-ciri tumbuhan biji, klasifikasi tumbuhan biji dan peran
tumbuhan biji dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase
berturut-turut 75%, 65%, 70%,70% dan 65%.
80

60

40
sub pokok bahasan
20

0
1 2 3 4 5 6 7

Grafik 2. Rata rata Persentase Miskonsepsi pada setiap Butir Soal pada Pokok Bahasan
Kingdom Plantae
Keterangan:
1 = Ciri-ciri tumbuhan lumut
2 = peranan tumbuhan lumut
3 = Peranan tumbuhan paku
4 = metagenesis tumbuhan paku
5= ciri-ciri tumbuhan biji,
6= klasifikasi tumbuhan biji
7= peran tumbuhan biji dalam kehidupan sehari-hari

Pembahasan
Konsep adalah sebuah abstraksi dari ciri-ciri yang mempermudah komunikasi
manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir (Tayubi, 2005). Dalam Sains,
pembahasan mengenai konsep-konsep telah disepakati oleh para ahli dengan pasti, namun
masih saja ada siswa yang memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap suatu konsep.
Pemahaman konsep oleh siswa disebut sebagai konsepsi (Tayubi, 2005).
Gagne (1985) mengemukakan bahwa siswa hadir ke kelas umumnya tidak dengan
kepala kosong, melainkan mereka sudah membawa sejumlah pengalaman- pengalaman atau
ide-ide yang dibentuk sebelumnya ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Artinya
bahwa sebelum pembelajaran berlangsung sesungguhnya siswa telah membawa sejumlah ide-
ide atau gagasan yang sudah didapatkan sebelumnya. Menurut Longfield, (2009), gagasan-
gagasan yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya inilah yang disebut prakonsepsi atau
konsepsi alternatif. Prakonsepsi ini juga sering muncul sebagai miskonsepsi.

Tubuh pengetahuan pada Sains dibangun oleh para ilmuwan yang berupa konsepsi-
konsepsi yang telah disepakatinya. Kadang-kadang konsepsi yang dimiliki seseorang atau
oleh anak tidak sesuai dengan konsepsi yang telah disepakati oleh para ilmuwan. Konsepsi
yang dimiliki oleh seseorang yang tidak sesuai dengan konsepsi yang disepakati oleh para
ilmuwan disebut miskonsepsi. Istilah miskonsepsi sering juga disesbut konsepsi anak,
konsepsi awal, kerangka alternatif, dan sebagai konsepsi alternatif. Miskonsepsi ini perlu
diluruskan sehingga tidak mengganggu penerimaan konsep-konsep IPA dalam pikiran anak.

Dalam pembelajaran Biologi perlu memiliki strategi mengajar yang lebih inovatif
agar bidang studi yang dibelajarkan mampu diserap dengan baik. Mata pelajaran Biologi
adalah salah satu mata pelajaran dasar yang wajib dibelajarkan dengan mengikutsertakan
benda-benda lain yang mendukung pembelajaran tersebut (Listyawati, 2013). Dalam
pembelajaran sains, siswa dituntut untuk memahami dan menghayati bagaimana suatu konsep
diperoleh, menghubungkan konsep yang satu dengan konsep lainnya dan menggunakan
konsep sains yang lain untuk mendukung konsep sains tertentu. Oleh karena itu. pemahaman
terhadap konsep adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran

Dari analisis data terhadap 5 orang siswa MAN 2 Kediri didapatkan hasil bahwa
sekitar 80% siswa berada dalam tahap miskonsepsi, sedangkan hanya 20% siswa yang paham
konsep. Persentase pemahaman konsep terendah pada pokok bahasan tumbuhan lumut dan
tumbuhan paku. Hal ini menunjukkan semua siswa tidak memahami konsep dengan tepat.
Pada subpokok bahasan diminta untuk menjelaskan ciri-ciri tumbuhan lumut, disini siswa
kesulitan menjelaskan ciri-ciri yang dimiliki oleh tumbuhan lumut, tidak mampu
membedakan ciri-ciri yang dimiliki oleh tumbuhan paku maupun ciri-ciri tumbuhan biji,
begitupula siswa juga masih banyak terjadi kekeliruan atau salah. Alasan yang tidak lengkap
dapat disebabkan oleh informasi yang diperoleh atau data yang didapatkan tidak lengkap.
Akibatnya, siswa menarik kesimpulan secara salah sehingga menyebabkan timbulnya
miskonsepsi siswa. Sedangkan reasoning yang salah dapat juga terjadi karena logika yang
salah dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi sehingga terjadi
miskonsepsi. Pengamatan yang tidak lengkap dan teliti pun dapat mengakibatkan
miskonsepsi.

