You are on page 1of 24

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

DISUSUN OLEH :

BENNY PUTRA PRATAMA


RISKA PERMATA SARI
TANTY ELNERA
TIARA APRIANA PUTRI
ADE ERNA WIDYANI

ALIH PROGRAM 2015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Stroke

Makalah Asuhan Keperawatan Stroke ini untuk memenuhi salah satu


syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Keperawatan Gerontik. Dalam
penyusunan tugas ini, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan serta
bantuan dari semua pihak terutama untuk kedua orang tua yang terus memberikan
semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan jauh dari
sempurna. Karena itu dengan hati yang lapang serta terbuka penulis menerima
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan kualitas dan
kesempurnaan tugas ini di masa yang akan datang.
Akhirnya kami mengharapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Inderalaya,

September 2016

Penulis
2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Stroke........................................................................ 3
B. Etiologi Stroke.................................................................................. 3
C. Patofisiologi Stroke........................................................................... 5
D. Manifestasi Stroke............................................................................ 7
E. Komplikasi Stroke............................................................................ 9
F. Pemeriksaan Penunjang Stroke...................................................... 10
G. Penatalaksanaan Stroke..................................................................... 11
H. Asuhan Keperawatan Stroke.............................................................. 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 23
B. Saran ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan gangguan
persyarafan dimana persediaan darah diinterupsi untuk bagian tertentu dari
3

otak menyebabkan sel otak mati yang mengakibatkan kehilangan fungsi


otak di dalam area yang terpengaruh (Smeltzer,2009).
Menurut WHO, stroke merupakan pembunuh nomor 3 setelah
penyakit jantung dan kanker. Di Eropa ditemukan sekitar 650.000 kasus
baru stroke setiap tahunnya. Di Amerika sendiri, stroke membunuh lebih
dari 160.000 penduduk dan 75% klien stroke menderita kelumpuhan
(Waluyo, 2009).
Dari data South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC)
diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar di Indonesia yang
kemudian diikuti oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand.
Dari seluruh penderita stroke di Indonesia , stroke non hemoragik
merupakan jenis yang paling banyak diderita yaitu sebesar 5,9%
(Basjirudin,2008).
Stroke adalah penyebab kematian utama di hampir seluruh RS di
Indonesia sekitar 15,4%. Peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari
8,3% (tahun 2007) menjadi 12,1% (tahun 2013). Prevalensi Stroke
berdasarkan jenis penyakit di Sumatera Selatan sebesar 5,2%
(Riskesdas,2013).
Stroke dapat menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota
gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat dan kematian. Penyakit
Stroke memerlukan perhatian serius agar tidak mengalami peningkatan maka,
asuhan keperawatan terhadap klien perlu ditingkatkan. Asuhan keperawatan
ini bertujuan untuk mencegah angka peningkatan pada klien stroke. Untuk
itu dalam merawat klien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis seperti
mengkaji aktivitas, sirkulasi, makanan/cairan, neurosensorik, kenyamanan,
pernapasan, dan interaksi sosial (Baticaca,2012).
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu stroke pada lansia?
2. Apa saja etiologi stroke pada lansia?
3. Seperti apa patofisiologi stroke pada lansia?
4. Bagaimana manifestasi stroke pada lansia?
5. Apa saja kompikasi stroke pada lansia?
4

6. Apa saja pemeriksaan penunjang stroke pada lansia?


7. Bagaimana penatalaksanaan stroke pada lansia?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan stroke pada lansia?

B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian stroke pada lansia.
2. Untuk mengetahui etiologi stroke pada lansia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi stroke pada lansia.
4. Untuk mengetahui manifestasi stroke pada lansia.
5. Untuk mengetahui komplikasi stroke pada lansia.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang stroke pada lansia.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan stroke pada lansia.
8. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan stroke pada lansia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Stroke


1. Definisi Stroke
5

Menurut Word Helth Organization (WHO) stroke adalah gangguan


fungsi otak fokal atau global dengan gejala gejala yang berkembang
cepat berlangsung selama 24 jam atau lebih menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Muttaqin,
2008).
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke
non hemoragik. Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak. Pendarahan dapat terjadi pada
intraserebral dan subaraknoid. Penderita stroke hemoragik umumnya
menderita hipertensi. Sedangkan stroke non hemoragik yaitu
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif dan Kusuma, 2013).
Menurut Batticaca, (2013) Stroke non hemoragik sebagian besar
merupakan komplikasi dari penyakit vaskuler, ditandai dengan
menurunnya tekanan darah yang mendadak, takikardia, pucat, dan
pernapasan yang tidak teratur.
Stroke non hemoragik dapat berupa iskemia atau emboli dan
trombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru
bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemia yang menimbulkan hipoksia dan edema (Muttaqin,2011).

2. Etiologi
Menurut Padila, (2012) Faktor penyebab stroke yaitu :
a. Faktor non reversible yaitu jenis kelamin (pria lebih sering
ditemukan menderita stroke dibanding wanita), usia (makin tinggi
usia beresiko terkena stroke), keturunan (adanya riwayat keluarga
yang menderita stroke).
b. Faktor reversible seperti hipertensi, kolesterol tinggi, obesitas,
policitemia dan stress emosional.
a) Etiologi Stroke Hemoragik
1) Menurut Muttaqin, (2008) Stroke hemoragik disebabkan
oleh Perdarahan Intraserebral. Pecahnya pembuluh darah
terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
6

dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan


jaringan otak, dan menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan Subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari
pecahnya arteri dan keluar ke ruang subaraknoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak dan vasopasme
pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak
global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan sensorik, afasia dan lain-lain).
b) Etiologi Stroke Non Hemoragik
1) Trombosis Serebal. Trombosis ini terjadi pada pembuluh
darah yang mengalami okulasi sehingga menyebabkan
iskemik jaringan otak yang menimbulkan edema dan
kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada saat
sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah
yang dapat menyebabkan iskemi serebal. Tanda dan gejala
neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah
trombosis. Trombosis otak dapat terjadi karena
Aterosklerosis, Hiperkoagulasi pada polistemia, Arteritis
(radang pada arteri), dan emboli (Muttaqin, 2008).
2) Emboli
Menurut Widagdo, (2008) Emboli terjadi karena :
Kerusakan katup karena penyakit jantung rematik.
Infark miokard.
Fibrilasi arteri.
Endokarditis menyebabkan bekuan pada endokardium.
3) Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba sehingga
menghambat aliran darah ke otak (Batticaca,2012).
4) Kebiasaan hidup seperti merokok, peminum alkohol, obat-
obatan terlarang, aktivitas yang tidak sehat (kurang
olahraga, makanan berkolesterol) (Nurarif dan Kusuma,
2013).

3. Patofisiologi
Obtruksi atau bekuan di suatu pembuluh darah otak dapat terlepas
kemudian dibawa melalui arteri ke otak akibatnya perfusi otak akan
7

menurun, dan terjadi nekrosis jaringan otak (Nurarif dan Kusuma,


2013).
Perubahan perfusi darah pada otak akan menyebabkan hipoksia.
Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak.
Apabila iskemik otak terjadi dalam waktu lama maka akan
menimbulkan infark pada otak (Batticaca,2012).
Menurut Muttaqin, (2008) Infark serebal adalah berkurangnya
suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark tergantung pada
faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah
yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat
atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan
spasme vaskuler) atau karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat
aliran darah mengalami pelambatan.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas
akan menyebabkan kematian karena terjadi perdarahan yang luas,
peningkatan tekanan intrakranial (Muttaqin, 2008).

Pathway Stroke Hemoragik

Faktor Resiko Stroke Hemoragik

Perdarahan Intraserebral

Aneurisma
Perembesan darah ke otak

Stroke Infark serebral


Penekanan jaringan otak hemoragik

Ketidakefektifan
Defisit perfusi jaringan
infark jaringan otak serebral
neurologis

Kehilangan kontrol Disfungsi bahasa
Edema voluter dan komunikasi
Koma Hempilegi dan Distria, disfasia/
Hemiparesis afasia, apraksia
8

Penekanan saluran
Hambatan Hambatan
Ketidakefektifan Pola Napas mobilitas fisik komunikasi verbal

