You are on page 1of 25

PENGANTAR KOTA

OLEH

ALFAYED RAHMAT MUHAMMAD E1B115 004


DUI BUANA MUSTAKIMA E1B115 012
LA ODE ABDUL KAMPIL DEUNGKU E1B115 022
RUSLAN E1B115 042
YUYUN PURNAMASARI E1B115 054
NUR BADIYATI LASMI E1B115 072

JURUSAN S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang penduduknya
rapat, rumah-rumahnya berkelompok kelompok, dan mata pencaharian penduduknya
bukan pertanian. Sementara menurut Bintarto, 1987, kota dalam tinjauan geografi
adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di
belakangnya. Tinjauan di atas masih sangat kabur dalam arti akan sulit untuk menarik
batas yang tegas untuk mendefinisi kota dan membedakannya dari wilayah desa apabila
menginginkan tinjauan tersebut. Tinjauan di atas merupakan batasan kota dari segi
sosial. Dalam perkembangannya, konsep-konsep kota paling tidak dapat dilihat dari 4
sudut pandang, yaitu segi fisik , administratif, sosial dan fungsional. Dengan banyaknya
sudut pandang dalam membatasi kota, mengakibatkan pemahaman kota dapat
berdimensi jamak dan selama ini tidak satupun batasan tolak ukur kota yang dapat
berlaka secara umum.

Kota dalam tinjauan fisik atau morfologi menekankan pada bentuk-bentuk


kenampakan fisikal dari lingkungan kota. Smailes (1955) dalam Yunus (1994)
memperkenalkan 3 unsur morfologi kota yaitu penggunaan lahan, pola-pola jalan dan
tipe atau karakteristik bangunan. Sementara itu Conzen (1962) dalam Yunus (1994)
juga mengemukakan unsur -unsur yang serupa dengan dikernukakan Smailes, yaitu
plan, architectural style and land use.

Berdasarkan pada berbagai macam unsur morfologi kota yang dikemukakan di


atas, terlihat bahwa secara umum unsur-unsur morfologi kota berkisar antara
karakteristik bangunan, pola jalan dan penggunaan lahan.Unsur-unsur ini yang
paling sering digunakan untuk mengenali suatu daerah secara, morfologis, kota atau
bukan.

Secara garis besar ada tiga macarn proses perluasan areal kekotaan
(urbansprawl) menurut Hadi Sabari Yunus, yaitu:

1. Perembetan konsentris

Tipe pertama ini dikemukakan oleh Haevey Clark dengan. Jenis perembetan ini
berlangsung paling lambat karena perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada
semua bagian luar kenampakan fisik kota. Proses perembetan ini menghasilkan bentuk
kota yang relatif kompak dan peran transportasi tidak begitu besar.
2. Perembetan memanjang

Tipe ini dikenal dengan ribbon development linear yang menunjukkan, ketidak
merataan perembetan areal perkotaan di semua bagian sisi luar dari kota utarna.
Perernbetan paling cepal terlillat disepapJang jalur transportasi yang ada, khususnya
yang bersifat menjari dari pusat kota.

3. Perembetan yang meloncat

Tipe ini dikenal sebagai leaf ftog development dan dianggap paling merugikan. Hal ini
karena perembetan ini tidak efisien dalam arti ekonorni, tidak mempunyai estetika dan
tidak. menarik. Perkernbangan lahan terjadi berpencaran secara sporadis dan
menyulitkan pernerintah kota untuk membangun prasarana fasilitas kebutuhan hidup
penduduknya. Tipe ini sangat cepat menimbulkan darnpak negatif terhadap kegiatan
pertanian, memunculkan kegiatan spekulasi lahan, dan menyulitkan upaya penataan
ruang kota.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana model teori konsentris?

b. Bagaimana model teori sektoral?

c. Bagaimana model teori konsentoral

d. Bagaimana model toeri ketinggian bangunan?

e. Bagaimana model teori terpusat?

f. Bagaimana model teori pusat kegiatan kota?

g. Bagaimana model teori historis?

h. Bagaimana model teori organic?

C. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui model teori konsentris


b. Untuk mengetahui model teori sektoral

c. Untuk mengetahui model teori konsentoral

d. Untuk mengetahui model teori ketinggian bangunan

e. Untuk mengetahui model teori terpusat

f. Untuk mengetahui model teori pusat kegiatan kota

g. Untuk mengetahui model teori historis

h. Untuk mengetahui model teori organik


BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Konsentris

Menurut pengamatan Burgess, suatu kota akan terdiri dari zon-zona yang
konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan
yang berbeda.

Hal inilah yang menyebabkan terkenalnya tesis burgess sebagai teori konsentris.

Teori Konsentriss Menurut Burgess

1. Daerah pusat kegiatan

2. Zona peralihan

3. Zona perumahan para pekerja

4. Zona pemukiman yang lebih baik

5. Zona para penglaju

Model Invasi dan Suksesi


Daerah pusat kegiatan (DPK) merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya
dan politik dalam sesuatu kota sehingga pada suatu zona ini terdapat bangunan utama
untuk kegiatan sosial ekonomi, budaya, dan politik. Rute-rute transport dari segala
penjuru memusat ke zona ini sehingga zona ini merupakan zona dengan derajat
aksesibilitas tetinggi.

Karakteristik masing-masing zona di uraikan sebagai berikut :

Zona 1 : daerah pusat kegiatan (DPK).

Daerah ini merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial, budaya,
ekonomi dan teknologi.

Zona : daerah peralihan (DP)

Zona ini merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas permukiman yang terus
menerus dan makin lama makin hebat penyebabnya tidak lain karena adanya intrusi
fungsi yang berasal dari zona yang pertama sehingga perbauran pemukman dengan
pemukiman bukan untuk permukinman seperti gedung kantor dan lain-lain.

Zona 3 : Zona perumahan para pekerja yang bebas

Zona ini paling banyak ditempati oleh perumah oleh pekerja-pekerja baik pekerja pabrik
industry dan lain sebagainya, diantara lain pendatang dari zona 2, namun masih
menginginkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerjanya.

Zona 4 : zona permukiman yang lebih baik

Zona ini dihuni oleh penduduk yang berstatus ekonomi menengeh tinggi walaupun tidak
berstatus ekonomi sangat baik, namun mereka kebanyakan mengusahakan sendiri apara
profesiaonal, para pegawai dan sebagainya.

Zona 5 : zona penglaju

zona ini merupakan zona yang menjanjikan kenyamanann hidup.

1. Reaksi-reaksi terhadap teori konsentris.

1.1.pendapat kelompok yang menolak


Kelompom ini mengemukakan 4 alasan mengpa teori konsentris tidak disetujui,
yaitu :

a. Adanya penentangan antara gradeints dengan zonal boundaries.

Davie menyatakan bahwa gambaran konsentris sempurna seperti itu


tidak sesuai dengan kenyataan. Adaya perubahan gradasi variable-
variabel dari pusat kota ke arah luar ternyata tidak jelas terlihat dari
zona satu ke zona yang lain.

b. Bentuk CBD bentuk yang tidak teratur dan kebanyakan berbentuk segi empat
atau persegi panjang dan bukannya bulat.

c. Penggunaan lahan perdagangan meluas dari CBD kearah luar secara menjari
searah dengan rute transportasi dan terkonsentrasi pada tempat-tempat
strategis.

d. Industry-industri terletak dijalur dekat transportasi baik transportasi air


maupun kereta.

e. Perumahan yang lebih baik dapat terdapat dimana-mana

f. Dareah pemukiman kelas rendah juga terdapat disetiap zona dan tidak selalu
dekat CBD

A. Teori ketinggian bangunan.

Teori ini di usulka pertama kali oleh Bergel (1955). Dia mengusulkan untuk
memperlihatkan variable ketinggian bangunan.

