You are on page 1of 51

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan YME, karena dengan karunia-Nya
kami dapat menyelesaiakan laporan akhir laboratorium klinik keperawatan
komunitas (School Health Nursing). Meskipun banyak hambatan yang kami alami
dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan laporan akhir ini
tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing kami ibu Ns
Fatimah, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.Kom dan beserta kepala sekolah dan guru-guru
SMA Widya Manggala yang telah membantu dan membimbing kami dalam
mengerjakan karya ilmiah ini dan melaksanakan penyuluhan mengenai
pentingnya cuci tangan bersih dengan organ reproduksi Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi
baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini.

Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil
laporan akhir ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat
menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya laporan ini. Penulis berharap semoga
laporan akhir ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jakarta, Mei 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2. Tujuan ....................................................................................................... 5
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 5
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORITIS .......................................................................................... 6
2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah (SHN) ......................................... 6
2.1.1 Definisi ................................................................................................... 6
2.1.2 Tujuan Perawat Sekolah ......................................................................... 6
2.1.3 Sasaran Perawat Sekolah ........................................................................ 6
2.1.4 Peran Dan Tugas Perawat Di Sekolah .................................................... 7
2.2 Konsep PHBS .............................................................................................. 10
2.2.1 Definisi PHBS ...................................................................................... 10
2.2.2 Tujuan PHBS ........................................................................................ 11
2.2.3 Tatanan PHBS ...................................................................................... 13
2.2.4 Strata PHBS di Sekolah ........................................................................ 14
2.2.5 Indikator PHBS..................................................................................... 14
2.3 Konsep Kesehatan Sekolah ......................................................................... 19
2.3.1 Pengertian Kesehatan Sekolah.............................................................. 19
2.3.2 Pengertian UKS .................................................................................... 19
2.3.3 Kegiatan UKS ....................................................................................... 19
2.4 Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) ..................... 21
2.5 Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah ................. 22
BAB III ................................................................................................................. 25
PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN ........................................................ 25

2
3.1 Pengkajian Keperawatan Kelompok ........................................................... 25
3.2 Diagnosa Keperawatan Kelompok .............................................................. 26
3.3 Perencanaan Keperawatan Kelompok ......................................................... 29
3.4 Implementasi Keperawatan Kelompok ....................................................... 30
3.5 Evaluasi Keperawatan Kelompok ............................................................... 31
BAB IV ................................................................................................................. 32
PEMBAHASAN ................................................................................................... 32
4.1 Pengkajian Keperawatan di Sekolah ........................................................... 32
4.1.1 Data Dasar Anggota Kelompok ............................................................ 32
4.1.2 Upaya Peningkatan Kesehatan............................................................. 36
4.2 Diagnosa Keperawatan Kelompok Khusus: Sekolah .................................. 41
4.3 Perencanaan Keperawatan Kelompok Khusus: Sekolah ............................. 41
4.3.1 Analisa Data .......................................................................................... 41
4.3.2 Prioritas masalah menurut Stanhope dan Lancaster 2016: ................... 43
4.4 Rencana Keperawatan ................................................................................. 44
4.5 Implementasi Keperawatan di Sekolah ....................................................... 47
4.6 Rencana Tindak Lnjut ................................................................................. 48
BAB V................................................................................................................... 49
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................. 49
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 49
5.2 Rekomendasi ............................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Yayasan Widya Manggala merupakan salah satu yayasan swasta yang
berada di Jalan Mujahidin No.17 Rt.05 Rw.02 Kelurahan Kampung
Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, DKI Jakarta. Yayasan ini
terdiri dari SMP, SMA dan SMK. Jumlah siswa-siswi di Yayasan Widya
Manggala adalah 1000 orang siswa-siswi. SMA Widya Manggala
merupakan salah satu sekolah yang berada dibawah naungan Yayasan
Widya Manggala. Siswa-siswi di SMA Widya Manggala berjumlah 324
orang yang terdiri dari dari kelas 10 (3 kelas), kelas 11 (3 kelas) dan kelas
12 (2 kelas). Jumlah guru 22 orang yang terdiri dari 11 orang guru laki-
laki, 11 orang guru perempuan.

Pada hari sabtu tanggal 29 April 2017 mahasiswa-mahasiswi S1


Keperawatan tingkat akhir Universitas MH Thamrin melakukan
pengkajian pada salah satu kelas di SMA Widya Manggala. Sampel yang
diambil adalah dari kelas X IPA yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 13
orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Hasil pengkajian yang didapat
adalah 87% siswa-siswi tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
atau melakukan kegiatan. 13% melakukan cuci tangan biasa tanpa 6
langkah cuci tangan yang benar dan tidak menggunakan sabun. 100%
siswa-siswi tidak mengetahui cara mencuci tangan yang benar.

Mencuci tangan adalah suatu kegiatan yang penting untuk memelihara


kesehatan dan pencegahan penyakit. Banyak penyakit yang dapat masuk
melalui pola kebiasaan cuci tangan. Penyakit-penyakit tersebut
diantaranya diare, infeksi tenggorokan bahkan sampai ke tingkat yang
lebih parah atau kematian.

4
Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa mencuci tangan sangat
penting guna mencegah penyakit dan pemeliharaan kesehatan.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan penyuluhan diharapkan siswa-siswi kelas X IPA
SMA Widya Manggala di kelurahan Kampung Rambutan, kecamatan
Ciracas, Jakarta Timur mampu memahami, mengaplikasikan dan
merubah perilaku cuci tangannya.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan pengertian mencuci tangan
2. Menjelaskan tujan mencuci tangan
3. Menjabarkan waktu mencuci tangan
4. Menjabarkan pengaruh cuci tangan terhadap kesehatan reproduksi
5. Menjabarkan cara cuci tangan yang benar

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah (SHN)


2.1.1 Definisi
The National Association of School Nurses mendefinisikan Perawat Sekolah
adalah praktek khusus dari perawat professional yang ditujukan untuk menaikkan
kesejahteraan, kesuksesan akademik, dan prestasi siswanya. Perawat sekolah ini
memfasilitasi murid agar dapat berespon ke perkembangan normal, menaikkan
kesehatan dan keselamatan, ikut mengurusi permasalahan kesehatan yang bersifat
aktual dan potensial, menyediakan pelayanan manajemen kasus (case
management service) dan secara aktif berkolaborasi dengan yang lainnya untuk
membangun siswa dan orang tua yang memiliki kapasitas untuk beradaptasi,
management diri, advokasi diri, dan belajar.

2.1.2 Tujuan Perawat Sekolah


a. Memfasilitasi murid agar dapat berespon ke perkembangan normal
b. Menaikan kesehatan dan keselamatan
c. Ikut mengurusi permasalahan kesehatan yang bersifat aktual dan
potensial
d. Menyediakan layanan manajement kasus (case management service)
e. Secara aktif berkolaborasi dengan yang lainnya untuk bangun siswa
dan orang tua yag memiliki kapasitas untuk beradaptasi, manajement
diri, advokasi dan belajar. (ANA & NASN, 2011).