Intake nutrisiPenurunan Disfungsi Kelemahan


tingkat Kerusakan
tidak adekuat visual spasial fisik umum
kesadaran fungsi
&kehilangan kognitif
Ketidakseimbang Penekanan sensori
Perubahan Defisit dan efek
an nutrisi jaringan
persepsi perawatan psikologis
setempat diri
sensori
Resiko Kerusakan integritas
Jatuh kulit Kematian
Gambar 2.1 Pathway Stroke Hemoragik
(Sumber : Muttaqin , (2011) dan Nurarif, (2013))
4. Manisfestasi Klinis
Menurut LeMone dan Burke dalam Kariasa (2009) manifestasi
stroke sangat beragam, tergantung dari arteri serebal yang terkena dan
luasnya kerusakan jaringan serebal. Manifestasi klinik yang sering
terjadi diantaranya adalah kelemahan pada alat gerak, penurunan
kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan komunikasi, sakit kepala
dan gangguan keseimbangan. Tanda dan gejala ini biasanya terjadi
secara mendadak, fokal dan mengenai satu sisi.
a. Manisfestasi Stroke Hemoragik
Menurut Batticaca ,(2012) manisfestasi klinis stroke hemoragik
yaitu :
1) Defisit neurologis mendadak, didahului gejala yang terjadi pada
saat istirahat atau bangun pagi.
2) Cairan serebrospinal berdarah dengan peningkatan tekanan.
3) Hemiplegia dengan aktivitas berlebih.
4) Penurunan Kesadaran mendadak.
5) Sakit kepala menetap.
6) Hipertensi arteri.
7) Nadi tegang , bradikardia lebih sering daripada takikardia.
8) Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
b. Manisfestasi Stroke Non Hemoragik
Menurut Batticaca, (2012) manisfestasi klinis stroke non
hemoragik yaitu :
9

1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)


yang timbul mendadak.
2) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan
hemisensorik).
3) Perubahan mendadak pada status mental (konfusi, delirium,
letargi, stupor atau koma).
4) Afasia (tidak lancar atau tidak dapat berbicara).
5) Disartia (bicara pelo atau cadel).
6) Ataksia (tungkai atau anggota badan tidak tepat pada sasaran).
7) Vertigo (mual dan muntah atau nyeri kepala).
Menurut Hickey dalam Kariasa (2009) tanda dan gejala stroke non
hemoragik dihubungkan dengan bagian arteri yang terkena sebagai
berikut:
a. Arteri karotis interna
Lokasi lesi yang paling sering biasanya pada bifurkasio arteri
karosis komunis yang bercabang menjadi arteri karotis interna dan
karotis eksterna. Dapat timbul berbagai sindroma dan polanya
tergantung dari jumlah sirkulasi kolateral yang terbentuk. Gejala
yang sering tampak adalah :
1) Paralisis pada wajah, tangan dan kaki bagian sisi yang
berlawanan.
2) Gangguan sensori pada wajah, tangan dan kaki yang
berlawanan.
3) Afasia.
4) Buta mendadak (amaurosis fugaks).
5) Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan
(disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.
6) Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis
kontralateral).
b. Arteri serebi anterior
Arteri ini paling jarang terkena dan bila terkena akan menimbulkan
gejala sebagai berikut:
1) paralisis pada kaki sisi yang berlawanan.
2) Gangguan keseimbangan.
3) Gangguan sensori pada kaki dan jari daerah berlawanan daerah
terkena.
4) Gangguan kognitif.
5) Inkontinensia urin.
10

6) Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih


menonjol.
7) Gangguan mental.
8) Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.
9) Bisa terjadi kejang-kejang.
c. Arteri serebi posterior
Gejala yang sering muncul pada kelompok ini khususnya dalam
lobus otak tengah atau talamus adalah :
1) Gangguan kesadaran sampai koma.
2) Kerusakan memori.
3) Gangguan penglihatan.
4) Hemiparesis kontralateral.
5) Ketidakmampuan membaca (aleksia).
d. Arteri serebri media
Gejala dominan yang ditunjukan bila terkena pada daerah ini
adalah :
1) Hemiplegia kontralateral pada kedua ekstremitas.
2) Kadang-kadang hemianopia kontralateral atau kebutaan.
3) Afasia global yaitu gangguan semua fungsi yang ada
hubungannya dengan percakapan dan komunikasi.
4) Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih
ringan.
5) Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.
6) Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