Hubungan variasi ketinggian bangunan dan penggunaan lahan hendaknya


diperhatikan pula dala merumuskan pola penggunaan lahan yang tercipta.
Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa pada daerah CBD harga lahan sangat mahal,
aksesibilitas sangat tinggi da nada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara
vertical.

B. Teori sector.

Hoyt (1939) mengemukakan dalam tesisnya yang berjudul The structure and growth
of residential neighbourhoods in American cities. Tulisannya tersebut adalah sebagai
hasil penelitiannya mengenai pola-pola sewa rumah tinggal (Residential rent patterns) di
25 kota di amerika serikat.

Ternyata pola sewa tempat tinggal di amerika cenderung terbentuk sebagai pettern
of sectors(pola-pola sector) dan bukannya pola zona konsentris.

1. Kecenderungan sektorisasi

Hoyt mengemukakan 10 kenampakan yang mempunyai peran dalam pembentukkan


sector pemukiman bernilai tinggi, yaitu :

1.1. Daerah pemukiman bernilai sewa tinggi (high Rent Residential Aras = HRRA)
cenderung berkembang dari titik tertentu menuju a) daerah daerah lain sepanjang
jalur transportasi atau komonikasi b) kea rah wilayah pusat perdagangan atau
ompleks pertokoan.

1.2. Daerah permukiman yang bernilai sewa tinggi cenderung berkembang yang
berada daerah-daerah yang relative lebih tinggi dari kanan kirinya, bebas dari
resiko banjir atau pada daerah daerah di tepi danau, sungai-sungai, laut, teluk
yang airnya jernih.

1.3. HRRA cenderung berkembang ke arah bagian-bagian dari kota yang terbuka
untuk pengembangan lebih lanjut dan tidak terdapat penghalang baik fisikal
maupun artifisial

1.4. HRRA cenderung berkembang terhadap tempat tinggal pemuka-pemuka


masyarakat.
1.5. HRRA cenderung berkembang ke arah kompleks bangunan-bangunan
perkantoran, BANK, pertokoan yang tertata apik

1.6. HRRA cenderung berkembang sepajang jalur-jalut transportasi cepat yang ada.

1.7. HRRA cenderung berkembang pada arah yang sama selama periode waktu uang
lama.

1.8. HRRA yang berkualitas cenderung berkembang dekat dengan pusat-pusat


kegiatan apada daerah pemukiman lama (lihat gejala gentrifikasi)

1.9. HRRA dapat berkembang ke arah yang sesuai dengan inisiatif promotor

1.10. HRRA tidak berkembang secara acak-acakan tetap berkembang mengikuti


jalur-jalur tertentu pada salah sat atau beberapa sector dalam kota yang
bersangkutan.

Oleh akarena banyaknya jalur transportasi yang menjari dan menentukan tinkat
aksesibilltas ternyata jenis penggunaa lahan tertentu juga ada yang berkembang
dikiri, kanannya

2. Diskripsi Anatomis teori sector

Secara konsepsual, model teori sector yang dikembangkan oleh hoyt, dalam beberapa
hal masih menunjukkan persebaran zona-zona konsentrisnya.

Zona 1 : Central business district

Pusat kota yang relatif terletak di tengah kota yang berbentuk bundar.
Zona 2 : Zone Wholesale Light Manufacturing

Teori sektor zona kedua membentuk pola seperti taji (wedge) dan menjari ke
arah luar menembus lingkaran-lingkaran kosentris sehingga gambaran kosentris
mengabur adanya.

Zona 3 : Zone permukiman Kelas Rendah

Zona 3 adalah suatu zona yang di huni oleh penduduk yang mempunyai
kemampuan ekonomi rendah.

Zona 4 : Zona Permukiman kelas menengah

Zona 4 ini menurut Hoyt rumah pada daerah ini relatif lebih besar di banding
zona 3 dengan kondisi lingkungan yang lebih baik. Kibatnya nampak adanya perasaan
tidak puas terhadap lingkungan sebelumnya dan mencari tempat-tempat baru yang
memberikan kenyataan kenyamanan kehidupan lebih baik.

Zona 5 : zona Permukiman Kelas Tinggi

Penduduk kota daerah ini menjanjikan kepuasan, kenyamanan bertempat


tinggal. Penduduk dengan penghasilan yang tinggi mampu membangun tempat hunian
yang sangat mahal sampai Luxurious.

Teori Konsektoral (Kosentris-Sktoral): Tipe Eropa

Gambar 7

Model Struktur keruangan dari Kota-kota di Inggris

Keteranagan:
1. City center (pusat Kota)
2. Transitional Zone (Zona Peralihan)
3. Untuk sektor C dan D :
- Zona yang di tempati small terace houses (rumah ukuran kecil)
Untuk Sektor B :

- Zona yang di tempati rumah-rumah yang lebih besar (bye law houses)
Untuk Sektor

- Zona yang di tempati rumah-rumah tua yang besar-besar


4. Daerah permukiman sesudah 1918 dan kemudian mulai 1945 berkembang pada
pinggirannya
5. Desa-desa yang di huni para penglaju
a. Sektor yang di tempati middle Class (kelas menengah)
b. Sektor yang di tempati kelas menengah ke bawah
c. Sektor yang di tempati kelas pekerja-pekerja
d. Sektor yang di tempati industri-industri dan pekerja-pekerja kelas terbawah.

C. Teori Konsektoral : Tipe amerika Latin

Oleh karena letak negara-negara amerika latin relatif dekat dengan naegara
adidaya amerika serikat, maka perkembangan kotanya banyak di pengaruhi oleh
kota-kota di negara amerika serikat ini, seperti proses industrialisai perkembangan
CBD, perkembangan sistem transportasinya, besarnya jumlah migran ke kota-kota.
Tinjauan Historis Kota-kota amerika Latin

1. Dekskripsi anatomis model konsektoral : Tipe amerika latin

Model sektor pemukiman kelas elit dicirikan kelas elit, jalur perdagangan
dan juga zona konsentris melingkar yang menggambarkan mengenai kualitas
pemukimannya.
a. Central Bussines Distrec
Daerah pusat sangat dinamis, daerah ini masih merupakan tempat utama
dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan.

Zona perdagangan

Jalur ini terletak menjari dari pusat kota (CBD) oleh daerah pemukiman
elit.

Zona pemukiman kelas elit

Daerah ini menempati fasilitas terbaik dari suatu kehidupan paling


nyaman. Peraturan berlaku sangat ketat di daerah ini. Walaupun zona ini sangat
mendomonasi morfologi kota-kota amerika latin namun yang mampu tinggal
sangat kecil dibandingkan dengan penduduk metropolitannya sendiri.

b. Zone of maturity
Zona ini termaksud daerah zona yang cukup baik. Zona ini mulai
mengalami peningkatan kualitas perumahan dan lingkungannya khususnya bagi
mereka yang tidak mampu menjangkau pemukiman kelas elit.

c. Zone of in situ accretion


Zona ini ditandai dengan kualitas hunian yang sederhana walaupun tidak
jelek sekali dan mulai menunjukkan gejala peralihan ke zona dewasa.

d. Zone of peripheral squatter settlements


Daerah ini merupakan daerah yang paling buruk kondisinya baik
perumahan dan fasilitasnya dan juga banyak imigran yang terpaksa membuat
tempat berteduh dengan bahanseadanya.

D. teori poros

Pada dasarnya pandangan ini menekankan peranan transportasi dalam


mempengaruhi struktur ke ruangan kota. Dalam teori ini disebut dengan teori poros
dalam teori yang dikemukakan oleh Babcock (1932). Faktor utama yang
mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD
dengan daerah bagian luarnya.

Perkembangan zona-zona yang ad pada daerah sepanjang poros


transportasi akan terlihat lebih besar dibandingkan dengan daerah-daerah yang
terletak diantaranya interesial area.

E. teori pusat kegiatan banyak

Menurut Haris dan Ulman bahwa kebanyakan kota-kota besar tidak


tumbuh dalam ekspresi ke ruangan yang sederhana, yang hanya ditandai oleh satu
pusat kegiatan saja namun terbentuk menjadi suatu produk perkembangan dalam
sistem perkotaan.
1. Faktor-faktor penyebab aglomerasi atau disaglomerasi fungsi

Beberapa faktor penyebab dapat dikemukakan yaitu :

a. Fasilitas-fasilitas yang khusus tertentu


Menurut pendapatnya, kegiatan-kegiatan tertentu membutuhkan fasilitas-
fasilitas tertentu.

b. Faktor ekonomi eksternal

Pengelompokkan akan berarti peningkatan konsentrasi pelanggan-


pelanggan potensial dan memudahkan dalam membandingkan satu sama lain

c. Faktor saling merugikan antar fungsi yang tidak serupa


Antagonisme antara pengembangan pabrik-pabrik pemukiman kelas tinggi
merupakan contoh yang sangat nyata yakni fasilitas transpor kereta api dan juga
terhadap daerah untuk bongkar muat barang-barang industri besar dan sebaliknya

d. Faktor kemampuan ekonomi fungsi yang berbeda


sering sekali terjadi bahwa fungsi tertentu justru tidak menempati lokasi
yang sebenarnya ideal karena ketidak mampuan ekonomi.

Model diatas menunjukan bahwa kota-kota besarakan mempunyai struktur yang


terbentuk atas sel sel dimana penggunaan lahan berbeda akan berada dan
berkembang pada titik pertumbuhan didalam daerah perkotaan sesuai gambar di
atas mengisyaraktan adanya beberapa kesamaan dengan teori konsentris dan sektor

1. Deskripsi anatomis pusat kegiatan banyak

10 zone zone yang keruanganya seperti terlihat sebagai berikut:

Zone 1 : Central business district


Seperti halnya dengan teori konsentris dan sektor, zone ini berupa fasilitas
transportasi didalam nyaterdapat distrik spesialisasi pelyanan,seperti distrik khusus
perbankan , theater dan lain lain.

Zone 2: wholesale light manufacturing

Keberadaan jasa angkuatan fungsi sangat membutuhkan fungsi kelompok itu


sendiri. Zone ini tidak berada di sekeliling zone 1 tetapi hanya erdekatan saja,
sebagaimana membutuhkannya persyaratan masa depan, dekat dengan areal
perdagangan dan tenaga kerja.

Zone 3: Daerah pemukiman kelas rendah

zone ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk pemukiman sehingga
penghuninya cenderung dari golongan rendah dan oemukimanya juga relatif lebih
jelek dari zone 4. zone ini dekat dengan pabri-pabrik, jalan kereta api dan
drainasenya jelek.

Zone 4: Daerah pemukiman klas menengah

Zone ini tergolong lebih baik dari pada zone 3 yang lebih kurang baik bagi
pemukiman, segi fisik maupun penyediaan fasilitas kehidupanya.

Zone 5: daerah pemukiman klas tinggi

Zone ini mempunyai kondisi paling untuk pemukiman dalam artian fisik maupun
penyedian fasilitias.

Zone 6: heavy manufacturing

Zone ini merupakan konsentrasi pabrik pabrik bsar. Berdekatan dengan zone ini
biasanya mengalami bebagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran,
kebisingan, kemsemrwutan lalu lintas dan sebagainya.

Zone 7: Business district lainnya

Zona ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zone 4 dan 5 yang
sekaligus menaril fungsi untuk berada di dekatnya.

Zone 8: zone tempat tinggal di daerah pinggiran

Walaupun zone ini berada di areal daerah pinggiran namun zona ini di jangkau
jalur transportasi yang memadai.