2.1.3 Sasaran Perawat Sekolah


Sasaran perawat sekolah adalah seluruh peserta didik di Sekolah Dasar
sampai dengan sekolah menengah, termasuk perguruan agama, sekolah
kejuruan dan sekolah luar biasa. (Ananto,P ,2006).

6
2.1.4 Peran Dan Tugas Perawat Di Sekolah
Peran perawat sekolah menurut American Academy of Pediatric (AAP)
tahun 2001, perawat sekolah memberikan pendidikan kesehatan, promosi
kesehatan, memberikan asuhan keperawatan terhadap anak cidera, deteksi
dini, pengecekan imunisasi yang telah diperoleh oleh anak, dan melakukan
rujukan kepada pelayanan kesehatan. (Stanhope& Lancaster,2002)

The National Association of School Nurses mengidentifikasi 7 peran inti


yang harus dipenuhi oleh perawat sekolah untuk mengasuh dan merawat
kesehatan dan mensukseskan pendidikan anak maupun remaja. Peran-peran
ini melingkupi dan dapat diaplikasikan ke perawat sekolah pada semua level
praktiknya, di semua setting geografis, dan ke semua klien.

1) Perawat sekolah memberikan perawatan langsung kepada para murid.


Perawat sekolah memberikan perawatan terhadap luka dan penyakit akut
untuk semua murid dan management yang sifatnya berkepanjangan pada
murid yag mempunyai kebituhan perawatan kesehatan khusus. Pertanggung
jawabannya meliputi mengasesment dan memberikan treatment dalam
lingkup praktek keparawatan professional, berkomunikasi dengan orang tua,
penyerahan kepada dokter (referral to physician), menetapkan dan mengawasi
pemberian asuhan keperawatan.
Rencana perawatan kesehatan individual diberikan kepada murid yang
mempunyai kondisi kronis, dan pada situasi yang sesuai, rencana
emergensi/kegawatdaruratan dibuat untuk mengontrol peristiwa emergensi
potensial di setting sekolah (misalnya: diabetes, asthma). Idealnya, rencana
kesehatan ini untuk meluruskan rencana managemen kesehatan dengan
dokter anak dan secara berkala mengupdate rencana manjemen tersebut
melalui komunikasi tertutup.
Perawat sekolah bertanggung jawab terhadap rencana manajemen dan
mengkomunikasikan rencana manajemen ini kepada semua anggota sekolah.
Perawat sekolah mempunyai peran unik dalam menetapkan pelayanan

7
kesehatan pada anak yang mempunyai kebutuhan kesehatan khusus, termasuk
anak dengan penyakit kronis dan disability (cacat/ketidakmampuan) pada
berbagai tingkat. Sebagai pemimpin dari tim kesehatan sekolah, perawat
sekolah harus mampu mengkaji tingkat status kesehatan murid,
mengidentifikasi masalah kesehatan yang dapat menyebabkan rintangan pada
progress pembelajarannya, dan membangun rencana perawatan kesehatan
untuk menejemen masalah di setting sekolah.

Perawat sekolah memastikan bahwa rencana perawatan kesehatan murid


secara individual adalah bagian dari edukasi perawatan individual. Ketika
memungkinkan, dan kedua rencana yang dibangun dan diimplementasi
dengan partisipasi semua team, yang didalamnya termasuk murid, keluarga,
dan dokter anak.

2) Perawat Sekolah Memimpin Untuk Memberikan Pelayanan Kesehatan.


Sebagai seorang yang ahli dalam pemberian pelayanan kesehatan di sekolah,
perawat sekolah mengkaji semua system perawatan dan membangun sebuah
rencana untuk memastikan bahwa kebutuhan atas kesehatan tercukupi.
Tanggung jawab disini termasuk membuat rencana untuk merespon keadaan
emergensi dan bencana dan komunikasi secara confedential atau rahasia, dan
mendokumentasikan informasi kesehatan siswa.

3) Perawat Sekolah Memberikan Skrining Terhadap Kondisi Kesehatan


Dan Merujuk.
Skrining kesehatan dapat menurunkan efek negative dari masalah kesehatan
dengan mengidentifikasi siswa yang mempunyai masalah kesehatan potensial
secara dini dan merujuk mereka untuk menerima pengobatan yang sesuai.

4) Perawat Sekolah Mempromosikan Kesehatan Lingkungan Sekolah.


Perawat sekolah menyediakan keamanan fisik dan emosional pada komunitas
sekolah dengan memonitor imunisasi, memastikan eksklusi yang tepat untuk

8
penyakit infeksius, dan melaporkan penyakit menular yang wajib dilaporkan
oleh hokum. Selain itu, perawat sekolah menyediakan lingkungan yang aman
dengan berpartisipasi dalam pengimplementasian monitoring keamanan
lingkungan (tempat bermain, kualitas udara di dalam ruangan, dan bencana
alam potensial).

Perawat sekolah juga berpartisipasi dalam implementasi dari rencana untuk


mencegah dan memenejemen kekerasan di sekolah, penindasan, bencana, dan
peristiwa terorisme. Perawat sekolah juga dapat berkoordinasi dengan
konselor sekolah untuk mengembangkan rencana prevensi bunuh diri.
Sebagai tambahan, jika sekolah memutuskan untuk menetapkan pengetesan
penggunaan obat terlarang sebagai program kesehatan sekolah, perawat harus
dilibatkan dalam distrik sekolah dan perencanaan komunitas, implementasi,
dan evaluasi berkelanjutan pada program tersebut.

5) Perawat Sekolah Mempromosikan Kesehatan.


Perawat sekolah memberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan
informasi kesehatan pada siswa secara individual maupun secara
berkelompok melalaui pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan, dan kelas-
kelas lain.

Perawat sekolah membantu tim pengembangan kesehatan di kurikulum


pendidikan dan memberikan program pendidikan kesehatan tersebut kepada
staff, keluarga, dan komunitas. Topik pendidikan kesehatan tersebut meliputi
nutrisi, exercise, pencegahan dan penghentian merokok, kesehatan oral,
pencegahan penularan PMS dan penyakit infeksi lainnya, penggunaan dan
penyalahgunaan obat-obatan terlarang, imunisasi, pencegahan kehamilan
pada remaja, menjadi orang tua, dan lain-lain. Perawat sekolah juga
mempromosikan kesehatan pada dewan sekolah lokal.

