You are on page 1of 281

~...

~ '"(( PERPL'STAKAAN PROSffiA


1

Pendjelasan & Pembahasan



mengena1

PERATURAN BETON INDONESIA


1971

Dipe rgandaka n ter batas o leh :

DEPT . PEKEROJAAN UM U M DAN T NAGA L.I S TRIK

OIREKTORAT 0-JENOERAL T.JIPTA KARYA

LEMBAGA PENJELID IKAN MASALAH BANGUNAN


.
----- -

PERPUSTAK ~N PROSIDA
Tangg~ Jl
------~--------~
Bulan 1::-;a~n..
Tahun /q Jz_
Reg. No.
KA T A P E NG A N T A R

Sepertl diketahui, Peraturan Beton Bertutang Indonesia 1971


CPSI 1971 > telah terbentuk meta lui proses jang pandjang. Gagasan \m-
tuk memperbaharui peraturan beton jang lama <PSI 1955) setjara kon -
krit untuk pertama kalf dibitjarakan chusus dalam Symposium Beton p~
tam bulan Djanuarf 1970, pada kesempatan mana djuga sekalfgus telan:
dibentuk Panftia Pembaharuan Peraturan Beton Bertulang Indonesia.
Naskah2 kerdja jang dfperslapkan oleh delapan kelompok kerdja telah d!
bah as d_a Iam SemInar ke-11 TertI b Pembangunan da Iam bu Ian Maret 1970.
Walaupun seminar fnf telah dapat menggariskan kira2 bentuk dari Pe-
raturan Beton Bertulang Indonesia itu, namun bahan2 jang terkumpul
masih djauh darf lengkap . Pengul'!lpulan data dan desk-research jang.
luas masih harus df lakukan. Ber-bagal2 studi komparatif harus dllaku-
kan jang a. I. djuga memerlukan penJusunan ber-bagai2 program computer.
Ha I in i d i Iakukan t i dak sa_dja urituk mengudj I ketepatan dan kebenaran
darl ber-bagai2; ketentuan serta mem-bandfng2kannja dengan ketentuan2
serupa didalam ber-bagal2 peraturan bpton jang baru dlluar negerl,.
tetapl djuga untuk sekalfgus menjusun tabel2 dan nomograrn2 untukprak-
tek dl Indonesia. Peraturan Beton Bertulang Indonesia jang baru kira-
nja tidak akan banjak manfaatnja, apabi Ia tldak sekallgus disertai .:d~
ngan penjusunan tabel2/nomogram2 untuk memungklnkan apllkasinja. Dem!
kianlah, achirnja suatu naskah lengkap telah dapatdlselesalkan,jang
dlberl nama "Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1970 - Rentjana".
Naskah ini berlkut buku2 pendjelasan dan latar belakangnja telah dikem~
kakan dan dibahas dalam Workshop Beton dalam bulan Djanuari 1971.

Ternjata Workshop Beton be Iurn dapat mene Iorkan naskah ach I r dar I
Peraturan Beton Bertulang Indonesia jang baru, karen~ berbagai keten-
tuan masih harus dlrubah dan dlsempurnakan dan tldak dapat dlselesal-
- ;;

kan selama wor~shop berlangsung. Ka~~na alasan2 praktls, maka atas


kebldjaksanaan kami, selaku Ketua Panltia Pembaharuan PSI, penjempur-
naan naskah PSI setelah Workshop Beton tsb. di lakukan setjara tertu-
lis. Dengan tjara ini pembahasan perubahan2 tsb. telah dapat di lakukan
dengan tjukup mendalam, tanpa terlalu mengganggu kesibukan se-harl2
dari para Anggauta Panitla Pembaharuan PSI serta para peserta Workshop
Beton lainnja jang dimlnta turut menjumbangkan piklrannja dalam penje~
purnaan ini. Maka setelah selama de Iapan bulan berkas2 pendjelasan dan
- II -

pembahasan diedarkan, achlrnja dala~ bulan Agustus 1971 telah ber-


hasi I dlpetjahkan semua masalah2 Jang timbul dari Workshop Beton
ltu. Berkas2 pendjelasan dan pembahasnn lnilah jang dimuat dalam
buku ini. Untuk mempertahankan kontinultas dart pembahasan,berkas2
tsb. tldak dlmuat menurut urutan penglrlmannja, tetapl disesuaikan
kepada masalahnja jang dltindjau.

Walaupun pembahasan dalam buku lni senantiasa menundjuk kepa-



da naskah PBI 1970 - Rentjana, namun tanpa adanja naskah tsb. pun,
dengan hanja memakal Peraturan Beton Bertulang 1971, setlap pemba-
,.
tja klranja dapat menglkutl isi dari buku lnl. Malah buku lni dJus-
teru merupakan buktl otentlk dart pembahasan para ahli beton klta jang
dalam bentuknja jang asli kiranja sangat berguna bagi panitia2 lain
dtkemudfan hari dan bagl para pembatja jang berminat mengetahui !a-
tar belaka~'g
.
. -dari PBI 1971 ini. Dalam hubungan ini perlu didjelaskan
ba.hw~ hanja pasal2 jang penting sadja dart PBI 1971 dapat diketemu-
kan pendjelasan/latar belakangnja dldai~~ buku ini.

Berhubung pembahasan/pendje,asan naskah sampa I terwudjudnja


oPeraturanBetc;m 'Bertulang Indonesia 1971 ini telah dll~kukan melalui
koordinasi kami, selaku Ketua Panitia Pembaharuan PBI, maka kami me-
njadarl bahwa sebagal manusia kami tidak akan luput dari kechi lafan2/
t"

kekurangan2 dalam tjara menjadjikan pembahasan itu. Karena itu, apa~


bl Ia ada pihak2 jang merasa kurang puas dengan tjara kaml mengemuka-
kan sesuatu hal, kami mohon maaf jang se-besar2nja. Selandjutnja, me
Ia lui djalan ini ,.kami lngin mengutjapkan banjak terlma kasih atas ba!:!
tuan/perhatian para Anggauta Panitia Pembaharuan PBI serta para pese~
ta Workshop Beton j.l., sehingga berkat saling pengertian dan tolera!:!
sl jang besar achirnja dapat tertjapai konsensus dalam ber-bagai2 per-
soalan, jang memungklnkan terbitnja PBI 1971 dalam trlwulan terachir
1971. Achlrnja, tak lupa pula kaml utjapkan banjak terima kaslh kepada
Panltla lstl lah Teknik PUT-UGM jang telah memberikan tanggapan2 atqs
lstilah2 teknik didalam PBI ini.
Bandung, I September 1971
Panltia Pembaharuan Peraturan Beton
Bertulang Indonesia,

~:::":1-~P--
ctr. Wiratman-Wangsadinata)
- Ill -

Panttla Pembaharuan Peraturan


Beton Bertulang Indonesia 1971

K e t u a
fr. Wfratman Wangsadinata
Anggauta
Prof. lr. Achmad Antono
h". Teddy Boen

lr. Oerlp Ojojosantoso


Soemardi Kartani djojo
lr. Soedjono Kramad i brata

lr. A.M. Luthti .


fr. Soeharto Prodjowijono
lr. Rachmat Purwono

r. S.M. Rftonga
tr. Hamid Shahab
Prof. lr. R. Soemono
Dr.lr. Sosrowfnarso
lr. Tony Suwandito
tr. R.B. Tular
lr. Suwarno Wlrjomartono
- I -

D A F T A R S

BAGIAN UMUM
Bab I - Sjarat2 Umum
I. I. Ru&ng tjakup
1.2. I dJ In pe laksanaan, pel"'h I fungan dan gambar2 .... VII - I
1.3. Pengawasan VII - I
1.4. Tjara perhitungan dan/atau pelaksenaan Jang
menj lrnpang ........ , . VI f - 2

Bab 2 - Deflnlsl
2 I Umum , . , VI I - 4

BAGIAN 2 - BAHAN-BAHAN
Bab 3 - Bahan-bahan
3. I Pemer I ksaan bahan2 VII - 4
3.2. S em e n t VII - 4
3.3. Agregat halus (paslr) VII - 5
3.4. Agregat kasar (keriki I dan batu petjah) VII - 6
3.5. Agregat tjampuran Cagregat halus dan kasar) VII - 6
3.6.Air ........................ VII - 7
3.7. Badja dan batang tulangan VII - 8
3.8. Bahan pembantu , , , .
3.9. Penjimpanan bahan2 VII - 8

BAGIAN 3 - PELAKSANAAN
Bab 4 - Pekerdjaan beton
4.l.Umum .. I -1
Ill - 2
IV - I
VI - 5
VI -12
4.2. Kelas dan mutu beton , , I - I
I II -15
IV - 2
V - I
v - 6
VI - 1
VI - 7
- 2 -

l - 2
5
6

V! -
VI -
4.4. Kekentalan adukan beton . . I -
Ill -
Ill -
.IV -
v-
v-
v: - 4
4.5. Mutu pelaksanaan dan kekuatan tekan
beton karakteristik . i- 2
Ill - I
Ill - 6
IV - 3
v- 2
v- 7
4.6. Pertjobaan pendahuluan I - 3
Ill - 6
IV - 6
v- 2
v- 7
Vi - 3
4. 7. Pemerfksaan mutu beton dan mutu pe laksanaan
se lama mas~ pe laksanaan I - 4
Ill - 7
IV - 7
v - 4
v- 9
VI - 2
Vl - 8
4.8. Tindakan2 jang diambi I apabi Ia hast I peme-
rfksaan banda udji menundjukkan mutu beton
jang tldak memenuhi sjarat ..
Ill 7
Ill - 22
IV - 9
v- 4
4. 9. Pembuatan dan pemer i ksaan benda udj I . . I - 8
Ill - 3
IV - 15
VI - 4
Vi - 12
- 3 -

Bab 5 - Tjetakan, atjuan, tulangan dan pipa2 jang akan


tertanam dalam baton.
5.1. Tjetakan dan atjuan ..... VIII --
5.2. Lanta i kerdja . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V Ill -
5.3. Pembengkokan tulangan VIII-
5.4. Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan
tulangan
5.5. Pemasangan tulangan
5.6. Toleransl pada pemasangan tulangan
5.7. Pemasangan pipa2 jang akan tertanam
d ida I am bet on . VI I I - I
5.8. Pembongkaran tjetakan dan atjuan VII I - 2

Bab 6 - Pengadukan, pengangkutan, pengetjoran,pemadatan dan


perawatan beton
6 I Per s i apan . .- V Ill - 3
6.2. Pengadukan ........ V l II - 3
6.3. Pengangkutari ~ .. ~ .. ~ ..... VIII - 4
6.4. Pengetjoran dan pemadatan VIII - 4
VI - 5
6.5. Siar pelaksanaan ........................... VIII - 5
6. 6. Perawatan ................................ , . VItI - 5

BAG IAN 4 - DETA IL2 KONSTRUKS 1


Bab 7 - Penutup beton dan ketahanan dalam kebakaran.
7 I' LJmum , IX
7.2. Penutup beton berhubung dengan keadaan
ke1illng ...................................... IX
7.3. Penutup beton dan ukuran konstruksi berhu-
bung dengan ketahanan dalam kebakaran IX -

Bab 8- Tulangan.
8. I. Umum ....................................... IX 4
8. 2. Ka it dan bengkokan , . IX - 4
8.3. Sjarat2 penjaluran tegangan IX - 4
8.4. Tulangan mornen pos i t i f . . . IX - 6
8. 5. Tu Iangan. momen negat i f , , IX - 9
8.6. Pandjang penjaluran tulangan tarik IX - 9
8. 7. Pandjang penjalur tulangan tekan .......... IX - 10
- 4-

a.a. Pandjang penjaluran eklvalen dart kalt ....... IX II


a.9. Komblnasl penjaluran tegangan IX - II
. .
a.IO.Pandjang penjaluran berkas tulangan IX - II
. .
a. I I Sambungan tulangan - Umum .................... IX - II
a. 12. Sambungan lewatan tulangan tarik ............. IX - 12
a. 13. Sambungan lewatan tulangan tekan ............. IX - 13
a. 14. Sambungan lewatan tulangan didalam
berkas tulangan IX - 13
a. 15.Sambungan las . i IX - 13
a, 16.Djarak antq~q batq~g.tulangan IX - 14
~.17.Tulangan geser ................................ IX - 14

Bab 9 - Bagien2 konstruksi


9 ; I Pe I at .. e e X- I
9 2 Di nd i ng . , ~ ~ , , X- 5
9.3. Ba I ok ~
X- 5
9. 4. Pe'tat berusuk ..... , ~ ................... X- 7
9.5. Balok tinggf (keping) ~ X- a
9.6. Kolom dengan sengkang X- a
9~ 7~ Ko Iom dengan I i I I tan sp ira I . )t - a
9.a. Ketos, djangkar dan alat2 p~ngikat . X- a
9.9. Siar pemisah ............................ X- a

BAGIAN 5 - DASAR2 PERHITUNGAN DAN SJARAT2 UMUM KONSTRUKSI


Bab 10 - Dasar2 perh itungan dan sjarat2 umum konstruks I.
I 0. I. Koef is i e_n2 keamanan II - I
111.-9
Ill - I I
Ill - 13
IV - 15
v- 4
VI - 4
I0.2. Kekuatan2 beton II - a
I 0. 3. Pembebanan ........... , .. II - 10
10.4. Tjara perhitungan konstruksl ;, II - 10
IV - 19
10.5. Kekakuan konstruksi ........................ II - II
IV - 19
XII - II
- 5 -

10.6. Stabi litas konstruksi, lentur dengan gaja


normal ............. I I - 19
Ill - 10
IV - 19
v- 4
I0 7 Lebar reta k . . I I - 24
XII - 23
10.8. Lebar manfaat flens balok T II - 25
Ill - 23
IV - 23
10.9. Ketentuan2 lain untuk perhitungan I I - 28
II I - 23
IV - 24
VI - 5
VI - 13
BAGIAN 6 - PERHITUNGAN ~4~~ KEKUATAN
Bab I I - Perhitungan kekuatan berdasarkan prinslp2
teori elastisitas (perhitungan tjara- n) XI I -
I I .0. Notasi
I 1 I Umum , X r I - 2
v- 4
v- 9
I I .2. Keadaan selmbang elastls dan pembatasan
tulangan ............. XII - 4
11.3. Penampang persegi akibat lentur murni XI I - 6
I I .4. Penampang T akibat lentur murnl XII - 7
I 1.5. Penampang kolom persegi dengan tulangan
simetris .... XI I - 7
I 1.6. Penampang kolom bulat dengan tulangan sf-
met r i s .. , . X I I - 8
I 1.7. Tegangan geser lentur dan tulangan
gesertentur ............................ XII- 8
I 1.8. Tegangan geser puntlr dan tulangan
geser lentur-puntrr ... Xtl - 9
I 1.9. Tegangan geser pons dan tulangan geser
pons. . . . . . . XI I - 9
I I.IO.Konsot pendek ............................. XI I - 9
I I I I Per Ieta ka n

Bab 12 - Perhitungan kekuatan berdasarkan prlnsip2


kekuatan batas~ '
12.0. Notasi
12.1. U mum . XI
12.2. Keadaan seimbang batas dan pembatasan
tu I a ngan . . . . . X I - 6
- 6 -

12.3. Penampang persegi akibat lentur murhl XI - 7


12.4. Penampang T ak I bat lentur murn i XI - 9
12.5. Penampang kolom persegl dengan tulangan
s i rnetr i s ................................. XI - 10
12.6. Penampang kolom bulat dengan tulangan
s I rnetr i s ........................... XI - 12
12.7. Tegangan geser lentur dan tulangan geser
fentur ................. XI - 13
12.8. Tegangan geser puntlr dan tulangan geser
lentur- puntir XI - 16
12.9. Tegangan geser pons dan tulangan geser pons XI - 19
12 . 10. Kon so I pendek XI - 23
12.11.Pertetakan ................................... XI - 24

BAGIAN 7 - STATIKA DAN PERHITUNGAN KEKUATAN PAOA KONSTRUKSI2


TERTENTU.
Bab 13- Pelat, Balok dan Portal.

Bab 14- Sistim lantai menerus dengan atau tanpa balok


pem i ku I XI I - 28

Bab 15 - Oinding

Bab 16 - Konstruksi tahan gempa.

Bab 17 - Fondasi telapak.

Bab 18- Konstruksi selaput dan pelat lipatan

Bab 19 - Ko nstruksi beton pra-tjetak

Bab 20 - Statika konstruksi berdasarkan prlnsip2 teori keruntuhan


dan modifikasi2nja.

BAGIAN 8 - SJARAT-SJARAT CHUSUS.


Bab 21 - Evaluasi kekuatan konstruksi jang sudah berdiri dan
pertjobaan beban.
- 7 -

Saran2 Panitla lstilah Teknik PUT- UGM mengenai


lstilah2 teknik dalam PBI .. XI II - I

Tanggapan atas saran2 Panitia lsti lah Teknik PUT UGM


mengenal lsti lah2 teknik dalam PSI ........................ XIV - I

Tjatatan :
Dari pasal-pasal dan bab~bab jang tidak dlberi nomor halaman,tidak
ada pendjelasan/latar belakangnja dldalam buku Int.
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-1

o I e h :

tr. Wlratman Wangsadinata

12 Djanuarf 1971
PENDJELASAN MENGENAI PEROBAHAN NASKAH PBI 1970

0 I e h :
Jr. Wiratman Wangsadinata,

Bab 4 - P e k e r d j e a n b e t o n
< djudul asli : Kelas dan mutu beton >.

Pasal 4 .I.
Ketjuali dfadakan penjempurnaan redaksi, djuga dlberf satu ajat tam-
bahan Cajat 4), sesuai dengan usul2 dalam Workshop Beton, jaitu jang me-
nentukan perbandingan keteguhan beton pada ber-bagai2 umur CTabel 4.1 .4).
Angka2 tsb. diambfl darl rekomendasl CEB dan dari literatur jang dikutip
oleh ir. Hamid Shehab dal~m Workshop Beton.

Pasa I 4.2.
Pada ajat (I), Tabel 4.2.1. disesuaikan dengan usul2 darf Workshop
Beton. Usul ir. Hamid Shahab untuk mentjantumkan keteguhan si Iinder delam
tabel tsb. kiranja tidnk perlu, karene. hal ltu sud5h dltampung oleh Pasal
4.1 ajat {3). Usul Workshop untuk mentjantumkan footnote pada tabel tsb.
jang menjatakan bahwa sekedar untuk pegangan dapat diperkirakan bahwa
obk = 0,67 ob'
.m tidak djodf dftjantumk~n, karena ternjata dap~t mcnjesat-
kan. Dengan adanja footnote tsb. terdjadf hol2 sbb. : (I) adanja kesan
bahwa obm dapat dftentukan dengan djumlah banda udji kurang dari 20 (It-
hat pandangan lr. Hamid Shahab>, padahal obm djuga harus dftentukan de-
ngan minimum 20 benda udji; (2) hi langnja arti dari ketel itfan pe.taksa-
naan, sebab rumus tsb. hanja ber_laku untuk koefisfen variasi 0 = 0,20 (mu-
tu pelaksanaanterendah), sedangkan untuk memperkirakan obk t~rhadap obm'
setiap pelaksana dapat menghltungnja sendfri dengan rumus dalam Pasal 4.5
ajat C2> dengan deviasf st~ndard s dari Tabel 4.-5.1.,
Ajat <2> redaksinja d"lsesuaikan dengan usul2 dalam Workshop Beton.
- 2 -

Pasal 4.3.
Ajat (I) tidak berubah. Dalam ajat <2>~ perbandingan tjampuran dtte-
gaskan dengan volume dan perihal djumlah airnja tidak dlberikan sesuatu
ketentuan. Ajat (3) ti~ak berubah hanja kalimat terachfr dihapus. Dalam
ajat (4) ditegaskan bahwa faktor air semen berlaku 'Jntuk agregat
kering muka, dan Tabel 4.3.4. disempurnakan. Dengan demikian, semua usul2
da Iam Workshop Beton sudah -:-ertampung.

Pasal 4.4.
Rase! 4.4 inl adalah pasal 4.9 naskah asli. Alasan untuk memfndahkan
pasal tsb. kemuka lalah karena pasal tsb. sangat erat hubungannja dengan
~asal 4.3 sebelumnja.

Dalam ajat (3) diadakan tambahan, sesuai dengan usul fr . Hamid Shahab da-
lam Workshop Beton.

Pasal 4.5. <naskah asli pasal 4.4).


Ajat (I) disempurnakan redaksinja. Tabel 4.5.1 tetap dipertahankan,
karena ketjuali darT studi literatur setefah Wor~shop Beton, belum dl-
ketemukan data baru jang mejakinkan untuk dipakai sebagai dasar penjem-
purnaan tabel tsb~~ djuga atas pertimbangan2 berfkut. Per deflnisi, koe-
fisien variasl atau dispersi relatif adalah :

5 = s
cr!
bm

sehingga untuk daerah s konstan, jaitu untuk crbm ~ ~ 200 kg/cm2


atau untuk mutu baton K > 175 (lih. Gambar 4 dalam buku : "Evaluasi
setjara statlstik etc.," background paper Workshop Beton>, koofisien
variasi pasti tidak dapat dipakai sebagai dasar kwalifikasi pelaksanaan,
karena untuk keachl ian pelaksana jang sama, ni lainja variabel bergantung
pada crb' jang hendak di laksanakan. Djadi, untuk K > 175 adalah tepat un-
m -
tuk memakai s sebagai dasar kwa'l ifikasl pelaksana.
Untuk K 125, make untuk keachlian peiaksana jang sama s :""l::>'cch relatif I~
blh ketji I (grafik membelok kearah or1gin). Akan tetapl~ apabi Ia untuk
mutu jang djarang akan dilcksanakan dalam praktek ini <orang akan leblh
memillh s 1 dart pada _K 125), untuk keachllan pelaksana jar.g same s diambil
sama seperti untuk K > 175, maka kita berada dipihak jang aman.
.- 3 -

Ajat (2) is i nja sama dengan aj~t (3) naskah ~s I i dengan tambahan,
bahw:::~ s didalam rumus adalah deviasi standard menurut ajat <1>, djadi
bukan deviasi standard ~entj~na sr seperti disebut dalam ajat (3), pa~

sal 4.6 dan pasal 4.7.


Ajat (3) redaksinje adal:-' bc::!ru. Berbeda dengan menurut n;::skeh e-
sli, diman~ p~laksana disjaratk~n menjpt~kan sendir1 dengan teg~s deviasi
standard rentjana jan~ al<an dipakai dalam pelaks3r;a:.n. dalem .aJ;:- (3)
jong baru ini dcviElsi standard rentjana 7~b. Eitatap~ar: ~er:;;am:J oleh Pe.;..
ngaw~s Ahli dan pelaksana, sehlngg~ disini ada unsur !1Usjc:\''arah. Selan-
djutlija, untuk membedakan devic:sl standard sesun~3uhnja jang dihir..mg
menurut ajat 2 (= s>, maka deviasi standard rentj~n~ dinjatak0~ de~gan

notasi sr. Deviasi standard rentjana sr perlu ditetapkan untukpemeril<.s~

~n mutu beton se I ama mesa pe I aksanaan ( pasa I 4. 7) . berdaserkan sL:atu


known-sigma plan (dalam hal lni suatu Shewhart Cbntrol Chart).

Fasel 4.6 (nask~h asli pasal 4.5)


Ajat (I) tidak berubah.
Ajat (2) redakslnjadirubah. Sekarang pembuatan benda udji (djika
tidak disjar~tltan lain oleh Penga\1/as Ahll> 9iserahkcn kepada kebldjak-
sanaan pelaksana, usal randomization terdjarnin. Pmdcpat ir. Hamid Shat,a')
dalam v!orkshop Beton benar 1 bahwe randomization dapat djuga ter~japal

dc;!lam pembuata:1 lebih dari 4 buah bendc udji perh'!H'"l 1 . asal. .diperh..st:kan
faktor2 djam !<erdja, pekerdja, keadaan agregat, tjuatja, d II. Agar r~ndo

mization dart sampling ini benar2 terdjamin, maka sct-ema pembuatan bendc2
udji tersebut horus disetudjui terlebih dahulu oleh Pengawas Ahli, sete-
lah sebelumnja dibahas dan dlrundingkan bersema. Usul ir. Hamid Shah~b

untuk mensjaratkan agar mlnirrum dibuat IObenda udjt dalam pertjob;:;~n r>An-
dahuluan tidak perlu dltjantu11kan, sebab dlchawatirkan akan diperoleh ke-
san bahwa untuk 10 benda udji Tnt berlaku djuga pasal 4.5 ajet (I) den <2>,
.
..
padahal tidak. Tentu sadja pelaksana boleh membuat hanj~ 10 benda udji,
tetapi ia harus menggunakan rumus2 jc:ng lain. Ia herus meramalkan dohulu
.crbm kemud ian s dengan deradjat konfl dens I jang tj ukup, sebe I urn d! pero I eh
gambaran tentang mtotu beton d!!n mutu pelaksanaan dari per+jot.H:nn pendEihu-
lu3n ini.Untuk menghindarl evaluasl statistik inl, I'TIClka dldalam aj~t (2)
tersebut diandjurk~n untuk membuat 20 bonda udjl. Untuk itu memu'1g
- 4 -

dfperlukan waktu, sepertf dlkemukakan oleh fr. Hamid ShRhab dalam Workshop
Beton, dan hendaknju hal inf dlsadarf dan dlperhitungkan oleh setlap pela~
sana didalam time schedule-nja.
Ajat (3) adalah baru dan dfmaksudkan untuk meng~t:si faktor waktu,
terutam~ pada pekerdjaan2 cra~h program. Untuk menggunekan ajat (3) fnf

harus ada koordtnasl jang baik dengan perentjana. Pembuatan benda2 udji
dltetapkan dengan Interval volume pengetjoran jang sama (s~tu benda udji
setfap seklan m3 beton>, seperti halnja djuga ditetapkan dalam paaal 4.7
pada pemeriksaan mutu beton selama masa pelaksanaan <llhat pendjelasan
pasal 4.7).
Ajat (4) adalah djuga baru dan hanja menegaskan bahwa pemeriksaan
banda udji boleh dflakukan pada beton jang berumur kurang dart 28 hart.
Ajat (5) menetapkan bahwa pembuatan dan pemeriksaan benda2 udjl ha-
rus mengikutt pasal 4.9.

Pasal 4.7 (naskah asli pasal 4.6)


Redakst naskah aslt seluruhnja digantt.
Dalam ajat (I) ditentukan bahwa I benda udji harus dibuat setlap 5m3
beton. Pada penggunaan concrete mixer dengan kapasltas ~ 200 I, hal lnt
berarti bahwa I benda udjf harus dibuat setiap 25 tjampuran. Apabi Ia frlk-
wensl pembuatan kubus lni dianggap terlolu besar, mak~ Peng~was Ahli de-
pat menetapkan lain. Untuk memperoleh 20 benda udji pertama dalam waktu
jang singkat, dltetapkan untuk membuat I benda udji setic:'lp 3 m3 beton.
Dafam keadaan pekerdjaan jang lantjar, 20 benda udji ini dapwt tertjapai
dalam 2 hari (lihat pandangan ir. Hamid Shahab dalem Workshop Beton). Ten-
tu sadja ketentuan inl hanja dapat dipa.kai untuk pel!erdjaan2 dengan
volume beton lebih darl 60m3. Untuk pekerdjaan2 dengan volume beton ku-
rang dari 60m3 dltundjuk kepada ajat (3).
Pembuatan benda udji den~an interval volume pengetjoran jang sa~~ Csetlap
sekian m3) telah dipilih sekarang, karena lebfh mendjamin proportional
allocation darf sampling dibandingkan dengan pembubten benda udji setiap
sekfan mix seperti menurut naskah asll. Didalam stctlstlk, tjara pembu-
atan benda udji setiap sekian m3 tergolong kedalam stratified random sam-
pling dengan proportional allocation. Masih mendjedi pertcnjaan sekarang
9pakah stratified random sampling ini mempunjai efek jang sama dengan
- 5 -

simple random sampling? Berikutekan dlbuktikan bahwa demiklanlah halnja.


Suatu konstruksl beton dapat dfpandang terdlrl dClri ber-bagai2
. kedua : kolom2~
stratum, mfs~lnja st~tum pertama : ~ndasl, stratum
stratum ketlge : balok2, dst. Masing2 stratum berlainan volumenje. Apa-
bll~ didalam masing2 stratum klta mengadakan random sampling~ maka

weighted mean dari str~tifled random sampling dltentukan oleh rumus:

I: K. a'bm, i
I
a'bm,st =
I: K1

dimana a'bm,st = weighted mean dari strati fled sampling


K.I = kublkasl baton dart stratum i :z.f,2, ...
a'bm,i = mean dari stratum i = I, 2,

Apeblla pada setiap 'b m3 baton dibuat J sample dan djumlah samp~e ~tda
lam stratum I kita sebut ni dan djumlah seluruh sample adalah N = I:ni~m3ka
I:a
b, I
K I:n I:o'
n,
b l
____...;....__ =
b
.. - - - ~ a'
a'bm,st bm
N

Dari persamaan lni ternjata bah\'la mean dart stratified random sampling
adelah same dengan mean dari simple random sampling.
Selandjutnje akan kite tindjau varlansl dari mean. Untuk stratified
random samp I i ng, we Ighted variance d i tentukan oleh rumus :

Berhubung kita menghadapl s~tu mutu beton dan satu keahllan pelaksana
jang sama, maka untuk semua stratums.I edalah sama (=s>, sehlngga rumus
dia"tas mendjadi
- 6 -

Dari persemaan terachir dapat dillhat bahwa variansi dari stratified ran-
dom sampling adalah sama dengan varlansi darl simple random sampling. De-
. .
ngan demiklan, maka terbuktl bahwa stratified random sampling dan simple
random sampling mempunjai efek jang sama. Stratified random sampling.di-
sjaratkan balk pada pertjobaan pendnhuluan <pasal 4.6), maupun dalam qua-
lity control dalam pelaksanaan (p~sal 4.7 ajat I dan 3).
Perlu ditjatat, bahwa pengambi I an I benda udjl setlap 3 ateu 5 m3
beton haruslah di lakukan setjara random, at+tnja tldak selalu dari misal-
tidak
nja mix ke-2 atau/selalu dart mix ke-10, dl I. Pengambilan benda udji da-
pat diambil darl mix ke-1, tetepi tidak wadjib. Dengan demiklan, maka
kesulltan jang dikemukakan oleh ir. Hamid Shahab dalam Workshop Beton_,
bahwa mix pertama tidak dapat memberlkan mix jang representatif, dapat
dtatasl.

Ajat (2) materinja sama seperti pad3 naskah asli. Ketentuan2 dalam
ajat i nt memungk inkcn suatu t jara pengc":as~n mutu jang sangat popu Ier
cta~am statistical quality control pada continuous production of manufac-

tured products, jaltu penggunaan Shewhart Control Charts. Djadi, keten-


tuan2 tsb. ti dak pure theoret i ca I, tetap I sud~h d i ap; i 1~::1s i kc:m set jara
luas dalam praktek.
Keberatan dari I r. Hamid Shahab da Iam Workshop Betor.~ bchW':! L!!1tuk K 125
menurut ketentuan tsb. dengan s = 50 kg/cm2 harus tertjapa! koteguhan
rata2 dari 4 kubus ber-turut2 minimul 166 kg/cm2, harus diterima sebagai
kenjataan, sebagai konsekwensi darl keputusan kita U!1tuk me~erima statis-
ttk sebagai dasar. Di lnggris hal ini sudah disepakatl dan diterim~ seba-
gai kreterium jang sehat sedjak 1957 (lihat CP I 14, Clause 209-c dan Pro-
posed Unified B.S. Code for Structure I Concrete, Claus.e 206). Di USA pe-
ngawasan mutu beton dengan computer djuga dtdasarkc-n pada suatu Shewhart
Control Chart demlkian <llh~t Malhotra : .'A~plicatlon of digital compu-
ters in the qual Jty control of conc:ete", ACI pub I ic3tion SP-16 1967).
- 7 -

Berleinan dengan dalam peraturan dl lnggrls, dalam ~jat (2) jang baru lni
terdapat ketentuan jang merlngankan, jaftu sub ajat b, jang sedlklt ba-
njak dapat menampung keberatan lr. Hamid Shah3b. Sub ajat b inl pokoknja
mengatakan, bahwa kriterium mutlak untuk meni lai mutu beton adalah sja-
rat no. 4 dart sub ajet a, sedangkan sjarat2 no. I s/d 3 merupakan krite-
rium untuk menl lai mutu pelaksanaan. Disini perlu diperingatkan, bahw~
apabila sjarat no. I s/d 3 tidak terpenuhi dan pelaksana tidak tjepat
mengambil tindakan2 pengamenan, make kemungkinan besar sj~rat no. 4 pun
tldak akan terpenuhi, sehlngga beton harus ditolck. M~ka adalah untuk
kepentlngannja sendlri, bahwa pelaksana hcrus bertlndak tjepat dan se-
hubungan dengon ltu pula diandjurkan untuk memerlksa bend~2 udji pada
umur 3 ateu 7 hart sepertt dltetapkan dalam ajat (4). Adanja 11\mrning: 1
tentang ket i dak beresan da I am proses produks i In i I ah memb.uat Showhart Con-
trol Chart mendjadl suatu tjara jang efetlf didalem continous statistical
qua I ity control.
Usul Jr. Hamid Shahab untuk mengganti sjarat no. 2 dan 3 dari ajat
(2)a mendjadl sjarat jang berbunji : '~ilal rata2 dari keteguhan tekan
4 banda udj i harus memenuh I n i ;I a I rata2 jang d I tetapkan dal am .Tabe I 4. 2. I
(fngat bahwa Tabel 4.2.1. adelah berdasarkan pemeriksaan 20 benda udji,
penulTs>", adalah prinsiplil salah karena melanggar salah satu azas po-
kok dart statlstik jang disebut ''Central Limit Theorem" jang berbunji :
"Apabi Ia sebuah populasi (dislnl IJt/ berdistribusi normal dengan variansi
s 2 dan mean ob' , mak3 sample mean ob' (dlsini mean darl n = 4 benda u-
m m, n If
djf) berdlstribusi normal dengan mean obm dan varlansi s 2 /n. Azas
ini lah jang dipakai untuk menurunkan sjarat no. 2 dari ajat <2>a terse-
but (I i hat buku : ''Eva I us t setjara stat I stl k etc.';, background paper
Workshop Beton).
Usul ir. Hamid Shahab untuk merubah redaksi darl sjarat no. I dari
ajat <2>a mendjadf : r; ldak boleh lebih dari satu nllei diantara 20 ni l~i
hasi I pemerikS(lDn bende udji terdjadi kurang dari obk' deng~n ketentuan
bahwa djika diambi I 3 banda udji darl satu ka!i adukan dan satu diantera
nja memberi hasi I keteguh:ln tekan jang menjimpang rendah, maka benda udji
jang djanggal tsb. dapat dianggap tidak ada " (digaris b~wahi oleh penu-
lls>, klranja djelas tldak dapat dlterim~, karena melanggar azas randomi-
zation didalam st~tlstlk. Kalau setiap hDsil jang rendah senantiasa
- 8 -

tidak ditindjeu, maka setiap pekerdjaan beton ekan ';bermu1u bafk' 1 Setiap
penjlmpangan jang menjolok harus kita terlm~ dan djangan dlsembunjfkan,
karena infpun membe:lkan indfknsi dari mutu beton didalam konstruksi.
Apabfla penjimpangan jang menjolok ini disebabkan oleh kesalahan dalam
membuat benda udjl dan/atau oleh kesalahan dalam mesln tekan dan pelak-
sana dapat membuktfkannja, mak3 soalnj~ loin. Kesalahan2 itu dfdalam kon-
struksf jang sesungguhnja djuga tidak ada, sehingga memang harus dfang-
gap tidak ada. Ke~daan terachir ini tidak perlu dltjantumkan seperti dl-
usulkan oleh Jr. Hamfd Shahab dfatas. Dalem hal ini, adanja sub ajet b,
sediklt banjak tel~h dapat menampung kechawetircn ir. Hamid Shahab akan
kemungklnan dipegangnja setjara kaku sjarat no. I dari sub ajat a ter-
sebut .
Ajat (3) mengatur pemerfksaan mutu beton dan mutu pelaksanaan untuk
pekerdjaan2 beton jang ketjfl, jaitu dengan volume kurang darf 60m3. Di-
slni dfandjurkan lagi untuk membuat 20 benda udji, untuk mengatasf kesu-
lftan evaluasl setjara matematika statistfk. Apabi Ia pembuatan 20 benda
udjf dianggap tidak praktls, maka untuk pekerdjaan jang ketji I inl pelak-
sana dapat memi lih 2 alternatif,jaitu: (I) tetap mengadakan quality con-
trol dengan keharusan mentjapai keteguhan rata2 dari 4 kubus ber-turut2
jang lebih besar dari (obk + 0,82 sr>' atau (2) tidak mengadakan quality
control sama sekalt, tetapi menentukan mutu betonja sebagai a 1 Untuk
mutu K 125 danK 175 tJndakan terachir inf kiranja adalah lebih bidjaksa-
na.
Ajat2 (4), (5) dan (6) tidak perlu pendjelasan lebih landjut.

Pasal 4.8 <naskah esiJ pasal 4.7>


Tl dak ada perubahan da Iam mater! , hanja perubahan I tambahan ketj I 12
dalam redaksl, agar lebih sesuai dengan pasal sebelumnja dan tertompung
pendapat2 dalam Workshop Beton.
Pasal 4.9 (naskah asli pasal 4.8)
Pembuatan dan pemeriksaan benda udji jang diatur d31am pasal Jni bar-
laku baik untuk pertjobaan pendahulunn (pasal 4.6) mcupun uniuk penguwasan
selama masa pelaksanean (pasal 4.7>
Semua ajat2 sama sepertl pada naskah aslf, ketjuall ajat (4) jang
diperluas seperti diusulkan dalam Workshop Beton.
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE - Ii

o I e h

lr. Wiratman Wangsadinata

I Ma r e t 1971
PENPJELASAN MENGENAI PERUBAHAN
NASKAH PBl 1970.

oleh
lr. Wlratman Wangsadlnata.

Pasal 1b~1.

A j a.t 2 Da I am a j at b a r u I n t d I d j e I a s ka n a r t I d a r i ma s f ng 2
koeftsien keamarian, dtmana korisekwen dengan CEB cHtetapkan 3 m~
tjam .koettslen keamanan.
Ajat 3. Dalam ajat baru lnl diperlntji nflat'2 darl koef!
slen pemakalan y Untuk momperhltungkan pengeruh _dar( rangkak
p .
terhadap keteguhan tekan beton (lentur/ser.trfs), sesuar dengan
CEB dldalam sub ajat a dltetapkan Ypb.t = I,Z pada pembebanan
tetap, sedangkan sesual denga~ AIJ pada pembebanan sementare
dapat dlanggap tfdak ada pengaruh rangkak,
. sehlngga y p b , s =
1,0. Pada keteguhan tarlk beton (lentur/sentrfs) djelas tfda~ I

ada pengaruh rangkak, sehlngga y p b , t = y p b , s = 1,0. Bagalmana


sekarang pengaruh rangkak tt;;rh:::dap keteguhan geser ? _P_e:rlu d 1-
perlngatkan terleblh dahulu, bahwa keteguhan geser Jang dlmak-
sud dlslnl adalah bukan keteguhan geser jang sesungguhnja, te-
tapl suatu keteguhan flktlf sebagai indlkasl bahwa tula~gan g~
ser sudah dlperlukan . Didalam shear failure mechanism jang s~-
. sungguhnja, Jang pada saat inl belum dlketahui dengan tepat s~
luk~be~uknja, pengaruh rangkak ttu ada. Dldalam buku reko~end~
slnja CEB tfdak menjebut-njebut pengaruh rangkak terhadap ge~er,
sedangkan AIJ menganggap bahwa pengaruh rangkak terhedap kete-
guhan tekan sama dengan terhadap keteguhan geser. Hal terachlr
tnt terlfhat darf kenalkan tegangan jang dflzlnkan pada pembe-
banan sementara, dlmana untuk tekan dan geser untuk kedua-dua-
nja dltetapkan sama (jaltu 2 kali >, jang berartl bahwa y p b. , t.
untuk tekan dan geser sama pula. PBI 1970 mer.gambl I djalan te-
ngah dengan menetapkan y b t = 1,1 untuk geser dldalam Tabel
p ' . .
10.1.1. Dldalam sub. ajat b dltetapkan bahwa untuk badja sena~
tlasa dapat dlambll ypa = 1,0 sedangk~n sub.ajat c mentjakup
pembebanan bertukar.Jang terachir lnl perlu klranja dftjantum-
- 2 -
kan, karena pada konstruk st2 jang kontlnu mengalem l getaran2
Csepertl llntasan keran, djembata n kereta apt1 dll>, koeft-
sien pemakata n y b = 1,2 kadang2 tJdak mentjuk upf. Dalem hal
. p
lnl enduran ce limit harus ditentuk an tersendl~f jang bergen-
tung pada perbandl ngan tegangan tertlngg l dan terendeh (I that
"Keaman an konstru ksl, etc.", backgrou nd paper Worksho pse-
ton>.
Sehubun gan dengan koeftste n pemakaia n untuk beton ypb'
pada~emerlksaan suatu konstruk sl jang betonnja tfdak memenu-
hl sjarat (pasal 4.8>, Jr. Hamid Shahab mengusu lkan ketentu-
an2 sbb.
- djfka pertjoba an non-des truktlf dilakuka n sebelum
beton berumur 2 bulan : ypb = 1,2.
- djika pertjoba an non-des truktlf di lakukan sesudah
beton berumur 4 bulan. : y p b = 1,1.
Kaml ttdak mengert l maksud dari usul tsb. Jang djeles
lela~, bihwa jang dfmaksu dkan dengan pertjoba an non-des truk-
tlf adalah a.t. hammer test, ultrason e test, etc., deng~n.
mana dlperole h keteguha n beton dart baglan konstruk sf jang
meraguk an ttu, djadi tfdak ~da sangkut ~autnja dengan y b"
. p
B~rdasarkan keteguha n jang dlperole h ini, maka dihftungl~h
kekuatan dart penampa~g dan untuk l~u sudah tentu harus di-
tlndjau keadaan achlr dart konstruk sl (setelah te~djadf rang-
kak), sehfngga harus dlambil ypb = 1,2. Apabtla jang dtmak-
sudkan oleh lr. Hamid Shahab dengan pertjoba an non-des truk-
tlf adalah pertjoba an mu~tan menurut bab 21, maka rangkak
djuga bukan merupak an persoala n. Kapan sadja pertjoba an fnf
dflakuka n Csebelum 2 bulan atau sesudah 4 bulan) senantfa sa
dlsJarat kan, bahwa 48 djam sebelum muafan pe~tjobaan dlker-
djakan, suatu muat~n Jang memberf kan efek dart baglan muatan
matt jang belum ada harus sudah df~grdjakan.
Dengan ketentua n tnf dfperkfra~dn bahwa efek rangkak sudah
tertjaku p, sehfngga dalam o7rhftun gan kekuatan sen3ntla sa
dapat dlpakat ypb = 1 ,:.
- 3 -

Aljat 4. Oldalam ajat.baru lnl dltetapkan satu


nllal2 koeflslen bahan untuk baton dan untuk badja,.jaftu
y b 1,4 -d-a.n y . a 1., 15., berdasarkan alasan2 jang--o-kan di-
m rna I

uralkan dlbawah lnl.


Menurut CEB, se-besar2nja kesalahan jang dapat dlbuat
pada pelaksanaan tulangan, pengaruhnja tldak akan
leb1h besar dar~ pada jang dldasarkan pada koeftslen bahan
y rna = 1,15. Statement
.
tnl penthg

sekah arttnja, kareria ka-'
pasltas (kekuatan batas) suatu penampang praktts hanja dlte~
tukan oleh yma dan sedlklt sekall dlpengaruhl oleh ymb (11-
hat bawal"r)
Monurut CEB, bergantung pada ketalltlan p~ngawasan
(prefab atau dltjor seternpat) d~n kesulltan pelaksanaan
(dltjor horlsontal, miring atau vertlkal) dapat dl-beda2kan
3 matjam bahan untuk beton, jaltu ymb = 1,3, 1,4
koeflsl~n

dan 1,5 (It hat buku : 11 Keamanan konstruks I, etc.'~,. background


paper Workshop~.Beton). Perbedaan dalam ymb menjebabkan perb!
daan dalam ordlnat stressblock beton dldalam perhltungan ke-
kuatan penampang. Berlkut akan dlbuktlkan, bahwa kapasltas I

penampang senantlasa dapat dlhltung ber~esarkan ymb = 1,4~


karena seltslhnja dengan jang berdalsarkan ymb jang lain ketJll
sekall dan dalam rangka ketelltlan perhltungan konstruksi be-
ten dapat dlabalkan.
Klta tlndjau penampang perseg1 bertulangan tunggal.
Untuk ypb = 1,2 dan ymb = 1,4, ordinat stressbloc~ beton ada-
lah a* = 0,83 a~k/1,2x1,4 =
0,5 a~k~ Dengan anggapan lnl,
maka bu momen batas dltentukan oleh rumus (I that buku ~ 11 Per-
hltungan lentur dengan tjara kekuatan bate-s, e"!'c.", background
.
paper Workshop Beton) :

M = A cr* 1;; h (a >


u au u
dlmana
= 1 - q ~ (b)
- 4 -

Pada ordlhat stressbl~ck baton jang lain, rumus (a) tetap


. ~

berf~ku hanja r~mus (b) berubah mendjadl :

r;o
u
= 1 - zt ... .......... . ..... . . (c)

dlmana k menundjukkan bahwa ordlnat stressblockadalah


0
k0 o~k Oengan demlklan, maka perbandlngan momen batas
berdasarkan ymb = 1,4 dan berdasarkan ymb dengan ~I lal la-
In dltentukan oleh perbandlngan koeff.slen lengan. dalam

1 - 9
= 9
(d )
1 - 2k
o
Oldalam tab~l berlkut. dltl-ndjau 5 keadaan
Tabel I

z;u I z;O
u

Iy :y
0

q ypb = 1' 2 ypb = 1, 2 pb


=1 2
~ pb = 1
Iy
pb
1 I
i
Ymb = 1 ' 5 Ymb = 1 ' 4
k = 0,46 k = 0,5
I Ymb= 1 , 3 mb= 1 , 4 'Ymb= 1
k =0,53 k0 =0 I 6 k0 =0183
! 0 0 0

1 2 J 4 5 6
0,06 1, 00 1 1 '00 1 10 1 1 102
0,08 0,99 1 1 '0 1 1, 0 1 . 1,03
0110 0,99 1 1 , 02 1 ,04
0,12 0,99 1
1 '0 1
1 '0 1
I 1,02 1 '05
0' 14 0,99 1 1, 0 1 I 1103 1, 06
0,16 0,99 1 1 '0 1 1 , 03 1 I 08
0,18 0,99 1 1, 0 1 1 '04 1 '09
0,20 0,98 1 1102 i 1 '04 1 ' 10
0,22
0,24
0,98
0198
1
1
1 '02
1102
I 1 '05
1,05 1' 11
1 , 12
0,26 0,98 1
I 1,06
1 '02 1 ' 14
.. I I
... 5

Blla klta bandlngkan ladjur2 2 s/d 4 dart T~bel r,


make terllhat, bahwa selama <r*au tldak dlrubah (berarft" y rna
ttdak dlrubah>., perubahan nllai ymb datam batas2 jang dlte-
tapkan olah CEB (1,4 10%>., hanj~ mempengar~hl kapasltas
penampang s~besar makslmal 2%, djadl dapat dlab~lkan~ Btla
kfta bandlngkari ladjur ke-3 dcin ~e-5, maka terllhat bah~a
pada ymb = 1,4 per~ltun~an kapasltas penampang pada pembe-
banan sementara <ypb = 1) dapat dtlakukan berd~sarkari str~s~
block betcn jang _s~ma sepertt pada pernbebanan tetap <ypb=1,2),
karena. selisih dalam kapasltas ketjll (hanja
.
6% pada prosen-
'

tase tulangan jang besar). Bll_a ~:t2 bandlng~~ri ladju~ ke-3 dan
ke-6, maka t~~llhat bahwa se! tsth k~~asltas ~ntara keadaan
Ideal dilaboratorlum.. (ypb= 1, ymb _= 1) dan k.eadaan -.dilapang-
an adalah djuga ket.jJI ( 10%), Jang tentunja sudah_ .dlkei"ahui
oleh para research worker~. Bahwasanja pe~g~ruh dart ordlnat
stressbfock bet.on terhadap ,
Iangan m_omen dal:=m
. itu . ke:tJ!I,
. .
da-
.

'
pat dlbuktlkan djuga. .untuk penampcng jang :b,ertulang rangkap . .
dan untuk lentur dengan gaja normcl, baik pida kf>run.tuhan
tarlk maupun pada keruntu:han ~. tekan. Dengan. demikian.
d_apatlah
.

dJtarlk keslmpul:::n, b~hwa dengan 'Y: = 1,15 j.ang tet~'p,per-


, . . .. . .... ma. .
hltungan keku~tan oenampang senantfasa dap~t didasarkan pada
satu harga koeftsien bahan un:tu.k bieton, jat+u\ mb = 1-,4.
Pengg'u.naan satu ntlal "f.r.H~dar1 )mb sangat memudahkan peddtu-
ngan2 dalam praktek, sebab hanja dlperlukan satu m~tjam
stressblock beton sadja.
O::Jrf uraian dlatas djelaslah, bahwa usul Jr. Hemid
. .

Shahab untuk menetapkan koeffslen bahan <=koefislen minora-


si) jang varlabel, jaltu ~engan rum.us ypb/$1 ' dimana 0 ber-
gantung pada ketel ltlan pelaksanaan; klranja tldak perlu.
UsuI I r. Ra.chmat Pu rwono u ntu k mene ntu kz n satu koef 1 s I en
bahan ypb = 1,4, tetapi untuk memperhftungkan nllal2 ypb
jang Jain disertai dengan fa~tor kapasttas 0 jang dltul is
dlmuka rumus2 kekuatan b~tas atau dtmuka tegangan2 jang dl-
lzlnkan, klranja djuga tldak perlu.
- 6 -

Uaul lain dart Jr. Hamid Shahab fatah~ agar peda pemerlksa-
a n su. atu konstru ks t j a ng .beton.nJ a t Ida k memenu hI sJ a rat
(pasal 4.8). dengan pertjoba~n n6~-destruktlf~ dlpakal koef
flslen bahan y. b.= 1. Kaml lldak mengertl maksud darl usu~
;; P. . . '
tsb. Jang djel~s Jalah~ bahwa menurut ~emat kaml tldak ada
alasan untuk menggunakan nl lal2 y p b jang lain darl - pada 1~4~
ketjual I barangkall untuk p~rtjobaan2 dl.l~boratorlum dapat
d Iamb ll y p b = 1.

Ajat 5. Dalam ajat baru inl koeflslen muatan untuk


pembebanan tetap dari Yst = 1,6 dldalam naskah asli dlru-
bah mendjadl y 5 t = 1 6 4, sesual dengan usul .J~. Hamid. Shahab
dalam Workshop Beton~ sedangkan koeflslen muatan untuk pem-
bebanan sementara tldak dlrubah, . jaltu tetap y ss = 1,05.
:
Selandjutnja
. y s sekarang tld3k dlbagi dengan faktor . 0~ se-
bab untuk memperhltungkan ketelltlan pelaksanaan 0 ttu ha-
rus dlpasang pada koefislen bahan, tetapt darl pendjelasan
ajat 4 ternjat~;~~LAnja. Untuk memperhltungkan kombJnasl2
pem~ebanan tertentu, jang karena slfatnje menguntungkan be-

ten Cmlsalnja lentur dengan puntlr) atau leblh membah~Jakan


b,c:ton (misa.lnja tarlk sentrls), dlslnl tldak dltlndjau de-
ngan merubeh ys' tetapl diperhitungkan dalam rumus darl ke-
teguhan jang bersangkutan dalam pasal .10.2. Dengan demlklan
PBI 1970 hanja mengenal 2 koefislen muatan,Jaltu untuk pem-
bebanan tetap dan untuk pembebanan sementara, hal mana memu
dahkan perhftungan2.
Sehubungan dengan koefisten muatan .Jnt Jr. Hamid Shahab
meng~sulkan dalam Workshop Beton, agar pada pemerlksaan kons-

truksl jang betonnja tldak memenuhl sjarat Cpasal 4.8) dlada-


ka ketentuan sbb. :
- djfka pertjobaan non-destruktlf dllakukan sebelum
beton berumur 2 bulan :
pada parhltungan berdasarkan kekuatan bates
Yst = 1,5
pada perhltungan berdasarkan reorl elastlsftas:
Ypb" Ymb" Yst = t,S
- 7 -

- djlka p~rtjobaan
non-destruktlf dlfakukan sesudah
beton berumur 4 bulan :
pada perhitungan berdasarkan kekuatanbatas
Yst = 1,5
pada perhitungan.berdasarkan'teori elastlsl-
tas : ypb" ymb" Yst ~ 1,65

K~~r tld~k mengertl maksud dari usul dlatas. Dtsatu plhak


Jr. Hamid Shahab mengusulkan dengan glglh agar Yst = 1,4
(dan tnt dlterlma '>, tetapl di(aln plhak mengusulkan dju~
ga yst = 1,5 (dalam Workshop Beton usul lnl tldak m~nodjol).
se I a n d j u t nJ a , men g a p a k l t a har J s me net a p k a n o v e r a 1 I ( g I o b a I )
safety factor tersedlri untuk elastic design, apabtla p~rtlal
safety factors toch sudah klta.tetapkan.
Menurut hemat kami, klta tetap sadja berpegang pada nl1al2
koeftslen keamanan jang -:JI+Jantumkan dalam aJat (3), (4)
dan (5) dart pasal 10.1 Int.
M~rl ~Ita bandlngkan. sekarang konsepsl keamanan klta

dengan konsepsl keamanan dari A~J; kfta plllh Af~ sebag~l


bahan pe.rband 1-ngan, karena k Ita menggu nakan s ist:tm pembeba-
nan jang sama, jaltu pembeban3n tetap (tanpa gempa) dan pe~
bebanan sementara (d~ngan ge~pa)

-Overall (global) safety factor pada beton untukperhltung-


an lentur da1am elastic design :

I
! pemb. tetap pembe ba nan semen-
Ii. tara.
l =
PBI 1970 1 ,2x1 ,4x1 ,4 = 1x1,4x1,05
'
I 2,35 1,"47

:
A.I-.J I 3 1, 5
II
.I
- 8 -

Perlu dltjatat b~hwa keteguhan karekterlstlk dl Djepang


dltetapkan dengan 1~% defectives Clow~r ta, . >, sedangkan
PBl 1970 dengan 5% defeetfves!

Kenatkan tegangan beton Jang dlizlnkan pada pembebanan


sementara dalam elastic design :

I
PBI 1970 ! AIJ
tegangan teka.n 1. 2 X 1 1 4
1,05 = 1 '6 2
'
tegangan tarlk w_ =1,33 2
1 '05
tegangan geser .
tanpa tulangan 1 1 1x1 1 4
1 , 05 =
1, 47 I
I 2
dengan tulangan 1 1 47 II 1, 5
I

- Kenalkan t~gang~n badja jang dllzlnkan pada pembebanan


sementaradalam eJastls design :

PSI 1970 I AIJ


tegangan tarlk/tekan 1I 4
1 '05 = 1, 33 1., 5

Pasal 10.2.
Pasal lnl tldak ada dalam naskah asl(. Pasal lnl jang
menentukan ber-bagal2 keteguhai beton sebagal fungsl ~a.rt
abk' dlpandang perlu untuk ditjantumkan, karena merupakan
dasar bagt penentuan tegangan2 jang dllzlnkan untuk elastic
design <Tab~l 10.4.1 dan 10.4.2) ian bagf penentuan ketegu-
han2 rentjana untuk ultimate strength design (Tabel 10.4.~
dan 10.4.4).
Sebagal rumus untuk keteguhan tarik/geser dlptllh rumus
jang lebih sederhana darfpada dalam naskah asl I, jaltu sua-
tu perkallan darf lcrbk' seperti dldalam ACI-Code.
- 9 -

Perlu dttjatat lcgl, bahwa semua keteguhan geser tanpa tu-


langan bUkan merupaka~ keteguh~n geser jang sesunpg~hnja,
tetapl suatu keteguhan flktlf sebagef lndlkasl perlu dl~da~
kannja tufangan~ sedangkan semua keteguhan geser.dengan t~
J~ngan merupakan lndlkasl bahwa ukuran dart penampang. jang m!

mlkuf geser adalah terlalu ketjtl dan perlu dtperbesar.


Pade fentur dengan/atau" puntlr, keteguhan geser den9an
tulangan dtfetapkan 2,5 kali keteguhan ~eser tanp~ tulangan,
hal mana klra2 sesuat dengan GBV 1962. Dtbandlngkan dengari.
ACI 318-63 ketentuan tnt konservattf, sebab dlsltu dltetap-
kan perbandlngan antara keteguhan-geser dengan dan tanpa
tulangan adalah sebesar 4 ~ 4,5.
Keteguhan geser pada lentur dengan puntlr dltetapkan
1,25 kall keteguhan geser pada lentur atau puntlr sadja,hal
mana klra2 sesuat dengan GBV 1962.
Keteguhan geser pons pada penampang krltls dtturunkan
darl ketentuan ADI 318-70, jaltu dlmana keteguhan geser re~
. . 2
tjana dltetapkan sebesar 4 /c~yl. {psi] = 0,965 /abk; lkg/cm],
sehingga keteguhan gesernja mendjadl 1,1x1,4x0,965 labk =
1 , 5 I a bk , d j a d I 1 , 5 ka I I ke t e g u h a n g es e r I e nt u r D I ba nd I ng -
kan dengan ACI 318-63 ketentuan rnl agak konservatlf~sebab
dlsltu dltetapkan bahwa ketsguhan pons adalah 1,7 ~1,8 ka-
11 keteguhan geser lentur. Dengan ketentu~n baru meng~n~l
keteguhan geser pons inf, m.aka usul lr. Tony Suwandlto df-
dalam Workshop Beton agar keteguhan geser pons dttetapkan
leblh tlnggJ dart pada keteguh~n geser lentur, terpenuhf!
Selandjutnja, berhubu~g pons adalah gedjala jang sangat ber-
bahaja, maka keteguh~n geser pons dengen .tulangan dltetapkan
hanj3 2 kall keteguhan tanpa tulangan.
Keteguhan tekan sentrfs dltetapkan sama sepertl kete-
guhan tekan lentur, walaupun pada beban akstal seluruh p~nam
pang adalah kritls (pada lentur hanja serat2 tardjauh .Jang
krltfs). Al~sannja lalah, bahwa penjesualan koeftsfen ke~ma
nan kepada eksentrlsltas dart gaja normal t2~~n sudah ~lper
hltungkan melalut eksentrlsltas tambahan e 2 menurut pasal 10.6.
-10 -

Ketentuan sepertl lnl tldak eda pada gaja normal tarlk, ka-
ren~ ltu keteguhan tarlk sentrls dltetapkan sebesar 0,75 ka

II keteguhan tarlk lentur


. Achlrnja perlu dlkemukakan, bahwa keteguha~ leket
dlhapuskan dart PSI 1970. Didalam naskah asll, seharusnja
konsepst t9gangan lekat djuga sudah tidak ada.
Sebabnja lc:lah, bahwa konsepsl tegangan lekat sudah dlgantl
dengan konsepsl pan~jang penjaluran (development len~th).
Peraturan2 beton jang baru (ACI, SAA, dl I) semuanja telah
menlnggalkan konsepsl tegangan lekat dan berallh kekonsep-
sl pandjang penja~uran.

Paeal 10.3 <naskah asll pasal 10.2)


Red a k s I t I d a k d I r u ba h
Pasal 10.4 (naskah asll pasal 10.3)
A,jat 1. Tidak dirubah
Ajat 2. Materf sama sepertt naskah asl I, hanja re-
d a k s I d I s em pu rna ka n d a n d I tam ba h d e ng a n Ta be I 10 4 1 ( t ega -
ngan2 badja jan dl izinkan) dan Tabel 10.4.2 (tegangan2 be-
ten jang dlfzlnkan).
Dldalam naskah asll kedua tabel lnl adalah ber-turut2 label
13.2.2 dan Tcbel 13.2.1. Pdasan untuk memlndahkan tabel2
lnl dart pasc:l 13.2 ke;>asal 10.4adalah untuk lebfh mendja-
min kontlnultcs darl Bab 10, sehlngga leblh djelas bagl pem-
bafja.
A,jat 3. Mater J sama _sepert I naskah as II, tlanja redak-
st dfsempurnakan dan dltambah dengan Tab~l 10.4.3 (keteguhan2
badja rentjana) d3n Tabel 10.4.4 (keteguhan2 beton rentjana).
Kedua tabel lnl dldalam naskah asli tldak ada. Dengan adanja
kedua tabel Tnt, mcka setlap ketentuan dalam pasal2 lain jang
menja~gkut keteguhan rentjana, sekarang tjukup dltundjuk ke-

p ad a ked u a tab e I i n I
- 11 -

10.5. Cnaskeh asll pasal 10.4)


Dlda1am naskah jang baru lnl semua lendutan aklbat
pembebanan sementara dlhapuskan. Sepertl dlketahul, menu-
rut deflnlslnja "pembebanan sementara" adalah komblnasl
pembebanan oleh muaan vertlkal:(inuatan matl +muat~n h!~
dup) dan gempa, dalam hal mana dfketahui pula bahwa gempa
prakt1s tld~k memberl penamba~an pada lendutan vertlkal.
Berhubungan dengan ltu, dldalam redaksl jang baru dart
ajat (1) dan (3) pembebanan sementara tldak dlsebut lagl.
Selandjutnja diadakan penjempurnaan pada rumus len-
dutan dalam ajat (3}. Untuk me~djelaskan hal lnt, perlu
klranja dluralkan dahulu dengan agak ~endalam beberapa
hal jang menjangkut perhltungan tendutan.
Klta mengenal .2 matjam lendutan, jaltu
.
- tendutan elastls Celastic deflection> atau lendu-
tan djangka pendek Cshorttlme/immediate deflection)
~kibat muatan djangka pendek Cshort-tlme/~omentary/
lnstaneous load}.
- Jendutan plastls (plastic deflectio~) ataY lendutan
dJangka pandjang (long-time deflec~fon) aklb~t mua-
tan djangka pandjang Clong-time/pe~manent/consta~t
I oad).
Untuk'dapat menghltung kedua matjam lendutan dlatasperl~
a
d I t e g s k a n d a hu I u a p a j a n g d I ma ks u d k a n d eng a n mu at a n d j a n'9 -
ka pendek/pandjang dan berapa besarnja.
Menurut ~ (Ref.l) jang dfmaksudkan dengan muetan
djangka pendek adatah muatan j~ng bekerdja sela~a kurang
dart 24 djam. Dengan adanja ketentuan lrii, kfta dapat
memperkfrakan berapa bagfan dart muatan hidup suatu ~angu-
nan tergolong dalam muatan djangka pend~k. Perklraan lnl
merupakan masafah jang harus dipetjehkan oleh perentjana.
Hal in I dlnjatakan oleh Reese <Ref. 5) sbb.: "The part
of the live load which Is I lkely to be in place most of
the time. Is, to a consi~erable extent, a question of the
designer's judgment. Of the specified I lve load, only a
- 12

small part (perhaps a third or so) might be considered


permanent for churches or meeting rooms, whiJe practically
all would b~ consider~d permanent for storage warehouses".
Untuk mendjamin keseragaman perhltungan dalam pr~ktek menu-
rut Slgalov Strongln (Ret. 4) dl Russia diadakan penegasan
demlklan : Pada bangunen2 rumah tinggal, kanter, hotel, g~
redja, dll (dwellings and civic buildings) seluruh muatan
hidup harus dlanggap sebagal muatan djangka pendek; pada
bangunan2 perpustakaan, tempat arslp, gudang penlmbunan,
dl 1., seluruh muatan hldup harus dianggap sebagal muatan
djangka pandjang; p~da bangunan2 lndustrl (industrl~l build-
ings) baglan dart muatan hldup jang harus dianggap sebag~l
muatan djangka pendek adalah senantlasa sebesar 150 kg/ m2,
slsanja harus dianggap sebagai muatan djangka pandjang.
Urituk menghltung lendutan e~astis dart konstruksl2
beton bertulang ada ber-bagai2' tjara. Tjara jang dlrekomen-
dasikan oleh CEB (Ref. 8,9) adalah dengan rumus2 dan graflk2
d a r I Borges ( Ref 2 ) , j a ng be r d as a r ka n p r I n s I p do u b I e I n-
tegratlon darl moement-curvature diagram. Tjara lni adalah
jang paling sesual untuk perhltungan lendutan konstruksi be-
ton bertulang,
, '
karena memperhltungkan hubungan blllnler an-
tara momen dan bengkokan pada balok jang sudah mengandung
retak2 (Stadium retak). Tjara lain adalah dart Slgatov-Stro-
.!19.l!l (Ref. 4), j.ang prlnsipnja adalah menentukan "rigidity
8~ darl balok beton bertulang sebag~l penggantl dart "EI"
dalam persamaan2 tendutan elastis blasa. Tjara terachlr jang
ak~n dlsebut dlsinl adalah tjara jang mendjadl daaar dart

rumus2 PBI 1970. Tjara lnl jang sudah diuralkan dalam Work-
shop Beton (Ref. 6), adalah berdasarkan suatu sinusoidal
e(astit deflectioncurve.
Anggapan ini adalah tjukup tepat, karena dapat dlbuktlkan
(Ref. 7), bahwa lendutan aklbat muatan terbagi rata penuh
dan muatan terposat di-tengah2 bentang (2 keadaan muatan
ekstrim) sangat mendekat.i garis sinus.
Comparative study <Ref. 7) ontara hasi 12 perhitungan len-
dutan elastis dengan ketiga tjara jang dlsebut_diatas mem-
perl lhatkan persesuaian jang tjukup balk. Karena ltu,
- 13

tjara ja"g menda.sarJ runfus2 PBt. 1970 ad.ajah leb_lh mengun-


t u n g kan , s e b a b sa ngat seder hana dan t f d a k .berg ant u ng pad a
matjam pembebanan.
Bagalmana sekarang dengan lendutan plastls?
Aklbat muatan djangkapand jang, pada balok beton bertulan~
mula2 terdjadl Jendutan elastls jang dapat dlhftung dengan
tjara2 jang sudah dlsebut dfmuka. Berhubung beTon mengalaml
tekanan terus menerus, maka terdjadl lah rangkak. Rangkak me
.
njebabkan p~rubahan Jetak garfs netral (n berubah) dfse~ab-
-
kan oleh penambahan regpngan beton, sedangkan reganan badja
praktls tfdak beruba~ . Besar~ja penambahan achlr. darl rega-
ngan baton dapat dfbatasJ dengan memasang tulangan tekan
(Ref. 5). BrakEd (Ref. 3) telah menundjukkan dengan. djelas
mekanisme d~rf lendutan plastls lni, dimana terdjadl penam-
bahan rotasl pada balok, djadi menjebabkan lendutan tambahan
terhadiap lendutan elastls semula.
Persoa~annja sekarang, berapa lendutan tambahan terhadap
. :.
lendutan elastis semula ltu? Mengenaf hal lnf terdapat be-
berapa pendapat :

- Menurut CEB (Ref. 1>, setjara umum lendutan achlr


aklbat muatan djangka pandjang dapat dlamblf 3 ka-
11 lendutan elastfs jang bersangkutan . Terhadap
ketentuan lni tefah dladjukan .keberatan2 sedjak sf-
dang pleno CEB. ke- II di Brussel bulan Oktober 1Q.96
<Ref. 8).
-Brake! (Ref. 3) dapat membuktikan, bahwa dengan me-
nlndjau balok pGrsegl dengan tulangan tunggal, len-
dutan achlr aklbat muatan dJangka pandjang djarang
nielampaul
.
2 kall lendutan e'lastis jang bersahgkutan .
.