Zone 9: zone industri di daerah pinggiran

Sebagaiman perkembangan industri industri lainya unsur transportasi selalu


menjadi prsayarat untuk hidupnya fungsi ini.

F. Teori ukuran kota


Urut-urutan persebaran keruangan kota dari kelas terkecil sampai pada
tingkat megapolitan akan nampak jelas dengan struktur konsentris ini. Berdasarkan
ciri-ciri pertumbuhanya dan ternyata hasilnya jauh berbeda dengan ciri-ciri
konsentris daripada sesuatu kota. Menurut taylor,ada 5 tingkatan pertumbuhan
kota, yaitu

1. Infatile towns; dicirikhasi oleh toko-toko dan rumah yang semrawut dan belum ada
pabrik-pabrik
2. Juvanile towns; ditandai adanya gejala diferensiasi zone dan toko-toko mulai
terpisah
3. Adolescent town; mulai adanya pabrik-pabrik terbangun namun belum adanya
rumah rumah klas tinggi
4. Early mature towns; menunjukkan adanya segregasi yang menjelaskan adanya
rumah rumah kelas tinggi
5. Mature towns; menunjukan pemisahan antara daerah perdagangan dan
perindustrian dan zone zone perumahan yang berbeda kualitasnya
Walaupun banyak teori yang menyumbangkan tesis agar melengkapi kalimat dri
burgess dan kita dapat memahami bahwa kesemuanya aalah suatu produk dari hasil
pendekatan induktif. Namun, apabila semua variabel tersebut di masukan atau
dipadukan maka modelnya tidak sederhana lagi, bahkan agak lebih rumit.

Pendapat yang menyokong teori burgess sebagai suatu teori deduktif

Seperti halnya teori waltermengenai center place theory hanya berlaku apabila
beberapapersyaratan di penuhi. Teori ini ini kan di bahas tersediri pada bagian
kemudian.

G. Teori Historis

Dalam teori ini alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang
berkaitan dangan perubahan tempat tinggal di dalam kota. Ternyata, perubahan
tempat tinggal ini menunjukan karakteristik yang menarik di kaitkan dengan aging
structure, sequent occupancy, population growth, dan available land. Terkonsentris
pada satu kota.

Gambar 11

Model Teori Historis


Keterangan :

1. CBD
2. Zone Of Transition
3. Zone Of Law Status
4. Zone Of Middle Status
5. Zone Of High Status

Menurut Alonso, oleh karena adanya perubahan teknologi yang cepat dibiddang
transportasi dan komunikasi telah mendorong terjadinya perpindahan penduduk ke
luar kota ( Clark, 1982). Meningkatnya standard hidup pada golongan masyarakat
yang semula tinggal di dekat CBD dan disertai dengan menurunnya kualitas
lingkungan di sana memperkuat dorongan penduduk untuk pindah ke daerah-
daerah pinggiran kota. Proses desentralisasi ini menurut Alonso, ternyata memang
terjadi sampai dekade 50-an. Proses desentralisasi yang terus menerus
mengakiobatkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap kehidupan kota,
antara lain pemborosan dana dalam hubungannya denagn pembangunan fasilitas
kehidupan baru pada daerah pinggiran.

Upaya perbaikan daerah permukiman di sekitar CBD kemudian mendapat


perhatian yanglebih baik sehingga daerah ini menjadi lebih menarik lagi untuk di
tempati di samping dekatnya CBD ( pusat segala aktivitas kota ). Perubahan
keadaan ini mulai menggelitik penduduk pinggiran kota untuk kembali ke daerah
dekat dengan pusat kota ssebagai akibat adanya renewal dan space yang
tertata lebih baik.

Program prbaikan yang ssemula di kerjakan pada zone 2, lama kelamaan akan
melebar ke zone 3.

