Professional Documents
Culture Documents
OLEH
JURUSAN S1 ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pengertian geografis, kota itu adalah suatu tempat yang penduduknya
rapat, rumah-rumahnya berkelompok kelompok, dan mata pencaharian penduduknya
bukan pertanian. Sementara menurut Bintarto, 1987, kota dalam tinjauan geografi
adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami
dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar, dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di
belakangnya. Tinjauan di atas masih sangat kabur dalam arti akan sulit untuk menarik
batas yang tegas untuk mendefinisi kota dan membedakannya dari wilayah desa apabila
menginginkan tinjauan tersebut. Tinjauan di atas merupakan batasan kota dari segi
sosial. Dalam perkembangannya, konsep-konsep kota paling tidak dapat dilihat dari 4
sudut pandang, yaitu segi fisik , administratif, sosial dan fungsional. Dengan banyaknya
sudut pandang dalam membatasi kota, mengakibatkan pemahaman kota dapat
berdimensi jamak dan selama ini tidak satupun batasan tolak ukur kota yang dapat
berlaka secara umum.
Secara garis besar ada tiga macarn proses perluasan areal kekotaan
(urbansprawl) menurut Hadi Sabari Yunus, yaitu:
1. Perembetan konsentris
Tipe pertama ini dikemukakan oleh Haevey Clark dengan. Jenis perembetan ini
berlangsung paling lambat karena perembetan berjalan perlahan-lahan terbatas pada
semua bagian luar kenampakan fisik kota. Proses perembetan ini menghasilkan bentuk
kota yang relatif kompak dan peran transportasi tidak begitu besar.
2. Perembetan memanjang
Tipe ini dikenal dengan ribbon development linear yang menunjukkan, ketidak
merataan perembetan areal perkotaan di semua bagian sisi luar dari kota utarna.
Perernbetan paling cepal terlillat disepapJang jalur transportasi yang ada, khususnya
yang bersifat menjari dari pusat kota.
Tipe ini dikenal sebagai leaf ftog development dan dianggap paling merugikan. Hal ini
karena perembetan ini tidak efisien dalam arti ekonorni, tidak mempunyai estetika dan
tidak. menarik. Perkernbangan lahan terjadi berpencaran secara sporadis dan
menyulitkan pernerintah kota untuk membangun prasarana fasilitas kebutuhan hidup
penduduknya. Tipe ini sangat cepat menimbulkan darnpak negatif terhadap kegiatan
pertanian, memunculkan kegiatan spekulasi lahan, dan menyulitkan upaya penataan
ruang kota.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Teori Konsentris
Menurut pengamatan Burgess, suatu kota akan terdiri dari zon-zona yang
konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan
yang berbeda.
Hal inilah yang menyebabkan terkenalnya tesis burgess sebagai teori konsentris.
2. Zona peralihan
Daerah ini merupakan pusat dari segala kegiatan kota antara lain politik, sosial, budaya,
ekonomi dan teknologi.
Zona ini merupakan daerah yang mengalami penurunan kualitas permukiman yang terus
menerus dan makin lama makin hebat penyebabnya tidak lain karena adanya intrusi
fungsi yang berasal dari zona yang pertama sehingga perbauran pemukman dengan
pemukiman bukan untuk permukinman seperti gedung kantor dan lain-lain.
Zona ini paling banyak ditempati oleh perumah oleh pekerja-pekerja baik pekerja pabrik
industry dan lain sebagainya, diantara lain pendatang dari zona 2, namun masih
menginginkan tempat tinggal yang dekat dengan tempat kerjanya.
Zona ini dihuni oleh penduduk yang berstatus ekonomi menengeh tinggi walaupun tidak
berstatus ekonomi sangat baik, namun mereka kebanyakan mengusahakan sendiri apara
profesiaonal, para pegawai dan sebagainya.
b. Bentuk CBD bentuk yang tidak teratur dan kebanyakan berbentuk segi empat
atau persegi panjang dan bukannya bulat.
c. Penggunaan lahan perdagangan meluas dari CBD kearah luar secara menjari
searah dengan rute transportasi dan terkonsentrasi pada tempat-tempat
strategis.
f. Dareah pemukiman kelas rendah juga terdapat disetiap zona dan tidak selalu
dekat CBD
Teori ini di usulka pertama kali oleh Bergel (1955). Dia mengusulkan untuk
memperlihatkan variable ketinggian bangunan.