9
6) Perawat Sekolah Memberikan Peran Kepemimpinan Untuk Kebijakan
Dan Program Kesehatan
Sebagai ahli perawat kesehatan di dalam system sekolah, perawat sekolah
adalah pemimpin dalam mengembangkan dan mengevaluasi kebijaksanaan
kesehatan sekolah. Kebijaksanaan ini meliputi promosi kesehatan dan
pencegahan, manajemen prnyakit kronis, mengkoordinasi program kesehatan
sekolah, kebijaksanaan kesejahteraan sekolah, manajemen krisis/bencana,
menejemen kondisi emerjensi medis, pencegahan dan intervensi kesehatan
mental, menejemen penyakit akut, dan menejemen dan pencegahan peyakit
infeksi.

7) Perawat Sekolah Adalah Penghubung Antara Anggota Sekolah,


Keluaga, Perawatan Kesehatan Professional, Dan Komunitas.
Perawat sekolah berpartisipasi sebagai ahli kesehatan di IEP. Tim IEP
mengidentifikasikan kebutuhan pendidikan khusus untuk siswa. Rencana tim
untuk mengakomodasi kebutuhan siswa khusus yang berakibat pada program
pendidikan mereka. Sebagai menejer kasus untuk para siswa yang
mempunyai masalah kesehatan, perawat sekolah memastikan bahwa ada
komunikasi yang adekuat dan kolaborasi diantara keluarga, dokter, dan
sumber provider komunitas.

2.2 Konsep PHBS


2.2.1 Definisi PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan
paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang
berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan
melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain
itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,
kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan
edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga

10
masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih
dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social
support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian
masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada
tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang


dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan


masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan
PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup
bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

2.2.2 Tujuan PHBS


Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi
dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:

1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

11
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus
dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi
tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (aspek practice).

Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta


kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke
mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi.
Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan
mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community
organization) atau pembangunan masyarakat (community development).
Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar
(misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak
pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program
kesehatan yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di
rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan,
majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau
mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses
pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana.

12
Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu,
pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)


Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat
formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan
dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain
yang umumnya dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak
tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui
advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran
advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui
atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah,
c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan
masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e)
memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

2.2.3 Tatanan PHBS


a. Tatanan rumah tangga
b. Tatanan pendidikan
c. Tempat umum
d. Tempat kerja
e. Institusi kesehatan

13
2.2.4 Strata PHBS di Sekolah
a. Memelihara rambut agar bersih dan rapih
b. Memakai pakaian bersih dan rapih
c. memberantas jentik nyamuk
d. mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
e. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih
f. menggunakan jamban yang bersih dan sehat
g. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan
h. Memakai sepatu bersih dan rapih
i. menggunakan air bersih
j. Berolahraga teratur dan terukur
k. mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun
l. Tidak merokok di sekolah
m. membuang sampah ke tempat sampah yang terpilah (sampah basah,
sampah kering, sampah berbahaya)
n. Tidak menggunakan NAPZA

2.2.5 Indikator PHBS


a. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih.
Rambut yang bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan
tidak berkutu. Memeriksa kebersihan dan kerapihan rambut dapat
dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.

b. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih.
Pakaian yang bersih dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah
dipakai dan dirapikan dengan disetrika. Memeriksa baju yang dipakai

14
dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.
c. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih
Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan
membersihkannya sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra
rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS
minimal seminggu sekali.

d. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih


Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih
misalnya ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila
sepatu dibersihkan setiap kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang
dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru
UKS minimal seminggu sekali.

e. Berolahraga Teratur dan Terukur


Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas
fisik secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga
teratur dapat memelihara kesehatan fisik dan mental serta
meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap sehat dan tidak
mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara
bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di
ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan
dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan
membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan
alat/sarana untuk berolahraga.

f. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan
sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang
berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang diisap akan

15
dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya: Nikotin
(menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah);
Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO
(menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen
sehingga sel-sel tubuh akan mati). Tidak merokok di sekolah dapat
menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah dari
kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah
diharapkan membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan
sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi
diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan
diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap
rokok.

g. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA
(Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA
membahayakan kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.

h. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang
dibuktikan dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat
penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas
pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air
kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang
ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan
dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan:
menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, mengubur
barang-barang bekas, dan menghindari gigitan nyamuk. Dengan
lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit
akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria,

16
dan kaki gajah. Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk
melaksanakan PSN minimal satu minggu sekali.

i. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan
jamban/WC/kakus leher angsa dengan tangki septic atau lubang
penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat buang air besar
dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air
kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar
sekolah menjadi bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak
mencemari sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta
menghindari datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan
penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit
lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi
syarat kesehatan dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta
terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan. Perbandingan jamban
dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20 untuk perempuan.

j. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan
menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air
pompa, mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air
dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air
terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan
kotoran atau limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang
memenuhi kebutuhan dan tersedia setiap saat.

k. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun


Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum
makan, sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah

17
beraktivitas, dan atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun
dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang
kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun
selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di
tangan. Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta
dapat mencegah terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri,
kolera, tipus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), dan flu burung.

l. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat
sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang
terpilah antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan
berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang juga
mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang
sampah pada tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak
sekolah/guru/masyarakat sekolah terhindar dari berbagai kuman
penyakit.

m. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat
dari kantin/warung sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah.
Sebaiknya sekolah menyediakan warung sekolah sehat dengan
makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi, sehingga
membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun,
dan proses belajar berjalan dengan baik.

n. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan


Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar
diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran

18
dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga
diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal.

2.3 Konsep Kesehatan Sekolah


2.3.1 Pengertian Kesehatan Sekolah
Kesehatan Sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan
dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah. Usia sekolah
merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan yang kokoh bagi
terwujudnya manusia yang berkalitas sebagai sumber daya pembangunan
bangsa. Hal tersebut yang melatarbelakangi terbentuknya UKS. Dasar
hukum pembentukan UKS undang undang RI No 23 tahun 1992 tentang
kesehatan sekolah. Pada BAB V pasal 45 ayat 1 dinyatakan bahwa:
kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat, sehingga peserta
didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal
menjadi sumber daya manusia yang berkualitas

2.3.2 Pengertian UKS


Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) merupakan bagian dari program
kesehatan anak usia sekolah. Anak usia sekolah adalah anak yang berusia
6-21 tahun, yang sesuai dengan proses tumbuh kembangnya dibagi menjadi
2 sub kelompok yakni pra remaja (6-9 tahun) dan remaja (10-19 tahun).
Program UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta membentuk perilaku
hidup bersih dan sehat anak usia sekolah.