H. Teori Struktural

Teori struktural ini di tekankan pada mobiltas tempat tinggal yang dikaitkan
dengan tastes, Preferences dan life styles pada suatu kota. Dalam teori strutural
ini Alonso menggunakan pembagian zona yang kosentris dari Burgess untuk
menjelaskan spatial distribution-residential mobility

Gamabar 12

Model Teori Struktural

Penjelasan :

1. CBD
2. Zone-in-transition
3. Low status
4. Middle status
5. High status

Adanya proses renewal pada bagian-bagian dari zona mendorong terjadinya


perpindahan penduduk dari bagian pinggiran kota (urban fringe areas) kebagian
dekat dengan pusat kota. Tidak seperti pada pergerakan sentrifugal dimana hampir
sebagian besar penduduk menggerakannya, tetapi pada proses penggerakannya
sentripetal ini sifatnya selektif yaitu kebanyakan meraka yang masih sendiri, tidak
punya family, atau mereka yang seering berpindah. Sementara itu untuk memenuhi
kebutuhan tempat tinggal yang semakin banyak, di beberapa bagian pada masing-
masing zone dibangun bangunan-bangunan bertingkat. Hal ini berkaitan dengan
upaya menciptakan kenyamanan tempat tinggal yang memadai bagi penghuni.
Dengan High rise apartements seprti itu tempat tinggal penduduk lebih
terkosentrasi, pembangunan fasilitas dan penyediaan open space lebih mudah.

I. Teori Organik

Menurut Spiro Koztof, 1991, kota dari suatu lingkungan permukiman yang
organik, terbentuk secara spontan, tidak terencana, pola tidak teratur atau non
geometrik. Sedangkan model bentuk kota menurut Kevin Lynch ,1981 dalam
bukunya Good city Form, bahwa dalam penggabungan pemikiran sejarah dan
bentuk kota dan teori urban desain ada 3 model yaitu :

1. Cosmic model, karateristik model ini axis monumental, enclosure and its
protective gates, dominan landmark, the reliennce on the reguler grid, and the
saptial organization by hierarchy
2. Practical model, or the city as amachine, is factual, functional, cool, not in the
least magical
3. Organic model, yaitu kota dilihat sebagai tempat tinggal bukan dilihat
sebagai mesin, mempunyai batas yang jelas, ukuran yang optimum, mempunyai
daya tarik dan seabagainya

Koztof juga menjelaskan bahwa model organik diumpamakan bahwa bentuk


kota adalah sebagai organ tubuh, lapangan terbuka, taman sebagai paru-paru,
pusat kota sebagai jantung dan pembuluh nadi sebagai jalan, darah sebagai traffic
Pada abad kapitalis, seluruh pertumbuhan kota tumbuh pada proses akumulasi
kapital. Dalam bentuk material, kapital akumulasi dibawa pada perubahan
kota.

Pada kota Organik terdapat saling ketergantungan antar lingkungan


pembangunan, fisik dan kesehatan sosial penduduk. Penyebab pemunduran
patologi pabrik kota adalah revolusi industri dan mengakibatkan tumbuhnya
kekumuhan atau slum. Dalam kota organik pertumbuhan kota berdasarkan faktor-
faktor antara lain ( Spiro,1991 : 52-54 ) antara lain :
a. Perkembangan bentuk kota yang berdasar organic
b. Perkembangan kota yang berdasar aturan topografi, yaitu kota tumbuh dari darah
datar kemudian berkembang terus mengikuti arah topografi yang ada.
c. Perkembangan lahan, perkembangan bentuk kota berdasarkan pembagian lahan
yang dipunyai. Jadi tidak banyak mengacu korelasi dengan lahan lain.
d. Perkembangan bentuk kota berdasarkan pada aturan hukum yang berlaku disitu,
atau aturan sosial yang terbentuk pada lingkungan tersebut.
Menurut Melvile C Branch dalam Marsudi ( 1998 : 22 ) bahwa pola
perkembangan kota terbagi dalam bentuk sebagai berikut :

Pola Perkembangan Kota

(sumber : Melvile C Branch dalam Marsudi (


1998 : 22 )

Bentuk kota tidak lepas dari linkage system yang disebutkan bahwa teori
linkage merupakan salah satu pendekatan yang dinamis dari sistem sirkulasi
dan menjadi motor penggerak dari suatu bentukan kota. Demikian juga pada suatu
lingkungan permukiman ada rangkaian antara teori-teori (Trancik, 1986 :97)
yaitu :

1. Teori Figure ground


2. Teori Linkage dan
3. Teori Place

Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara
biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :
1. Square, open space sebagai paru-paru.