5. Komplikasi
Menurut Padila, (2012) Stroke dapat menimbulkan beberapa
komplikasi, yaitu :
a. Paralitic Ileus adalah keadaan dimana usus gagal / tidak mampu
melakukan kontraksi peristaltic karena usus mengalami
dismolititas. Pasien tidak dapat buang air besar.
b. Atrial Fibrilasi adalah bentuk gangguan irama jantung,
ketidakteraturan denyut jantung (aritmia) sehingga darah tidak
terpompa sepenuhnya dapat menyebabkan pengumpulan dan
penggumpalan darah.
c. Diabetes Insipidus adalah kelainan dimana terdapat kekurangan
hormon antidiuretik (hormon yang mencegah pembentukan air
kemih terlalu banyak) menyebabkan rasa haus berlebihan
(polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat
encer (poliuri).
11

Menurut Muttaqin, (2011) Stroke dapat menimbulkan beberapa


komplikasi, yaitu :
a. Dalam hal immobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan,
konstipasi, dan trombofleblitis.
b. Dalam hal paralisis : nyeri pada darah punggung, dislokasi sendi,
deformitas, dan tejatuh.
c. Dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrosefalus.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien stroke untuk
mengetahui penyebab dan daerah yang terkena sebagai berikut
a. Angiografi Serebal.
Alat ini digunakan untuk mendefinisikan sifat, lokasi dan tingkat
keparahan penyakit oklusi pembuluh darah dan untuk
mengidentifikasi kelainan vascular yang menyebabkan perdarahan
otak seperti aneurisma sakular, malformasi vaskular (Goldszmidt
dan Caplan, 2013).
b. Skan tomography (Computer Tomography scan_CT Scan)
Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli,
serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan
cairan yang mengandung darah menunjukan adanya perdarahan
subarakhnoid dan perdarahan intrakranial. Kadar protein total
meningkat, beberapa kasus trombosis disertai proses inflamasi
(Batticaca, 2012).
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Alat ini digunakan untuk menentukan lokasi, tipe stroke (iskemik
atau hemoragik) dan komplikasi stroke. MRI berguna dalam
mendeteksi infark otak dalam 72 jam pertama (Goldszmidt dan
Caplan, 2013).
d. Ultrasonografi Doppler (USG Doppler).
Alat ini digunakan untuk mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis {aliran darah atau timbulnya plak})
dan arteriosklerosis (Batticaca,2012).
e. EEG (Electroenchephalogram)
12

Alat ini mengidentifikasi masalah pada geleombang otak dan


memperlihatkan daerah lesi yang spesifik (Batticaca,2012).
f. EKG (Elektrocardiogram).
Alat ini digunakan untuk mendeteksi iskemia / infark miokard,
aritmia, dan pembesaran ruang yang menunjukkan kardiomiopati
atau penyakit katup jantung (Goldszmidt dan Caplan, 2013).
g. Lumbal pungsi: pemeriksaan cairan serebrospinal dengan
memasukkan jarum ke dalam ruang subarachnoid.
(Muttaqin,2008).
h. Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum
dan kemudian beransur-angsur turun kembali (Muttaqin,2008).
i. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainanan pada darah
itu sendiri (Muttaqin,2008).

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Junaidi, (2012) Stroke membutuhkan penatalaksanaan medis
yang meliputi :
a. Membatasi luasnya infark dengan mengurangi perluasan area
penumbra.
b. Memperbaiki fungsional fungsi neuron dan membatasi kecacatan.
c. Mencegah terjadinya stroke berulang.
Menurut Muttaqin, (2012) beberapa pengobatan pada pasien stroke
meliputi :
a. Pengobatan konservatif.
1) Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit
memainkan peran sanga penting dalam pembentukan trombus
dan embolisasi.
2) Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya thrombosis / embolisasi dari tempat lain dalam
sistem kardiovaskuler.
3) Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus.
4) Mencegah peningkatan tekanan intrakranial.
13

a) Antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis


kecil seperti : Aminocaproic acid 100-150 ml% dalam cairan
2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3 hari,
Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg x 4 hari IV sampai 10
hari, Kalsium mengandung obat Rutinium, Vicasolum,
Ascorbicum,
b) Diazepam bila kejang.
c) Anti tukak misalnya : cimetidine.
d) Manitol : mengurangi edema otak.
b. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebri dengan :
1) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan pada
pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
3) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4) Ligasi arteri karotis dileher khususnya pada aneurisma.
Stroke non hemoragik mempunyai penatalaksanaan keperawatan yang
harus dilakukan yaitu dengan mengkaji pernapasan, tanda-tanda vital,
aritmia jantung, melakukan kateterisasi kandung kemih dan latihan gerak
pasif (Muttaqin,2008).
B. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke
1. Pengkajian Keperawatan
a Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif
kesulitan dalam beraktivitas : kelemahan, kehilangan sensasi
atau paralysis.
mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
Perubahan tingkat kesadaran
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis
( hemiplegia ) , kelemahan umum.
gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
Data Subyektif:
14

Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia,


gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
Hipertensi arterial
Disritmia, perubahan EKG
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data Subyektif:
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan ,
kegembiraan
kesulitan berekspresi diri
d. Eliminasi
Data Subyektif:
Inkontinensia, anuria
distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
suara usus( ileus paralitik )
e. Makan/ minum
Data Subyektif:
Nafsu makan hilang
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan
faring )
Obesitas ( factor resiko )
f. Sensori neural
Data Subyektif:
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan
sub arachnoid.
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
Penglihatan berkurang
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama)
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
15

Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan ,


gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua
jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya
reflek tendon dalam ( kontralateral )
Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran,
stimuli taktil
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi
pada sisi ipsi lateral
g. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h. Respirasi
Data Subyektif:
Perokok ( factor resiko )
Data Obyektif
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napa
Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
i. Keamanan
Data obyektif:
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat
objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
j. Interaksi social
Data obyektif:
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
16

k. Pengajaran / pembelajaran
Data Subjektif :
Riwayat hipertensi keluarga, stroke
penggunaan kontrasepsi oral
l. Pertimbangan rencana pulang
menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan ,
perawatan diri dan pekerjaan rumah
(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah :
penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,
edema serebral.
b. Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,
ketidakmampuan dalam persespi kognitif
c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut,
kelemahan umum / letih.
d. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori
transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurologi), tekanan
psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh
kecemasan)
e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
f. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk,
ketidakmampuan mengatasi lendir
g. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa
ujung lidah

3. Perencanaan Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah :
penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,
edema serebral.
Tujuan Pasien / kriteria evaluasi ;
Terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan
fungsi sensori / motorik
Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran /
kekambuhan
17

Intervensi :
Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan situasi
individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan
potensial PTIK
Monitor dan catat status neurologis secara teratur
Monitor tanda-tanda vital
Evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap
cahaya 0
Bantu untuk mengubah pandangan , misalnya pandangan kabur,
perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien
mengalami gangguan fungsi
Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.
Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang ,
atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
Berikan medikasi sesuai indikasi :
Antifibrolitik, misal aminocaproic acid ( amicar )
Antihipertensi
Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
Manitol
b. Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuskular,
ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Tujuan Pasien / kriteria evaluasi ;
Tidak ada kontraktur, foot drop.
Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau
kompensasi dari bagian tubuh
Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas
sebagaimana permulaannya
Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi :
Ubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua
ekstremitas
Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board
pada saat selama periode paralysis flaksid. Pertahankan kepala
dalam keadaan netral
Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
18

Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna kulit edema


atau menormalkan sirkulasi
Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaborasi
Konsul ke bagian fisioterapi
Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi serebral,
gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut,
kelemahan umum / letih.
Tujuan pasien / kriteria evaluasi
Pasien mampu memahami problem komunikasi
Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi :
Bantu menentukan derajat disfungsi
Bedakan antara afasia dengan disartria
Sediakan bel khusus jika diperlukan
Sediakan metode komunikasi alternatif
Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien
Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
Bicara dengan nada normal
Kolaborasi :
Konsul dengan ahli terapi wicara
d. Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan perubahan sensori
transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurologi), tekanan
psikologis ( penyempitan lapangan persepsi disebabkan oleh
kecemasan)
Tujuan / kriteria hasil :
Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada
level biasanya.
Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi :
Kaji patologi kondisi individual
Evaluasi penurunan visual
Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh
Sederhanakan lingkungan
Bantu pemahaman sensori
Beri stimulasi terhadap sisa-sisa rasa sentuhan
Lindungi psien dari temperatur yang ekstrim
Pertahankan kontak mata saat berhubungan
19

Validasi persepsi pasien


e. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Tujuan dan Kriteria hasil:
Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan
sendiri
Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam
memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi
kenutuhan perawatan diri
Intervensi:
Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan
skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan
pasien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang
kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk
menggunakan urinal,bedpan.
Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikan
pada kebiasaan pola normal tersebut. Kadar makanan yang
berserat, Anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan
aktivitas.
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukan atau keberhasilannya.
Kolaborasi;
Berikan supositoria dan pelunak feses
Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi
f. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk,
ketidakmampuan mengatasi lendir
Tujuan dan Kriteria hasil:
Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
Ekspansi dada simetris
Bunyi napas bersih saaatauskultasi
Tidak terdapat tanda distress pernapasan
GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan
napas dan memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal
Penghisapan sekresi
20

Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4


jam
Berikan oksigenasi sesuai advis
Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
g. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa
ujung lidah
Tujuan dan Kriteria evaluasi:
Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk
merangsang nafsu makan
BB stabil
Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat
Intervensi;
Pantau masukan makanan setiap hari
Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
Dorong pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai
program
Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan
terlalu manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan
yang menyenangkan
Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Kolaborasi:
Pemberian anti emetic dengan jadwal reguler
Vitamin A,D,E dan B6
Rujuk ahli diit
Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan
enteral
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)
21

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal atau global dengan gejala
gejala yang berkembang cepat berlangsung selama 24 jam atau lebih
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler (Muttaqin, 2008).
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non
hemoragik. Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Pendarahan dapat terjadi pada
intraserebral dan subaraknoid. Penderita stroke hemoragik umumnya
menderita hipertensi. Sedangkan stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya
22

pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau


keseluruhan terhenti (Nurarif dan Kusuma, 2013).

B. Saran
Untuk mahasiswa diharapkan agar dapat melakukan asuhan
keperawatan gerontik pada lansia dengan baik dan benar. Dengan banyak
membaca buku dan memahaminya dengan baik dan benar, latihan-latihan ,
serta praktek kasus di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

A, Basjiruddin ; darwin Amir (ed.). 2008. Buku Ajar Ilmu Penyakit Saraf
(Neurologi) edisi 1. Bagian Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran :
Universitas Andalas.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2007. Diunduh dari: http://www.
litbag.depkes. go. id/sites/download/ buku laporan/ lapnas
riskesdas2007/Indonesia.zip. Diakses 14 September 2013.
Batticaca, B. F. 2012. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan, Jakarta : Salemba Medika.
23

Doengoes, M.E.,Moorhouse M.F. & Alice C.Geissler. 2000 . Rencana Asuhan


Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Pendokumentasian
Perawatan Pasien ( ed. 3 ) ( I Made Kariasa & Ni Made Sumarwati, Alih
Bahasa ). Jakarta : EGC.

Herdman. 2014. Diagnosis Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Junaidi, Iskandar. 2012. Stroke Waspadai Ancamannya. Jakarta : Andi Offset

Goldszmidt, A. J & Caplan, L.R. 2013. Stroke Esensial Edisi kedua. Jakarta :
Indeks.

Kariasa, I Made. 2009. Persepsi Pasien Paska Serangan Stroke Terhadap


Kualitas Hidupnya Dalam Perspektif Asuhan Keperawatan. Jakarta :
FKUI

Nurarif, A. H & Kusuma, H. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Bengkulu : Nuha Medika.

Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC
Waluyo, S. 2009. 100 Questions & Answers Stroke. Jakarta: Media Komputindo.

You might also like