B. Teori sector.
Hoyt (1939) mengemukakan dalam tesisnya yang berjudul The structure and growth
of residential neighbourhoods in American cities. Tulisannya tersebut adalah sebagai
hasil penelitiannya mengenai pola-pola sewa rumah tinggal (Residential rent patterns) di
25 kota di amerika serikat.
Ternyata pola sewa tempat tinggal di amerika cenderung terbentuk sebagai pettern
of sectors(pola-pola sector) dan bukannya pola zona konsentris.
1. Kecenderungan sektorisasi
1.1. Daerah pemukiman bernilai sewa tinggi (high Rent Residential Aras = HRRA)
cenderung berkembang dari titik tertentu menuju a) daerah daerah lain sepanjang
jalur transportasi atau komonikasi b) kea rah wilayah pusat perdagangan atau
ompleks pertokoan.
1.2. Daerah permukiman yang bernilai sewa tinggi cenderung berkembang yang
berada daerah-daerah yang relative lebih tinggi dari kanan kirinya, bebas dari
resiko banjir atau pada daerah daerah di tepi danau, sungai-sungai, laut, teluk
yang airnya jernih.
1.3. HRRA cenderung berkembang ke arah bagian-bagian dari kota yang terbuka
untuk pengembangan lebih lanjut dan tidak terdapat penghalang baik fisikal
maupun artifisial
1.6. HRRA cenderung berkembang sepajang jalur-jalut transportasi cepat yang ada.
1.7. HRRA cenderung berkembang pada arah yang sama selama periode waktu uang
lama.
1.9. HRRA dapat berkembang ke arah yang sesuai dengan inisiatif promotor
Oleh akarena banyaknya jalur transportasi yang menjari dan menentukan tinkat
aksesibilltas ternyata jenis penggunaa lahan tertentu juga ada yang berkembang
dikiri, kanannya
Secara konsepsual, model teori sector yang dikembangkan oleh hoyt, dalam beberapa
hal masih menunjukkan persebaran zona-zona konsentrisnya.
Pusat kota yang relatif terletak di tengah kota yang berbentuk bundar.
Zona 2 : Zone Wholesale Light Manufacturing
Teori sektor zona kedua membentuk pola seperti taji (wedge) dan menjari ke
arah luar menembus lingkaran-lingkaran kosentris sehingga gambaran kosentris
mengabur adanya.
Zona 3 adalah suatu zona yang di huni oleh penduduk yang mempunyai
kemampuan ekonomi rendah.
Zona 4 ini menurut Hoyt rumah pada daerah ini relatif lebih besar di banding
zona 3 dengan kondisi lingkungan yang lebih baik. Kibatnya nampak adanya perasaan
tidak puas terhadap lingkungan sebelumnya dan mencari tempat-tempat baru yang
memberikan kenyataan kenyamanan kehidupan lebih baik.
Gambar 7
Keteranagan:
1. City center (pusat Kota)
2. Transitional Zone (Zona Peralihan)
3. Untuk sektor C dan D :
- Zona yang di tempati small terace houses (rumah ukuran kecil)
Untuk Sektor B :
- Zona yang di tempati rumah-rumah yang lebih besar (bye law houses)
Untuk Sektor
Oleh karena letak negara-negara amerika latin relatif dekat dengan naegara
adidaya amerika serikat, maka perkembangan kotanya banyak di pengaruhi oleh
kota-kota di negara amerika serikat ini, seperti proses industrialisai perkembangan
CBD, perkembangan sistem transportasinya, besarnya jumlah migran ke kota-kota.
Tinjauan Historis Kota-kota amerika Latin
Model sektor pemukiman kelas elit dicirikan kelas elit, jalur perdagangan
dan juga zona konsentris melingkar yang menggambarkan mengenai kualitas
pemukimannya.
a. Central Bussines Distrec
Daerah pusat sangat dinamis, daerah ini masih merupakan tempat utama
dari perdagangan, hiburan-hiburan dan lapangan pekerjaan.
Zona perdagangan
Jalur ini terletak menjari dari pusat kota (CBD) oleh daerah pemukiman
elit.
b. Zone of maturity
Zona ini termaksud daerah zona yang cukup baik. Zona ini mulai
mengalami peningkatan kualitas perumahan dan lingkungannya khususnya bagi
mereka yang tidak mampu menjangkau pemukiman kelas elit.