2. Center, pusat kota sebagai jantung yang memompa darah (traffic).

3. Jaringan jalan sebagai saluran arteri darah dalam tubuh.

4. Kegiatan ekonomi kota sebagai sel yang berfikir.

5. Bank, pelabuhan, kawasan industri sebagai jaringan khusus dalam tubuh.

6. Unsur kapital (keuangan dan bangunan) sebagai energi yang mengalir ke


seluruh sistem perkotaan.

Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang
komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak
sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara
kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan
non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya terganggu
maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari
keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.

Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah
kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan
yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh
ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas,
perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang
ada, menurutnya bentuk fisik organik :

Membentuk pola radial dengan unit terbatas.


Memiliki focused centre.
Memiliki lay out non geometrik atau cenderung romantis dengan pola yang
membentuk lengkung tak beraturan.
Material alami.
Kepadatan sedang sampai rendah.
Dekat dengan alam
Organisasi ruang telah membentuk kesatuan yang terdiri dari unit-unit yang
memiliki fungsi masing-masing. Kota terbentuk organik mudah untuk mengalami
penurunan kualitas karena perkembangannya yang spontan, tidak terencana dan
sepotong-sepotong. Masyarakat penghuni kota ini bermacam-macam yang
merupakan percampuran antara berbagai macam manusia dalam suatu tempat yang
memiliki keseimbangan. Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda, saling
menyimpang tetapi juga saling mendukung satu sama lain. Kota organik memiliki
ciri khas pada kerjasama pemeliharan lingkungan sosial oleh masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Model teori konsentris yaitu suatu kota akan terdiri dari zon-zona yang konsentris dan
masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang
berbeda.

b. Model teori sector yaitu pola sewa tempat tinggal di amerika cenderung terbentuk
sebagai pettern of sectors(pola-pola sector) dan bukannya pola zona konsentris.

c. Model teori konsentoral yaitu dengan pusat kota mengikuti jalur-jalur perdagangan.

d. Model teori poros yaitu pada dasarnya pandangan ini menekankan peranan
transportasi dalam mempengaruhi struktur ke ruangan kota. Faktor utama yang
mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD
dengan daerah bagian luarnya.

e. Model teori pusat kegiatan banyak yaitu kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh
dalam ekspresi ke ruangan yang sederhana, yang hanya ditandai oleh satu pusat
kegiatan saja namun terbentuk menjadi suatu produk perkembangan dalam sistem
perkotaan.

f. Model teori ukuran kota Urut-urutan persebaran keruangan kota dari kelas terkecil
sampai pada tingkat megapolitan akan nampak jelas dengan struktur konsentris ini.
Berdasarkan ciri-ciri pertumbuhanya dan ternyata hasilnya jauh berbeda dengan ciri-
ciri konsentris daripada sesuatu kota.

g. Model teori historis yaitu perubahan tempat tinggal ini menunjukan karakteristik yang
menarik di kaitkan dengan aging structure, sequent occupancy, population growth,
dan available land. Terkonsentris pada satu kota.

h. Model teori organic yaitu lingkungan permukiman yang organik, terbentuk secara
spontan, tidak terencana, pola tidak teratur atau non geometrik.
DAFTAR PUSTAKA

http://nicofergiyoni.blogspot.co.id/2014/06/teori-teori-perkembangan-kota.html

Yunus, Hadi Sabari, 1994, Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar

You might also like