2.3.3 Kegiatan UKS


Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin

19
melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah Tiga program pokok
(Trias) UKS (Depkes RI 2003 dalam Efendi, 2009).Penjelasan mengenai
Trias UKS, sebagai berikut :
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang dan sehat
baik fisik, mental, sosial maupun lingkungan melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran/ latihan yang diperlukan bagi peranannya saat
ini maupun di masa yang mendatang. Tujuan pendidikan kesehatan :
a) Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu
kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur.
b) Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif
terhadap prinsip hidup sehat.
c) Peserta didik dapat memiliki ketrampilan dalam melaksanakan
hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan
perawatan kesehatan.
d) Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari
yang sesuai dengan syarat kesehatan.
e) Peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menalarkan
perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
f) Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk
bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang.
g) Peserta didik dapat mengerti dan menerapkan prinsip-prinsip
pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan
kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.
h) Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh
buruk dari luar.
i) Peserta didik dapat memiliki tingkat kesegaran jasmani dan
derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan
tubuh yang baik terhadap penyakitnya.

20
2.4 Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program
pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-
usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di
lingkungan sekolah. Usaha Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan
masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta
lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga akan membentuk
perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
(Effendy, 1998).

Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu


pendidikan dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan
Sekolah juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup: a) menurunkan
angka kesakitan anak sekolah, b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik
fisik, mental, maupun sosial, c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan,
sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta
berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, d)
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah, e)
meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk
narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.

Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta


didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin
melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok
(trias) UKS yakni: pendidikan kesehatan (Health Education in School),

21
pelayanan kesehatan (School Health Service), dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya perilaku hidup bersih dan
sehat di sekolah.

2.5 Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di
tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan
keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan.
Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok, dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian
siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang
sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan
lingkungannya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).

Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan
untuk memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi.
Perawat dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana
maupun peneliti di bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat
dapat melaksanakan skrining kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk
luka dan keluhan minor dengan memberikan pengobatan sederhana,
memantau status imunisasi siswa dan keluarganya dan aktif juga dalam
mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah kesehatan. Perawat
perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah seperti
memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis,
dan parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama
untuk para guru, perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya
memberikan pengajaran kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang

22
terkait dengan kesehatan, serta cara-cara penanganan kesehatan yang bersifat
khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).

The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga


peran perawat komunitas di sekolah yaitu :
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
a. Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan,
konseling, pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga.
Pelayanan ini diintegrasikan dengan program sekolah.
b. Perawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama
jam sekolah. Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari
komunitas sekolah.
c. Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan
kesehatan (case finding), mengembangkan dan implementasi
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan menyusun
kebijakan dan program yang sesuai untuk memecahkan permasalahan
baik yang aktual maupun potensial.

2. Peran Perawatan Primer (Primary Role)


Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai
prosedur. Selain itu dalam melaksanakan perannya berkoordinasi dengan
petugas kesehatan yang lain. Beberapa item yang menjadi perhatian dalam
peran ini antara lain: kesehatan fisik, kesehatan emosional, kebiasaan
(makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah, kemiskinan).

3. Peran Manajemen (Management Role)


a. Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah
b. Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan
sekolah
c. Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan
kesehatan yang khusus

23
d. Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan
mendukung personal

24
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN

3.1 Pengkajian Keperawatan Kelompok


Pengkajian merupakan fase awal dari proses asuhan keperawatan kelompok.
Tujuan dari pengkajian kelompok adalah mengidentifikasi kebutuhan
kelompok, mengklarifikasi masalah kesehatan kelompok, mengidentifikasi
kekuatan dan sumber-sumber yang ada di kelompok, serta mengidentifikasi
risiko masalah kesehatan yang dapat terjadi pada kelompok tersebut. Metode
pengumpulan data yang digunakan pada pengkajian asuhan keperawatan
kelompok antara lain :
1. Wawancara informan.
2. Observasi partisipan untuk mendapatkan data terkait
kepercayaan/keyakinan kelompok, norma, nilai, kekuatan, struktur
kekuasaan, proses penyelesaian masalah.
3. Survey.
4. Windshield survei untuk mendapatkan data terkait kehidupan dan
lingkungan kelompok yaitu karakteristik masyarakat, tempat
berkumpul, ritme kehidupan bermasyarakat, dan adanya ikatan
kelompok.
5. Focus Group Discussion.
6. Data sekunder.
7. Pemeriksaan fisik.

Komponen yang harus ada pada pengkajian asuhan kelompok berdasarkan


panduan Kemenkes tahun 2012 adalah :

1. Data dasar anggota kelompok meliputi nama, jenis kelamin, tanggal


lahir , pendidikan, agama, suku, keadaan umum, TTV, status gizi,

25
riwayat penyakit, alat bantu yang digunakan, pola olahraga, dan pola
tidur.
2. Pengkajian terkait upaya peningkatan yang ada di kelompok meliputi :
fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia untuk kelompok, pelayanan
kesehatan yang dimanfaatkan oleh kelompok, fasilitas pendidikan yang
tersedia dan fasilitas pendidikan yang dapat dimanfaatkan, lingkungan
sekitar tempat tinggal anggota kelompok, status ekonomi (sumbangan,
jenis pekerjaan, rata-rata pendapatan perbulan), status sosial budaya dan
spiritual (sarana ibadah, kegiatan keagamaan, kepercayaan yang
bertentangan dengan penanggulangan masalah kesehatan, serta kegiatan
sosial), komunikasi meliputi alat komunikasi yang digunakan dalam
kelompok serta efektivitas proses komunikasi antar anggota dalam
kelompok, fasilitas rekreasi yang tersedia, serta pengkajian terkait
kebiasaan atau perilaku dalam kelompok berupa pemeliharaan
kebersihan diri dan pengelolaan makanan bersih dan sehat.

3.2 Diagnosa Keperawatan Kelompok


Tahapan asuhan keperawatan yang dilakukan sebelum menentukan diagnosa
keperawatan adalah melakukan analisis data hasil pengkajian. Diagnosa
keperawatan merupakan clinical judgment yang berfokus pada respon
manusia terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) terhadap respon dari individu, keluarga, kelompok, atau
komunitas (NANDA, 2015-2017). Label diagnosa keperawatan kelompok
meliputi aktual, potensial (promosi kesehatan/ sejahtera/ wellness) dan risiko.

Pedoman diagnosa keperawatan keluarga dan komunitas menggunakan North


American Nursing Diagnosis Association (NANDA). Akan tetapi, NANDA
belum optimal mengakomodasi diagnosis keperawatan kelompok, sehingga
digunakan juga rumusan diagnosis dari International Classifications for
Nursong Practive (ICNP). Sesuai dengan hasil Kongres Nasional Ikatan
Perawat Kesehatan Komunitas (IPKKI) II di Yogyakarta, penulisan diagnosis

26
keperawatan kelompok ditulis tanpa menyebutkan penyebab (etiologi) dari
masalah kesehatan yang dialami. Cara menentukan diagnosis keperawatan
yang telah disepakati adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi keluhan klien.
2. Memasukkan domain.
3. Memasukkan kelas.
4. Melihat definisi diagnosis.
5. Melihat batasan karkteristik.