Siswa yang tidak memahami konsep tidak mampu menjelaskan kembali konsep yang
telah dipelajarinya. Siswa yang tidak memahami konsep akan memberikan respon yang
tidak jelas (Abraham, 1992). Dalam hal ini, respon ditunjukkan dengan menjawab salah
pada pertanyaan tingkat pertama dan benar pada pertanyaan tingkat kedua. Tidak
memahami konsep diduga karena materi pembelajaran yang tidak tersampaikan dengan baik
sehingga siswa tidak memahami konsep. Mereka yang tidak memahami konsep di dalam
kelas kemungkinan akan mencoba memahami sendiri konsep tersebut melalui buku atau
referensi lainnya yang memungkinkan miskonsepsi terjadi.
Kesalahan konsep atau miskonsepsi merupakan sumber kesulitan siswa dalam
mempelajari biologi. Pembelajaran yang tidak mempertimbangkan pengetahuan awal siswa
mengakibatkan miskonsepsi-miskonsepsi siswa semakin kompleks dan stabil. Miskonsepsi
dipandang sebagai faktor penting penghambat bagi siswa dan rujukan bagi guru dalam
pembelajaran dan pengajaran sains. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa disebabkan oleh
pemberian konsep-konsep atau fakta-fakta terlepas dari guru, sehingga siswa didalam
menerima konsep tidak utuh
Tingginya persentase miskonsepsi yang dialami siswa pada keseluruhan subkonsep
disebabkan oleh dua faktor, yaitu pemikiran sendiri (intuisi) dan buku teks yang mereka
gunakan di sekolah. Intuisi yang salah dapat menyebabkan miskonsepsi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suparno dalam Sianturi (2012:15), Miskonsepsi disebabkan oleh
prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang salah, intuisi yang
salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan dan minat belajar siswa, guru, buku
teks, serta metode belajar. Kesalahan dalam menganalisis soal seperti ini dapat memicu
miskonsepsi bagi siswa. Sedangkan buku teks yang mereka gunakan berasal dari penerbit
yang sama. Masing-masing siswa hanya memegang satu buku saja. Hal ini menyebabkan,
siswa hanya mendapatkan informasi dari buku itu saja. Apalagi jika buku teks tersebut
memang sudah mengandung unsur miskonsepsi dari awal. Disisi lain, hal ini juga didukung
karena kurang efektifnya sebagian dari strategi pembelajaran sehingga siswa kurang
memahami secara keseluruhan konsep-konsep dasar biologi yang pada akhirnya
miskonsepsi tersebut masih tetap bertahan pada siswa. Kedua faktor tersebut diketahui dari
alasan yang diberikan siswa pada saat tes CRI dan juga wawancara, dimana alasan-alasan
tersebut ternyata masih terdapat banyak kekeliruan.
. Tingginya persentase miskonsepsi dapat diatasi dengan guru biologi membimbing
siswa untuk berdiskusi kelompok dengan memprediksi tumbuhan-tumbuhan yang ada
disekitar lingkungan sekolah. Alangkah lebih baik guru membimbing siswa untuk
melakukan eksperimen yang berupa mini riset dilingkungan sekolah atau melakukan
praktikum dikebun biologi yang sudah tersedia disekolah.Dengan demikian dapat
membantu siswa memahami materi dengan baik karena demikian pembelajaran ini dapat
menjadikan siswa lebih mampu dapat mengembangkan gagasannya. Karena dengan terjun
langsung melakukan mini riset siswa menjadi lebih mampu memahami dan
mengidentifikasi yang dapat mewakili keadaan sesungguhnya mengenai konsep-konsep
yang bersifat abstrak tersebut ( Hamalik, 2005)

Daftar Pustaka
Abraham MR, Grzybowski EB, Renner JW, Marek EA. 1992. Understanding and
Misunderstanding of Eight Grader of Five Chemistry Concept Found in
Textbook. Journal of Research in Science Teaching 29(2):105-120.
Gagne, R.M. 1985. The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS
College Publishing.
Hamalik O. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara.
Listyawati, M. (2012). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa Terpadu Di SMP.
Journal of Innovative Science Education, 1(1), 6169.
Longfield, J. 2009. Discrepant Teaching Events: Using an Inquiry Stance to Address
Students Misconceptions. International Journal of Teaching and Learning in
Higher Education, 21 (2), 265-271\
Suparno, Paul (Eds.). 2013. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.
Cetakan Kedua. Jakarta: PT Grasindo.
Tayubi, Yuyu R. 2005. Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan
Certainty of Response Index (CRI). Jurnal Mimbar Pendidika, XXIV(3).

You might also like