- Menurut Reese (Ref. 5), setjara umum[Lendut!an elas-


tls jang bersangkutan dlkallkan dengan khe:tlsien2
Jang +8rtjantum dalam t~het berikut :

Llend uta n pI as t r s ad a I" a h


- 14

I
djangka waktu
muatan.
I
i
A' = 0 A' I
1" A Al .. A
I
1 bulan 1, 6 1, 4 I 1, 3
l
6 bulan 2,2 2,0 1,7
1 tahun 2,4 2,1
II 1, 8
I
5 tahun dan I
I
leblh 3,0 2,2 i 1,8
I
;

- Menurut Slgafov - Strongln (Ref.4), lendutan achlr


aklbat muatan djangka pandJang adalah lendutan ela!,
tis jang bersangkutan dlkafikan dengan koeflslen2
jang tertjantum datam tabef berlkut :

bentuk penampang koeflslen

bal ok T dengan flens


dalam tekanan 1, 5
balok persegi, balok I ,
balok kota k, d I I 2,0
balok T dengan flens
dalam tarikan 2,5

(Sigalov-Strongln menglstllahkan koeflslen2 tsb.


sebagal "coefficient of decreased rigidity under
a constant load").

Djlka klta peladjarf keempat pendapat dlatas, maka


kita I I hat bahwa sedlklt banjak ada tltlk2 persesualan, te-
tapl tldak ada jang lengkap. CEB tldak menjebut pengaruh darl
bentuk penampang dan besarnja tulangan tekan; Brakel hanja
terbatas penlndjauannja pada balok persegl dengan tulangan
tunggal; Reese tldak menjebut pe'garuh dar I bentuk penampang;
achlrnja Slgalov Strongln tldak menjebut pengaruh darl besar-
nja tulangan tekan (wataupun dalam perhltung~n rigidity 8
0
adanja 'tulangan tekan dlperhltungkan).
- t5

Ap~blla klta a.bafkan pengaruh dari tulangan. tekan, maka


dart keempat pendapat diatas, pendapat dart .Sigalov-Strongfn
adalah jang pal fn_g dapat d.fterlma, sebab untuk ba.lok persegi
adafah sesual dengan pendapat Brake! dan unt~k balpk T dengan
ftens detam tarfkan nl lai koefisfennja kurang dart 3 <terha-
dap koeflslen sebesar 3 telah dladjukan keberatan2 dalam
lfngkungan CEB>. Berhubung dengan _ltu, maka lajak klranja
apablla dalam menjempurnakan rumus lendutan datam ajat (3)
dfpakal ketentuan2 darl Slgelov-Strongin, jang akan df~rai
kan berfkut lnl.

K Ita m1 sa I ka n d a hu I u~ ba hwa

g = muatan
matt
p = muatan hldup
g'= muatan djangka pandjang, Jaftu muatan
matt + bagtan dar! muatan hfdup jang ber-
slfat tetap.
p' = muatan djangka pendek, jaftu bagfan dari
muatan hldup jang berslfat sementara, jaltu
jang bekerdja kontlnu selama kurang dari 24
djam.
k = koeffslen pengaruh ra~gkak Jang nllalnja 1,5,
2,0 dan 2,5 bergantung pada bentuk penampang.

Dalam Workshop.eeton <Ref. 6) telah dldjelaskan bahwa


lendutan elastfs dapat dihltung dengan rumus

f
e
= -a1 (1-t> h
10- 6 , (a)

dlmana untuk batang tul~ngan palos a = 20~8 dan untuk ba-


tang tulangan jeng dlprofflkan a= 22,4.

Untuk perhltungan lendutan, sebagef koeflslen dja-


rak garls netral dapat klta ambit untuk keadaan batas, se-
hlngga ~ ~ tu = 1,25q = 2,5w.a:u/o~k Comparative study
(Ref. 7) menundjukkan, bahwa fendutan elastts Jang dlhitung
- '6
d&ftga~anggapan lnl menundjukkan persesualan jaftg bal~ de-
ng~n Jeng d~pat dengan tjora2 ~aln~ Oeng~n de~Jklan rumus

(a) d~paT dltutls :

f
e
-
1
a a* to -6 . <b>
ar
(1-2 I 5w au > h
bk

Mlsatkan tegangan badja akfbat muatan djangka pendek


sadja ad~1ah o ap , dan aklbat. muatan dJaogka pandjang sadja
ade~~h o a_,~ 1 sehingga o a = G ap , + o ag , Lendutan
,
ac~Lr ~~ri beto~, dengan demlkl~n dapaf dltulls :

f ( k.

............. (c,
Selandjutnja klta ketahul bahwa

Sr.
0
ag' = 9' + p'
a
a

(d)
a z e'
9 I :+ p' C1
a P'

sehlngga dlm~sukkan kedalam rumus (c) dan berhubung


g' + p' a g + PI dldapat

kg' + p' 10 -6 <e>


f =,-a' g + p
h
- 17

Rumus lnllah. jang dltjantumkan dalam ajat (3).


Untuk perbandlngan, balklah dlkemukakan tjara perhl-
tungan lenduten menurut ~i9alov St~o~gln .Untuk .lendutan
elastls, Slgalov - Strongln menurunkan rigidity 8 0 darl ba-
lok. Dengan
.
menggantJ El dengan B0 maka dengen. ~ersamaan2
tendutan elastls blasa, lendutan .elastls dapat dlhltung f e
Untuk memperhltungkan rangkak aklbat muatan djan9ka pan~ng,
lendutan elastls tsb. harus dfbcgl dengan-suatu "rigidity
reduction factor" 8, sehlngga
f
= e
f
a (f )

dengan
g + p
a= kg' + p' ( 9)

Dengan memasukkan (g) kedalam (f~ dldapat :


. kg' + p'.
f = fe 9 + p
. I I I I I I I I e (h)

Dengen membandlngkan rumus Sl9alov-Strongln Chl dan rumus


PBI 1970 (e), maka dapat dlltha_t bahwa kedua rumus tsb.
adalah ldentlk.
Apablla rumus (e) klta bandlngkan dengan rumus2 de-
lam naskah asl I, make dapat klta tjatat hal2 sbb. :
1. Dalam rumus baru pengaruh besar-ketjllnja bag1an
.,._....
darl muatan hldup jang berslfat sementara dlper-
hltungkan Cpada rumus naskah as I I selurah muatan
dlanggap s~-oleh2 bersffat tetap).
2. Dalam rumus baru koeflsfen pengaruh rangkak tldak
selalu 2 sepertl menurut naskah asll (sesual dengan
Brakel >, tetapl bergantung pada bentuk penampang
Csesuaf dengan Slgalov - Strongin).
- 18

3. Oalam nakah bcru tldak dlbed~kan lagl antara


rumu$ untuk ~elat d~n unt~k balok. Hal Jnl dl-
l~kukan, karena daiam penurunan rumus lendutan

darl naskah asiJ, anggapan bahwa untuk pelat


t dJarang melampaul 0,3 adalah kurang tepat.
Pada pelat2 tertentu t dapat melampaul 0,3,
4. Datam rumus baru, tegangan badja jang bekerdja
dltempat lendutan a tidak dlganti oleh a* I y
a au s
Hal lnl adalah lebih tepat, karena memang belum
tentu tegangan badja itu tepat mentjapal tega-
ngan badja jang dlislnkan untuk elastic design.

AchlrnJa, mengenai perubahan redaksl dari ajat (2) dan


(4), hal ltu sudah dibahas dalam Workshop Beton (Ref. 6).

Reference : 1. CEB : "Praktlsc he rfchtlljne n voor de


berekenlng en uitvoerlng
van _gewapen dbetoncon structles", Beton
verenigln g, Den Ha~g 1966.
2. Borges, J.F. "Cracking and deformab lllty
of reinforced concrete beams", Interna-
tional Associatio n for Bridge arid Struc-
tural Engineeri ng, Publicatio n Vol. 26,
Zurich 1966.
3. Brakel, J.: "Berekeni ng van de doorbul-
glng ten gevolge van kruip en krlmpblj
op bulging belaste gewapend - betoncons -
tructles" , De lng. Nr._12, Beton & Beton
Constr. 2, Maart 1968.
4. Slgalov, E.; Strongln, s. : "Reinforc ed
Concrete" , Foreign Languages Publ. House,
Moscow 1962.
- 19

5. Reese, R.C. : ~Relriforced-concrete d~


sign", Structura( Englneering Handbook,
Section 11, Edited by Gaylord & Gaylord,
McGraw Hlll 1968.
6. Berkas pemb~nas~n Workshop Beton, Ojanuarl
1971.
7. Bachtlar, S. : "Studt perbandingon menge-
~~~ ber-bagai2 tjara perhi-tungan lendutan

konstruksl beto~ bertulang", skrlpsl untuk


Sardjana Teknik Slpil, Bag. Slpll ITB,
Pebr. 1971.
B. Brake!; J . : Witte, A.M.: "Doorbul'glng
CCEB-Commlssle rv - Scheurvor~ing & Door-
bu-l-ging; .Sbcommissie IV b: Doorbutglng)",
De lng. Nr. 12, Beton & Betonconstr. 2,
Maart 1968.
9. Brakel, J. : "Ai3n de wieg van de CEB/FIP-
richtlljnen; verslag v.d. CEB-zltttng in
Wenen, Desember 1969", Cement XX I ( 1970)
Nr. 6.

Pasal 10.6 (naskuh asll pasal 10.5>


A,jat 1 dan 2 : Tldak dlrubah.
A.; u t 3 . DI d a f. am s u b a j a t a , rum u s u nt u k men g h I t u ng
eksentrlsltus tambahan e 1 dlse~purnakan ~engan memasukhan
satu koeflslen tambaha~ c 1 , jang harus dl~mbll dart T~bel
10.6.1, jaltu untuk memperhltungkan bentuk da~i penampang
ko,om. Penjempurncan inl adalah s~hubu~gan dengan pandangan
lr. Rachm~t Purwono didalam Workshop Beton, bahwasanja koef-
fisien C hanja tjotjok untuk penampang persegl dan.tldak tjo-
tjok untuk ~enampang2 lain. Mcng&nci koefisicn c 1 dan c 2
akan dldjelaskan lebih -landjut dibawah inl.
Eksontrisitas tambahan e 1 untuk memperhltungkan tekuk
telah diturunkan setjara teoretls dan dibandingkan dengan
hasll2 J:ertjobae:n oleh v. Leeuwen dan v. Riel (Ref. 1) dan
- 20 -

telah dJuralka n oleh penul 1-s. dalam Semlnar ke-11 Tertlb


Pembang unan c'Ref. 2). Has112 dart v. 'Leeuwen dan v. Riel
dl~tas dltjantum kan dal~m GBV 1962. Rumus umum untuk meng-

hltung e 1 berbentu k :

Ik 2.
= c <100 ht
.>
ht <a>

dlmana
(0,85 +
0 a-u.
T6o"O.> (0,23 + 6 ~ _)
eo
c = t (b)
~ (0,22 + 3 ~ )
t ht

Ojar12 Jnersla I untuk ber-bag at2 bentuk penampan g kolom


edalah sbb.:

bentuk penampan g
.kolom I

persegl 0,289 ht
bu I at 0,25 ht
seglt.lga 0,236 ht
djedjara n
gendjang 0,204 ht

Darl'rum us Cb) dapat dillhat , bahwa C adalah ber-


bandlng terbal~k dengan I. Djadt, ap~bila untuk penampan g
persegl nllal c sudah ~lketahul, mlsalnja c2' maka untuk
penampan g2 I a In ha rga C te rsebut ;d I dapat d eng an menga ttka n
C 2 d~ngan c 1 = I
perseg 1/1. Dart tabel dlatas dldapat harga2
c 1 s b b. :.
0,289
persegl c1 = 0,289 = T
- 21 -

bufat 0 289
--~---
cl = () ,., r- = 1 , 15
v,L..~.

segittga = 9_r.J_89 = 1, 2
cl Q ,23.6..

djedjaran
gendjang c = o,2s~
1 0_,204 = 1 -' 4
Mengenal koe.flslen C unruk penampang persegi , hal
lnl s~~ah dibahas d~lam Seminar ke~t I Tertlb Pembangun~n,
tetapt untuk djelasnja ttdak ada salahhja:untu~ dlsfnggung
lagl dlstnl. Dengan mengislkan J = 0,289 ht kedalam rumus
(b)_, maka untuk a
au
= 2400 kg/cm2 (mewaktll badja lunak)
dan a . = 4000 kg/cm2 (mewakt It badJa keraa) untuk penam-
au
pang persegt dldapat

- untuk badja lunak


e
_0,80 + 20_,8 __
ht
......... .. . (c)

0,22 + 3

- untuk badja ~eras :


. eo
0,88+22,9-;:--
''t
. (d)
0_,22 + 3

Untuk memudahkan perhltungan dalam praktek, maka atas


usul penults dldalam Sem.lnar ke-1.1 Tertlb Pembangunan
(Ref.2), kedua rumus d(atas dtsederhcnak an sedemtkfan ru-
pa hlngga untuk e o/ht ~ 1 untuk badJa lunak senantlasa
dldapat c 2 = 7 dan untuk.badja keras senantiasa dldapat
c 2. = 7,7. Per.samaan jang memenur.l hal Jnl dan jang dlpa-
kal untuk menghltung c_: 2 datam Tabel 10.6.2 PBJ 1970, tatah
- 22 -

- ~Mtuk badja lunak

e
4+213 _
ht
.. .... .... ..... (e)

1 + 30

- untuk badja keras :


e
4,4 + 234,3
ht

(f )

Untuk perbandlngan, dfdalam.+abel berlkut dttundjukkah harga2


c2 be~~asarkan keempat rumus dlatas unt~k eo/ht Jahg varia-
bel.

c2
badja I u nak badja keras
e
0 . . ...
ht rumus (c) I
I
rumus (e) rumus (d) I rumus (f)

o
0,5
3,62
6,51
4;00
6,91
4,00
7 1 16
I 4,40
7,60
1,0 6,70 7,00 7,37 7,70
1,5 6,77 7,0 7,45 7,7
2,0 6,81 7,0 7,50 7,7
2,5 6' 134 7,0 7,53 7,7
5,0 6,86 7,0 7,58 7,7
10 6' 9.1 7,0 7,59 7,7
20 I 6~92 7,0 "7,60 7,7
40 6,92 7,0 . 7 '61 7,7
80 6,93 7,0 . 7' 63 7,7
I
I
- 23 -

Eksentrlsltas tambahan e' jang dltentukan dalam sub


aJat b adalah untuk memperhitun8kan kemungkinan ketldak-te-
patan da~l sumbu ~olom da~ bukan untuk memperhltungkan fak-
tor bentuk penampang sepertl dtkemukakan oleh Jr. Rachmat
Purwono dalam Workshop Beton. Kefentua~ mengenal e'o lnt dl- .
ambl I sama sepertt menurut CEB, jang untuk pertama kall dl-
adjukan dalam sldang plene ke-12 dl Lausanod. bulan Aprt I
1968 (Ref.3) dan dltegaskan kembalt dalam sidang plene ke-13
dl Wtna bulan Desember 1969 CRef.4).
tksentrtslt&s tamb~han e 2 jang dltentukan dalam sub
ajat c adalah untuk menjesuaikan koeftsfen keamanan sebagal
fungsl dart eksentrlsltas gaja normal. Oarl hasiJ2 v. Leeuwen
dan v. Riel (Ref.1) ternja+a, bahwa dengan menambahkan suatu
eksentrtsttas jang tetap e2, klta remperoleh s~atu ''gl tjdende
schaal" darl koeflslen keamanan +j.b Maka e 2 ttu dlt'etapkan
ntlalnja sedemlktan rupa, hlngga ~p~btla pada e 0 = ~ (lentur
murrit>
. koeflslen muatan adalah y s , pada e 0 = 0 (gaja sentrls)
koeflslen muatan mendjadl -1, 15 y 5 Nllal e 2 jan memenuhi--
lnl menurut v.Leeuwen dan v. ~iel a~alah ;
I

e2 = 0,78 ~, ..... - ........... -. .. .


~
(g)

dlmana k 1 adalah djar!2 gallh terbesar dari penampang kolom.


Untuk ber-bagai2 bentuk penampa~g kolom, djarl2 gallh terbe-
~ar k 1 ~an e 2 adalah sbb.:

I
bentuk penampang
ko I om kl e2

persegl 0' 167 ht 0,13 ht


bulat 0,125 ht 0' 10 ht
segl tlga 0,167 ht 0,13 ht
djedjaran gendjang 0,084 ht 0,07 ht
- 24 -

~epertl dapat dlllhat, n.llcif darl e 2 ltu ketjll sekatf. se-


hlngga klta tldak perlu terlalu tell~l menghltungnj a. Oleh
sebab ltu, maka dfdalam.sub ajat c untuk semua bentuk penam-
pa~g kol~~ dltetapkan :

e2 = 0,15 ht ........ ......... . (h)

Reference 1. v.Leeuwen, J.; v. Riel, A.c.: "-Berekening


van centrisch en excentrisch gedrukte con-
structiedele n vclgens de breukmethode , toel
i c h tin g .o p Ar t 4 7 en 4 8 GBV 1 9 6 2" , Heron 10
(1962), Nr. 3/4.
2. \-Jira tman ~-~. : "-Perhi tung an be ton bcrtulang
berdasarkan kekuatan batas, r; Ser~linar ke-II
Tertib Pembangunan, Bandung Maret 1970.
3. 11 Dc twalfde plen-~.ire zitting van het Comit~
Europeen du Beton. (Lausanne~ April 1968)",
De Ing. Nr. 8, febr. 1969.
4. Brakel, J.: "Aan de ldeg van de CEB/FIP-
Richtlijncn; verslag van de CEB~zitting in
Wener., Desemb.:.:r 1969", Cem<;;nt XXII (1970),
Nr. 1.

Pascl 10.7. {nasl<ah asll pas::! 10.6).

Per defintsl pembebanan sementara adalah pembebanan


oleh muatan vertlk~l dengen gempa. Ret~k2 jang pembatasan-
nja dltentukan d~lam ajat (1) selajaknja hanje berlaku untuk
retak2 permanen aklbat muatan vertlkal (psmbebanan tetap).
Retak2 tambahan jang tlmbul aklbat gempa (jang berlangsung
beberapa detlk ttu) sukar dapat diperklrakan , karena tldak
bergantung pada slfat2 dari penampang sadja (tebal penutup
beton, luas dan diameter batang tulc.ngan, dl I), tetapl di-
tentukan djuga oleh ductility dart konstruksl setjara kese-
Juruhan. Berhubung deng~n ltu, maka dalam naskah jcng baru
- 25 -

dar1 pas<::l 10.7 tnt 'ipembebanan sementara 11 tldak dtttndjau


Jagl_.
Ajat (2) dan ajat- (3) sallng dltuk~.r tempatnja. Rumus2.
dtdalam ajat (j) sekarang hanja aklbat pembebanan tetap dan.
tegangan badjc: o* /1,6 dtgantl mendjadl cr , karena memang be-
au a
lum tentu t~g~ngan badja tepat mentjapai ~egangan badJ.a jang
dllzinkan untuk elastlc design.
Pasal 10.8 (nas~ah aslt pasal 10.7)
Ajat (1) tldak dirubah.
Ajat (2) materinja tldak dlrubah, hanja dltambahkan
pendjelasan ape jang dideflnlslkan sebagaf Iebar manfaat
flens bm sesuat denga~ hasll Workshop Betor:.
Ajat (3) s/d (9) tfdak dlrubah ketju~d i dalam ajat (5)
ada tambahan sediktt mengenai djarak antara tltik2 momen nol
<=I 0 >, sedangkan
.
ajat (10) dlhapuskan sesuat dengan hasil
Workshop Beton.
Ketentuan2 mengenai Iebar manfaat flens lnl dlambi I
dart rekomendasi CEB dan lat2r belakangnja sudah dturaiken
oleh tr. Rachmat Purwono dalam Seminar ke-1 I Terttb Pembangu-
nan (Maret 1970) dah dlslnggung lagt dalam Workshop Beton.
Walaupun dem!klan, bagt pembatja jang berminat kaml lngin me-
nundjuk pada suatu artlkel jang sangat djelas meng<::nai !a-
tar belakang dari kctentuan2 CEB tnt, jaitu dart Gantvoort, G.J.:
"De medewerkende plaatbr eedte blj T-balken (Be-schouwlngeh"btj
een voorstel voor de nteuwe GBV-rlchtl tjnen t.a.v. de mede-
werkende plactbraedte van T-balken van gewapend beton blj
belastlng door bulgende momenten)", De lngenteur Jrg.82/Nr.49,
Beton en Betonconstructfes 5, December 1970.
Menartk untuk dttjatat dart tultsan Gantvoort dtatas
adalah trend dart ketentuan2 mengenal Iebar manfaat flens
dalam peraturan2 beton jang baru dt Eropah, dlmana dapat
dlketemukan 3 k3tegort
- 26 -

1. Ketentuan jang konssk~en mengutlp semua keten-


tuan2 dan tabel2 dari CEB, karen~ dtlnginkan k!
tepatan perhttungan jang tlnggi; kedala'm kateg~
ri inl termasuk peraturan beton dl Belgla NBN-15.
2. Ketentuan sebagai modiflkasl darl ketentuan CEB,
tetapl dengan penjadjiannja jang praktls sama
sepertl CEB (tabel2>, karena dislnlpun dltngln-
kan ketepatah parhltungan jang tlnggl; kedalam
kategorl I nt terr:H::suk perc:turan beton d I Djerman
DIN 4224.
3. Ketentuan jang tldak menglkutl CEB, karena mung-
kin dfanggap kurang praktts, dan menetapkan ru-
mus2 sederhana jang memberikan Iebar manfaat
flens dlplhak jang aman (dJbandingkan dengan CEB);
kedalam kategorl lnl termasuk peraturan beton dl
Austria bnorm B 4200, dl Nederland GBV 1972
dan di lnggrls.

Sedjak Seminar ke-11 Tertlb Pembangunan <Maret 1970),


P8 I . 1.9 7 0 t e-1 a h me mI I I h bent u k kate go r I 1 d a r I began d i at as Un-
tuk bahan perbandlngan balk klranja dik2mukakan rumus2 jang
dlpakal dalam kategorl 3 dlatas <notasi dlsesualkan dengan P81
1970) :
- Menurut Onorm 8 4200, Iebar manfaat flens balok-T dl-
tetapkan menurut rumus :

b - b
b =b + 0
m o 11+25Cb-bo)2
I

- Menurut GBV 1972. Iebar manf~at f!ens bafok T dltetap-


kan sbb.
a. balok ter(etak bebas dengan mu~tan terbagl rata
atau prr.ktls terbeg! rata ~
- 27 )

t
b +
bm -< 0 5
b
t + berslh
< bo + 5 2

-
< b

b. balok menerus melalui beberapa tumpuan :


J. dldalam rum~s2 dlatas I dtgantl
dengan djarak antara tltlk2 momen nol '1 0
I 1. pada gelegar prlsmatls' dengan bentang2 jang
sama : untuk bentang luar I = 0,85 I, untuk
0
benfang dalam 10 0,75 I. =
c. pada muatan terpusat :
1. Sam~.sepertl a dan b, asal terpenuhl sjarat2
-a~ 0,1 I;
- djarak antara pena-mpang dan resultante mua-
tan terpusat lebl~ dart o,l r;
- momen aklbat muatan terpusat leblh ketjll
dart 1/10 momen total jang bekerdja pada

I 1
penampang tsb
.
ap~bfla ketlga sjarat dlatas ttdak dfpenuhf;

bm menurut a dan:b. harus dfperketjll mendjadl

' = 0, 7 <bm - b ) + b
bm
o o
d. ada beber~pa ketentuan lain tldak dlsebut dlslnl.
Walaupun ka.mf tldak
. tn.gln
.
mementahkan kemball pene"?t-
tuan Iebar manfaat flens dldalam PSI 1970 tnt, namun ttdak
ada salahnja klranJa apablla klta, terutama para anggauta
Panltta Pembaharuan PBI, merenungkan kemba)l apakah rumus2
sederhBna sepertf dldalam GBV 1972 tldak leblh praktls darlpa-
da tabel2 dart CEB?
- 28 ;..

Pa s a I 10 9 ( n a s k n h a.s I 1 p a s a I
I 10 8 )
DJudul naskah asll: Modulus dan koeflslen2.

A.!at ( 1) tldak dlrubah.


A.lat (2). seluruh redakslnja dlrubah, sehlngga slfat2
beton dalam deformasl sekarang mendJadl leblh djelas.
Rumus modulus elastlsltas Ebo dlambJI darl CEB (Ref 1).
Rumus2 modulus sekan Jang tortjantum dalam naskah asl I dl-
hapus, karona hanja dlpakal pada perhttungan kekuatan pe -
nampong menurut tjara-n, dan leblh tepa~ blla dltjantumkan
dalam pasal 13.1.
Ajat (3) adalah baru, untuk menampung usul2 dalam
Workshop Beton agar dladakan ketentuan2 sobagal p~gangan
untuk perhltungan rangkak. RumuS jang dltjantumkan dlam-
bll darl CEB (Ref. 1-), dengan perbedaan bahwa koeflsfen2
~ 1 s/d ~ 5 dlslnl dlkwantlsaslkan dalam Tabel 10.9.1 s/d
Tabel 10.9.5~ Darl hasll2 pertjobaan, nllat2 koeflslen2
tsb. menundjukkan scatter jang agak besar, dan CEB menun-
dj~kkan dldalam dlagram2 batas2 5% dan 95% darl daerah
hasll2 pertjobaan tsb. T~rlamplr dltundjukkan dlagram2
CEB tsb. jang dlbosarkan dar! Ref. 1 oleh lr. Rachmat
Purwono (R~f~ 2). Dld~lam daerah2 hasll2 pertjobaan lnl
kaml telah mentjarl persamaan matematlk jang paling se-
suat menundjukkan harga rata2nja dan hasllnja adalah sbb.:

- persamaan koeflslen_~ 1 ~ (parabola)

k 2
~, = 3,60 - 2,30 ( 100 )

- persamaan koeflslen ~~ (parabola)


L I

hf 2
~2 = 0,65 + 0,63 (1 - -ro-'
- 29 -

- persamaan koeflsle~ t 3 (garfs2 lurus)


untuk -PC 250 k9/m3 :

<P3 2,5 (FAS - 0' 2).

u ntu k PC 300 k9/m3 .


<P3 3 1 0 (FAS - a, 2 >

untu k PC 350 kg/m3 .


..
3 a 3,5 (FAS - 0,2)
untuk PC 400 kg/m3 .

.3 = 4,0 CFAS - 0,2)

- persamaan koefisten <P 4 Clo9a.rltma)

~4 D 1,85- 0,55 fog h

- persamaan koeflslen t 5 <htperbola - logarltma) :

t5 = 0 ~ 20 + 0,35 log n- 0,10

Berdasarkari rumus2 dlatas dlhltung nllal2 koeflslen <t> 1 s/d


t 5 dldalam Tab~l 10,9.1 s/d Tabel 10.9.5.
kt at ( 4 > ad a I a h d J u 9 a bar u d a n d J ug a u n t u k men amp u ng
usut2 dalam Wgrkshop Beton agar dladakan ketentuan2 saba-
gal pegangan untuk perhltungan penjus~tan <shrinkage) jang
dalam prefab construction memegang peranan jan9 ~entlng.
Rumus jang dltjantumkan dlambll darl CEB <Ret. 1)_,dengan
perbedaan bahwa susut dasar e , koeflslen2 <t> 6 dan t 7 dl-
. so
s I n I d I kwari t I s a: s I ka n d a I am T a be I 10 9 6 s I d Ta be I 10 9 8
0 a r I hc s I I 2 pe r t Jo baa n , n I I a I be saran 2 _t s b d J u 9 a me nu nd J u k-
kan scatter jang agak besar, d~n CEB menundjukkan l~gl dl-
dalam dlagram2batas2 5% dan 95% darl daorah hasll2 pertjo-
baan. tsb. Terlamplr dltundjukkan dla9ram2 CEB tsb. jeng dl-
besarken dan Ref". 1 oleh lr. Rachmat Purwono (Ret. 2).
- 30 -

Dldal~m daerah hast 12 pertjobaan lnl. kaml djuga telah men-


tjarl persa~aan matematfk jang palJng se~ual menundjukkan
harga rata2nja dan hasllnja adalah sbb.:
- persam~an susut dasar
so (parabola)

40 [ 1 - ck -70 30 >z J lo-s

- persamaan koeflsl~n cp 6 <parab~la>

h
.6 = 0,40 + 0,75 (1 - _i) 2
60

- persamaan koeflslen 4> 7 <garls2 lurus) !


untuk PC 250 kg/m3: untuk PC 300 kg/m3 ;

cp 7 = 1f~. <fAS + 0,13>. = 1,6 (FAS + 0,13)

untuk PC 350/450 kg/m3

7 = 1,9 (FAS + 0,13)

Berdasarka.n rumus2 diatas dlh.ltung n.l lal2 .susu.t;


dasar 50 dan koef1slen2 6 dan cp 7 dldalam Tabel 10.9.6
s/d Tabel 10.9.8.

A.ia+ (5) materlnja sama dengan ajat (3) naskah


asll~ hanja redaksthj~ dlsempurnaka~.

A jat (6) sama dengan ajat (5) naskah as.ll.


Refierence: 1. CEB :. "Pr.aktlsche rlchtlljnen voor
de berek~nlng en ultvoerlng van ge~a
pend-betdnconstructles", BetonverenJ-
ging, Okt. 1967.
2. Ra chmat Pu rwono : "U suI ke:t.entu an 2 m~
ngenal rangkak dan susu~ untuk dlma-
sukkan dalcm Bagian 5, bab 10 ajat 8
PBI 1970", SurabaJa.26- 1- 1971.
J1

i
.!
II 4 ,o
j

I
r---. -:.,. - - ' . ---l. --. ... -,---- ---T!, . - ... - - ~.Ll-~r:fnTj"TlTTI
ff("l .
<' I I ' . I ' i I '
~1-"S 9~1o ~RI se.,_cu~
'' IT pelt.l.>0&.-4AI.o1 .

I
' ! . I . ' I ! !' . '; ! I

r. r--- ~ :.~ - -~ -~f -~ ~~:;"~- ~-~ :


l
, :
'
/rr. : ., 1 l;: :i !:- . . :; . .;", " 1~1 ~

II
I ; 1 I .
:a.,o
~
!1- ...... .. , . 1 _,-:1_ ,
.. .c ; ~ ~ , . . L~ ~-, - . .
! I t I
_.t :, , 1i , ,...,.-~-
. I . ,
.. , --
. ... . ..,'
J I -1'1 I! : : .. i . ; I : i I
i ! . . u~ &A'f.4.S 6'-' DARI
i
a:l111A4
!
;..... . ... ..
>(f ~
:!: i
-{.' \ ' ' " ! ' 1 I
1

rt t_j.;.LJJ--
l i i i J--1-J-J.-J-l...;...-
. j " :"" " . "
'
-~
~e~'t .JOl>1 ..tV1
. / ~ ! "r 1 t 1
i . ) J...! -- 1 I
; . .. : I ! ~-~-
I ..;,.-......

. ....-(' : : :. ,
'! ...r . ~ f ; . 1 - ).Y >- :
0 :-- - .........('!~ 1
~
b

'
1 1 J
. l : . : ~ ... : :J

I 1
[ ' , IL~)/
1 ,, '
1
' I v-
: ! 'j! tpY . . >"i~:
,_. ;. .
' .
: .- . ,.j,... ;::,.... - L - ~-
. .. i - .. . .. - ~-

..:~ ~- .. ------ - ----


I
:

J.~)
I ~ j l:~J
.

!
I I

I
t,O i
\
.. ..;J.. ..
!
-r ! I
I
i
....... .- -f- -. r ~ -- - . ~ - - - ---t I!
I
! ' : I i -j
\L--- -- L. .: .. ~- ~ .. i 1 - .L ... J l

0
100 90 so 70 60 5c;> 40 t
KEI..EM&A~A\11 R!!L.ATit=:.

I
t
I

t
1

'i-

o.:z. ; ---- . ---1-----

o
'
L _____ J _----
,
I
I
-- i
i

40 !50_
Ig
0 10 2.0 . 30
i

~~------------~----------------]
C. .F.,B. R. - l .'a. . J.
~ l. 'l, .
I

~ -- ~
r- -..-.- - -.
-~ ----w--------~-~--~---- - -~------~---...

j 1 ,!) .,I
I

l
. .. 3,0

I '
t. ,0 ..

I .o :

0
..., .....
O,-
f',)
0 ,4 0,6 o.a

- '' !
r
!!t.
r
i
-of - ---
- __:

9r:."/o ~1 . 12W-IA>
fl-e:R.t,J~,41A

' I
~~~ DA..,l '~Ml.t.'- n-.~}'::>
J
i : ... .( :.-'1
--- I L .. -- _.,...
0 - ..

~ 7 2.P. 90

. ___. ........,_...,. ,.
Il

- "' R . I. 2.. 3 . ;
! . ~ . 3. "Z
;.'".:( .
I
I

I
I 70 - - - ; ~-- . . -- -~- i . - - ------J--
l
I i'
I 60 . ---- . '
'
;~
I
I
I
50 t
I
..
40 ~d-- -
~ ~
i
!l
i
I
I
!
~ __ t
l
j
I
- 10
1()0 so 70 60
___L
j

40
Ii
i
i
'. j
I
I
sj
t
I,

-I
i

i
' . . r i
' J
j----c-- - [ --- --"-i.

!..
o,s !'
.. -;.-. --.. . .....- -+- ________,_j.
: !
l
I
!)l" &4TA~! 9~%
' I!
Ir------- .' +~-
I, '
j
I
------- ---:--1~-- -..!- -----:
'

i l
;
I
:
li~
.,,,
'" . :' I

0 ,~
.
r --- ---- - . - r- -I - ..... .i-- -~-~ : ~---s.4r.4{ -~:%"--~
.!

i
I '- '
li !
I

~-
., I
- - ----'----- -- -- - + -- - - --- ---
1
.
-~- -
;
i
.. -! t
l
i. ! I. I

lL _ !
___ __L
I
__ _j_ --- .-. 1 .. . . _ i
.. __ ..J.. __

II 0 20 30

L____ ~
j

l
-J
C1ii.C . R .I. '1 . 3, . J
- - l ..., ~..,......,. '~'"'..... 4 ~..: ~-----'!'"'-----------"'~"'--~

3,0 --T

2,0

J
J / -45C
I
I'
1
I ,()

i
:1
~

~
l. ~ -\.-
:1 -- ....
0 0,1. 0;4 0,6 o,e
F.4CTO!It AI~ C~ME!J'iT (A;(:_ ..''

i ,0 :

o.~
-i.
&

0,6

.. ~
0 .4
; .

-L : ' LO't,
~ . .. ....
~

1 14 90

r~ ; . :r..
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-1 I I

o I e h

I lr. S.M. Ritonga , 18 Pebruar l 1971

2. Sumardf Kartomi djojo, 3 Maret 1971

3. lr. Hamid Shahab, 17 Maret 1971

4. lr. Rachmat Purwono, 12 Maret 1971


- 1 ..

TANGGAPAN2 MENGENAI PERUBAHAN NASKAH'


PBI 1970

Tanggapan lr. S.M. Rltonga (Bandung, 18-2-1971)

Bersama lnl saja lngln mengadjukan suatu pandangan mengena!


T&bel 4.5.1. jaitu tentang menentukan mutu pelaksanaan dang~ devf:-
asi standard sebagai ukuran.
waktu
Sepertl djuga/ workshop jang lalu saja menanjakan hal TnT.
Karena rnenurut Me. Intosh dalam bukunJa "Concrete mix destgn 11 , hal
18 antara lain dlsebut sbb. :
11 ls wil I be seen that for any particular degree of control the

standard deviation is virtually proportional to the average


strength for values up to ~bout 3000 lb/fn2- i.e.
the coefficient of varTation is constant and that the standard
deviation Is virtually constant for values over about 5000 lb/
I n2 ~
Kalau saja tldak salah tanggap dari kutipan dlatas dapatlah dikatakan
1). Sampat 300 lblin2<! 200 ~g/cm2) jang konstan adalah coefficient
of variation.
. - 340 kg/cm2>.
2). Standard devlasl baru konstan sesudah dlatas 5000 lb/ln2(+
Katau dlperhatikan apa jang ditulis Me. Intosh tersebut adalah sesuai
dengan apa jang tertera pada tulisan Jr. Wiratman W. "Evaluasl Kwallfi-
kasl beton, hal 23, Gb.4a jaltu > 3000 lb/in2,standard deviasi konstan
<garls lurus horisontal) sedangkan sampal 3000 lb/in2merupakan suatu
garls miring dengan tg n = Standard devlasi
mean crushing strength
= koeflslen
variasl = adalah konstan.
Djadi pada dasarnja saja mengandjurkan untuk beton2 kelas II, mutu pe-
laksanaan dftentukan berdasarkan koeflsien variasl sedangkan untuk be-
ten kelas Ill ditentukan berdasarkan deviasl standard sesual- dengan
apa jang tertera pada Tabel 4.5.1.
T~k lain harapan saja semoga pandangan ini ada manfaatnja bag!

panltia untuk bahan pertimoangan.


- 2 ..

langgapan Sdr. Sumardt Kartomld,jo.Jo <Bandung, 3-3-1971)

~1emenuhl permlntaan Saudara dengan surat ttg. 12 Djanuarl 1971,


perthal perubahan naskah PSI 1970, muka dengan lnt saja menjampalkan
sekedar Saran atau mungkln dapat djuga Saudar~ anggap sebagaf usul/
pandangan, tentnng beberapa hal mengenal lsi dart BAB 4.
Harapan saja saran/usul atau pandangan saja tnl dapat dlpakaf saba-
gal pertlrnbangandemi kesempurnaan isl darl Naskah PBI 1970 ltu, ter-
utam~.mengenai Bab 4.

Adapun Saran/pendapat/pandangan ltu sbb. :

A. Mengenal label 4.1 .3.


Perb3ndlngan keteguhan dari beberapa bentuk benda udjl, telah
dlambll maslng2 angka 1!00 untuk kubus 15 em; 0,95 untuk kubus 20 em;
dan 0 1 83 djlka dlpakai si I lnder 15/30 em.
Ada tu I I san mengena i In i j ang pernah saja bat Ja d I Kantor Dewan Nor-
malfsasl Indonesia Braga 38 atas.
lui I san ltu adalah dari Austrian Standards As~ociatlon dengan djudul'
"2nd Proposal for the Standardisation of the'Dimenslons and
Making of Concrete Specimens';.
lullsan lni dipakal sebagal bahan pembahasan dalam sidang ISO pada
buan Oktober 1956 dan kalau tak salah, isi dari proposal lnl telah
dlterlma oleh Sidang !SO itu, jang berarti bahwa angka2 jang dlusul-
kan dalam sldang itu telah dlterlma sebagai Standard ISO.
Dida Iam lull san i tu, terdapat angka2 perband i ngan kekuatan dar I babe-
rapa bentuk bcnda udji, a.l. saja akon kemukakan mengenal angka2 per-
band Ingan untuk ~et i ga bentuk benda udj i d I atas :
Djlka benda udji bentuk kubus 20 em, ~lamb I I angka 100%. atau k.l 92,5%
maka: 11 11 11 11 15 em 11 11 108% atau 100%
II II II
sl Iinder 12/30 em 11 II
94% atau 87%
Mengenai lsi selengvupnja dari Proposal t~rseb11~ diatas, klrcmja dapat
dltjarl df Kantor JDNI, dengan (dalurn) Bunde! No. I.S.O. 64-70.

B. Mengenai p_nRukurafl_slump.,_Pa!?al 4.'4 (2).


Pengukuran Slump, dengan Abrams Cone, setjara jang umum <ter-
utama tjara2 dl Amerika Serikat) pemcdatar (pe~rer'o'!r) aduk beton pa-
- 3 -

dawaktu pener.tuan Slump lni, tldak dilakukan 10 kall tiap laplsan,


tetapl .25 kali tusukan setiap lapisan, dan penusukan maslng2 25 ka-
11 ini ttdak mengenal laplsan jang ada dibawahnja.
Tjara2 inl sudah merupakan suatu Standard dl Amerika Serikat atau
negara2 jang menurutl tjara itu.
Didalam GBV 1962, art, 16 mengenai ZETPROEF, memang hanja dlsebutkan
~engan 10 kali tusukan sadja.

Kiranja dalam hal tnt perlu dlpertimbangkan, mana jang leblh balk,
10 ka I i a tau 25 ka I I
Kaml dl Balai Penelitlan Bahan2,,blc:Jsu melakukan dengan 25 kall +u-
sukan, menurut~ standard2 dari A.S. dan dengan assoslatl plklran
bahwa jang mentjlptakan tjara inf adalah Prof. Duff. Abrams dart
Lewis Institute, Chicago, A.S.
Djadi ldr:1nja tjara2 dart Amerlka S0rlkat lni akan leblh benar da-
ripada tjara2 jang tertjantum dalam GBV 1962 Art. 16.

C. ~Aengena i Pas a I 4. 9, Pembuatan dan pemer i ksaan benda udj I

Ajai" {3).
Dldalam ajot ini, dlsebufkan tjara2 pentjetakan dari ~enda udJI.
Karena dalam PB! 1970 inl akan dipukai kubus ukuran 15 em, ma.kC! mung-
kin pentjetakan kubu5 ini harus di lal(ukan dengan tjara penusukan ma-
slng2 lapl5an (2 lapis) 30 kat I.
Pandc::pat/saran.
a. Menurut B.S. 1881-1952, a.l. disebutkan bahwa kubus2 dilsl 3 la-
pis, masing2 lapisan dltusuk2 dengan steel punner jang luas per-
mukaannja 1 5q.ln., sebanjak 35 kat I.
b. Tjara2 jang lazim dlpakai dl Amerlka Serikat, dengan benda tjoba
bentuk. 5 i II nder. pent jetakan baton da I2!m s II i nder, d i i 5 i kan do-
lam 3 lapisan dan maslng2 lapJsan ditusuk sebanjak 25 kall <seper
ti penentuan SLUMP>.
c. Tjara. jang tersebut dalam Konsep Naskah PSI 1970, mungkln dlambl I
dari GBV 1962 Art 14, ajat 5 a, untuk kubus 20 em.
d. Kami di BQiai Pen.Bahan2 menggunaknn tjara (b) diatas, .balk. untuk
kubu5 atau untuk si Iinder <kaml seragamkan).
Mengingat djuga Pasal 4.1.3. dlmana Pengudjlan keteguhan te-
kan dapat dilakukan djuga dengan benda2 udjl bentuk kubus 15 em,
- 4 -

ki.Jbus 20 em dan n+au si Iinder 15/30 em makal<.iranja leblh balk blla


tjara2 pGmbuatan untuk ketiga matjum ukuran benda tjoba ttu dlsama-
kan sadja, otau dj!ka d:ikehendakl eda tjara2 tersendlrl untuk meslng
bentuk benda tjoba, perlu diterangkan leb.lh djelas untuk maslng2 ben
tuknja.
. -
Tetapl tjarc jang t0rachir ini kiranja kurang praktis.
Suju usulkan dlsini, dipckci tjara b dlatas, jaltu tjetakan2
bend~ tjoba (dalam bentuk si Iinder, atau kubus), diisi 3 laptsan
dan muslng2 lapisan dl-tusuk2 sci.Jc:njak 25 kali dengan batang b;:1dja
bergc:ris tengah 16 mm atau 5/8 Inch.

Ajat (4).
Kalimat t.;rachir d<3ri ajat inl~ saj:. kurang setudju. Kallm3t seleng-
kapnja sbb. :
"Sesudah itu, masi.ng2 kubus dlberf tanea seporlunja dan ditGmpatkan
dalam pasir jang lembab sampai saat pameriksaan''.
Jang sajr: kurang setudju ialah penjfmpanan dldalam pasir jang lembab
inl~: Pemakaian pasir lembub djika pClsirnja kotor atau kebetulan me-

ngandung g~ram2 jang berbahaja bagi semen/beton, akan merugikan mutu


benda tjoba.
Kiranja lebih balk djika kata lipastr jang lembabii ini digantidengan
"tempat jang lembab, misalnja dengan djalan menutup benda udji ltu
dengan karung jang selalu didjaga basah 11 atau ada tjara lain djuga,
mi sa I nja bonda .udj i di rendam da Iam at r kapur, jang ent jer (maksudnja
kadar Cu{OH) dalam air itu djenuh)~

Ajat (5), at3u usul ajat tambahan.

Karena Pas~l 4.9 lni mentjakup Tjara pembuatan da~ Psmeriksaan ben-
da udjl, mak3 kiranja lebih b3ik di lengkapi djug3 dengi:m tjara2 po-
ngudjl:::nnja (perru ;ks"'::t'1nja). Untt''~ :,,otr:':-:skap. ?asal inl, saja usul-
kan ad~ Ajat tambrrhan <ajat (5) ata~ a~linja, dan isfnja diombll sa-
ma dengan lsi dari GBV 1962 Art.14, ajat 7 s/d 10., dengan tambahan.
Djika bcnda tjoba berbsr.tuk si I inder 1 maka ketcguhan tekan dltontu-
kan pada pormukacn si I indt:n (hukar. :Jarl sisinja).
- 5 -

Demtklan Saudartl Ketua saron dan atau pendapat/usul saJa;


semoga hol2 in! tiduk menghambat tGrbltnja PBi 1970, .tete)pl men-
djad1 s9fllpurnanJa PBI 1970.
Atas perhaticn tullsan tersebut dlatas, saja utjapkan 'terlma
kaslh.

Tanggapon lr . Hamid Shahab CDjakcr.to 17-3-1971)

Perlhal : Tanggapan atas usul perubohan teks P.B.i. 70 baglan ke 1


dan ke 2.

Sdr. Wiratman Jth.:


Bersama ini saja sampalkan pandangan (pendapat) saja atas ~s

kah penjGropurnaan rentjana P.B.I. 70, sebagal berlkut :


1. TJara kurd.Ja panttya-ket,jll 11 ponjempurnaan rentjana POt 70.
11

Men~rut hemat saja tjara kerdja jang dltempuh sekarang berbeda

dengan tjara2 jang dislmpulkon p~da pertemuan dl luat stdang Work-


shop tempo hart, dimana a.l. djug~ dlmaksudkan mengadaken satu-duo
kali pertmriuan .sehlngga dlskust dapat di lakukan teblh terbuka,
lobih djelas dan ~idak dlbatasl dalam satu dua kall dialog sa-
djQ
}J_,_
(hcl .tnt tidak mungkln dl .lakukan setjara tertults>.
~rona tjara Jang sekarang dltempuh merupakan kebidjaksan()~n da-

rt. Kotu<J jang saja j<:lkln mempunjaf tudju;;~n2 balk jang sudah dlpar-
tlmban~kan dan mungkln djuga karena dldesak oleh faktor waktu ~an

faktor keslbukan maslng2 anggot~, maka untuk kelantjaran.terwudjud-


nja PBI 70 .sebagal tudjuan achlr maka saja klra perubahan tjara
kerdja tsb. tldak perlu dlpersoalken lagt dan dapat saja setudjul,
mesklpun soja tldak sependapat mengenal hal Int.
2. Me.ngenal pasa)~~_._Ijampuran baton, a.Iat (2).

SebalknJa dltambahkan ~ dolam perbandlngan volume 1 2 3


atau I : It : 2!.
- 6 -

3. Mengenal tabel 4.3.4. pjumlah se_!Tlen mlnlmuin dan nilal faktor air
semen maks1mum.
Apakah tabel tnt sempurna atau tidak, dimana perbedaan2 pecdapat
a.l. terdapat pada lstilah kerlng muka (surface-dry> dsb.nja, kl-
ranja tidak perlu dipersoalkan lagl menglngat dalam pasal ini su-
dah ada ls'tllah "dland,jurkann, dus tldak mengikat.
4. Mengenal pasal 4.4. kekentalan adukan beton, a,jat (3).
Sesual dengan pertlmbangan pada punt (3) dlatas, klranja tabel
4.4.1. dlslnl djuga tldak perlu dipersoalkan lagl, karena judge-
ment dari pengewas ahli maslh dlberl kelonggaran.
5. rv1engenai pasal 4.5. mutu pelaksanaan dan keteguhan tekan baton
karakter I st I k.
Apakah perlu dimasukkan : "Berdasarkan data tersebut dlatas, Pe-
ngawas Ahll menetapkan devlasi standard rentjana s untuk peme-
r
rfksaan mutu beto~ selama masa pelaksanaan menurut pasal 4.7.,
setelah dlrundingkan dengan pelaksana".
Menu rut saja, in i suda.h d i tampung da Iam penentuan harga karak-
terlstfk, dus tidak perlu dipersoalkan/dirunding kan sebelum pe-
laksanaan.
Kalau toch dirasa perlu oleh pendapat anggota2 lainnja, saja tl-
dak keberatan bagian tsb. dipertahankan.
6~ Mengenai pasal ~!~. Pert,iobaan Pendahuluan.

Pa~a ajat (1) tertul is a. I. : "Ap~bi Ia tidak tersedla tjukup data

jang dapat menundjukkan bahwa s~otu tjampuran beton tertentu jang


dlusulkan dapat menghasi lkan mutu beton jang disjaratkan dan/atau
bahwa dev Ia_2_!__stan(j9[_d re.!)t.iana s r jang d i us.u I kan benar2 akan ....
Saja rasa "dan/atau bahwa deviasi standard rentjana s jang diusul-
r
kanu sebaiknja dlhapuskan sadja, mengingat deviasl standard tldak
bisa df llhat/dinllal dart pertjobaan pendahuluan dan bahkan bisa
menjesatkan.
Untuk djolasnja ada baiknja pada anggota2 lalnnja dlberfkan copy
derl lembaran grafik2 beton K 125 jang saja berikan dlmana saja
bedakan y ,
p
Pada a.jat <?) ~.:.,;-tul is a. I. : "Hasi 12 pemeriksaan benda udjl da-
lam pertjob:Jan rondahuluan inl harus dievaluasikan menurut dalll2
dar I matemat i k:" statist i k. . .. "
- 7 -

Menurut saja ini. t!d~k perlu, ses.uai dengC:'n pert.imbangqn2 tsb.dl-


atas. Meskipun saja Jakin akan dasar2 usut saja fnl, saja ktra b!
sa djuga: sementara ihi tetap_ dlmuat bagfan2 tsb. diatas untuk dl-
nlfal kemuEiian oleh para teknlsi dalam pelaks_anaan Rlkem~;~~lan ha-
rt, andatkata anggota2 l~innja sependapat dengan usul :Sd~~ Wfratman.
. ) - .
Tjontoh jang saja berlkan dengap grafi,k~__ untuk be1:on K 1.~5 dengan
pendjelasan2 yp 1 y5 , _ ym dc:Jn yk kiranja lebih mendjelaskan
pendlrian saj'a dafam per'soalan inl._

Note : Pada lembaran grafik2 bet?n ~- _125 Jang: saja be'rlkan y~='1,5
' . . .
lnl bukan berarti bahwa saja tidak konsekwen dengan' pengaT
bl ian yrn = 1 ,4, tapl sebcgai usul .komproml (jang kurang
saja setudjuf) andalkata. ~:~sui y 5 = 1,4 agak sukar diterlma
oleh anggota2 pescrta lalnnja.

Pada a.Jat (3) d i tekankan kemba I i bahwa has 112 pemerl ksaan benda
udjl harus dievaluasikan menurut dalil2 dari matematika st~tlst_lk,

tapi disini saja setud.iu sepenuhnja karena dlsinl pengambilanp~n


da2 udji dltetapkan selama pembetonan bagian2 konstruksi da~ ~
e,un,ja i unsur, d,iangka waktu pe:J aksanaan jang t,jukup pand.j~ng.
Djika unsur jang terachir disebut ini tidak ada, maka penekanan
';harus dievaluasikan menurut dalil2 m statistik" hanjalah tepat
kalau kita bitjara setjara teorttis murnl tapi tidak mempuojat
dasar korelasi jang tjukup bersaw.aan dengan pelaksanaan.

7. Mengenai pasal 4.7. Pemeriksaan mutu beton dan mutu pelaksanaan


s~lama masa pelakaanaan.
Menurut hemat saja banjak keberatan2 jang dladjukan pada work-
shop tempo hari sudah tertampung; dus usul perubahan dislnl kl-
ranja sudah dapat dlterima. Tapl ada jang belum ditampung dislnl
hasi I pembitjaraan kita tempo harf, b.ahwa ka.lau dari satu adukan
diambi I 3 benda udjl maka hail I kuat tekan jang satu dlantaranja
djauh menjimpang dapat dianggap tidak ada (dus.? tetap berlaku>.
8. Mengenai pasal 4.8~ Tindakan2 ,jang diambi I apabi Ia hasi I pemerlk~
saan berilda udj i menund,iukkan mutu baton jang tl dak memenuh l:s.Ja-
rat.
Pada a,iat (1) antara lain tertul Is .
II
Apab II a pert j o-
baan ini menundjukkan has! I jnng memenuhl .s.Jarat, maka ' 1
Sep0rti keberatan jang saja adjukan pada work-shop beton tempo harl,
- 8 -

saja klra perlu pegangan jang leblh djelas mengenal lst11ah2


njang rnernenuhf sjarat".
Pad~ ajat (2) kemba II tertu I Js a .I 11 ter Ietak antare 80%

~an 100~ darl pada nile I .lang dlsJaretkan, maka ....... "
Dlsfnl dju~a akan ketentuan dangan penJ Ialan subjeki"U dart :1 jang
d I sjaratkan".
Menurut hamat saJa lstiJah jang dlsjaretkan adalah .
yp=1,2, ys :::
1,4, ym=1,4, yk = 1,5- 1,2 (llhat lembar~n bet~~ K 125 jang
saja telah lama berlkan berlkut pendjelasan dart coefflslen2
tsb.lberlkut modfflkaslnja d~lom keadaan beban sementara. ltu-
lah jang dlsjaratkan.
Ka Iau dnri 'has II pemer;l ksaan banda udj I sjar~t2 d Iatas tl dak d 1-
.penuhl, maka djelas cr'bk tldakdlpenuhl dan seperti djuga Sdr. Wl-
ratman begltu jakin bahwa benda2 udjl jang didapat mewakllt penuh
keadaan kwalltas hasil p~mbet~nan maka djelas has! I pemeriksaan
'non-destruk~l f akan djuga member! hasi I jang sama, dus tf.dak me-
menuhl sj~rat kalau klta tetap setjara kaku mempertahankan.coef-
ftslon2 majorasl dan minorasi tsb~ diat:Js
. .
Mesti dllngat bahwa antara 11 memenuhl sjarat" <koefflslen mejo-
rasl & mlnorasi jang disjaratkan) dengan ketentuan: konstruksl
tsb. t:harus d I bongkar/ d i perku~t/di rubah fungs I nja" masi h ter-
dapct satu antara
Sebag~i tjontoh

- kita perlu 100 (mutlak)


- kl ta persjarctkan/mi ~ta 140, d Imana 40 nierupa-
kan safety atas berbagai rlslko.
- kalau jang didapat 90, maka djelas ~arus dlbong-
kar/ diperkuat/dlrubah fungsinja.
- bagaimane kQJau jang didapat 120, sedang satu
bagian rislko sudah pasti hapus 1
Oengan bahasa popular tsb. dlatas, dan mel ihat pada lembaran beton
K 125 jang saja berikan, sebagai tjontoh "bagian rfslko jang sudah
pasti bapus" adalah ym, karena pada pertjobaan non destrukt1f ben-
dil udil dlarnbll dari konstruksi ,jang bersangkutan, dus bukan banda udjl
Jang dlbuat tersendiri jung dlrawat setjara tersendirl put~ fepas
darf konstruksl njatanja. Mungkln dengan pendjelasan lnl akan dje-
J~s p~da Sdr. Wiratman mengapG saja usulkan ym = 1,1 (pertanjaan
.
- 9 -

lnl Sdr. W!rotman adjukan dalam pertimbangan pada pas~l 10.1).


Begltu djuga y = 1,1 .~ajrJ usulkan untuk pertjobaan non 'destruktlf
.
p. . . . .
jang dllakukan sesudah 4 bulcn; karena .tnt di lakukan pada konstruk-
sl .iang bersangkutan, sedang pada saat itu lebih dart 50% muatan
tetap sudah bekerd,ja. Apak~h ,inl tldak bisa dlpertimbangkc:m:_dal'am
keadaan darurat, dimana faktor2 ketjll mestl dll that apaknh maslh
memenuhi s,jarat2 minimal. Ap_akah. y5 dapat diperketji I ? Disinl su-
kur d.lberl batasan karenu judgement atas konstruksl jang d lbuat h~

rus ada terlebih dulu. Kalau ns2 bangunan sangat ba.lk~ kalau assume
tlons jang diadakan dalam perhitungan tldak terlalu djauh dari ke-
njataannj'a dsb., maka y 5 pun dapat dikurangi dalam memberlkan penl-
lafan keadaan darurat dlsinl.
Karena ltu saja usulkan sebng~l s,jarat minimal pada pertjobn~n nol!t.:r...
destr~ktlf adalah 70% a~k' ~engan p~ndj~~asan

yp =1,2;, y 5 = 1,_25:, ym = 1,1 -+- ~ ~


1
xX ~~ 5
1
xX ~ '!
1
= 70% ab'k

1,1 X 1,4 X 1,1


atcu y =1,1, y s = 1,40 Ym ==11-+-
, 1,2 X 1,4 X 1,4
p

Mesklpuns:Jj.J berkejakinan atas das9r.2 j::mg saju gun2k::m, h:.JI inl aa-
ja :serahkan pada pertimb:mg.:m peserta2 lainnja.

9. P:Jd2 pend,jelas~asal 10.1 a,jat 5.


Sdr. Wiratman.'begi'tu terkedjuf meli'hat mengapa saja membert. usul koe-
f Is I en keamanan g I oba I dan mengapa y = : 1, 5 : (.-sedang d i I a in bag ian :sa-
s
ja usulkan y ='1,4).
. s
Adanja koefisien keamanan global hanjalah merupakan konsekwensi dart
diterlmanja elastic-design dlsamping ultimate strength design~ Kalau
klta memperbolehkan elastic design tap! tetap harus dlpakal partial
safety factor k! ranja kurang tepat.
Jang panting menurut saja adalqh ov~ral_l__~af~f~ctor harus sama dan
diambll dart ..P~r_!_ial __2aj_~!Y_jac1tors.
Mengenai y s = 1,5,sebenarnja bukan
. maksud saja . mengusulkan:demlklan,
tapi sebagai akibat reaksi dart pasal kepasal jang harus.dt-Qerlkan
selama kurang. ctari 10 hart <sebelum work-shop beton) jang dlberlkan
untuk member! tanggapan achlr atas rentjana P.B.I. 70. Disltu saja
tttlk beratkan pada overall s~fety factor unt~k pert,jobaan non des-
truktl f.
- 10 -

Dus u;,tuk tfclak mengatjaukan antara usul perubahah pasal jang satu
dehgan usul ~erubahan pasai jang lain, saja untuk sementara dalam
punt tsb. mengambll y = 1,5 .sepertl Jang dlusulkan oleh Sdr. Wlratman.
s
Dus kalau. lnl mengatjaukan pandangan Sdr. Wlratman saja mohon maaf.

Mengenal faltor 0.
Sebenarnja In i .datang dar! usu I Sdr. ~~~ ratman sand i rl jang mana
saja setudjul adanja, tjuma penempatannja seb~fknja bukan pada y5 /0
tapl pada ym/0.
Dus Jang saja usulkan bukan y5 jang. variabelp tapl Ym
Kalaupun Jni ketjil pengaruhnja saja tldak/kurang setudju dlhapus
kan karena pengertfan "ketji I pengaruhnja" dislni sangat refatlf
dan subjektlf. Saja rasa tidak ada salahnja tetap dlmasukkan dengan
0 = 0,9- 1,15 sebagal kelonggaran bagi judgement dart pengawas
ahli/konstruktor.
~lengenala,jat 2 pend,jelasan mengenai koefisien ma,jorasi dan mlnorasl
saja klra kurang tepat. Llhat pendjelasan saja pada lembaran beton
K 125,
10. Mengena I pasa I 10.6 a,jat 3.
Saja kurang djelas mengapa mesti dlbedakan antara e' dan e 2
. 0
Apakah bukan dua hal jang bersamaan jang ditindjau dua kali ? lnl
tjuma satu pertanjaan.
Mellhat pada penentuan eksentrisitas jang begltu banjak faktornja,
maslng2 faktor (e) menglktui satu fungsl tertentu, saja usulkan suna-
ja kumpuJan faktor2 tnt disederhanakan/dlsatukan dalam satu bentuk
IP sebagal fungsl dart 11 kelangslngan"/atau 'kekakuan' (EI/1); hal lnl
sesuai dengan andjuran sajajang tertulis datam kata pendahuluan pada
work-shop beton tempo hari
Penjederhanaan bentuk lni kiranja tldaklah membutuhkan waktu jang la-
ma kala1,1 klta manfaa.tkan computer-centre dari DPUT.
Demikianlah hal2 jang dapat saja kemukakan. Saja harapkan sumbangan
pendapat tsb, dtatas ada artinja bagl bahan pertlmbangan seluruh pe-
serta2 panltya ketjil P.B.I. 70.
... 11 -

penl litlan subJektlf "'if_!} 7''.


'0
* ates dlslplln pelak-~~
~~-.::-

Ill
a. sana Ill
Ql
"'
t-. t-.
c - pengawasan ,
Dl

I
,
Ql

I
-+ -tlngkat pentlngnja bangunan -+- -+-
V'l
..,-+
0 C r e e p
0"
ro
::s
0"
ro
::J
0 a. a.
CD Ill Ql
0
"'
10 Ketldak tepatan perhltungan kon$fruksl:
tT
Qt
c
0.
t-.
c
a.
c._.
:s I
::s
a. faktor2: kemungklnan dl lampaulnja beban2 -< :J a. a.
Dl
-o 0 Ql Ql

Ql ~nggapan2 untuk penjederhariaan ::s


Ql Ql
-+ 3 3
a. (')
perhltungan <assumptions)
-o -o
C
tlngkat ketelltlan perhltungan ,
ro ro
~ pengawasan pelaksanaan -+
t.....
Q)

c "7'
~
0 Ill
Ql non-konkordasl tltlk2 tumpuan. tT Q)

:s Ql :s
Q) Ql
a. :s Ql
(!) ~~l-l :s
:s "0
10
Cl
Perbedaan kwalltas benda udjl dengan beton mas sa I 3 j0 ! ro
::J
a.
:s r-1 : Ql
~.!.._

3 faktot2 perawatan (panJiraman> =r


c
(l)
:s pelaksanaen kurang sempurna c
Ql
:s
(0 (adanja pembesian rapat dsb) :s
(!) ro n
penl !alan pengamatan darl:
"'
C
..
:s pekerdja2 ja~g berlafnen ,I

-< beton tldak homogeen


"' (fungsl pelaksanaan). I
I 1.

1
...{'
- Q.
Varlasl kwal ltas dalam masa pelaksanaan : "7'())
-:s
faktor2: W/C-faktor t t dak d I ketahu.J past I
kwal ltas ~ahan tldak tetap .. V1
kelembaban bahan tldak tetap
kadar lumpur tldak tetap
)>
. waktu (tama pengadukan &
..
pengaruh djam kerdja
beton tldak homogeen
(fungsl waktu & bahan)
Ys ~i!(v.t, 4 ~ Ysf,5 I K 125
79 95 133,5 200 "bm200 kg/cm2
O,t77l n\1>1\ ?t-~ 71,--- 5 50 k9/cm2
1 20 kg/cm2
abk*O~m-,64 sl26 kg/cm2
I : IN

i /\ /~
z 2 1.64 untuk deredJat

\
!
.,I ;
~
t konfldens l 95%
4- I tq, 5%)
I i

I .'r
!