Diagnosis keperawatan kelompok yang ditetapkan melalui analisis data cukup


benyak (lebih dari 1 diagnosis) sehingga perlu dilakukan penetapan prioritas
diagnosis keperawatan. Dalam menetapkan prioritas masalah perlu
melibatkan kelompok dalam suatu pertemuan dengan anggota kelompok.
Perawat dalam menentukan prioritas masalah hendaknya memperhatikan
enam kriteria yaitu :

1. Kesadaran masyarakat akan masalah.


2. Motivasi masyarakan untuk menyelesaikan masalah.
3. Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah.
4. Ketersediaan ahli/pihak terkait terhadap penyelesaian masalah.
5. Beratnya konsekuensi jika masalah tidak terselaikan.
Mempercepat penyelesaian masalah dengan resolusi yang dapat
dicapai (Stanhope & Lancaster, 2016).

27
Daftar Diagnosis Keperawatan Kelompok

Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis


keperawatan

Kelompok Domain 1 : Kelas 1 : 00168 Gaya hidup monoton


Promosi Kesadaran
kesehatan kesehatan
(NANDA)
Kelas 2 : 00257 Sindrom kelemahan lansia
Manajemen 00231 Risiko sindrom kelemahan
Kesehatan lansia
00188 Perilaku kesehatan
cenderung berisiko
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
00078 Ketidakefektifan manajemen
kesehatan
00162 Kesiapan meningkatkan
manajemen kesehatan

Manajemen 10029684 Krisis kesehatan akut


perawatan
(ICNP)

Promosi 10023452 Kemampuan perfoma


kesehatan mempertahankan kesehatan
(ICNP) 10022234 Penyalahgunaan alkohol
10022425 Penyalahgunaan obat-obatan
10028187 Perilaku seksual efektif
10022592 Ketidakmampuan
memanajemen regimen diet

28
10022603 Ketidakmampuan
memanajemen regimen
latihan
10000918 Ketidakmampuan
mempertahankan kesehatan
10022140 Ketidaksiapan meningkatkan
keamanan
10001274 Masalah perilaku seksual
10032386 Risiko terjadinya penyakit
10032355 Risiko cidera lingkungan
10022247 Penyalahgunaan rokok

Manajemen 10029744 Kekerasan pada anak


risiko 10029825 Kekerasan lansia
(ICNP) 10029856 Keamanan lingkungan yang
efektif
10032289 Risiko kekerasan
10032301 Risiko kekerasan anak
10033489 Risiko pengabaian anak
10032340 Risiko kekerasan lansia
10033489 Risiko pengabaian lansia
10015122 Risiko jatuh
10033436 Risiko pengabaian

3.3 Perencanaan Keperawatan Kelompok


Proses perencanaan sebagai upaya untuk menyusun rencana penyelesaian
masalah kesehatan yang dialami kelompok atau komunitas dikembangkan
berdasarkan integritas dari diagnosis keperawatan NANDA dan International
Classification for Nursing Practice (ICNP), Nursing Outcome Classification
(NOC), dan Nursing Intervention Classification (NIC). Modifikasi penulisan

29
kriteria NOC dan NIC pada diagnosis keperawatan kelompok menggunakan
pendekatan prevensi primer, sekunder, dan tersier.

Tahapan menyusun perencanaan keperawatan adalah sebagai berikut :


1. Melakukan proses analisis data hasil pengkajian.
2. Menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA atau ICNP.
3. Menentukan hasil (outcome) yang terukur dan dapat dicapai berdasarkan
NOC dengan cara menentukan diagnosis keperawatan, memilih kriteria,
memilih indikator, dan menentukan skala.
4. Menentukan intervensi berdasarkan NIC.

3.4 Implementasi Keperawatan Kelompok


Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana mancapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi, hal yang sangat
penting dalam implementasi keperawatan kesehatan kelompok adalah
melakukan berbagai tindakan yang berupa promosi kesehatan, memelihara
kesehatan/mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit dan dampak
pemulihan. Pada tahap implementasi ini perawat tetap fokus pada program
yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi
keperawatan kelompok memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya
proses kelompok, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan
kemitraan (partnership). Implementasi yang dapat dilakukan pada asuhan
keperawatan kelompok antara lain :
1. Promosi kesehatan : melaksanakan pendidikan/penyuluhan
kesehatan sesuai kebutuhan kelompok.
2. Proses kelompok : memotivasi pembentukan dan membimbing
kelompok, swabantu atau peer group.
3. Pemberdayaan masyarakat : memantau kegiatan kader kesehatan
sesuai dengan jenis kelompok.

30
4. Kemitraan : melakukan negosiasi/lobbying dan menjalin kerja
sama dengan pihak terkait (Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Kelurahan, Kecamatan) dalam melakukan implementasi.

3.5 Evaluasi Keperawatan Kelompok


Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
dalam mengukur keberhasilan asuhan keperawatan kelompok yang telah
dilakukan. Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan.
1. Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada waktu pelaksanaan
program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan
kemungkinan adanya temuan utama berupa masalah-masalah dalam
pelaksanaan program.
2. Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan
program sudah selesai, yang bertujuan untuk menilai hasil pelaksanaan
program dan temuan utama berupa pencapaian apa saja dari pelaksanaan
program.

Sedangkan kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari: 1) Relevansi


(relevance): Apakah tujuann program mendukung tujuan kebijakan; 2)
Keefektifan (effectiveness): Apakah tujuan program dapat tercapai?; 3)
Efisiensi (efficiency): apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling
rendah?; 4) Hasil (outcome): Apakah indikator-indikator tujuan program
membaik?; 5) Dampak (impact): Apakah indikator-indikator tujuan
kebijakan membaik?; 6) Keberlanjutan (sustainability): Apakah perbaikan
indikator-indikator terus berlanjut setelah program selesai.

31
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian Keperawatan di Sekolah


Fasilitas Yankes No. Register -
-
Nama Perawat yang Mengkaji Tanggal Pengkajian
Perawat Univ. MHT
Nama Kelompok Alamat
Kelompok 5

4.1.1 Data Dasar Anggota Kelompok


1. DATA DASAR ANGGOTA KELOMPOK 2. STATUS KESEHATAN ANGGOTA KELOMPOK
Alat
Bant Analisa
Ket.
TTV Status Gizi u/ Pola masalah
Lain
J Umu Pendi Agam prote kesehatan
Nama TTL Suku KU
No K r dikan a sa
IMT Konj
T Olah
N P S TB BB ung- Tidur
D raga
tiva
1 Abdul L 15 SM 10-06- Islam Beta Bai 11 8 2 3 15 4 16,8 Ana - ya 7 jam - kurus
aziz A 2001 wi k 0/7 0 0 6 8 2 nemi
0 s
2 Aditya L 16 SM 21 kriste Batak Bai 12 7 2 3 16 6 23 Ana - Ya 7 jam - normal

32
A desemb n k 0/8 8 0 6 0 0 nemi
er 2000 0 s
3 Alif L 16 SM 7 april Islam Beta Bai 12 6 2 3 17 1 33,3 Ana - Tida 7 jam - KBB tingkat
A 2001 wi k 0/9 8 0 6 6 0 nemi k berat
0 0 s olahr
aga
4 Aldi L 16 SM 26 juli Islam Beta Bai 12 7 2 3 - - Ana - Ya 7 jam - -
A 2000 wi k 0/7 0 0 6 nemi
0 s
5 Arzeti P 15 SM 11 Islam Jawa Bai 10 8 2 3 15 4 17 Ana - Tida 6 jam - normal
A agustus k 0/7 0 0 6 5 1 nemi k
2001 0 s olahr
aga
6 Arya L 16 SM 11 juli Islam Beta Bai 13 8 2 3 - 5 Ana - Tida 4 jam - -
A 2000 wi k 0/7 2 0 6 1 nemi k
0 s olahr
aga
7 Ayu P 15 SM 14 juli Islam Beta Bai 11 7 2 3 15 4 19,5 Ana - Tida 6 jam - normal
A 2001 wi k 0/7 8 0 6 3 5 nemi k
0 s olahr
aga
8 Bima L 15 SM 24 juni Kriste Sund Bai 11 8 2 3 16 5 18,3 Ana - Ya 6 jam - normal-
A 2001 n a k 0/7 0 0 6 5 0 nemi
0 s
9 Dais P 16 SM 31 Islam Beta Bai 10 6 2 3 14 3 19 Ana - Kada 6 jam - normal
A Desem wi k 0/7 4 0 6 4 8 nemi ng-
ber 0 s kada
2000 ng
1 Davit L 16 SM 20 Islam Jawa Bai 12 7 2 3 16 6 25 Ana - Ya 7 jam - normal
0 A desemb k 0/8 0 0 6 5 8 nemi
er 2000 0 s
1 Dina P 16 SM 21 Islam Beta Bai 10 7 1 3 15 4 17,5 Ana - Ya 8 jam - normal

33
1 A desemb wi k 0/7 7 8 6, 7 3 nemi
er 2000 0 5 s
1 Daud L 15 SM 2 Islam Beta Bai 13 8 2 3 17 8 28,7 Ana - Ya 5 jam - KBB tingkat
2 A desemb wi k 0/8 0 0 6, 1 4 nemi berat
er 2001 0 3 s
1 Dien L 16 SM 2 Kriste Jawa Bai 11 7 2 3 17 5 17,3 Ana - Ya 8 jam - kurus
3 A desemb n k 0/7 5 0 7 0 0 nemi
er 2000 0 s
1 Dwi P 16 SM 6 april Islam Sund Bai 90/ 6 1 3 15 5 20,6 Ana - Ya 5 jam - Normal
4 A 2001 a k 60 5 8 6, 9 2 nemi
6 s
1 Felin P 16 SM 11 Kriste Batak Bai 12 6 1 3 15 4 18,7 Ana - Jaran 7 jam - Normal
5 A februari n k 0/8 8 9 6 5 5 nemi g-
2001 0 s jaran
g
1 Fabian L 18 SM 6 april Kriste Batak Bai 90/ 6 1 3 16 6 22,9 Ana - Ya 4 jam - Normal
6 us A 1999 n k 60 5 8 6, 2 0 nemi
7 s
1 Ferry L 16 SM 23 Kriste Batak Bai 12 7 2 3 15 6 26,9 Ana - Ya 7 jam - KBB Ringan
7 A septem n k 0/8 0 0 6, 9 8 nemi
ber 0 8 s
2000
1 Ghina P 15 SM 07-02- Islam Sund Bai 90/ 6 1 3 15 5 20,8 Ana - Ya 8 jam - Normal
8 A 2002 a k 60 5 8 6 8 0 nemi
s
1 Hirvin P 16 SM 23-02- Islam Beta Bai 10 7 2 3 15 5 21,6 Ana - Kada 7 jam - Normal
9 a A 2001 wi k 0/8 0 0 6 5 2 nemi ng-
0 s kada
ng
2 Jelita P 16 SM 20-01- Islam Jawa Bai 12 7 2 3 16 6 24,6 Ana - Jaran 6 jam - KBB Ringan
0 A 2001 k 0/7 1 0 6 0 3 nemi g
0 s

34
2 Nauva L 16 SM 07-03- Islam Beta Bai 11 6 2 3 16 6 21,5 Ana - Ya 7 jam - Normal
1 l A 2001 wi k 0/9 5 0 6 7 0 nemi
0 s
2 Meisy P 15 SM 22-03- Islam Sund Bai 90/ 7 1 3 15 5 21,5 Ana - Ya 7 jam - Normal
2 a A 2001 a k 60 0 9 6 6 1 nemi
s
2 M, L 15 SM 15-07- Islam Beta Bai 11 6 1 3 17 6 19,9 Ana - Ya 7 jam - Normal
3 Irsyad A 2001 wi k 0/7 8 9 6, 5 1 nemi
0 2 s
2 Mufid P 16 SM 23-03- Islam Beta Bai 11 7 2 3 16 5 19,5 Ana - Jaran 7 jam - Normal
4 a A 2001 wi k 0/7 0 0 6 0 0 nemi g-
0 s jaran
g
2 Pretty P 15 SM 09-08- Kriste Batak Bai 11 6 1 3 16 4 17,9 Ana - Ya 7 jam - Normal
5 A 2001 n k 0/7 8 8 7 2 7 nemi
0 s
2 Rollin P 15 SM 15-06- Islam Beta Bai 10 6 2 3 15 4 18,6 Ana - Jaran 7 jam - Normal
6 A 2001 wi k 0/7 8 0 7 2 3 nemi g-
0 s jaran
g
2 Rizka P 16 SM 22-01- Islam Beta Bai 11 7 1 3 15 4 16,8 Ana - Ya 8 jam - Kurus
7 A 2001 wi k 0/7 0 8 6 6 1 nemi
0 s
2 Sita P 16 SM 19-11- Islam Jawa Bai 11 7 2 3 16 5 20,3 Ana - Ya 7 jam - Normal
8 A 2000 k 0/7 2 0 7 0 2 nemi
0 s
2 Shasa P 16 SM 09-03- Islam Jawa Bai 11 7 2 3 16 6 23,8 Ana - Ya 8 jam - KBB Ringan
9 A 2001 k 0/7 0 0 6 5 5 nemi
0 s
3 Sofia P 15 SM 13-10- Kriste Batak Bai 11 7 1 3 16 4 17,7 Ana - Jaran 4 jam - Normal
0 A 2001 n k 0/7 2 8 6, 1 6 nemi g-
0 5 s jaran

35
g
3 Syafir P 16 SM 10-12- Islam Jawa Bai 11 7 2 3 16 6 22,6 Ana - Ya 7 jam - Normal
1 a A 2000 k 0/7 5 0 7 3 0 nemi
0 s

4.1.2 Upaya Peningkatan Kesehatan


Penialian Gambaran Penilaian Gamabaran Kondisi
No Uraian Pengkajian No Uraian Pengkajian
Ada Tidak Kondisi Ada Tidak
A Fasilitas pelayanan E Status Ekonomi
kesehatan yang tersedia
untuk kelompok
1. Posyandu 1. Sumbangan Pribadi
(asal sumber
pendanaan)
2. Tenaga kesehatan 2. Jenis pekerjaan
yang berpraktik
3. Puskesmas dan 3. Rata-rata
jaringannya pendapatkan
perbulan
4. Klinik 4. Lainnya
1. Rumah Sakit
2. Lainnya UKS
B Pelayanan Kesehatan yang F Status sosial budaya
dimanfaatkan oleh spiritual
kelompok
1. Imunisasi dasar lengkap 1. Sarana ibadah
2. Imunissasi ibu hamil 2. Kegiatan Rohis, Rokris, Solat
keagamaan Duha, Tadarus

36
3. Makanan tambahan 3. Kepercayaan
yang
bertentangan
dengan
penanggulangan
masalah
kesehatan
4. Vitamin tambahan 4. Kegiatan sosial Kerja bakti
(kerjabakti,
arisan, dll)
5. Pelayanaan kesehatan
6. Lainnya
C Fasilitas Pendidikan G Komunikasi
1. Fasilitas pendidikan 1. Alat komunikasi
yang tersedia untuk yang digunakan Handphone
kelompok dalam kelompok
a. Playgroup a. telepone
b. TK b. Handphone
c. SD c. Faximile
d. SMP/MTS d. d. Lainnya
e. SMA/MA
f. Universitas/Sekolah
tinggi
g. Lainnya
2. Fasilitas pendidikan yang 2. Efektivitas proses
dimanfaatkan untuk komunikasi antar
kelompok untuk kegiatan anggota dalam
penyuluhan kesehatan, kelompok
pembelajaran di kelompok,
dll
D Lingkungan sekitar tempat H Fasilitas rekreasi
tinggal anggota kelompok yang tersedia untuk

37
kelompok
1. Sumber air bersih 1. Taman
2. Dapur umum 2. Pantai
3. Tempat pembuangan 3. Sarana olahraga Lapangan
sampah
4. Sarana MCK (berapa 4 Toilet 4. Lainnya
jumlahnya
5. Saluran pembuangan Selokan
limbah
6. Lainnya
J. Kebiasaan /
Perilaku dalam
kelompok
1. Pemeriksaan
kebersihan diri
2. Pengelolaan
makanan bersih
dan sehat

MENGETAHUI :

Nama Koordinator Tanggal/ Tanda Tangan

38
A. Pengkajian
1. Identitas kelompok
a. Umur : 15 - 18 thn
b. Besar kecilnya Kelompok : 40 orang dari 1 kelas X IPA
c. Agama yang di anut : Islam, Kristen
d. Lokasi : Sekolah Menengah Atas Widya Manggala
2. Masalah kesehatan yang terjadi
Hasil Data Berdasarkan Kelompok

DATA DEMOGRAFI
1. Jumlah siswa : 40 orang dari 1 kelas X IPA
Siswa yang terkaji: 31 orang
Perempuan : 18 orang
Laki-laki : 13 orang
Tidak terkaji : 9 orang
1) Distribusi siswa yang tidak melakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan
sesudah makan setelah di skrinning.
27 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji tidak melakukan cuci
tangan dengan benar sebelum dan sesudah makan
4 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji melakukan cuci tangan biasa
sebelum dan sesudah makan
2) Distribusi siswa yang tidak mengetahui cara cuci tangan dengan benar setelah
di skrinning.
31 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji tidak mengetahui cara cuci
tangan dengan benar
0 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji mengetahui cara cuci tangan
dengan benar
2. Klasifikasi data
87% siswa tidak melakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah
makan
13% siswa mencuci tangan biasa sebelum dan sesudah makan

39
100% siswa tidak mengetahui cara mencuci tangan dengan benar
0% siswa mengetahui cara mencuci tangan dengan benar

40
4.2 Diagnosa Keperawatan Kelompok Khusus: Sekolah
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
2. Ketidak Efektifan Manajemen Kesehatan

4.3 Perencanaan Keperawatan Kelompok Khusus: Sekolah

4.3.1 Analisa Data


No Data Subjektif Data Objektif MASALAH
1. - 27 dari 31 siswa Perilaku Kesehatan
- 27 dari 31 siswa (87%)
(82%) kelas X IPA Cenderung
kelas X IPA yang telah
yang telah dikaji Berisiko
dikaji mengatakan tidak
terlihat tidak
melakukan cuci tangan
mengetahui cara
sebelum dan sesudah
mencuci tangan
makan
yang benar
- 27 dari 31 siswa ( 87%)
- Tidak terdapat
kelas X IPA yang telah
fasilitas mencuci
dikaji mengatakan malas
tangan di area
untuk mencuci tangan
sekolah kecuali
sebelum dan sesudah
kamar mandi
makan
- Siswa kelas X IPA
mengatakan fasilitas
mencuci tangan hanya
tersedia di kamar mandi
- 4 dari 31 siswa kelas X
IPA yang telah dikaji
mengatakan terkadang
membawa makanan dari
rumah, makan
menggunakan sendok dan
tidak mencuci tangan
2.
sebelum dan sesudah

41
makan Ketidak efektifan
- 27 dari 31 siswa kelas X manajemen
IPA yang telah dikaji kesehatan
mengatakan tidak - Fasilitas UKS sudah ada
mengetahui cara mencuci namun masih belum
tangan yang benar dimanfaatkan secara
- 4 dari 31 siswa (13%) maksimal.
kelas X IPA mengatakan - PJ UKS masih seorang
mencuci tangan sebelum guru olahraga dan
dan sesudah makan kemahasiswaan bukan
seorang perawat.
- Kepala Sekolah
mengatakan PJ UKS
bergantian secara
kondisional
- PJ UKS mengatakan UKS
tidak berjalan dengan baik
- PJ UKS mengatakan belum
ada program/kegiatan
khusus untuk UKS

42
4.3.2 Prioritas masalah menurut Stanhope dan Lancaster 2016:
Beratnya
Konsekuensi Masalah bisa Jumlah
Kesadaran Motivasi Kemampuan Adanya
No Masalah Keperawatan Masalah teratasi dengan Skor
Kelompok Kelompok Perawat Pakar
Jika tidak resolusi
diatasi
1 Prilaku Kesehatan 4 5 5 3 5 4 26
Cenderung Berisiko