D. teori poros
zone ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk pemukiman sehingga
penghuninya cenderung dari golongan rendah dan oemukimanya juga relatif lebih
jelek dari zone 4. zone ini dekat dengan pabri-pabrik, jalan kereta api dan
drainasenya jelek.
Zone ini tergolong lebih baik dari pada zone 3 yang lebih kurang baik bagi
pemukiman, segi fisik maupun penyediaan fasilitas kehidupanya.
Zone ini mempunyai kondisi paling untuk pemukiman dalam artian fisik maupun
penyedian fasilitias.
Zone ini merupakan konsentrasi pabrik pabrik bsar. Berdekatan dengan zone ini
biasanya mengalami bebagai permasalahan lingkungan seperti pencemaran,
kebisingan, kemsemrwutan lalu lintas dan sebagainya.
Zona ini muncul untuk memenuhi kebutuhan penduduk zone 4 dan 5 yang
sekaligus menaril fungsi untuk berada di dekatnya.
Walaupun zone ini berada di areal daerah pinggiran namun zona ini di jangkau
jalur transportasi yang memadai.
1. Infatile towns; dicirikhasi oleh toko-toko dan rumah yang semrawut dan belum ada
pabrik-pabrik
2. Juvanile towns; ditandai adanya gejala diferensiasi zone dan toko-toko mulai
terpisah
3. Adolescent town; mulai adanya pabrik-pabrik terbangun namun belum adanya
rumah rumah klas tinggi
4. Early mature towns; menunjukkan adanya segregasi yang menjelaskan adanya
rumah rumah kelas tinggi
5. Mature towns; menunjukan pemisahan antara daerah perdagangan dan
perindustrian dan zone zone perumahan yang berbeda kualitasnya
Walaupun banyak teori yang menyumbangkan tesis agar melengkapi kalimat dri
burgess dan kita dapat memahami bahwa kesemuanya aalah suatu produk dari hasil
pendekatan induktif. Namun, apabila semua variabel tersebut di masukan atau
dipadukan maka modelnya tidak sederhana lagi, bahkan agak lebih rumit.
Seperti halnya teori waltermengenai center place theory hanya berlaku apabila
beberapapersyaratan di penuhi. Teori ini ini kan di bahas tersediri pada bagian
kemudian.
G. Teori Historis
Dalam teori ini alonso mendasarkan analisisnya pada kenyataan historis yang
berkaitan dangan perubahan tempat tinggal di dalam kota. Ternyata, perubahan
tempat tinggal ini menunjukan karakteristik yang menarik di kaitkan dengan aging
structure, sequent occupancy, population growth, dan available land. Terkonsentris
pada satu kota.
Gambar 11
1. CBD
2. Zone Of Transition
3. Zone Of Law Status
4. Zone Of Middle Status
5. Zone Of High Status
Menurut Alonso, oleh karena adanya perubahan teknologi yang cepat dibiddang
transportasi dan komunikasi telah mendorong terjadinya perpindahan penduduk ke
luar kota ( Clark, 1982). Meningkatnya standard hidup pada golongan masyarakat
yang semula tinggal di dekat CBD dan disertai dengan menurunnya kualitas
lingkungan di sana memperkuat dorongan penduduk untuk pindah ke daerah-
daerah pinggiran kota. Proses desentralisasi ini menurut Alonso, ternyata memang
terjadi sampai dekade 50-an. Proses desentralisasi yang terus menerus
mengakiobatkan dampak yang kurang menguntungkan terhadap kehidupan kota,
antara lain pemborosan dana dalam hubungannya denagn pembangunan fasilitas
kehidupan baru pada daerah pinggiran.
Program prbaikan yang ssemula di kerjakan pada zone 2, lama kelamaan akan
melebar ke zone 3.