I
I
I

50 100 150 200 250 300


-
- 13 -

Tanggapan ir. Rachmat Purwono (Surabaja, 12- 3~ 1971)


Dal am pendje fasan perubahan naskah pada ~asa I 10 ' Sdr. i r. WJ ratman
menundjukkan
. ba'hwa ~erubahan y m dan atau yp pada beton tidak
. mempengaru-
hi banjak kapa.;!tas pfkul suatu pcnampang, untuk lnl telah dibuat perban-
dfngan /~ untuk ber-matjam2 combinasi y dan y
~ u m p
Pendjelasan tersebut dimaksud untuk menundjukkan tidak perlunJ~.
. .
dftambah coeff. 0 jang telah dlusulkan dalam workshop jang lalu oleh
Sdr. lr. Hamid Shahab don penults sendirl.
Ada segi2 jang perlu tetap dikemukakan :
a. Apakah perbedaan capasltas pikul penampang jang hanja beberapa '
itu dapat begltu sadja diabaikan? Padahal CEB djelas2 mentjantumkan
ttga nilat y = 1,3; 1,4 dan 1,5 . Bi Ia benar pengabaian itu, menga-
m
pa CEB maslh mentjantumkun tiga. ni Ia I ym tadi1
b. Menurut pendapat kumi pembuktian perb~ndlngan ~u/ ~~ masih kurang
tepat. Jang djelas, dari has! I Sdr. ir. Wtra+man ltu klranja kamf
belum bisu mengikutf mengapa untuk k0 > 0,5 (djadi ym ~ 1,4 dan yp
< 1,2)'dida'pat capasitas penampang lebih ketjil dari .
Jcing
.
k0 =0,5?
.
Seeelum masuk keurafan leblh mendetail perlu difngatkan lagf
persoalan ~pa jang masih perlu dlselesaikan pada waktu workshop b~ton jang
lalu mengenal ajat2 ini, jaltu :
1. Walaupun di CEB ada tiga ni lai ymb jang tergantung pada matjam cons-
truks i dan kete I it! an bekerdja namun workshop beton -te lilh me-nerlma
tanggapan dari nnskah P.B.I jang memakal ymb = 1,4 untuk pembebanan
umum.
2. Workshop beton jang lalu mentjatat persoalan
.
Y,. dlmana ada pfhak2
~

Cantara lain Sdr. lr. Shahab) menerangkan bahwa persoalan lnl belum
ada persesuaian diantara para ahll international.
3. Darl kenjataan2 bahwa memang ada perbedaan ymb' ypbdan y 5 , maka
workshop beton jang lulu montjutat pula persoalan bagaimana menam-
pung perbedaan coeff. tad!. Dengan mengingat kesederhanaan penam-
pungannja ada usul2 pemakaian coetf. tambahan 0 dan dimana menem-
patkan coeff. fni, sld~ng belum memperoleh pemotjnhcnnja.
4. Adc perm4ntaan perhatlan harus add pemisahan jnng djelas aki:ln pema-
kaian 0; coeff. jung monampung soal ketelitf~n pengerdjaan bahan/pe-
laksanann harus ditampung dalam y (coeff.materfeux).
m
- 14 -

Hal lnl sudah dibotulkan.


Dem l k ian Iah k i ra2 persoa INiL j::mg d f '"ladap ~ cb' t''Tl wo,..kshop J ang
lalu.

I. Berapak<3h :vm- dan y hurus .d Iamb I I 1


p
Pemetjahan scat lnl harus dllakukan setjara h~t'2 dan- telltf karena
selaln menjangkut ekonoml (ingc:~t blarpun akan cda perbedaan capa-
sltas beberapa %, namun apablla dlbuat puluhan rlbu balok akan bar-
art! pula sellslhnja) djuga menjangkut keamanan konstruksl. Tapl se-
bagaimana didjelaskan dlatas sesungguhnja pada workshop baton jang.
lalu tidak ada persoalan lag! mengenai lnl, naskah asll P.B.I. me-
makal ymb = 1,4 untuk pembebanan umum.
. Namun untuk blsa mentjakup
lebih luas perlu dalam P,B,I. diterangkan adanja tiga harga dlatas
sebagalmana diuralkan dalam [7] dan [5] sehingga dengan demikian
P,B.I. member! kemungklnan2 pernakalannja sesual dengan keadaan. Me~
mang dengan lni lalu dlperlukan tabel2 jang lebih banjak lagi, tet8pf
biar-lah lnl dlusahakan
.
kemudian
. oleh masjarakat teknlsl klt8.
Kalau ymb lnl sudah dlputuskan ~ 1,4 perlu kaml kemukakan mengenal
sjarat pemerlksaan dan tjampuran baton K 125 (llhat pasal 4.2 dan 4.3
naskah perubahan),

Menurut f.l] R.22.1. dltu.lls ketentuan2 ym sbb.,:

volues of g~~~ 1 or
Ya and prestressing Concrete
yb (genera 1> steel
- :
ultimate care fully mixed and con-
limit ya = 1,15 trolled (members precast yb =1 ,4
atates in a factory)
Concrete mixed on site or
In a factory; control
according to these .recom- yb = 1,5
mrn datlons
--- --------- -
se landjutnja ada tambahan t jatatan : untuk keadaan penget,joran ,jang ba fk
sekall dlman?_~id.iamJn mutu __ !_ls~.91J:ta_s) balk jang__b9_~oqt!l_, coeff. yb dla-
tas boleh dlambll ber-turut2 1,3 dan 1,4, Untuk betcn j:mg kurang pengon-
tnolan diandjur~an pakai yb = 1,6,
- 15 -

Djadi berdasarkan atas [)] hanja beton jang dltjor balk sekall
d&n didjamln kwalitas baik jang homogin ~isa dipakai cocff. yb = 1,3
atau 1,4. Blla klta lihat sjarwr pomerlksaan mutu beton K 125 maka
lnl tldak akan memenuhf ketentuan dia~as. Maka agar P.B.I. 1970 tetap
memakal satu coeff. ymb = 1,4 kami usulkan agar K 125 fnl digolongken
pada beton B1 sebagalmana dlatur oleh pasal 4.2., selandjutnja designed
mix tersebut d~lam pasal 4/3 (3) dimulal pada beton mutu K 175 dangan sja-
rat pemeriksaan mutunja jang ketat (tabel 4.2.1).

PencUo Iasan :
Mengapa kita beranlkan memasukan beton K 125 kedalam tjara buat beton
81?
1. Menurut pengalaman tjampuran volume nominal 1:2:3 akan dengan
mudah menghasi lkan beton mutu k 125 asalkan pengawasan kebersl-
han bahan didjalankan dengan baik.
Z. Tegangan diidjinkan crb = 45 kg/cmZ <K 125}
sudah banjak dipakai untuk pcrentjanaan konstruksl beton bertu-
lc:mg; jang tidak bisa dibantah, Konstr.uksl Jtu sampai saat ini
rnasih berdirl.

11. Berapakah y5 harus d iamb i I?


Sdr. tr. Hamid Shahab menera~gkan bahwa nilal y s belum ada parss-
'
sua Ian antG~ra para ah II .International dan pad a waktu worksh04) beton
jang lalu leblh tjondong untuk diambll 1,5, kamf sendlrl (djadl bu-
kan ir. Shahab) bersama Sdr. lr. Wiratman leblh tj.ondongpakal y =
s
1 ~ 4.
Kenjataan sekarang naskah perubahan telah mengambil coeff. jang Ter-
sebut achlr lni.
Dimuka dlsebutkan belum ada persesuaian antara para_ahli mengenal
y 5 ini. Kiranja waardig untuk klta ketahul bagalmana keputusan coeff.
y 5 inl diambil~ maka dibawah inl kami petik bunji R.22 21 dari [1].

R. 22. 2l. Ui terste grenstoest.::nd


Voor het bepalen van de inwendlge belastingen (R.3) In
een construct i e of een van de samengeste Ide onden:le Ion,
mo0t de ongunstigstccombinatie van uitwendige belastingen
worder. gesocht, daarblj In aanmerkingnemend dG maxfmale en
- 16 -

mlnlmalo waarden van de variabele belastlngen of opge-


legde vervormlngen.

R.. 22;.211 Rekenwaarden van de lnwendlge belasting tengevotge ven


de u i twendf ge be lastt ngeri.
Wann.eer de karaktor t st lake u i twend l ge be I ast f ngen f n
. \
overeensterm~Jng zijn met R.21.1 worden de rekenwaarden

Yan de inwendige b8lc:stlngen In het algemeen geffjk ge-


nomen aan .
S* = 1,5 ( sgk + sqk> 0)
S* = 0,9 s . + 1,5 sqk
gk
......... (2)

waarl n
sgk de lnwendige belastingen tengevofge van de. karakteris-
tloke permanente belastlngen aangeeft (R.21.21)
Sqk de I nwendege be Iast i ngcn tengevol ge van de ongust Igste
karakteristieke variab.ele belastfng is ( R 21.22)

In bepaaldo constructies kan met de mfnimale permanente belastfngen


Gen ongunstl gor toestand worden bere I kt dan door (1) voor d~ ..fllliXI.-:
male belastlngen wordt gogeven, vafldaar voorwaarde (2). In dfe ge-
vallo.n moeten beide voorwaarden in aanrnerklng worden genomen.
Dst., dst~ ~
Menarik dlsini adalah adanJD pengambllan y 5 = 1,5. Bukanlah
maksud kami disini untuk mementahkan hasi12 workshop beton j.l.,
namun ada baiknja sebelum naskah P.B.I. jang definitip keluar dl-
mana perlu untuk memperbaikl apa jang masth blsa dibetulkan/ dis~
durhanakan. Kalau'pada naskah as I i P.B.I. 1970 dlusulkan y 1,60/
. . . .S
~, maka coeff~ 1,5 adalah tengah2 antara 1,4 dan 1,6 Menglngat pu-

la coeff. materieux telah kita ambit 1,4 dimana angka lnl dftetapkan
untuk nogara2 jang sudah madju, maka untuk mengkompensfr kondlsl dl
Indonesia, kiranja ada balknja ttdak memaksakan y = 1,4.
s

Ill. Perbandingan Mu pada ym dan a tau y 0 b laln.

Perbandingan M lni menurut hemat haml harus dlkerdjakan sbb.:


u
- 17 -

Perhltungan ponampang beton bertulang :aklbat lentura.n murnl dl PBI.


dldas~rk~n atas <methode kekuatcn batas) asumsi2 dlbawah lnl

1. Semua tarlkan dalam beton dlplkul semuanje oleh badja.


2. Perpendekan dan perpandjang<:m berbandlng lurus terhadap djarak garis
netrof at~u dengan Jain kat~ bldang jang semula mendetar akan tetap
mcndotar setelah ada t1mbahan momen luar.
3. Koadaan batas dltjapal apablla perpendekan Eb1 mentjapat 3,50 I ,
u 00
a'*
bu = k o'
o bu dab E
a-
> o* /E
au a
4. So bag~ 1. pende~atan, stress b I ock bag I an tekan be ton d Iamb II ber-
bentuk persegi pandjang.
5. Untuk mendjamln adanja underreinforcement, dltentukan

wmax. = 75 %w balance.
6. Cooff. keamanan terdlri darf

Ym = cooff. moterleux
H
'Yp = pGmaka Ian
'Ys = " surcharges.
dengan .d~!Tll k Ian dl perol eh
o' 0,83 crbk
cr'* = bu =
bu 'YpbYmb ypb 'Ymb

k =
0 1 83
0
Ypb Ymb

0 ak
a*nu =
Ypa Yma

i-1
U.
= y. M
s
Dungan dasar2 dfatas dapat dlgambar keada~n batas sbb.

'*

{t
E'
ub abu
f i ':f.
y
,___ I
. II
.' ~c. r~-"'.~,,~
~ .
. -:...
~::-.=: .
, .
D
b.-
r laO 4 v"
-
- _, i'R'
h t h
/ I } u.
..A-......... .
I
I
I
j
1 j l__
E
Tr --'
t- .. _b- . ~
a
- 18 -

Dengan asumsf2 dlatas pula dapat d:susun persamaan2 sbb.

y = 1,25 a.
I

a ub
1 , 25. h = ' p. ( 1 )
ub+ a

Db = T
b.a. crb~ =A. cr~u ........................ ( 2 )

M
u
b-.a. cr'* (h
=
bu -*a> .................. ( 3a>
M
u
= A.cr*
au
(h - . .L
2 a ) .................. ( 3b)

Dart (2) dldapat


cr* cr:u
a A au = w
a. = - :s
. (1iT a'*
h bu
bh bu
a tau
a = wA = w = k0 q ( 4 )

a = w A h ( 5

M
u
=w A (1 - t WA)bh 2 a'*
bu
........ ( 6 )

a*au
. Notast =
cr.r .w
bk
a
w =A- a=- cr'*= ko a'bk
b.h h bu

DJatas dislnggung pembatasan 75% w balance maka perlu dtmengertl


sungguh aklbat dart pembatasan lnl. Dengan pembatasan tnt akan didapat
suatu batas y = Yu Bi Ia y > yu maka perlu diadakan penulangan rangkap.
Pada perbandingan ~ I ~ 0u , sdr. ir. Wiratman menundjukkan perban-
u
dlngan itu untuk bermatjam kombtnast ym dan y p terhadap satu harga ' 1q"
jang sama. Pembuktian inl dapat dilkuti apablla y < y u dan nllal2 produk
ym dan yp mendjadi leblh ketjll.
- 19 -

lnl dapat diterangkan sbb. ~


1. Perubahan2 ymb dan I atau ypb boleh di lakukan asal tetep mement;otf
pers. 1 s/d 3 b
2. Perubahan pada y b dan atau y b tidak akan mengubah hasl I persamaan
. m p
( 1 > ( se Iama mutu badja d I paka I t&da.k d I ubah dan y "lent japaJ yu>
Karena e:'b u
selalu = 3.5%, djadi harga. a tetap.
3. 81 Ia ymb dan atau ypb dlubah, make agar pers (2) tetap berlaku,
terpaksa A~ w berubah. Blla w atau q dlbuat tetap, jang akan beru-
bah adaiJh 11 a 11 lnl boleh )erdjadl apablla y < Yu
4. Agar persamaan (2) tetap berlaku maka M harus dihttung darl persa-
u
maan (3~) dengan menglngat hubungan pers. <4>.

Karena perubahan ymb dan atau ypb akan ada kemungklnan over-
relnfor~ement maka penlndjauan perbandlngan M dllakukan pada kea-
u
daan y = yu
Persamaan C3a > :
M
u = b.a. CJ''*
bu Ch - ta>

= b.h.a. CJ'bk k
0
(1 - 2 gk0
= b.h.a. CJ'bk (k0 - i q )

Sehlngga perbandlngan M dengan y b dan atau y b Jang berlalnan


u m p
harus dflakukan dar! perbandlngan ntlal2 (ko- jang bersangkutan. %)
Guna mentjarl perbandingan lnl, sebelumnja ber-turut2 dltjarl ke-
besaran2 jang dlperlukan untuk perhltungan lnl.

Keadaan balance ditjapal apabila

e:'bu
2L
h = e:' + e:
bu au

2080
e:* badja U 24
au = 2, 1 106 = 0,99%
u 32 2780 6
e:*au II
= 2, 1.10 = 1,323%
u 39 3390 6
e:*au II
=
2, 1.10 = 1 '615%
- 20 -

Aklbat pembatas w
max = 75% w balance

y y .
~- _Q_
h - . 75"'fO h

g_ 0,8 yb
a = h = 75%
h

komb Inasi yb Yu o)
bahan a.
h h
K . +)
0,779 0,585 0,468
u 24
K +)
u 32 0,726 0,545 0,436

K +)
u 39 0,685 0,515 0,410

Yu
o) G.B.V. 1962 memakal h IE 0,525
+> sembarang mutu beton.
Selandjutnja q = ~ k
0
Namakan pada
ymb = l ,4 k = 0,5
0

ypb = 1, 2
}
q - -u
= q danM u = M

dan pada ymb # 1,4, ypb ~ 1,2

k = k .
0 01

q = q 1 dan M~ = Mul
maka perbandingan M pada lain2
u
ymb dan ypb selain ymb = 1,4 dan ypb = 1,2
mendjad I
t'1 k0 -
I
'I
-
q
= _u_ = I
M k - I' qi
ul ol
Mu k
0
- 2I q
-

Perband I ngan = M"":"" : I

Ul
k01 - 2ql

I I
l i
I
i
t
' Comb. II (l
'V pb = 1,2 i ypb = 1,2 ypb = 1,2 y
pb
=1 ypb =1
I Nof bahan
I ymb = 1,5 I
j
Ymb = 1, 4
:::: ymb = 1,3 ymb = 114 ymb =1
I
I k .
01
= 0146 I k-0 = 0,5 k02 = 0,53 k03 = 0,6 ko4 -~ 0, 8~
II
q i
. i -,-,
l
I
I
qi ! i i q2 :
' q3 q4
- -
+> I
1 K I
I
u 24 i 0,468 0,215 1,085 0,234 1 0,248 0,94 0,281 o~a3 0,3:)d C'.SiJ.
I

2 K +) I
u 32 0,436 0,20 1,085 0,218 1 0,231 0,94 0,262 0,83 0,362' (\60

3 K +) I
u 39
t
0,410 0,188 1,09 I
I
0,205
i
1 0,211 0,94 0,246 0,83 l 0,34) 0,60

4 K .
+)
lI I
I
u 48 0,383 0.,176 1,09 0,191 1 0,203 0,94 0,230 o,83 I 0,316 i O,t..O
. I
;
~
i ! __
----- --- - - -- - - ------'---~- ~ --

+) mutu beton plllhan.

-
I
N
I
- 22 -

Dapat dJIIhc+ dar! has! I perbandlg<:Hl i:-d bahwa perubahan pada


ymb dan atau ypb sangat memDengar,Jili kacositas pfkul penampang.
Apablla dtputuskan mema~ai coe~f. y b = 1,5 dan y b = 1~2 un-
. m p
tuk P.B.I. lnt maka kita akan mengurangi capasitas pikul p~nampang ra-
ta2 a~: d-ibandlngkan dengan pemakaian coeff. ymb = 1,4 dan ypb = 1,2.
Sedangkan pemakaian coeff. ymb = l,4 dengan y b = 1 pada pem-
P .
bebanan sementara akan meningkatkan capasftas profi I sebesar 12%.

IV. Bagafman sekarang kita verdisconteren perbedaa'1 ymb'

l!J.L.?
a). Penampang y klranja tak begltu sulit. Blasanja waktu mengada-
s
kan perhitungan statis pada beban2 balk itu berat'sendiri,mua-
tan bergerak, angin dsb. tidak dikalikan dahulu dengan y 5 jbs.,
setelah N, Q, M keluar dan akan diperlukan untuk dimensione-
p
ring (mentjarl penulangan} gaja2 jbs. baru dikalikan dengan y
s
jbs. pasal 10.1. (5) menjederhanakan lni.
b) Ka Iau pada perh I tungan deng:n methode n ad;."i dua mat jam tegangan2
jang d'i idj i nkan, dengan dGmi ki an untuk sederhananja d lbutuhkan
2 matjam tabel untuk satu mutu badja, maka bila diperlukan biar-
lah masing2 combinasl bahan2 beton & badja ada 2 matjam t~bel
pula untuk misalnja combln~si coeff.

{ Ymb = 1,4 { Ymb = 14


= 1,2
dan
ypb ypb = 1 ,0

Sekall lagi biarlah P.B.I. h2ru kita blsa menampung scope persoalan
Jang lebih luas; apablla diperlukan para teknisi kita akan tampll kedepan
deng~n penjusunan buku2 beserta tQbel2-nja, sebagalmana terdjadl diluar-

negerl.

V. y untuk pemeriksaun konstruksi jang betonnja tidak memenuhi s_iarat.


s
..... -----------------
Dalam [2] R. 1.2.1.1.2. -re::rchpat tabel menundjukkan keteguhan
beton (sflinder) padi'l U"1ur j::~ng ber--bs'l<-.2. Disitu da;~at dlbatja bahwa
beton umur 90 hari mempunjal kekahr. 120% dari bGton berumur 28 harl.
~aka apabila pe.rhitungan kek1!atan cor:struksl jc;-ag ditindjau (tfdak me-

menuhl sjarai"i :::lir.l;~sc.>r-:<an at.:s u.0 28 krts2 o,nor j;:,;,g te:ah dlbuat 90
hari jang lalu, \':adjar kiranji:l dirertimbangkan p8r;,.=r-.aian keteguhan beton
- 23 -

jang lebih tinggi atau tegangan2 jang diidjtnkan leblh tlnggi. Mung-
kin tnt pertlmbangan Sdr. Hamid Shahab.
Tetapi apabi Ia elemen beton pertjobaan dtambi I dari core- dri I-
I ing maka coeff. 2 dalam ajat 3,4,5 pasal 10.1 harus tetap berlaku.

VI. Rumus Shrinkage dan Creep.


Sebagaimana pada persoalan y maka mengenal rumus shrinkage dan
s
Creep ini kami sadjlkan ketentuan dari [1] jang terachlr <tthat
lampiran). Terserah kapadaanggauta2 pembaharuan P.B.I~ lainnja
apakah perumusan jang terachlr tni akan dtpakal untuk P.B.I. baru
kita.
Kami mlnta maaf se-besar2nja bahwa hal int baru dladjukan se-
karang karena [1] baru kami terima tgl. 1 Maret 1971 jang lalu.

VI I. Lebar pemikul balok T


Kami setudju pemak~ian pengaturan Iebar pemikul balok T jang le-
blh sederhana sebagaimana dJberlkan oleh lr. G.J. Gantvoort, asalkan
hast lnja tidak berbeda dengan ketantuan CEB. Memang hal lni dlkehen-
daki oleh workshop baton jang lalu.
- 24 -

Reference

[11 lnternationale Richtl ijnen voor de Berekenlng en uitvoering


Vun Beton constructies <voortopfg vertaling van de CEB-FIP
rlchttijnen, Junt 1970) uJtgegeven door de Beton vereniglng.
[2] Beton vereniglng, Praktische richtliJnen CEB, Oct. 1967.

[3] Frank, lr C, Breukmethode, Tweede druk, 1965.

[4] Schrier, ir. W. van der, Bouwen in Gewapend Beton, twaalfe


druk, 1965.

[ 5] Wang sad inata, i r. Wi ratman ,. Keamanan konstru_ks I da Iam perh 1-


tungan beton sehubungan dengan P.B.I. 1970.

{6] Purwono, ir. Rachmat, Beton methode hantjur, Fak. Tek. Slpf't
I T. S , 1968.

[7] 0e twaalfde plenaire zttting va het.CEB (Lausanne, Aprl I 1968) 11 ,


11

De lngenieur.
25

LA~1P I P..AN ~

A. Rumus penjusutan menurut C.E.B.- F.I.P. Djunl 1970.

dlmana notasinja adalah


Ec tergantung pada kec;!d.aan tjuatja <=E 50 l dttjart garl grafJk R 12,32-1
kb tergantung pada tjampuran beton <=<!>1 l dltjarl darl graffk R 12,31-3
k tergantung pade~ tebal .flktlp ;bag.l..an beton <=~> dltjart darl gra-
e
fik R 12,32-2
k . tergant~n9t pada % geomatri s p =. 100 A/8 darl penu Iangan memandjang
p
A = luas penampang tulangan memandjang
B = Juas: penampang beto.n jang ditfndjau
. 100
k = --..;,;.;:;....._
p 100+n.p
dengan n = 20 berkenaan memperhltungkan pengaruh creep.
kt djalannja penjusutan jang tergantung pada waktu <=$8) dfTjarl darT
grafik R12,31-5.
B. Rumus rangkak menurut C.E.B. - F.I.P DJunl 1970

a'b

t

dimana
Eb 28 odalah nilal modulus elastisitas beton urituk perubahan ben-
tuk akibat beban tetap pada baton berumur 28 harl.
Untuk nllai ini diambtl perumusan modulus elastlsitas beton
sebagalmana ditentukan dalam C,E.B. 1966 R.1.2.2.2. dlkura-
ngl 10%. Djelasnja : ~dulus ela5tlsftas untuk beban tatap =
Eb.. = 21 .000 Ia.! ( 1 - 10%> dengiJn J. = 28 hart.
J Jm .
<Awas : aJm dlslnl berartJ keteguhan tekan cyl lnder rat~2
jang berumu.r j hari; untuk kubus P.B. I. pedu dlsesuaikan
dahufu)
- 26 -

dlmana
kd tergcntun g pada pengerasan beton pada sa~t beban bekerdja. <-$ ,
4
kt djalannja rangkak jang tergantun g pada waktu <=<:> 5 >
laln2 notasl sama dengan notasl pada rum~s penju$vta n.

Tjatatan : Nilal2 coeff. diatas "dapat ditjarT dengan menggunakan gra-


f i k2 te.r I amp I r. Not as~ paka I kurung ada t.ah notas I da I am
rentjana P.B.I. klta.
pengaruh'kd sama pentlngnj a sepertf pengaruh kc (tergantu~ pada ke-
adaan tjuatja/ke lembaban udara1.
Diagram kd betlaku untuk P.C. ~al jang ~ngeras dalam temP rata2
20C dan terl indung dari pengeringan2.
Bi Ia pengerasan beton terdjadi pada temp. bukan 20C maka uriur baton
harus dlubah dengan memakal pedoman ukuran pengerasan, jaltu :

D = E ~t < T + 10 )
dlmana D = ukuran pengerasan beton pada saat beban (teg. jang menje-
babkan rangkak) mula f bekerdja.

~t a djumlah hari dfmana pengerasan terdjadl pada temp. TC.

kc dltjari dari !raf I k R 12, 31-1


kd dltjari dar I graf ik R 12, 31-2
kb dftjarl dar I graffk R l2, 31-3
k dltjarl dart graflk R 12, 31-4.
e
kt ditjarl dari graflk R 12,. 31-5:
.. 27 , . . .

'bc--~~,-~------ -- -~--.-J
-~ !l . .?-" ~. "l R . ~. ~! ~~
:r ~-~~~MWI~---
--~!t~~-~--.m~~-~~-------~~~~~---~~~~--~~----~----~--------.W~~------,~~~
1.;r~

-r- --- r r- -r.


I
~,,-- --..,,
!
,.,.......
I
-

! _______ . --
!
l
.OO
.
i
'
r!
-I
I
I

I
i ;
j L -! . ---
f - I ! l
' I
!
..._t -
!

.... . - -~ -

l
... ~ r
I
I
I I
; j i
C.'lj-.--- -
t
i-- -----
!
... ~ -- --
.. ....... ~ - : ..:
I

'I '
i

(
.
j
L. i 1
' ; .1' ..

I
:> t~.. -- . ;,:J ... JO ~
.. 1
~
;A, ~0 ~0"

-"i!, '
Tlif~l\tT:A>- ~<<t<;"'! H <r- '-"'
'
.r. ~- ~;.-~:it
1.1;- 't '':01
i~ . 12 '31-.5
t

f
-' !
'
. - --- ~.-

!
.. - I
I

+ i. -. i

j
-~ :,."'"'~- - ~- -
';i
~-
. ~ .
~'
<t
>! ~ o . .-..
"'...1:

....... ______.,. _ __-t .... - .-.,- ,; 4 - ~- - .


! .. - r!

'

. + -----: ~

l.. i
-. 1
i
.. L . ,. _ _- - .:.
I
~ #:' !It)

._-~- - - - - - - - ~- - -~ -a -~- -= - - - ~- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ~
~ -

~
12.M--4
1l.. ~l-,
~ . !1 , ~%-1 .

fil.. . ~~ . ~:l2. .
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-IV

o 1 e h :

fr.Wiratman Wangsadtnata

t Apri I 1971
.. 1 -

OISKUSI DAN PENDJELASAN PERUBAHAN KEDUA NASI<AH PBI 1970 SOO-


BUNGAN DENGAN TANGGAPAN2 MENGENAI PERUBAHAN PERTAMA.

0 Ie h :
lr~ Wiratman Wangsadinata

U mum
Sampai dengan tengga I 20-3:=f971 te-l ah masuk 4 berkas tangga-
. .
pan2, jaftu darl Sdr2. lr. .
S.M. Rltonga,
. Su~rdi Kartomidjojo,lr.Hamld
...
Shahab :.d~m I r. Rachmat Purwono, untu_k mana kami selaku Ketua Panltia
Pembaharuan PBI mengutjapkan banjak terlma kaslh.
Sesual dengan jang dlkemukakan oleh lr. Hamid Shahab, tjare
kerdja jang telah ditempuh sekarang adalah. kebldjaksanaan kaml, tl-
dak lain dengan tudjuan mentjapal naskah. achlr PSI 1970 jang s~balk
mungkin dalam waktu se-singkat2nja.
Dart pihak Dep.PUT, cq. Direktorat Ojenderat Tjipta Karya, tetah di-
mlntakan kepada kaml, agar naskah achir dapat diselesatkan sebelum
bulan Mel 1971 inl, sedangkan untuk menjelenggarakan sldang2/perte-
muan2 Panltla terbenturpada kesulltan2 teknis dan finensrit. Oieh
karena ltu, apablla tjara kerdja lnl dlanggap kurang tepat, - kami
rohon maaf, sebab keadaan telah memaksa kaml untuk menempuh djalen
In i

Pasal 4.1 Tabel A.1.3.


Sdr. Sumardi Kartomldjojo menundjuk pada "Second proposal for
the standardisation of the dimensions and making of concrete specimens"
jang diadjukan_oleh. Austrian Standards Associat-ion dalam stdang ISO
bu Ian Okt<:>ber 1956, jang member I kan angka2 perband't ngan keteguhan jang
lain darlpa~a jang tertjantum dalam Tabel 4.1.3.
Seperti telah k~mi djelaskandalam background paper kaml dalam
Workshop Beton C"Keamanan konstruksl, etc," halaman 29), angka2 per-
bandlngan jang ter-tjantum dalam Tabel 4.1.3. adalah nl Ia! rata2 menu-
rut CEB .<Nop:. 1953) dan mer:turut ISO <0Kt. :1956), jang untuk dJelasnja
kami tjantumkan lagl perintjlannja sbb.
- 2 -

r. I
CEB I I so . PBI 1976
j banda udJ I Nop.1953 Okt. 1956 (rata-rata>
kubus t ,00 1,00 1,oo
15)(]5)(15 em
1 kubus '
0,95
1 20x20)(20 em
0,97 0,93
slllnder 0,80 0,87 0,83
15)(30 em

Kaml tel~~ mengamb.ll nllal rata2 a..tara CEB dan ISO, karena tfdak da
0 - ...

pat menartk keslmpulan jang mana adalah jang leblh tepat, berhubung.
tldak ada data lain. Jang djeh~s lalah, bahwa ketentuan.'CEB sudah
mendapatkan kon~nsusdtantara para anggauta CEB, sedangkan ketentuan
I SO lfsb. baru merupakan proposa I.
Selandjutnja, studf perbandlngan dengan ~ngka2 jang dlberlkan oleh
'.
penul is2 lain, sepertl oleh Bach, Sallger, Chambaud, dl I, menundjuk-
kan bahwa angka2 jang dlberlka~ oleh neskeh PBJ 1970 tersebut dapet
klr3nja dlpertanggung djawabkan.

Pasa I 4 .2.
Jr. Rnchma~ Purwono mangusulken agar dldalam Tabel 4.2~1, mu-
tu baton K. 125 dldjadlken B1 <B 1 .jang lama dlhapuskan>.
Usul untuk menggabungkan B1 dengan K 125 sebenarnja sudah dladjukan
oleh Dr. Brunner d3lam Workshop Beton. Apablla klta lngat, bahwa dl-
dalam praktek orang akan leblh tjenderung untuk memlllh B1 darl pada
K 125 (bhb. sjaratnja leblh rlngan~ sedangka~ kenafkan ket~guhan ren-
tjan2 wtnu tegangan jang dllzlnkan tldak memadal kesulftan2 ,
jang dl-
hadapl untuk mentjapal suatu keteguhan karakteristlk tertentu>, ma~a.
djuga karena alasan jang dlkemukakan oleh Jr. Rachmat Purwono kaml
. '
prlbadi setud.ju, untuk meoghapusknn mutu K 125. Akan tetapl, kaml KU-
rang setudJ u dengan usu f Ir. Rachma-t Purwono untuk menggunakan keteg~
han kar:Jkterfstik 125 kg/cm2 untuk mutu s 1, sebab dart penjel idlkan2
dl Djawa Barat dan Ojawa Tengah (fth. background paper kaml dal~m Work-
shop Beton :':Evaluasl setJara statfstik, etc") kemampuan karakteristik
pelaksana Indonesia untuk mentJapat keteguhan beton 1 : 2 : 3 hanja
sokltar 100 kg/cm2.
- 3 -

0 I samp I ng I 1-u 1 kam I f ng In ft'lenundju.K .peda apa jang d I I eporkan o I eh


I r.J .H. Simandjuntak datam WOrkshop___ ..B&ton-Jaltu
. bahwa dalarn bebe-
rap a p raj ek pembangu.Aan....d.J .~rta beberapa ka I I te I ah d i ke.te!JlU_;
kan keteguhsn si IInder jang hanJa sebesar 4Q-60 kg/em2. Djadl ka-
mi usulkan untuk menghapus mutu beton K 125 dart naskah PSI 1970
dan mutu beton B1 tetap dlpertahankan sepertl dalam naskah jang
ada.

Pasal 4.3.
Ajat 2. lr. Hamid Shahab mengusulkan agar untuk mutu beton
B1, ketjual I dlsjaratkan tjampuran 1 : 2 : 3, sebagal al,terna,tif dju ....
ga dltetapkan tjampuran 1 : lt : 2t. Berhubung dengan tjampuran 7ei-
achir In I dlpGroleh keteguhan jang .relatlf Jebih tinggi dari pada
dengan tjampuran 1 : 2 : 3~ maka kaml prlbadl setudju dengan usul
lr. Hamid Shahab diatas.

A.jat 3. Sehubungan dengan usul penghapusan mutu K 125 dalam


p~sal 4.2, maka designed mix mulal dlsjaratkan untuk mutu K 175.

A.jat 4. Sehubungan dengan pandangan lr. Hamid SMhab di.sin.l


~ami ingin menegaskan lagi, bahwa Tabel 4.3.4 adalah andjuranp bukan
sJarat.

P~al 4.4.
Ajat 2. Sdr. Sumard I Kartoml djojo mengemukakan, bahwa rrianurtJt
pe;fli Ia ian Balal Panel Jtlan Bahan2, pada pengtsfan kerutjut Abrams
mehurut ajat <2> leblh tepat untuk me-nusuk2 tiap lapfsan seJ~njak
2.9-koll. Kamf pribadi setudju untuk merubah ketentuan dari cj:Jt
C2), sehingg~ tiap laplsan harus df-tusuk2 25 kall (bukan !0 kali>.
Kaml klra untuk praktek tldak banjak bedanja mengerdjakan 10 ka! i tu-
sukan atau 25 kal I tusukan.

Ajat 3. Sehubungan dengan pandangan lr. Hamfd Shahab, dlsinl


kaml lngin menegaskan lagf, bahwa Tc:.bel 4.4.1 adalah andjuran, bukcJ!1
sjarat.

Pasal 4.5.
Ajat I. lr. Rftonga mengusulkan untuk menentukan mutu pe!::Jk-
sanac:n untuk beton kelas II berdeisarkan koeflslen vartasl (=o)
- 4

dan ' untuk beton kelas Ill berdas:;, rkan devlasl standard {=s), sehu-
bungan dengan hasil2 penjel ldlkan Me Intosh dl lnggrls. Menurut nas
ke!h PSI 1970, sepert I d i ketahu l, mutu pe I aksanaan untuk semu~ mutu
beton G dc: l ~ h berdasarkan devlasi st:.ndard, jaltu sepertl tel ~ h diu-
sulkc:n oleh Rusch cs. dl Djerm:=n (RUsch, H,; Sell, R.; Rackwltz, R. ::
"Statlstlsche Analyse der Betonfestfgkalt", Deutscher .A.usschuss fUr
Stahlbeton, Heft 206, 1969). Perlu dlketahul~ bahwa dl Djerm5n ter-
dapet 2 kel :::;s beton, jai.tu Beton I dengan keteguhan tekan ke:rc: kte-
rtsttk 50, 100, 150 dan 250 kg/cm2 den Beton II dengan keteguh3n te-
kan kcr5kterlstlk 350, 450 dan 550 kg/cm2, djadl Rusch tidak membe-
dakan kbs If .i kas I pe I aksanaan an ta r~ Beton I dan Beton II.
Setj:. ra kwal itatif hasi 12 penjel ldikan 11c Intosh adalah sedja-
la~ dengs n h2si 12 penjel idikan d ~ ri Erntroy djuga dl lnggrls
<Erntroy : The relationship between the bending strength of reinforced
11

concrete b e~ms and the concrete cube strength 11 , Symposium on Concrete


Qua II ty, London I 969). Apab II a kedu ;: ; h<:J s II penje I I d I kan In l d I I uk is-
kan, m~k~-. untuk suatu keahl ian t ertentu darl satu pelaksana:::. n,did:::pat
gamb:::r~n . ~bb . :

o=s/a b' m

1
~-i c .t:ntosh
'
- - ---''---- - - '- - - --) abm
<a'bm >o

'}. 5
I

I Erntroy
I
I

F--- - - - - - -- . - ---- -"


( (J I
bm o
) a' bm

Ga mba r 4. 5. I
Hubungan antara 6 da n a~ m menurut Me l ntosch
dan hubungan antara s dan ob m menurut Erntroy.
- 5 -

Jang mendj~d I pe:--so;:d a'1 1c:d ah, be.r:.::c 3 {a' ) ? !v1c Intosl!l, 1119netsp.,
bm o
kan (obin)o = 3000 psi ( . . 200 kg/c!T'2); sedangk~n-hasf 12. penjef.idi-
Erntroy menundjukan scatter jaF'lg bes~r, sehingga t!dak.djelas: dl-
mana tltlk belok da.ri grafik tu.
Men~tngat b~hwa :
- nl l:li <obm}o. dari has! 12 penjelldlkan dl lnggrls tldok_.
mejekinkan, sed~ngkan.hasfl2 penjelldlkan dl Djerman tl-
dak menundjukkan adanj~ Cab' ) inl; m o
- lebth praktls.menetapkan sctu matjam klasifikast pelaksa-
ea;;.n <tldak 2 matjam seperti diusulkan oleh lr. Ritongal;
~ denganmenetapkan nllal s jcng tetap untuk suatu keah11an
tertentu darl satu pelksena.dalam membuat semua mutu ba-
ton,. klta berada diplhak jang aman pada pembuatan m~tu2
beton Jc;.ng rendah, and::d l~;:;;t,, abm < <obm) 0 ;

maka sementc.ra belum ad3 data baru j;;;;ng leblh mejaklnkan, _kaml ber.-
pendap<:~t b::::hwa k Ita dapat mempertc.hc::nkan t jara pengk las l.f I kasl an ~

tu p;el~ksanc,an menur:-ut naskahPBI 1970, Jaltu berdasarkan devlast


stand~rd. D~lam hubungan 1-nl, berlkut kami kutip pend~pat dsrl

lambotte : 11 Het Is meestal de gevmonte de klassering te makeri


a ls funct i e van de var i at i ecoeff lc i cnt;: a I hoewe I door tecente st.ud Ies
datg~ne wordt bevestigd, wat door verschl llende onderzoekers reeds

vroeg~r w~s~verondersteld, nl.dct het nlet zozeer de varlatlecoefl-


cient Is, d.w.z. de relatleve dispersle o = s/obm' die typerend
Is voor de gra':ld van controle, mo.:.<::r de dispersie zelf 11 Clambotte,H.:
"Beoordeling van:betor~drut.:!:;5terkte door statrst:sche interpretatie
van drukproeven", De lngr. Jrg. 82 Nr. 10, Beton en Betonconstr. 1/
Maart 1970)
Ajat 3.Mendj~wab pertanjaan lr. Hamid Shahab, dlslnl dapat
kami djelaskan, bahwa deviasi standard rentjana s diperlukan untuk
r
pemer,iksaan setjara kontinu mutu beton dan mutu pel::!ksanaan menurut
pasal 4. 7 ajat (2)- (=Shewhart Cc 1trol Chart), sebab deviasl standard
Jang sesungguhnja baru diketahul setl~p kali setelahtertjapalnja 20
banda udjL Ad:.,~--, :;,:_.k 1 (,=>pc::i"~-,!:J::~
.
Pe:Jksa~;:, 20ndiri, bahwa s
r
dl-
.
tetapke:n dengan sotaik2nja, seb?i.: Cl8:1:;.:::. ,::::"-.~-:,:,ar s;:jang salah,
- 6 -

warning mechanism dJri Shewhart Control Chart tersebut mendjadl


tldak berartl. Tjara pemerlksaan mutu beton dan mutu pelaksane-
an setjara demlklan bukan monopoli PBI 1970 etau usul kaml prf-
badl, tetapl a.l. tertjantum dalam peraturan betori dl lnggrls
CP 114-1957 dan Proposed Unified BS Code of Practice fo~ Structural
\

Concrete. Dldalam. CP 114-1957, s r dlnamakan "designed standard


dev I at i on 11 , se~angkan da I am Proposed Un i fred BS Code, I ,64 s r dl na-
makan ;;designed margln".(llhat diskusl pasal 4.7).

Pasal 4.6.
Aj:st I ~ I r. HamId Shahab mengusu I kan agar ka I I mat : t;
dan/atau bahwa deviasl standard rentjana sr jang diusulkan bensr2
akan tert japa I " d 1hapuskan. Menu rut hemat kam I k~ II mat tsb. se-
balknja tet-ap dipertahankan. Pertjob:.an. pendahuluan djusteru diada-
kan untuk mendapatkan gambaran tentang mutu beton d3n devlast
standard rentjana didalam pelaksa~an jang sesungguhnja. Pelaksane
sendlri se:ng~t berkepentingan bahwa sr ini ditetapkan dengan. se-
baikf.Ja( I ih.- dlskusl .pasal 4.5).
~iat 2. Apabi Ia dalam pertjobaan pendahuluan ini tldak ter-
kumpulkan 20 benda udji, maka terpaks,a harus dladakan evaluasi menu-
rut dall12 dari matematika statistik. Dalam hubungan lni lr.Ham.id
Shahab rupa2nja maslh menganggap matematika statistik sebagal teart
jang terlalu murni dan menjangslkan apakah "predic;tion" atau 11 fore-
castlng11 dengan limitted samples berdasarkan dalil2 matemattka.sta-
tfsttk dapat ditrapkan pada pelaksanaan beton.
Bahwasanja matematika selajaknja dap~tkita rangkul sebagal atat
Jltng ampuh untuk "prediction" atau ;'forecasting" mutu beton dan mu-
tu pelaksanaan berdasarkan hasi 12 dari pertjobaan pendahuluan, hal
ltu akan djelas apabi Ia kita ingat sadja pada operation research
setjara umum. Bukanlah didalam operation research it~ setfap masa-
tah (apakah itu masalah productfon, logisttk atau management) dl-
petjahkan setjara matematis setelah mathematical model darl masa-
lahnja diketemukan ? Dalam hal keteguhan beton, mathematical mo-
delnja sudah djelas, jaitu normal (Gaussian) strength distribution,
jang dlbenarkan oleh hasi 12 pertjobaan. Berhubung mathematfcal model-
nja sudah benar, maka setiap maihematlcal operation dengan model ltu,
termasuk jang menjangkut prediclic.n atau forecasting dari mutu beton
- 7 -

berdasarkan i imitted samples dart pertjobaan pendahuluan, membe~


rlkan hasll jang dapat dipertanggung djawabkan. Demikianlah. seke-
dar pendjelasan mengenai peranan matema.tika stattstlk dalam pemerik-
saan mutu beton.
Selandjutnja lr. Hamid Shahab menghubungkan pertjobaan penda-
huluan ini" dengan partial safety factors. Apablla ktfa toch ingin
menindjau part.tal safety factors dalam t.ubungannja dengan pertjobaan
pendahuluan, maka penindjauan kita lnl terbatas pada ymb sadja. Ma-
s~lahnja latah, apakah kon~isi bahan dan ketel it;an pelaksanaan pada
pertjobaan pendahuluan lni sama atau'berbeda dengan pada pelaksanaan
jang sesungguhnja 1 Menurut hemat kaml masalah lni mudah dapat dla-
tast dengan sadar mengusahakan agar kondlsl bahan dan ketel :tlan
pelaksanaan beton pada pertjobaan pendahuluan Ttupraktis sama dengan
pada pelaksanaan jang sesungguhnja.
Dengan begitu, klta tldak perlu mempertlmbangkan nilai ymb jang lain
untuk pe'rt jObaan pendahu I uan.
Apabila pada pertjobaan pendahuluan tldak terkumpulkan 20 benda udjl,
maka dislni mungkin perbedaan nllal ymb perlu ditindjau. Akan tetapi,
hal lnl sukar dirumuskan, sebab bergantung pada djum!ah.sample jang
tersedia dan deradjat konfidensi jang dlambil dalam param:~!an. Dlsini
engineering judgement harus berbitjara. Semua hal ini menurut hemat
kaml sudah tertjakup setjara implislt dalam kal lmat "hast 12 pemerik-
saan banda udjl dalam pertjobaan pendahuluan harus dievaluaslkan me-
nurut dalll2 dart matematlka statrstik " (bandlngkan dengan dis-.
kusl pasal 4.8),
Ajat 3. Menanggapi sekali lagl pendapat lr. Hamid Shahab, me-
ngadakan perama Ian keteguhcn beton dan/atau dev Iasi standard dengan
djumlah benda udj I jang te;:>atas bcrdasiJrkan da ~:: 2 d.:::~: maternat: ka
statlstlk bukan teoretls murniv

Pasal 4.7.
Jr. Hamid Shahab mas1h mo.ngusulkan untuk nenetapkan pengam-
bllan 3 banda udjl setiap kal I, dimana banda udji jang menghas! lkan
keteguhan jang djauh menjl~pcr.g diangsop :ide~~ '3da (cjadi 2 iietap
ber Iaku). Sepert I kaml dj e Iaska;' .:J~ I<'ln~ r:e:-:dj o I 'lsar: d3 r i peruba han
naskah, usul tsb. bertentangan de~gan pri~sip ran~2misasl Cii~at
- 8 -

pendjelasen tsb.), sehlngga kaml prlbadl tldak dapat menjetudjuf-


nja. KetJuall ttu, apablla setlap kall <setlap 5m3) dlambll 2 ben-
da udJJ (3 ml"Us 1), maka djumlah kubus minimum jang representatl~
tldak lagl 20 buah, tetapl mendjadl 40 buah. Menurut hemat kamf kl~
ta tetep sadja menentukan pengambllan 1 benda udjl setlap 5m3 baton
dengan djumlah ml nfmum 20 buah banda udJ l J&ng d langgap revresettta-
tlf mewakl II populasf.
Sebagal bahan perbandlngan, berlkut kaml kutlp prtnstp2 dart
Clause 206 darl Proposed Unified SS Code jang dltulls oleh Teychenne
("Specification of Concrete", The Structural Engineer, 1968, Vol. 46
(5), May, pp. 131-139) :
The proposals of Clause 206 follow the general principles
11

specified In CP 116. These are :


(1). that more frequent and truly random sampling Is
carried out;
<2>. that the strength of the sample is represented by a
single cube (dlgarlsbawahl oleh penulis)
(3). that the cube test results are examined to verify the
general qual lty of the concrete produced;
(4).that results less than the specified strength (defectives)
will occur and be accepted provided that no more than a
given proportion occur;
(5). when concrete does not comply with the requirements, the
mix proportions are adjusted. Only In the Instance of
uxcesslvely low cube test results. being obtained should
the rejection of the concrete In the structure.be consl-
dered11.

Sopertl dapat dllihat, semua prlnsfp2 dlatas dllkutl dldalam


naskah PSI 1970.
Dldalam Proposed Unified BS Cede dlatas, djumlah minimum ban-
da udjl jang dlanggap representatif mewaki II populasl dltetapkan 40
buah (djc:dl sjaratnja lebih berut darl pada PSI 1970). Sebagal per-
bandfngan lagl, maka berikut kaml kutip ketentuan darl Clauso 206
alt follows from the definition of characteristic strength
that the quality of the concrete is satisfactory If the cube test
- 9 -

' I '

results dd not contain more than five percent defectives. The cube
results are examined both tndtvldually and In cons~utive,,but-~
overtepp.trlg, sets of four, the average .of the set be'ing cat~ulated.
The concrote mIx proport-1 ons are deemed to be sat Is f acta-y provIded
that :
(1). not more than two results in 40 are less than the speciffed
cube strength<specifled cube streng~h = characteristic
strength - penu I Is>;

- -
a
(2). no value of the average' 'tor set of four results 'ts l"ess
.
than the specified strength pI us one-ha_ If_ the des 1gned
margin (jang diartikan dengan~'desfgned margin" adalah
1,64 s , sehingga "one-half the designed m~rgi'ri 11 berarti
r .
0,82 s - penul is);
r
(3). when 40 results have been obtained and the mean and stan-
dard deviation are calculated, the mean strength minus
1.64 times the standard devl at ion sha II be -greater than
the spec If led strength';.

Djadi dapat dll lhat, bahwa dlbandlngkan dengan dl lnggris,


ketentuan pasal 4.7 ajat (2) PBI 1970 adalah lebih rlngan, chusus-
nja dengan adanja sub ajat b.

Pasal 4.8.
Dld<::Jam Workshop Beton, lr. Hamid Shahab telah mengusulkan
agar pengaruh dari part la1_ safety factors terhadap pen' Ia Ian has II
pemeriksaan keteguhan pada konstruksi (a.l. non-destructive test)
ditlndjau. Pada waktu ltu maksudnja tldak dluraikansetjara djelas,
sehlngga tldak dimengerti oleh para peserta, termasuk oleh kami
sendirt.Akan tetapl, dengan uralan lr. Hamid Shahab dai(WI tangga-
pannja, masalahnja mendjadl leblh djetas. Setelah kaml peladjarl de-
ngan lebih mendalam, maka ternjata masa!ahnja tidak mu(1c:th dan tidak
depat dirumuskan begitu sedja. Mungkln inllah sebabnja mengapa CEB
tldak memperlntji masalah lnl deng9n leblh mendetail. Sepertl dlke-
tahul, redaksl dart seluruh pasal 4.8 lni telah dlambf I dari reko-
mendasl CEB.
- 10 -

Per-tama2 kam i 1 ng in rnengemukakan du Iu, bahwa bethubung ma-


salah Jzsng dlhadapl adalah masalah ..penllalan "keteguhan" (bukan
"tegangan Jang dtlzlnkan rnenurut elastic design"), maka sesual de-
ngan deftnisinja (pasat 10.4 ajat 3b) koeflsfen muatan-y5 tldak
per~u dlpersoalkan. Koefislen muatan ys baru akan dlpersoalkan pa-

da waktu klta akan menganallsa konstruksl tersebut, baik berdasar-


kan teorl elastlsitas maupun berdasarkan teorl kekuatan batas. Se-
landjutnja, faktor umur baton tldak perlu klta persoalkan djuga, kare-
na dalam men-test konstruksi hal itu otomatis tertjakup <Jang dltja-
tat oleh alat adqlah keteguhan Jang benar2 terdjadi pada baton sewak-
tu ditest>. Hal inl kaml kemukakan, sehubungan dengan dugaan Jr,Rach-
mat Purwono, bahwa maksud .dari lr. Hamid Shahabdengan usulnja itu,
adalah dalam hubungannja dengan umur baton. Ojadi, pada penllatan
keteguhan baton jang perlu klta tindjau adalah ko~fisten pemakalan
ypb dan koeflsien bahan ymb'
Mengena i koef is i en bahan y b, memang benar jang d i.kemukakan
m has I I
ofeh .tr. Hamid Shahab, bahwa dalam menllai, testing kfta tldak perlu
mengamb i I ymb = 1, 4 tetap i dapat mengamb i J n I Ie i j ang Ieb l h ket J l I
Sababnja suda_h djelas, jaitu karena jang ditjatat oleh alatatau
jang diperoleh dari testing adalah keteguhan beton jang benar2 ter-
djadl, dlmana segala aklbat dari penjlmpangan2 dalam pelaksanaan
sudah tertjakup. Untuk ini lr. Hamid Shahab mengusulkan ymb = 1,1.
Untuk keadaan umum nilai ini klranja dapat dlterima.
Sokarang bagaimana dengan koofisien pemakalan ypb ?
Untuk dapat mondjawab pertanjaan ini harus diketahui dulu 3 hal, jaitu;

- pertjobaan apa jang dlpi lth;


- borapa besarnja tegangan permanen jang sudah bekerdja;
- berapa lamanja tegangan permanen ltu sudah bekerdJa.
Portjobaan2 pad~ konstruksi untuk memeriksa kekuatan jang
sesun~guhnja, dapat dibagi dalam 2 kategori, jaltu :

- pertjobaan dengan mane tid:.k dapat dltjatat pengaruh dart


rangkak; kedalam katagori lnl termasuk Impact hammer test
dan pemeriks:oo:.,~ '"'enda udji J<:~ng di-bor dari konstruksi
(core dr' : i 1 ng);
- 11 -

- pertjobaan dengan mana otomatls dltJ~tat pengaruh darl rang-


k.ak; kedalam kategori tnt termasuk ultrasonic test dan per-
tj,bbaan muatan langsung (Joodlng test).
Apablia pada core drl Ufng diusahakan agar perigeboran konstruk-
sl dl lakukan sedemikian rupa h1ngga daja dukung darl konstruksl tidak
t~r Ia Iu d 1' pengaruhl dan apab f Ia pada Ioad I ng test d IdJ aga agar tega._
ngan Ie Ieh dan/ateu keteguhan. tekan bGton tt dak .tert japa 1, maka keem-.
pat pertjobaan jang dlsebut diatas semuanja dapat digolongkan kedalam
.
. .
non-destruktlve testing. Karena itu, membedakan rion-dostruktlve test-
Ing darl core drl I ling sepertl disebut dalam ajat (1) klranja kurang
t&pat da1n sehubungan dengan ltu redaksi dar! ajat 0) perlu di"rubah.
Pertjobaan kategori pertama (Impact hammer test dan core dr111Jng)
kebetu Ian <Jda la:h reI at If Ieb Ih mudah dan murah dar I pada pert jobaan
kategorl kedua (ultrasonic dan loading test), sehlngga lajak apablla
pada tarat pertama dlf~kukan dulu pertjobaan kategori pertama ltu.
Bahwasanja dengan impact hammer test dan core drilling tldak
dapat ditjatat pengaruh dari rangkak terhadap keteguhan jang dlukur,
dapl:lt diterangkan sbb. : Seperti diketahui, dengan hCJmmer t0st dan
core drl I ling kita men-test mutu beton dalam arah tegak lurus pada
arah tegangan jang bekerdja dldalam konstruksi, sedangk~n pada seat
lnl belum diketemukan korelasl setjara umum antara pengaruh creep ter-
hadnp keteguhan dalam arah tegangan dan dala~ arah tegak lurus pada
tegangan itlf (has'i 1 dl:.skusi dengan Dr. lr. Sosrowlanrso>. Dengan demi-
klan, maka pada h~mmer test dan core drl I I lng, pada saat inl klta ti-
dak dapat lain dari pada tetap mengambi I ypb = 1,2. Chusus mcngenal .
impact hammer perlu kami perlngatkan dlsinl, agar supaja sebelum dipakai
dlkal ibrasikan terleblh dahufu, karena menurut pengalaman pegasnja
menundjukkcn kemunduran jang tjepat,
Ultrasonic t~st adalah pertjobaandcngan mana dapat dlkat~ukan
nllel modulus elastlsitas dari bahan konstruksl berdasarkan pengukuran
ketjepatan perambatan getaran suara. Pertjobaan tni:adalah sui It dan
mahal dan harus memenuhi persjaratan2 tertentu. Berhubung pertjobaan tnt
ttdak dlatur dalam PBI 1970, maka untuk selandjutnja tidak akan klta
singgung lagl. Tinggallah pertjobaan muatan jang perlu klt<J tlndjau.
Pertjobaan muatan diuraikan terperintji dalam bab 21 dari PBI 1970, dlma-
na jang panting untuk dltjatat sehubungan dengan penentuan ntlal ypb'
- 12 -

adalah b~hwa.disjaratkan .agar 48 djam sebelum muatan pertjobaan dt-


kerdjakan, suatu muatan jang memberikan efek darl bagian rnuatan ma-
ti jang belum ada harus sudah dikerdjakan.
Dengan demikian, maka sebagian jang tjukup besar <Jart rangkak dJper-
kirakan sudah akan terdjadi, sehfngga tldak perlu dipersoalkan lagi
berapa besarnja dan lamanja tegangan permanen sudah bekerdja. Apabt-
la ~ntuk pe~jobaan muatan jang memenuhl sjarat2 Jang ditentukan da-
lam bc:b 21 kita ambit y b = 1,1, maka klranja tjukup lajak dan sedja
p -
tan dengan jang diusulkan oleh Jr. Hamid Shahab.
Dari uraian diatas dapatlah ditentukan sjarat jang har~s di-
penuhl oleh k~teguhan jang diperoleh langsung dart pemeriksaan kons-
truksi) jaitu :
- pada impact hammer test dan core drill lng (dJtentukan daiam
ajat 1) :

crl
bk,test
. 0"'
bk
= 1,2
1,2
X
X
1,1
1,4 = 0,786"" 0,80 .......... (a)

- pada pert jobCJan muatan (d ttentukan da Iam ajat 2> :

I
1,1x1,1
= 0,720"" 0,70 .. tb)
1 ,2x 1 ,4

Pertjobaan muatan, bagaiman~~alnja, adalah relatif sullt dan


mahal pel~ksanaannjCJ. Berhubung dengan 'tu kami mengusulkan agar
pertjobaan muatan tidak disjuratkan, tetapi diandjurkan. Apoblla
. . . .

oleh salah satu sebab pertjobaan muatan tid~k dapat di laksanakan,


makCJ dCJri pemerlksaan hasi I impact hammer test atau core drilling
selajaknja sudah dapat ditentukan apak~h beton memenuhl sjarat atau
. .
tidak. Dalam hal ini, maka apabi Ia hanja diadakan Impact hC!lmmer test
atau core drll ling, maka beton dlanggap memenuhi sjarat, blla persa-
maan <a> dip~nuhi, sedangkan apabJ Ia kemudlan djuga di lakukan portjoba-
an muatan, beton dianggap memenuhl sjarat blla persamaan (b) dipen~hl
- 13 -

Apabila persamaan (a) dan (b) tidak terpenuhl, maka beton ha-
nja dapat diterlma apablla kateguhan baton jang dlperoleh. dart peme-
r i kse::m d i penuh I dengan dja I an rnerubah rent jana sernu I a seh lngga pang~
ruh muctan pada bag I an konstruks I ltu berkura'ng dan/atau mengadakan
penguatwn2 pada baglan konstrukst tersebut. Ketentuan ini sekarang
dlatur dalam ajat (3).
Dal~m membuat rentjana baru dan/atau merentjanakan penguatan ltu, ma-

ka konstruksl perlu dlanallsa kemball berdasarkan keadaan jang se-


sungguhnjn dart konstrukst. Otslnf klta dapat menggunakan nllaf2 y b'
. p
ymp dan y5 jang lebJh rendah darlpada jang ditentukan dalam pasal
10.1 ajat (3) s/d (5).
Apabila dalam perhitungan kekuatan penampang dlpakal keteguhan beton
dari pemerlksaan konstruksl berdasarkan Impact hammer test atau core dri :-
ling, mcka sepertl telah dluralkan dlmuka dapat dlpakai ypb = 1,2 dan
ymb = 1,1, sedangkan apabila dlpakal keteguhan beton dart pemertksaan
konstruksi berdasarkan pertjobaan muatan, maka seperti telah dturatkan
dlmuka dapat dlpakal ypb = 1,1 dan ymb ~ 1,1. Berapa besarnja ys ha-
rus diombtl untuk anal isa konstruksl (pada limit design) atau untuk
menentukan tegangan jang ditzfnkan <pada elastic design>, tldak dapat
dirumuskan setjara umum, sebab bcrgantung pada kon~tsl dan sftuasl
konstruksl setempat. Seberapa djauh ~nggapen2 dalam perhltungan baru
dapat dipertadjam? Seberapa djauh non-konkordansl dart tumpuan2 da-
pat dlperhitungkan dalam perhltung~n baru ? Bagalmana faktor2 lafn jang
mempengaruhl y ? Agar persoalan koeflsien2 keamanan partll I untuk
s
redesign dan/atau perentjanaan penguotan ttdak menganggu kontlnultas
dari pasal 4.8, maka hal ltu tldak dltetapkan dalam pasal 4.8, tetapl
dldalam ajat tambahan darl pasal 10.1 (fthat perubahan pasal 10.1}.
Berdasarkan uralan dlatas rnaka pasaf 4.8 kaml sempurnakan redal~-
stnja.
Untuk leblh djelasnja, berfkut kaml gambarkan flow chart dari ke-
tentuan2 dalam pasal 4.8 lnl.
---

lt~PACT ;~ ~ /
(C. L!)~,~ .T~E STl. _,. :
\RESULT _}
No . HAMMER
- , EST OR CGRE j_~~a'

DRILLING _____ r~~



LOAD INGI
TEST ~
x ,
R'-l:""u t.-~I
/AND/OR .
..) : f"'o
v :

'STRE"NGTHE\1 I 1'-IG
) \l"d l(" c;.-, ;-:R. -=-r-;::. '
Jl1l.., t. ~ .
1- ~~::.Ef-T i::. .
~---

YES YES -~/YES


~
- 15 -

Pasa I 4.9.
AJat <3). Sesu<1i
. .
dengan perti'T'bangan2 jang dtkemukakan oteh
.

Sdr. Sumord I, _kami send i ri setu<;tju untuk merubah ketentuan dttrf ajat
(3), sehfngga oduk()n beton di lstkon kedafam tjetakan dalsm 3 laptsan
jang kira2 sama tebalnja, dimana ~~sfng2 laplsan di-tusuk2 25 kalt
dengan tongkap badja dengan diameter 16 mm dan dengan udjung jang dl-
bulatkan.
AJat C4>. Tjara perawatan (curing) dart benda udJt'didalam
Workshop Beton telah dldlskuslkan tjukup mendalam, dlmana achlrnja
dlterlma usul lr. Hamid Shahab agar untuk keseragaman, benda2 udjf
dftemputkcn dalam pasfr jang lembab sampal saat pemerfksaan. Sdr.
Sumard I mengadj ukan kebera:ta.n terhadap ketentuan In J., berhubung ada
kemungklnan pastrnja kotor atau mengandung garam2 jang_ merusak baton.
Kaml klra keberatan dart Sdr. Sumardi lnl dapat dfatasf, apabl Ia klta
rubah sodlklt redaksi dart l<altmat.+erach fr ajat (4) mendjedf sbb.:.
"Sesudah ltu, masing2 kubus d-lberl tanda seperlunj~ dan dftempatkan~.
dalam paslr berslh jang lembab sampal saat pemerlksaan. Pasir untuk
keperlunn lnl harus disetudjul oleh Pengawas Ahll."
A.iat seland,jutnja. -Datam berkas perubahan naskah PBI 1970
terdapat ke chllafan, Jaitu seharusnja ada ajat2 (5), _(6) dan <7>,
jang redakslnja:sama dengan.1'\Cl$kah asiLDengan ralat lnl, ma.ka usul
Sdr. Sumardl sudah tertampung.

Pasal 10.1.
tA.jat C2>.Menurut pendapat lr. Hamid Shahab defii:llsf d::1rl
koeflsfen2 keamananpartl II kurang tepat. Oeflnlsl2 tersebut memang
sengadja dfbuat seslngkat mungkfn, tetapl tetap mentjakup lntlsarl
dar! artf maslng2 koeflsfen tsb. Uralan jang terperintjl sepertl jang
dlrumuskan oleh CEB telah kaml kemukakan dalam background paper kamf
dalam Workshop Beton C"Keamanan konstruksl, etc"), jang klra2 sama
dengan jang dikomuk~k~n oleh Jr. Hcmld Shahab dalam lamplran tanggapan-
nja. Chusus 'l"'::-,g.:. - !~oef:sien muatnn y , dofinlslnja leblh dlsesuaf-
s
kan kepada penggunann I imlt (col lapse) analysts untuk menghltung pem-
baglan momen dan gaja2 dldalaM konstruksl pada keadaan batas.
- 16 -

A.Jat (4). Jr. Rachmat Purwono mengadjukan pembukttan jang kJ-


. .-
ranja dapat dlterlrna, bahwa perubahan dalam Ymb pada Yu = Yu,maks
mempengaruhl kapasitas penampang. Dengan demfklan, lr. Rachrnat Purwono
mengus~ I kan untuk rnenentukan b~berapa n I Ia i ymb sepert I _menu rut CEB.
Djuga ;I~~ Hamid Shahab menginglnkan agar ymb ditetapkan varlabel.
Kal!ll: sendlri setelah mempeladjarl. uraian ~art Jr. Rachmat Purwono,da-
pat menjet~djui penentuan nllal2 ymb jang varlabet, dan sedjalan de_
ngan usut dar! .Jr. Hamid Shahab, ~ami usulkan agar dltetapkan y~me
nurut rumus :

1,40
=
~

dengan nl tal koeflslen cf> menurut Tabel 10.1.2, jang didjabarkan da-
rt ketentuan CEB.
Setelah kaml tel it_i leblh' landjut pengaruh darl nllal2 ymb
jang variabel terhadap djumlah tabel2 jang diperlukan, maka ternjata
.keadaannja tjukup menggembirakan, jang dapat kami djelaskan sbb.:
- Pada elastic des.ign, perubahan dalam nllai ymb hanJ.a mempe-
,
nga-ruhi-tegangan2 jang dlizinkan, sehingga tjukup dibuat s~
tu daftar tegangan2 beton jang dllzlnkari berdasarkan y b=
. m
1,40<Tabel 10.4.2>, sedangkan tegangan2 jang-dllzinkan un-
. tuk nllai ymb jang lain didapat dengan mengallkan inllai2
dalam tabel tersebut dengan .
- Pada ultimate strength design, kita dapat menentukan rumus2
dan tabel2 (untuk lentur> berdasarkan satu nilal Ymb = 1~40
<seperti jang telah disusun sekarang), tetapi obk dldalam
rumus2 digantl dengan 2 k0 o~k' dimana ob~ = k0 obk adalah
ordlnat stressblock dltepi penampanQ dengan

0,83 cp
k"
0 = Ypb. Ymb

Sclandjutnja kita djuga tjukup rriembuat satu daftar keteguhan


beton r8ntjana berdasarkan ymb = 1,40 (Tabel 10.4.4), sedang-
.kan k8teguhan2 beton rentjana untJk nllal ymb jang lain dl-
dapat dengan menga I Ikan n J Ia 12 da Iarc, h. JGI tersebut dengan .
- 17-

Dengan pendJeHasan dtatas,- maka kechawatlran akan dlperlukan banjak


sekall" tabol2 dengan penggunaan y b Jang varlabet (dikemukakan oleh
. m
1r, Rachmat Purwono) tfdaklah beralasan.
AJat (5), Dldalam background paper kaml pada Workshop Beton
("Kearnanan konstruksl; etc.", halaman 25} kaml laporkan sltuasl pen-
dapat ahll2 beton dalam lfngkungan CEB mengenal koeflslen muatan y 5
setelah sidang pleno CEB dl Wlna dalam bulaA Desember 1969~ Apablla
dalam sidang plbno sebelumnja dl L~u~anne bulan Apri I 1968 telah dttjapal
kata SGpakat untuk menetapkan y = 1,4 untuk muatan matt dan y =
. .. . . . . s 5
1,6 untuk muatan hldup, maka dalam sldang pleno di Wina itu pendapat
peserta terpetjah dalam 2 kelompok, jaitu kelompok Prot. Rusch<Djerman),
jang berpondapa.t behwa untuk . . muatan
.. mati seharusnJa.. d Itetapkan y s jang
.
Ieb i h ti ngQ i dar I pad a untuk mu.atan hI dup dan mengusu I kan agar keputu-
san dl Lausanne ditindjau kembafl dan kelompok Dr. Rowe (lnggrls) jang
tetap mempertahankan keputusan dl Lausanne. Usul komproml untuk mene-
tapkan y = 1,5 untuk muatan matl dan muatan hidup tldak dlterlma da~
s
lam sldang pleno di Wlna itu. Dalam periode mendjelang Workshop Beton dan
pada waktu Workshop Beton sendlrl klta belum mengetahul bagalmana ke-
putusan selandjutnja dart CEB. Kaml sebagal konseptor dart naskah astt
meml llh djalan jang aman, jaltu mengusulkan y = 1,60 untuk muatan ma-
s
tf dqn muatan hldup. Usul lnl ttdak dlsetudjui oleh lr. Hamid Shahab
karena dlanggapnja terlalu konservatlt dan mengusulkan y = 1,40 untuk
s
muatan mati dan muatan hidup. lr, Rachmat Purwono djuga turut dalam dts-
kusl tnt dan kalau tidak salah mengadjukan usul komproml y = 1,50
5 .
untuk muatan matl dan muatan hidup. Sidang Workshop Beton pada waktu
ttu tldak dapat mGngambll. keputusun dan monjerahkan pGrsoalan lnl kepa-
da Panitla.
Da lam menjusun perubahan naskah PBI J .I., kaml menggunakan y = 1,40
s
sepertf jcng diusulkan oleh lr. Hamid Shahab.
Terhada~ usul lnf lr. Rachmat Purwono mengadjukan keberaton, dan kall

fnf dengan mengadjukan alnsan jong tjukup kuot, jaftu dengan mengemu-
keoutusan
kakan''CEB jang terachlr (monurut voorlopfg vertallng van de CEB-FIP
rfchtlfjnen, Junf 1970), Untuk djelasnjn keputusan CEB-FIP tersebut
kaml kutlp lagf dislnl. Apablla S k menundjukkan pengaruh dart muatan
g
matt karakterfstlk dan Sqk menundJukkan pengaruh dart muatan hfdup
karakteristlk, maka pada keadaan batas harus dlperhltungkan pengaruh
dart muatan2 tsb. sbb. :
- 18 -

Su = 1,5 (S Qk + SQk) ~~
. (1)

su = o,9 sqk + 1,5 sqk .................... (2)

dlmana persamaan (2) dapat menentukun untuk konstruksi2 tertentu pa~


da keadaan muatan matt jang minimal (pada penfndjauan stab I Htas ter
hadap gullng mfsalftja). Persamaan (2) dapat klta tuffs dalam bentuk
laln ber,kut :

(2a)

Melihat kepada keputusan CEB jang terachtr, jang dlhasllkan da-


r! pemfkiran kolektlf para ahl f beton dulam I ingkungn CEB, maka kamt
kira adalah lajak sekal I apabila kita mengikuti keputusandarl CEB
tsb. Berhubung dengan itu, maka dalam peruba~an kedua naskah PBI 1970,
dldalam ajat (5) dltetapkan :
- untuk pembebanan tetap Y5 t = 1,5
- untuk pembebanan sementara : y55 =1 ,05

dengan sJarat tambahan, bahwa pada konstruksl2 tertentu dlmana kaadaan


dengan muatan mati minimal dapat leblh menentukan, agar koef1sfen2 mua-
~an dfatas dipakai dengan muatan matt jang berdjumlah hanj~ 60% ( se-
suai dengan ketentuan CEB jang terbaru>.
Ajat (6). Ajat ini adalah ajat tambahan, sebagal aklbat dari peru-
bahan pasal 4.8. Sepertl didalam ~endjelasan darl perubahan p~sal 4.8
telah dluralkan, pada penggunaan keteguhan tekan kara.kt.er.fstlk jang dlper-
olah dari pertjobaan palu beton atau dari pemerfksaan benda udjl jang
diambil darlkonstruksf, kfta harus tetap menggunakan nilaf2 ypb jang
ditetapkan dalam ajat (3); sedangkari ymb dapat diambll menurut aja~ (4)
dengan 'mengalikannja dangan 1,1/1,4 = 0,786 -~ 0,8. Dalam pandjela-
san dari perubahan pasal 4.8 djuga telah dluraikan, ba~wa pada peng-
gunaan keteguhan tekan karakteristlk jang diperoleh darf pertjobaan
muatan, .kita dapat menggunakan ypb = 1,1 dan ymb = 1,1 jang berartt
bahwa ymb dapat diambll menurut ajat (3)
dengan mengalikannja dengan 1,1/1,2 =0,916 ~ 0,9 dangan sjarat bahwa
ypb ~ 1, sedangkan ymb dapat d1amb1 I menurut ajat (4)
- 19 -

dengan mengalfkannja dengan 1; t/1 ~4'" ~ 0; 786 '\i

0,8. Dalam perhitungan kembal i dart konstruksi berdasarkan keteguhan


baton jang sesungg~hnja terdjadi jang diaapat dari ~on-destructive.
.. .
testln!;J, apabila dip~ndang
perlu dapat dlgunakan nllal y 5 jang ku-
rang dar.t pada menurut ajat <5>, akan tetapf, seperti telah:dfkemu-
kakan. dalam pendjelasah dari peri.Jb'ahan pasal.4.8, perap~. besarnja
y tt'dnk dapat d i rumuskan setjara umum. Semua ,ha 12 Jang. d i_ ura I kan
s' ..
di~tas dirumuska~ dalam ajat (6).

Pasa I 10.4.

Ajat (2). Sebagal akibat dart perubahan nllai2 koeftsien kea-


manan menurut pasal 10.1, rnaka dengan sendirlnja terdjadl perubahan
dalam Tabel 10.4.1 dan Tabel 10.4.2.
Dalam perubahan kedua naskah PBI 1970, ked~a tabel tsb. tolah dise-
sualkan dengan perubahan dalam pasal 10.1.

AJat (3). Dldalam perubahan naskah j.l. terdapat kechi lafan


dalam Tabe! 10.4.4. Dengan tabel jang sekarang, maka kehl'afan tsb.
sudah d!ralat.

Pasa I 10. 5.

Ajat (1). f\::lamajat (1) tnl diadakan penjempurnaan'deflnls l


c!a r I be.ntang I 0

Pasa I 10.6.

A,jat (3)~ lr. Hamid Shahab menanjakan perbedaan antara e' dan
' . . 0 '
e2 dc:1 apakah dengan I tu dua he I jang bersamaa:n t~ lah ditl ndjau dua
kali? Dida:am prasarankami pada Semlnarke-IIJTertlb Pembangunan
<Ref.2), didalam background papers kaml pada Workshop.Beton dan dalam
p~ndj81as~n perubahan naskah J.l sebenarnja telah kaml djelaskan rna-
- 20-

stng2 eksentrlslt as tamhahan tsb. Tetapl untuk leblh djelasnja, balk-


lah kaml utangl setjara s.lngkat pendjetasan tsb. Eks~ntrtsltas tamba-
han
.
e'0 ada Iah" untuk memperh I tungkan
. kemungk I nan ket I dak tepa tan sumb u
kolom (eksentrlsl tas tak terduga), sehlngga garls sl~tlm tldak ber-
lmptt dengan garls.tekan . Besarnja dlperoleh dart stattstlk, berdasar-
kat:~ pengamatan ber-puluh2 konstruksl Jang sudah berdlrl, Rumus e~ jang
tertjantum dalam ajat (3) adalah Jang dltetapkan oleh CEB. Eksentrlst-
tas tambahan e2 mempunjal artl jang lain sama sekall. Untuk menerang-
kan e2 balklah klta tl~djau ~2 ber-~ama2 dengan e 1
Hubungan
.
antara gaja tekuk Nk dan eksentrlslt as mula e bergan-
0
tung pada kelangsungan .A, dan setjara umum ditundJukkan schematls da-
,
lam Gambar 10.6 (a). Sepertl dapat dlllhat, gar~s2 .A mampunjal asymp-
tot horlsontal. Hanja pada .A= o kolom akan roboh aklbat 2 gedjala
sekallgus, Jaltu aklbat tekuk dan a.klbat tertjapalnj a kekuatan batas
dlpenampang jang pal tng berbahaja. Pada nllal .A 1 Jang sembara.ng kolorn
akan menekuk sebelum kekuatan batas tertjapal dlpenampang Jang paling

per e l!tj an<! r.r.

c
c

0. ---...,
e
0 e
( r.)
(b)

Gambar 1-0.6.
Hubungan antara gaja. tekuk Nk, eksentrlslt as
mula e0 dan kelangslngan .A.
- 21 -

berbahaja. Klta tlndjau sekarang suatu kolom den~an suatu kelangsl-


ngan tertentu A1 <Ga~ar 10.6.b). Dengan eksentrlsltas mula t&fap
e0 jang besef"ftja dltundjukkan oleh OA gaja. kolom dinalkkan be~sangsur2,
. .
djadl dldalam gembar klta bergerak darl tftJk A .keatas. Selama klta
berada dfbawah garts lengkung A1, tidak akan terdjadi apa2 dengan ko-
lom. Tep?lt pada waktu kita mentjapal garfs lengkung A1 ditltik .B kO:.
Iom akan roboh pada gaja tekuk j)rg besarnja d i tundjukkan ol eh OC
Penampang kolom jang poling berbahaja belum mentjapal kekuatan ba-
tasnja. Age1r penampang tsb. mentjapat kekuatan batasnja, darl tltlk
B k Ito mas I h harus bergerak hori sonta I keka~nan sampa I ment japa I ga-
ds lengkung A= o dititlk D. Pnndjang 80 adalah eksentrlsitas t~m
bahan e.1 jang harus dftambahkan pada eksentrfsltas mula e0 , supaJa
penampang kolom mentjapaf kekuatan batasnja. Sclandjutnja, pada sua-
tu gaja nonnaf tertontu kfta menglnglnkan keamanan tekuk jang relatif
leblh besar pada eksentrisitas gaja jang ketji I dart pada pada ek-
sentrtslt~s gaja Jang bosar. ApJblla pada eksentrisftns e = ~
<=lentur murni) koeflslen muatan adalah y, maka pada eksentrisitas
5
e = o <=gaja sentrls) klta menglnglnkan agar koeflslen muatannja ada-
lah 1,5 y 5 , berarti ada tambahan koeflslen muatan sebesar 0,5 y 5
Antara e = oo dan e.= o pemberlen tamb~han koefislcn muatan dart o sam-
pal .0,5 y 5 lni harus:terdJadt bur-angsur2. Bagaimana dapat klta tja-
pal hal lnf ? .1-.iarf klta tlndjau lag! Gamb,1r 10.6~b dfm..1nc.i kolom da-
ng~r: keli:mgsfngan >. 1 3k::1n menekuk pada gaja normal jang besarnja

dltundjukkan oleh OC. Agar dlsinl klta mempunjal tambahan keamanan,


maka sebagal gaja tekuknja tfdak kfta amb.i I oc, tetapl OC~, dimana
tambahan koeflsien muatan dapat dinjatakan dengan <C'C : OC)y De-
-- . s
ngan menganggap OC'sebagal gaja tekuk rer.tjana, maka pada garfs !eng-
kung A. klta tldak lagi berada dftftlk B tetapf sudah turun ketttlk F
I
dan agar penampang kolom mentjapai kekuatan batasnja kita harus bera-
da dltitik E'. pada garfs A = o. Darl Gambar 10.6.b djelas terllhat,
bahwa pembertan tambahan keamanan ini berartl djuga p~mbertan tamba-
han eksentrisltas tc:r'ha~ap keadoon semula sebesar DE dan In I tah jang
disebut e 2 Apabi Ia sekarang garis Jengkung A = o kita geser horlson-
ta I keka nan sedjauh DE = e 2 , maka kf ta mendapat gar! s Ieng kung jang
ter-putus2, jang kita namakan"garis perentjanaan". Sepertf dapat df-
flhat1 djarak horisontal antara garfs A= o dun garis perentjanaan
ditlap titlk adalah senantlasa tetap = e 2, akan tetapf djarak vertlkalnja
- 22 -
Cjang mentjermlnkan tambahan koeflslen keamanan) adalah semakrn ketjt I
untuk tttt.k2 Jang letaknJ?l semakln ke-kanan berartl untuk e jang sema-
kln besar. Pada e = oo, maka dJarak vertlkal tsb. mendjadl not, kare-

na garls A = o dan garts perentjanaan sudah berlmplt. Djelaslah, bah-
wa apablla nllal e 2 klta tetapkan sedemlklan rupa hlngga pad~ e = o
kita mendapatkan tambahan koeflslen muatan sebesar 0,5 y , maka dengan
s
memberlkan suatu eksentrlsltas tambahan j.ang tetap = e 2 ttu untuk se-
tiap eksentrisitas jang sembarang, klta telah berhasl I mP-ntjapal suatu
tjara dengan mana antara e = oo (=lcntur murnl) dan e = o (gaja sentrls)
kita telah memberlkan tambahan koeflslen muatan jang mentngkat ber-
angsur2 dar! o sampal 0,5 y 5 Teorl eksentrlsltas tambahan e 1 dan e 2
dlatas ~ntuk pertama kall dlkemukahan oleh v.Leeuwen dan v. Riel da-
lam tahun 1962 (Ref.1),
Dart uralan dlatas djelas klr~nja~ bahwa besaran2 e~ , e 1 dan
e 2 maslng2 mempunjal art! tersendlrl dan penentuannja mempunjai tltlk tolak
tersendlrl pula, sehlngga tldak dapat dlgabung dalam satu ekspresl
matematis seperti jang dlkehendakl oleh lr.Hamid Shahab.
Darl hasll2 penjelldlkan v. Leeuwen dan v.Riel dlatas dapat
dltarik -~esimpulan2 sbb, :
1. Nl lai dari e 1 dapat dlanggap berb~nding Jurus dengan A2
. (oau >,
atau <lk/ht) 2 dan merupakan fungsl dari mutu badja
bentuk dari penampang ( i dan ht) dan eksentrlsitas mula
e
0

2. Ni lal dart e 2 praktls henja ditentukan oleh k~adaan A=o


dan ternjata praktls hanja bergantung pada bentuk penam-
p~ng (dalam hal lnl djarl2 galih terbesar k 1>.

Persamaan2 e 1 dan e 2 jang didapat oleh v.Leeuwen dan v.Rfel


telah ~ami tjantumkan dalam pendjelasan perubshan n?skah PBI 1970
sebagal persamaan2 <a>, (b) dan (g) (halaman 20 dan 23}. Tentu sa-
dja 'kita dapat mentjantumkan kedua persamaan umum itu didalam PSI
1970, tetapi untuk penggunaan dalam praktek kurang praktls. Djusteru
untuk memudahkan praktc:;k, kami tel2h.menjusun Tabel 10.6.2 jang ber-
laku untuk-kolom dengc;~n penampang persegi. Berhubung didalam praktek
djuga nda kolom dengan penampang2 lain, maka sehubungan dengan pan-
dangan lr. Rachmat Purwono dalam Workshop Beton, Tabel 10.6.2 tsb.
masih h2rus dlkoreksl, dan koreksi tsb. cdalch Tgbel 10.6.1.
- 23 -

Darl uralan dletas mudah2cr. tjukup djelas, bahwa kaml telah


mengusahakan penjeoarhanaan rumus sedjauh mungkln, sehtngga rumus
Jang Jebth.sederhana dari pada -jang tertjantum dalam ajat <3> tsb.
klranja sukar diusahakan lagi.

Reference: 1. teeu;ten, J.v.; Riel, A.C.v. : "Berekenlng van


centrlsch en excentrlsch gedrukte constructledelen
volgens de breuktnethode", Heron 10 No.3/4, 1962.
2. Wtratman.Wangsad~riata: "Perhltungan beton bertulang
berdasarkan kekuatan ~a+as", Seminar ke-1 t Tertlb .
:

Pembangunan, Bandung, M~ret 1970.


3.Di.cke, D. :. "e1 en e 2;:, Cement XIX Nr. 11 1967,

Pasa I 10. 8.
A.lat (3) (4) (5). Oalam.pendjelasan ~arl. pArubahan nask~h
. - ;

PBI jang pertama, karnimenanjakan pendapat terutama dar! para ang":'


gauta Pant tt a Pembaharuan. PB I, baga imana ka l_a_u penentuan. ,I ebar manfaat
flens dari balok T ditentukan dengan rumus2 janq sederhana, sepertf
jang akan tertjantum dalam GBV 1972, walaupun tabel2 dari CEB Jang
sudah dtsepakatl sebelumnja <sedjak Seminar ke I I Tertib Pembengunan>
memberlkan hasi I jang paling teliti. Hal inl kami tanjakan, berhu-
bung dldalam Workshop Beton diperoleh kesan bahwa menurut pendapat
dart banjak peserta <a. I. dart lr.E.Padmakusuma>, tabel2 CEB tsb.
adalah kurang praktts. lr Rachmat Purwono sendiri (konseptor dart pe-
nentuan Iebar manfaat menurut tabel2 CEB) setudj~ dengan usul kamt,
asal hast lnja tidak berbeda dengan ketentuan CEB.
'Berhubung dengan hal2 dlatas, maka ajat (3) s/d (~) telah ka-
ml rubah, sehingga penentuan Iebar manfaat sekarang dilakukan dengan
rumus2 sederhana jang kaml ambil dart GBV 1972 j.a.d. Darl Jatar be-
lakang penurunan rumus2 tsb. (Ref. 1), dapat di llhat bahwa le~ar
manfaat jang dldapat darl rumus2 tsb. praktls terletak dldalem
daerah nt lai2 eksakt menurut CEB, sehlngga rumus2 tsb. dapat dlper-
tanggung djawabkan.
- 24 ..

Reference 1. Gantvoort, G.J.: ';De medewerkende plaat breedte bfj


T-balken (Beschouwlngen blj e~n voorstel voor de
"'euwe GBV-rlchtlljnen t.a.v. de mederwerkende plaat-
b1"'8edte van T-balken van gewapend beton blj beJasting
door bulgende momente) 11 , De lngr./Jrg 82/Nr.49, Beton
en Beton constructles 5/4 Oesember 1970 ..

Pasa I 10.9.
A.Iat (3) dan (4). lr.R~chmat Purwono melaporkan ketentuan2 ter-
achir dar! CEB (menurut voorlopfg vortellng van de CEB-FtP rfchtt1jnen,
Junl 1970) mengenal rangk3k dan susut. Setelah kaml bandlngkan dengan
ketentuan2 CEB sebelumnja jang dtoper ofeh naskah PBl 1970, ternjata
perbedaannja tldak menjolok. Menglngat koeflslen2 untuk menghltung
rangkak dan susut ltu menundjukkan scattor jang besar, jang ditundjuk-
kan oleh graflk2 dalam pendJeasan perubahan pertama naskah PSI 1970,
maka tldak banjak manfaatnja mengusahakan rumus2 jang lebih :telltl".
Berhubung dengan ltu, kaml mengusufkan agar untuk sementara kfta per-
tahankan sadja dulu ketentuan2 jang sudah tertjantum dalam naskah
jang ada,
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE~V

o.I e g :

I. li"'. Hamid Shahab, 21 Apri I 1971

2. I r Wt ratman Wang sad I nata, 21 tvle i 1971


TANGGAPAN2 KEDUA MENGENAI PERUBAHAN
NASKAH P81 1970 Bab 4 dan Bab 10.

Tanggapan lr. Hamid Shahab <Djal<.arta 21 Apri I 1971 >.


(1). Mengenal adan.Ja Kelas beton K 125.
Setjara seplntas lalu memang terlihat bahwa K 125 sangat men-
dekat I 81 dan da Iam tegangan tekan jang d f I z i nkan dengan me-
thode-etastls hanJa berbeda 5 kg/cm2.
Namun demlklan ada perbedaan2 ,jang prtnslpitl mengenal tjara
pengontrolan pelaksanaannja. Saja kurang setudju kalau dtkata-
kan 5 kg/cm2 lnl ketjfl artinja, ka_rena lnl sangat subjektif
penflatannja.
Menurut peridapat saja, segala sesuatu jang terdapat pada batas
perallhan <sepertl halnja disinf antara 81 dengan K 125) memang
sering kall berdekatan nflafnja, tapl ltu tfdak berartl tldak
ada gunanja dfadakan; andafkata dihapus_kan akan tlrnbul perbeda-
an besar antara 81 dengan K 175 sehlngga timbul persoalan ba-
gatmana dengan kwalitas beton dlantaran.Ja.
Sekedar lebih mendjelaskan kedudukannja, dapat saja tambahkan
dlslnl bahwa sebegltu djau~ naskah P81 70 mendekatl naskah ter-
achlr, telah saja gunakan pada dua projek ketentuan2nja dengan
dasar K 150; hal inf saja maksudkan adalah untuk melihat apakah
penlngkatan mutu beton ke K 175 sudah 1apat dlgunakan dengan tj~
kup mudah bagi pelaksana/kontraktor menengah, dlsamping melihat
effek penetrapan ketentuan2 baru dalam kenjataannja.
Djika kelas K 125 dlhapuskan djelas penetapan. karakterlstlk
K 150akan kabur, karena perallhan terdjadl bukan lagi dari 81 ke
K 125 tapf dart 8 1 ke K 175.
Keslmpulan dari pendjolasan dlatas, saja pribadf tfdak setudju
K 125 dlhapuskan.
(2). Mengenaf tjara pengisian kerut,iut Abrams.
Membatja padanja Sdr. Sumardi Kartomldjojo, saja usulkan untuk
mentjari way-out praktis, karena dasar2nja kurang posfttt.
Usul : Sebafkn_ja dttetapkan bahwa "tlap laptsan dl-tusuk2 mdni-
mum lQ kali -max~ 25 kall.
- 2 -

(3). Mengenal usul Sdr. ir. Rltonga untuk menentukan mutu pelaksa-
naan untuk beton kelas I I berdasarkan koefflslen varlasl (o).
Sebenarnja usul lnl sudah dikemukakan pada Workshop Beton tem-
po hari dan sotjara feeling saja memang lebih tjondong pada
'
usul Sdr.' Rltonga tsb. Tetapl setjara positlf tidak dapat dlbe-
rikan dasar2 jang kuat (se-tidak2n ja pada waktu irii) untuk men~
rima usul tsb.
Menurut' hemat saja, klta pada waktu lnl melont,jat d,jauh dart
slsteni kl.assiflka sl pelaksanaan be_ton jang fama dengan system
jarlg b:aru, t~rmasuk tjara2 pengontrola rmja; karena l_tu data2
betum banj~k atau sedlklt sekali.
Karena ltu saja usulkan : Untuk sementara apa jang sudah dlte-
tapkan mutu pelaksan~an beton dengan sistem deviasi standard
' .
diterima dulu, jang mana akan klta tlndjau kembali dlkemudlan
hari djlka data2 sudah banjak terkumpul.
. .
(Note : Jang saja maksudkan dl~lni data2 dart pelaksanaan , bu-
kan dari pelaksanaan terbatas dalam laboratorium ).

(4). Mengenal deviasi standard rentjana sr .

DQiam hal fni rupanja adanja sedikit kesalah fahaman dart Sdr.
Wlratman dalam menrlal/menanggapi usul saja <dalam tanggapan
saja jang sebelum ini).
Tidak ada. terlintas dalam piklran saja bahwa 11 Shewart Control
Chart 11 adalah usul monopol i dari PBI 70 atau Sdr. Wiratman.
Saja jakin sepenuhnja bahwa inilah tjara jang terachir diketa-
hui <setidak2nj a "jang saja ketahul) Janq oal lng mendekatl gam-
barar:~ kenjataan dalampenen tuan mutu beton dalam pelaksanaan .

Tjuma satu hal harus klta ketahui/aku i bahwa kita melont,iat d,jauh
(bukan i'melangkah") dari.tjara lama ke tjara baru.
DY~.~ata2 sangat sedikit atau praktis tidak ada dimlllki data2

<termasuk soal standard deviasl> dari sebagian besar kontraktor.


Apakah effeknja nanti dalam pelaksanaan kalau ditjantumkan bahwa
deviasi standard rentjana harus ditetapkan lebi~_dulu?
Kalau saja melihat dari katja-mata jang djelek maka saja melihat
dua kemungkinan :
- 3 -

a. besarao s r akan d:itjantumkan setjara proforma sadja seba-


gal hasll dari perundingan (bukan dari dQta2 pelaksanaan
jang sudah banjak dllakukan, karena sementara lni belum
ada data}.
b. diadakan pertjobaan pendahuluan dibawah eengawasan special
dan ketat dar! .
para ahli beton sehingga hasflnja s r jang
dlpe:roleh tldak.mejakinkan/tldak memberikan gambaran jang
tepat dalam pelaksanaan kemudian dimana pengawasan dapat
dikatakan relatlf moderate (dibanding dengan dalam pertjo-
baan pendahuluan>.
Saja tertarlk dengan salah- satu kal imat dari tanggapan ~dr.
Wlratman sbb.: "Adalah untuk kep~ntlngan Pelaksana sendiri,
bahwa !:>r d Itetapkan dengan se-ba i k2nja, sebab denga:n penak-
sira.n sr.Jang salah, warning mechanism dar! Shewhart Control
Chart tersebut mend,jadl tidak berarti'!
Kesimpulan : tldak ada perbedaan paham antara saja dengan
Sdr. Wrratman mengenai tjara peni !alan mutu beton dengan pe-
nentuan deviasi standard.
Perbedaan pendapat hanja terletak pada dua hal :
Ci> ~enilaikenjataan2 dalam pelaksanaan pada tlngkat kondi-
si kontraktor2 pada dewasa Int.
(II> meni tal berapa djauh pertjobaan pendahuluan akan membe-
r! kan representas i dar I pe laksanaan se landjutnja.

Dengan pendjelasan diatas, saja klra apa jang .Sdr. Wlratman


gambarkan se-ol_ah2 saja tldak menghargai adanja matematlka
Statistik sebagai hasit research llmlah adalah kellru seka-
l_i, t.Juma sadja sa,jasahgat ragukein apakah hasll flmlah tsb.
berlaku untuk pert.Jobaan pendahuluan dalam kondlsl kontraktor2
k ita dew a sa in i atau dengan kata Ia In apakah matematJ ka sta-
tistik ini tidak terlalu teoritls bagl pertjobaan pendahuluan.
- 4 -

(5) Mengenai tanggapan Sdr. Wlt'atman mengenal soal "bagatmana kalau


dar I ,satu adukan d Iamb I I 3 bend a ud.ll ".

Setjara teo'rltls dart satu kall adukan beton harus dldapat mutu
beton jang sama; lnllah .lang dlpegang sebagat dasar bshwa satu
benda udJI. jang dlambll dart adukan tsb. adalah mewaklll kwall-
tas adukan jang dtttndjau.
Sekarang saja menghadap I ken,jataan bahwa dj f ka dart satu adukan
saja men.gamb II 3 benda udj I, saja at Ja.p ka It mendjuiTipa i adanja
benda udjl jang mempunjal kwal ltas rendah atau relatlf lebih ting-
gl dari dua lalnnja.
Djelas ke~jataan lnl menggojahkan dasar teorltts tsb. dlatas.
Bagalmana lnl dapat diellmlnlr?
Dus dislnflah k~lak soalnja; djadl bukan soal djumlah kubus jang
representatlf 20 atau 40 pada penenfuan devlasi standard.
' :.
Keslmpulan Usul saja pada tanggapan jang lalu hanjalah usul
way-out jang praktls dalam menghadapl kenjataan
tsb.

(6) .Mengena i pert,jobaan non-destrukt if.


Saja setudju dengan way-out jang dlusulkan oleh Sdr. Wlratman.
( 7) .tvlengena i's
= 1,5
'V

Dengan adanja usul ir. Rachmat Poernomo dengan dasar jang kuat
(Keputusan CEB-FIP>, saja dapat menerlma -y s = 1,5 untuk pem-
.
bebanan tetap
(8).Mengenal e~ dan e2
:Terlma kaslh atas pendjelasan Sdr. Wlratman dan saja sependapat
bahwa tudjuan penjederhanaan bentuk sudah maximal didjalankan
dislnl.

Note tambahan :
Sebegitu djauh saj~ belum melihat way-out mengenai harga-n.
Apakah harga n = 15 tidak dilzinkan/dlizinkan dat.am masa perallhan
atau tldak dilzinkan lagi.
- 5 -

Sekedar mendahului, untul' menarnpung pandangan2 pada workshop bet,on


tempo hari, saja usulkan sebagai ketentuan minimal sebagai "t-ray-out

- n - variabel (sesuai dengan konsep PBl 70 jang lalu)


- n- 15 dibenarkan djika djelas hasilnja b~rada on,the safe side.

DISKUSI PENUTUf UENGENAl PEP.UU~B"J:.N

NP_SI{f..H :PBI 197.0 Bab 4 dan Bab 10

o1eh
Ir.Wiratman Wangsadinata.

Umum.

Seperti dimaklumi, Bah 4 dan Bah 10 ter~.suk' bab2 j.ang sangat pen;
ting da1am PBI kita j.a.d., karena itu setela.h t-!orkshop Beton j.l.bab2
tsb. te1ah kami sodorkan .paling dahulu untuk didiskusikan. Setelah kita
mendiskusikannja bersama dengan tjukup mendalam (l-ralaupun tertulis) ~ma-
ka pada saat ini dapctlah dikatakan bahwa achirnja kita telah mentjapai
konsensua mengenai ber-bagai2 masalah jang sebeluninja belum menandjukkan
titik2 pertemuan. Hal ini dimungkinkan berke.t ketekunan da:t rasa t:atl.g~
gung djawab dari pare. peserta diskusi, jang diantara tjelah2 kesibuke.n
telah meluangkan 'mktu untuk mengemukakan peridapat2 nereka jang s.s.ngat
berharga. Kepad~ para peserta Ho:rkshop Beton jang lain, chususnja pu:ra a:lggau-
ta Panitia Pembaharuan PBI, jang sampai r.ekarang belum mengeluarkan pen~
dapat baik lisan maupun tertulis, kami mohonkan djuga partisipasi jang
se-besar2-nja.
Apabila kami ingin rnenutup diskusi rnengenai Dab 4 dan Bah 10, maka
hal ini.tidak berarti bahwa tidak mungkin .lagi diadakan perubahan2.
Kami ingin menutup itu, agar naskah terachir dari bab2 tsb. dapat seeere
dirampungkan. Menurut rentjana dari Direktorat Djenderal Tjipta Karya,
apabila PBI d.alam keselur\,lh.:In telah tnftttjapai bentuk naskah jang t~r
achir, maka naskah tsb. akan didisl~'Jsikan lagi untu!<__!_~_rach~_!__kali da-
lam suatu workshop &erbatas ( seperti \-lorkshop Beton j .1), sehingga per-
bedaan2 pendapat jang ketjil m3.sih dapat kiranja ditampung disitu.
Diskusi terschir ini mel~jartgb_;t te.:~g3apan kedua dari Ir.Hamia
Shahab, jang kami sampaikan dibawah ini.
- 6 -

Mutu Beton K 125.

Dal.;tm naskah asli untuk Uorkshop Beton~- sjarat pengavasnn untuk


K 125 adalah sbb. : rnutu bahan2 : ketat, keteguhan tekan : kontinu.
Workshop Beton pada waktu itu menghendaki agar untuk K i25 sjar~t pe
ngawasan mutu bahan2 diganti mendjadi : sedang? supaja terdapat per-
alihan jang baik dida1am sjarat pengawasan. entara B1 dan K 175.
Perubahan ini kcrr:udian ditjantumkan dal~m Tabel 4. 2.1 berkas perubah-
an jang pertam~
(tgl.l2-l-1971 ). Se1andjutnja da1am hubungannja dengan
mutu beton, sedje.k. sernu1a te1ah 1.~ita tetapkan y ,_ = 1,4 untuk keada-
mr.; .
an umum.

Sementara itu ade. perkembangan baru. Ir. !'.achmat Purl"ono da1~


tanggapannja (b_e:;kr.s perubahan jang l~etiga~ tgl. 1~ 4 - 1971) nenge-
mukakan l:!a'h\-78 ymb = 1,4 hanja ber1aku apabi1:-.. pe1aksanaan beton adalah
benar2 baik dan beton jang dihasilkan adn1e.h benar2 homogen. Pe1aksa-
naan jang baik seka1i disini ada1ah rncnurut ukuran di Eropah. Mengi-
ngat sjarat pengewasan cutu bahan2 untuk K 125 ada1ah hanja sedang,
ma~a ymb = 1~4diperkirakan su<!ah tidalt ber1aku 1agi. Untuk rnengatasi
masa1ah ini, ne.ka dapat ditern?uh 3 ~ja1an pcnjelGsainn:
- keQbali kepada naskah as1i Workshop Beton dengan mensjaratkan
1agi pengewas~ ketat terhadap mutu bahP.r1~ untuk K 125)
menetapkan nilai ymb (untuk keedaan unum) jang 1ebih besar jang
chusus berl8.ku untuk I< 125;
- menghapuskf..n mutu K 125, sehingga ynb = 1,4 dapat ber1aku 1agi
untuk SC8ua uutu beton.

Dida1an tnngge.pennja jang ~erachir, Ir.~a~id Shahab tidak rnenje-


tudjui penj elesairm alternatif ketiga diatas (penghapusan mutu K 125)
dengan alasan. .'1danja gap jang terlfllu besar antara B1 dan K 170. !1a1
ini dihubungkcnnja dengan pc1aksanaan K 150 (mutu bukan standar).
Kal!li sendiri mer.cnuke.n a1as;m lain jang pcnting untuk ntH'J.uertahan-
kan mutu K 125. ~!.pahila kita isike.n a~k = 125 kg/cn2 dan s = 46 kg/cD2
(jaitu nilai C:evicsi standard jang l:~jak da1an !)raktek) keda1am ru!:tus
keteguhan tekan be ton karakteristik dari !'~sal 4. 5 aj at (2), nttk-'1 kit a
akan mendapat keteguhan be ton rata2 cr~0 = 200 !:g/cn2. Tanpa bcgitu
disadari, mutu ;.( 125 ini adalah kira2 nutu tet0n st:mdar da1f1n PBI
1955, djadi seln~~knjd ka-rus kit2 tjant~tr:tkan c.alen ?BI 1970 ini.
- 7 -

Dengan daaikian~ ca.~a. outu K 125 kita pe~t"'.l"~ankan, . teta.pi terpak-


sa kita kenbali kenaskah asl~ _untuk Workshop. :.ij.q.ton,. dinana sjs,rrit .pe-::
ngawasan terhad<!".p mutu ba!1an2 tetap harus ket.at.; :('bukim sedatig) .
Selandjutnja, untuk nenungkinkan petatS.~anaan nutu2 betoi1 Kalas: ,:11
dil!uai t:lutu stamie.r (nisalnja K 150 atau K 200},. kani usulkan untuk
menanbahkan ajat (3) pada pasal 4.2, jang bunjinja sbb. :
(3) Apabila untuk hetoh Kelas II berdasarke.n pertit:tban'gdn2 ;t~r-
tentu diinginkan nutu lain de.ri pe.1a rnutu standar jang di-se...:
but dalarn ajat (1) dan (2), naka hE".l :itu diizinkan, asal
sjarat2.jang ditentukan dalarn ajat (2)b tetap dipenuhi.

Tjara pengisian kerutjut Abrams.

Soal bagaimana tje.ra nengisi kerutjut li.bre.ns, sebenarnja soal per-


djandjie.n sadja. l1engingat diBalai
.
Penelitien ?a:1:1n2 di Bandung
. .
t'elah
dipakaisebagai standar 25 kali tusukan tiep lApis pac!a pengisian ke-
rutjut Abrans,. sepGrti dilaporka~ ol~h Sdr.Su08.rdi Kart~nidjoj:~',_.naita
. .. . '.'
. . ". :
kita tetapka.n. saC.ja ketentuan ini sebagai stancar didalan PBI. i:ienu-
rut p~ndapat kaoi untuk praktek tidak banje.k bGdanja, nengerdjakan l0
lr~li penusukan dan 25 kali tusukan.

Deviasi stancerd rcntjana Sr.

Bahwe.sanja PBI kita j e.d. merupelr...,_n lontjl:'.tan kenuka (bukam seke


---- .
dar langkah kenuka) kiranja tislak dapat disang!c.al. Tetapi lial :ini. tidak
terdjadi dinegara kita sndja, eetapi disenua. negar.a. Di Nederland
misalnja, GBV jad. dianggap begitu radikal~ sehingga diputuskan untuk
rnenetapkan,2 tahun uasa perkenalAn, sehing3e baru akan berlaku th.l~72.

Sementara itu~ nula:i. cari sekarang ."''Jd~h dikirin tearn2 .penj.1:1l~h ke-
pelosok2 untuk mendjelaskan kcr.sr:.psi2 baru dalan GBV jad. itu. I,dee
jang kira2 sama akcn ditenpul djuga oleh Dir8ktorat Djenderal 'fj ipta
Karya nanti. Jang njata ial.:Jh, 1:-ahwa suat~ peraturan barus nerupakan
"das sollena. 13c.h~Tasanja ''d'l.5 1;.:::::~~ :f.<:.:.l?, konElisi kita dewasa ini da:...
lam banjak hal nasih djauh c.o\rip:.ca :::c-Jc~t:i.nja neneng tidak dapat di-
- pu1 a. D'JUStru
san gk ~ . tutus 'taf:p
' i pa.):a te t.....nl.Sl. -' J.a h unt uk se d'k't
~ al$' 1.. 1

der:d sedikit (kalau mung'.dr.. :e!.-Jt!11{.~ m:v~Alr,t!:-.?~: "d3s sein 11 kepada


. i.

"das sol len" .


- 8 -

Sehubungan dengan jang kami kemukakan diatas, maka djuga mengenai


pengawasan nutu beton dalam PBI, kami kira perlu kita tetapkan sebagai-
mana hal itu seharusnja dilakukan. Bahwasanja kondisi kontraktor2 kita,
mungkin masih belum mampu mengikuti perkembangan baru ini, ini soal
lain jang adalah tugas kita untuk mengatasinja dalam ~aktu se-singkat2
nja.
Demikianlah, untuk mcnggunakan ;'She\orhart Control Chart" sebagai alat
untuk rnemeriksn ruutu beton setjara kontinu dil?.?angan, kita harus me~

ngetahui deviaai standard rentjane Sr. Apabile Sr tidak dapat diper


kirakan dari pengalaman2 .(otentik) diwaktu j:mg l<!mpau, maka satu2-nja
pegangan ::!dalah hesi12 pertjobaan pendahuluan. Untuk kepentingannja
sendiri pelaksane tidak akan berusaha bcrunding dengan Pengawasf~li

untuk menetapknn nilai Sr sekedar setjara proforma sadja,sebab ia akan


menanggung sendiri ~kibat2~nja.

Di-negara2 jang sudah madju, dengan keachlian pela!:s~.na2 jang sp-


dah merata, kesulitan penetapan Sr dapat diatasi dengan t!lenentukan sa
<
dja nilainja didalat!t pernturan, nilai mana diperoleh dari statistik.
Demikianlah misalnjn di lnggris ditetapkan Sr = 20, 30 dan 46 kg/cm2
untuk ber-turut2 l( 100, K 150 dan K > 225 Clef .1), sedangkan di Neder-:-
land ditetapkan Sr = 46, 61 dan 76 kg/cn2 untuk ber-turut2 K 125,
K 175 danK = 225 (?.ef.2). Bagi kitn di Indonesia. belum tjukup tersedia
data statistik untuk dapat men~tapko.n nil?-i2 3r ini, lagi pula kita
menghadapi keachlian pelaY.san~ jang sangnt heterogen. Dari nilai2 Sr
jang ditetapk~m di Inggris dan di Nederland db.t<?.s dapnt dilihat, ba.h-
wa cutu rata2 peleksena dikedua negara itu nampak berbeda. Djadi dje-
laslah, bahwa kita tidak dapat nenetapkan Sr dcngan hanja melihe.t ke
dalam peraturan2 beton dinegara lain.
Sebagai perbcmdingan ~ baiklah kar.1i beritahul~an disini bcberapa per
samaan dalam pengmmsan cutu beton dalam GBV 1972 dan P:BI kita, jaitu
sama2 menggunakan
- stratified randoc sampling
shewhart centrale chart
dengan perbedaan" ba.hHa di Nec1a-r1.<~nd he.rus ditindjau nilai rata2 dari
6 kubus (djadi leLih bcrnt dari PBI), dan ad~ perbedaan2 dalam hal pro-
sentase2 risikonjc. Perberl~:m2 ini sedang kami peladjari de,,msa ini,
dan apabila ada ~al1 j<?.ng sc!d!'.<>nja dapat meuj~;mpurnakcm PBI ~ita, ti--
dak ada salahnja .kiranj.q, apabiJ a kita memperh.:1tikannja kcoudian.
- 9 -

1. Teychenn~, D.C. :"Specification of concrete 11 ,


The Structural Engineer, 1968, Vol.46 _(5),May,
PP 131-139.
2. ::Ontwerp Voorshriften :3-aton 1972, deel A,
Geneenschappelijk .Gedeelte=l, Cenent XXIII Nr. 3a,
Mnart 1971.

rengambilan bcnde u~ji.

Dalam tan~g~pannja jang terechir, Ir.H~d Shahab mengemukckan


kenjataan, bahlYC. djika dari satu adukan di~..m~il 3 bend-'l udji, mruca
atjap kali diperoleh nilai ketcguhan jang rolatifrendah atau tinggi
dibandingkan de.ngan dua nilai lainnja. l!al ini memang seharusnja ter-
djadi. Arabila ketiga basil itu kira2 sanai malah hal itu nentjuri~

gakan. Bila dari eduknn itu seandainjn tidak dibuet 3 tetapi misalnja
40 benda udjip ~ka kitapun akan mendapatkan 40 nilni jang berbeda,
dimana mungkin beberapa nilai ajak nenjolok ~erbedeannja dengan nilai
jang lain. LFe~ile dalan per.tbuatan 40 bcncll'. ud.j i ini senantiasa kita
usahnkan kondisi jang sa~, rna~~ selisih nilai diantara 40 nilai2 itu
tidak aken besar, artinja devie.si stancarnje ketjil otnu lontjeng
Gauss-nja tinggi de.n sempit. Inilah sebab~jr. kits tjukup rongar.1bil
~ benda uclj i sac~je. dari tiap sekian m3 b''.!ton~ cHoana sebagai
sjarat ialah bahwa ~embuatan benda2 udji tsb. harus dilakukan dengan
tjara dan, dalan kondisi jang snroa. t.,abila misdnje tcrdapat suatu
nilai jang djeuh nznjinpang, n~kn h:l ini merupnkan indikasi kunt bah-
ua ada suatu keselnhan dalal!l ?et!lbu~tan bene'.!": uclj i. !-!aka seharusnjalah
nilni dcnikian tiC.ak ditindjaut sebab dirlal-'1~ konstruksi jeng sesung-
guhnja kesalahc.n ~er-.ikinn djuga tidak tercljP.~i.

Dengon lJI2ncjel~san k~i dbtas r:!U<!nb2en tju.ku? djelas, terutama


bagi Sdr. HaLlie~ Sl-.ahab, b.:1mra selana !dt.:. us:,:-.ni..?.n baht,Ta ~ot:lbuatan

benda2 udj i c~ile.kukan <!cngan tjara dnn kondisi j "'ng sama,tMka tic..<\k
perlu dichawatirkan '=lcanja efek2 ncgatif tcrhr>.C.P.~ ronilaian outu beton
apabila kita :x::n~an"bil ~ benda uc!j i setic.!:) sekian n3;beton (stra---
tified ran~om s~9ling).

Ang~a ckivalensi.
:!asalah angka ekivalensi (n) akan diatur :.'.ala~ t-ab nengenai per-
hitungan ~nan?ang berJasarkan ~rinsip2 teori alastisitas.
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-Vl

o I e h

I. lr. Rachmat Purwono, 8 Djuni 1971

2. tr. Wlratman Wangsadlnata, 25 Djuni 1971


- 1 ....

Saran2/tanggapan/pand angan.Perubahaa
Naskah 'P.B.r. 1970 Bab 4. dan bab 10

0 1 e h
ir. Rachmat Purwono
(Surabaja 8-6-1971)

Jth. Sdr. Ketua Pemhaharuan P.B~I.

Sesuai dengan kesempatan jang masih diberikan oleh Sdr. untuk


mengirim penda~at2 periluil naskah P. B. I. j ang:. sedang disusun itu
maka bersama ini beberapa pandangan kami

1. Peril~l .mutu beton.K 125.


Rupanja tanggapan kami tgl. 12-3-1971 j.l. kurang dje1as sehingga
m~nimbulka~ sa1ah tangkap perihal kelas beton K 125 tsb. kami

mph9~ maaf bahwa baru sekarang memberi pendjelasan lagi.


Sedja1an
. dengan
.
tanggapan Sdr. ir. Hamid jang terachir dan "ala-
san lain jang penting" dari Sdr. ir. Wiratman malta kamipun tidak
setudju K 125 dihapus.
Alasannj a : :
a. Akan terdjadi gap terlalu besar antara beton Bl. dan ~175.
b. Sampai sekarang dapat dikatakan tidak ada pemborong di !)jawa
Timur jang mengaduk beton dengan perbandingan berat.
Tetapi penga1aman hasi12 pertjobaan keteguhan kubus beton
20x20x20 em. dilab. Fak. Tek. Sipil I.T.S. menundjukltan ba~a
keteguhan tekan rata2 antara 200 - 230 Kg/cm2 dengan mudah da-
pat ditjapai oleh pemborong2 jang memeriksakan kubus betonnja.
Sebaliknja keteguhan rata2 275 Kg/cm2 djarang ditjapai. Ini asal-
kan kebersihan bahan (aggregat) benar2 didjaga dan faktor A/C
tidak lebih dari 0,60.

Djadi'menurut kami penghapusan mutu beton K125 akan menghilangkan


produk mutu beton jang sudah biasa mereka kerdjakan (hila ia tak
mengambil mutu antara Bl dan Kl75). Kalau ia sulit memenuhi sjarat
pembuatan beton mutu Kl75 dengan demikian ia akan mendegradeer mutu
betonnja ke Bl (bagi jang mengerti tentu tidak berbuat demikian).
- 2 ~-

Jang kami maksud de~gan mudah edalah :


~ pembuatan tjampuran betori dilal~an dengsn perbandingan volume
- perbandingan volume jang biaM dipakai ja~tu l PC : 2 Ps :
3 Kr. a tau 1 PC : 1! Ps ~ 2l Kr.
-~ mempunjai tenaga ahli jang tahu sjarat2 kebersihan aggre&ate.

Berdasarkan atas pengalaman diata~ maka kami usulkan agar beton


K 125 ini tjara pembuatannja digolongkan pada beton Bl sebagaima.na
diatur oleh pasal 4.3.2. asalken pengawasa~ keb~rsihan,bahan2 didja-
lankan cengan baik.

Katni sinegung soal pengal<raseil; dengan maksud.. 1agar ini d.ibuat se-:-
demildan sehingga terdjamin p~m1l.u~tan
beton jang h()mogin karena pada
. . . .
rentjana P.B.I. sjarat2 ini hanja sedang.
~iemang apabila ~lanja disjarat!~n kebers:i.han sadja adalah kurang sem~

purna. Kebetul~n agregat urituk pembuatan beton jang 'bat-k'


d::i., Surabaja
mempunj<d lengkung ajakan jang paling sedikit masuk daeralr~:bisa di-
pakain sehingga hanja kebersi!:1an sadja dip~~hatikati. rAg~r d~pat dip!
. r

kai setjara umum maka sjarat aggregate K 12S haruslah :m~me~~hi keten
tuan2 bahan tsb. dahm bab. 3~ p::s.r. Baru.
0alam pada itu sedjalan dengan u8ul Sdr. ir. Hatnid. hendaknja menentu
kan air adukan dan volume pasir harus memperhatikan kadar lengas jang
ada dalam aggregate.
Berkenan dengan djalan penjelesaian jang diusulkan ole'h Sdr. ir.
Hiratman, maka k:imi lebih tjondorig meinilih pemetjahan pertama: jaitu
penga-.:Jasan bahan 11 ketat 11 dEmgan penga'li7asan keteguhan tekan kcmtinu.
Note : Untuk menghindarkan sala~ tafsiran b~:dknja ada pendjelasan
a~a jang diartikan oleh sjarat pengaTasan mutu bahan jang ri-
ngan, sedang, dan ketat.

2. Perihal Penilaian mutu beton.

a. :1e1Jbatja art. 609.~.1.. 600.3.2.a. dan seterusnja di [I]


mengenai menentukan djumlah benda pertjobaan kami tertarik pada
kata2 jang kami garis bat~ahi tsb. ini :
11 Voor iedere 200 m3 betcn of ieder gedeelte daanran, dat
'i7ordt verv!E't'kt in een stort periode va~ ten hoogste 3
- 3 -

achtereenvolgende kalendeTdagen:,- moeteh. pet' menl?;tnOieh


en per be~onkwalifeit 6 cont:r.olek~busse_n w;ord~n ve~a.;tr-

ci_~gdn.
l~nur~t. pendapa~ . kami, ka,ta2 bergaris pertama sudah dit~mpung
oleh pasal 4. 7 .3. P.~. I., namun ~elum soal waktunja~ D~ng~
pengaturan diatas menurut V.B. 1972 apabila dalam waktu ni~
. . . .. . . :. "i .. . .
salnja 3 hari hanja ditjor 6o'nl3 (dtis kurang da:H 200m3). be-
ton~ Diaka:-harus di:buat 6 l~ubtl~ ~~da udji per 'Iilengrnolenp~r
. . : .1 . . .. . . . . . . .:
betonkwaliteit; Halini kami'rasa ada logisnja karena biasa-
rtja makinsec:iikit penibuatan beton per harinja~ maki~:kur~ng
t'erigal7a san kit a Uaka h~rus diperbanjak pemeriks.~an b~~da
... ..
~
udJ"1nJa.
:

'Kata2 bergaris kedua adalah ulltuk Iilenampung apabila djum-


.r .

lab beton tsb. diatas dikerdjakan oleh lebih dari satu beton
'inolen per kwalitas'betori.. Kita ambil .sebuah tj~~toh ~is~lkan
dala~ sat'ti projek akan ditjor Go'
. ln3\et~~
..
K. Z25 d~ngan.
. ..
meng-
. .

gunakan dua b~i:onmolen~ apakah 't>oleh sesuai. ~asal 4.7.1. P . B.I.


baru, hanja dibtiat. 60/5. 12 bend.a tidji. ? Tjontoh lain, d~l~m
satu proj~k stiatu hari akan dibuat 30' '
m3 b~t~n .
K 22~ dan30.,. 'J,\

m3 betoh. K 125 dlfuana betonK 225 dikerdjakan oleh 2 beton~-


. .. - . : .. .. . . . .. . . . \ ~

len dan K 125 oleh 3 betonm0len ke.tj ii2. Apakah tjukuo dibuat
30/5 o. 6 benda udji beton. K .225 da~ 30/S = 6 benda. udJi~e~~n
I{ 125 ?

Kami kira
'
.hal2 demikian perll.l
._ .
diatu,r
. ..
.pula :di. P .:B .I. kita
karena ter~ng "crew" tiap betonmolen. mempunja.i "kebiasaan" :.
kerdja jang berla:inan. i.J.aka dengan ini)<ami us1-1lkan adanja.
penampungan kedua hal tsb. diata_s.
b. Kami mengikuti diskusi perihal s antara Sdr. ir. Hamid dan
r
Sdr. ir, Wiratm.;ln dengan interesan .selqllL
.
Kesulitan. ja.ng
. sa
.

ma dihadapi pula diluar negeri j ans B:k8Il; met!"..a.kai peui.laian m~


tu beto~ dengan interpretasi ilrnu statisti~, mi_salnja ProL
Lambotte di- [2] telah sedild t menj inggung2 pemetj ahannja:.
i<ami usul, dalam masa parkenalan :P.B.I. n:!~lti, .sudah dapat dian-
djurkan agar mas~ng2 r>emborong -mulai meng.n1pulkan. d~ta.Z penga-
- 4 -

laman ab' dan s termaksud unta~ sia~ dipakai sendiri kemu-


. , m r
dian hila P.B.I. Baru berlaku sjah.

3. Perihal. penusukan spesi beton pada pertjobaan kerutjut Abrams.


Sebaiknja djumlah penusukan ini dibuat fixed sadja agar seragaa,
jaitu 10 kali tiap lapis (ada 3 lapis) sebagaimana djuga diten-
twtan oleh G.B.V. 1962 dan V.B. 1972.

4. Perihal penjimpan an benda udji.


Kita sudah tahu hila beton mengeras dilingkungan jang lebih pa-
nas akan mengeras lebih tjepat. Ini bisa dibuktikan pada perum~

san penjusutan dan rangkal: beton. Dapat dilihat bah1:-1a pengera~

san beton tergantung pada temperatur dimana beton itu berada.


l<alau benda udji tadi berada dilingkungan jang >20C maka umur
beton mengalami koreksi lebih tua, djadi berarti lebih kuat/
teguh.
Peraturan luar negeri mentjantumkan te~er~tur dan kelembaban
dimana benda harus disimpan, jaitu temperatur harus 20 C.
~mka interesan untuk diketahui benda udji jang disimpan di
Indone.sia dengan temp. udara jang rata2 misalnj a 28 C pada
umur dan composisi tjarnpurnn jang s.~me. ai..-an mempunjai keteguhan
jang le~i~1 besar. 1-iamun bukan maksud kemi untuk rnengusulkan
sjarat2 penj impanan jang SC\I!la seperti diluar negeri karena ke
njataannja konstruksi jang dibuat berada pada temp. udara jang
sarna dengan benda udj inja. Hanja sadja j ang perlu ditjegah ada
lah djangan sampai benda udji tadi disim,an dalam ruangan jang
lebih panas dari pada ~emp. udara luar. (misalnja disimpan da~

18!11 suatu bunker beton tertutup). \<aka pe.sa.l 4.9.4 kami usul
ditambah dengan : Tempat simpan benda udji harus mempunjai temp.
sama dengan temp. udara luar.

5. Perihal tabel perhi~unean.

Kami sependapat dengan sdr. Ir. 'Hiratman bahwa dengan satu ta-
bel dapat dilakukan perhitnngan penulangan l-Talaupun coeff. kea-
manan dan mutu beton/badja lain2. Namun apa jang kami kemukakan
adalah (tanggapan kami tg1.12--3-i971) menjat..akan bahwa untuk
sederi1ananja dibutuhkan 2 matjar::. tabel untuk satu outu badj a~
...... dst.
Dengan tebe12 tambshan demiki~a (i~g~t G.T.B. 1962) perhitungan
akan 1ebih g.a.mpang dila.k.-t:'i.~~n. Dj a<ii bukanlah ma.ks'ud ~i mau me-
njatakan bah1;;ra sa.tu t.o;:.be!. tid~.k tjukup.

6. Peri hal angka perbc..r..:?-. :.-r~.~.-3:~ '.::.c ~:~2~t':..<m h~~-:matj am benda udj i.
(pasal 4.1. 3).
Jang kami ingin kemuke.l-~:!::! dis~.n l. a.>::'.e.~ ~rbandingan keteguhan
benda udji kubus 15 em G..~ll sili~der 1.0 x 30 em. P.B.r. baru Dien-
dasarkan eoeff. perba.di.ngan ;_;:d ate..s das~n: nilai rata2 C.E.B
.Nov . 19.53 ~ ISO OCt. 1956 seba.3aim.'lna ditutis di [3] ha1aman 2.
Kami sebenarnja ingin a<:mberikan tcr.ggapan ini du1u, namuri lui-
rena ke1upaan ma.ka barn sek~ang teringat. Untuk kela1aian:-' ini
kami mohon maaf.
ICatili kira Sdr. Ir .loliratr;1an surl:th men;etahui babwa d'i' (4)i-pE{t'ban-
dingan rata2 jeng c.ii<!j in.ka.!! adalah 0;'80 dan: bukan o,sl:'sebaga i
..
mana diandjurkan oleh P. B. I. !dta. Begitu djuga [5] mengikuti
CEB itu menjatakan : Zt.!l!l~s:!.f~r ~1ittelwert 0,80. "Maka: bila
tidak ada a1asan2 lain j !'t'18 kJ.at 'kami usull~an agar nilai per-
..
bandingan- tadi: d:f.at::bil 0,20 sadj~.

7. Periha1 pemadatan s_pesi b.3ton:.-

Pemadatan spesi beton j anz IllE\!::ptinjai faktor A/C rendah agak su-
lit apa1agi bila penulaagann j;:. rapat dan pengetJoran agak lam-
. .
bat. Maka agar dapat djac.inar~ lebih baik akan ~padatan beton
= J.
.
jang ditjor (ingat y
. . ~ . ~. ~
~4)
... ;.
~aja
usulkan .penggunaan alat
. . . .
getar du7adJ:Lbken 1.mtuk hetor.. K 125. dan leb1h t1ngg1.
- ' :. .
peng-~

8. Perihal ~d. elast~_Eet~n_pad~~~rumusan rangkak.


Ru'mus rangkak telah tetap diacbil d~ri CEB 1966, namUD. kami
mengharap perhatian meng~nai besar mcd, elastisitas beton jang
dipakai.
Bahwa Eb tadi harus dianb:i.l nilai
-6 -

dimana
Ebj mod~elast.beton rata2 jang berumur j hari menurut
pertjobaan tjepat.
abj keteguhau beton tekan rata2 benda udji si1inder.ber
umur j hari
bilapakai benda udji kubus 15 em make rumus mendjadi

dimana abj adalah keteguhan tekan rata2 kubus 1~ em berumur j


hari.
Pengambilan nilai rata2 keteguhan tekan beton ada1ah sesuai de-
ngan [1] dan [2] djuga CEB_FIP 1970. dimana didje1askan bahwa
untuk menghitungkan perubahan bentuk construksi beton tjukup
diambi1 nilai rata2 dari Ei,.

References.
[1] Cement 1S71, nr 3a, Ontwerp Voorschriften Betn, V.B.1972
[2] Lambotte, Prof. Ir.R,Beoorde1in g van Betondruksterk te door
Statistische interpretatie van drukproeven, De Ingenieur Jaar-
gang 82~ nr 10, 6 l1aart 1970.
[3] Wangsadinata~ Ir.lliratman, Perhitungan 1entur dengan tjara ke~
kuatan batas.
[4] CEB, 1966

[5] ~lrycza,Prof.Dipl. Ing.ll, Trag1astverfah ren und Formanderungen


der Stahlbetontra8" 7erke. 1969, Bauingenieur-P raxis.
- 7 ~

Diskusi mengenai sa.ran2/pandangan Ir. Rachrnat J?urwono mengenaL


Bab 4 dan Bab 10 PBI 1970.

Ole~. Ir. 'Hiratman Wangsadinata

. Sebenarnja disku3i mengenai Bab 4 dan-Bab 10 sudah kami tutup


dalam berkas diskusi kelin~ jang lalu, akan tetapi karena kami telah
menerima tanggepan2 jang konstruktif dari Ir. Rachmat Purwono, maka
kami rasa selajaknja kita tampung djuga ta:nggapan2 tsb. Uudah2an dis-
kusi ini adalah bena=Z terachir untuk naskah Bab 4 dan Bab 10.

Hutu beton K 125.

Sesuai dengan ja~g kami kemukakan dalam diskusi kami jang ~a


lu sehubungan dengan tanggapan Ir. Hamid Shahab, maka diputuska~ un-
tuk tetap menentuka.n m11tu beton K 125, tetapi dengan sjarat pengawa-
san terhadap mutu bahan2 jen~ ketat dan k~kuatan tekan jang harus di-
periksa setjara kontinu. Ini (akan) ditjantumkan dalao Tabel 4.2.1.-
:!lj adi, sesuai pala dengan t.sul :~~. P.at:hmat Purwono.
l1engenai tjara p~rn':n:.a.tan mutu beton K 125;. kami setudju dengan
usul Ir. ::7achmat Purwono ~ntuk m~njarJstcannja dengan mutu B 1. Dengan
sjarat penga~rasan terhaC.ap nutt.. bahat!2 j;'Cl~:?- b:cat~ kami kira dengan
tjampuran semen, pasir dan kor.eJ. dalc:i ?er:~~r..d:tng.qn volume :
1 : 2 : 3 atau 1 H : 2~, ldra'."'.ja rm.1dc:l-J d~pat d:i.t:japai keteguhan
karakteristik crbk = 125 l~g/cm2 atau ketr-.:~.J~P~ 1'.9.ta2 kira2 crbm 200
kg/cm2. Hal ini (akan) dit:j."l.ntnm!..:.an dc:l"-l.rv. pa~-3.1 ";,3 ajat (2). Dengan
demikian, maka dalam ajat (3) tjam~_:mren jang dir.entjanakan mulai di-
sjaratkan untuk mutu K 175.
Selandjutnja kami njuga setudjt: dengan usul tr. lachmat Pu~-Tono

untuk menegas k an apa Jang ..3 -~ "l
L'..... art:~..~an
d e:ngA.n IIru~.ga"l
II
, II se d ang II d an
"ketat 11 dalam p~nea~.Y~san mutu ba.han2. Untnk i.tu kami mengtisulkan ha12
sbb. :
a. Pengal'lasan ringan, ialah tjul.t:n~ di!'enc.h:i. pe.~.?l 3.3 ajat (2) dan
pasal 3.4 ajat (2), ja7.tu ba:1~:a agregat halus <lan kasar harus ba-
ik hanja dari hasil pen~ri.ksa<~n vi!:~li_l_ sarija (!-.asar, keras, tidak
berpori, kek~l, +:iC.:1k pip:i.h)
"
J

b. Pengawasan sedang, ialah hsrus dipenuhi pasal 3.3 ajat (2), (3)
dan (4) dan pasal 3.4 ajat (2), (3) dan (4), jaitu habra agregat
ketjuali harus baik dari basil pemeriksaan visuil, djuga tidak
boleh mengandung lumpur, bahan2 organis dan zat2 jan~ merusak be-
ton, u~tuk mana diperlukan bebera,a pertjobaan.

c. PengaiJasan ketat, ialah harus dipenuhi seluruh pasal 3.3, pasal


3.1.; dan pasal 3.5. Djadi disini analisa ajakan adalah dil1arus-
kan, climana garis susunan butir harus memenuhi grading zones jang
diteterkan dalan pasal 3.5.
K~tentuan2 diatas (akan) ditjanturmtan didalam pasal 4.2 ajat (1) di-
ba~Tah Tabel 4.2.1. Kemudian, redaksi dari ajat (1) dari pasal 3.3,
3.4 dan 3.5 dirubah/ditamba~ sedikit, sehingga disebutkan hubungannja
dengan pasal 4.2.

::)engan penje1IJ!>urnaan diatas, l~Ulka salah tapsiran ldranja seka-


rang d~pat dihindarkan.

Pemer:tr.tse"~an mutu beton.

Untuk perneriksaan mutu beton pada pekerdjaan beton dengan djum-


la:1 ~mrang
dari 60 m3 berlaku pasal 4. 7 ajat (.3) dan bu!can pasal 4. 7
ajat (1). ~engan demikian, maka semua tjontoh2 jang dikemuk&can oleh
Ir. Rachmat Pun1ono terkena oleh. pasal 4.7 ajat (3) tersebut, sehingga
dengan interval volume pengetjoran jang sesuai untuk rJasing2
~nentukan

mutu beton dapat dihasilkan 2:: ber.da udj i (hatja ajat (3) selengkannja)

Pasal 4. 7 seluruhnja harus diinterpretasil!:an berlaku untu.l< masing2


mutu beton (per betoru~waliteit). :~i sendiri tidak pernah menginter-
?retasikan lain daripada itu. lJ.~n tetapi untuk menghindari interpre-
tasi jang lain, maka Sf!suai densan jang dikemukakan oleh Ir. T:"'.ach.mat
Pur,rono sebaiknja ditegaskan bah'\:a pasal 4. 7 berlaku unt~~ masing2 mu-
tJ. b~ton. Untuk itu, didalam tel"~s dari ajat2 pasal 4.7, disisi'!?kan ka--
li.mat~ ;:untuk masing2 mutu be-::on=; d.i-tempat2 jang sesuai. Usul Ir. "':'lach-
mat ?ur>:rono untuk djuga nemisar.::en persjaratan untul< IllB.si.ng2 nesin pe-
ngadcl: (per mengcolen), menurut uemat kami terlalu sulit. v~~i lebih
tjanderung untuk menganggap kebiasaan/keahlian dari cre,r raas:i.ng?. mesin
?engadm~ adalah sama, karena S9muanja adelah pegawai dari setu pelak-

sana jan;; sama.


- 9 -

Bukankah jang kita nilai itu adalah keahlien dari. !>elaksana ~netjera
keseluruhan dan bukan keahlian dari masing2 crew mesin pengaduk ?

Latar belakang dan penurunan rumus2 untuk pe~eriksaan ~~tu bcton


didalam peraturan beton di Nederland j .a.d. VB 72 (Ref ."'l)''diura.i.kan
oleh prof .Ir .P .C. Kreijger dalam. I~ef. 2. Dibandingkan den.g2n k.etcntu-
au2 dalam x~:r 1970 kita,: maka nam.,ak beberapa per"!.ledaan jang menjclok,
jang dapat kami kemukakan sbb.
Dalam VB 72 ditetapkan pengambilan 6 kubus udji per 200 m3 beton,
dengan interval ja~g haru3 ki.ra2 sama (stratified random. sa!D.pling),
' .
berarti kira2 1 kubus tia~> 30 m3. Interval hii l:esar sekali, dib.~n-
dingkan dengan 1 kubus setiap 5 m3 menuru.t PBI U70. Akibatnja ~-alah,
bah"tora di Nederfa.nd ada ridko2 (consumer's risk, cdnsum'=nte::: risikJ)
jang harus diperhitungkan . Untuk memperhitungka n ~isiko ini maka di-
dalam VB 72 ditetapkan kcefisienoeba n y
: s
= 1,89.(didalam

fBI: v"
's
1,50). Djelas kiranja bahHa y = 1,30 di Nederla~1d adalah senu, se-
. 8 --
perti djuga diuraikan oleh Kreij g-2r dalam Ref. 2. Dengan memperhi tung-
kan consumer's.risk sebesar maksimal 20%, maka koefisien kearoanan j~~g
sesunggubnja adalah sebesar 1,53 untuk K 125, 1,51 untuk K 175 da.n 1,4.9
untuk I~ 225 (lihat Tabel 3 Ref. 2), djadi kira2 sesuai denge~ CEB-FTP
dan denga,n PBI kita. Disamping consumer's risk., djuga ada produce::' s
risk (producenten risico), dan ini di .Nederland diperhi~1.l.r.-::_-::. . a~l sebe-
sar 1,4%.
Dengan consumer's risk sebesar 20% dan producer's risk se~esar ~
l
I "1
9 t~lo,

maka berdasarkan teori dari Stange, setiap nilai rnta2 da.:d n


kubus harus memenuhi :

> cr' + 1,52 s . . . . . . . . . . . . . . . . . . . c (a)


.bk r

jang mendjadi dasar. bagi p~nj,1sunan Shewhart Crynt!-'ol Cha:rt. Zebagai


p~rbandingan, men~rut PBI 1970, setiap nilai rata2 dari n = b,. kubus
harus memenuhi :

> + 0,82 G ""-('>"~-.~ (b)


r
- lC ~

Disamping it1.1 djumlah benda udji jang sudah boleh dianggap besar,
se:1ingga berlaku' rumu~ CJ~ra = CJ~k + 1,64 s, adalah N 30 (menurut
PBI 1970 : N 20).

:Jjika disimpulkan, maka untung/rugi dari ketentuan PBI i970


dibanding..Uz1 dengan ketentuan VB 72 adalah sbb.

- ~euntun~n PBI 1970 :


1~ y =1,50, sehingga dinensi konstruksi di Indonesia lebih
s
ekonomis dari pada di l~e:lerland, dimana y 1,80.
s
2. n = 4 dan N = 20, sehingga evaiuasi mutu beton lebih
tjepat daripada di 1-!ederland, dimana n = S_dan t1 30

3. Sjarat PBI menurut ruwus (b) unt~~ penggunaan Shewhart


Control Chart adalah djauh lebih ringan dari pada sja~at
VB 1972 menurut ru!lDls (a).

- kerugian PBI 1970 :

1. Interval pengambilan benda udji menurut PBI (setiap 5 m3)


a4alah lebih ketjil daripada di Nederland (setiap 30m3 ),
tetapi risiko konsumen dapat ditekan sampai - O, sehingga
dapat dipertanggung dja~rabkan y = 1,5.
s

Hengenai sjarat dalam PBI 1970, penurunannja telah !cami urai-


kan dalam P.ef. 3 (halaman 37), jaitu sederhana berdasarkan :.central
limit theorem:;. Berhubung interval pengarnbilan benda udji adalah
tj:.1kup k.etj i l (setiap 5- m3 be ton), maka dipe:ckirakan bah~1a consumer's
risl~ maupun producer's risks dapat ditekan sampai - 0. Satu hal
j~ng mungkin masih dapat diper.soalkan, ialah apakah <!i4 = 5 r tju-

kl,lp bidjaksana. Seperti diketahui, q. 4 llarus ditetapkan sedemik~an


"J 1.
rupa hingga terl)enuhi q. 4 .!! < 0,5 -+ o. "flengan N = 20 dan n = 4
1 n
make. q.1. 4 10% kiranja masih !llem.enuhi. Kami mengusulkan q. 4 .,. 5%
. 1
i tu berhubung d.a1am proposed Unified B.S. r.ode (Ref. 4) :ij uga diam-
bil qi 4 = 5%. Apabila misalnja kita ambil qi 4 10%, maka sjarat ni-
lai rata2 dari 4 kubus ber-turut2 mendjadi

-
- o:' + s
bk r
.............................. (c)
- 11 --

::').Ja~1ci:L~:, 1.~an dengan rumus (b) menu:rut nas.ka'1 rn-I 1970 jang sek.arang,
:'!lal:a rtl!:luc (c) menang le:;i:l l:.erat:_~ tetar:>i barangkali lebil-. ::'lendei':ati
ru::lUG (e) menurut VB 72. ?'.a~i ~:enu!.al:an hal diatas hukan un.tuk .!llernen-
ta:l!~<li.":. ke!:'.bali pasal 4.7 aj<:t (2; :- teta:d hanja sekedar se~:agai bahan2
perLa~c.L~gan sadj a. :1alah ka:ni Dengusuu:an untuk tldak merubah keten-
tua~1~ ;:.1-~:1genai ,emeri~:saan :1utu ~.:-;ton jang sudah ditetar:>kan dalam nas-
ka:1 :: :~:: :an?ai sekarang, berclaa;rl:an pertil!lbangan2 sbb.
1. D"Etuk Indonesia, dimana ke&.~:li.an pelaksana2 adal~h sanzat ~1ete-
. ., ..:1 1 r.
rogen~ mal':.a ~nterval pengar:1::.::._an b end a udJ. ~. Jang
ketJ...L , a~..~a-a, .
.. t . . ' 1 ,_ . . k
c~Jus eru sesua~ ... a am s~.... ..:ao::. .:ang se arang t t
erus 7rang ::~ a ..
l ' t

ti:ial~ da?at meLlperkirakan :.ere.:_:c. consucer 's ris 1< jang dr.?at diha-
:rapb:n di Indonesia (~atj a : d5.daerah2), a.,abila ki ta "b.-~ncal: neng
zun~kan intcrv.al jang bef1zr se~erti .di !1~derland.

2. Pe:::.::';a-:1!:- Han ~end a udj i dengc:1: :i.nterval jan~ l:c tj i1 tel".l: fl.i. ter il!la
:jula -ii.--negara2 lain. Ji Inggria rnisalnja, 1 benda u:lj i carus di
z.:si'.JH setia!_J 25 nix: dengan coi.:.crete nixer 200 1 jan~ lazim dipa~
l:ai .:~alam pral:tek di In~onesie~ ketentuan ~iatas berarti 1 i:enda
udji setia~ 5m3, djadi sama seperti nenurut PBI 1~7'). :uga di
d. ,_ . = 5~',,
~
~nggr1s 1pa~a1 ~i 4 sehingga ki ta. tida!::. usa~ ragu2 soal ini.

1. :,eng~m nenekan consuner's ri~~: oanpai se-l~etjil2nja (m.:.:ndekati nol)


~eng;;m djalan ~enetapkan :.ate:rva1 pengambilan benda U(lj1 jang ke-
tjil, ~ita dapat mempcrta~~~~~eu_y 5 = 1,5, sehingga kite dapnt mern-
::,a~;,gun dengan lebih ekonomis.

1. O.ltl!erp Voorsc::riften :Ce~on VB 1972, jeel L~ Gemeen-


sc:1apoelijk GeC.aelte";, Cement XXIII, Nr. 3a~ <aart
1971.
2. Kreijger, P.C. ~ ,:outrole druksterkte van ~:.;eton vol3en
OutHerp VB 1)72::, ,~eHent ~XIII, ar. 1, ~1aart 1971.
1. r.JiratT!lan u., Sujud ::.r-. : "Evaluasi setfara 8tatisti'::
1:\asi12 pemeri:~sn::m '~qteguhan dati kTmlifil:.~si. 1-:::oton,sc-
hul:-ungan deng_2:n :::I 1~7'Y', Publ. LP' ~.
4. Teychenne, : ::Soecification of concrete~

Structural !!:n::i.:1eer~ 1963, Vol 4~ (5).


- 12 -

Penjimpanan benda
,:
udji.
I~ dapat menjetudjui usul Ir. Rachmat Purwono untuk m~nan
bahka.n pada pasa1.4.;9 ajat (4), bahwa tempat penjimpanan benda udji
herus roempunjai suhu j ang sama denga.n suhu udara luar.

Pe~bandingan keteguhan ber-bagai2 benda udji.

Kami lebih tjenderung untuk tetap mempertaharkan perbandinr,an


antara keteguhan silinder 15 x 30 em dan keteguhan kubus 15 en sebe-
sar 0,33, karena memberikan ordinat stressblock jang sederhana pada
~ ., 1, jaitu :

- pada pembebanan tetap

a'eyl
= =
1,2 xt,4

- pada pembebanan sementara

0,83 a.',
=
l:hC
= ,... 6 a,_.
J'
l
IJK
1 X 1,4

I<ami mempunjai dugaan, bahNa baik da1an VB 7'2 m~u:run dalam


DIU 1045 jang baru, angka perbandingan 0,8 P:1al?.!'! h::tsi1. ;>erol:-,!l~t.'J:l,
karena tidak dihubungkan dengao. ord.inat stressblock Sei:Je:-t:'_ diat<:>.s.
Sumber2 lain, a.l. Chambaud (Ref. 5), memberikan angka per'bandingan
0,83 djuga.
Perlu kami kemukakan, bahwa kita tidak perlu menetapkan suatu
a~gka perbandingan jang sangat tepat, sebab ketepatan jang tinggi
toeh &can hapus.1agi oleh kesalaban2 dalam mesin pengudji. Kreijger
(Ref. 2) melaporkan, bah~:ra menurut penelitian Rtsch di Djerman, me-
sin2 tekan di Dje~n rata2 ~empunjai kesalahan 4% (koefisien 'ari-
asi sehingga 0,80 dan 0,83 terletak didalar1 range kesalahc:::1/.
l~%),

ini. Se1andjutnja Kreijger djuga melaporl:an, bal.wa di Inggris di-


- 13 -

ketecukan kesalahan jang lebih besar lagi. Fakta ini telah tjUkup
mengedjutkan, karena tanpa disadari selama ber-taQun2 orang telah
menilai mutu beton dengan kesalahan jang tjukup besar. Mengenai mu-
tu dari mesin2 tekan di Nederland, de.ri pene:r.aan insidentil menu-.
rut Kreijger terdapat situasi jang sama seperti di Inggris. Bagaima-
na sekarang di Indonesia? Kami kira pasti tidak akan lebih baik :tea-
daannja dari pada di Eropa.

Mengingat ha12 jang ltami. kemukakan cHatas~ kiran.ja o,Terall


safety tidak akan banjak terpengaruhi, apabila kita tetap memperta-
hankan angka perbandi.ngan 0,83.

:tteference : 5. Chambaud, R. : 11 Le calcul du beton arme ala rcpture 11 ,


Eyrolles, Paris 1967.

Modulus elastisitas beton Ebo

Untuk perhitungan rangkak, seperti di.m2klumi kita teleh me-


mutuskan untuk tetap menggunakan rumus2 dari CIB 196S, karens. ~tu
didalam pasal 10.9 ajat (2) sebagai rumus mod1lus elastis:~tas u!l.tu~
perhitungan rangkakitu konsekuen ditjantumkan rumus CEB 1966 (R.L2.2.2):

dimaua abm,h adalah keteguhan tekan beton rata2 (kubus 15 em) sesudah
beton benumuw h hari.

Karena kita tidak mengikuti rumus2 rangkak jang baru menurtJ;~

CEB-FIP 1970, maka menurut hemat kani Ebo tersebut diatas tidbk per-
lu kiranja kita kurangi dengan 10% (sesua:i. CE13-FIF 1~70) ' sepe.rti jang
. diusulkan oleh Ir. Rachmat Pur~;rono.
PENOJ!LASAN DAN PEMBAHASAN KE-V! l

o I e h

tr. Wtratman Wangsadlnata

5 Aprl I 1971
- 1

PElfDJELASAN l~~Et~I PERUBAHAN NASKAH PBI 1970.

Oleh :
Ir.Wir~tman Wangsadina ta,

Bab 1 - Sjarat2 Umum

1. 2, Izin pelaksanaan ; perhitungan dan gambar2 .


Ajat (1). Sama seperti nosl~ah asli, h~nja istilah ~~Penguasa
. .
Bangunan" diganti dengan :1l'engawas Biuigunan", sesuai dengan
. . .. .
istilah jang resmi dipekai oleh banjak Dinas PU Kodya atau
t~bupaten (libat djuga pendjelasan ajat 4).
Ajat (4) . Pada umu11111j.a setiap Dinas .PU setempat (tingkat Kodya
mnupun Kabupaten) mempunjai unsur jong berfungsi sebagai Peng~
was Bangunan, jaitu sebagei wa~~san dari djaman kolonial dahu-
lu (bouwpoliti e dengan rooimeeste r-nja, dll.). Akan tetapi,ada
pula Dinas2 PU jang tid~k mempunjaiuja. Hal ini disebabkan oleh
belum adanja penegas~n dari Pemerinta~ (undang2~ mengenai sia-
pa jang ditundjuk sebagai Pengusa Bangunau dan sehubungan de-
ngan itu Pengawas Bangunon. Selama belum ade penegasan ini,maka
kalimat terachir dar~ ajat (4) dapat mengatasi ke-raguan2 tentang
siapa jang dimaksudkan dengan "Pengawas Bangunan" . .itu, jaitu se-
tiap instansi jang mengesahkan atau menjetudjui atau mensjaratka n
panggunaan FBI 1970 ini.

1.3. Pengawasan.

Ajat (2). Ajat ini adalah baru,, jaitu untuk menampun3 usul
dari Ir. P.uslim dalain ~Jorkshop Beton, agar kewadjiban2 dari Pe-
ngawas Ahli djuga ditentukan. Hak dan kewadjibanPengawas Ahli,
tidak dapat kiranja diperintji didalam

suatu peroturan 'beton. '!:Ial ini .selajaknja diperintji didalam


sjarat2 pelaksanaan atau kontrak pelaksanaan . Dalam ajet (2)
ini ditetapkan, bahwa delau hal adanja suatu penjimpangan,
... 2 -

Pengawas Ahii di.wact.)ibt-..an tintuk menjata~i& 8&ttjara tertulis.


Setjara tidak labgaub.M hal ibi berarti; balwa apabila ia ~idak mela-
. ' I
kukannja, maka ia dianggap telah la1ai dalam 1 ~ndjaiankan tugasnja.
I, I
l~iengenai tanggung djawab atas ekibat2nja, bal itH akali dl.k.emukakan
dalam pendjelasan perubahan pasal 1.4.
Ajat (3). Redaksinja sama dengan ajat (2) naskah asii~

1.4. Tiarc perhitungan dan/atau pelaksanaan jang menjimpang.


(djudul dalam naskah'asli : "Tjara perhitungan. atau pelaksanaan
chusus").
~1engenni pasal ini didalum Workshop Beton terdjadi diskusi jang
pandjang, sehubungan dengan tanggapan dari Ir. E. Padmakoesoema
dan Ir. J .II. Simandjuntak.
H,asolahnja berkisar seltitar tanggung djawab dal'am hal adanja tja-
ra.perhitungan dan/atau tjar~ pelaksanaan jang menjimpang dari
PBI 1970. Dalrun hal ini oiapa jang harus bertanggung dja~Tab; npa-
!teh hanja perentjana, ateu~:ah bersama dengan peleksana, ataukah
6juga Pengawas Bangunan dan Pengawas Ahli turut bertanggung dja
web ? Seorang perentjane
.
jnng akan menjimpang,
.
pada umumnja diha-
ruskan membuktikan dulu den8an perhitungan dan/atau pertjobaan2
bahwa konstruksi jang dnaailkan adalah tjukup aman. Penga"7as Ba-
ngunan/Pengawas Ahli barunkan memberikan izin untuk p~jimpangan
iri setelah mampelndjari/meneliti pembuktian ab. Walaupun ke.mudian
dikatakan, bahwa perentjana bertanggung djawab pcnuh atas segala
akibat penjimpangan tsb., namun tetap kurang fair, karena dengan
oemberikan izin pe~impangan (setel~h mempeladjari pecbuktiannjn)
Pengawas Bangunan/Pengawas Ahli sedikit banjak telah turut ber-
tanggung djawab. Selandjutnja, pelaksana sendiri jang berdasar~an
pertimbangan2 jang mesak telah mengambil keputusan untuk.membera-
ni!tan diri mclnksanakan penjimpangan itu selajaknja dapat dian!-
gap telah turut bertanggung djal'Tab djuga.
lieugenai t:Jasalah ini tidat tertjapni konsensu$ dala.m Uorkshop Be-
ton dan memeug kami kiro masalah ini tidak dapat diselesnikan
dalam forum workshop~ sclejaknja masalnh ini dibahas dalam forum
janglebih luas.
- 3 -

Agar da1am PBI 1970 tetap ada ketentuah mengenai penjimpangan,


maka 2 ajat baru dari pasa1 1~4 ini untuk seme~tara

kiranja dapat diterima. Ajat (1) menentukan penjimpahgan


atas tanggung djawab sendfri dengan redaksi jang hampir sama dengan
pasal 54 PBI 1955. Walaupun isi dnr'i ajat ini, seperti telah kami
kemukal(an, ada1ah aanvechtbaar (contestable), namun untuk sementara
. ' ' ...
kiranja dapat diterima. Ajat '(2). kami pandang perlu untuk ditjantum-
kan jcitu sebag.:li lega1isasi jang 1ebih konkrit. dari penjimpangan2
menuzut ajat (1), apabila pag2laman ber-kali2 ~en~ndjuk!tan bahwa pe-
njimpa.ngan tersebut dapat''dipertanggu~g dj.iwabkan. iiaksudnja adalah
untuk menampung masa pei'thihan, sebelum penjimpangan itu diresmikan
sebagai pasal baru didalam PBI. Demikianlah misalnja pada tahun2 per-
t~ setelah lahirnja prestressed cqncrete atau ultimate strength
design, ha12 tsb. belur. diatur didalam peraturan beton jang re~l!lit te-
tapi dibeberapa negara telah disusun ketentuan2 jang dirumuskan oleh
suatu panitia ahli, sehingga sedikit banjak ada pegangan. Sebelum
ketentuan2 ini m(mdjadi }Jagic:n dari peraturan beton jang resmi, keten-
tuan2 tsb. dinjatakan meopunjai kekuatan jang sank~ seperti peraturan
betdii'i.'tu. Bagi kita di Indonesin selaoa belum ada undang2 mengenai
Pen.guaaa Bangunan/Pengawas Ba.ngunan, menang setjara teoretis setiap
Pengm1aa Bangunan (dari tingkatan Kal:>ttpaten pun) r,pnt mem9entuk Pa-
nitin l.:.hli itu. Akan tetapi setjnra praktisr.~ a hal ini tidak akml.
terdjadi. Kalaupun ada suatu Panitia Ahli jar:.g Jiber..tuk, maka hal ini
akan terdjadi di-kota2 besar sekitar pusat2 ~e~guruan tinggi teknik sa-
cija. Dalan hal ini t~dak mustahil kiranja, bahl-m sebelum mendjadi ba-
gian dari PB't, akan a.ia perunusen2 oleh Panitia2 A'!lli tentang beton
prat~l"..an,
beton pratjetak, betor.. ringan, dll., jang belum ditjakup
oleh PBI 1970 ini. Adanja 'l)eru~usanii{Jami ki=a tidak akan mengurangi
- . . --,
wibawa dari PBI, seperti dichawatirkan oleh Ir. J.H. Simandjuntak da-
lam t-Jorkshop Beton.
~ 4 -

Bab 2 - ;...efinisi.

2.1. Umum.

Pasal ini memuat definisi dari beberapa istilah atau pengertia n


jeng umw:1 jang sering digunakan dalaa Peraturan ini. i.>iaksudnja
adalah untuk mempermudan pemakai, apabil~ ia ingin mengetah ui
sesU3tu istilah umum, dalam hal adanja ke-tagu2a n. Tentu sadja
pasal ini dapat diperluas lagi atau malah dipersingk~t. Sampai
seberapa djauh isi pasal ini menurut naskah jang ada dapat me-
menuhi tudjuann ja, kami mo~on pandangan2.

Ba.b 3 ~ Bahan

3.1. Pemeriksa an bahan2.


l-...jat (1). Isinja sm.ta seperti pada naskah asli, hanja istilah
"Penguasa BangunanH digcnti dengan "Peng~~ras Bangunan11 (sesuai
dengan perubahan pasal 1.2) dan redaksinj a dise~purnakan, sesuai
dengan pnndangan Ir. Hct!li.d Shahab dalam llorkshop Beton.Be bera-
pc pendcpet dalam l-Iorkshop Beton menghcmdt.!.ki agar :'Pengawas Ba-
ngunan" diganti dengan ;:Pengawas Ahli 11 ~1enurut ~cmat kani aal
ini kurang tepat.
~isini djusteru suatu instansi jang lebih tinggi dari Pengawas

li1li (Direksi ) harus dib~ri wewenang untuk memerinta hkan dia-


dckannja suatu pemeri~saan, apabi1a untuk keselamri tan umum ter-
depat ke-ragu2a n.

Ajat (2). Sama. seperti nasltah asli, hanja istilah 11 Penguasa


Bc.ngunan" diganti dengan ;:Pcngawas Bangunan11

3.2. S e m e n.
Ajat (2). Sa~a seperti naskah asli, hanja istilah 11portland-
puzolan'; diganti dcngnn 11 portland -tras", dan permintaa.n pertim-
bcngan2 dari suatu le~bagn perneriksa an bahan2 sekcr~ng tidak
dirindjurk en, tetapi diharuska n, sesuai dengnn pandangan Ir.E.
Padnakoesoeo.:1 dalam Workshop Beton. Walaupun pengertia n 1'tras"
ad~lah lebih sempit de..ri pada 11!)uzolan , akan tetapi untuk se-
11

aentara dianggap lebih bidjaksan a untuk menggunakan istilah


- 5 -

"tras" bagi kita di Indonesia, mengingat pertjobaan2 dengan


bahan2 puzolan jang lain daripada tras, praktis belum dilakukan
di Indonesia.
Ajat (3). Sama seperti nnsknh asli, hanja istilah 1:puzolan"
diganti derigan ntrasn.

Ajat (4). Sesuai dengan basil pembahasan rlalam Workshop Beton,


penentuan tjampuran beton dengan ukuran berat sekarang disjarat-
kan untuk mutu K 225 keatas, seclangkan cnt.uk mutu B1 dan K 175
penentuan tsb. dapat dilakukan dengan ukuran volume.

3.3. Agregat halus (pasir).


Ajat (3). Baik didalam GBV 1962 maupun didalam GBV 1972 j.a.d.
kadar lumpur maksimum didalam pasir ditetapkan 1%. Untuk Indo-
nesia sjarat ini adalah terlalu berat, karena pasir2 Indonesia
pada umurnnja mempunjai kadar lumpur jang tinggi. Karena itu da-
lam ajat (3) ditetapkan kadar maks. tsb. selesar 5%, sesuai de-
ngan jang telah diputuskan dalam Seminar ke-II Tertib Pe~bangu
nan. Definisi lumpur jang tertjantum dalam ~jat (3) ini adalah
menurut NEN 2560 (Re,1~2 pasal 3.5).
Kalicat "diluar tempat P.elaksanaan" dihapus dari kalimat tera-
chir naskah asli.

Ajat (4). Sama seperti naskah asli, hanja pada pasir jang ti-
dak memenuhi pertjobaan Harna, sjaratnja untuk masih dapat di-
~akai adalah tertj~painja keteguhan tekan adukan sebesar !5%
dari keteguhan adukan dengan agregat jang Sat!la, tetapi jang sudah
ditjutji. Hal ini adalah sesuai dengan basil pembahasan dalam
Workshop Beton.

Ajat (5). Setelah dalam t1orkshop Beton diputuskan bahwa. kita


selajaknja harus menudju kearah penggunaan ajakan2 ISO, maka
sjarat2 susunan butir dari pasir dapat ditetapkan deng~n lebih
djelas. Sjarat2 jang tertjantuo dalam ajat (5) diambil sama se-
perti Qenurut GBV 1972 j.a.d. (Ref. 1,2 p&sal 3.5).
3.4. Asregat l'asar (kerikil dan batu petjah).

Ajat (2). Sarna .seperti naskah asli. hanja djumlah butir2 jang
pipih dipertegas, jaitu l'jBks. 20% berat, sesuai dengan usul
Ir. Hamid Shahab dalam Hor~:.shop Bet.on.

~at (3). Sarna seperti naskah asli, hanja ditacbah definisi


dnri lut!~pur dan dihapus kalimat ndiluar tenpa't pelak:Janaan"
dari kaline.t terachir.

fjat (6). Seperti pada pasir, dengan keputusan kite untuk


:"L<=ngguu<~knn ajakan2 IGO, ma::a sjarat susunan butir cgregat
kc.sar dapat ditett-tpkan dengan lebih djelas. Sjarat jang ter-
tje.ntum dal~m ajat (6) dicmbil sama sepcrti''menurut GBV 1972
j .a.d. Clef. 1,2 pasal 3.5).

3.5. Agregat tjampuran (agrez~t ~alus dan kasar).


~) .....
- c..:.a"'\.L
a~;
ini adalah baru, se~:tubungan dengan keputusan Workshop Beton
untuk mcnggunskan ajakan2 ?.SO.
I '
"~1 ct (1)
.... Dalac njat ir:.i ditentukan ukuran2 lubang ajakan ISO.
F~ngingQt di Indonesi.n untuk sementara masih akan dipakfli aja-
:kcn2 lain :nenut:'ut standard2 j:.:mg lat!la, maka .pcnggunaa:.l ajakan2
ini selaj aknj a musi:~ cliisi~.:.kan, a sal diam.bil dengan ukuran2 1u-
bang jang oendekati ul~ui:.:m 1ubang ajakan ISO.

Ajat (2). va1am ajat ini ditetapkan dacrah2 susunan butir (grad-
ing zones) jang harus dipenubi o1eh agregat tjampuran pnda pembua-
te.n mutu be:ton K 175 dan I': 225. :Daerah2 susunan butir tsb. telah
diambil d<:ri DIN 1045 jang baru (2ef. 3) tanpa dirubah lagi.
Xnmi tidak mengambilnja dari GBV 1972 j.a.d.(Re.2), berhubung
di r-!ederland--!,)un dae:r.a~2 susunan butir telah diambil dari DIN
1045 jang baru itu, teta;::.;i dengan perubahan2. sedildt jnng kmni
titiak ketahui. c.lasan2njc. Scbenarnja didalam DIN 10!}5 itu masih
ada satu daerah uusunnn butir lagi, jaitu pada diameter egregat
mcks. 63,0 mm. Karena buti:!;2 agrcgat menurut pasal 3.4 cjat (c-)
horus melalui njakan 31~5 r.!I!l seluruhnja, maka daerah susunan bu-
tir tsb. dd~k tlitjantum..!wn.
- 7 -

Selandjutnja dapat kami beritahukan, bahwa didalam GBV 1972


ja.d. untuk masing2 daereh susunan butir ditetap}tan
.. .. djumlah
pemakaian semen minimum, pcda pembuatan suatu mutu beton ter-
tentu dengan suatu nilai slump tertentu (Ref. 1,2). Ketentuan
1ni tidak kami tjantuLlkn.n~ i:>erhubung mungkin akan bertentangan
detigan Tabel 4. 3. 4 dan T~bel 4. 4. i dari bab 4, dan ki ta telah
memutuskan bahwa tjrumpuren beto~ harus merupakan tjampuran
jeng dii"entjanakan (desig~ed mix), dimana djumlah peca!taian
semen diserahkan pada kea~1lian pelaksana masing2. i':Jamun demi-
kian, ada hal jang meneri~ jang dapat kita peroleh da.ri kete~

tuan djualah semen mini~u~ itu, jaitu bahwa dengan mengusaha-


kan pemindahan garis susul'l:l:l butir dar.i daerah (2) kedc.erah
(3) kita dapat rnenghemat semen sebanjak 25 kg/m3 beton.
Eal ini kami tjantumkan sebagai tjatatan dari ajat.. (2) ~ni.

Ajat (3). Pelaksanaan beton Kelas III hanja dilaltl:lkan ol~h_. ,P~.
laksana2 jarig benar2 ahli, sehingga selajaknja kepada oorek.a .
. . '
cii'!jerikan kebebasan jang lebih luas dalam nemilih susunan bu-
tir. Karena itu grading zones jang ditentukan dalam ajat (2)
disini hanja berupa andjura~.

Reference : 1. Ri.tonga, S.11. : "Saran perubahan nask.ah PBI


1970 mengenai hal agregat", Bandung ~8;2-~97.1.

2. Smit, D.H.E.: "De toeslagnaterialen in de


nieuweu betonvoorschriften", Cement Xia (1969)
Nr. 12.
l. "DIN 1045 (E~twurf H~rz 1968)",
~ton ~-?~lender 1969, II Teil,
. .
':.. ::
Ernt ~ Sol:o, ~969.

3.6,.,Air (naskah asli pasal 3.5)

. Ajat (2). Ajat ini adalah baru dan ditj.antumkan sehu.bangan dengan
pandangan Ir. J.H. Simandjuntak dalam Workshop Beton. Berhubung
pemeriksaan air dilaboratorium tidak senantiasa mungkin (di-daerah2
terpentjil), maka hal ini tidak diharuskan tetapi diandjurkan.
Ajat (3). Isinja sama seperti ajat (2) naskah asli.
Ajat (4). Sama seperti ajat (3) naskah asli, hanja ditambahkan bah-
l-Ta penentuan djumlah air harus dilakukan se-tepat2nj a. Usul Ir.
Suharto dalam Workshop Beton agar penentuan ~jumlah air dilakukan
n-
cengan alnt otomntis dienggap merupakan sjarat jang terlalu berat.

3.7. Bedja tulnngnn (naakah asli pasa1 3.6)


Ajat (3). Didalam ajat ini dcfinisi dari batang jang diprofi1kan
di!Jertegns, sehubungan dei.lgan pandangan Ir. Hamid Shahab dalam
Horkshop Beton. Batt1ng2 jcng dipuntir atau dengan permuka.an jang
berusuk djnrang ntau ber-lekuk2 sebenarnja mempunjai daj4 lekat
jang 1ebih beser daripado batang poles. akan tetapi tidak dapat
dirumuskan setjnr:1 umuiil. Bcrhubung dehgan itu, da1am !1al tidak
adanja keterangan2 j~ng mejakinkan (d~ti pabriknja atau dari la-
boratorium pemcriksaan ), bntang2 tersebut selajakrljo lwrUs diang-
gap sebagni bntang poloo.
Ajnt (5). Diameter kawat pcngikat 1 me sekarang ditetapkan seba-
g~i minimum.

Ajat (6). Ajat ini adnl~~ baru dan diambi1 dari bagiart pertaca
a.jat (3) pasa1 8.10. Mal!.sudnja ia1a~t agar dida1ttm pesal 3.7 jang
uenjangkut badje tulangan, audah ~idefinisikan ape jang dimaksud
dengan berkas tulangan.

3.~. Penjimpangan bah1n2 (noskah asli pasnl 3.3)


. .
.Ajat .(1). ~tildm \~orkshop BGton t!nibul diskusi jang pandjang me-
ng~rlai sjar~t2 jang barbs dipenuHi dleh gudang te~pat menjim-
i,

9nu semen, knterth rednksi dari aj~t <i> naskah nsii dianggap ku-
rcng baik.
Sidang tidak berhasil mendopntkan perumusan jang konkrit, karena
itu diusulkan untuk tid~!; mensjaratka n gudangnja, tet~pi mensjarat~
li:an sac;lja agar ada djamir~an bahl-78 semen tidak akan rusak atau ter-
tjampur dengan bahan lain~ seperti menurut redaksi baru ajat ini.
j~t (3). Same s~perti nes~ah as1i, hanja redaksi disempurnakan.

Ljat (4). Sa~~ seperti noskah asli, henja redaksi diGempurnakatt.


PENOJELASAN DAN PBMBAHASAN KE-VItl

o I e .h

lr. Wlratman Wangsadinata

21 Mei 197 I
- 1 -

PENDJELASAN MBUGE.NAI PERUBAHAN NASKAH ?BI. 1970

oleh
Ir. Wiratman Wangsadinata

Bab~5- Tjetakan, atjuan, tulangan dari pipa2 jang akan


tertanam da1am beton.

5.1. Tjetakan dan atjuan.

Ajat (1). Bagian teraehir adalah tambahan dari ajat as1i, untuk menam-
pung usul dari Ir.S.M.Ritonga da1am Workshop Beton, agar pada beton mu-
tu tinggi ditekankan agar bahan tjetakan tidak menjerap sebagian dari
air beton sehingga dapat mempengaruhi ni1ai faktor air semen.

A}at (4). Sama dengan naskah asli, hanja reda~si disempurnakan, jaitu
ditegaskan bahwa jang dimaksudkan dengan atjuan disini adalah atjuan
dari kaju.

5.2. Lantai kerdja.


Ajat (1). Tjampuran nominal sekarang dinje.takan da1am perbandingan vo
lume, supaje seragam dengan pensjaratan tjampuran dalam pasa12 lain
(misalnja pasa1 4.3 njat 2). Se1andjutnja sehubungan dengan pandangan
Ir. Hamid Shahab dalam Workshop Beton, bahwa da1am praktek tjampuran2
lain (tanpa kerikil) dan dengan tebal kurang dari 5 em terbukti dapat
memenuhi sjarat, maka pada ajat ini ditambahkan ketentuan hahwa bo1eh
menjimpang dari tebal min~um 5 em dan tjampuran nominal 1 : 3 : 5,
asal disetudjui o1eh Pengawas Ah1i.

5.3. Pembengkokan tulangan.


Ajat (6). Redaksi naskah as1i kurang djelas. Berhubung .dengan itu,re-
daksinja sekarang dirubah (dengan isi sama), sehingga diharapke.n se-
karang mendjadi djelas.

5.7. Pemasangan pipa2 jang akan tertanam didalmn beton .


Ajat (1). Redaksi naskah asli disederhanakan sedjalan dengan jang di-
usulkan oleh Ir. Hamid Shahab dalam Workshop Beton.
- 2 -

Aj at (2) . Di.dalam Workshop Beton Ir. Hamid Shahab menanj ~kan apakah
sub aj at e, d dan k I!'.engena i tj arn pengerdj a an pip a dan sambungannj <"'
perlu ditjantunk.~np tOOtigingat hal itu biasanja sudah ditentuk<m dalan
bestek? Menurut pendapat kami, sebaikrtja sub aj2t2 tersebut tetap di
tjantumkan; sebab apabila pembuat bestek l2lai mentjantumknn ketentu~~2

tsb., maka PBI otomatis nvanampungnja. Perlu kaoi beritahukan bah'tm


ketentuarl2 r.engenai pipa jang berisi tja1ran, gas atau uap ini telah
diambil dari ACI-Code jang baru.

5.8. Pembongkaran tjetakan dan atjua~.

Ajat (1). Ajat ini telah didiskusikan tjukup pandjang dalao Workshop
Beton, sehubungan dengan pandangan2 dari Ir.Hamid Shahab dan IrJ.H.
Simandjuntak. Disatu pihak diingirikan agar pe~bongkaran atjuan djangan
dilakukan terlalu tjepat, dilain pihak ketentuan nengenai saat pebbong~
karan atjuanini djangan. terlalu kaku. Berhubung dengan itu, naka dnlan
reclaks~ baru dari ajat ini titik berat diletakke.n pada penentuan saat
pecbongkaran atjuan berdasarkan hasi12 peneriksaan bcnda2 udji nenurut
pasal. 4. 7 aj at (5). Apabila perhitungan oenundj ukkan baht-a pad a unur
tertentu dari beton, konstruksi jang b~rsangkutan sudah tjukup kuat
~nikul berat sendiri dan nuatan pelaksanaanj~ng ada, rnaka penbong-
karan dapat diizinkan. Apabila untukmenen:tukan sae.t penb9ngkaran atjuan
tidak dibuat benda2 udji seperti ditentukan daian pasal 4.7 ajat (5),
caka 3 Binggu ditetapkan sebagai unur beton oininun, setelah nana atju-
an boleh dibongker. Na~un demikian, apabila ada djaninan bahwa setelah
atjuan dibongkar Muatan jang bekerdja paca konstruksi jang bersangkut~

an tidak akan r:1elar:~paui 50% dari muatan rentjnna total, penbongkaran


atjuan boleh dilakukan setelah beton berun~r 2 uinggu. K~tentuan ini
kiranja tjukup aQBn~ uengingat ocnurut Tabel 4.1.4 (ajat 4.1'.) pada
urnur 2 ninggu beton sudah mentjapai 887. dari keteguhannja pada umur 28
hari. Dari Tabel 4.1.4 itu djuga terlihat~ bahwa pada ucur 3 hari, ke-
tegut.an beton baru mentjapai 40% dari keteguhannja pada 28 hari, se-
hingga mengizinkan nenbongkar tjetakan samping dari balok, kolon dan
dinding pada ur:rur beton jang kurang dati 3 hari (seperti diusulkan
oleh Ir.Hanid Shahab), kiranja tidak tepat.
- 3 -

Ajat {2). Sama deq.gan naskah asli,hanja redaksi.d~sempurnakan.


Kalimat terachir dari naskah as1i dihapuskan, kerena aekarang sudah
tertjakup o1eb ajat (1).

Bab. 6 - Pengadukan, pengangkutan, pengetjoran, pemadatan


dan perawatan beton.
6.1. Persiapan

Ajat (1). lsi dari ajat ini sekarang merupaken gabungan dari isi pa-
sa1 6.1 ajat (1) naskah as1i dan pasa1 6.5 ajat (1) naskah as1i, se-
hingga ketentuan2 mengenai persiapan sekarang lebih baik, karena di-
tjakup dalam satu ajat. Djuga ketentuan2-nja disempurnakan sesuai de-
ngan basil diskusi da1am Workshop Beton. Sehubungan dengan pandangan
Ir. llamid Shahab dalam Workshop Beton, kami kira tidak akan ada salah
interpretasi, bahwa bidang2 beton lace jang terlalu litjin harus di-
kasarkan dulu. apabi1a harus berhubungan erat dengan beton baru.

Ajat (2). Sama seperti naskah asli, hanja redaksi disempumakan.

Ajat (3). Ajat ini dihapus, karena sudab tertjakup dalam ajat (1).

6.2. Pengadukan.

Ajat (1). Sama seperti naskah as1i, hanja sjarat harus adanja alat2
pengukur air pada mesin pengaduk sekarang ditetapkan untuk pembuatan
beton kelas III, sesuai dengan basil diskusi dalam Workshop Beton.
Sjarat harus adanja alat pengukur air demikien pada pembuatan beton
Kelas II dianggap terlalu berat, sedangkan jeng terpenting seberiarnja
bukan alatnja, tetapi pengawasan jang efektif terhadap pengadul:an itu.

AJat (2). Ljat ini adalah baru untuk nenampung usul Ir. Hamid Shahab
dalam Workshop Beton, agar segi pengawesan pengadukan lebih ditondjol-
kan daripada segi l!latnja. Dikemukakan, bahwe walaupun alat pengukur
djumlah air bekerdja dengan tepat, tetapi apabila pemberian air ini
tidak disesuaikan dengan kondisi agregatnja, maka alat itu tidak banjak
manfaatnja. Djadi, jan$ lebih penting ialah peng~tl,:>.sar. '::-"'.~~e ~:-:,:tvr air
semen jang diinginken benar2 tertjapai dan ini dilakuka..& 4engcn oeme-
riksa slumpnja.
- 4 -

Ajat (3). Sarna seperti ajat (2) na,skab asli; henja redaksi diseinpurna-
kan sesuai dengan usul Ir.Hamid Shahab dalat!t Workshop Beton.

Ajat (4). Sarna seperti ajat (3) naskah asli, henja ditanbahkan bagian
terachirdari pasa1 6.4 ajat (1) dan ditegaskan bahwa adukan harus di-
singkirkan apabile tidB:k memenuhi sjarat minimnl, sesuai dengan usu1
Ir.Hamid Shaheb da1am Uorkshop Beton.

6.3. Pengangkutan.
Ajat (2). Dalam \-!Orkshop Beton telah diadakim diskusi pandjang sekitar
penggunaan t.alang fliring. Disatu pihak larangan sama sekali penggunaan
talang miring seperti menurut naskah asli dianggap tidak tepat karena
didalarn praktek kebiasaan ini sudah terlalu mendarah-dagirtg, .dilain
pihak penggunaa11 tala.ng miring harus dibatasi ~ karena bagaimanapun
halnja tjara ini nenjebabkan pemisahan antare S?esi mortel dan agregat
kasar. Dengen demikian perlu ditetapkan ryembatasan2
- . satlpai dimana peng-
gunaan talang niring ini dapat diizinkan. !vorkshop Deton ddak berba~
sil merucuskan pembatasan2 jang konkrit, saperti mengenai pandjang mak-
'
s'inum, maksitiun dll. Uemng oembatasan ini sukat dirumuskan
kemiri~gan
~~rena -
setjara umum/a.l. bergantung pada kekentalan dan peruntukan beton je.ng
bersangkutan. Berhubung dengan itu, dida1am naske..h jang baru ini dipu-
tuskan antuk mengizinkan penggunaan ta1ang miring diserahken kepada
judgement Pengawas Ahli, sete1ah ia mempeladjari situasi dan kondisi
setempat.

6.4. Pengetjoran dan pecadatan.

Ajat (1). Sarna dengan naskah asli, hanja 2 ka1ioat terachir dihapus,
. .
karena mengenai ke1antjaran pengetjoran sudah tertjakup dalam pasal
6.3 ajat (2) den p~njingkiran adukan jang st,1cah nengeras .sebagian atau
jang tertjal!l!?ur dengan bahan2 asing sudah tertj akup dalac pasal 6. 2
ajat (4).

Ajat (2). Redaksi naskah as1i dirubah sedjalan dengan usu1 Ir.Hamid
Shahab da1am Workshop Beton.

Ajat (3). Sage dengan naskah as1i, dengan tasbahan bahwa diandjurkan
untuk senantiasamenggunaka n a1at2 penggate.r~ sedjalan dengan pandangan
Ir.Hamid Shahnb dalam Workshop Beton.
- 5 -

Ajat (4). H~~ja a~~ peruhahan dalam sub ajat c dan e. Dalam sub ajat
c, djarum ?enggetat sekerang harus diusahakan tidak rnengenni tulangan
(dalam nask~.h csli dilarang mcngenai tul:?.ng~n) s mengingat dalam prak'"
tek sangat sulit untuk tidak ~njentuh tulangan tsb. (pandangan Ir.P~mid
Sh,1.hab dalam r'7orkshop Beton). Dalam sub ajat e sekt>.rang didjelaskan
bahwa mengkilc.~nja aduken sekitnr djarum disebabkan karena air scnen
mulai memisa~kan diri dari agrcgatnja (taribahan dari Ir.Hamic Shahab
dalam tJorkshop 3eton), sedangkan sub 'ajat s C.ih,!'.puskan dan digabung-
kan dengan sub ajct e ini.

6.5. Siar pelaksanaan.

Ajat (1). Dalam naskah baru dari ajat ini sekarang hanja ditetapkan
sjarat dari tempat siar pelaksa~aan, dimana otoritas dari Pengawas
Ahli djuga disinggung, sesuai dengan saran deri Ir.Hamid Shahab dalam
Workshop B~ton.
Sebagian besar dari isi naskah asli dihapus, karena
sudah tertjakup dalam pasal 6.1 ajat (1).

Ajat (3). S.mna seperti naskah asli, hanja redaksi disempurnakan. Dalam
t-lorks~op Beton Ir.J.H.;Simandjuntak mengusulkan agar pada lantai2 siar

pelaksanaan di.temp~tkan pada ! ! 1/5 bentangnja (ditempat momen sama


dengan no1) 9 jang msnurut hemat kami kuran.<J tepet, sebab suatu siar
pelaksanaan adalah tempat jang lemah terhadap transfer gaja melintang,
tetapi relatif tidak mengurangi kapasitas momen ditempat itu.

6.6. Perawatan.
Ajat (1). l1angenei ajat ini telah diadakan diskusi jang pandjang lebar
dalam Works~op Beton. Achirnja ,diperoleh kata sepakat, bahwa 2 minggu
harus dianggap sebegai djangka waktu minimum untuk mernbasahi beton se-
sudah pengetjoran selesai. Selandjutnja, diangg~p perlu djuga mensja-
ratkan setjara imperatif pelat2 atap direndem s2lama paling sedikit 2
minggu sesudah selesai pengetjoran sesuai dengan jang diusulkan oleh
Ir. Sudarto.
Walaupun pelat2 atap pada umumnja tetap akan botjor, biarpun telah
direndam (bila tidak memakai water proofing) akan tetapi perendaman ini
dapat banjak mengurangi rengat2 susut. sehingga nanfaatnja thd. keke-
dapan njata ada.
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE - IX

o I e g

lr.Wlratman Wangsadinata

25 Djunl 1971
- 1 -

PENDJELASAN HENCE&-\!. PK'lUBAEAU NASKAH PBI -1970.

Oleh :
Ir.Wiratr:ta.n Wangsadinata

Bab 7 - Penutup beton

1.1.
. -. Didalam .pasal ini
Umum
ditetapka~; sjarat2 jang harus dipenuhi oleh
penutup beton dan pelindung tulangan setjara umum. lsinja sama
~eperti pada naskah asli, hanja susunannja dirubah. ~agian ter-

achir dari ajat (1) dan seluruh ajat (3) naskah asli sekarang
dipi.ndahkan kepasal 7.2, ka.rena ketentuan tsb. berhubungan de~
ngan -~~eadaan keliling. Ajat (2) naskah asli dipindahkan kepasal
3.7 ajat (6),karena keterangan2 mengenai berkas tulangan memang
seharusnja ditampung dalam pasal 3.7. Ketentnan mengenai keharu-
san memasang djaring tulangan pada penutup beton jang lebih te-
bal dari 5 em, dari pasal 7.2 dan 7.3 naskah asli sekarang di-
pi!\dal'J<an kesatu pasal jaitu pa[;al, 7.1 ajat (5), karena ketentu:-
an tsb. bersifat umum.

7 .2. Penutup beton berhubung dengan I~eedaan keliling.


Ketentuan2 mengenai penutu? beton dalam naskah asli (jang
tela.h c!iambil dari ACI-Code jcng baru), oleh Horl~shop Beton di-
anggep terlalu berat. Didalam nns!c~h j nng b.?.ru ini ketentuen2
mengenai P.enutup beton jang berhubungan dengan keedaan keliling
disusun kembali, Q.imana diambil l::etentuan2 dari a.l. GBJ 1962
dan 2ekomendasi CEB.

7.3. Penutup beton dan ukuran konstruksi berhubung dengan ketahanan


dalamkebakaran.
Horkshop Beton menganggap. 9erlu agar Panitia Pembaharuan
PSI merdndj"au kembali naskah asli dari pasnl ini, setelah mem~
peladjeri lebih banjak data, chususnja CUR Rapport No. 13 (I'.ef. 2).
- 2 .

Didalam ajat (1) ditetapkanv _bah~Ta dalam prinsipnja semua kons-


truksi. beton berttilang harus mempunjai ketahanan dalam kebakaran se-
suai dengan .jang disjaratl A1 untuk kelas konstruksi itu. Kelas kons-
t~i selajaknja ditetapkan oleh Pengawas Bangunan setempat;sesua i
dengan policy jang didjalankan setempat. Hal ini kami anggap perlu
ditjantumke.ns karena sampai- sekarang Pengawas2 Bangunan pada umumnja
kurang mernperhatikan soal ini. Setelah kelas konstruksi ditetapkanp
maka den~an sendirinja sjarat2 ketahenan dalam kebakaran sudah ter~
tentu. Sjarat2 ini dapat ditentul.::.e.n sendiri oleh Pengal-Tas Bangune.n
setempatp atau dapat djuga ditundjuk kepada_Peratur an Bangunan Nasio-
nal (Ref. 1).
?arlu ditjatat, bah~apada saat ini Peraturan Bangunan Nasionsl be~
lum resmi berlaku, dan menurut pendapat kami naskah_jang sekarang rna-
sib perlu disempurnakan.
Ket.'lhanan dalam kebakaran terut$1ril2. ditentukan oleh 1 faktor, ja-
itu tebal penutup beton, dimensi dari bagian konstruksi dan tempera--
tur ditul<mga:t pokok (tem. kritis).
Ketiga faktor ini telah diselidiki dalam pertjobaan2 dilaboratorium
(Ref 2,. 3p l)) dan diarnati dalam kebekaran2 jang sesungguhnja (?.ef. 5).
Pertjobaan2 ini sulit dan mahals sehingga pada saat ini belUm banjak
tersedia dete. untuk sudah dapat disusun suatu tjara perhitungan umum
mengenai ketahanan dalam kebakare~ ini. Salah satu kesulitan ialah
memperhitungkan perbedaan antara karakteristik pembakaran sesungguhnja
_jang terdjadi dalam suatu kebakaran dan dalam pertjobaan (Ref. 5). Se-
landjutnja, tjara2 pertjobaan deuesa ini b~lum seragam, sehingga sulit
..
mengada~~u studi komparatif. Demikianlah di Nederland rnisalnja sebagai

beban udji pada pertjobaan diambil beban kerdja, sedangkan di lnggris


sebaga.i beban udji diambil 1~ kali bcban kerdja, djadi berupa beban ba-
tas. nerdaGarkan beban2 udji ini di 83derland diketemukan temperatur
kritis 450C:~ sedangkan di Inggris tzntunja lebih rendah jaitu 400C,
(Ref 2,3,4). Hetlgingat kemungkinan k~bakaran pada beban batas adalah
sangat ketjil, maka men urut pen~Rpat kami pertjobaan di Nederlan. ada-
lah jang lebih tepat, sehingga dalam ajat (2) ditjantumkan tem,eratur
kritis l;50C. Ajat (3) diambil C.::.ri 8P 115 (:;tef. 4) berdasarken !_)er-
tjobaan2 di Inggris. Djelas kiranja, 0ahwa dikernudian hari ajat ini
- 3-

harus did?sarkan pada hasi12 pertjobaan di Indonesia sendiri d~ngan


bah..m2 tahal! api dan plesteran jang lebih ~azim dipa}ai di Indonesia.
rlamun de!dki~n, ajat (3) jang sekareng sediki-t banj;ik . dapat memberi
gambaran mengenai efek dari lapis2 pelindung.

'3erhubung belum dapat ditjantumkan rumus2 umurn. untuk memperhi-


tungkan tebal penutup bet:on terhadap lr..etahanari dalani kebakaran~ maka
sebagai pansgantinja perlu diberi!~n sedikit pegaugan atau petundjuk.
Didalam Porl:s?:.op Beton, Ii-. Rach:nat Purwono mengusulkan untuk meng~
bil sadja t"e1:-:.omendasi jang dimuat dalam CUR Rappor't No. 13 (~ef. 2).
Perlu kar.1i Jj elaskan, ba!lwa CUR :?.apport No. 13 han'ja memiiat rekonen-
dasi me!lgenni balok2 sadj a dan tidak ada mengeuai i~mta~, dinding
dan kolom.
Sebaliknja., 4idalam CP 11~ dimuat 1e~gk.ap ketentuan2 mengenai lantai,
balok, dinding dan kolom. Den_gan membandingkan nilai2 teb.al penutup
. .. . I .
. beton balok japg diberikan oleh CU?. dan oleh CP 114, maka terlihnt bah-
~11a ketent~an. Cu"R. lebih berat dan nainpal:nja ter1alu berlehihan. Ur.tuk
balok induk (misalnja ukuran 35 x 60), jang untuk konstruksi kelas I
menurut Peraturan Bangunan J:hu~ional pasaf !.312 ha~us mempunjai kcta-
hanan da1am kebakaran 3 -djam, :.i1~ilt!.rut CUR harus mempunjai perut~p be-
ton setebal a em, sedangkan menu::-ut :-:!P 114 tjukup 5 co (2 in). Perlu
didjelasken bahwa CP 114 tidak mentjantuakan pengaruh dari dimensi
balok, ja11c; berarti bahwa ketentuan2 tsb. hanja .ber1aku Ui.ltuk dimensi2
balok jang lazim dalarn -praktek sadja (l1.l3.S. perte"ilpang 1000- 2000 cm2).
Untuk ba1ok jang sangat besar atau eangat ketj i1 ldranja tidal~ '!:1erla-
ku lagi~

Berhubu:1g ketentuan2 dalam CP lll~ 1ebih praktis dan lebih l~~g

kap dari pacla dalam CUR, maka seluruh !.:etentuan CP 114 dioper dalam
ajat (4) naskah baru ini.
Dalam hd ini, kita tidak perlu terlalu mengusahakan angka~ jang sa-
ngat teliti didalam ajat (4) ini, sebab dje1as ditegaskan balma angka2
tsb. hanjadimaksudkan sebagai p~tun,fjuk s~dja untuk nemperkirakan ke-
tahanan O.almn kebakaran.
Sua.tu studi mengenai nasa1&l k~bakaran pada bangunan industri
dapat di~ct9n.."ltlkan dalam Ref. 6.
- 4 -

Reference 1. Peraturan Bangunan Neaional, Direktorat Djenderal


Tjipta Karya Dep. PUT, Edisi 1966.
2. CUR Rapport No. 13 : 11 Brandproeven op v.oorgespannen
betonliggers", Commissie vooruitvoering van research,
Amsterdam, Aug. 1~63.
3. Scott, W.L.; Glanville, Sir W.; Thomas, F .G. : ~;Ex~
planatory handbook on the B.S. Code of Practice for
~einforced .Concre~e (CP 114) ", Appendix A - 11Fire
resistance of reinforced concrete", Con.:r.; Publ. Ltd.,
~ndon, 1969,
4. Walley; E.; Bate,s.c.c. : 11 A guide to the B.S. Code
of Practtce for Prestre~;sed ~oncrete ( CP 115) ';
Section. III, Part E ':Fire resistance~=, Concr .Publ.
Ltd., London, 1966.
5. Lindblad, A. ; Pettersson, 0. ; Schmidt, B.; Odeen, K.:
"Fire in Warehouse no. 6 in the free po.rt of Stockholn11 ,
International Civil Engineer rlo.7 July 1967.
6. lunirudin, 11. S. ~ "Haselah kebakaran pada bangunan in-
dustri", Publ. LPHB, Sept. 1970,

Bab 3 - Tulangan.

3.1. u il u 1!1.

Pasal ini tidak ada dalan nas~ah asli dan perlu kirenja di~
adakan untuk ~enegaskan bahwa ket~ntuan2 lain rnengenai tulang3u jang
ditentukan c:!a1am bab dan bagian ~aindari.Peraturl'!n ini djuga hares
dipcnuhi, :~sagan demikian da?at di~indarkan adanja kesan, bahwn ke-

tentuan~ ~ngertai tulangan hanj5 t8rbntas dalam bah 8 sadja.

8. 2. F'..ai t d.c:u bengkokan.


l:Jaske.h asli pasal 8.1; tidak diruba~.

8.3. Sjarat2 pcnjaluran tegangan (naskah asli pasal 8.2)


I

Seperti diketahui, de~gan berkembangnja teori kekuatan


batas, maka konsef,!si penjalure.n tagangan melalui tegangan le-
knt (flexural bond stress) lambet laun telah terdesak oleh
- 5 ~

konsapsi pandjang penjaluran, Bel ini terdjadi karena tegangan


lekat ha:1ja mentjerminkan penjaluran tegangan oleh b~.tang lu-
rus jnng ti:!rtanam didalam beton sadja, sedangkan penjaluran te~

gengan jang efektif ~leh kait2 tidak tcrtjakup. Demikianlah,


dide.laD ACI:.:.Code jang baru (Ref 1, 2) dan da.lamSAA (Standard
Association of Australia) Code jang baru (Ref, 3) kita tidak
nendjur:zpai lagi istilah tegangan lekat. Ketjuali itu, delrasa
ini teleh diketahui, baht-7a setelah terdj adinj a reta.k2 diagonal
a.kiba.t eeser sekitar tumpuar.?., terdjadilah redi.stribusi tegangan2
jang efeknja ekivalen dengan pergeseran dari bidang oonen. Se~

tjara teoretis dan eksperimentil hal ini ditundjukkan untuk per-


taoe ka.li oleh Dilger (Ref. 4). Deoikianlah, didalam ACI~ode

ja~g ba.ru (Ref. 1, 2) dan DIH 1045 jang baru (Ref. 5) serta dg-
lam rekomendasi CEB ~ pasal 4.2.33 (Ref. 6), pergeseran bidang
nor..1e11 ini (jang perlu diperhitungkan sehubungan dengan penjalu~

ran tegangan) ditetapkan. Prinsi~ penjaluran tegangan serta per-


geserau bidang momen seperti disebut diatas diatur dalam pasa.l
3.3 ini, jang naskah aslinja. diamoil dari rentjana ACI-code jang
baru (::-.ef. 1). Dengan adanja c!iscussions, editorial corrections
dan proposed amendmEmts dari rentjana ACI-Code ini (Ref. 2) dan
sebagai hasil pembahasan dalam 'Jorkshop Beton, rnaka pasal 2.3
sekarang telah disempurnakan.

Prinsip penjaluran tege.:.1gm: r!itet:ap!o:.an c~.ala.m ajat (1) ,se-


dangkan pergeseran bidang momen c:.::.tetapkan c.?.lan aja~~ Pe-
nl'.mpar!g2 kritis untuk penjaluran tegangan dit.etapknn d3lam ajat
(3) t. jaitu di-titik2 momen meksimum dan d:;.-titik2 dilapangan
dimana. tulangan jang berdawpingan di!1entikan atau rlibcngko!~kan.

Jang terachir ini diperintji lebih landjut dalam ajat (4). Tula-
ngan tarik lentur jang berhubungan dengan djalannja bidang ~omen

dapat dihentikan, diandjurkan untuk didjangk:1r dengan membe::lgkok-


kannja melintasi badan kepermultaan.jang berhadapan (jaitu kGdae-
rah tel:.an), jang mana ditetapkan dalam ajat (5). Apabila terpak-
sa c!ltE..u kare.na alasan2 praktis tulangan lentrlr dihentikan didae-
rah tarik, maka harus dipEmuhi sje.rat2 jang ditetapkan dalam a-
jat (6). Adanja sjarat2 ini harus diinterpretasikan sebagai suatu
- 6 -

usaha untuk menghalangi praktek2 penghentian tulangan lentur


didaerah. tarik.
bjat (7) dipindahkan dari pasal 8.10 naskah asli, jaitu
bagian terachir dari ajat (3). Alasa~ja ialah bahwa ketentuan
inf tidak tepat ditjantumkan didalam pasal 8.10 karena menjang-
kut aegi penjaluran tegangan, karena itu selajaknja ditjantum-
kan dalam pasal 8.3.

:~cfere~1.ce : 1. ACI ~
"Proposed \.evision of ACI 318-63 Building .
Code Requirements for Reinforced Concrete (be-
rikut Explanation of :tevision), b.CI Journal, Febr.
1970.

2. ACI : "Discussion, editorial corrections ancl pro-


posed amendments of Proposed Revision of ACI 318-
63", ACI Journal~ Sept. 1970.

3. SAA : "Draft Addition to As CA2 - 1963, SA?~ Code


for Concrete in Building, . Section 15 - Reinfor-
cement 11 , Dec. 1486P 1 Dec. 1969.

4. Dilger, w. :
"Veranderlichkeit der Biege - und
Schubsteifig!::ait bei Stahlbetontrag'",Jerken und ihr
Einflusz auf Sc:i.::.:ittkraftverteilun g und Traglast
bei statisc~ unbcstimmter Lagerung", Deutscher
Ausschuss fur Sta~lbeton, Heft 179, Ernst & S.l966.
5. DIN 1045 (Ernt'irur Marz 1968) 11 , Be ton Kalender
11

1969, II. Teil; Ernst & s. 1969.

6. CEB : "Praktischc richtlijnen voor de berekening


en uitvoering van: gewapend betonconstructies 11 ,
2~ dr., Betonvereniging Okt. 1967.

8.4. Tulangan momen positif (naskah asli pasal 8.3).


)

Dari hasi12 pertjobaan ternjata, bahwa agar terdapat penjalu--


ran jang baik dari tegangan tarik akibat momen positif, sebagian
dari tulangan momen positif itu i.1arus diteruskan sampai l'.e-tumpuan2
bebas atau melampaui titik balik kedalam daerah tekan.
- 7 ~

Hal ini ditetapkan dalam ajat (1).

Lpabila suatu bagian konstrJksi merupakan suatu bagian da-


ri sis tim pemikul be1:>an2 horisontal (angin a tau ge~.a~, maka .
beraubung ara~ beban2 tsb. ad~lah bolak-balik, tulangan momen
positif jang diteruskan sampai ketumpuan. tadi akan berfungsi se-
bagai tulangan.tarik terhada? momen tucpuan jang.berbalik tanda,
. . .
l~aren.a itu harus didjangkar dengan baik melalui pendjang penjaluran.

!Iai ini ditetapkan dalam ajat (2). Konsekwensi dari ajat (2) ini
ialah, bahwa penampang2 balok diutumpuan2nja jang menerus senan-
tiesa harus diberi tulangan rangkap untuk me~ikul momen tUl!lpuan
negatif dengan tulangan tekan minimum sebesar seperempat dari
tulan~an momen lapangan. F~l ini ditjantumkan dalam nasl~h asli,
tetapi sekarang dihapus. Dengan demikian, perentjana sekarang ti-
d&< ctitlak terikat untuk me~perhitungkan adanja sedjumlah tulang-~

an tekan tertentu pada pendimensian pcnampang ditumpuan2 &tibat


mome!J. tumpuan negatif. Bahuasanja tulangan tekan tsb. selajaknja
diper~itungkan adalah djelas, cleoi efisiehsi penggunaan tulaugan,
cl:en tetapi hal ini merupakan kebidjaksanaan perentjana, sehingga
oernaug lebih baik tidak ditj~ntunL~n dalac peraturan. Bahwasax;ja
pen~m~aug balok portal ditumpuatlitja harus direntjanakan terhadap
IllOIDB!l jnng bolak-balik tandanja sebagai akibat dari ge!!l?a ditetap-
1-:.an l.agi setjara imperatif dalan pasal 20.3 ajat (3).

l:.j at (3) memberi pembatasen diameter tulangan sehubungan de-


ngan t~gangan geser cemandj ang j ar1g besar akibat !'erubaha.n j ang
tjepat rlalarn tegangan didal~ tulangan momen po_sitif pada tumpu~

an bel:es dan pada titik balik. Dalam peraturan2 jang lama pernca-
tasan i~i ditetapkan celalui peubatasan tegangan lekat (flerJral
bond stress), diman~ djumlah keliling batang2 tulangan harus se-
demi.kian rupa, hingga tegangcn lekat tersebut tidak melampaui te-
gangau lekat jang diidjinksn. Sel:arang pcmbatasan diameter tulang-
an ini dinjatakan sebagai fungsi dari pandjang penjalure.n. Penuru-
nam.:j a adalah sbb. : Apabila berdasarkan tulangan I!lomen posi tif
jang diteruskan k~tumpuan2, penampang pada tumpuan bebas r.2npunjai
kckuatan batas 11 sedangkan gaja melintang batas maksimua akibat
u
beban batas
. adalah Qu , maka l:.eadaan ini dapat dianggap ekivalen
dengan adanja suatu beban batas terpusat disekitar tumpuan de-
L.gan shear span Hu/Qu (Lih.:':'.ef. 1 pendjelasan ps. 8.3).
Pada permulaan shear. SJ'an inilah (dlm.Gambar 1 : titik C),

J. B

"
' i
'''- T~
I
I

---------,
l
Gambar 1
Penurunan sjarat pandjs.ng penjaluran
pada tumpuan bebao.

tulangan harus mampu mengerahl~an tegangan tarik lelehnja. Pal


ini !1anja mung1dn apabila dia..:.:ater tulangan adalah terbatas se-
dem.H:ian rupa hingga pandj ang penj a luran Ld diukur dari pemu~
laan 3hear span (titik C) keareh tumpuan tidak melam,aui shear
span itu ditambah dengan pandjang penanaman dan/ atau pandjang
penjaluran ekivalen kait2 jang ada dibelakang tumpuan itu (La).
~e~gan tjara jang sama dapat diterangkan sjarat pandjang penja-
luran pada titik2 balik. Mengenai alasan untuk nembatasi L sam-
a
pai h atau 12 d pada titik2 balil:, ACI mecheri keterangan sb~.
p
(lih. ::..ef. 1 pendj elasan ps. S. 3) ~

(1). Pada umumnja tulangan momen positif diteruskan me~

lalui titik balik (rnalah diharuskan oleh ps .J.4


ajat 1), sehingga ajat (3) tidak akan berarti apabila
dari pandjang penenaman jang ada dibelakang titik balik
tidak ada sesuatu pembatasan.
... 9 -

(2). Tidak tersedia hesi12 pertjoba~n jang memperlihatkan


kelakuan suatu djarak pendek d:alam mana. t:erdjadi pe-:
njaluran teg~ngan jang aktif dalam kombinasi de!lgan
suatu pendjangkaran achir jang kuat sekali (dibelakang
titik balik:).

8.5. Tulangan momen negatif (naske.h asli t)asal 8.4).

Ajat (1). Sama seperti nasltah asli, hanja redaksi disempur-


ru!kan.
Ajat (2) adalah sebenarnja pelengkap dari pasal 3.3 ajat
(2).
Ajat (3) naskah asli dihapuskan karena sudah tertjak.tt? .
oleh pasal 20.3 ajat (2).

8.6, Panclja.ng penjaluran tulangan tariY (naskah asli pasal 8.5).

~umus2 untuk menghit~ng pandjang


. .
penjaluran:didapat
,.
. .
dari .

pertjobt-.an2. Del!likianla.h, k:i.ta r!l~~g~na~ berbagai rumus2 empi-


ris, a.l. dalam_ ACI-Code jang l)eru (~ef. 1 pendjelasan ps. ~.3)

dan dalar::t SM-code jang baru (~ef.3 pendjelasan ps. 8.3). ACI
Code henja memberikan rumus7.. untuk batang jang diprofilkan, ka-
ren.s
. .
di Amerika
.
8erikat batang2 ?Olos sude.h. tid~k. dipakai.. l,agi.,
.. ,

sedangk.a?l SAA-Code memat run:rus2 taik untuk batang polos maupun


untuk batang jang diprofilkan. Dengen mernpe~adjari rumus2 ter~

achir ini maka ternjata bahwa pandjang penj~luran untuk batang


polos adalah 2 kali untuk bctang jang diprofilkan.

Seluruh pasal 8.6 ini diambil dari ACI~Code jang b~ru (Ref.
1 dan 2 pendjelasan ps. 8.3), dengan tjatatan bah~a untuk batang
polos pendjang penjaluran diambil dua kali.untuk batang jang di
prof i U:a:n.

lljat (1} adalah sama sepcrti naskah asli. Didalam ajat (2)
rumuo pandjang penjaluran untw~ batangjang diprofilkan didapat
dari rumus ACI jang dikonversiken kedalam satuanmetrik, k~audian
mengisikan f 1,15 a* dan f' a 0,83 ab'k. Didalarn naskah asli
y au c
- 10 -

I
ad~ sedikit kesalaharl dala~ transfornasi ini dan sekarang au-
dah dibetulkan.; Ruttus jang ditjanturnkan sekarang hanjauntuk dia-
meter (pengenal) s~ai dengnn 3S on~ sebab. diaoeter2 jang lebih
besar di Indonesia praktis tidal:-: dipakai. Sub ajat c naskah as1i
dihapus, karena sudah ditampucg oi~h ~~~-~1 3. i ajat (3). S21an-
djutnja sekarang dimuat Tabel 8~~.1 da~ 'or~bel 8.6;2 sebagai ke-
putusan dari Workshop Beton, jaitu untuk memudahkan penentuan pan-
djang penjaluran dalam praktek. Diameter2 batang jang ditjantum-
kan da.lam tabel2 ini adalah jang lazim diketeciukan dipasaran In-
donesia. Ajat (3) adalah same seperti naskah asli hanja reoaksi
disempurnakan.
Aj~t (4) sarna seperti naskah es1i hanja redaksi disempurnakan dan
dicdal:..::J...Tl perubahan rumus, s.e.su~i dengan perubahan di.4alam ACI-code
njo (~ef. 2 pendjelasan ps. 3.3).

8. 7. Pandja:J.g penj~luran tulangen teZ-.ar~ (~as~ah' ~sli _ps. 8 .6)


Susunan daripasa1 ini sekara~g diseragamkan dengan pasal 8.o
sebelumnja, sehingga ajat (1) redaksinja sarna seperti ajat {1:)
pasal
,.,
~.u.
,.

~umus jang ditjantumkan dalam ajat (2) didap.at dari- -rumus .ACI
untul~ batang jang diprofilk~n jang dikonversikan kedalam satuan ~etrik,
kemudian mengisikan f 1~15<1* dan f' o,83 crb'1. Didalam nas-
y au c = .:
kah asli ada sedikit kesalahen dalam transformasi irii, dan sekarang
sudo~ dibetulkan.

Analog dengan tulangan tarik, pandjang penjaluran dasar tulangan


tekcn batang polos ditetapkan .2 kali batang jang d.iprofilkan. Se-
landjutnja, sekarang dimuat Tabel 8.7.1 dan Tabel 8.7~2 sebagai
ke'l_:'utusan dari \vorkshop Beton, jeitu untuk eemu:dahkan penentuan
pandjang penjaluran dal~rn. pra!::.tek. Diameter2 batang jang ditjan-
tUL~:andalam tabel2 ini adalah jang lazim diketemukan dipasaran
.
Indonesia
.?_jat (3) mentjakup ajat (2) naskah asii dan sekarang ditu-
lis d~lrum bentuk seperti ej~t (3) dan (4) pasal 8.6. Ajat (3)
nasl~eh asli sekarang dihapus. kal!ena sudah tertjakup dale..m ajat (1).
- 11 -

3.8. Pandjang penjaluran ekivalen dari kait.

Sarnaseperti .naskah asli, hanja redaksi disempurnruten!


Perlu didjelaskan, bahwa rumus dalam ajat (1) didap~t dari
rumusau ACI jar.g dikonversikan kedalam satuan metrik, kemudian
mengisikan f = 1 15 a* dan ' = 0,83 crb'k dengan penjederhana-
y ' au c .
an pembatasan K. Menurut ACI, pembatasan k (setelah dikonvarsi-
kan) adalah sbb. ..
untuk batang ~ 36 dan <f> 43 K < 95
;I It
:P 57 K < S3
.. ~~
tengah <!> > 19 K < t43

?erhubung di Indonesia diameter batang tulangan jang lebih


besar dari 36 mm praktis ti~ek dipakai, maka pembatasan koeiisien
P: untuk semua diameter dan semua matjam tulangan disederhanakan
mendjadi K ~ 100.

8.9. Kombinasi penjaluran te~angan.

Sama seperti naskah asli, hanja kalimat ter:1chir dihapus


karena sebenarnja kalimat itu me~g~lang statement jang disebut
dalam k.a.limat ,pertama.

8.10.Pandjang penjaluran berkas tula!lg.~n.

Tidak dirubah.

8.11 Sambungan ~~langan - Umum.


Ajat (1) dan (2) tidak dirubah.
Ajat (3) naskah aali redaksin.ia di=ubah agar lebih nentjarv
minka>:1 maksud dari ajat ini. Apabils. batang2 jang disambung_ de-
naan sambungan lewatan jang tidak saling bersentuhan terlalu be-
s~r djeraknja satu sama lain, maka suatu daerah beton tidclc ocr-

tulang akan terdj idi. Hemaksa retak potensinl mengik1ti suatu ga-
ris zigzag dengan arab 1 : 5 dianggap sebagni tindakan pengame'.la'1.
jang minimal. Djarak ~ksimuc 15 em didapat dari hasil2 pertjobaan
- 12 -

(Ref. 1 pendjelasan ps. 8.3)


Ajat (4} dipindahkan dari pasa1 3.10 ajat (5) naskah as1i. Keten-
tuan dari ajat ini lebih tepat ditjantumkan. da1an pasa1 8.11 dari
pada dalam pasal 3.16 (Djarak antara batang tu1angan).

Ajat (5) djuga tidak ada da1arn naskah asli dan sifatnja hanja
andjura~. Dalam hubungan ini,~~stek2 dalam ko1o~e~~R~in harus
dibatasi.

3.12. Sambungan lewatan tu1angan tarik.


Ajat (1) sama seperti naska!J. asli dengan redaksi jang disem-
purna:..an. Pandjang 1ewat mininum didalam Tabel 8.12 naskah asli
(huruf d) sekarang dihapus~ !~cre~a tidak perlu mengingat pandjang
leuat url.nimurn akan otomatis meng"i!mti pandjang penjaluran mini-
mum menurut pasal 8.6 ajat ,il). Tabel 8.12.1. ini diambil dari
S!:..~:Code (Ref. 3 pendjelasan 1'1? S.3), dan dengan perant21.rae.n
td:el ini ber-sama2 dengan Tabel C. 7.1 atcu Tabel 8. 7.2 pandjang
le>!.!lt sambungan le":atan deng2n mudaJl dan tjepat dapat ditentukan.
Dengan demikian, keberatan2 jang dikemukakan dalao Workshop Beton
ter:-_aclap pen~ntuan pandjang le>:m.t menurut tjara baru ini (karena
dianggap terlalu sulit), kami kira sekarang dapat diatasi. Se-
lari.d.jutnja, bahwasanja pandjang L:"t-rat sambungan adalah lebih be-
sar dari peda pandjang penja1uran da~at mudah dioengerti, mengi-
ngat pcda 2 batang jang bersentul1an djumlah keliling batang jang
efektif tidak 2 kali keliling mesing2 batang.

Ajat (2) adalah ajat (/:.) naskah asli, hanja redaksi disem~

purnal-:.an~ sedangltan ajat (2) dan (3) naskah asli dihapua karena
sudc~_'!. tertjakup oleh ajat (1).

}_jat (3) adalah s~ma dengan ajat (5) naskah asli, deagan
tjetata~ bahwa ?ersjaratannja sekarang dipermudah, jaitu kira2
menurut ACI-Code (naskah asli menurut SAA-Code). Stek2 kolom
jang memikul tegangan taril~ terkena oleh ketentuan ajat ini.

.Ajat (4) tidak ada dalan naskah asli dan perlu kiranja
diaa~l~an untuk menat!lpung sambungan2 lewatan dari bagiJtr.Z !tons-
trul':si jang berfungsi 'sebagai betang tarik.
- 13 -

Ketentuan ajat "ini diambil dari ACI-Code (Ref. 1 pendjelasan


ps. 3.3}.

8.13 . Sa:nbungan lewatan tulangan te'kan


~ . ..1
Ajat (1) sama seperti naska~ asli dengan redaks1 jang disem-
purnakan dan sedikit peruba!1an. Tabe1 8.13.1 telah diambil dari
StlkCod.e (~ef. 3 pendjelasan ps. 3. 3). Pcmb~tasan pandj'"a:ngle't-7at
minimum sekarang
.
dihapus P karene otomatis t~rtai11Ptmg
. .
o1eh L_~ ~

minimum.
Ajat (2) :tiaskah aS1il.dihapus ~::.arena otomatia tertampung oleh k~
. tentuan n'ierigenai. Ld menurut pasa1 8.7. Ajat ~3) naskah asli di~
. .. ~

hapus (diambil dari SAA-Code), mengingat didalam


.
ACI-Ct;>de pemba- .
ta~en cljumlah sambungan.lerJatan disatu tempat djuga dihapus. Ala-
.. . ' . . ...
s.annj!l, ialah~ b$wa p~rtjob~an2 tida~ r.tenundj~:kan pengurangan
' i .
daja du.~ung Jilng berard. pada djumlah batang jang disaml:::ung jang
me1ebihi 2/j-nja.

A1at (2)adalah ajat (4) naskah asli dengan redakd jang di-
sempurnakan. Ajat (5). naskah as1i dihapufl'. ka.t:(;J.!.li" isinja merupa-:
kari." aaatiti :k.etentuan jang tidak perlu ditJa~tuml~CJ.n.
1

jat (3) acialah sama 'niaterinja dengan ajat (6) rt~skah asH?
,. . . .. .
hanj"a rec'laksinja dirubah sama sekali _agar lebih djelas. apa jang
dimaksud. Besarnja gaja dorong me1intarig jang haru.s diperhitung-
fl . . ....
kan pada t1t1k pembengkokan sekarang d1hapus, karena dalam prak-
tek gaja ini praktis tidak pernah diperhitungkan, maka dengan me-
nentukan sjarat minimum mengenai sengkang dan lilitan spirel~

~irenj~ gaja dorong melintang tersebut sudah dapat diatasi.

8.14. Sambungan lewatan b3tang tunggal didalam berkas tulangan.


Sama seperti naskah asli, hanja redaksi disempurnal'..en.

3.15. S~bungan las.

Tidak cl.irubah.
- 1/~ -

8.16. Djarak antara batang tu1angan (naskah asli pa$a1 8.10)

P~sal ini sekarang ditempatkan sesudah sambu~n2 tulangan


untuk menghapuskan diskontinuitas penguraian penjaluran2 tegangan
seperti da1am naskah as1i. Ba1am naskah jang baru, mulai dari pa-
sal 8.3 s/d pasa1 8.15 ada1ah kontinu menguraikan penjaluran te-
ge.ngan, tanpa terputus oleh ketentuan2 lain.

Ajat (1) sekarang diper1engkap dan rnentjakup djuga sebagian


dari ajat (4) naskah as1i dan sebagian dari ajat (2) pasal 9.6
-
neskah asli.

,~.j at(2) sekarang diperlengkap. dan rnentj akup _djuga sebaeian


dari ajat (4) naskah asli dan sebagian dari ajat (2) pasal i,6
nasl-.ah asli.

Ajat (3)sekarang hanja pendek, sebab sebagian besar jang


tertjantum da1am naskah asli sudah dipindahkan kepasal 3~7 ajat
(o)" dan kepasa1 8.3 ajat (7).

8.17. Tulangan geser.

Pasal ini didalam naskah asli adalah pasal 9.10, dan seka-
rang ditjantumkan dalam Bat; 8 ('l'ulangan) karena tempatnja disi-
ni l:iranja lebih tepat. Ajet2 pasal ini diambil dari ACI-Gode
dan sema seperti da1am aaskah asli, hanja redaksi disempurnakan.
Ketjuali itu ajat (6) naskan asli dihapus, karena tidak perlu.
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-X

o I e h :

lr. Wlratman Wangsadlnata

5 Dj u I i 1971
- 1 -

PENDJELASAN MENGENAI PERUBAHAN NASKAH PBI 1970


Oleh
lr. Wlratman Wangsadlnata.

Bab 9 - Bag Ian2 Kanstruks 1.'

9.1. P e I at

A,jat (1) lslnja sama sepertl naskah asll, hanja redaksl


dlsempurnakan/disederhanakan. Tebal pela't lantal mfnlmum sebesar
12 em dttentukan oleh ketahanan dalam kebakaran selarm~ klra2 2
dJam. Ketahanan dalam kebakaran Jnl dlanggap sebagal sjarat kea-
manan minimum menurut banjak peraturan2 beton Jang baru dlluar
negerf mlsalnja dalam SAA-Code jang baru. Ketjuall ltu, menurut
pengalaman dl Indonesia, tebal lantal kurang dart )2 em (mlsal-
nja 10 em) hamplr sena~tlasa bergetar blla dlbebanl. Hal fnl
mungktn dtsebabkan oleh ketjerobohan um.um pelaksana2 Indonesia
dalam memasang tulangan pelat jang tlpls, sehlngga terdjadl tlng-
gl manfaat (djarak antara tttlk berat tulangan dan tepl pelet
jang tertekan) jang menjlmpang banjak darlpada jang dlperhltung-.
kan. Sepert t . d l keta hu l, kesa Ia han ketJ II da Iam teba I pen.utup be-
tan relatlf mempunjal pengaruh besar terhadap kekuatan dan kek~
_kuan pelat. Maka dengan adanja sjarat tebal minimum pelat fan-
tal sebesar 12 em, sekallgus dapat dlhlndarkan pelat2 lantal Jeng
bergetar blla dlbebanl.
A.Jat (2) naskah baru adalah gabungan dart ajat2 (2),(4)
dan (8) naskah asJJ. Ketlga ajat tnt selajaknja dltjakup dalam
satu ajat sadja. Sjarat luas tulangan rrilnlmum 0,25% dtambll da-
rt GBV 1962 dan dtmaksudkan untuk menghtndarkan keruntuhan men-
dadak atau kepatahan getas (brittle fracture, brosse breuk,
sproder Bruch) pada overloading. Dldalam Wor~hop Beton, t_ulangan
..
minimum telah dlbahas tjukup pandjang. lr Rachmat Purwono meng-
hubungkan tulang~n minimum dengan regangan badja maksfmum. Seper-
tt dtmakluml, karena selah !nterpretasl dart rekomendasl CEB, dl-
dalam naskah asll pasal 14.1 ajat (3), regangan badja
- 2 -

0 .
dlbertasl sampal 10 /oo. Jang dlp~soalkan pada wak-tu ltu fafah,
apakah pembatasan regangan badja menentukan tulangan m~nJmllm 1
SelandJu+nJa epakah benar regangan badja harus-d!batasl, sebab
dengan membatasl regangan badja'.klta tldak senanttasa dapat meng-
'ftiftakan blok tegangan persegt e:dvalen (karena regangan beton
tldak selalu mentjapat regangan batas),sedangkan dalam ACI-code
dan CP 114 mlsalnja djelas dlsebut bahwa blok tegangan per~egt.
senantlasa dapat dlpakal. Sebal lknja, dldalam peraturan beto'n
dl Djerman jang baru (DIN 1045), regangan badja dlbatasl rendah
sekall, jalt~ hanja sampal 5 0 /oo. Berhubung data untuk dfskust
leblh landjut dldalam Workshop Beton sangat terbatas, maka mas~
lah lnl dlkemballkan kepada Panitla untuk dltelltl .leblh landjut.
Segera setelah Workshop Beton berachlr, kaml sendlrl me-
ngambll prakarsa menelltl. masalah dlatas. Kaml menurunkan rumus2
umum ~ntuk lentur dalam keadaan batas beroasarkan blok tegangan
beton jang:ses~ngguhnja, jaltu jang berupa parabola-garls Jurus
sebagal fungs~ dart regangan beton (sesual pasal 14.1 ajat 2).
dengan sembarangregangan badja. Tudjuan dart penelltlan ini ada-
lah: (l) menjusun suatu teorl jang Jeblh umum mengenal lentur
datam keadaan batas, (2) menelltl pengaruh reganga1 badja thd.
dj um I~h tu Iangan ( sehubungan dengan tu Iangan min Imum), ( 3 )... me-
njadj i kan tabe 12 untuk praktek jang ber.s I fat Ieb I h uMum; jang
mentjakup djuga penampang2 dengan tulangan tekan jang I~
bl~ kuat.darl pada tulangan t3rlk (masalah ini ttdak dapat df-

petjahkan dengan blok tegangan persegf). Setelah rumus2 dlturu~


kan, disusunlah suatu computer program dengan mana masalahnja
dlpetjahkan berdasarkan vartabel2 berikut : regangan baton (dl-
va~iasikan dari ketjil sampat .reganga11 batas),r~gangan badja

Cdlvarlaslkan dart sebelum meleleh ~ampal memasu_kl daerah strain


hardening), perbandingan tulangan tekan dan tu~angah tarlk o=
0, 0,2~ 0,4, 0,6, 0,8, 1,0, 1,25, 1,67 dan 2,50 dan 5 mutu badja
standar menuru"'' Tabel 3.7._1 dan Tebt;! 10.4.3. Djelas .kl.rc.!nja,ba~
wa masa.f.ah inf tidak MUngkln dapat dlpetJ?hkan tanpa computer~
Computer jang dlpakal ada!ah lEVI 1160 dari compuier cen.ter PUT
(terlma kasih at~s bantuan pema!<alan comp:uter ! ) . Hast 12 peneltian
- 3 -

tnt pada saat tulfsan fnl dftufts sedang dfpersfapkan untuk publt-
kasl, tetapt kamt" lngfn memberfkan keslmp1Jian2nja dlsfnl.
Keslmpulan2 lnt pentlng sekalf, karena memberl. gam-
baran jang lebfh djelas dart kelakuan balok pada keadaan batas dan
sekal tgus mendjawab masi:dah2 jang maslh pending dalam Work~hop Be-
ton. Kestmpulan2 tersebut adalah sbb. :
1. R~gangan badja praktfs tldakmempengaruhl djumlah tutangan jang
diperlukan untuk memlkul suatu momen batas tertentu, djadl p~n
dimenslan tulangan dapat d"f lakukan. berdasa~kan--regangan badja
d I daerah p last"l s Jang. sembarang. Ha I 1nr berartf pu Ia, bahwa
sebelum kita mendlmensl tulangan dart suatu penampang krltts,
kfta ttdak perlu menelltJ ter.leblh dahulu sendf plastfs.kebera-
pa penampang kritls lfu. Apakah sendf plastls t~u adalah jang
terachlr dfmana regangan badja baru sadja mentjapa'f perthulaan
regangan leleh, ataukah sendl plastls ttu adalah jang perta-
ma2 terdjadi sehingga regangan badja sudah sedemlkfan_ rupa be-
sarnja htngga kapasttas rotasl hampfr.,tertjapaf, untuk pendf-
mensiantulangan tldak mendjadt soal.
2. Pembatasan regangan badja, sepertl jang diusulkan oleh Rusch
(Ref. 1) dan Pucher (Ref.2) dan jang d I teta.pkan da I am peratu-
ran beton di Djerman DIN 1045:(Ref.3) dan df Austria Ononn B
.4200 (Ref. 2), dapat sadja dtadakan tetapf tfdak perlu. Dengan
tidak membatasl regangan badja, maka dfperoleh keuntungan bahwa
pendlmenslan tulangan senanttasa dapatdldasarkan pada keadaan,
. . 0
dfmana regangan beton mentjapaf
, regangan batas 3,5 /oo dengan.
regangan badja jang sembarang. Yal lni berartf pula, bahwa untuk
pendlmensian tulangan, blok tegangan persegl ekfvalen senantfasa
. .
dapat dlpakal, ketjuall pada tulangan tekan jang leblh kuat dart
pada tulangan tarik. lnllah sebabnja mengapa ACI-Gode, CP 114,
SAA-Code, dll., menentukan blok tegangan beton Jang persegf tan-
pa pembatasan regan~an badja. Daiam hal. fnl maslh perlu dltjatat,
bahwa walaupun regangan badja tfdak perlu dlbatasl, tetapl karena
pada saat lnl anatlsa konstruksf rriasfh akan sertng dllakukan de-
ngan teorf2 elastlsltas, sehlngga kapasftas. rotasf se"dl plastls
- 4 -

tfdak dlperfks~, rnaka suatu pembatasan regangan badja pada


pendhnenslan .+ulangaPl ~lranja bennon~3t djuga, agar dapat
dftjegah regangan bi!ldja jang .terlalu djauh memasukt daerah
s+ralnhardenlng. Mungkln lni lah sebabnja, mengapa d'ldalam
peraturan be ton jang baru d I Nader Iand VB 1972 (Ref. 4) rega-
. 0
ngan badja dlbatasl sampal 30 /oo.
3. ~~entjarl
..
hubungan antara pembatasan regangan badja dan tu-
Iangan minimum, sepertf dflakukan dalam Ref. 1 dan dlpersoal-
kan dalam Workshop Beton, ternjata adalah kellru. Ragangan
badja dalam keadaan batas senantfasa akan menjesuafkan dirt
dengan posts! sendl plastls dfdalam konstruKsl. Walaupun tu-
tangan dan tegangan badja pada beban kerdja dart 2 buah pe-:
nampang krftfs ftu tepat sama, tetapi regangan badja pada beban
batas pada umumnja tidak akan sama. Makin dahulu suatu penam-
pang krltls mendjadt suatu sendt plastts, akan maktn besar
regangan badjanja jang bersangkutan. Tulangan minimum se-mata2
harus dlhubungkan dengan momen retak (cracking moment, scheur-
moment, Rlszmoment). Sepertt diketahuf, pada waktu terdjadi r~
tak, tegangan dfdalam tulangan- mendadak menfngkat, karena be-
ton jang efektlf mendadak berkurang dart seluruh penanipang me~
djadl hanja bagian penampang jang qerada dalam tekanan. Apabt Ia
tulangan terlalu lemah atau momen retaknja terlalu rendah,maka
tegangan badja tersebut akan mentngkat setjara mendadak diatas
keteguhan tariknja. lnt Jah jang dlsebut keruntuhan mendadak atau
kepatahan getas {J that Ref. 5 halaman 153 s/d 157)

Reference : 1. Bouma, A.L. : "De waarschuwlng van de breuk blj op bul-


ging belaste eenzljdig gewapende, rechthoeklge beton
ba Iken," IBC Medede I I ngen ( Inst Ituut -r:. N.0. voor Bouw-
materialen en Constructtes), Jrg. 4, ~~.4; Okt. 1956.
2. Pucher, A. : Lehrbuch des Stahlbetonbaues 1' , Springer,
Wlen 1953.
3. "DIN 1045 Entwurf Marz 1968);', Beton Kalender 1969,
II. Tel I, Erust &. S. 1969.
- 5 -

4. Ontwerp Voorschrlften Beton VB t972.,Deel A, Gerneenschap-


pe I J J k. Gedee I te;', Cement XX f 11 ; Nf-, 3a, ~4aart 1911.
5. Sa If ger I R. : "Oer Stall~betonb8U 11 , Deutfcke~ wren 1949.

9,2. D I n d l n Q

A.Jat ( 1) naskah baru ada Iah gabungan dart ajat2 <1), ( 11)
dan (12) naskah aslt. Kettga ajat fnl selajaknja dislngkat da-
lam satu ajat sadja.
Ajat (2) naskah baru adalah gabungan antara baglan ter-
achfr ajat (1) naskah lama dan ajat (7) naskah lama, sehlngga
ketentuan2 jang menjangkut per.1asangan tulangan selajaknja se-
karang dtsingkat dalam satu ajat.
A.jat (3) naskah baru ada lah gabungan antara ajat2 (2),
(3) dan (5) naskah asll, jang ke-tlga2nja menjangkut tulangan mi-
nimum. Sjarat luas tulangan minimum sebesar 0,25% dlambf I dart
GBV 1962 dan sepertf pada pelat adalah untuk menghfndarl kerun-
tuhan mendadak (brittle-fractu re> pada overloading (llhatpen-
djelasan pasal 9.1 ajat 2).
A.Iat (4) adalah sama dengan ajat (6) naskah aslf, hanja
redaksl dfsempurnakan, jaltu dtseragamkan dengan ajat (3) pasal
9.1.
A,jat (5) adalah sama dengan ajat (4) naskah aslf, hanja
redal<sl dlsempurnakan.
Ajat (6) adalah sama dengan ajat (9) naskah asll. Ajat2
(8) dan(11) naskah aslt dlhapus, karena sudah tertjakup dafam
pasal 8.4 dan 8.5.

9.3. 8 a r 0 k.

Ajat (1) adalah sama sepertl naskah aslf, hanja redaksl


dlsempurnakan. Sekarang jang dtsjaratkan bukan bentang balok
sebagal fungsf darl Iebar badan, tetapl dfballk, jaltu Iebar
badan sebagal fungsf dart bentang, -jang mana adalch leblh tepat.
- 6 -

Sjal"'at fnl adaJah untuk rnehtjegah lateral buckling.


A.Jat (2) adalah sama sepertl naskah asll:,hanja redaksl dt-
sempurnakan dan baglan pertama dlhapus. Bagta:n . pe,rtama. darl naskah
asll mensjaratkan untuk senantlasa memasang tulangan rangkap. Hal lnf
sudah tertjakup oleh pasal 20.3 ajat (2), karena ltu dalam naskah ba-:
ru d t hap.us.
Prosentase mlnf;mum tutangan tarlk jang ter:tjant~m, Jaltu untuk men-
tjegah keruntuhan mendadak pada overloading (I that pendjelasan pasal
..
9.1 ajat 2), dlambl I darl ACI-Gode Jang baru, dengan mengkonverstkan
nja kedalam. slstlm metrlk dan mengfsfkan f =1,15 a*
. y au
Dalam naskah asli ada kesalahan dalam transformasl tnt dan sekarang
sudah dlbetul kan. Pada balok, dlmana terdapat ukuran2 jang sangat va-
rlabel, prosentase minimum sebagai fungsl darl a* adalah leblh tepat
au
dart pada suatu fixed percentage sepertf mtsalnja menurut GBV 1962.
Sebaltknja pada pelat dan dlndlng, dlmana tebal2nja agak terbatas,su-
atu fixed percentage sepertf menurut pasal 9.1 ajat (2) dan pasal 9.2
ajat (3) klranja adalah jang leblh praktts.
A,jat (4) ada lah sama 'sepertl naskah as I I, dan dlambll dart
ACI-Code jang baru . Ketentuan tnt dlmaksudkan sebagal usaha untuk mem-
batasl Iebar retak. Beberapa batang tulangan jang ketjfl pada djarak
jang merata ternjata menghasl I kan retak2 ha I us, sedangkan dua atau
ttga batang jang besar dengan luas jang sama ternjata menghasllkan sa-
tu atau dua retak jang Iebar. Karena ftu, memasang beberapa batang tu-
tangan jang ketjfl senantfasa feblh balk dart pada dua atau ttga ba-
tang jang besar, d II that dar I sudut crack contro I.
Ketjualf Jtu, Jang pentfng adal?th agar tu.langan tarfk tersebar merata
dfdaerah tartk. Suatu baglan dart daerah tarik jang tfdak mengandung
tulangan akan bekerdja sebagal beton ttdak bertulang dan membertkan
retak2 jang Iebar.
Sehubungan dengan ltu, keblasaan lama untuk memasang seluruh tufangan
momen negatlf dfatas tumpuan2 balok T jang menerus, hanja dldalam ba-
glan badan dart balok, ternjata adalah salah. BagTan flens dlluar ba-
dan berada dalam tarlkan djuga, dc:n karena tldak mengandung tulangan
akan bekerdja sebagaf beton tldak bertulang dengan memberlkan retak2
jang Iebar. Dengan demlkfan, ajat in! penttng sekal I, karena mensjaratkan
- 7 -

suatu steel detail jang 'aln darlpada menurut peraturan2 jang Ia~~
r~aslh djadl persoalan klranja, apakah .Iebar manf~at flens dalam ta-

rlkan dapat dlanggap sama dengan Iebar manfaat flens dalam tekanc;~n1
Berhubung mungkln hast 12 penellttan mengenal Iebar manfaat flens da-
lam tarJkan maslh sangat terbatas, maka ACI-Gode memganggapnja sama
deng~n Iebar manfaat flens dalam tekanan (dalam PSI menur.ut pasal

10.8). Dari ural an dlatas djelas klranja, bahwa pemerlksaan Iebar


retak menurut pasal 10.6 belum dapat mendjamln pembatasan Iebar retak
jang sebenarnja, apablla deta112 tulangan sepertl dltentuKan dalam
ajat fnl tldak dlperhatlkan.
A,[ at (5) ada Iah sama sepertf ajat (7) naskah as 11, hanja sja-
rat pemasangan tulangan samplng sekarang berlaku untuk balok jang lebih
tlnggl dart 90 em, jaltu sesual dengan ACI-Gode jang haru. Oal~m nas-
kah asli sjarat ltu berlaku untuk balok jang lebih tlnggf dart 60 em,
sama sepertJ menurut PBI 1955 dan GBV 1962. Ketentuan dalam ACI....Code
tersebut adalah berdasarkan hasl12 penjelfdlkan jang leblh baru. Ke-
tentuan lnJ djuga dfmaksudkan sebagal crack control. Walaupun dldae-
rah tarlkan maksfmum terdjadl retak2 rapat jang halus, tetapJ blla
pada balok jang relatff ttnggl tldak-dfadakan tulangan samplng, maka
hanja beberapa retak jang Iebar jang mendjalar kegarls netral. Luas
minimum tulangQn samplng sebesar 10% darT luas tulangan tarlk pokok
dldapat setjara emplrls.
A.Iat (6) naskah baru adafah gabungan dart ajat2 (8) dan (10)
naskah aslt, sehlngga ketentuan mengenaf serigkang sekarang dlsfngkat
dalam satu ajat. Ajat2 (5), (6) dan (9) naskah asJI sekarang dthapus,
karena sudah dftjakup oleh pasa12 dalam bab 8.

9.4. Pelat berusuk.


Tfdak dlrubah. Perlu kamt djelaskan, bahwa untuk konstruksf
lnl dldalam bahasa lnggrfs terdapat beberapa Jstllah, jat~u rte-
bed slab (floqr, plate), waffle slab (floor, plate), Joist floor
construction.
- 8 ~

9.5. Batok ttnggl(kepfng). Tldak dlrubah.

9.6. Kotom dengan sengkang.


Materl jang dluralkan dalam ajat2 pasal lrt adalah sama
sepertl nas'kah asll, hanja dtadakan regrouping dalani ajat2 tsb.
dan penjempurnaan red~ksl.

9.7. Kolom dengan lliltan spiral.


Materl jang dluralkan dalam ajat2 pasal lnf adalah sama
sepertt naskah asll, hanja dladakan regrouping dalam ajat2 tsb.
dan penjempurnaan redakst.

9.8. Kelos, djangkar dan alat2 penglkat. Tfdak dlrubah.

9.9. Star pemisah.

Sela2 pemlsah dlantara bagian2 konstruksl merupakan sumber2


kerusakan bentur pada waktu gempa, sehlngga secapat mungktn harus
dlhlndarkan. Sampat sekarang hal ini kurang mendz.pat perhattan di
Indonesia, malah_ada tendensl dari perentjana? Indonesia unt!Jk
terlalu tjepat memutuskan pembuatan star2 pemisah. Hal lnl mung-
kin adalah sebagal pengaruh darl prinslp2 perentjanaan df Eropa
(batja : d.f Nederland), dtmana untuk memperhltungkan pcrbedaan2
-jang besar antara suhu waktu mustm dtngin dan musim panas, perlu
dlperhatlkan adanja siar2 muat. Bahaja kehantjuran bentur dlsana
tldak perlu ditlndjau, karena daerahnja bebas gempa. Keadaan dl
Indonesia adalah berbeda sekalf. Star muai dislnl relatlf tidak
penttng, karena klta hanja menghadapi perubahan suhu maksimat 10C
sadja. Sepertl dalam Workshop Beton dikemukakan, dalam projek2 be-
sar dlwal<.tu jang lalu (a.! ~proJel<2 perhotelan) tanpa hal2 jang me-
. I . . .
rugtkan feHah dllaksanakcn kons-truksl2 beton bedc!lang jang mono-
Itt sampaf 120 ni tanpa slar2_muat. Sudah barang tentu pengaruh pertJ-
bahan suhu sebesar 10C periu:dfperh!-J-ijilg~<~n padc: konstruksl2 demi-
kian. Sampai b'=-Tap~ r'''Hid~ong konstruksi2 monc: 't Japat dl laksanakan
- 9 -

tanpa. d I per-h t tungkan terhadap perubahan suhu; t Idak dapat d t-:


r-umuskan setjara umum sebab bergantung pcda bentuk dan kekakuan
konstr-uksi dalam keseluruhan.
Namun demikian, 50 m dapattah klr-anja dlpandang sebagat pandjang
maksimum untuk konstruksl2 beton bertulang jang i'!dakp~l~~rhltung
kan terhadap perubahan suhu.
Hat tnt dltetapkan dalam a,jat (1). Redaks! iarf ajat (1) disusun
sedemiktan rupa, hfngga penempatan sfar2 muaf ttdak dlandjurkan.
Apabtla siar pemisah harus dfadakan, mlsalnja untuk memtsah-
kan bagtan2 bangunan jang denahnja berbentuk L atau T atau se-
bagat star muai, maka Iebar seta harus dltetapkan sedemik1an rupa
h1ngga kerusakan bentur pada waktu gempa dapat ditje~ah.
Berapa Iebar seta harus dtambil t1dak dapat dirumuskan setjara
umum pula, karena bergantung pada sifat2 dlnamfs (waktu getar)
konstruksi dan tanah fondasl.
Dalam hubungan tnt, bertkut kamt kuttp Minami dalam Ref 6 hala-
man 414 : "Separation of building to prevent the danger of mutual
pounding by providing sufficient space around each structure may re-
quire attention.
A minimum of 3 ln. for several~story buildings and 8 ln. or- more Inches
for- ta II bu I Id f ngs may be requIr-ed, dependIng on rhe dynamIc proper-
ties of the bui ldlng and tha site soll 11 Ketentuan2 rnen~;enal baha-
ja Rerusakan bentur Tnt ditetapkan dalam a.i~J_i~>~ dl~3~a s3bag31
Iebar seta minimum dltetapkan 7,5 em, sesuat dengan jang menurut
Minami.
Sefandjutnja dfsebut pula larangan penempa-an dua buah por-tal jang
berdamptngan rapat. Hal tnl kamt pandang perlu dttjantumkan,karena
kebtasaan jang salah tnt serlng dldjumpal dalam praki"ek. Dua buah
portal jang dlpasang berdamo'ngan rapat, dllfh~+ ~::~~ pr1a1npungan
perubahan suhu tldak a~3 manfaatnj~ (~ebab berda~plngan rapat),se-
dangkan kemungkf~:jn merupakan sumber kerusakan bentur p<ida gempa
adalah bes?i. Dl'l that dart pentjegahan differential set~lement dju-
ga tld:JK ada manfaatnja, sebab dua buah portal jang dlpasang berdam
plngan rapat blas~nja mempunjat satu fondosi j~~: m~noiTt.
Reference : 6. Minami, J .K. :"Earthquake-resistant design methods
and practlceli,Chapter 18 c'c>rl 11 Struc-tu:a! design fc1
dynamic loads', fvlc Graw Hlll, 1959.
PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-XI

o I e h

lr.Wiratman Wangsadinata

5 Djuli 1971.
- I -

PENDJELASAN MENGENAI PERU8AHAN NASKAH P81 1970.


Oleh :
lr. WTratman Wangsadlnata
Bab 12 - Perhltunaan kekuatan b.erdasarkan
p r Ins t p2 kekuatan . batas.
12.0. Notasl (naskah asll ps. 14.0)
Sarna sepertl naskah as II.

12.1. Umum <naskah astt ps. 14.1).


Sepertl dlmakluml, dalam pasal 10.4 ajat (3)b naskah baru te-
lah dltjantumkan kekuatan2 badja dan beton rentjana jang harus dtpa~
kat pada perhltungan penampang berdasarkan kekuatan batas. Dengan de-
mlklan, maka redaksl dart pasal tnt dan pasal2 lal_n dart Bab f2 dapat
dl sederhanakan, d imana kekuatan2 rent jan a sekarang t jukup d ltundjuk
kepada pasal 10.4. tsb.
A.Iat (I) lsfnja sama sepertl naskah as It, hanja r~_daksl dt-
sempurnakan dan bagfan2 jang sudah dltentukan dalam pasal 10.4 dlha-
pus. Ajat (I) inl Menent~kan anggapan2 jang dlpakal sebagal tltlk to~

lak dalam perhftungan mP.nurut kekuatan batas.


Ajat (2) langsung me[l'lpertngatkan klta bahwa kekuatan2 ren-
tjan~ harus dlambtt menurut pasal 10.4. aja~ (3)b.
Ajat ( 3) menentukan hubungan antara tegangan dan regangan
badja untuk perhttungan. Se.pertl dlmakluml, karena salah lnterpretasl
dart rekomendasl CEB (R~f.3)? regangan badja dlbatasl aampal 10/oo.
Ha I In I sekarang dJ rubah, berhubung dart pe:ne II tl an (Ref. I . ) ter-
. buktl, bahwa regangan badja _tidak perlu dlbatasl (!that djuga _pendje-
lasan kami mengenai perubahar pasal 9.1. dalam berkas pembahasan ke-
tudj uh j I ) Namun dem I k I an, sua_-~ J pernbatasa n regangan badj a.: k Ira-
rija bermanfaat djuga, untuk mentjegah pemakaian penampar:g2 jang meng-
hasllkan regar.gan jang terlalu djauh memasukl daerah pengokohan re-
gangan. Hal fnf sebenarnja otomatts akan +ertjegah apab!la kapasltas
rotasl penampang2 krltis dipP.riksa pada analisa konstruksl berdasar-
kan teorl keruntuhan. akan. tet::>pl, sepertt dlmakluml, untuk sementa-
ra anal lsa konstruksl rr.3s!h akan di lakuk"'3n berdasarkan teorl2 e!astl-
- 2 -

sltas, sehlngga p~ndfmenstan tulangan berdasarkan kekuatan batas per-


fu klarnJ~ dlsertal dengan pengamanannja berupa pemba+asan regangan
. . i
badja. Berhubung dengan ttu,maka dldalam.ajat (3) regangan badja di-
batasl sc.mpal 30 /oo , jaltu sesual dengan peraturan beton jang baru
di Nederland (Ref.2 ).
/\jat (4) menentukan blok tegangan tekan beton (naskah asll
ajat 2) . Sebagal blok tegangan tekan beton Jang- sesungguhnja telah dl-
tetapkan sepertl dlrekomendaslkan oleh CEB (Ref.4), jaltu parabola-
garlslurus. Djuga peraturan beton jang baru dl Djerman (Ref.5) meng-
gunakan blok tegangan tekan beton demlklan. Pengaruhdarl ketjepatan
pembebanan (pembebanan tetap/sementara) terhadap b lok tegangan beton
d Itjerml nkan oleh koef r s len k0 , d ida lam mana dJuga koef Is I en ~ menu-
rut pasal 10.1. ajat (4) tertjakup.
Dalam hubungan lnl dapat kami berltahuken, bahwa dldalam. per-aturan
beton jang baru dl Nederland (Ref.2) sebagai blok tegangan tekan be-
ton dltetapkan garis btl infer, dlmana kemtrlrigan tjabang pertama dl-
tentukan oleh modulus elastlsltas beton; dtdalam mana pengaruh rang-
kak dapat dlperhltungkan apablla di inglnkan. Dengan men~warlaslkan ke-
mlrlngan tjabang pertama tnt, maka blok tegangan dapnt lebih mendeka-
tl suatu persegi atau leblh mendekatt suatu segttiga. Untuk pendimen-
si an tu I angan, ke.ml rtngan tsb. d I tetapkc:m sedeml klan rupa, hI ngga ha-
st lnja tldak akan banjak berbeda dengan hasll berdasarkan blok tegang-
an parabola menurut GBV 1962. (Ref. 6). Djadi dapat di I ihat, bahwa pe-
nentuan bl ok tegangan jang baru di Nederchand, diorlentasikan kepada
GBV 1962_, agar tabel2 standar jang sudah tersusun derigan susah pajah
da-lam GTB 1962 (Ref~7) djangan sampal terbuang sla2. Bagl klta dl ln-
donesla pertimbangan demiklan tidak ada, k<:~rena klta beiLifTl punja ta-
bel-tabel standar sepertl GTB 1962 di Nederland.
Berhubung dengan ltu, maka tanpa keberatan2 kite dapat langsung meng-
oper blok tegang9n parabola-garlslurus dart CEB. Berdasarkan blok te-
gangan para:bola-garlslurus lnl.kaml telah menjusun tabel2 untuk pe-
rent janaan untuk praktek, setel ah d I susun suatu computer program de-
ngan mana masa_lahnja dapat dlpetj3hkan. Tcbel2 lni dimuat dalam Ref I.
- 3 --

Selandjutnja.ajat (4) djuga mengtzinkan pemakalan suatu


bjok tegangan tekan beton perseQt eklvalen sebagai pengganti dart
blok tegangan parl!bola ... garlslurus. Bahwasanja blok tegangan tekan be-
ton.persegt ekivalen berlaku untuk setiap 9antuk penampang, kamt sa-
dJikan buktlnja berli<ut tnt. Pennmpang daerah tekan jcng dthadapi .da-
lam praktek _pada umumnja berbentuk persegi, segitlga atali bentuk di--
antaranja (mlsalnja bagian dar! lingkaran at~~embereng~
.....- - .

Djadl apabila dapat dtbukttkan, bahwa blok tegangan tekan beton perse-
gl eklvalen.berlaku untuk daerah tekan jang berbentuk persegl dan ber-
bentuk segttiga, maka seka I igus terbukti bahw.a djuga berlaku untuk
daerah tek~n dengan bentuk sembarang.
Perhatlkan dulu ~aerah tekan jang berbent.uk persegl

::.bu=0,0035 U.* *
if- ~ 1'- bu~ t- (fb~
~
3/7yu
"'~'yo-1::0,::416yu- - -- " f .

a 1----;-~~
l "v o2=O ' 5a
j. ~==:to-;;b.....l~=o ,809yu_b u~u ob 2 =ab {)*
~u
4
0 , 002 /7y U
- - - - ..:lc -
___\ _______ _ ' I J--------l .

/ garl s netra I

(I)
(II>

Gam bar I.
Blo k tegangari (I} adalah eklvalen dengan b lok tegangan < I I > ,
apabi I a letak dan besarnj~ resultante s~ma, djadt bita -
dan Db = Db . H.al tnt terpenuhl apabt Ia ~ = 0,8 Yu , sebab
I 2

Yo2 = 0,5x0,8y u ~ 0,4 y rv yol


u.
- 4 -

Perhatlkan ~~~arang daerah tekan jang berbenti,Jk segltlga

t. ' 0:,-0035 (j*.


0~ ~ t'-.bu~

,1I l -- - - - - .- T t 2
y =0,566y y 4- 3 a
. o3 u ~~
~----~~
0 336 bG'.
1a. 1-----+-~
D,. ~ a bU*
.

__ bf\__
D
Y_l;l_ ~ ___ -~--~__........ b4 2
Yu .bu

_gart s netra I
(II I) (IV)

Gambar 2.

8 I ok tegangan ( t t I ) ada I ah ek Iva I en dengan b I ok .tegangan ( IV)


apabf Ia letak dan be.sarnja resultante sama, djadt blla y03 = Yo4
dan ob 3 = ob 4
1-1!11 tnl djuga terpenuhl apabt Ja a ::t 0,8 y , sebab
u
2
y 4 == -3 x o,ay =r: 0,534 y "-' y03
0 . u ' u
0,8y
D I 0 8 u
b4 2x ' Yu

9engan demtktan maka terbukti bahw;:, biok ter,angan tekan be-


ton persegr' eklvalen dengan a = 0,8
berlaku umum untuk settap
y
mutu beton (setlap
* .
U.bu )
' u
dan setlap bent~k penampang (d.;uga jang
but at>.
8Tok tegangen jang dluralkan dtatas adalt~h untuk garls ne-
tra jang djatuh dldalam penampang. Pl"'da lentur dengan gaja normal te-
kan dengc.n eksentrlsitas gaj3 normal jang ketjll, garts netral da-
pat djatuh diluar penampnng (seluruh penampcng berada dalam t~kanan>.

Dalam hal tnt, untuk penggunaan blok tegangan tekan beton persegi
ekfvalen, ttdak berlaku lagf a = 0,8 yu Tentu sadja dapat di-
turunkan setjara eksakt teoretis hubungan e-nt:=>ret a dan y u Tnt,
- 5' -

tetapJ hasllnja adalah suatu fungsl Jang sullt. Berhubung kesalahan


jeng~ketjtl dalam ~ untuk keadaan lnl rel~tlf tldak besor pengaruh-
nja, maka ktta tldak perlu terlalu telftf dalammenentuka n hubungan
antara a dan Yu tersebut.
Setfap fungsl jang sederhana dapat dlpokl'll, asal memenuhl sjarat2 ba-
tas. Sjarat2 batas fnt adalah untuk ~u 1. = hc-rus tertjap~l
.
=
0,8 dan untuk
u s =
.. ( gaja norma I sentr Is>

harus tertjapal rX = I. Sala., satu fungsf jr;ng mernenuhl sjarat2 ba-


tas J nl adalah jang dltjantumkan sebagal rumus ( 12. I. 7) dalam ajat(4)
l n I.
Untuk selRndjutnja, dldalam pasal2 berlkutnja dart bab
fnf dlpakai blok tegangan tekan beton perse~l eklvalen, sebaga1 t1-
ttk tolak penurunan rumus2.

Reference : I . ~'I I ratman 1-1/angsad I nAta : ;'Teor f I eb 1h umum mengena I I en-


tur dalam keadaan batas' sedang d1persl:::Jpkan untuk
pub I I kasl
2. Ontwerp Voorschrlften Beton VR 1.972, Deel A,
Gemeensch~ppel fjk Gedeelte . Cemont XXI I I, fJr.3a, ~1coart '
1971.
3. CEB : "Praktlsche rlchtl ljnen voor de berokenlng en
ultvoerlng van gewapend-beton constructles:;, Betonver-
enlglng 1966.
4. ;oe twaa I fde pI enc: 1re z I ttl ng van het Com I tE!
Europe~n du ~ton.

(Lausanne, April l968)n, Do lng., Beton & 8etoncon-


structles I, Febr. 1969.
(dllaporkan oleh Haas, Brake!, Ll!]tnnberg dan v.Riel>.
- 6 .J

5. DIN 1045 (Entwurf Marz 1968),"8eton Kalender 1969,


II. Tel I, Ernst & S. 1~69.

6. v. Leeuwen, J.; ~4onnler, Th. : "Berekenlngsmethoden voor


betonconstructtes", Cement XXI I, Nr.3, Augustus 1970.

7. GTB 1962 (Grafleken en Tabellen voor Betcn, gt?.basseerd


op de GBV 1962), Betcnverentglng 1966.

12.2. Keadaan setmbang batas dan pembatasan tu!angan


(naskah asll pasal 14.2>.

Ajat (f) sam3 sepertt naskah aslt, hanja redkasi dlsem-


purnakan.
- 7 -

A,jat (2) materlnja sama sepertl naskah <"sl.f, hanja dl-


per I uus.
.
J~ng. d I muat da I ~m. pasa I I r r. seben('lrnja
'
bukan suatu pert
.
n-
t J I an sjarat, tetap f leb 1h merupak::m suatu 1nforoas.f. KamJ pandang
. .
perlu untuk dladakaf pasal )nl, karena memberl. gamba.ran mengenat
ke.akuan konstruk~l pada ke::~<;1aanbatcs, SE;~hfngga bers.l:fat.edukattf.
Pertntjlan dart sjaratnja
. . .
dlmuat
. .
dalarn c;U~t
. . berikutnjo. ~ '

Ajat (3) .samaseperti nask:::,h ::lSII, hanja diper-luas. Da-


lam naskah r,s.ll hanja dltjantun~~n ~jar:::-t tulan~an makslmum untuk
ba1ok2 setjara \Jmum.
,
Sekarang djuga
.
d.ftjanturnkcm
.
sjarnt chusus. un-
tukbalok2 jang merupakan baglan darl slsttm pemlkul beban2 horl-
sontal (a~gln atau gempa), djadi balok? portal. Ketentuan tnt pli'!m-
bl I dart ACI-Code jang baru (Ref.8,9) t jang dlsl.tu chusus: dlsjarat-
kan untuk porta 12-tahan g~mpa. Oengan ~dcnju sjarat in I., d f hc-rap-
kan b::~hwC~ portal2 akan memrunjal duktIJitas:Jang, tjukup untuk.dapat
memberlkan dynamic response jang bqlk terhadap gempe. .

Reference 8. ,'\CI ::Proposed Revls.ton of N~l 318-63, Butldlpg


CodE: Rerut rements for Reinforced Concrete'(beri kut.
Explanation), .t\CI Journc-1, Febr 1970.
9. ACt : " Discussions, o3dltorlal corrections and
proposed amendments of. Proposed :Revision of .~CI

318-63: 1 , ACI Journal ,S8pt. 1970.

12.3. Penampang persegl aklbat lentur murnl.


<naskah asll ps; 14.3)

Pasal lnl sama seperti naskah asll. hanja dalam semua


rumus J' bk dig~ntl dengan 2 k0 (j 7 bk
Dengan demlklan;. rumus2 tsb. dapat dlpak"ll untuk ordlnat blok te
gangan tekan beton jang sembarang r sesua I dengan n i I a f k jang -
. . . 0 .
dihadapl. Sepertl dlketahui, k dltentukan oleh 2 hal. jaltu oleh
. . . . . 0 . . .
tjara pembebanan Ctetap at8u sementaro) dan oleh koeflslen ~~ me-
nurut Tabel 10. 1.2. Selandjutnja berhubun~ dldalam pasal 12.2
ajat(3) naskah baru dladakan sjnrat tcmb~h~n. jaltu mengenal
-a -

tuleng~n maksfmum balok2 jang merupakan baglan dart ststlm pemt-


~~ beban2 horlsont&l, maka d'dalam p?.SCII lnf dJuga dltambahkan
. '
~umus2 jang menjatakan sjarat ltu.
Penurunan rumus2 .berdasarkan b'lok tegangan tekan beton
persegl eklv"'lten tnt telah kaml berlkan dal"am Re_t.tp, jang dj~g::J
memuat tabel2 untuk perhltungan dalam praktek.
Dengan demlkfan dldalam praktek perentjcma .mempunjal 2 alternatlf
. .
perhltungan : apabl Ia t"'l memlllh blok tegangan parabola-garlslu-
rus I l'l dapat monggunakan tabe 12 da I am. Ref. I ; apab I I a I a meml II h
blok tegangan persegl eklvalen Ia dapat mengglinakan tabel2 dalam
Ref. 10. Hast I perhttungan berdasnrkan kedua mat jam tabel2 tsb.
praktls tldak berbeda.
Didalam I lteratur dapat dlketemukan ber-bagal2 tabel
dan no~gram jnng non-dimensional, djug~ berdasarkan blok tegang-
an persegi eklvalens.tetapl dengan ordinat blok tegnngan jang la-
In, mlsalnja dldalam Ref. II. menurut ACI -Code. Menurut ACI-Code
ordinat blok tegangan ditetapkan 0,85 f i . Rerhubung ada perbe-
. .. c.
daan dalam ordlnat blok.tngangan lnl dtbandlngkan dengan menurut
PBI, maka untuk memenuhl PBI, tabel2 tsb. tldak d~pat dlpakal be-
gitu sadja, tetapl harus dladakan trensformasl sedlklt. Transfer-
mas! tnt meltp1,1tl hcd2 berlkut, j;:,ng kfranja mudah dapat dlbuktl-
kan :
- gantt fc' lengsung oleh ~~bk

- ka I I kan (J' 'bk dengan faktor . 0, 85/k0 .

Kaml anggap perlu memberlkan pendjelasan lnf,. agar didalam prak


tek tldak terdjadi kesalahan, karena septntas lalu tlmbul kesan
bahwa trahsformast dlatas djustru harus sebal lknja
Ajat (3) naskah baru adalah tameahan, jaltu jang m~neg?skan,
bahwa rumus2 jang dltjantumkan dalam ajat <I> dan (2) tldak ber-
laku untuk brlok ttnggl (keplng). Hal lnf adalah sesual dengan
keput~san Workshop Beton.
- 9 ..

Mengenal balok tlnggl lnl dapat kaml berltahukan,bahwa


su,tu ura Jan jang menda I aM, l.engkap, dJe I as dan comprehensive se-

.
kal I dlberlkan olen Leonhardt dalam Ref.l2. Ketjual J ltu,rekomen
dast CEB mengenaJ perhltunganbalok tlnggf janq dfresmlkan dalam
sldang plene ke-12 df Lausanne Aprf I 1968 (Ref. 13) djuga dapat
memberl pegangan untuk perhttungan2 balok2 tlnggf, sebe'lum hal r~.
diatur
nl dalam P.B. 1 Sebenarnja rekomendast C.E.B. dlatas dapat sadja
dfoper langsung kedalam P~l, tetapl menglngat hal Jnl baru mun-
tjul sesudah l~orkshop Beton j.l. make menurut karnl perhltungan
-
p
.
balok ttnggf tnt ktta tangguhkan sodja dulu. ~1ungkln nantf.nja da-
pat klta susulkan sebagat tambahan2 dart P.B.I.

Reference 10. Wtratman wangsadfnata :;'P~rhttungan lentur dengan


tjara kekuatan batas~;, Pub I.LPMB.
II . ..A.CI :;'Uittrnate Strength Deslc;n Handbook;, Specfal
Pub'ltcatlon No. 17, Arrll 1968.
12. Leonhardt,F.:'~Structures planes charg~es parat-
l~dement a leur plan moyent, Annates .de I' ITBTP,
No. 265, Jan.l970.
13. CEB : "Recomrnandatfons I nternatfona les du 'Com It~
Europ~en du B~ton pour le calcul e~ l'ex~cutlon
des poutres clotsons, .1\nnales de I' ITRTP,No.265,
Jan 1970.

12.4. Penampano T aklbat lentur murnl


<naskah as IT ps.'l4. 4)
Pasal tnt sama sepertt naskoh asl f, hanja dalam semua
rumus U'bk dfgantf dengan 2 k0 0\k dan dftambt=~h sjarat tu-
tangan maksfrnuVt untuk balok2 jang merupakan baglan dart ststtm
pem1kuf beban2 horlsontal, sesuat denqan tambahan sjarat ftu da-
lam ps.l2.2 ajat (3) naskah baru.
-10 -

12.5. Pena~panq koJom per:-segi dengan t'ulangan sfmetris.


Cnaskah asll ps. 14i~.)

~1asalahkekuatan bqtas kolomper;~egi, sedjak berachirnja


Workshop Beton.j.l. telah dttelttt dengan tjukup mendalam (Ref.l4)
Rumus2 dalam naskah as.l t ternjata daprt -sangat df$ederhanakan men-
djo.dl sepasang r.umus umum (1~.5.1.) dC~n <12.5~2.), Jang.djuga tc-
lah.kamf kemukakan dalam ~Jorkshop Beton .
Berdasarkan sepasang rumus umum inl telah dtbuat suatu
computer prcbgram,.dengan mana langsun0, dapat ~lplot notTPgr~m2 un-
tuk perhltungan ctalam Jilraktek. .11 _
Semua nomogram2 tnt peda saat inl sudah selesai dan slap untuk
dipubllkaslkan CRef.l5). ~Jalaupun sega_la hcd jang menjangkut ma-
salah tnt dapat.diketemukan dalam. qef.l5, namum beberapahal pen-
tlng in~in kami sfnqgung daiBm pendjelasan tnt.
Dengan mengadakan trans formes f; rumus2 mPnurut da I I 12 da-
rt nomografl, bentuk dart ncmogram d~pat diatur menurut selera
pembuatnja. Bergantungpadfl oemll.fhcn parameter2 jang dlplotp ben-
tuk nomogram jang satu dapat 1ebi h balk atau. I eb i h buruk darT pada
bentuk nomogram janq Jain dari problema jang sama. Demikianlah se-
bagal parameter2.kamf .ptllh eJht menurut rumus (12.5.2) jang dl'-
tetnpkan sebag<:~l absis,. 2k6.: v\k/ Ci' ou menurut eumus ( 12.5.1)
jang dltetapkan sebagai ordinat, sedangkan jang diplot adalah varl-
abel-variabel dan t.. u . Nomogram standar dart ACI (Ref.l6)
ITlGmi I t.h arr;:mgernent jan9 aqak laln. Tanpa dtduga semul:=~, pemi I than
par:Jmeter2 jang dlsebut diatas membi7lwa keuntungan2 besar. Dari ru-
mus < 12.5.1) dan ( 12.5.2) dapAt di I ihat, bahw~ kedua oarameter tsb.
p1:1da umumnja dipengaruhl oleh mut!J b1'1dja o;u *) tetapt pada ke-
runtuhan tarik (}_ =- + (J *> dan pada"' kr:runtuh~n tekan dima-
a ::~u

n~ sern.ua tulangan sudah meleleh (a,;=.-. o;u*), oe:-~g?.rL!!"l mutu ba-


djco o;,u* itu otomatis lenjao. Djndi setjar~. teoi-etls ada suc:tu da-
erah, dtnana nanogram2 ak~n berb:::::::: .Jr.tuk Mutu bi"djc j:'lng berb9da.
Daerah int ternjatr. terdjadl klr~2 antara 5u= 0,6 sam!ai ~ u=!,5.
- .,, -

~ng tldak dTduga s~masekal I latah, bahwa per_bedaan ltu s~me~sekal I


tfdak sf~nfffcant, sehingga untuk pembuatan nomogram dapat -diabal-
'-
.
kan. ~ngan demlklan nomog~am dapat dibuat untuk suatu harga stan-
dar ~u* tertentu, tetapl dapat berlaku untuk semua mutu standar

dari PBI. Keuntungannja lalah, bahwa ttdak diperlukan banjak nomo-


gra.m-nomog~m. Apabl Ja seandainja dip! I lh parame~er2 _lain, misali
nja sepertl menurut ACI (Ref.l6). maka ternjata pengaruh mutu ba-
dj~ ~u* tjukup significant sehlngga ttdak daoat dlnbalk~n.
~rena itu, dldala~ Ref.l6 dlmuat banjak seknll nomogram2. Dengan
demlkf~n djelas ktranj?, b~hwa pemf I than param~ter2 menurut rumus2
<12.5. I) dan (12.5:2> adatah tepat.
A.chfrnja kaml lngln memPerln9atkan, bahwa ~f)abl Ia no-
mogram-nomogram dengan ordlnat stressblock jang lain daripada me-
nurut P.B.I. akan dlpakal, maki'! porlu dlperh~tlkc:m lagi .transfor-
mast2. Bila akan dfpakai nomogram2 d;=~rf ACI misalnjo (Ref. 16), se-
pertl pada lentur murnf (I that pendjelasan ps.20.3), hnrus dilaku-
kan tr.2nsformasf sbb:
-gantt fc' langsung oleh lT'bk

- ka I I kan (i1 bk denqan f::ktor 0, 1;!5/k0

Kaml anggap perlu memberlkan pendjelas~n In!, ~gar didalam prak-


tek tldak terdjadi kesalahon, karena sept"nt~s lalu tlmbul k.esan
bahw~ tr2nsformast dlatas djustru h~rus seballknja.
Reference : 14. Eng9ono H.G. :::study rr.\mgenal kekuatan batas kolom
beton bertulanc 1 , Skrfpsl untuk Sardjana Tekntk
Sip! I, BaqiC~n Slpl I ITB, Pebr 1971.
15. WI ratman wangsad I nata : : Perh I tungc:m ko Iom be ton
bertulang dengan tulangan slmctrls menurut tjara-n
dan tjara kekuatan b;:~tas", sedang dlperslcpkan un-
tuk pub I I k~s f.
16. ACI: "Uttlmi'tte Strength Design of Reinforced
Concrete Columns';, Publication SP-7, 1968.
- 12 -

12.6. Penampang kolom bulat dengan tulangan stmetrts.


(naskah aslt ps. 14.6)
(f).a. Ttdak dtrubah.
b. Dtdalam sub ajat tn1 rumus qaj~ normal batas sentrts dtrubah se-
dfkf~, jaftu dfs~suaf~an dengan adanja Tabel J0.4. ajat (3)b.
Dfmuk~ kekuatan tekan sentrls ~b'* dloasanq faktor 0,75 un-
. s,u
tuk men I ngket~~c.>r koef; s! en k~'3mcnan pad a pembebanan sentr Js.
Soportl d1djell'lskan dalam ;'Tjatatan:;, rumus tsb. hanja b.erlaku.
untuk ~aja normal kolo"J ji"lng ben:'lr2 sentris, sehlngga tfd~k per-
lu dfpsrhltungk~n eksentrfsftC'Is2 tambahan. Perhubun9 ttdak di-
perhitungk:m eksentrisltas tambahan e 2 , rn.::lka fakt.o:r 0,75 dtatas
perlu dladakan. Selandjutnja berhubunq tfdak dlperhitungkC~n ek-
sentrisltas tambahan e 1 <sesuai deng::m pasal .10.7. ajat 4 tfdak
berlaku untuk kolon dengan I i lltan srlral >, maka perlu dlperhl-
tungkan kqefisten tekuk A.
c. Pendjelas~n snma sepcrtl sub. aj~t b.
d. T'ldak dlrubah.

( 2) Sepertl halnja kolom persegi, dju9a kolom bulat telah dltelftf


dengan tj~kup. menda lam s~sudah Workshop .8eton P~ef.l4)
Rurnus2 dalam naskah asll dirubah sedikit mendjadJ se-
., .

pasang rumus umun (12.6.6) dan (12.6.7) beserta faktor2nja me-


nurut rumus2 <12.6.8) s/d (12.6.12).
B~rd~sarkan .rumus2 umum Tnt telah dfsusun suafu c6mputer progr~m,
deng::>,n ma!1a !::m.;sun::i dao<"t d1p!ot r~:omoqram2 untuk perhl.tungan
d::'ll am pr1'!ktek.
~emua nomoqram2 inf p~d~ saat inl sudah selesal dan sf~p untuk

dfpul:ll.tkc.slkcn (Rf.J5).
Sepertl halnja Di"d~ kolom persegi, djuga pada kolom
bulat inf pE)mi I than parameter eu/ht .sebag~l absts dan para-
meter 2k0 Cl'bk/ vrr' ou seb2qat
' ordlnat,
: serta variabel2
qtot dan ~ u sebC\qal garis2 jang dlplot. menghnst lkan nomo-
. aud mutu bodj' 3 r.-*
~ v au.
- 13 -

MengenaT transformasl2 ja~g harus dT_Iakukan pada penggunaan


nomogram2 stnndar ACI. l"ih~t pendjelasan pasal f2.5.

12.7. Teganqan goser lentur dan tulangan geser len+ur.


<naskah as IT ps. 14,7)
Masa Iah keruntuhan gP-ser Ientur de\<~asa Jn I , be I urn k Tta kua-
sat penuh seluk beluknja dan untuk sementara dl-mana2 maslh terus
akan merupakan pus~t perhatian research. Walaupun fablr rahasTa
jang menjelubungi keruntuhan geser Tni sudah banjak daoat dislnQ-
kapkan dewasa In i, namum untuk meiljusun suatu teorT umum mengena I
keruntuhan ges~r, kemudlan menurunkan tjara2 perhttungan tulangan-
nja, klranja rreslh sangat sulit. CEB sendlrl dalam quku rekomenda-
slnja th. 1964 (Ref.3) tidak memberikan ketentuan2 jang chas ber-
dasarkan tearT keruntuhan geser, melatnkan masih berortentasl pada
truss~analogy klasik dart ~~orsch. Karena ltu Prof. Leonhardt
(Stuttgart) eebaga I ~tua KomLs t 1Geser!' dart CEB da Iar.1 s Idang
pI eno ke -II d l Brusse I Oktober IC)66 (Ref. 17) men9usu I kan beberapa
modlflkasl dari truss-analo9y darT 1"1brsch ; aaar lebTh dlsesualkan
pada hasil2 per"!"jobaan keruntuhan ~eser. Usulnja tidal< dlterlma
dan dlkembal i!<an kepad;:, panltTa, karena dTanggao ferl~lu '1 sederha-
na;', sebab rrer.urut hasff2 penelitian~ d.Jau1'1ebih banJak parameter2
jang mempengaruhi keruntuhan geser dar~ pad~ jang dTusulkan oleh
Leonhardt.
Dalam tahun 1969 suatu panltl~ d~ri The Institution of
Structural Engineers ( lnggrfs) dTb<~wah l<'.etua prof .I\.L.L. Baker
(Imperial Col lege, London) telah mengadakan studT jan~ mendalam
mengenai semua teorl2 keruntuhan geser jang ada sampaf tahun 1969
den memberikan rekomendasi2 j~ng s~ngat berh~rga untuk perentjana-
an <Ref. 18). Besar kemungkTnan, pGraturan baton jang b~ru dT Jn~
grls akan banjakmAngambll ketentuan2 dart laporan panltla Tnt.
Walaupun demikian, apabT I~ kfta peladjarl laporan tsb., nampak de-
. .
ngan djel~s bahwa antara hasil2 bcrbagaT2 tGorf keruntuhan geser
terdapat scatter jang tjukup besar.
- 14 -

Teorf keruntuhan 9eser jang. dfanggcp !Jukup co~prehen


slve, tetapl retattf sangat. sui It, adatah dart Walther (dfsertasf)
(Ref. 19>. Akan tetapt bahwasanja belum semua masalah dapat dttja-
kup oleh ~eorl tsb. terbuktl dar! .muntjulnja terus teorl2 baru se-
baga I pelengkap sepertl teorl keruntuhan geser dart O,jha ( d I sertas I)
p

(Ret'. 20 >, dan pa I l nr recent ada I ah dar I Regan dan PI a cas <Ref. 2 I ) .
Dalam suasana perkemb~ngan tjepat dalarn hasfl2 penelf-
tlan keruntuhan geser lnl, sementara lnl muntjul peraturan2 beton
jang baru jang sudah memuat hasll2 perkemban~an baru tsb, ~.1. ACt-
Code jang baru (ref. 8.9).
Peraturan2 tsb. pada umumnja berorlentasi pada has112 research da~
lam llngkungan maslng2 ACI-r.ode ja~9 baru mlsalrja, praktls hanja
dldasarkan pada hasl12 penelftian dar! ACI sadja , a.J. jang dlpelo-
porl oleh Moodyp Vfest, Elstner dan Hognestad (ref.22). Oengan de-
miklcn , make antara peraturan beton J~ng sctu dPngan jnng fafnnja
dapat dlharapkan adanja perbedaan2 janeJ tjukup menjolok.
Dalam suasana demlklan,mak~ kiranja sangct sulit bag!
kita untuk menentukan sfkap dalam mP-njusun PRI kita jang baru.
Apakah klta oper sadja ACI-Code (Ref. 8.9) ataukah 8S-Code (Refl8)1
Serhubung klta belum mampu menjediakan hcsll2 penelltian send.lrl da-
lam bldang ini sebagai evaluasf terachir, mak~ seperti dlmaklumip ka ...
ml telah mengusulkcn a9ar PBI ~elum ~0ntjantumkan ketentuan2 tentang
geser berdasarkan teori2 keruntuhan geserp tetapi untuk sementara
tetap berorlentasl sadjc kepada truss-analogy klasik durl Morsch.
Seperti diketahul usul ini diterima oleh Workshop 8P.ton J.l.
Demikianlah , pasal 12.7.telah disusun dP-ngan berorien-
tasi pada !russanclogy dari ~orsch. Ojr.di teqangan2 geser jang dl-
tentukan dalam pasal inl bukan merupakan tegangan qeser jang sesung-
guhnja, tetapi sekedar suatu indikator dart bahaja geser jang se -
sungguhnja. Dalam hal ini, klta tidak perlu berketjil hatf, karena
Djepang djuga sampat sekarang masih menggunakan truss-analogy fnfp
dan untuk doerah gempa jano berat sepertf Djepang terbukti tjukup
aman.
Sehubungan eengan ftu maka ketentuan _aj1'!t(2)telah dloper dari
AIJ-St~ndard CRef.23).
- 15 -

N:=.~sk~h jc:mg .baru lnf lslnja scoma sepertt n!'!skah ast l; hc-:-
nja redaksl dlsempurnakan dan perumusan dlsederh~nak?.n. Se1andjut-
nJ,a ajat(6) dlhopus dan dldjcadfkan pasaf chusus, jaffu pas&l 12. 10.

Reference 17. Bra kel, J; Warmenhoven, P~: ~oe e I fde pI ena Ire
zfttlng van het Comlt~ Europ~en du &!lton <Brussel,
Oktober 1966), Dwarskracht (CEB-Cornmissle V)",
De lng. Jrg.80, Nr.l2, Beton en Retonconstructles 2,
Maart t 968.

18. The Institution of Structural Engineers :


r;The Shear Strength of Reinforced Concrete Be.amsj; I
Jan 1969.

19. Walther, q.: . Ubor dio Berechnung der Schubtragfahig:..


kelt von Stahl- uncf Spannbetonbalken- Schubbruch-
theorie, Beton- und St3hlbetonbnu, 57Jahr(].,
Heft tl, Nov. 1962.

20. Ojha, S. K. '' The shG<:-'lr str13n9th of rectangular


T"elnforced and pr~stressed concret-e beams:,
Magaz l ne of Concrete RGsearch, Vo I I q, No. 60,
Sept. 1967.

21. Regan, P.E.;Piacas,A.: ':Limit-state design for


shear In rectangUinr and T-beams'', rv!agqzlne of
Concrete Research, Vot.22, No.73, Dec 1970.

22 . Moody, K.G.; VIes+, l.t-:'J.; Elstner, R.C.;


Hognestadt, E. :;)Shear sterngth of Reinforced
..
Concrete Beams';, ACt Journa I, Dec . I954-Janl955.

23. Architectural Institute of Japan :


';A I J Structura I Standa rdsn , 1961
- 16 -

12.8. Tegangan ges~~ puntlr dan tulangan geser lentur-ountlr.


<naskah as I i ps.l4.8).
Men9enat masalah keruntuhan geser puntfr dan keruntuhan.e-
ser lentur-puntlr, keadaannj~ kfre2 sama sepertl masalah keruntuhan
9EilSer l.entur jcmg. kaml. ke.mukakan dalam pendjelasan pasc!l 12~7 : klta
belum mengu~sml penuh segala seluk-beluknjn
. 1,' ' . .

Dldaiam symposium chusus mengen~f torsion of structural concrete


'
jang dlsponsorl ol8h ACI dalam bulan Maret 1966 df Phf ladelphla
<Ref.24) , tldak kuran~ darl 1q hcsfl karya pe-nGIItfan geser puntlr
dlkemukakan. Seb~gal kelandjutan dart' symnoslum tnt d:ibentuklah
ACI.Committec 438 ji'lng dltugaske~n mompersl<:'lokan rekom:?nd."tsl2 perf,;.
hal perentjanaan konstruksl2 beton terhcdap puntlr 1 dldalam mana su-
d."th dltuangkan hast 12. research tcrachlr. Panlfle In! baru dapDt me~
0

n-je.lesalk~n tugasnja tahun 1969 (Ref.25,26), suatu buktl betapa ru-


mi tnj,a masa I ah jang :dl. hJdap I. Be~dasarkan I ap~ran pan It fa In f I ah,
dldalam ACt-Code jang baru (Ref.8,9) sudah dltjantumkan pengaturan
mas~ I ah puntT r at::l;s dflsar konseps 12 kekuc-tan batas. Bahwasnnja be-
tum semua persoalan tertjakup dalam ACI-Coae baru In!, terbuktt dart
terus muntjulnja teori2 dan gaqasan2 baru dal'airi mengatasi masalah
. .. . ..
puntir In!, a. I. jang paling recent dari Kirk dan Lash <Ref.27).
D~lam suasana demlklan kembal t kttf'! d:ha9apkan pada kesu-
1 ~tan m~ngambi I stkap dalam penjusunan .PRJ ktta. Ma:ka seperti. lialnja
dengan geser lentur, djuga usul kamt a9ar untuk sementara masth di-
gunakan konseost2 teorl elasttsltas dalam hal punttr tnt, dlterlma
o I eh .Works hop Beton JI
Demtktanlah dtdalam a,jat (I) , dlfetj3pkan tjara perhttungan
tegangan geser puntlr jang dtdasarkan pada teorl elastisltas klastk.
dengan ~oeflslen2 t menurut Bach
. -- (th.l91 1), jang mana djuga dt-
-,-'

pakal didalam GBV 1962.


.
Tegangan geser tnt dlmaksud~an
.
hanja sebagal
lndlkator, apakah tulangan diperlukan atau apakahukuran balok men-.
tjukupl.
- 17

Men genal perh l tungan tu Langan geser be:dasarkan kon-sep2 i


teorl e I estt s Jt~s terdapai" ber-bagal2 t jara dan ga9asan. Untuk .me":'",.
flgetahut tjara mana jang pal lno b~ik untuk- dttetapkan dalam PSI i

maka telah dladeken komparative study jang tjukup mend~lam (Ref .2.8)
Jangterutamadlsoroti adala'h4 tjara, jnknf dart Pucher (Ref.29~,

Rausch: Andersen dan Gowan (Ref'.30). Jang terachlr: a'dalah dasar-.


dad SAA--COde Untuk sekedar gambaran $ berlkut d'Jbert.kan perban-
dlngan ant:~rc keempat 'tjora fnl.
Tu I angan geser punti r jang berupa sengkang2 rapat. ( ber-
po+ong rcngk::-p) dapat .dttu I Is d:'-!lam bentuk rumus umum :

A :a
s

dlmana .~ adal~h suatu koeflsfen j0nq menurut k~emp~t penjelt-


dlk diatcs ternjata ndalah sbb :
I

menu rut A. kete.rangan


'

Puc her I
I
I bet on tfdak bekerdjC~

Re1usch I I be ton tldak bekerdj~

Cowan
Andersen
I 0,8
0,665
be ton Jkut bekerdja
beton fkut bekerdja
I
Dap~t
.
dfl that bahwa tjcra Pucher dan Reusch memberfkan hast I jang
tepat sama, tetapf djuga tjara Cowan ternjflta .memberfkan hasf I jang
praktls sama dengari kedua tjara pertam?~. Pada tj~ra Cmmn, koeff-:
slen ~ jang lebfh ketjfl dffmb(lngt oleh an9qapan bahwa beton tkut
bekerdja. Tjara Andersen memberfk;=m hast I j;=mg pn I fn9 konservatff.
S8pertl dimeklumi, usul kami unt.uk meQ2t~pkan tjara
Pucher dldalam PSI dtterima oleh \lorkshop Beton j.l.
- 18 -

Ala~annja fAfali~ bahwa anta~e tjarn lnl dan tjara perhltungan tulang-
. .
an geser leh'I"Uf" te~dep;:,t parsesuat~n. (analogi) jang mlrlp .sekall, se-
h lngga sederhane den mudah pe.v.. ka I annj('l.
Suatu hr.d jan~ perlu klranja kamf kemuki"'kan dlstnl; tal~h
m~saah fulangan mqmandjang. 8arl truss-analo gy (analog dengan geser
'entur) t~langan memandjang ttdak bekerdja melaw~n punttr, sebab 9?-
Ja lnduk tarlk miring tjukup .dtlmbangt oleh qaja tulangan sengkang
dan tamb:::~han gaja lnduk tekan miring dart beton. Namun. demt.klan ber-
bagal2 penul Is dan peraturan mensjaratka n adanja tulangan memandjang.
untuk menahan puntlr. Oldalam llteratur j~ng aqak lama, hanja
Sal Jger (Ref.31) jang tegas mengatak~n b8hwa tulangan memandjang .. tl-
dak dlperlukan. ~.t1enurut penjelldlka n2 jang leblh baru, efektfvltas
tulangan memandjans djuga maslh belum djelas betul (Ref.24).
Jang djelas lalah, bahwa pal fnq sedfklt tul~ngan memandjang bekerdjc
sebagal dowels, sehfngga man.faatnja djelas ada.
Mengingat masalah tulanqan memandjang tnt maslh. problema-
tis, mf;!kc' walaupun df I that dart konseosf pemetjahan mascdahnja (truss-
.
. :.'! .

analogy) ttdak berdasar saMAsekall, dldalam aJat (6) toch dlsjr.iratkan


adanja.sedj umlah tulangan memandjan~ terten:tu.
Naskah jang baru Tn I Is i nj::: sa!Jl~ sepertt naskah :?IS I I, ha-

nja red3ksl. dlsempurnak an dan perumusan dfsederhana kan.

Reference : 24.ACI : 1' .. Torsion of Structural Concrete~", Pub I Jcatlon


SP-18, 1968.

25.ACI-Com mlttee 438.: .; Tent~tive Recommendation fo.r


the Design of Reinforced Concrete Me~bers to Resist
Torsion':, ACI Journal, Jan 1969.

26.Hsu,T.T. C. ; Kemp,E.L. :''B?'l~kground and Practical


ApplIcation of Tentative Design Crtterin for' Torsion",
ACI Journa:l, Jon 1999.

2.7.Kirk,D .W. ;lash,S.O. : 11 T-Beams Subject to combined


Bending and Torsion ",Aqt Journal, Febr .1971.
-19 ,..

28. Patana R~nteto~lng :nPuntlr <torsi) pada b2lok befonn,


Skrlps_J untuk SardJaf1a _Tekr:lik. Sip II, Bagta~ Sip I I
I.T.B., Pebrl971

29. Pucher, ~. :'Lehrbuch des Stahlbetonbau:es: 1 ,Sprlnger


Wlen 1953.

30. Cowan, H.J.: ;;Reinforced and Prestressed Concrete In


Tots len '', E.Arnold Ltd, London f9'65.

31. Sallg~r, R. :'Oer Stahlbetonbau:, Deutlckc, Wieri 1949.

12.9. Teoan~an qeser pons dan tulangan geser pons.


{naS!!"'1h as I i. ps. 14_. 10 >
Penget,huan k ita mengena i ke.runtuh:,n Q(')Ser rons ternji9ta
adalah lebih bc!lk dari pcd::, pcn~:fetahu?.r. ldtz m:>ngenel keruntuhan
geser lentur den puntlr, \1:<3f;:oupun :rr s31chnja leblh kompleks, knre-
na. merupakr.n k~runtuhan tl~B dlmensl.
Pc-mjelldikan teoretis dan e'ksperlmE:Jntll jang sangat lnten-
slf mengen"i geser pons telah dliC'!kukan dl Royal Institute of Tech-
nof9gy Stockholm (Swedla), j3ng tel~h meletakk~n das~r j~ng .kuat ba~

gf pengertlan d~ri mas?lah keruntuha_n geser pons pada scat Int.


Teori dasar m~.-;ngena i keruntuh~n geser. pons untuk pertamaka I i d-1 ba-
rlkan ~leh Kinnunen dan Ny.lander dc:dam tr-:hun 1960 (Ref.32),jang
dlperlengk1"p d$lam tahun 1963 oleh Kinnunen (Ref.33) dan
Andersson (Ref. 34).
Per~turan be.ton d i Swed I a mengeM i gcser pons d I dasarkan pada h~s II

k~rya Kinnunen, i'-lylander dan Andersson dlr>tc.s. Rumus2 mer:3ka dite-


rim::t dan dlsetudjui ol~h CEB dalam sl-J!ing pleno dl London Oktober
1965 <Ref. 35). Akan .tetap i, teor I keruntuh?!n geser pons In I beg i tu
rumlt, sehlngg;:: CEB tldak mentjanturnkannja sebagal rokomendasi_. te-
tapt seb~gai reference resml jang ditjantumk~n sebagal lampiran.
_Sebagai rekomendasl, CEB mentjAntumkan ketentuan2 berdasarkon ~ng

gapan-anggapan penjederhanAan. Djug:-':' t-.CI-Code jang baru CPcf.8,9)


meng~dakan penjaderhanaan2do~ikl?n.
- '20 -

DTdalam Workshop Beton j.-1. masalah geser pons telah


dibaha.s t}ukup p~mdjang~ dtrriaMa teori Kinnunen dan Nylander telah
'. ': ,
dibahas, dan diba~dinqkan dengan ACt-Code jang bPru. Sepertt dlmak-
hitnf, .Workshop Beton telah mengambi I :kep~tusanuntu.k menggunakan
penjederhanaan2 sesuat dengan 1\CI-Code.
Demtklcmlab. da_lam a.Jat (I) dltetapkan bahwa perhttung-
an geser pons boleh .sa.dja d,i l.akukan berdasarkan. teorf2 jang tepa+
0

(batja teort Kfnnunen-Ny lander-Andersson), tetapt dapat djuga df-


hltuna dengan rumusdalaM ajat(2) berdasarkan bidarig krltls penq-
gantt. Kedua ajat tnt sama lslnj::=t denqan,.askah asll, hc;mja redak-
. . ' . ( . .
st' dlsempurnakan. A.Jat (3l memberl.petundjuk bagatmana memnerhf-
tungkan lubang2 dalaf'l'l pel at, janq telah dfambll dart ACI-Code.
Atas usu I :Workshop Beton ( s~huburigan dAngan pandanqan I r. E. Parlma-
kusumaj ~al~m nask~h b~ru aja~(3) l~l dldjelaskan dengangambar
'(Gambar r2.9.1.). .Selandjutnja naskch
. .
as I i tldak memberf ketentu-
an apa2 m~ngenal penulangan geser pons dan hal tnt sekarang ditam-
pung.
Penulangan geserpons telah.'kamf u'sulkan dalam lrJork..:.
shop Beton, jaltu sesual dengan mEmurutACI-Code dan telah diteri-
ma. Mengerial penulangan geser'pons.'i'nt Act-_Code leblh berorienta-
. .' . .
sf pada pemasarigan penahan2 geser (shear-heads), sedangkan Ktnnunen-
Ny larider..:.A~de_rsson djustru hanja.ment~djau ttda~~an b3djb; bu.lat.
Bagi klta dl Indonesia, mu~:gkin penula~g~n j~Ag terach.ir rnt leblh
' tetapi karena tjara penentuartnJa arak sufit, maka da-
praktis. Akan
lam ajat (5) ditetapkan bahwa tulangan ge.set pons boleh dihltung
sepertl tu I angart geser I entur, asa I tu I angan jang d I pero leh hanja
dlanggap efektlf 50% dan tebal pelnt t:dn\ k..;tan(l d::~rl 12,5 'em.
Ketentuan lni adalah son.gat kons~rvatlfp k;:1rena Ttu oJat lnl 'djuga
memperbolehkan orang men~hltung tulangnn dengan tj?~ra lain (batja:
t jara Ki nnunen- t--! y l'ander- Andersson).
Penul~ngan qeser po~~ denqen panah~ni ~r:er m~nurut
ajat(6) sepenuhnja diambi I rlari AC.I-Code janq baru (Rd.8,9.>.
Dalam hal inl, mastng2 tjnba~g penahcn geser ketjuait. :mer'!'lkul; ge-
ser pons djugfl memikul lentur dengan mm.'1psr:,it:..;~~:~~"":ll cc:r;~.r_..~;Jie

action.
- 21 -

Ajat (6) memberikan petundjuk2 b~g~fmana mempe,rhitungken composite


action lnl, tetapl hanja untuk kolom2 Intern"' Untuk kolom2 luar
efck2 pu~tfr aklbat transfer.mom~n ::mtara pelct dan .,JoM tern.Jata
memegang peranan jang pentlng,d?n hasl 12 pertjobaan bel.un; fjukup
untuk dapat memperhftungkan eff1k2 p1Jntlr tsb. Ag~r febihdjelas ,
0 ,

berlkut dlberlkan penurun;,n rumus2 dalam ajat (6) lnl.


Menurut ACI, ldeallsasi d3rl pembaglan gnja meltnta~9.
sepandjang suatu tjabang penah~n geser dart suatu kolom lnternpada
keadaan batas adalah sepertt dttundjukk<"'n dal.am Gambnr I. Gaja
roollntang sop_;-::ndjang mastng2 tjabcng tsb. dlanqqap tetao sebesar
1/4 KPr, dlmana K adaJah perbandtngan antara El dart penahan geser
dan El darl penampang komposit, jana terdlrl dari baglar pelat se-
lebar kolom dltarnbah d'3ngan tinggl m~nf'3ct pelat, dldi'.llam man;; pe-
nahan gesertsb. tertanam, sedan~ll<<"'n Pr adalah g~ja mellntang jang
menjebabkcn retak miring(= dlaqonal cr0cklng shear). Akan tetapl
gaja mellntang makslmum dlsekltar bldang muka dari kolom dlambll
sebesflr gaja me I I ntang tota I j?.nr bGk8rdja [Pda rnas I nq2 t jabang
1/4 P dikurcngi oleh g'9ja mel~ntr.ng j;:mg dirnggan dlplkul oleh
u

i
ji-t~

"f n
t I l~.o--------,
~u- rr(I-K) _t t

Gi"~mb:otr I.
ldeal!sasT pnrniJ?lglrn gaj-" mellntrno
pl'!ld: penahanc='n geser f'l"~d""' ko-~dc:'ln t,atas.
- 22 .

kolom melaluf,.daorah tekanan dart pelat. Suku .terachlr lni dfnjata-


kan sebagat. 1/4 Pr {.1-K>, sehfngga nl lafnja mendekatf not. p~da pe-
nahangeser jang .beret dan mendekatl 1/4 Pr pada penahan geser j~nq
sangat rf n~;:!n. Se I andjutnja d f;:mqg;:~p bahwa Pr,...... !Pu. Deng;:,n C~ng
gapan tnl, mak~ momen batasmakslmum jang hr.rus diplkul oleh badj3
prof f I mendjad f
1.
M
pu
1
= --
8
KP
u
. ( I p - !a> +.
8
p t
u

1
= 8
p
u [ t + k <I .
p
- !a>]

Dfdal~m djalur kolom, badja profit penchan geser menurut


ACI dfang~ap dC~pat menjumbanqkan momen sebesar :

1 p K
M = (I - !a)
su 8 u p

sehfngga momen jang dfplkul pleh pelat melalui tu.langannja adalah


momen total djclur kolomdfkurangi deng;:on M
su

Reference 32. Kfnnunen,S.; r:;ytander,H.: Punching of concrete


s I abs wf thout shear re,Jn.torcemenfn, Transaction of
the Roy~l Institute of Technology, No.l58,
Stochholm, 1960.

33. Kfnnunen,S.: ;Punching of concrete slabs with two-


way reinforcement, with speci"'l reference to dcv1el
effect and deviation of refnfG:-ce7"'tcni from polar
symmetry: 1 , Transnctfon of the Ro;val Institute of
Technology, No I98,Stockholm, 1963.

34. Andersson,J .L. :~'Punchtn~' of cc.ncrete slabs \.,rt'th


shear reinforcement::, Transaction of tne Royal In-
stitute of Technolor;y, l\'o.212:Stockholm, 1':63.
- 23 -

35. Br-akEd ,J. :"Doorponseni~$ De Jng. Nr.5, Beton &.


Betoneonstr~ t , Febr. 1967.

12.10. Konsot pendek (corbel>


Dldalam naskah asll ko~sol pend'ek hanja dfslngguhg dalam
suatu ajat darf. pasal 14. 7; sekaranq dltetapkan dalam suatu pasaJ
tersendlri. Kaml kfra tlaJ Tnf se:lajaknja dlltlkukan, karena penje-
1fdfkan2 terachir mengenai konsol2 pP.ndek menundJukkl:m raCJam2 kerun-
tuhan jang lain dari pada menurut truss-::~natogy jC~ngdianut seba-
1umnJa dan ma I ah d I tentukan 'da:l ?"1"'1 D0r"':lturan2 beton jr:mg I ama.
Sepertl dikete~hul , apabf Ia dlngonal teaan ibE";ton masfh dapat
dianggap bekerdja; maka menurut truss-analogy dlnrionnl tarlk untuk
-mengimbangl gajc vertlkal dan g?~Ja df::gonal tsb. harus dlpfkul o-
leh tu I ~ngan ~i rl ng dan besarnjn ?.da hr. P/V2 ..Aorb i ln d I agon::::l
tekan be ton d i anggap s:..dah t i dak efekti f, tetap i beton d ranggap da--
pct memlkwl goja tekan horisontal, m~kn menurut truss-analogy dia-
gonal tarik untuk mengimbangl gaja vertikrl d3n gajo horisontal tsb.
herus dlplkul oleh tul~ngan miring dan dalam h~l lnf besarrija ada~

lah P Djel~s klranja,behwc menurut kedua anggapan dlata-s re


Vz.
0 .
tak potensJal berdjalan mlrino 45 dar! sudut ai'as udjunq konsol
kearah sudut bawah djepftan konsol. KGdua gngasC"n.di~tas tertjan-
tum dalam banjak textbook. Dldalam GRV 1962 h~J inl djuga dltjan-
tumkan, tetapf dengan sedlklt modlflkasl, jaitu bahwa retak paten-
sial diatas tidak berdjalan miring 45, tetapl klra2 60 sehlngga
gaja tililang~n miring harus dlambl I sobes~r 0,75 P.
Darlpertjobaan 2 dalam IJngkungan ACI.dengan 200 buah kon-
sol-konsol pGndek (Ref . 8,9.), ragam. keruntuhan se~erti dlcnggap di-
angoap dlatas ternjata tfdak benar Retak potensi?l j"~ng terdj;"3dl
pada umUmnja djustru sebaliknja, j0ftu darT sudut ~tas djepftnn
konsol kesudut b?.wah udj ung konso I (II hct gc:mb"~ r 12. 10. 1), seh I ngga
tulangan miring s~masekal I t:fd~k bergun::: k~ren? arahnJa. klra2 se-
dje~djar dengan retak. Keruntuh:m jang terdjad i sesungguhnJ: I nl I e
blh merupakan suC~tu shear-friction f;;Jfure.
- 24 -

Untuk menga1-~sf shear-frlcttt.on faT lure 'lnf ternJata tulangan horf-


sontal j'=lng pal Tng efektf-f. Djlimlah tulangan horfson~al: fnf dihf -
tung sbb:
Padc keadaan batas, tu I :=~ngc=m jang .-sudah ~e I e I eh d I anggap
sudah tfdak :dapat bekerdja sebaaal dowels menah~n. geseran tegak lu-
rus pada si.Jmbu2 batang; tetap I 'mas I h akti f manah<"'n tegangan tart k
seh I ngga menek!h bag I an konso I sebe I af.l I uar dart retak: potens I a I
kepada baglan konsol sebelah da1am dart retak potenstc:d. Dengan de-
mfktan bldang retak bekerdja seb:::~g<'ll bfdang gesek~ dlmana gaja2 tu-
1ang~n. menger~hkan gaja gesek total sebesar' Ah. ()~ ~u f, d lm(.'lna f
ade~lah koeffsfen gesek. Gaja gesek fnflahJ~ng'ha,rus mentjegah ter-
f'epasnja baglan luar konsoltgrhadap baglan daiAm konsol aklbat ga-
ja vertlkal P. Dart kesehnbangan kedua gaja tsb dldap?~tlah r:-urnus
( 12 .10. 1 ).
Seluruh pasal 12.10 Tnf dl?rnbll darl ACt-Code j~ng baru
(Ref. ~8. 9. )

12: 11.Perletr:~kan '<hecrlng).

Pasal fnl tidak ada d~l~m n~~~~h ~sl t , dan sekarang dia-
d~kan atas usu I Workshop Beton ( se.hubungan dengan usu I I r .Suwarno).
S~luruh p::-sal ini dlambrJ d~ri .1.\ci'-c~d~ (Ref.9 .)
Tegang~n perletakan jrng dltentuke:n d;::llam aj;Jt (1) berla-
ku untuk perlet9kan2 beton jnng.tldak dlberl tulangcn lateral 'untuk
men~han splitting stresses.
!\jaf(2) d I adaknn untuk menampung bl danq2 per'letakan jang
leblh_besar dcrlpada bldang tekanan. Da1cm hal lnl beton sekel11tng-
nj~ mengekang b 1dang tekanan, jcing mengh~s 11 kan kena.l'k~n dar I ke-
kuatannja ( keadaan teg<"ngan ruang). H~ I I nT. d 1tundj ukk8n o I eh
.. . ..
Hawkins (Ref. 36).
-".iat (3) mennmpung btdang2 pei-letaknn Jang teplnja ml-
rlnrt 21tau bertcmgga. Selam"' kemirtngi='ln tept tsb. tldak terlalu be-
sar, m"'ka kenjatacn bahwa blda'ng pei-letak2n ~dalnh leblh besar d~ ..
rt bldang tekanan dapat dlmanf~r!Tkan . B?fas k9mi r'ingan 1:2 djangc.n
dlkctjaukan dengan djalan penjPbcr~n 9~j~. 8-trs kemirin9Pn lnT
- 25-

menentukan volume beton mtntmum jang !-,c.irus ada dfsekel I I lng bid~ng

tekanan u11tuk mendjami ~.. efek_pengek::,ngan tad i.

Reference . 36. Hawkfns,N .~,1. :: 1 The bearing strenqth of concrete.


loaded through rIgid pI ates;, ~~cgaz I ne of Conc;ete
Research, Voi.20,No.62, ~~c.rch 1968.
PENOJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-XI I

o I e h

lr. Wlratman Wangsadinata

12 Agustus 1971
- 1 -

PENDJELASAN PERUBAHAN NASKAH P.B. I. 1970.


Oleh :
lr. Wiratman ~!ongsa~:in:~ta.

Bab 11.- Perhttungan kekua;an berdasarkan pr!ns:;2 teo&i clastisltas


( perh 1tungan t.J a ra-n.)

Teorl elastisitas sebagai tltik tolak untuk perentjanaan


penampang beton bertu.lang aklbat lentur praktts sudah akan dltinggalkan
samasekali daram waktu jan9 singkat. Blla klta mel'ihat pada peraturan
beton jang baru dl Djerman DIN-1045 (Ref I,) dan di Nederl~rid VB 1972
(Ref.2>., maka untuk perentjanaan penampang, teor-1 elastlsitas untuk
lentur sudah dltfnggalkan. samasekall dan digantl dengan priri.sip2 keku-
atan batas. Menurut Ref 3., dl USSR hal lnl sudeh dilakukan sedjak 1938
sedangkan Comlte Europeen du Beton CCEB> sedjak berdirlnja pada tahun
1953 sudah tldak menlndjau lagi teori elastlsitcs untuk lentJr.
Dlsamplng itu ada pula negara2 janq dalam peraturan betonnja jang bsru,-
sepertl ACt~Code (Ref. 4,5), masih memperkenankan penggunaan teori elas-
tlsltas untuk perentjanaan penampan~ terhadap !enfur, ~ebcig3l atternatlf
dart teori kekuatan batas, wa!aupun' teori elastisitas tsb. sudaH tldak
dlperlntjt lagi. Rupa2nja hal in! dltetapkan sebagal peralihan kepeng-
hapusan total dart teori elastisitas untuk perertjanaan penampang terha-
dap lentur dalam revlsl peraturan mereka j.e.d ..
Bahwasanja untuk perentjanaan penampang terhsdao lentur
teorl elasttsltas mendjurus pada pemborosan dan kekaburan dari keamanan
konstruksl, sudah tldak dlragukan lagi (fih.Ref 6 ). Ak~n tetapi ,
teori elasttsltas beton bertulang sebagal limu akan terus bertah~n, dl-
sampfngnja sebagal alat untuk memeriksa konstruksl pada beben kerdja.
Seperti dlketahul, suatu konstruksl jang sudah direntjan"lkan berdas::~r
kan keadaan bat~s, maslh harus df~erlksa keadaannja pada beban kerdja,
sepertl lendutnnnja dan Iebar retaknj~, hal m~na tidak dapat di lakukan
tanpa teorl elastlslt~s. Lebar ret~k misalnja , adalah suatu fungsi da-
r! tegangan kerdja d~lam tulangan d~n tidak ade korelaslnja dengan
tegangan atau regangan pada keadaan b~tas.
- 2 -

Tegangcn kerdja d,rl beberapa penamp~ng krltls d~p~t tepat sama, teta-
pl regangannja pada keadaan bat~s p2dc umumnja ~k~n berbedn, sesual de-
ngan urutc.n beraJJhnja penampang krltls ltu mendj3dl send! plastls. Dju-
"c tintuk menpevaluasl keadaan2 teangan dal3m eksperlmen2 dil~b6r~tori
um, klranja teorl elostfslt0s tetap ok?n memeg~ng peranan jang pentlng
D:::rl uraian dlatas djelaslah, bahw? apcbi Ia teorl elostlsi-
tas untuk lentur toch akah dlpertah~nk~n d~lam per~turah2 baton, m~k~
hal lnl leblh diorientaslkan p::-da pemeriks:vm konstruksi poda beben ker,..
dja, d:'!n buk~:~n sebagai dasar untuk perentjanaan. Berhubung dengan itu,
makA teort elastlsltas beton bertut~n0 hcrusiC!h dldudukk:m kep~da pro-
_porsf jang sebenarhja, sehfngg"l dapat dlpr>k;:!l setje!ra umum d?n tfdak
terikat oleh pembetasan2 tertentu (mis~lnja n h2rus varinbel}. Mak~
dalam djfw~ lnllah harus dillhat keputusan kfta mempertahankan t~ori
I

elastlsitas untuk lentur dalcm P.B. I. 1970.


Berhubung P.R. I. 1970 sementara lni masih memeperkenankan
dlpakalnja teorl elastlsltas untuk perentianaan penampang terhadap leo-
tur maka sebagal konsekwenslnja l~lah, b::hwa setlap ketentuan dari pa-
sal-pasal dldalam bab I I h~rus mempunjal counterpart-nja didalam
bab 12. Pr~nslp lni telah dius~hakan sedjauh munpkin didalam naskah ba-
ru dart bab I I ini., jang dal~m n~skah asl i belum begltu nampak.

11.1. U mum naskah asli ps~ 13.1 ).


P;::~s-:;1 ini adalah counterpart dari p2ls?ll 12.1 j?.ng mengu-
raikcn ~ngg~pan2 jan~ harus di~mbll untuk perhitungan.
Didalam ~,13t (I} a. I. ditetapkan besarnja moduluel sekan se-
bagal fungsl dari (ketjepatan) pembebanan dan dari mutu beton dalam
rangka membuat teorl elastisltas beton bertulanq berlaku umum. Penu-
runan rumus2 modulus sekan tsb. telah kami berlkan dalam Ref.6.
Perlu dlperhatikan',bahwn modulus sekc.n menurut rumus2 tsb, adalnh mit-
nimum. Pembatasan inl berhubungan erat dengan peeentuan angka ekiva-
lensi n dalam ajat (3}. Selandjutnja dfdatam ajat in! djuga ditetap-
kan, bahwa tegangan tar i"k dapat d i anggap d f pI ku I sepenuhnj a o Ieh tu-
!angan. 1-Jal fnf berartf ~ bahwa apablla dllnqf.nkan, boleh sadja beton
djuga diperhitungkan memikul tegangan2 tarik saf'Tlpai batas2 tP-.-tenl"u,
tetapl hal lnf dTdalam ~askah baru tfdak ditentukan in extenso untuk
- 3 -

memetf"hara keseragarrldn den0an counterpart ketentuan i-nt dafam bab 12.


Seper-t1 dtketahul, dalam perhttungan menurut kekua.tan batas dalam pasal
I2. I d Itetapkan b"ahwa beton t Idak d tanggap meml kut tegangan2 tart k.
Ajat <2> I anqsung memper.fn<:;~atkim ktta bahwa tegangan2 jang
difdjfnkan harus diambl I menurut pa~al 10.4 ajat (2) b.
Ajat (3) men:entukan besarnja anoka ekivalensf.
Pengaruh besarnja n tertiadao perentjanaan tulangan telah kamt tun-
djukkan da Iam Ref. 6 dan Ref. 7 , d imana set jar a s i ngkat dapat d I kemu-
kakan hal2 berikut
- pada lentur murn I, dfmana teganqan badja jang menentukan,
nllai n praktts tldak mempengaruhl djumlah tulangan jang
diperlukan;

- pada lentur denan gaja normal, dimana tegangan beton


]M!';' menentuk~n, djumlah tulangan sanoat dipengaruhl oleh

n: makin ketjit n relatlf makln banjak tulangan dlper-


lllkan.

Nllai2 n jang tertjantum dalam Tabel 11 . 1.1 telah dihi-


tung berdasarkan modulus sekan beton menurut ajat- (f), dan .dldalam
Ref.4. telah kaml tundjukkan, bahw~ nlla12 n tsb.adalah sedlkft leblh
rendah dart pada jang difentukan dala~ peraturan .betoo qi Djepang
(AIJ Structural Standard), djedi P.B. I. k1ta sedlkit leblh konser-
vatlf dlbandlngkan denoan peraturan beton dl Djepang.
Penentuan nilal n jang variabel telah menimbulkan dlskusl
jang pandjang dalam Workshop Beton j.l.
Hal frll dapat dimengertl, karena dl Indonesia lni para fnslnjur kita
sangat dlpengaruhi oleh konsepsi dl Erooah Barat <Emperger, Morsch),
dlmana sedjak tahun 1936 telah menetapkan har~a n jang tetap= 15,
sehingga penentuan nllai n jang varlabel dalam P.B. I. menlmbulkan
reaks1 jang keras. Mereka jang seumur hldup hanja menqenal tabel2 dan
nomogram2 dart M5rsch atau tabel2 lain dengan n = 15 dapat dlmenaertl
akan men~adjukan kebnratan2 melepaskan kebfasaan jarig sudah mendjadl
sebagian dart hldupnja Kalau dengan n = 15 ternjata bangunan2 tl-
dak rubuh, m0ngapa kita harus merubahnja ?
- 4 -

Del"! I k tan dI kemukakanda I am \~orkshop B0ton, Apab II a ,J< Ita per hat i kan. n II a J2
n datam Tabe I II. I. I , mak>a ter II hat bahwa n =- 15 peda umumnja. I eb Jh
rendah dart~da nt1ai2 jang tertjan1'um dalam tabel, sehlngga memang be-
nar bahwa n~= 15: adalah diplhak jan~ aman~> tetapl ka,ang2 ter:Jalu kon-
servatlf (I I hat Ref. 7).
Untuk.mereka jang tet~p lngin men9gunakan n = 15 untuk semua
keadaan, redaksl baru earl ajat (3) Jnl maslh r~Pmungklnkannja. .D.idalam
ajat lnl ditetapkan, bahwa nlla12 n jang tertjantum dalam Tabel 11.1.1
adalah nl lai2 maksimum (modulus sekan manurut ajat t a~a.~ah minimum).
Artinja, bl Ia di lnglnkan boleh -~adJa diambll n jano lebih rendah, ter-
masuk n = I 5. Den!)an redaks I Janq baru in I; keberatan2 jang d 1kemuka-
kan dalam \~orkshop Beton klranja sudah dapat dlatasl. Agar P.B.I. jang
baru langsung dapat dipukal, kami sendlrl telah menjusun tabel2 dan
nomo~ram2 (Ref.8,9 ) berdasarkan nl lal n jang varlabel.
Ajat (4) menent~kan, bahw~ bila dllnginkan dapat diounakan
moc;l if I kas t dar I teor I e I ast 1 s J tas, Ja 1tu d i mana untuk. tu I anaan tekan
daoat dipakai angka eklvalensl jana leblh besar dart n, denaan maksi-
mum 2n.
Didalam ACICode jang lama kotentuan lni dlsjaratkari, tetap1 dalam
P.B. I. ditentukcn sebagal alternatif. Hal ini klranja leblh tepat,
sebab penghematan dalam tulangan tekan den9an mPnggunakah mod1flkasl
teori elastisitos inl ternjata tldak seb.erapa besarnjr:~, sepertl kaml
tun6jukkan dclam Ref. 8.

11.2. Keadaan selmbang elcstis dan pembntasan tuloneen.

Didel~m ~j~t (f) diberikr:~n definlsi dart keadaan ~eimb2ng

el~stls. ,l},j~t fnl adal~h counterpart d""ri cjat (I) p;3Sfll 12.2 jrng
~emberlk~n definisi d~r1 keadaan selmbr.ng batas. Perlu.dlpering3tkan
bahwa k:~'::!dacn seinb=:!nq elast1s adalah tld:::~k s~m:1 denr.~an kenda?.n seimbcng
bates.
Berhubung didalaM pascl 12.2 njat (2) dltet~pk1n pemb~-

tcscn tulang0n 1 mcka didalam p1sal 11.2 lni djuga hi'lrus ada keten-
tuan mengen"" i pembfltas~m. tu I <ma0n, sebaga I konsekw~ns i.. dc>r I d 1tetapkan-
nja tjcrc 8IGstis dan tjarc keku""tan b~t~s seb~q~l tjar~2 altern2tlf.
- 5 -

Da I am hcd In I, se lajeknja :pembet~g~n tsb. d lnj~takan da I am ketentuan2


menurut teorl elasttsltes. Her lnl dlt~mpung oleh a.Jat <2L-
Pembatas~n tulang~n lnl tel~h kamT 3djuk~n pad~ Workshop
Beton, tetepi tfdak mendF,pat response d~rl p::!ra peserteo, jang mengang-
gap tfdak perlu dladakannja pembatasan lnf. Karena ttu melalul pem-
bahasan lnl seka.l I lag! kaml tekanki"ln p~rlu adanja pembatasan tu+ang-
an lnl, bukan s~dja untuk memberlk:."'n counterpart kepada pa-sal 12.2
ajat (3), tet?-pl djuga untuk sedfklt banjak "menjelamatkan" tjara -n,
agar tldak tetap merupakan tjara jang bores d"lam hal penentu::!n tulang-
an tekan. Dengun ketentuan ajat (2) lnf,meka penampanq2 balok umum se-
. karang baru perlu dfberl tulangan tekan apabfla tulangan tarfk mentja-
paf 1,5 x djumlah tulangan tarlk pada keadacn selmbang elastls.
Ketentuan pembatasan tufang~n ltu sen~lrl, telah k~ml turun-
kan dar! pembatasen tulangan menurut pascl 12.2 ajat (3) dengan men-
tjarl dulu korelasl antara keadaan selmbang elastls dan keadaan setm-
bang batvs.
Haf lnl tehh karti kemukak~m dai!':lm ~forkshop Seton dan untuk djelasnj~
kaml kemukak:"'n sekcd I lagl dl~fnl.
ApebliC~ koeflslen tulcmgcm tr:~rlk pada keadaan selmb~nq el<"stls klta se-
but uJ 0 d21n pada keadcan selrnbang b""tas kltr sebut ~Jb , mak:~ ben-
tuk .penampang balok persegl klta ket~hul berl~ku :

'.Jl 0 =
-
(ja
2 ( I + _ __;;._
n a:
b
if:_
b

= 2940 o;,k
7350 + GF.IU* (j
*3U
- 6 -

Untuk beberapa kombt'nest mutu betor.~ dM mutu badja, (AJ 0


d?~n wb dftjcmturnkan d~lam t!'lbel berlkut :

Wo
-
pemb, tetnp. f.l9mb~ sement~ri'!
wb

K 125
u 22 0,0078 0,0085 .0,021.

K 175
u 24 0,0109 0,0 Ill 0,026

K 225
u 39 0,0069 0,0069 0,0.18
I
K 175 I 0,0038 0,0036
!! 0,011
u 48 l .

DPri t?bel dl~tas.djel~s terlih~t, ba~wa ~dal2h. amar (kon-


servatlf) apabi Ia wb senantl1;1s~ dlanggap sama denoan 2 W0 df-
.1 I hat darl serl pennamanan terhadap pember.lan tulangan jang terlalu
kuat <overrelnforcement).
Dengan memaeukan t~b = 2 lu0 kedalam sjarat2 pembatasan tulangan
menurut pasal 12.2 ajat (3), didapatloh pembatasan2 jang ditentukan
d a I am a j at i n I
Selandjutnja untuk menghlndari salah penafslran dari penger-
tlan underreinforcement' dan aoverrelnforcement:', maka hal lnl sama-
sekalf tldak lagi dlsin9qung dalam pasal inl. Kedua pen0ertlandlatas
hanja berhubungan denoan keadaan balok pada keadaan batas, sehingga
selajaknjahanja ditentukan dalam pasal 12.2.

I 1.3. ?enampang oerseqi akibat lentur murni.


Pasal ini adalah sarna sepertf naskah aslt, hanja dttambah-
kan sj a rat tu Iangan rna ks i mum uritu k penampario2 ba Io k umum dan penam
pang-penampang balok jang merupakan bagian dari slstlrn pemikul beban2
horizontal menurut pasal 11.2 ajat ('2). Pasal lnl adalah counterpart
derl pasel 12.3.
Penurunln rumus2 jang dlmuat dalam pesal fnl dapat dlkete-
mukan l'etl!lm Ref.&. ~erdasarkan rumus2 tsb.teleh disusun suatu compu-
ter program dengan mana dlhasilkan tabel2 untuk praktek jang dfmuat
dalam Ref.8. Oengan adanja tabel2 fnl; ma~a klranja tldak ada alasen
untuk maslh rnenolek nltal "'jang variabel karena tfdak ada tabelnja.
P~l lnl kaml kemukakan, karena alasan fniserlng dlkemukakan dalam

praktek.

11.4. Penampang T aklb~t lentur murni.

Pasal fnl adalah sama sepertf n~skah asll, hanja ditambahkan


sjarat tula~gon maksfmum untuk penamp?ng2 balok umum dan penamp?.ng2
ba lok jang rnerupakan bag! an dar! s i stlm pemf ku I beban2 hor,lsonta I
menurut pasal I 1.2 ~jat (2) Pasal tnt ndalah counterpart dart
pasa I 12,4.

11.5. Pen~mpang kolom persegi denq~n tulanqan sfmetrls.

Untuk memellhara keseragc-man dengan nasal 12.5 sebagaf coun-


terpart darl p"lsal lnf, mr-ka dalam naskah baru lnl dttjantumken _rumus2
umum, j~ng ber~aku balk untuk garis netral j~ng djatuh dldalam penam-
pang (Stadium Retak), maupun untuk garfs netral jang djatuh dlluar pe-
nampang (Stadium Utuh). Penurunan darl rumus2 inf dapat dlketemukan
dalam Ref.9.
Berdasarkan rumus2 umum fnl telah disusun suatu computer
program, dengan mana langsung telah dlplot nomogram2 (Computer P.U.T,
18~ 1130) untuk perhitungan2 dalam praktek. Nomogram2 lni dlmuat dalam

Ref.9.
Oidalam llteratur dapat dtketemukan berbagal matjam bentuk
nomogram u~tuk perhltungan penampang kolom dengan tjara n, seperti
nomogram Morsch, Pucher, Plantema, dll. K~tjualt bahwa nomogram2 tnl
hanja berlaku untuk n = 15, djuqa pada umumnja membedakan antara Sta-
diu~ Retak dan Stadium Utuh, sehingga pada pendemenstan pBnampang ko-

lom seorang perentjana harus memperklrakan sebelumnja nomogram (stadi-


um) mana jang harus dlpakai. Djika ternjata perklraan tsb. tldak benar
- 8 -

<artlnja stadium jang dlhadapl adalah tldak sesual den~an stadium jan~
dlperklrakan sebelumnja), m~ke perentjana harus plndah nomogram.
I

N~r~rn Jan~ kaml susun berdasa:kan rumus2 umum jang dimuat


dafam Ref.9 ttu,. menu.ndjukkan garls2 lengkung konthnu, mula! dar.l
StadIum Utuh sl'!mpa I pada Stad 1um Retak denqan pera II han jang II t J In
dan jang b~rlaku untuk eembaran9 nllal n. Dengan adanja nomogram2 lnl
Make seoran9 pcrentjana tldak perlu lag! mempersoalkan dulu stadium apa
jang dlhadapl, karena hal lnl otomatis dltampunr. oleh nomo~ramnja.
Bentuk nomogram lnl tepat sama sepertl countero~rtnja untuk kekuatan
batas (pasal 12.5 >, sehln9ga dalam perubahan tjara perhltungan darl
tjaran ketjara kekuatan batas tldak akan tlmbul ketjanggungan atau
kesul ltan2 adaptasl.

11.6. Penampano kolom bulat dengan tulangan si~etris.

Seperti halnja pada penampang kolom persegi, djuga pada pe-


nampang kolom bulat inl untuk memelihara keseragaman denqan pasal 12.6
sebagal counterpart dari pasal lnl, dfdalarn naskah baru telah dftjantum-
kan rumus2 umum jan0 berlaku balk untuk garis netral jang djatuh 'dlda-
lam penampan~ (Stadium Retak>, maupun untuk qarls nP.tral jang djatuh
diluar penamoang (Stadium Utuh). Penurunan rumus2 lni dapat diketemu-
kan dalam Ref.9,
Berdasarkan rumus2 umum ini telah pula disusun suatu com-
puter program, dengan mana langsung telah diplot nomogram2 untuk per-
hitungan-perhltunqan dalam praktek (Computer PUT, 18~1 I 130). Nomogram2
lnl dimuat dalam Ref.9 dan mPnundjukknn ~aris2 lengkung konttnu, mu-
la! dart Stadium Utuh sampal pada Stadium ~~t~k den9an keuntungan2 se-
pertl pada nomogram untuk penampang kolom ~ersegl ( lihat pendjelasan
pasa I II. 5 >.

I 1.7. Teaanqan qeser lentur dan tulangan aeser lentur.

Pasa I In i ada Iah counterp<:~rt dar i paso I 12.7 dan karl3na pasa I
12.7 adalah djuga berdasarkan truss~=naloqv, maka pendjelas2n pasal
11.7 ?.!dalch sama denr.mn pendjelasan pi"scl 12.7.
- 9 ..

11.8. Teoangan qoser puntir dan tulangan aeser l8ntur -puntir.

Pasal lni adalah cpunterpart dar! pasal 12.8 dan karena


pasal i2.8 adalah. djuqCI berdasc,rken teori elastlsltas dan truss-ana-
logy~ maka pendjelasan ~asal 11.8 adalai:Lsama d.13ngan pendjelasan pa-
snl 12. 8.

11.9. Tegang~n geser oons dan tulanqan geser pons.

Pasal inl adalah counterpart dari pasal 12.9 Karena kedua


pas~l ini d~sar2nja sama, mak~ pendjelasannja djuga same.

I I. 10. ~onsole Pendek.

P.1snl ini adz:llah counterpart dar! pas;:;,l 12.10. !<arena kedua


p~se~ lni dasAr2nj~ s~m~, m~k~ pendjelasannj~ djuga S3m~.

Reference I. DIN 1045 neu, Beton--Kclcnder 1971,


I.Tr-il, Ernst & s. 1971.
2. Ontwerp Voorsch~lften Beton VR 1972,
Deel A, Gemeenschoppel ljk Gedeelte,
Cement XXI I I, Nr 3~, M~~rt 1971.
3. Slgalov, E; Strongin, S-:;'Reinforced Concrete::,
Forel0n Languages Publ. House, ~~oscow 1962.
4. ACI : 11 Proposed revision of ACI 318-63, Building
Code RequIrements for RFJ In forced Concrete:;.
(berikut Explani'ltlon), ACI Journal, Febr. 1970.
5. ACI : 11 Discussions, editoriAl corrections and
proposed amand ments of Proposed Revision
of ACI 318-63', ACI Journ0l, Sept 1970.
6. Wlrntman ''' :;;Kn~m;:mc;n Konstruksi dal"m
oerhitun9an konstruksl beton sehubungan dengan
P.B. I. 1970 11 , Pub!. LPMB. 1970.
- 10 -

1. Wlr<'~trnan '~. :' Tjara umum perh!tunqan


penamp~ng beton bertulrnq ckTb~t lentur me-
. . . .

nurut teorl elr.stlsltas d~n pe~garuh 'n'


terhndap perr>ntjan~an:. Symposium Beton,
OjanuC~ri 1970.
a. \J i ratman '''. : ' Perh f tun~r..,n I entur dengan
t jar!"l 'n'. d i sesua i kan kepada P. B. I. 19701! 1
Publ. L.P.M.8. 1970.
9 .. "!ir~tman "" :'' Perhltungan kolom.beton bertulang
de~g~n tulengan s!metris menurut tjare-n den tjnra
keku:'!tt=~n batas;:, sHdang d i pers I apkan untuk
pub II k~s I.
- II -

PENDJELASMI T.I\MSJl.HAN PERUBAHAN NASKAH P.B.I.I970.


Oleh :
lr. '~lratman Wangsadtnata.

I. Pasal 10.5. Kekal<uan Konstruksi; a,iat (3) lendutan.

Dldalam berkas peMbahasan kedua tanggal I Maret 1971 telah


kaml uralkan rumus untuk menghitung lendutan balok, sehubungan dengan
pengaruh muatan djanqka pandjang thd. lendutan ltu. TP.Iah diperoleh su-
atu ru~us jarig tjukup praktfs, dlmana prinslpnja adalah Menghltung dulu
lendutan djangka pendck C= icndUtan elastls> aklbat muatan djangka peh-
dek, kcmudlan mPndjumlahkEinnja dengah lendutan djangka pendjang sebagai
suatu kellpotan dar! le.ndutan djanqka pendek.
Koeflslen perllpatan k ini didalarn berkas pembahasan kedua hanja ditln-
djau sebagal fungsl dari bentuk p~nampang dan dldafam suatu tabel dari
ajat (3) dlberikan nl tal2nja. Pengaruh dar! tulangan tekan terhadap
fendutan djangka pandjanq.
didalam berkas pembahasan ltu hanja dlsinggung
.
sedlklt <Tabel dart qeese), tetapl tldak ditlndjau dalam rumus terachir
dart P.B. I. Sementara. ltu, perhatlan terbadap lendutan djangka pandjang
In I dl luar negerl djuga tjukup besar. Dldalam diskusi dari peruba~an
ACt-Code telah dlkemukakan ber-baaai2 hasll research mPngenai pengaruh
darl tulangan tekan terhadc-p lendutan djangkn pandjang, jnnq dcpat kl-
ranja klta manfaatkan untuk roonjempurnakan rumus P.P.. I, klta. Rumus len-
dutan efastis sendlrl telah kaml kemukakan penurunannjc dldalam ~!ork
shop Beton j.l., akan tetapl bani p:'lre> anggot<l Panitia Pemb('lharuan P.B.I.
jan~ tldak hadlr pada waktu ltu, kesempat~n lni kaml pakal untuk mem-

ber I kan pGnurunan tsb. S"" ka I i Iag I


Rumus lendut~n terachlr jang akan ditjantuMkan dalam P.B. I.
adalah sbb:

f = f
e
a + p
- I 2 -

dengan

0,6
d I mana
f
e =
lendutan elastls akfbat b(? ban kcrdj a.
g = bcban matl terbagl rata per M2 pada pelat dan
perm' pada balok.
p ::r beban terbagl rata per m2 pada pe Iat dan
per m' pada balok.
g' = beban dJanQka pandjang ~erbagl rata per m2 pada
pelat dan per m' pada balok, jaltu beban matl
+ baglan darl beban hldup jang berslfat tetap.
p' = beban djangka pendok terbagl rata per m2 pada
pelat dan per m1 pada balok, jaitu baglan dari
beban hldup jang berslfat.sem~ntara, jaitu bekerdja
kontlnu selarna kurang dari 24 djam dan dltentukan
leblh landjut sbb :
- pada bangunan2 rumah t I ngga _I , kantor, hote I ,
m~snjld, dan bangunan2 sAdjenls, seluruh beban

hldup har~s dlanggap sebanai beban djangka


pAndek; /--........__
/

- pada bangunan2 perpustakaan, tempat arslp, gudang


penimbunan dan bangunan2 sedjenls, tldak ada
beban jang dapat dlanggap sobagal beban djangka
pendck (seluruh b~ban hldup harus dianggap sebagal
boban djan9ka pandjang);
pada bangunan2 industrl, baqian dari beban hldup
terbaqi rata per m2 jang harus dlanggap sebagal
beban djangka pendek adalah sebesar 150 kg/m2.

k1 = Koeflslen jann bergantung pada bentuk penampang


dan harus diaMbil sbb :
... 13 -

bentuk. penampanq kl

ba lok T dengan flens dalam


tekanan ....................... I,5
balok perseg T, balok I dan
balok kotak .................,.. 2,0
balok T dcn9an flens dalam
tarlkan ....................... 2,5

. k2 . = Koef Is I en jang. bergantung. pada perbanc11 nqan antara


luas tuta~gan tekaQ A' dan luas_tulangan tarlk A
dan jan!=J harus d iamb II menurut rumus

=
+ : A I /A

Apabi 1:- tid.ak dl!'lltung dAnqan tjara .lain, lendutan elastt.s f 9 aklbat
babari kerdJa dapat d I hI tung dinqan rumus bert kut :

2
{/a I
f = 0 I0- 6 [em]
e
a ( I - ~ ) h.

dfmana :

c:_..... = teganr~an farlk bAdja jan~g bekGr.9ja diteMpat lendutan aki-


bat boban 'kerdJa [kg/em2 ] ;
10 '= bentang pelat r.~t0u bn.lok menurut nj=Jt (.1) [em]

h = tlnggi manfar.~t pelat at,u b~lok (em) ;


a = koefislen jang bcrocntung pall? djenis b..,.tr.n(l 11t>.lang~m

dan harus di;:~mbil 20,8 untL:kb;::;tong polos dar\'.22,4 .untuk


batanajAng diprof: lk~n ;
- 14 -

S y/h = koeflslon dja.r~k g?.rls netral dltGmpr-it lendut~n,


jan~ bl Ia tldok dibltung dPngan tjara laln dapa~.dJambl I
sebesrr
.A. ,. dfrrtana A rdl'IICih
bh
lu?s tufMgan tar!k f
cm2J; b adal?h lebt:!r pelat ~tnlJ
bAdan balok [em], (J*... adalah kekuatan badja rentja-
na menurut T')bel 10:4.3~ [J<q/cm2} dr:-n. (T\k 2dclah
kekuat"'ln bf'lton k~rakteristlk monurut T""bcl 4.2.1 . [kq/cm2]

P~~ b~b~n2 jang terb,.qi rata, pcrb~ndlnoan {g'k 1k2 +


la~n d~ripr=-da

p )/ (g + p ) dtd~laM rumus lendutan h~rus dlqantl dengan suatu


besar~n jrng sesual, untuk ~~n~ dapat dla~bll :

+ fvl,
p

dlman~ m~slnc2 suku dldclam penjebut d::!n pembi lang diat"'s mcnundjuk~
ken momen Ientur d I temp fit IPndutcm Ak I b?t b8ban }'lM9 berscngkutan.

Lendutsn Elastls.
Untuk mPnRh i tuno :J endutan r-- Iast is dar i ba Iok2 be ton
bertulang terd:=~pat ber-baqai2 tj'"-r~ {Rd.l ). Tjnra j~ng direkomen-
daslkan oleh CEB adalah tjara dart Borges (Ref.2), jang berdasarkan
prlnsip double lnte~ration dart moment curvature diagram. Didalam
A.CICode jarig baru <Ref . 3,4) lendutC~ri efasfls {immediate deftectlon)
hcrus dlhftung berdasarkan suatu momen inersl~ balok efektlf jang
merupakan fungsl dr.~rl perb?ndlngan ~ntari::i rromen retak <crf'cklng moment)
dan momen makslmum dar! balok. Penulis2 lain membertkan tjcrc2 lain
pul8 untuk menghltung lendutan eiAstis lni. P~da umumnj?,rumus2 tsb.
telah dlperiksa keben~rannja deng~n h?.si 12 penaukuran lendutan jan~
sesungguhnja, dlm,.na n~da umu~~j~ terdfp~t persesu~lan j~ng memuaskan.
15 -

Untuk memberi ~~bebasan kepada pere~tjana tjara mana


jang dfpakai untuk men9.hitung lendutan elastis, Maka redal<si baru d::~
ri P.B.I. tfdak mengharuskan pemakaian rumus jang tertjantum. Seriop
rumus jang telah d I buktf kan ketepatannja dapat sadja d i paka i .A.pab i I a
tldak dihftung dengan tjara2 lain ltu, maka dapatlah dipal<ai rumus
jahg tertjantum dalam P.B.I. (djadi tidak mengikat).
Rumus P.B. I. diturunkan dari anggapan bahwa garis etas-
tis balok berbentuk ge-lombang.sinus. Untuk menundjukkan ketepatan q~ri
anggapan lnl baiklah garis siAus lni klta bandingkan deng~n garis etas-
tis balok atas dua tumpuan akibnt beban merata penuh dan aklbat beba:,
terpusat d l-tenga~2 bentang. ~1as i ng2 t jara pernbebanan ba I ok seperti
de'!'iklan dapat dlanqga~ sebagai tjara2 pembebanan ekstrim, dimana tja~a2
pembebanan lainnja terletak diantara kedua tjara pembebanan tsb.
Lendutan elastis berupa garis sinus, akibat beban terbagi rata p~nuh,
dan aklbat beban terpusat_ dl-tenah2 bentang, ditentukan ber-turut2 oieh
rumus2 ber I kut ( I I hat Ref. I ) :

f
X
= f
maks
sin
1T X
I
.......... . .. . .... . .. ( .u.,

4 2
16 X 24 X
I ) . (bj
f
X
= f
maks
(--
5 -r -5- 2 +
I I
0 0

3 x
2
X
f
.X
= f
maks
( 4
13
- - 6
2 + I ) ... ( c ~
I
0

Bila untuk beberapa harga x/1 kl~t hltung- f x/f rna ks menur~; ~e~i-
0 ..
ga rumus dlatas, maka klta mondapa-r q::.1bara:" ~tb :
- 16 -

I
f /f
X maks
x/1 0 0 0 1 10 0,20 0,30 0,40 0,50.
-
a,,,309 0,809 0,957 I ,000
ge1ombang sinus
beban merata penuh
beban terpusat
0
0 0,314
0,588
0,593 0,812' 0,952 I ,000 I
d l-tengah2 bentang 0 0,296 0,568 0,792 0,945 I ,000
.
D~rl tabe1 dlatas dJelas terllhot, bchw~ anqgapan ~rls efastls ba-
lok sebagal gelombang sinus dapat dlpertanggung djawabkan untuk sega-
fa matjam pembebanan.

~ ~ d ~X
I \
\
\
t
1"1 J
-n
sint-x-
I0
T TV netr""l
- - .L h --t
hv
_l _k

i
Gambar I.
.. t7 -

11"x
f)t f
1ft
sm 'OW

I0
~fx T( ~
ax X

~
f eos
!'1'1
'o 'o

.- fm { 7 0 .
~2 . ~ln.. 'I 0
X

Ufri'oJt )( a 1/2 I terd~f'at


0

, d
dx
4> X

x= 1/2 t
= - f
m
(
1f
to
>2
0

at~u

d~ )(, ,2
f
m (d)
dx x-1/2 r0 0

( dlambll ~arga mutlak nja).

Apabfla df-teng ah2 bentang ( x = 1/2 f ) terdap at tegangan badja


0
rata2 (makslmu~) (Tar , maka dart Gambar l.(b) dapat dlllha t
bahwa

d~ X -Ea ~,.
(
dx
=
h -y ,
a
E (h-y)
............ (e)
x=l/2 I a
0
- 18 -

sehlngg~ :::.:o;tkan kedelam ru'T''JS (d) dldap~t

2'
12
Uar 0 {1 ar 0
f ll:
= ro -6 <f>
m
,1 2 E <h - y ) Z; I 1~ 2 Ch-llh
a .-

Untuk menentukan u~r tindjaufah elemen balok atau pefat dfantara


2 retak ( Gambar 2.).

(i' = I /2 ( (- + aao
ar 'a >

(~ = tegangan badja dltem-


pat retak.
- = teganqan badja df-
'Jao
tenqah2 dlantara 2 re-
tak.
Gambar 2.
Dar! penjelldikan2 ternjata, bahw~ untuk batang polos dapat dlam-
b II va vao , seh I nQga
r ""'J 'i ,..J ~
c;,
sedangka~ untuk batang

jnng dtprofllkan ... {7~ 0 ~ , seh I ngga <J;r= 0, 925 u~

Dengan menqlslkan L~r kedalam rumus (f) dldap..,tlah rumus P.B.I.


untuk kn<i"ta.. '"'stls :

2
e
f
e
= ------
~ ) h
4 , -
(g)
a ( I - ..> .

deng~n a = 20:S untuk b~tan~ oo!os'dan a= 22,4 untuk betang jang


dfprofl lkan.
- 19 -

Lenduten plastis.
Beban djan~ka pandjnng menjebabk8n ran9kak dldtlcm beton
1 sehlngga lendutan elastis semula dltambeh laoi o!eh lendutan ekfbat
rangkak lnl C= lendutan pfastis).
Lenduten plast1s ternjata dapat dinjatakan sebagal kellpat-
an darf lendutan elastis jang bersangkutan.
Djad I :

k D-a 12
f plastls = k.f e
= 0 lf)-6
...... ' ., ...... (h)
a( I - s ) h

Multiplier k merupakan funsl I Inter dart bentuk penampang dan perban~


d i ngan A: /P.. 8 i Ia pen9aruh bentuk penampan9 k Ita njatakan dengan koef 1-
slen k 1 dan pengaruh perbandlngan A'/,G.. ldta njatakan dengan koeftst-
en k2 1 maka multi pi ier k dapat ditul is :

k = k I k2 . . . (i )

Pengaruh bentuk pena~pang sudah dlbahas dalam berkas pem-


bahasan perubahan n.ask~h .P.B. 1. 1970 jang kE>dua tanggal I Maret 1971,
dlmana pengaruh tsb. telah dlperhltungkan manurut Slgalov-Strongln 1
tanpa memperhitunqkan penparuh dart tulangan tekan. Sepertl dlketahul 1
untuk balok perseoi, balok I dan balok kotak 1 tanpa memperhltungkan
tulangan tekan (A'=O>. multlpl fer adalah k = 2.
Djadl, angka 2 adalah multiplier untuk balok tanpa tulangan tekan, se-
hlngga untuk keadaan inl pada k 1 = 2 berlaku k2 = I sesual dengan
rumus (i).
Pengaruh dart tulangan tekan terhadap lendutan plastls dlatur
dalam ACI Code jang baru (~f'f.3 1 4 ) dlmana lendutan plastls tsb, dl-
dapat dart lendutan elastls dengan mengalfkannja dengan multiplier

A;
k = 2 < I - 0,6 -~A~-. ) ...... . (J).
- 20 -

a tau

k = kl k2 = 2 k2 t:aeoe,..~"
( k)

dengan
f, l
k2 = I - 0,6 -----
~
................... <I )
"

Untuk balok/pelat dengan tulo~gan tunggal, Maka bPrhubung A' = 0$


maka k 2 =I, sehlngga multiplier beralth m,Jndjadl k = k 1 = 2,
djadl tjotjok. Anoka 2 dld~lam rumus (j) agaknja harus dlanggap
seb~gal koeflslen j~n~ mentjenminkan pengaruh dart bentuk penampang.

Terhadap rumus ( i), Branson dan Shaikh CRef.5,6) menga-


dJukan keberatan, jaitu bchwa untuk A; > 1,67 A multiplier mendja-
di negatlf: hal mana adnl8h tldak re?.l lstis. Karena itu mereka meng
usulkan rumus lain untuk Multiplier, jaltu J~nq dldapat dart hcsll
p~~jelldlkan mereka (Shnikh, A.F.; Branson, D.E.:''Non-tensloned steel
In prestressed concrete beams;r, JournCJI Prestressed Concrete I nstltute
V 15, No.1., Febr 1970). Dengan menggun~k~n energy approach, Sh9lkh
dan Branson telah menghitung additio~~l long-time camber dart baiok
beton pr8-tekan, jang mPngh~si lkan multiplier sebesar :

____ I
k = 2 ( Al ( m)
+ C A

a tau

k = = 2 k2 .... ( n)

dengp,n

= - - - - - - A_i__ _ "' .............. . (o)


+ cA
- 21 -

Untuk b~lok dengan tulangpn tu~ggai, berhubung A' = 0, neka k2 = :,


sehlngga multiplier berar'ih mendjadl ~~ = k.I = 2, djadi tjotjok.
OJuga dldalam rumus <m> dar: B;anscn c:cn Shai k!., angka 2 ~gaknja ha-
rus dlanggap sebagal koefislen jang Ment"'erfTiinkan pengaruh darl bentuk
penampang.
Walaupun rumus {o) telah diturunkar: t:ntu!. balok beton pra-teka'1, te-
tapf sepenuhnja dapat berlaku pula untuk balok beton bertulang biasa.
Koeffslen C nllal~ja sekitar I, dan dapai dibuktikan bahwa perubahan
ketjll dfdalam C ttdak memberi pengaruh jand besar kepada nilal dari
multlpl fer. Dengah demlkian, untuk praktek sehantlasa dapat diambll
C = I.
Sehubungan dengan tang:Japan dart Brcrison dan Shaikh die:tas,
ACI Committee 318 memutuskan untuk tetap mempP.rtahankan runus ( 1), te-
tapf memberf pembatasan k = k 1k2 ~ 0,6 (Ref.4 ), supaja multiplier
tldak pernah dapat bernllal no~atif.
Darl perkembangan dlatns kita dapar mengambil 7 manfc::~t un:..
Co)
. . kita. d~rat mengoper' rumu~
tuk menjempurnakan rumus P.B. I. Pertama .

dart Branson dan Shaikh dengan C = I, karena morurut penda~at ~ami


memang leblh real lstis dart rada rumus (;),dan keduanja dapat klta
_oper pula pembatasan ACI-Code k ?;: 0,6. Hal inl telah dlrnasukkan
dldalam Naskah P.B. I. terachir.

Lendutan achlr.
Lendutan achir suatu balok adalah djumlah dari lencutan
elastls aklbat beban djangka pendek dan lendutan plastis akibat beban
djangka .pandjang. Mlsalnja tegengan badja tarlk akfbat beban djangka
pendek adalah (~p' dan aklbat beban djQngkn pandjang adalr.h (~q',

maka tegangan badja tarlk total aklbat beb~n kerdja adalah


(/=
c D-'
ap + 0:'
ng
Selandjutnja dlketi'lhul, bohwa tAgangan bcdja tarlk C~dalah sebandfng de-
ngan bebnn2 jang m0ngaklbatknnnja, sehln99a
- 22 -

G;g' g' + p'


'
'"'~
""""
I =
~
9'
+p
~
( p)
p p'
((_ r; e-
ap
= a = g+p
a
g' + p'

Lendutan achlr,sehubunga n dengan rumus (g) dan {h) mendjadl

12 k 12
C'
laQ
(!"
as '
0
6
t 0 I0- 6 +
aU - ~
)
) h a ( I - )h 10

I 2
0
= a( 1-~ )h
to"' 6 ( k G I
ag
+ ,__,. ' ) ( q )
U
ap

Dengan mengiskan <p> kedaLam {q) dldapat

12
D~ 0 o1 k + p'
~
f =
a< 1- ~
~

1
) h g + p

dan dengan memperhatlkan (g) dan ( 1), dldapatlah

f = f
e ' ( r)

lnflah rumus PBI untuk menghitung lendutan, dlmana sesual dengan me-
nurut ACICode jang baru multiplier dlbatasi sampat
k z kl~ -' 0,6.
- 23 -

ReferencR I.Bachtlar, S :'Stud! perbandingan m0naenai berbagai


tjara perhltungan lendutan konstruksl beton bertulan~(,
Skripsl untuk ardjana Tek.nlk Sipil~ Bag. Slpll ITB,
Pt:>br, 1971.
2.Borges, J.F. :: Cracking and deform abi llty of
reinforced concrete beams', lnt,3rnational Association
for Bridge and Structural Engineering, Pubi.Vol 26;
Zu.r.J ch 1966.

3 .\C I : ;; ProposerJ Rev lsi on of .l\C I 318-63, 13u i I dIng


Code R0.quirements tor ~r-lnforced Concrete';(berikut Ex-
planation), ~CI Journal, ~ebr 1970.
4.ACI : 1:Editorial corrections and proposed amendments of
Proposed qovlsion of ACI 318-63', .1\CI Journal, Sept
1970.
5.Branson, O.E.: Discussion of Propos9d Revision of ACI
318-63., ACI-Journal, Sept 1970.
6.Shalkh, A.F. :Oiscusslon of Proposed Revis!on of ACI
318-63, .AC I Journa I, Sept 1970.

2. Pasal 10.6. Lebar Retak.

i:),eberaoa anggota Panitia PefTibaharuan PBitelah Menjam-


palkan pormintaan akan pendjelaean meng0nai pAnurunan rumus Iebar re-
tak separti tertjantum ~alam naskah PBI 1970 d~lam berkas pembahasan
kedua ta I I l'v1aret 1970.
Untuk memenuhl permlntaan inl maka berikut akan kaMI berlkan pGnurunan
dan latar belakang dari rumus lebor retak tsb.
I

Rumus Iebar retak didalam PRJ telah dloper dar! CEB,


jane dlt.:.rirr.a dalam sldana pleno CE2 ke-11 dl Brussel 1966 <Ref. 1,8)
jang kumudian diorer oleh FIP-CER dengan seclklt modlfikasl (Ref.7)
Rumus tcrsebut berasal dari Boraes CRcf.2 ),
Djarak rata2 3' i3ra retak2 tG:njata dapat dlnjatakan sebagal
fungsf lfnk~r dart tebal renutup b0ton c dan dart perbandlngan anta-
ra d I arneter batang d dan r rosentase tu I angan '.'.'p. Dengan mengana II sa
keadaan togangan ak I bat k~ due efek tsb. akan tornjata, bahwa kedua
efek ltu dapat dldjumlahk<n ,<additive). Dfmgan demiklan, djarak rata2
antara retak2 dapat dlnja1akan aengan persamaan :

d
'~I = + .... . . . . . . . ( I )

Dart hssi12 pP-rtjobaan, koefisi~n c3 m.;:,nundJukl<an scatter jang agak


besar, akcn tetapl rata2 dapat diambi I 1,50. Mengenal prosentase tu-
langan 10 1 h~l ini harus dit~t~pk?n dulu terhadap lue~ baton jang
p
mana dlhitunanin. Untuk tarik sentris dt.SI2s bahwa 11\ harus dlhl-
- "" "- p
tung t~<rhadap I rms se I uruh pen;:lmpan9 konstruks i Bt 1 untuk I entur
murn i ternjcta : p
,, I eb I h ba I k d i hi tung terhadap I uas se I uruh bad an
b0 h, ssdangkan untuk lentur deng?n gaj~ normal teka~ ~Jp sebalknja
dihit\Jng terhadap luas beton J~ng_ terteri k b(h - y >. Dengan pegang-
an_lni, m~ka koefisien C4 dapct dikGtomukc~ dari hasiJ2 pertjobacn.
Oeng~n memastikan dulu c3 =
1,50, mPk~ dengan persamaan (1), dart
hasil2 pertjobaan Borges mendapatkan nilal c4 antara 0 1 02 dan 0~04 .

. CEB kemudian mengevaluasl lebih landjlJt nllai koefislen c4 ,tnt dan


menetapkan nilal2 sepertl tertjantum dalam Tabel 10 7. I.
Apablla (~ adalah tegangan badja ditempat retak, maka dart
Gambar 2 dimuka dapat dil that bahwa tegangan rata2 (~ar adalah le-
blh rendah dad ;\ Bo: ges '!lenjatakan -:-egan9an rata2 In! dalam per-
samaan :

c 5
(.
''ar
(Ia ( 2)
(_;' p

jang mudah dapat dillhat kebe~erannja. Pada ~~1tur murPI dengan ba=!-
tang-batang jang diprbfi lkan Borges menemukan c5 = 7,5 kg/cm2.
- 2~ -

Untuk pembebanan lain kemudian CEE menetapkan nilai2 c 5 sepertf te~


tjantum dalam Tabel 10,7.2. Dengan dlketahuinja tegangan badJa rata2,
maka regangan badje r&ta2 djuga dlk~tahul jaftu.:

,. Jl_.

'---'ar c. 5
.-=. . a ::
= (/"
.. a } I0- 6
E Jp
a 2,1
!~ 3)
(

Dengan mengabalkan regangan tarlk dert beton, make Iebar retak rata2
mendjad I :

w = .~I. ...' a v- c5
--) 10
-6
em
a 1.1 p

( 4)

Borges telah membandlngkan Iebar retak rat.a2 pada lentur


murnl jang diukur dalam pertjobaan dengan jang dihitung dengan rumus
( 4).

Perb~ndingan antara Iebar retak .rata2 jang diukur dan jang dihttung
lnl menundjukkan suatu distrlbusi darl Gauss dengan harga ra!a2 1,03
dan koefislen varlasi 0,32 dalam daerc:h tegangan badj<:l r:~; antara
2100 kg/cm2 dan 4000 kg/cm2. Hasil lni merupaknn buktl jang balk
dari ketetapan rumus tsb.
Jang lebih pentlnq baql konstruksi ~dalah Iebar retak
maks imum; bukan Iebar retak rata2. Djod I pe_rl u d I ketahu I hubungan
an tara Iebcor retak rat?.2 w
dan Iebcr retak maks imum w.
Untuk itu Borges telah mengukur semua Iebar retak balok dl-daerah2
dengan momen konstan. Ia mend:=Jpatkan bahwa lebar.retak tsb. memun-
djukk:'ln dlstrlbusl dart G~uss dengan koeflsl_en variasi 0,4 jang praktls
tl dak bergantung pr.da teganqan badj~. Den~Jan menetapkan sebage i" le-
bar retak maksimum ltu , Iebar retak dlm~na kemungklnan ~danja Iebar
jang lebih besar terbatas S:"'mp31 5% C'upper tall~;), maka Iebar retak
makslmum mendjJdl :
~ 26 ~

w = ( I + J 64 5 X 0 1 4) W ... t ,66 -w
Seba9ai perbandln9~n,balklah dlkemukak~n hubungan antara
w dan w jrmg dldRpat oleh penjelldlk2 tatn;
Clark (Ref.3 mendapatkan 1,18~ w I w ~ 2,77, sedangkan
Broms (Ref.4 mendapatkan 1,2~ w I w ~ 2,4 . CEB ternjata
menetapkan w I .W... ~ 2 1 ~ sehlngga dengan memperhatlkan persamaan
(4} dldapat rumus Iebar retak makslmum :

d (J ~
-6
w -~- )( 10 em
a

( 5)

lnllah rumus CEB jang diaper oleh PBI. Perlu ditjatat, bahwa rumus tsb.
berlaku untuk batang tulangan jang diprofl lkan. Bagalmana sekarang
Iebar retak untuk batang tulan9an palos ? Penjel ldlkan2 komparatlf
mengenai Iebar retak pada batan~ palos dan eatan~ jang diprofi lkan
relat:fffs~dlklt sekall, karena batang palos diluar negerl praktis e.u-
,'
dah tfdak dlpakai l~gl. Jang past! diketah~i l~lah, bahwa djarak an-
-: .
tara retak2 pada badja palos adalah lebih' besar darlpada pada badja
jang diprofllkan dlsebabkan oleh gedjala gellntjir (= 51 ip).
Hal lni djelas ditundjukkan oiAh hasll2 pertjobaan dari Maldague
(Ref.5). Denga~ memoeladjari hasll2 pertjobaari Maldague lni
(Fig 4-4, halaman 627 dar! Ref.5 >, dapat diperkirakan bahwa pada
prosentase tu lan9an joo9 sa!"'la, dj::1rc-k antara retak pada batang p.olos
adalah kira2 20% lebih besar darip~d~ pada bat8ng jang diprofi lkan,
djadi djuga Iebar retak pada batang polo~ ad~lah klra2 20% lebih
besar. H31 ini ditetapkan dalam PBI, jaltu bahwa untuk batang palos
ruas kanan dari persamaan (5) harus dikclikan den9~n faktor 1,2.
- ~7 ..

Mennrlk klranja untuk dilaporkan dlsinl, bahwa romus (5)


tefah diperlksakeben arannja oleh Abdul Rahman, Gupta dan Gadh dl
I

Structural Engineering ReseBreh Centre di Roorkee (India) (Ref.6 ).


Dart 3600 hasfl pengukuran Iebar retak, t~rnjnta antara Iebar retak
hasfl pengukuran J+u dan 1ebar retak jang_Qihltunq menurut rumus (5),
terdapat persesuaian jan~ san9at balk, sehlng~a. diandjurkan untuk me~
makal rumus t!b (besar kemungktnan dioper oleh peraturan beton dl
lnd4a>.
Djuga di Nederland ketepatan rumus (5) telah dlselldikl dengan menda-
)~ I .

lam; dimana djuga terbuktl bahwa rumus tsb. adalah tjukup tepat untuk
praktek (Ref.8 ).
Reference
Reference I. Draqosavic/1:.Tie nleuwe scheurwljdte-fo rmule
CCEB-Commlssie IV-SchGurvorming, Doorbuiglng;
Subcommissie IV::~: Schi:;urvorming);', f'A lnq,
BAton ~n Betonconstr, 22 Maart 1968.

2. Borges, J. F. : "rrack I ng and deformab Ill ty of reInforced


'concrete
.
beams::, International /\ssoclotlon. for Brldgf'
'

and Structural Engineering, Publ .Vol 26, Zi.Jrlch 1966

3. Clark, /\,P.: ~cracking in rdnforced


concrete flexural memb(=:rs, IICI Journal, _1\prll 1956.

4. Broms,8.A. :"Crack width and crack spacln9 in rein-.


forcr~dcon cretA members , tr I J ourna I,
October 1965.

5. ~~aldaguc,,J .C. :;'C'l8termlnation c;xp0rim~ntal d9S lois


moments-courbures d1:3s poutr~s en b~'ton arm({
Annates de I' ITBTP No.209, Mal 1965.

6. Abdul R:-hman,P.H.;Gupta~V.K.: Gadh,t. D. ::;i\n ln-


vestlnatlon of the cracking h~havtour of h~ams rain-
forced wl+h ribbad-torst0el bars',lndlan Concrete
Journal, Nr 3, March 1971.
- 28 -

7. FIP-CEB :'' lntGmatfonale Rlcht~IJnen voor de bor~


kenin9 en uttvoering van betonconstructles;,Ju nf 1970.

8. CUR r Scheurvorml nf! and do'orbulfll ng in gGwapend


beton blj toepassln9 van ~crfbdstaal:', Commlssle
voor uitvoerino van Re,search, Rapport No.37, J:t n 1968.

3. Bab 14- Slstlm Lantal M0nerus denoan atnu tanpa balok pGmikul.
bab lnl dltetapkan tjar~2 perhltungan sistlm2
Dldala~

lantai mGnerus, balk jang diplkul oloh balok + kolom <two-way slabs)
maupun jang hanja dipikul o!Gh koloro2 sadja tanpa balok(flat slabs,
lantai djcndawan). P9b lni telah di~mbll dar! ACI Codo jang baru
(Ref. I , 2 ) ,
Untuk pArt~ma kali ~alam sndj~r?h perkembangan peratur~n2
beton dldunia ini, lcnt~i tjr:nd~w""n dan lontai donqan balok pemlkul
tol3h dltjakuo dalam satu kelu~r~e slstim lantal2 menerus. Karena
keunlken ini mak~_kami meras3 perlu memberikan sedikit pendjelasan
dan latar belakang dart tjara perhltunqan ini.
Tjara oerhitunqan ini telah dikembangkan sedjak tahun
1957 di lingkungan Department of Clvi I En9ineering University of
II linois, dlmana telah dllakukan penelltian2 eksperimentl I dan ana
litis ja~q sanqat ekstensif (a. t. oleh : Sozen, Siess, G~mble,
.'\pp Ieton, Jirsa, S i r.~monds , Cor Iey). f,C I te Iah membentuk Committee
421 jang ditugaskan merumusken dan meng~djukan konsep pengaturan
perh i tungan in i d ida Iam .l\C ICode ( d t susun o Ieh Committee 318).
Sedjak 1964 empat konsep ~cr. Committee 421 telah dlkembalikan oleh
ACI Committee 318 untuk dlsemournakan IAblh landjut, karena dlang-
gap belum matang untuk peraturan. 8aru konsep kellma. . ditArima dan
.
dlmasukkan dalam ACI- Code 1971 dan janq sekaran9 dioper oleh P.B. I.
D~lam prinslonja tjara nerhitungan jang ditetapkan me-

ngikuti tjara2 perhltunqan lantai djendawan didalam peraturan2


beton terdahulu, hanja sekaran~ lantai2 jan~ dlplkul oleh balok2
dj4ga ditjakup dldalamnja. Dua tjara perhltunQan boleh ditempuh;
jaitu:;Tjara Koeflslen ~~oment:. (dalam flCI-Code di"s?but Direct-
Design Methodl') dan :Tjara Portal Ektvaten: (dalam l\CI-Code dls"5but
- 29 -

:Equivalent-FraMe 1\nalysls''>, djadl 2 tjara jang djuga dapat dfkete-


mukan dalam perhltungan lantat tjendawan dlwaktu j.t.

Tjara Koef is Ien Momen.


Tjara ini merupakan tjara emptrls, sama halnja dengan tjara
koeffsien momen pada perhitungan lantaf tjendawan dlwaktu j.l., hanja
dalam verst jang leblh modern. PRrhitun9an ditempuh dalam 3 lan9kah
jaitu
I. Penentuan momen rentjana total
2. Pembagi an momen rent jana tota I kepada penampang2 ren-t Ja-
na u'ntuk momen negatif dan posltlf;
3. Pembagian momen negatif rentJana dari momen posltif rentja-
na kepada djalur kolom dan djalur tengah Elan kepada ba-
lok-balok bi Ia ada.

Ketiga lannkah ini akan didjelaskan leblh landjut berl~ut ini.


Penentuan momen r0ntjana total
Momen rentjana total hBrus dihltunr dengan rumus (1~.3.2.)
dengan men9gunakan bentang berslh sebaqal dasar~ Peno,qunaan bentang
bersih untuk oelat2 jang diplkul oleh kolom2 persegl dapat dibenarkan
dengan suatu statemPnt sederhana, jaitu bahwa reaksi kolom dlanggap
terpusat dl-3udut2 penampang. Untuk keseragaman, maka anggapan ini
dlpertahankan djuga pada kolom2 dengan bentuk penampang jang lain de-
ngan ~erubah bentuk penampan~ itu mendjadf perseq!-eklvale n ( lihat
gamba r 14 . 3. I >
i4omen negatif dan momen positif rentjann.
Ketentuan2 untuk membagi momen rentjana total kepada penam-
pcmg-penamoang rentjana untuk momen nega:tif dan momen posltif di.sim-
pulkan de-lam Gamb;:~r 14.3.2. Rumus2 tersebutt~lah dfperoleh dari pe-
nel ftian anal itis 3 dimensi rnengenai morrien2 diealam pelat, kernudian
dlsesualk~n kepad~ tjar~2 perhltungan lantai tjendawan diwaktu j. I.

~~omenrentjana untuk kolom, djc:lur tengah den balok.


Pembaginn momen rentj~n~ kepada h0r-b~9ni2 djalur rentjana
dil~kukan sesu2i dennan prinsj~ pemb~pi~n elastis dart momen2 dengan

modlfik2'si2. Hasi 12 jang diperoleh dengan -tjara ini telah dlbuktlkan


- 30-

ketepatannja dengan pcrtjobaan2.


~~omen negatif tegak lurus pada tept konstrukst sangat dipeng~ruht oleh

kekakuan torsi d9ri kombinasi pelat-bulok. H~l lni dtperhltungkan me-


lalul kekakuan torsi R, seba~ai faktor dalam menentukan pe.mbagi::ln mo-
men rentjana kepada djalur teng~h.

Pengeruh perbandingan antara bcb~n hidup dan boban mqtl.


Suotu tj~ra perhitung~n berdnscrkan koefislen2, sepertl dl-
makluml harus dnpat menampung soq~l~ kemungkincn pembebanan d~lam
praktek. Kemungkln1n2 lni ditentukan oloh kekakuan relatlf dcrl kon-
struksi den dari pola pcmbee~ncn. Koeflsien2j~ng dltetapk~n dalam
b~b 14 ternjata hanj~ bcrl~ku untuk perbendlngan ~ntnra momen mcksi-
rnum posltif jeng mungkin terdjedi ~kibet suatu pola pembebanan dan
.
jang terdjadi pada peMbebanan penuh jang tldak leblh dari I ,33.
Agar sjarat ini dipenuhl, maka ketentuan2 dart pasal 14.3 ajat (6)
harus d i penuh i;
Apablla tldak dapat dipenuhi, maka momen rentjana posftlf harus diper-
besa~, seperti dltentukan oleh rumus (14.3.4 ).

Tj ara Porta! Ek iva Ien.


Perbedaan pentin~ dengan tjara2 portal eklvalen pada perhi-
tungan lantai tjendawan di-waktu2 j.l. ialah, bahwa sebagai kekakuan
dart kolom harus diambi I kekakuan lentur dari kolomnja sendirl dltam-
bah dengan kekakuan torsi dari kombinasl balok-pelat dalam arah melln-
tang.
Dengan demiklan,maka ::kebotjoran:; momen jang dalam tjara2 jang lama
terdjadi disekitar kolom sekarang telah dapat lldltambal'' dengan suk-
ses.
Latar belakang jang leblh len~kap mengenal tjara perhltungan
lni serta tjontoh2 pemakaiannja diberikan oleh Corley dan Jirsa da: ;
lam Ref.3, jcng djuga memuat k8nstanta2 jang sangat memudahlan perhl-
tungan angka2 kekakuan, momen djepit primer d~n koefislen2 dlstribusl
untuk oraktek.
- 31 -

Reference I. ACI :"Proposed Revision of ACf 318-63 Building Code


Requirements for Reinforced Concrete", ACI-Journa I,
Febr. 1970.

2. ACJ:"Discussio ns, editorial corrections and proposed


amendments of Proposed Revision of ACI 318-63ii,
AC I J ou rna I , Sept. I 970

3. Corley, W.G.; Jirsa, J.O.:"Equivate nt frame analysis


for slab design", ACt Journal,
PENDJELASAN DAN PH~BAHASAN KE-XI l:

o I e h :

Panitia lstllah Teknik PUT-UGM

Ketua Prof. lr. A.Antono

5 April 1971
- 1 -

SARAN2 PANITIA ISTILAH TEKNIK PUT- UGM


chususn.Ja mengenai isti lah2 dalam rent,jana PBI.

PEDOMAN - PENJUSUNAN.

Penjadjtan istilah dalam bahasa Indonesia didasarkan pada


1.penerimaan istilah asing mendjadi kata Indonesia
seSJai dengan dan lafal Indonesia, misalnja
bulldozer - buldoser
caisson - ka ison
conic - konik
corrosion. koros I
cyanide - slanld
differentia I - diferensial
electrolyte - e I e kt ro I I t
Oalam hal ini edjaan asli tetap dipakal untuk lebih memu-
dahkan pengertian/aso siasi, mlsalnja:
excentric - exsentrik
flux - flux
mass - massa
maximum .maxi mum
2.penerimaan terdjemahan jang sudah ada tetapl jang sudah sangat
umum terpaka i, mi sa I nja
economical - ekonomis
internal - Intern
magnet,magnetic - maknft
practi ca I - prakt is
stabi llzer - stabi I lsator.
- 2 -

SARAN2 TENTANG PERISTILAHAN UNTUK P.B.I. 1970.


==========================================================~========================
Halaman Tertulls pada rentjana Panltya lstllah Alternatlf Keterangan bera-
P.B.I. Teknlk sa I dart
1 1 lengkung busur arch
tjawan ku II t kerang she I I
konstruktur lnslnjur kon- structural
struksi engineer
1 2 star delatasl sambungan muai
keteguhan baton kekuatan beton kukuh beton
muatan hldup beban hldup
2 . 2 volume volum volume
agr~gat bahan batua11
pertjobaan warna pengudjlan warna
keteguhan tekan kuat desak
ana II sa ajakan analtsa sari~gan sieve analysts

2 3 standard standar standard

2 5 standardlsasl standarisasi standardization

2 . 6 badja poles tulangan (badja) plain bar


polos
badja jang diprofll- tulangan (badja) deformed bar
kan dip rot i I kan
penampang tampang cross - sect 1on
pri smatl s pr I smat I k
2 7 badja berleku2 badja bertaklk
badja bersepuh seng badja galvanl
bahan penambah zat pendorong dispersion agent
dispersl
2 8 rapat air kedap air
3 4 tjampuran jang dlren- perbandingan tjam- designed mix
tjanakan puran jang d i ren-
tjanakan
3 5 koros If *
3 8 deradjat konfidensl x

* korosi : mengenai prosesnja


karat : aklbat korosi pada badja
x istt lah ini meragukan. Sebaiknja susunan kat tmat dlr4Qah.
- 3 -
====~==================~===========~===============================================
Halaman Tertulis pada rent)ana
. P~B.I.
Pclrri tya I st i Iah
T~.kni k
AJternat{f
____
Keterar:gan bera-
sa-1. d.ar...;__.
i

3.12 vase I ine vase II n


3. 13 kekenta I an kbnslstensi consistency
pertjobaan slu~p pehgudjian penu-
n.Jnan Abrams
3.14 pondasi fondasl
footing telapak
caisson k~ ison

3. 15 muatan * b.eban
3.17 sengkang beget beugei
i katan kat tan
: I
3.19 ku I It g i II ng ku II t g II as
karatan Iepas karat lepas
3.20 pipa badja berbungkus plpabadja terbungkus <galvanized)
3.25 plastis plastik
3.26 mekan Is mekan1 k
alat penggetar panggetar vibrator
3.27 voute (=pertebalan ml-) pertebalan miring voute
ring) siar pelaksanaan sambungan pengetjoran
kepa I a ko I om kepala tlang column head
4 1 deta II deta II
penutup beton I indungan beton
~aplsan penutup lapis pellndung protective coating
4 2 poles poles poll sh
umar i t amrll
laplsan penjelesalan lapis penjelesalan flnlshing
ditjor setempat d Itjor I angs'ung cast-in-place
4 3 prefab, precast prafabr1kas1, pratjetak
4. 5 baton vermiculite beton verm 1ku I It
plesteran gips plesteran glps vermlkul It
venmlcul ite asbestos
asbes
4 6 pandjang penjalur pandjang pengembangan develop~ent length
pandjcng penanaman pandjang penanaman embedment le~gth

4 8 kantllever konsol
gaja me II ntang gaja 11 ntang

* cargo lng. La dung ( Djerm = muatan <t"ndon. )


load lng. Last ( Djerm = br.>ban ( Indon.)
- 4 -

================================================================================
Halaman RTer~~lis ~a~al Panitya lstilah Alternatff Keterangan
en Jana Teknfk lain Berasal
4.9 tltik belok titik lentur ba- Inflection point
1i k (momen) (point of Inflection>
4.10 tegangan leleh tegangan luluh
4.13 k i saran djarak u II r
4. 16 sumbu ke sumbu pusat ke pusat centre to centre
(centres)
4.18 sambungan overlap sambungan lewatan
4.20 stek tu Iangan stek tulangan
4.24 pengelasan tern- pengelasan tempel tack welding hard-
pel badja kwalitas keras grade steel struc-
badja keras badja kwalltas kons- tural grade steel
badja Iunak truksl butt-welding
las udjung las tumbuk
pertjobaan tarik pengudjian tarik
4.25 pengelasan dengan pengelasan tumbuk taha- werestands-stomples
tekanan memandjang nan methode
pengelasan busur pengelasan busur njala electric arc-weldin~
I lstrik I istrik
pengelasan api pengelasan otogen .a~ttogenouswelding
4.26 tulangan lemah penu Iangan I i at underrein forcement
4.27
4.28 ben tang bentangan
set jara analog analog
4.29 reserve! r tandon air, reservoar
4.30 pi laster pi laster
basement ruang bawah tanah
4.31 pinggul balok badan balok
4.32
4.33 pelat berusuk lantal berusuk ribbed floor
4. mono I itls monolltik
4. balok tinggi balok langsing deep been
4. siar delatasi sambungan muai
4. kehantjuran oleh rusak benturan
benturan
5. 1 rangkak rajapan creep
5.4 elastls elastik
muatan beban
5.5 keteguhan batas kuat-batas
teori keruntuhan anallsa runtuh konstruksi col lepse analysis
konstruksi teori garis luluh yield line theory.
- 5 -
===z==============::============================~=====-=========================::::=,.- ......
Halarnan Jertu I Is pada
R._.nt j:Jn;: P .B.I.
Panitya lsti lah Teknik
i\ I t~rn~t t f Keterangarr
lain berasal det
---------------------------------------------------~ --------~--------~
5.9 tekuk part ill td<uk p2rs i u I part i a I buct~
eksentrlsltas mula exsentrisitas ~war I i ng

5.11 momen enersla momen lemban


5.16
5.21 elosto plastls elasto plastlk
tekan modulus mod u I u.s e I as t i s I ta s secant modulu-s
sekan
5.22 koeflslen kontraksi nilal banding Poisson
mellntang (angka
Poisson)
5.44 teorl keruntuhan teorf runtuh
5,49 momen dalam momen t ntern
5.63 tegJngan daiCJm tegang2n intern
5.76 kekuatan batas kuat bntas
5.77 djorl2 inersia djari2 lembam
5.84 blok tegangan blok t0g3ngan stress block
5.86 penulangan kuat penulangan getas over rein-
force
5.104 tulangan miring tulang<::n serong
6.5 t jara porta I t jara porta I setwra
lantal tanpa balok lantai tjendawan
= lantal tjendawan
6.18 pertebalan ~elat pelat kepala tiang drop panel
6.20 tegangan gesor geserpons punching shear
murnl
6.22 dlndlng jang me- dindlng P~'fldttkun;j b ~-' shear wall
mlkul muatan ho- ban datar.
rlsontal
6,25 keteguhan tari k kuct tari k
pondasl pel at pond as i telapuk footing
6.26 pondasl pel at jang fondasi telapak terpisah isolated
berdlri sendiri footing
pond:3s I pelat jang fondasi tclapak komt:nasi combined foot-
m~merus ing
fondasl pel at jang fond:-~s i telapak Miring sloped footing
miring
pondasl pel at jang fondasl teiap~k bert<~ngg;-; stepped footing
bertangga
- 6 -

====================================================~=====~=======================
...
Tertu II s pada Pan ltya Istl lah Alternatlf KeterClngan ber-
Hafeman Rontjana PBI. Teknlk lain asa I dart

6.27 kakl kolom kakl (kolom) tlang pedestal


6.30 djangkar2 geser sambungan konstruksl shear keys
6.32 pondasl apung fondasl terapung floating funda-
tlon
6.34 gaometris geomotrik
homogin homogen
lsotrop I sotropl k
6.35 prototype prototip
6.37 tjawan sl IInder ku II t kerang
sl I indrlk
6.38 beton precast beton pratjetak
lendutan mula I endutan awal
6.39 galng anti pelenturan camber, or hog.
7.3 dynamls response ana I i sa reak-
ana I ys 1s sl dinamik
mempunjai kemam- kerangka flat ductile frame
puan lentur jang
besar
7.4 daerah terkekang daerah terkekang confined region
7.9. pemlsah kaku dinding pemlsah kaku stl ff partition
7 ~ 13 palu beton patu pengudji beton concrete ham.11er
{hammer tester)
pengeboran bendQ pemboran teras <beton) core dri II ing>
udj I
7.15 efek lengkung efek busur arching

7.16 pengemballan len- pemulih~n pelenturan deflection


dutan recovery.

-------------.......---------------------,... ---------------------------------------------
Ha 12 tal n :

tumpuan perletakan bearing


PENDJELASAN DAN PEMBAHASAN KE-XIV

o I e h

Jr. Wiratman Wangsadinata

17 April 197~.
TANGGAPAN ATAS USUL2 PANITIA ISTILAH TEKNIK PUT-UGH
TENT~G ISTILAH2 DALAM PBI.

oleh
Ir. ~Hr atnan TTangsad inata

Pendjelasan.

Seperti telah kami djelaskan dalarn surat pengantar kami tgl. 5 April 1971,
istilah2 didalam PBI akan ditindjau setjara keseluruhan sebagai tara ter
.
achir dari penjempurnaan
- naskah PBI 1970, jaitu .setelah nateri dan redaksi
~

setjara keseluruhnn telah oentjapai bantu~ terdchir.


Agar pada wa!ttunje nanti tidak ada ke-ragu~-an lagi ten tang istilah2,
maka akan sangat bermanf,ant kiranja apllbila men~end istilah2 ini djuga ada
pertukaran fikiran, chususnja dikala!lgan Panitia Pet:1baharuan PBI. Alangkah
baiknja apabila PBI nenti dnpat kcluar sekaligus dengan istilah2-nja jang
sudah tepat dan final. Untuk nentjapai h~l ini, mc~ka berikut kami sampaikan
tanggapan ka~i pribadi atas beberapa usul istilah dari Panitia Istilah Teknik,
jang kani susun manurut urutan dari daftar Panitla lstilah Teknik.

Tanggapan.

1. tjawan (naskah PBI), kulit k!:!ran._(Pani..t"ia I.T.)


Jang dinaksudkan disini e.dalah ~jcnis konst~uksi jang berupa ~let
tipis jang dalat:1 keadaan unum meleJ:t"gkun~ dalam dua arnh; istilahnj a dalan
bahasa asinc; shell (Inggris), scha~l (Belanda): Schnlc (Djernan).
Shell, schaal d['n Schale ber-turut2 dalam Bah. Inggris, llelanda dan Djer~

man ~npunjai 3 arti, j aitu (a) kulit a tau scla;;>ut tip is, (b) tjal-mn a tau
pinggan dan (c) rur<~ah kerang, siput, lokrm dan binetang sedjcnis. Djelas-
lah bahwa istilah asing untuk konstruksi jang disebut diatas ncngandung
arti jang pertal'.l8 (a) dan buknn arti jane k~dua (b) atau ketiga (c).
Dene~n denikinn kedur. istilah bahasa Iridon~sie ;;tjawan 11 dan "kulit kerangH

adalah tidak tepf!t. Bcrhubung konstruksi j~n0 diooksud adalah benar2 tipis
dan melengkung seperti selaput dan perhitungannjapun didasarken pada tco-
ri selaput (ncEJbra.nc th<!ory) , t!mka kani rengusulkan untuk ~enctapk..m is-
tilah "konstruksi S(;:!laput" untuk djenis konatruksi ini.
- 2 -

2. Siar delatasi (naskah PBI), sambungan mjli (Panitia I.T).


Jang.dimaksudkan disini adalah sela pemi.sah antara dua bagian
kon~truksi untuk memungkinkan peruhahan bentuk dari masing2 bagian
konstruksi itu akibat susut dan per,ubahan rn:hu~ istilah!J.ia dalam
bahasa asing : expansion joint (tnggris) ,dc:.et::u:::ie vocg (Belanda),
Dehnfuge (Djerman). Djelaslah bahwa jang dimeksed bukan sarnbungan
tetapi djustru sebaliknja, jaitu pemisahan. Isti.lah 11 f:i.ar" adalah
netral, jang berarti sela diantara dua benda; sela ini dapat diisi
ataupun kosong. Dengan demikian, rnenurut pcndapat ka!!li istila'h
jang tepat adalah "siar delatasi" atau sebage.i al'::::ernatif "siar muai 11

3. Keteguhan beton (naskah PBI), kekuatan/kukun beton (Pan~tia ~.T)

Istilahnja dalam bahasa Inggris : a concrete strength;'; dalam


bahasa Belanda dipakai 2 istilah, jaitu : 11 bctonvasthei.J" dan
i'betonsterkte 11 ~ istilahnja dalam bahasa Djerman : 11 Betonfestir;keit';.
;'Vastheid11 dan "Festigheit" terdjemahannja kcdalam Bahasa Ind::me-
sia adalah ';keteguhan", sedangkan "strength:: dan "sterk:,:e" terdje-
mahannj a kedalem bahasa Indonesia j~ng pali.n.~ tepai; ada:.ah ab~kuatann

atau ;'kekukuhan/kekokohan". Dalam pengertian ' 1keteguhan" (vastheid,


Festigkeit) dan "kekuatana (strength, sterktc) ada perbedaan; ke-dua2-
nja menjatakan mutu, tetapi dalam pengertian "keteguhan" lebih ter..,.
kandung pengertian 11 kepatiatan". Walaupun antara "vasthcid" (ketcg~.:.h

an) dan asterkte" (kekuatan) ada sedikit perbedaan pengerti~n, te~api


dalam praktek di Nederland di.anggap sinonim dan selera tr.as:i,.._g2 jan~
achirnja m:mentukan istilah mana jang dipi1ir.. Demikl~.n pula di In-
donesia, menurut pendapat kami bolch di.pakai istilah '!keteg~ha~.

be ton maupun ~ 1 kekuatan be ton'; terserah kepada. selera m:tsing2 j ang


mana jang dipi.lih.
Mengenai istilah "kukuh beton", dili.hat d~ri segi tata-!lahasa
Indonesia adalah tidak betul; t;kukuh'
..
1 adalah kata sif<tt,
~
serla:1gkan
dalam hal ini harus berupa kata bendanja (abstrak) jaitu "kekukuh-
an". Djadi. apabila toch ingin diusulkan suatu alternatif, ~ak-'1 jang
betul adalah ~'kekukuhan beton". Perbedaan an tara "kuku!l" dan ;'ke-
kukuhan" akan djelas dari 2 kalimat berikut : Beton itu kuk~1h; ke-
kukuhan beton itu tinggi.
- 3 -

4. agregat (naskah PBI), bahan batuan (Panitia I.T)


Jang dimaksudkan disini adalah butiran mineral lepas jang se-
telah diikat dengan bahan pengiket (semen) membentuk beton; isti-
lahnja dalam bahasa Inggris :''aggregete"; Belanda :"aggtegaat'' (ti
dak begitu lazim), "toeslagmateriaal 11 ; Djerman : '~ggregat" (tidak
begitu lazim)? 11 Betonzuschlage".
l1enurut pendapat kami istilah bahasa Indonesia "bahan batuan" untuk
hal itd tidak tepat, sebab akan diartikan bahan j~ng membentuk ba-
tu~u\; quartz, pyroxene, olivine, dll. adalah bahan batuan. t-fenurut

pendapat i.:, mi tidak ada salahnja apabila kita memperkenalkan isti~


lah "agtege.t=' dalam bahesa Indonesia. Bila diinginkan, sebagai al-
ternatif dapat dipakai "butiran'.' Djadi :

pasir = agregat
halus atau butiran halus (fine aggregates)
kerikil, batu petjah = agregat kasar atau butiran kasar
(course aggregates)

5. pertjobaan warne (naskah PBI), pengudjian warna (Panitia lT)


. .
Jang diartikan disini adalah pertjobaan Abrams-Harder untuk
menentukan kader bahan organis didnlam agregat dengan larutan NaOH.
Jang diudji disini adalah kadar bahan organisnja bukan warnanja.
Untuk mengudji kadar bahan organis ini dipe.kai suatu pertjobaan
dioana warna merupakan indikasi dari kedar itu. Djadi, pengudjian
kadar bahan organis dilakukan dengan pertjobean ~mrna. Dengan de-
mikian, menurut pendapat kami istilah naskah PBI jang betul.

6. keteguhan tekan (naskah PBI), kuat desak (Panitia I.T)

Istilahnja dalam bahasa Inggris : 11 compression strength"; da


lam bahasa Belanda : "drukvastheid" atau :1druksterkte 11 ; dalam baha-
sa Djerman ;';Druckfestigkeit". Sesuai dengan jang kami kemuknkan
dalam angka 3, dilihnt dari segi tat3bahasn Indonesia, "kuat" ada-
lab kata sifat, sedangkan dalam hal ini harus berupa kata bendanja
(abstrak), djadi "kekuatan"-. Selandjutnja, untuk "compression" di-
dalan bidt:~.ng teknik di Indonesia sudah u:num dipakai istilah "tekan;;
sebagni kebe.likan dari 1'tnrik!' ("tcnsion 11 ) . Dengan demikian, nonurut
pendapnt ke.mi istilah jang tepat untuk hal ini adalah 11 keteguhan
tekan'' atau ':kekuatan tekan 11
- 4 -

7. analisa ajakan (naskah PBI), analisa saringan (Panitia I.T)

Persoelannja disini ialah, n~ma jang lebih . tepat "aj ak-


an" atau 11 saringan"? Henurut pendapat kani ajakan adalah suatu
alat untuk oonisahkan benca padat jang besar dari jang: ketj il. 1-ti.-
salnja, kita nengajak tepung, pasir, ell. Saringan adalah ::;uatu
alat untuk r.lei!li.sahkan benda padat dari benda tjair. Hisalnja kita
menjaring minjak, air dl1. Didalan teknik pendjemihan air, filter
sering disebut saringan. Dengan denikian, nenurut pendapat kani
untuk agregat beton istilah "ajakana atau "pengajak" adalah jang
tepat.

8. penarnpang (naskah PBI), tarnpane (Panitia I.T)

"Taopang" adalah kat a ~asar, kat a kerdj ?.nj a adalah "menanpang"


dan basil daripada cenacpang adalah 11 penampang11 Awalan pe alisini
berarti basil kerdja jang disebut dalau kata dasar. Ketjuali "pe-
naopang;1, kedalan kelonpok kata2 demikian termasuk :petundjuk,
pendapat, dll. (lihat S.T.Alisjahban a: 11Tatabahasa barti Bahasa In-
donesia", djilid 2, !llo. 26). Djadi, dilihat dari sudut tatabahasa
Indonesia istilah 11 penai!l.8.l;l;B'' ~dalnh j ang betul.

9. prisnatis (naskah PBI), prisnatik (Panitia I.T)

Disini tersangkut soal selera, apakah. berorientasi kebahasa


Belanda/ojerna n ataukah kcbahasa Inggris. Dalzm bahasa Indonesia
SUdah sangat u~Qorang nengatakan : praktis, ekononis, clastis,
plastis, dinacis, statis, dl1 (orientasi kebahasa Belanda/Djerma n),
dan djarang kiranja orang rJengatakan : praktik, ekononik, elastik,
plastik, dinaaik, statik, dll (orientasi kebahAsa Inggris).
Unt~k balok atau batang jang berbentuk priso~, kaoi sendiri lebih
tjenderung untuk ncnjebutnjn "priscatis; 1 daripada "p:-isnatik".

10. badja bersepuh seng (naskah PBI), badja galvnni (J;>anitia I. T)

Galvani adalah nama sardjana Italie janz dalan tahun 1789 untuk
perta~ kali ~neoukan gedjala kelistrikan akibat reaksi dari dua

djenis bahan jang berlainan (logan dan asan), gedjala mana keoudian
dinanakan galvanisne.
- 5 -

Dari Galvani dalan bahasa asing timbul kata kerclja ''to galJanize"
D\\118

(Inggris), ;'galvaniseren" (Belanda), "galvanisieren" (Djerman), jang


berarti ~njepuh suatu benda dengan suatu lapisan baha~ lain ber-
dasarkan gedjala galvanisme. Chusus mengennibadja,jang diartikan
dengan ngalvanized steel" (Inggris), 11 ge~alvaniseerd St3.al"(Belanda)
dan 11 galvanisiert Stahl" (Djeman) adalah l':adja jane bersepuh sang.
Djadi., apabila kita ingin menggunakan kata dasar "galvani11 , rnaka
istilah jang betul adalah "badja jang digalvanikan". Istilah "ba-
dja galvani 1' berarti badja chusus (1-lri djenis galvani, ~adahal ja:1g
chusus bukan badjanja tetapi sepuhan sengnja.

11. bahan penaQbah (naskah PBI), zat pendorong dispersi (Panitla I.T)

Istilehnja dalam bahasa Inggris ~ 11 aduixt,ires" a tau "additives 11 ;


dalam bahasa Belanda :"hulpstoffen"; dalam bahasa Djer!lan :
;1 Betonzusatzmittel" atau "Betonzusatzstoffe" . Bahan ini adalah ba-:-
han lain dari pada scnen, air dan agregat jang dite.!'lbah'm kepada
adukan beton untuk mentjapai satu atau beberapa hal bc-rikut :
perbaikan dalar.'l daja pengerdjaan (l-Torkability), nenjeb?.bkan- pem
bentukan gelembung2 udara (air entrainnent), menpertjepat ntau ner.r
perlambat pengikatan dan pengerasan, neratakan penjebar~~ (disper-
sion) butir2 scnan, nenanbah kekedapan a~ ir, dlL Denge.n istilah "
"zat pendorong dispersi:' tidak tertjeminkan tucljuan dari penenbahan
. bahan itu. Orang akan bertanja pendorons cispersi apa? Djawabnja ten-
tunja dispersi semen. Tetapi bukan itu sacj?.tudjuan penambahan bahan
itu. Dengan de~kian, ~nurut pendapat keni lebih tepat dipakai is-
tilah abehen penambah" (ter~jenaha.n dati nadditives" atau
11 zusatzstoffe:: atau
sebagai alternatif llbah9.n pm:t~antu 1 ; (terd~enahe.n
dari :'hulpstoffen").

12. tjampuran jang cirentjanakan (naskah P~I), rerbancinsan tjanpuran


jang direntjanakan (Panitia I.T)

Istilahnja dala!:! bahe.sn Inggris : ~'desi[',tle::l nix", tmtuk nembe-


dakannja dari 'nominal mix''. Djadi djele.s k~.ranja, bah~va kita bi
tjara soal tjanpuran (-nix), buk<'ln soal pe::b~''-ldingEm. Ketjua:.i itu
t '1 h ;; perb an d.1ngan tJarnplran
lS 1 a . . li d . . , 1 .: .
a,&t ~nen_:es?':.<an,
.. ;
.(<11.:""!:18 :j"~b.B<n-

tlaksudkan clisini adalah perbandingan ,l,~d dj uDLh :-aha:-.2 dasar


- 6 -

beton dida1en tj anpuran. Dengan denikian, oo~urut pencapat kat:rl.


istilah ca1ao naskah PBI- j.ang paling tepat.

13. deradjat konfidensi (naskah PBI), diragukc~n o1eh Panitia I.T.

Istilahnja calan bahasa. Inm;ris :"degree of confidence", se-


hingga istilah bahasa Inconesia diatas adalah terdjenahan langsung.
l1engenai arti dari istilah ini tidak perlu c!iragukan, karena neru-
pakan istilah se-hari2 bap,i para ahli statistik.

14. kekentalan (naskah PBI), konsistensi (Panitia I.T).

Henurut.pencapat kani "kekentalan11 c1apat dianggap sebagai ter-


djenahan jang tjukup tepat dari "c0nsistency:' (rnggris) atau ncon~~

sistentie:; (Belanda).

15. pertjobaan sluop (naskah PBI), pen?.ucjian penurunan Abrans (Panitia


I. T)

Istilah aslunp" sudah 1azindigunakan C.alan banjak bahasa. Dju-


ga di Inconesia iatilah itu sudah UOUt1 dipc-.kai calan praktek. Dengan
dernikian ticak ada salahnja, apabila kita resmikan sebagai. istilah
Indonesia. Apabila "slunp" dapat diterirna sebagai istilah Indonesia,
maka is tilah j ang tepat adalah "~udj ian slunp 11 , bukan "pertjobaan
sltmp", sebab jang diur.:ji benar2 slunpnja.

16. seng~~~& ~N~c~~h PBI), begel (Panitia I.T)

"sengkang:: adalah is tilah jang sudah uoUIJ dipakai dalao praktek


di Indone'3ia, sehingga r.1enurut pendapat kaoi tidak perlu kita r.1er:-.akai
istilah 11 begel'l jang berasal dari bahasa Belanda "beugel".

17. ikatan (naskah PBI), kaitan (Panitia I.T)

IstiltJ.~"L'lja dalao bahasa Inggris ;aties:; 5 djadi terdjet!lahannja ke-


dalao bahasa In~onesia 'tietul "ikatan11 11 Kaitan 11 adalah terdjernahan dari
11 hook' (In3g:ds) atau "haaka (Belenda) .
- 7 -

18. kulit gi1ing (naskah PBI), kulit giles (Panitia I.T)

Uenurut pendapat kani "giling" dan 11 gilas" analah sinonin, ke-


dua2-nja 1azi~ dipakai. Djadi kedua istilah diatas dapat dipakai (al-
ternatif).

19. p1astis (naskah PBI), p1astik (Panitia I.T)

Kami 1ebih tjenderung untuk memakai istilah "plastis" (lihat


angka 9).

20. mekanis (naskah PBI), mekanik (Panitia I.T)


Kami lebih tjenderung un-tuk memakai istilah "mekanis" (lihat
angka 9).

21. siar pelaksanaan (naskah PEI), sambungan pengetjoran (Panitia I.T)

Istilahnja dalam bahasa Inggrls :"construction joint 11 , dalam


bahasa Belanda :s;Stortvoeg". Seperti pada angka 2 sudah dikemukakanp
istilah "siae adalah netral, sehingga disinipun 1ebih baik dipnkai
asiar" dari pada "sambungan". Djadi menurut pendapat kami istilah
jang tepat adalah "siar pelaksanaan"(terdjemahml dari "construction
Joint") atau sebagai alternatif "siar pengetjorana (terdjemahan
dari"stortvoeg 71 )

22. kepala kolom (naskah PBI), kepala tiang (Panitia I.T)


"Kolom" adalah istilah jang sudah umum dipakai dalam praktek
di Indonesi-a, sehingga 11 kolorn11 dan "tian~( ke-dua2-nj a dapat dipa-
kai.

23. penutup be ton (naskah PBI), lindungan beton (Panitia I. T)


Istilahnja dalam bahasa Inngris : ''concrete cover", dalam ba-
hasa Belanda ~ ;1 betondekking", dalam bahasa Djerman 11 Betondeck1mg".
Terdjernahan jang tepet dari"cover", ;'dekkinga dan "Deckung'; adalah
katadase.r :tutup 11 bukan "lindung". Selandjutnja, untuk membuat kata
benda jang berarti alat dari katadasar, sebaiknja dipakai awalan
pe daripada achiran an.
- 8 -

Demikianlah lebib baik "penutup" dari pada "tutupan11 , lebih baik


"pelindung" dari pada "lindungan", dst, ketjuali un~uk kata2 jang
sudah lazim seperti "penimbang" boleh.djuga "timbangan", 11 pengajak"
boleh djuga dengan "ajakan11 , 11 penjaring" boleh djuga "saringann.
Dapat kami tjatat, bahwa Alisjahbana malah mengandjurkan untuk ti-
dak menggunakan achiran an sar~a sek:1li bila membentuk kata benda
jang berarti alat (lib. S.T.Alisjahbana :"Tatabahasa baru Bahasa
lndonesia11 , djil"id 2, halaman 47). Denge.n demikian, maka istilah
naskah PBI ::penutup beton" menurut pendapat kami adalah jang tepat.

24~ ditjor setempat (naskah PBI), ditjor langsung (Par.itia I. T)

Istilahnja dalam bahasa Inggris: "cast..:in-place" atau "cast~

in-situ' 1 untuk membedakan dari"9recast".


Istilah' 1ditjor langsung" tidak mentjerminkan maksud jang sesungguh-
nja, sebab beton "precast" djuga ditjor langsung, artinja adukan
beton tidek dibie.rkan mengeras dulu dalam drum pcngaduk, tapi lang-
sung ditjor kedalam tjetakannja. Dengan demikian, menurut pendapat
kami istilah ::ditjor setempat" sudah: tepat.

25. pandjang saluran (naskah PBI), pandjang pengembangan (Panitia I.T)

Istilahnja dalam bahasa Inggris :"development length" atau


"transfer length". l!enurut ~efinisinja "development length" adal&h
pandjang tulangan jang tertanam didalam beton jang diperlukan agar
tulangan da?at mengerahkan kekuatannja disuatu penanpang kritis,
oleh karena pandjang tsb. adalah tjukup untuk menjalurkan t~gangan

dari tulangan kepada beton melalui lekatan (bond). Djadi, apabila


pandj~ng tulangan tsb. akan dilihe.t dari segi tulangannja, maka
istilah jang tepat menurut pendapat kami adalah "pandjang pengerahan::
tetapi apabila dilihat dari segi betonnje. (tegangart lekatnja) maka
dapat kita pakai istilah "pandjang penjco.luran".

26. kantilever (naskah PBI), konsol (Panitia I.T)


Dalam bahasa Belamla "console 11 berarti balok jang mendjorok
(misalnje. jang memikul balkon) jang tingginja biasanja ncngetjil
kearah udjung. Akan tetapi, pertebalan miring dari balok Menerus
(diatas tunpuannja) sering disebut "console: 1 djuga. Berhubung dengan
- 9 -

itu, istilah 11 console" dewasa ini tidak sering digt::nakan lagi.


di Nederland lebih sering digunakan istilah "kr2agligger 1' atau
"cantilever liggee'. Mengingat latar belakeng ini, maka tida.k ada
salahnja apabila kita atabil alih "kantilever= 1 sebagai istilah
Indonesia.

27. gaja melintang (naskah PBI), gaja lintang (Panitia I.T)

"Lintang" adalah kata dasar dan c:dalah kata benda. Unt.tk t!lenga-
takan arab atau tudjuan jang dinjatakan oleh kata dasar hRrus di-
pakai awalan me. Dja1i, gaja j ang nen:?unjai arahkedju~u 3 an lin tang
adalah gaja melintang. Tjontoh lain: !'lenjeberang, r:;enghilir, ne-
rantau, mei!lbarat, menepi, mendarat, dll. Djadi, nenurut pendapat
kami, istilah jang tepat adalah "gaja I!lelintanga

28. Titik belok (naskah PBI), titik lentut balik (Panitia I.T)

Istilahnja dalao bahasa Inggris : ! 1 inflP.~tion poine'. Henurut


pendapat kaui~ istilah jang tepat adalah "titik b.:1_lik'.' Kalau .r.nu
ditaobah clengan kata ;'lentur", kata ini harus clip::>.s~::'!.~ cl.ib;lal"-:>.r.g ;1
"balika ~ cjadi :ltitik balik lentur". Tetapi tinak p~rlu ditanbah
kat a "lentur11 , sepert i dj uga dalan bahasa lnggris 11 info t::i.o.1 point"
tanpa "fltxural 11 diclepannja.

29. tegangan leleh (naskah PBI), tegangan luluh (Panitia I.T)

Henurut pendapat kaoi 11 leleh; 1 dan 11 luluha adalah sincnin, ke-


dua2-nja lazin dipakai. Djadi, kedua istilah diatas ~apat.dipakai

(alternadf).

30. kisaran (naskah PBI), djarak ulir (Panitia I.T).

Istilahnja dalam bahasa Inggris : ='pitch", dalan bahasa Be-


landa : 11 Spoed" (pada lilitan spiral), Pada ulir sekrttp .kita dapat
mengatakan "djarak ulir", ~e.da lilitan s:)ir-el !:ani kir!' lebih beik
mengatakan 11 djarak lilitan". Isti1ah ;'kis~c<-"1 11 nenang kure.ng tepat.
- 10 -

31. badja lunak (naskah PBI), badja kwalitas konstruksi (Panitia I.T)

Diwaktu jang larnpau di Amerika Serikat, Inggris, dll. rnutu2


badja beton dinjatakan ber-turut2 : structural-grade, intermediate-
grade dan hard-grade. Structural-grade steel djuga biasa disebut
mild steel (lih. CP 114, Clause 304). Pada saat ini istilah 11 struc-
tural-gradeH sudah dj.arang (tidak lagi) dipakai, karena dapat menje-
satkan se-olah2 badja konstruksi senantiasa bermutu paling rendah,
padahal sekarang ada rnisalnja high-strength low-alloy structural
steel. Berhubung dengan hal2 diatas kami berpendapat, bahwa kita
sebaiknja mengadakan peribagian badja beton sbb. :
- badja lunak : U22 dan U24.
- badja sedang: U32
- badja keras : U39 dan U48

32. las udjung (naskah PBI), las tumbuk (Panitia I.T)

lstilahnja dalam bahasa Inggris : abutt-welding", dalam bahasa


Belanda : ;"stompe lasa. lstilah "las tumbuk" menurut pendapat kami
tidak tepat, sebab pembuatan las ini sama sekali tidak ditumbuk.
Apabila ingin dilihat dari bentuknja, naka dapat dipakai istilah
"las tumpuF$ kami scndiri lebih tjenderung untuk melihatnja dari
segi tempatnja, sehingga istilahnja mendjadi "las udjung" untuk
membedakannj a dari "las sarnping".

33. pertjobaan tarik (naskah PBI), pengudjian tarik (Panitia I.T)

Jang diudji dengan pertjobaan tarik ini ialah keteguhan (ke-


kuatan) tarik dari bahan. Dari kaliMBt ini sudah djelas bahwa pertjo-
baannja bernarna 11 pertjobaan tarik", pengudjiannja bernarna "pengudji-
an keteguhan tarik 1 '~ Djadi mcnurut pendapat kami naskah PBI sudah
betul (Bandingkan dengan angka 5 dan 15).

34. peng elasan dengan tekanan memndjang (naskah PBI), pengelasan tun-
buk tahanan (Panitia I.T)
Istilahnja daU.o bahasa Belanda : ::weerstands-stompla snethode;:.
Apabila ingin diterdjemahkan langsung, nungkin jang tepat adalah
"tjara las tut!lpul tahanan".
- 11 -

Apabila dilihat dari tjara pengerdjaannja, cenurut pendapat kaoi


dapat kit a pakai ;'pengelasan dengan tekanan m'2nandj ang".

35. pengelasan busur listrik (naskah PEI), peng~~asan busu~ njala lis-
trik (Panitia I. T) o

Istilahnja dalam bahasa Inggris : "electr:.c arc t-7elding". Menu-


rut-pendapat kami istilah jang tCJ?at ada!.:!~ :;pengelasan busur lis-
trik" (tanpa nnjala" dirnuka listrik) atau s~b?..gai alterr.atif nungkin
dapat djuga "pengelasan lontjatan listrikll.

36. tulangan le~Bh (naskah PBI), pehulangan lia~ (Panitia loT).


Istilah dalam bahasa Inggris : "underreinforcet:tent". Menurut
pendapat kaci istilah 11 tulangan lenahil sudah tepat, sebab benar2
tulangan itu djumlahnja terbatas o Adanja k2tr_ "lemah" tidak usah
dichawatirke.n akan mecheri kesan bahwa tula~[an itu tida.k ceocnuhi
sjarat, sama halnja dengan dalan bahasa Inggtis, adanja kata aunder"
tidak memberi kesan. bahwa tulangan i tu tidak t.""enenuhi sj arat.
lstilah "tulangan liat 11 menurut pendapat kani tidak tepat, ~ebab
sctiap tulangan senantiasa liat (tida!~ pern:J.r. getas, kalau getas
harus ditolak).

37. bcntang (naskah PBI), bentangan (Panitia I.T)o


Apabila kata dasar sudah r:terupakan kata benda, 'l!l-<1.ka untuk me-
njatakannja sebagai kata banda lagi tidak perlu diberi awalan atau
achiran lagi (lihat S. T.Alisjahbana : nTatabnhasa baru Bahasa Ind:>-
nesia", dj Uid 2, halaman 50). rHsalnja
ruang - tidak perlu ruangan
kerdj a 11
" kerdj a an
lapis " " lapisan
bentang " bentangan
11

Akan tetapi, dalam pertjakapan se-hari2 terdapat kebiasaan2 jang sa-


lab jang sudah mendarah-daging, sehingga tidak dianggap salah lagi,
misalnja
perbedaan - seharusnja tjukup beda
tulangan II
tulang
,,
tumpuan
- 1.2 -

Berhubung tugas kite sekalian adalah membina behasa Indonesia ke-


arah tara jang tinggi, make dalam menetapken istilah2 teknik kita
sangat perlu memperhatikan kaidah2 tatabahasa Indonesia. Dalam hu-
bungan ini, maka lebih tepat kite menetapkan istilah "bentang" da-
ri pada"bentangan"

38. _monolitis (naskah PBI), monolitik (Panitia I.T).

Kami lebih tjenderung untuk met!lakai istilah "monolitis 11 (li-


hat angka 9).

39. balok tinggi (naskah PBI), balok langsing (Panitie I.T).


Istilahnja dalam bahase Inggris : 11 deep beam", dalam bahasa
Belanda dan Djernan diistilahkan sebagai "schijf" (Belanda) atau
~~Scheibe"(Djerman). Apabila kita rnenga: nbil terdjernahan dari behesa
Inggris, me.ka jang tepet adalah "balok tinggi"; apabila kite me-
ngambilnja dari bahasa Belanda atau Djerman, barangkeli dapat di-
pakai istilah :;konstruksi keping': Apabila jang terachir ini dapat
diterima, maka kita menghadapi djenis2 konstruksi sbb. :
- konstroksi b~lok
- konstruksi ,elat
- ko~struksi keping
- konstruksi selaput
Istilah11 langsing" sebaiknja djangan dihutiungkan dengan "balok11 , se-
bab "langsing" sudah dipakai chusus untuk kolom jang l!l~ngalani be.-
haja tekuk (kelangsingan = slenderness)_.

40: rangkak (naskah PBI), rajapan (Panitia I.T).


Istilah ;'rangkak" sedjak beberapa ~qaktlt sudah dircsT'li~.qn cleh
Ditdjen Bina Marga sebagai terdjenahan resmi dari "creep" (lihat :
"Peraturan Muatan untuk Djembatan Djalan Raya"), dan dewasa ini su-
dah dipakai luas. Dengan dernikian, tidak perlu kiranja ditjari legi
suatu alternatif istilah, kita tetap sadja pada istilah "rangkak 11

41. elastis (naskah PBI), elastik (Panitie I.T).


Kami lebih tjenderung untuk cenakai istilah "elestis" (lihat
angka 9).
- 13 -

42. keteguhan batas_ (naskah PBI). kuat-batas (Panitia I.T).


Istilah 'kuat batas 11 dilihat dar_i segi tatabahasa Indonesia
tidak betul (lih.angka 3,6). Jang betul adalah "keteguhan batas 11
atau "kekuatan batas 11

43. teori keruntuhan konstruksi (naskah PBI), analisa runtuh konstruk-


si (Panitia I.T).

Istilah "runtuh konstruksi" dilihat dari segi tatabahasa In


donesia tidak betul. Dari kata dasP.r ~runtuh" harus kita djadikan
kata jang menjatakan mcnderita apa jeng dinjatakan oleh kata da-
sar itu. Untuk itu harus diadakan awalan ke dan achiran an. Ui-
salnja : kepadatan penduduk (buknn padat penduduk), kehilangan
muka (bukan hilang muka), dcmikian pula keruntuhan konstruksi
(bukan runtuh konstruksi).

44. momen inersia (naskah PBI), mornen lembam (Panitia I.T).


11 Lembam;: adalah kata dasar dan merupakan kata sifat. Untuk
mendj.adikrnnja kata jang bersifat abstra.lt harus memakai awa~an
ke dan achiran an. Djadi istilah jang betuladalah "momen kelem-
.baman" (lemliam = traag; kelembaman = traegheid). Disamping itu,
menurut pendapat kami tidak ada salahnja sebagai alternatif kita
pakai istilah 11 nornen inersia" ' sebab istilah ini sudah populer
dipakai dalam praktek.

45. elasto-plastis (naskah PBI), elasto-olastik (Panitia I.T).


Ka.mi. lebih tjenderung untuk memnkai istilah "elasto-plastis"
(lib. angka 9).

46. djari2 i~ersic. (naskah P13I), djuri2 lembarn (Panitia I.T).

Seperti telah dikeme.kc.ka.n pada angka 44, disinipun istilah


jang betul adalah11 dj ari2 kelembaman" <:1an sebagai alternatif
"djari2 5nersia".
- 14 -

47. tui&ugan kue.t (naskah PBI), penulangan getas (Panitia I.T)


Istilah dalam bahasa Inggris : 1!overreinforcemmt". Menurut
pcndapat kami., is t ilah "tulangan kuat ; sudah tepat. Walaupu.n suatu
balok mempunjai tulangan kuat, tetapi tulangan itu. sendiri tetap
liat, tidak getas. Kalau ternjata tulangan itu getas, maka se-
belumnja sudah harus ditolak (bandingkan dengan angka 36).

48. tulangan miring (nask.ah PBI), tulangan serong (Panitia I. T).


Henurut penda-pat kami "miring'' dan :l serongn adalah sinonio,
ke-dua2-nja lazim dipakai. Djadi, ke~ua istilah diatas dapat dipa-
kai (alternatif).

49. pondasi pelat menerus (naskah PBI), fondasi telapak kombinasi


(Panitia I. T.)

Kaoi setudju dengan istilah 11 telapak1' sebagai terdjemahan


dari "footing:. Walaupun !untuk hal jang disebut diatas ~alam ba-
hasa Inggris diistilahkan sebagai "combined footing 11 untuk mem-
bedakannja dari 1'isolated footing", sebaiknja kita memakai istilah
"fondasi pelat menerus" , sebab pada djenis fondasi terachir ini
sudah tidak nampak lagi unsur2 telapaknja.

50. djangkar geser (naskah PBI), sambungan konstruksi (Panitia I.T)


Istilahnja dalambahasa Inggris ~ "shear keys". Henurut penda-
pat kami. istilah jang tepat adalah ;:cljangke.r gaser".

51. geometris (~askah PBI), geometrik (Panitia I.T).

Karai lebih tjenderung untuk memakai istilah "geoootris"


(lihat angka 9).

52. gaing (naskah PBI), anti pelenturan (Panitia I.T).

Dalam beber~p~ buku teknik dalarn bahasa Indonesia telah


dipakai istilah ;'gaing" sebagai terdjemahP..n dari "camber" (ing-
gris) atau "zeeg" (Belanda). Apabile istilah ini dapat diterima,
- 15 -

maka aken lebih singkat dari peda "anti pelenturan11

53. lendutan .(naskah PBI), pe1enturan (Panitia I. T).

Istilalmje dalam bahasa Inggris : :wdeflection", dalam bahasa


Belanda "doorbuiging". Uenurut penda;_:>at kemi. untuk 11 deflection; 1
kita pakai ;'lendutena untuk "flexurea kite pakai "pelenturan".

54. tunpuan (naskah PBI), per1etakan (Paniti~ I.T).

11 Turnpuan11 adaleh terdjemahan da.ri :;steunpunt" (Belanda), sen


dangkan :1 perletakP..n 11 adalah terdjernah~n ~ari "oplegging" (Belanda).
Dengan demikian, kedua istilah itu dApat dipa.kai (alte~natif).

Bandung 8 17 - 5 - 1971

ttd.

(Ir. Wire.tman rlangsadinata).

You might also like