2 Ketidak efektifan 4 3 3 3 4 3 20
manajemen kesehatan

Keterangan Pembobotan:

1 = sangat rendah

2 = rendah

3 = cukup

4 = tinggi

5 = sangat tinggi

43
4.4 Rencana Keperawatan

FORMAT RENCANA

ASUHAN KEPERAWATAN SETTING SEKOLAH

Data Kode Diagnosa Kode NOC Kode NIC

DS: 00188 Perilaku Prevensi primer Prevensi primer


kesehatan 1632 Perilaku patuh: aktivitas yang 4350 Manajemen perilaku
- 27 dari 31 siswa cenderung disarankan
(87%) kelas X IPA resiko
1602 Perilaku promkes 4360 Memodifikasi perilaku
yang telah dikaji
mengatakan tidak 1606 Partisipasi dalam keputusan 5510 Pendidikan pasien: pendidikan
perwatan kesehatan kesehatan
melakukan cuci
tangan sebelum dan 1805 Pengetahuan perilaku 5515 Peningkatan kesadaran
kesehatan kesehatan
sesudah makan
- 27 dari 31 siswa 1823 Pengetahuan promosi
kesehatan
(87%) kelas X IPA
yang telah dikaji Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
1608 Kontrol gejala 4470 Terapi perilaku
mengatakan malas
untuk mencuci 1902 Kontrol resiko 4490 Bantuan memodifkiasi siswa

191 Keamanan lingkungan

44
Data Kode Diagnosa Kode NOC Kode NIC

tangan sebelum dan sekolah


sesudah makan
- Siswa kelas X IPA Prevensi tersier Prevensi tersier
1504 Dukungan sosial 8500 Peningkatan sistem dukungan
mengatakan fasilitas
mencuci tangan 22108 Penggunaan sumber daya Pengembangan kesehatan
yang ada di sekolah 8700 masyarakat
hanya tersedia di
kamar mandi
- 4 dari 31 siswa
kelas X IPA yang
telah dikaji
mengatakan
terkadang
membawa makanan
dari rumah, makan
menggunakan
sendok dan tidak
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah makan
- 27 dari 31 siswa

45
Data Kode Diagnosa Kode NOC Kode NIC

kelas X IPA yang


telah dikaji
mengatakan tidak
mengetahui cara
mencuci tangan
yang benar
- 4 dari 31 siswa
(13%) kelas X IPA
mengatakan
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah makan
DO:
- 27 dari 31 siswa
(82%) kelas X IPA
yang telah dikaji
terlihat tidak
mengetahui cara
mencuci tangan
yang benar

46
Data Kode Diagnosa Kode NOC Kode NIC

- Tidak terdapat
fasilitas mencuci
tangan di area
sekolah kecuali
kamar mandi

4.5 Implementasi Keperawatan di Sekolah


Hari/ Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi TTD
tanggal
Selasa/2 Prilaku Kesehatan Cenderung Memberikan pendidikan S: Siswa kelas X IPA Kelompok 5
Mei Berisiko kesehatan tentang cuci tangan mengatakan mengerti
2017 benar dan hubungannya dengan dan mengetahui cara
kesehatan reproduksi pada mencuci tangan dengan
siswa kelas X IPA benar
Menempelkan poster pada area O: Siswa kelas X IPA
sekolah tentang cuci tangan bisa menjawab
benar pertanyaan yang
diberikan
.

47
4.6 Rencana Tindak Lnjut
No Dx Tujuan Rencana Hari/Tgl Pj Dana Media
1. Perilaku Setelah mengikuti Pendidikan kesehatan Selasa/ 2 Badriyant Mahasiswa Ppt
Kesehatan kegiatan tentang cuci tangan benar Mei 2017 o poster
Cenderun pendidikan dan hubungannya dengan Devi
g Beresiko kesehatan: kesehatan reproduksi pada Risma
Memberikan siswa kelas X IPA Putri
pendidikan Menempelkan poster pada Tika
kesehatan tentang area sekolah tentang cuci Yeyen
cuci tangan benar tangan benar
dan hubungannya
dengan kesehatan
reproduksi pada
siswa kelas X IPA,
siswa kelas X IPA
dapat
mengaplikasikanny
a dalam kegiatan
sehari-hari.

48
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
1. Jumlah siswa : 40 orang dari 1 kelas X IPA
Siswa yang terkaji: 31 orang
Perempuan : 18 orang
Laki-laki : 13 orang
Tidak terkaji : 9 orang
1) Distribusi siswa yang tidak melakukan cuci tangan dengan benar sebelum
dan sesudah makan setelah di skrinning.
27 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji tidak melakukan cuci
tangan dengan benar sebelum dan sesudah makan
4 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji melakukan cuci tangan
biasa sebelum dan sesudah makan
2) Distribusi siswa yang tidak mengetahui cara cuci tangan dengan benar
setelah di skrinning.
31 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji tidak mengetahui
cara cuci tangan dengan benar
0 dari 31 siswa kelas X IPA yang telah dikaji mengetahui cara cuci
tangan dengan benar
2. Klasifikasi data
87% siswa tidak melakukan cuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah
makan
13% siswa mencuci tangan biasa sebelum dan sesudah makan

100% siswa tidak mengetahui cara mencuci tangan dengan benar


0% siswa mengetahui cara mencuci tangan dengan benar

Setelah dilakukan pengkjian maka didapati diagnosa keloompok sekolah di SMA


Widya Manggala anak kelas X IPA : Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
Implementasi yang dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan:
Memberikan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan benar dan

49
hubungannya dengan kesehatan reproduksi pada siswa kelas X IPA dan
Menempelkan poster pada area sekolah tentang cuci tangan benar
Dapat disimpulkan dari implementasi yang dilakuan adalah :
Siswa/siswi mengatakan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh
mahasiswa menambah ilmu dan wawasan dan bermanfaat
Siswa/siswi mengatakan sangat senang mendapatkan informasi
kesehatan
Klien tampak kooperatif
Klien mendemonstrasikan kembali bagaimana langkah-langkah cuci
tangan yang benar dengan sabun ataupun handrub

5.2 Rekomendasi
1. Untuk Siswa/siswi
Dianjurkan untuk mempraktikan kebiasaan mencuci tangan dalam
kehidupan sehari-hari terutama pada saat ingin membersihkan area
reproduksi
Dianjurkan kepada siswa/i untuk membawa handrub sendiri
2. Untuk Sekolah
Menyediakan tempat cuci tanngan diarea sekolah
Fasilitas yang di uks dapat digunakan dengan baik

50
DAFTAR PUSTAKA

51

You might also like