H. Teori Struktural
Teori struktural ini di tekankan pada mobiltas tempat tinggal yang dikaitkan
dengan tastes, Preferences dan life styles pada suatu kota. Dalam teori strutural
ini Alonso menggunakan pembagian zona yang kosentris dari Burgess untuk
menjelaskan spatial distribution-residential mobility
Gamabar 12
Penjelasan :
1. CBD
2. Zone-in-transition
3. Low status
4. Middle status
5. High status
I. Teori Organik
Menurut Spiro Koztof, 1991, kota dari suatu lingkungan permukiman yang
organik, terbentuk secara spontan, tidak terencana, pola tidak teratur atau non
geometrik. Sedangkan model bentuk kota menurut Kevin Lynch ,1981 dalam
bukunya Good city Form, bahwa dalam penggabungan pemikiran sejarah dan
bentuk kota dan teori urban desain ada 3 model yaitu :
1. Cosmic model, karateristik model ini axis monumental, enclosure and its
protective gates, dominan landmark, the reliennce on the reguler grid, and the
saptial organization by hierarchy
2. Practical model, or the city as amachine, is factual, functional, cool, not in the
least magical
3. Organic model, yaitu kota dilihat sebagai tempat tinggal bukan dilihat
sebagai mesin, mempunyai batas yang jelas, ukuran yang optimum, mempunyai
daya tarik dan seabagainya
Bentuk kota tidak lepas dari linkage system yang disebutkan bahwa teori
linkage merupakan salah satu pendekatan yang dinamis dari sistem sirkulasi
dan menjadi motor penggerak dari suatu bentukan kota. Demikian juga pada suatu
lingkungan permukiman ada rangkaian antara teori-teori (Trancik, 1986 :97)
yaitu :
Elemen-elemen pembentuk kota pada kota organik, oleh kostol dianalogikan secara
biologis seperti organ tubuh manusia, yaitu :
1. Square, open space sebagai paru-paru.
Dalam suatu kota organik, terjadi saling ketergantungan antara lingkungan fisik
dan lingkungan sosial. Contohnya : jalan-jalan dan lorong-lorong menjadi ruang
komunal dan ruang publik yang tidak teratur tetapi menunjukkan adanya kontak
sosial dan saling menyesuaikan diri antara penduduk asli dan pendatang, antara
kepentingan individu dan kepentingan umum. Perubahan demi perubahan fisik dan
non fisik (sosial) terjadi secara sepontan. Apabila salah satu elemnya terganggu
maka seluruh lingkungan akan terganggu juga, sehingga akan mencari
keseimbangan baru. Demikian ini terjadi secara berulang-ulang.
Menurut Kevin Lynch (1981), definisi model organik atau kota biologis adalah
kota yang terlihat sebagai tempat tinggal yang hidup, memiliki ciri-ciri kehidupan
yang membedakannya dari sekedar mesin, mengatur diri sendiri dan dibatasi oleh
ukuran dan batas yang optimal, struktur internal dan perilaku yang khas,
perubahannya tidak dapat dihindari untuk mempertahankan keseimbangan yang
ada, menurutnya bentuk fisik organik :
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Model teori konsentris yaitu suatu kota akan terdiri dari zon-zona yang konsentris dan
masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang
berbeda.
b. Model teori sector yaitu pola sewa tempat tinggal di amerika cenderung terbentuk
sebagai pettern of sectors(pola-pola sector) dan bukannya pola zona konsentris.
c. Model teori konsentoral yaitu dengan pusat kota mengikuti jalur-jalur perdagangan.
d. Model teori poros yaitu pada dasarnya pandangan ini menekankan peranan
transportasi dalam mempengaruhi struktur ke ruangan kota. Faktor utama yang
mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD
dengan daerah bagian luarnya.
e. Model teori pusat kegiatan banyak yaitu kebanyakan kota-kota besar tidak tumbuh
dalam ekspresi ke ruangan yang sederhana, yang hanya ditandai oleh satu pusat
kegiatan saja namun terbentuk menjadi suatu produk perkembangan dalam sistem
perkotaan.
f. Model teori ukuran kota Urut-urutan persebaran keruangan kota dari kelas terkecil
sampai pada tingkat megapolitan akan nampak jelas dengan struktur konsentris ini.
Berdasarkan ciri-ciri pertumbuhanya dan ternyata hasilnya jauh berbeda dengan ciri-
ciri konsentris daripada sesuatu kota.
g. Model teori historis yaitu perubahan tempat tinggal ini menunjukan karakteristik yang
menarik di kaitkan dengan aging structure, sequent occupancy, population growth,
dan available land. Terkonsentris pada satu kota.
h. Model teori organic yaitu lingkungan permukiman yang organik, terbentuk secara
spontan, tidak terencana, pola tidak teratur atau non geometrik.
DAFTAR PUSTAKA
http://nicofergiyoni.blogspot.co.id/2014/06/teori-teori-perkembangan-kota.html
Yunus, Hadi Sabari, 1994, Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar