Professional Documents
Culture Documents
Tim Peneliti
1. Ismail AL Habib
2. Harry Jocom
3. Hendro Riyanto
LKTS
Lembaga Kajian untuk Transformasi Sosial
Bangunharjo Rt 07/II No A2. Pulisen Boyolali Jateng
Phone: 0276 324501 Fax: 0276 324501
2
BAB 1
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Pengembangan ekonomi adalah kata yang paling tepat untuk digulirkan dan
dimunculkan ke permukaan, ditengah-tengah terpuruknya kondisi Bangsa dan Negara.
Karena dengan ekonomi, kondisi dan keadaan Bangsa dan Negara dapat terangkat dan
masyarakat sebagai warga Negara memang patut menerimanya untuk mencapai
kemakmuran (welfare).
Ekonomi adalah hal yang urgent bagi setiap manusia. Kehidupan tidak bisa lepas dari
aktivitas ekonomi. Ada persepsi masyarakat bahwa kalau hidup ini dikatakan damai
dan tentram kalau ekonominya baik (good) dengan kata lain ekonomi sehat maka
jiwanya ikut sehat begitu juga sebaliknya.
Program pengembangan ekonomi mikro memang sudah mulai digalakkan sejak dari
dulu, namun input, output dan outcomenya belum sesuai yang diharapkan. Begitu juga
di Kabupaten Boyolali juga sudah dimulai, untuk meningkatkan Usaha Kecil Menengah
(Empowerment Economi Small and Medium Enterprise), peran swasta pun belum
menunjukaan hasil yang menggembirakan.
Dalam satu artikel yang sudah menjadi klasik Nancy Birdsall dari World Bank,
meyakinkan bahwa investasi dalam bidang kesehatan dan bidang pendidikan yang
masuk kategori pembangunan sosial, dalam relatif singkat mempunyai dampak positif
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional1. Artinya pengeluaran sosial
atau pembangunan sosial sebenarnya tidak berbeda dengan pembangunan ekonomi.
Dengan kata lain mengadakan investasi dalam pengembangan sosial merupakan ilmu
ekonomi yang baik.
3
Ilmu Ekonomi adalah suatu moral science2. Ilmu ekonomi sebagaimana Adam Smith
bertitik tolak, tidak terlepas dari sentiment moral (Wealth Of Nations, 1776). Oleh
karena itu tidak benar bahwa ilmu ekonomi mengakui manusia semata-mata hanya
sebagai homo economicus, karena manusia sebagai pelaku-pelaku transaksi ekonomi
pada esensinya adalah juga homo socius, homo politicus (zoon politicon), bahkan juga
sebagai homo religius (homo imago-Dei).
Sedangkan menurut Dr. Wilson3 Ilmu ekonomi berasal dari adanya kesenjangan (gap)
antara sumber daya (resources) yang tersedia dengan keinginan (need) manusia.
Sumberdaya tersebut bersifat terbatas sedangkan keinginan manusia tidak terbatas,
berdasarkan kesenjangan tersebut maka kemudian timbul masalah, bagaimana cara
menggunakan sumberdaya yang sifatnya terbatas itu.
Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa ilmu ekonomi
mengakui manusia sebagai pelaku transaksi ekonomi yang mempunyai keinginan
(need) yang tidak terbatas baik sebagai homo socius dan homo politicus karena
sumberdaya (resources) yang terbatas maka dibutuhkan sentiment moral (homo
religius) untuk mengatasi suatu kesenjangan (gap).
Aktifitas ekonomi harus ada sinergis antara ekonomi mikro dan ekonomi makro dan
tidak bisa berjalan secara parsial melainkan menyeluruh dan harus berjalan kondusif.
Apabila Ekonomi makro berjalan baik sedangkan ekonomi mikro tidak berjalan dengan
baik maka kondisi ini tidak akan membaik dan begitu juga sebaliknya.
Kebijakan ekonomi yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali (policy
maker) ini harus memperhatikan kepentingan rakyat Boyolali (social preference),
apabila kebijakan itu diambil tanpa memperhatikan kondisi makro maupun mikro itu
akan berdampak buruk pada kemajuan ekonomi secara menyeluruh. Semua lapisan
akan terkena dampak dari kebijakan yang dibuat oleh policy maker. Sedangkan yang
4
banyak bersinggungan adalah pelaku usaha kecil menengah (UKM) atau ekonomi
mikro (Wong cilik).
Dikatakan oleh Prof. Sajogyo Jika Anda hendak memahami ekonomi Indonesia,
pahami dulu politiknya. (Prof. DR. Didik J. Rachbini, Analisis Kritis Ekonomi Politik
Indonesia, Pustaka Pelajar, Jogjakarta, Hal. 63, Cet. 1 tahun 2001).
Dari ungkapan tersebut bila ditarik secara eksplisit oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali adalah kebijakan yang diambil di Kabupaten Boyolali harus
memahami politiknya, kulturnya dan sosialnya. Kalau hal tersebut tidak dipahami
secara komprehensive maka akan berdampak pada perkembangan ekonomi di
Kabupaten Boyolali khususnya pelaku ekonomi mikro.
Melihat kekayaan alam di Kabupaten Boyolali yang boleh dikatakan melimpah seperti
kawasan hutan di daerah bagian utara yaitu Juwangi, Kemusu, Wonosegoro, Waduk
Kedung Ombo, kawasan Bandar Udara Adi Sumarno yang secara geografis berada di
Kabupaten Boyolali, Waduk Cengklik, Waduk Bade, Umbul Air di Tlatar dan Pengging,
makam para Auliya (wali) dan petilasan, pesanggrahan di Paras, Sumur Pitu di Cabean
Kunti, Sumur Songo di Candigatak, dan di wilayah bagian barat yang mempunyai
panorama alam yang indah dan sejuk yakni kawasan gunung merapi dan gunung
merbabu serta kekayaan alam yang lain.
Dengan modal kekayaan alam yang melimpah di Kabupaten Boyolali idealnya lebih
maju dan berkembang bila dibanding dengan kabupaten lain karena potensi yang
begitu besar. Selain itu Kabupaten Boyolali sangat terkenal dengan susunya,
5
pengarajin tembaga dan kuningan yang cukup punya nama juga, Usaha Konveksi di
Kecamatan Teras serta budaya dan seni yang jumlahnya sangat banyak.
Namun demikian potensi yang begitu besar belum dimanfaatkan secara maksimal,
karena masih tingginya pengangguran terbuka tahun 2002 sebesar 17.236, tahun 2003
sebesar 19.753 dan tahun 2004 sebesar 21.011 atau dengan tingkat pengengguran
tahun 2002 sebesar 2,5 %, tahun 2003 sebesar 3,98 % serta tahun 2004 sebesar 3,89
%, penduduk miskin makin bertambah tahun 2005 sebesar 87.154 KK (36, 04 % dari
seluruh KK), sumber daya yang minim dan masih rentannya invesatasi dan daya saing
daerah5.
Kabupaten Boyolali berada di Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis tersebar menjadi
empat bagian masing-masing yang memiliki karakteristik infrastruktur yang berbeda.
Bagian barat terdiri dari Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk yang terletak dibawah kaki
gunung merapi dan merbabu dan bagian tengah mencakup Boyolali, Mojosongo, dan
Teras. Bagian timur terdiri dari Banyudono, Sawit, Sambi, Ngemplak, Nogosari dan
Simo. Bagian utara terdiri dari Andong, Klego, Karanggede, Wonosegoro, Juwangi dan
Kemusu yang sebagian besar adalah kawasan hutan. Bagian tengah cukup strategis
karena berada pada perlintasan antara Surakarta-Semarang, Surakarta-Jogjakarta
ibarat Semarang-Jogjakarta-Solo sebagai segi tiga emas, Boyolali berada ditengahnya.
Idealnya Kabupaten Boyolali bisa maju dan berkembang serta menjadi pusat dalam
bidang ekonominya karena melihat posisi yang sangat strategis berada di sentral jalur
aktifitas ekonomi kawasan segi tiga emas. Apabila posisi ini tidak dimanfaatkan secara
6
serius oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, maka akan terjadi ketinggalan, hal
itu mungkin bisa dikatakan demikian pasalnya melihat Kabupaten yang berada di
wilayah eks karesidenan Surakarta, Kabupaten Boyolali tertinggal bila dibanding
dengan Solo, Wonogiri, Karang Anyar, Sragen, Sukoharjo dan Klaten. Yang menjadi
kajian peneliti kenapa bisa terjadi seperti ini, bagaimana proses pengambilan
kebijakan, strategi dan implementasi program, serta control dan efektifitas terhadap
program pemerintah Kabupaten Boyolali. Berawal dari latar belakang tersebut
penelitian ini mengambil judul Study Kebijakan Pengembangan Ekonomi Mikro di
Kabupaten Boyolali Tahun 2006.
IV. Manfaat
Penelitian ini mempunyai manfaat untuk:
1) Menghasilkan sebuah diskripsi tentang kebijakan pengembangan ekonomi mikro
di Kabupaten Boyolali tahun 2006.
7
2) Sebagai kajian awal untuk melakukan program advokasi, terhadap pelaku ekonomi
mikro dan program Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali.
V. Kerangka Konseptual
Dalam melakukan penelitian perlu ada penegasan istilah atau kerangka konseptualnya
guna menghindari interpretasi yang berbeda bagi para pembaca:
Studi Kebijakan (Policy Analysis) adalah suatu aktifitas intelektual dan praktis yang
ditujukan untuk menciptakan, secara kritis menilai dan mengkomunikasikan
pengetahun tentang dan di dalam proses kebijakan6. Dalam studi kebijakan ini
dimaksudkan untuk melakukan kajian mengenai kebijakan pengembangan ekonomi
mikro di Kabupaten Boyolali. Dalam pernyataan kebijakan tersebut adalah memuat
cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam
usaha mencapai sasaran dan garis besar atau haluannya dan bersifat politis.
7
Pengembangan adalah Proses, cara, perbuatan mengembangkan . Arti secara
etimologis tersebut dimaksudkan peneliti untuk mengetahui seberapa jauh
pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali tahun 2006. Ekonomi mikro
adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang-barang
8
serta kekayaan. Mikro secara etimologis berarti kecil, tipis sempit: ditinjau secara
usaha tempat itu hanya pantas untuk pasar yang berkaitan dengan jumlah atau ukuran
yang kecil 9. Menurut Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha kecil dan Usaha
Menengah Republik Indonesia Nomor 09 Tahun 2006 tentang P3KUM, Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia ( WNI
), yang memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak Rp. 100. 000. 000,-
(seratus juta rupiah) per tahun10.
8
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena pendekataan ini
berangkat dari data. Ibarat bahan baku dalam suatu pabrik, data ini diproses dan
dimanipulasi menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan.
Pemprosesan dan manipulasi data-data mentah menjadi informasi yang
bermanfaat inilah yang merupakan jantung analisis kuantitatif11.
9
B. Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah.
C. Pengumpulan Data
Untuk melengkapi kajian-kajian dalam penelitian ini, beberapa tahap dilakukan
antara lain:
1. Pengumpulan Data Sekunder Dilakukan dengan telaah pustaka, yaitu
mengumpulkan beberapa kajian dan literature yang membahas tentang
pengembangan ekonomi mikro. Beberapa data diperoleh melalui kajian APBD
Boyolali tahun 2006, data monografi dan demografi Kabupaten Boyolali, data
BPS Boyolali, kebijakan pengembangan ekonomi di Dinas Perindagkop dan
dinas lain yang terkait.
2. Pengumpulan Data Primer
Untuk kegiatan pengumpulan data primer, kajian ini dilakukan dengan
beberapa tahap antara lain:
a. Studi Dokumen
Studi Dokumentasi digunakan oleh peneliti karena metode ini tidak begitu
sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum
berubah.
10
20% dari penerima program pengembangan ekonomi mikro dan pembuat
kebijakan serta pelaksana program tersebut.
c. Interview (wawancara)
Dalam pengumpalan data melalui interview atau wawancara, dan memang
membutuhkan waktu yang lama. Secara garis besar wawancara terbagi
menjadi dua macam pedoman yaitu15:
Dalam peneletian ini akan menggunakan kedua model tersebut atau bisa
dikatakan bentuk semi structured. Interviewer mula-mula menanyakan
serentetan pertanyaan yang terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam
dengan mengorek keterangan yang lebih lanjut. Dengan model ini jawaban
yang diperoleh bisa meliputi semua variable, dengan keterangan yang
lengkap dan mendalam.
11
Focused Group Discusion ini dilakukan sebanyak empat kali dengan sasaran dan
target yang berbeda, yaitu: (a) warga masyarakat, KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat) dan pelaku ekonomi mikro, (b) LSM/NGO, akademisi, dan profesi
yang kompeten terhadap pengembangan ekonomi mikro, (c) Pemerintah
Kabupaten Boyolali dan Instansi Pemerintah, (d) Ormas (Organisasi
Kemasyarakatan), Orsospol (Organisasi Sosial dan Partai Politik).
BAB II. Gambaran Umum Wilayah Penelitian di Kabupaten Boyolali berisi tentang:
Kondisi Geografis, Keadaan Penduduk dan Sarana Umum.
BAB III. Studi Kebijakan Pengembangan Ekonomi Mikro di Kabupaten Boyolali Tahun
2006 berisi tentang: Proses Pengambilan Kebijakan, Jenis dan Bentuk Program
Pengembangan Ekonomi Mikro, Target atau Hasil yang Diharapkan Dari Program
12
Pengembangan Ekonomi Mikro, Strategi Pengembangan Ekonomi Mikro,
Manfaat Program Pengembangan Ekonomi Mikro, Waktu Pelaksanaan Program
Pengembangan Ekonomi Mikro, Anggaran Pengembangan Ekonomi Mikro,
Pelaksana Program Pengembangan Ekonomi Mikro, Sasaran Program
Pengembangan Ekonomi Mikro, Monitoring dan Evaluasi Program
Pengembangan Ekonomi Mikro, Keterlibatan Perempuan Pada Program
Pengembangan Ekonomi Mikro, Keterlibatan Orang Miskin Pada Program
Pengembangan Ekonomi Mikro dan Pengaruh Lingkungan Dalam Program
Pengembangan Ekonomi Mikro.
BAB IV. Analisa Data, berisi tentang: Analisa Data Pendahuluan : kebijakan
pengembangan ekonomi mikro di kabupaten Boyolali tahun 2006, Analisa Data
Lanjutan : implementasi kebijakan ekonomi mikro dan starteginya di Kabupaten
Boyolali tahun 2006, Analisa Akhir : sasaran dari program pengembangan
ekonomi mikro.
13
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
Gambaran umum wilayah penelitian merupakan uraian tentang diskripsi kondisi geografis
serta demografis wilayah penelitian. Dalam penelitian ini meliputi 19 kecamatan di
kabupaten di Boyolali.
Setiap wilayah mempunyai kondisi geografis yang berbeda dan karakteristik yang berbeda
pula baik kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kondisi fisiknya. Dalam gambaran umum ini
antara laian berkaitan dengan luas wilayah, keadaan penduduk dan sarana umum. Dengan
adanya gambaran umum ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis kebijakan
pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali tahun 2006.
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Jawa
Tengah yang terletak pada jalur segi tiga emas yaitu jalur perdagangan Propinsi D.I.
Yogyakarta dan Propinsi Jawa Tengah yaitu Solo dan Semarang, sehingga berpotensi
mengembangkan kawasan wisata karena disebelah barat terdapat gunung merapi
dan merbabu yang masuk pada kecamatan Selo, Cepogo dan Ampel.
14
Semarang. Dengan kondisi ilkim dan hidrologi Kabupaten Boyolali termasuk ilkim
tropis dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun artinya kondisi tersebut
berpotensi untuk sector pertanian karena disebelah timur dan utara terdapat
bentangan sawah dan hutan yang cukup luas.
Daerah yang berpotensi untuk pertanian adalah Kecamatan Kemusu, Klego, Andong,
Karanggede, Wonosegoro, Juwangi, Mojosongo, Banyudono, Sawit dan Teras. Selain
itu Kabupaten Boyolali juga berpotensi untuk mengembangkan ekonomi mikro
karena berada pada jalur segi tiga emas.
Selain sebagai daerah pertanian, Kabupaten Boyolali juga mempunyai obyek wisata
yang dapat menarik wisatawan local maupun regional. Tempat wisata tersebut
antara lain: Wisata perairan di Tlatar Kecamatan Boyolali, Nepen Kecamatan Teras,
Pengging Kecamatan Banyudono dan Pantaran Kecamatan Ampel, sedangkan wisata
waduk di Kedungombo di Kecamatan Kemusu, Kedungdowo di Kecamatan Andong,
Cengklik di Kecamatan Ngemplak, Bade di Kecamatan Klego dan beberapa petilasan
dan makam para Auliya (wali).
15
14 Karanggede 4175,6
15 Klego 5187,7
16 Andong 5452,8
17 Kemusu 9908,4
18 Wonosegoro 9299,8
19 Juwangi 7999,4
Jumlah 101510,1
Sumber: Boyolali dalam Angka tahun, 2004
Setiap tahun penduduk bertambah banyak, pada tahun 2004 jumlah penduduk di
Kabupaten Boyolali sebanyak 939.087 jiwa terdiri dari komposisi laki-laki 459.106
jiwa dan komposisi perempuan 479.981 jiwa.
16
Tabel 2.2.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Luas Wilayah Kecamatan (Ha)
17
Tabel 2.3.
Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
18
lapangan pekerjaan yang paling mayoritas adalah sebagai petani dan buruh, seperti
terlihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.4
Komposisi Penduduk Yang Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha
Dari tabel diatas tampak bahwa, kecamatan simo paling mendominasi lapangan
pekerjaan sektor pertanian yang beragam dari pertanian tanaman pangan,
perkebunan dan peternakan lainnya, disusul kecamatan Klego dan Wonosegoro.
Sedangkan untuk jenis pekerjaan pada sektor ekonomi kecil menengah baik industri
pengolahan atau perdagangan adalah kecamatan Ngemplak dan disusul kecamatan
Nogosari dan Banyudono.
19
2.2.4 Dinamika Penduduk
Perpindahan penduduk dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya (mutasi
penduduk, datang dan pergi) bisa dikatakan cukup tinggi, banyaknya mutasi
penduduk pergi ke daerah lain disebabkan karena lapangan pekerjaan, melihat
banyaknya penduduk yang pergi menandakan di wilayah penelitian tidak tersedia
lapangan pekarjaan yang cukup. Sedangkan untuk angka kematian dan kelahiran di
wilayah penelitian dinilai masih cukup tinggi, kondisi tersebut menunjukkan tingkat
kesadaran masyarakat tentang kesehatan masih rendah.
Sarana pendidikan yang akan dipaparkan pada tabel 2.6 adalah untuk pendidikan
dasar (SD dan SMP) mengingat wilayah penelitian masih menekankan pada
keberhasilan pendidikan dasar. Kecamatan Boyolali adalah paling banyak untuk
terselenggaranya sarana pendidikan dasar untuk SD terdapat 37 sekolah dan SMP
terdapat 10 sekolah. Tetapi untuk sarana pendidikan dasar yang paling sedikit
adalah kecamatan Selo untuk SD terdapat 23 sekolah dan SMP terdapat 2 sekolah.
Deskripsi tersebut menunjukkan bahwa masih ada ketimpangan dalam
pembangunan dan penyediaan sarana pendidikan.
20
Tabel 2.6
Jumlah Sarana Gedung Sekolah Menurut Kecamatan
No Kecamatan Pasar
1 Selo 2
2 Ampel 2
3 Cepogo 1
4 Musuk 2
5 Boyolali 4
6 Mojosongo 2
7 Teras 1
8 Sawit 2
9 Banyudono 2
10 Sambi 1
11 Ngemplak 2
12 Nogosari 2
13 Simo 1
14 Karanggede 2
15 Klego 2
21
16 Andong 2
17 Kemusu 2
18 Wonosegoro 2
19 Juwangi 2
Jumlah 36
Adanya sarana perekonomian seperti pasar baik pasar desa maupun pasar
kecamatan adalah untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat. Sarana yang
layak dapat menunjang untuk perekonomian yang baik pula. Kurang lebih 36 pasar
yang ada di Kabupaten Boyolali kalau digali potensinya baik potensi sumberdaya
(resources), pelaku usaha ekonomi (man), uang (money) serta parkir yang digunakan
untuk bertransaksi setiap hari tentunya dapat meningkatkan PAD Kabupaten
Boyolali. Namun sampai saat ini potensi pasar yang begitu besar belum digali secara
maksimal sehingga PAD yang besar masih berasal dari rumah sakit.
22
BAB III
STUDY KEBIJAKAN PENGEMBANGAN EKONOMI MIKRO
DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2006
Pengembangan ekonomi adalah urusan pilihan bagi pemerintah, sedang urusan wajib
seperti pendidikan dan kesehatan pun masih jauh dari harapan. Padahal kontribusi
yang besar pendapatan asli daerah berasal dari retribusi. Retribusi didapat dari rumah
sakit, angkutan yang masuk terminal, parkir, kios dan lain sebagainya. Artinya
retribusi tersebut berasal dari orang miskin karena orang yang sering sakit adalah
orang miskin, orang sering naik angkot adalah orang miskin.
Secara filosofis, negara yang terbetuk dengan nama NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) yang mempunyai segenap perangkat institusinya dan mempunyai modal
penduduk untuk melaksanakan pembangunan. Idealnya anggaran dan kebijakan yang
dibuat Policy Maker harus mementingkan rakyat dikarenakan negara berprinsip dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
23
pembangunan yang efisien, efektif, responsif dan konsisten. Sehingga permasalahan
yang ada di masyarakat dapat terselesaikan dan sesuai dengan harapan masyarakat.
Secara administratif, anggaran daerah (APBD) mempunyai fungsi antara lain: (1).
Sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam mengelola sumberdaya daerah,
terutama keuangan daerah untuk suatu periode tertentu, (2). Sebagai instrumen
pengawasan pemerintahan dan pembangunan daerah, (3). Sebagai instrumen utuk
menilai kinerja pemerintah. Sedang secara ekonomi, fungsi anggaran adalah pertama,
fungsi alokasi, kedua, fungsi distribusi, ketiga, fungsi stabilisasi.
Secara teoritis proses pengambilan kebijakan sudah cukup baik, seperti Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) sudah dimulai dari bawah artinya
penggalian usulan dimulai dari RT, RW pada MusrebangDes yang menghasilkan
kebutuhan perencanaan pembangunan desa selama kurun waktu tertentu.
Kebanyakan usulan dari Desa masih berbentuk fisik seperti pembangunan jalan,
pembangunan jembatan, masjid dan lain sebagainya. Sedangkan usulan yang
berbentuk nonfisik seperti pelatihan dalam memperkuat institusi (Capacity Building)
jarang menjadi kebutuhan yang urgent. Pelaksanaan musrenbangDes selambat-
24
lambatnya akhir bulan januari. Waktu yang relatif pendek harus menghasilkan
keputusan yang menjadi kebutuhan desanya.
Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah wadah bersama antar pelaku
pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil
musrenbangCam dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana
Kerja SKPD. Hasil yang diharapkan pada forum SKPD adalah Renja SKPD yang memuat
kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang dirinci menurut Kecamatan dan sudah
dibagi menurut alokasi APBD. Forum SKPD Kabupaten mempunyai tujuan untuk
mengsinkronkan hasil musrenbangCam dengan Rencana Kerja Satuan Perangkat
Daerah (Renja-SKPD), menetapkan prioritas kegiatan, menyesuaikan prioritas Renja-
SKPD dengan plafon/pagu anggaran SKPD dan mengidentifikasi keefektifan berbagai
regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD. Pelaksanaan forum Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) antara tanggal 15-21 Pebruari.
25
prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan dan rancangan alokasi Dana
Desa. Hasil yang diharapkan adalah prioritas kegiatan yang dipilih menurut
pendanaan dari APBD Kabupaten.
Sesuai dengan Surat Edaran Bersama (SEB) dalam proses pengambilan kebijakan yang
dimulai dari musrenbang Dusun, musrenbang Desa, musrenbang Kecamatan dan
musrenbang Kabupaten sudah melibatkan berbagai steakholder seperti tokoh
masyarakat, tetua adat, tokoh agama, partai politik, LSM/NGO, perempuan dan lain
sebagainya. Namun pada forum yang selanjutnya yakni Penyusunan RKPD,
Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran, strategi dan Plafon APBD, Penyusunan RKA-
SKPD, Pembahasan dan penetapan APBD keterlibatan steakholder tidak ada.
Pasca musrenbang Kabupaten adalah forum abu-abu dalam arti celah keterlibatan
steakholder tidak ada, sehingga penting untuk dikawal karena rawan terjadi distorsi
hasil musrenbang. Bisa dikatakan pembahasan yang melelahkan dan menghabiskan
anggaran menjadi sia-sia karena permainan partai politik sehingga keputusan yang
dihasilkan pun bersifat politis.
Gambar 3.1
Proses Pengambilan Kebijakan
Rancangan
MUSRENBANGNAS RKP Mei
RPJMD Apr
MUSRENBANG Rancangan
Rancangan PROV RKPD Prov Mei
Awal RKPD
Apr
Prioritas pemb,
Okt
Pagu indiakatif
berdasar fungsi Rancangan Musrenbang RKPD/ Rancangan Penetapan
SKPD, sumber MUSRENBANGDA Ahir RKPD RAPBD
RKPD RKPD
dana & Wilayah
Mar
kerja
Mei
KUA
Jun
MUSRENBANG Feb.
Kecamatan
MUSRENBANG Jan
Desa/Kel.
26
2. Jenis dan Bentuk Program Pengembangan Ekonomi Mikro
Jenis dan bentuk program yang digulirkan oleh pemerintah daerah, bisa dikatakan
cukup banyak seperti pemberian kredit lunak, pelatihan hasil pengolahan pangan,
bimbingan teknis dan lainnya sebagainya.
Agar lebih hemat dan mempermudahkan pemilahan jenis dan bentuk program,
penelitian ini menggunakan empat kategori. Pertama, bantuan langsung artinya
bantuan yang diberikan secara langsung kepada pelaku usaha kecil dan menengah
seperti pemberian gerobak bagi pedagang kaki lima (PKL), bantun bahan dan
peralatan industri lainnya. Kedua, infrstruktur adalah jenis bantuan yang diberikan
kepada pelaku usaha kecil dan menengah untuk pengembangan kawasan seperti
wilayah agro dan lain jenisnya. Ketiga, penguatan lembaga (Capacity Building) adalah
bantuan yang diwujudkan dalam bentuk dukungan pengeloloaan (manajemen) usaha
agar lebih baik dan terbukukan dengan rapi, contohnya pelatihan manajemen usaha,
cara mengakses kredit dari pemerintah, bimbingan teknis, seminar dan pelatihan
lainnya yang dapat mendukung kelacaran usaha. Keempat, Pemasaran (marketting)
adalah kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam mendukung pemasaran produk
pelaku usaha kecil dan menengah seperti pameran (expo), pemasaran melalui leaflet
dan brosur tentang keunggulan dan potensi daerah.
Tabel 3.2
27
II. Dinas Kesehatan Dan Sosial
No Kegiatan Kategori
1 Peningkatan Peran Aktif masy dan dunia usaha dlm
mendukung upy2 penylg plyn ksjh bg PMKS 3
2 Pembentukan jejaring krjsm pelakuush ksjh sos, masy dan
dunia ush termasuk org tingkat lokal 4
28
IV. Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan
No Kegiatan Kategori
1 Pengadaan Kios bg Pedagang di OW Pengging 1
2 Promosi Produk Pariwisata di Boyolali Expo 2006 4
3 Promosi Produk Pariwisata di Bengawan Solo Fair 4
4 Promosi Produk Pariwisata Tk. Kab Byl dan Jawa Tengah 4
5 Pembuatan Leaflet Pariwisata Kab. Boyolali 4
6 Pengadaan VCD Pesona Wst Byl dlm rangka Promosi Prwst Byl 4
7 Biaya Oprasional Pembuatan Bk wst Nusantara 2
8 Keikutsertaan dlm Borobudur International Vestifal 4
9 Perencanaan dan Evaluasi Disparbud 3
10 Pembinaan Ush Rekreasi, hiburan umum dan rmh mkn 3
29
Kec.Selo
24 menfslits Pengsha Agro ke Psr Lelang 1
25 Mfslts Pgsh utk Mngikuti Pmeran TK Nas (PPE) 4
26 Temu Ush perajin Mebel dengan Eksportir 3
27 Oprsnl,Monev Dana Bgulir dan Bantuan kpd Koperasi 3
28 Oprsnl Pemberian Pinjaman Mdl Krj 2
Fslts Pmnftn Fslts BLK&Litbang TTG mlalui Kemitraan dg PT &
29 swass 3
30 Penguatn Jaringn Penyediaan Bhn Baku dan Pengembangan 3
31 Fsltsi Pengem.Diklat &Penylhn bg UKM/Wira Ush Baru 3
Fsltsi Pnatan Orgns&moderns Manaj Kop yg sesui Jt dr Kop(USP
32 Kop) 3
33 Fsltsi Orgns&Moderns Manaj Kop ssuai dg jt dr Kop (KKT) 3
Fsltsi Pengemb.Jar Krjsm Mktraan antr Kop/dg Publik Info
34 Promo&pmsr 4
Penkgtn Koordinasi dlm Perencnn,Pengndalian,Monev Pelks
35 Kebij&Prog 3
36 Fsltsi.Pntaan Orgns&moderns Manaj Kop ssuai dg jt dr Kop 3
30
VII. Sekretaris Daerah
No Kegiatan Kategori
1 Gelar Promosi Agibisnis Jawa Tengah 2006 4
2 Indonesia Agribusines Expo 2006 4
Peny Pmern Prod Ungguln&Andaln Kab.Byl di Festifl Nusa 2
3 ke 10 th 06 4
Pengembgn Ush Mikro Tradsnl dgn Pengendalian Potensi
4 Priwst stmpt 4
IX. KPMD
No Kegiatan Kategori
1 Pemberian bantuan peralatan (TTG) kepada kelompok usaha 1
Pendampingan pelaksanaan P2SPP (simpan pinjam
2 perempuan) 3
3 Monev UED SP 3
4 Lomba pengelolaan administrasi UED SP 3
5 Lomba pengelolaan administrasi UED SP (Hadiah) 3
Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Genengsari
6 Kemusu 2
7 Pelatihan dan pembinaan pengelolaan UED SP 3
Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Karangkepoh
8 Karanggede 2
9 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Jrakah Selo 2
10 Pelaksanaan PPK 3
X. Dispertanbunhut
No Kegiatan Kategori
1 Pendampingan dana bergulir 3
XI. Disnakan
No Kegiatan Kategori
Pengadaan peralatan rumah tangga UPTD daging sehat dan
1 susu segar 2
2 Gaduhan ternak sapi potong 1
3 Rehabilitasi RPH Ampel 2
Pengembangan dunia usaha dan industri perikanan bagi
4 masyarakat 3
31
Peningkatan usaha perikanan budidaya di kawasan
5 pengembangan 3
6 Peningkatan fasilitas BBI Kab. Boyolali 2
7 Operasional UPTD daging sehat dan susu segar 2
8 Pembinaan ternak bantuan pemerintah 3
Pengembangan agribisnis peternakan dan kawasan
9 agropolitan 2
10 Operasional RPH Ampel 2
11 Peningkatan kwalitas susu 3
12 Pengadaan bahan penunjang laboratorium Kesmavet 3
Keterangan :
Berdasarkan data Boyolali dalam angka tahun 2004, perkembangan usaha ekonomi
mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi telah memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan penyediaan
lapangan kerja, serta mempengaruhi peningkatan PDRB (ADHK) Kabupaten Boyolali
sebesar 4,22% dari total PDRB. Dan berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja
sebesar 2.532 tenaga kerja.
Dilihat dari aspek ekonomi anggaran mempunyai fungsi, antara lain: Pertama, Fungsi
alokasi, proses anggaran merupakan sarana untuk penyediaan barang dan jasa
publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Di sini pemerintah bertanggung
jawab harus mengalokasikan anggaran untuk menyediakan barang sosial dan
pelayanan publik. Kedua, Fungsi distribusi, proses anggaran merupakan sarana atau
mekanisme untuk membagikan sumberdaya dan pemanfaatannya kepada pelaku
usaha ekonomi mikro, kecil dan menengah (UMKM) secara adil. Fungsi ini terutama
diarahkan untuk mengatasi kesenjangan antar berbagai golongan masyarakat. Fungsi
ini biasanya dijalankan dengan mengembangkan mekanisme perpajakan atau
transfer. Ketiga, Fungsi stabilisasi, pajak dan pengeluaran pemerintah akan
32
mempengaruhi permintaan agregat dan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Pengaturan kedua hal ini sangat penting bagi penciptaan stabilitas ekonomi,
penciptaan lapangan kerja dan laju inflasi.
3. Target atau Hasil yang Diharapkan Dari Program Pengembangan Ekonomi Mikro
Kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah daerah, akan menjadi sia-sia dan tidak bisa
diukur apabila tidak mempunyai target atau hasil yang diharapkan dalam
pengembangan ekonomi mikro. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
bahwa setiap program dalam pelaporannya harus mencantumkan input, output dan
outcome.
Target yang ingin dicapai oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali, terlihat pada
tabel dibawah ini:
Tabel 3.3.1
Proyeksi Kinerja Tahun 2005-2006
33
Tabel 3.3.2
Proyeksi Kenaikan Kinerja Tahun 2005-2006
Tabel 3.3.3
Proyeksi Kenaikan Dalam Persen
Tabel 3.3.4
Proyeksi Kelompok UKM
34
90 jt 100 jt
4 Peningkatan jumlah usaha mikro yang terdaftar 700 jt 725 jt
Dokumen dari RPJMD Kab. Boyolali
Untuk mencapai target atau hasil yang diharapkan dalam program pengembangan
ekomomi mikro, pemerintah daerah kabupaten Boyolali mempunyai beberapa
kebijakan antara lain: Pertama, Pengembangan sistem pendukung permodalan bagi
UKM dan koperasi, yang di dalamnya mengandung makna penyediaan fasilitasi
bimbingan teknis dan workshop akses permodalan, bantuan Revolfing Fund (dana
bergulir) dan lain sebagainya. Kedua, Pengembangan Keunggulan Kompetitif UKM dan
Koperasi, yang mencakup kegiatan pendampingan, fasilitasi pemanfaatan Balai
Latihan Kerja dan litbang tekhnologi tepat guna dan pembentukan model-model UKM
percontohan. Ketiga, Pengembangan peningkatan produktifitas UKM, yang memuat
kegiatan bimbingan teknis peningkatan produktifitas, fasilitasi penguatan jaringan,
bimbingan teknis manajemen usaha dan lain sebagainya. Keempat, Pemberdayaan
Usaha Skala Mikro dan Wira Usaha Baru, mencakup kegiatan bimbingan teknis,
failitasi penyaluran pendanaan, fasilitasi penyediaan infrastruktur, pengembangan
usaha skala mikro tradisional dan lainnya. Kelima, Peningkatan Kualitas Kelembagaan
Koperasi, kegiatan pokonya seperti: fasilitasi penataan organisasi dan modernisasi
manajemen koperasi sesuai jati diri koperasi, fasilitasi pengembangan diklat dan
lainnya.
35
industri manufaktur dan perdangangan yang disertai dengan terciptanya lapangan
kerja produktif sebesar 81,25 %.
Target yang telah ditetapkan tersebut masih ada kekurangannya dan masih kurang
berhasil dikarenakan beberapa hal antara lain: keterbatasan anggaran dari APBD
sedangkan koperasi yang mengajukan permodalan sangat banyak, masih minimnya
investor yang masuk dan belum adanya perda yang mengatur tentang Penanaman
Modal di Daerah (PMD).
36
jasa pada pasar domestik, meningkatkan kualitas kelembagan koperasi sesuai dengan
jati diri koperasi.
37
Berdasarkan data Boyolali dalam Angka tersebut, kontribusi yang diberikan ekonomi
mikro pada Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali cukup besar, seharusnya
kebijakan kebijakan yang dibuat harus mendukung dalam pengembangannya.
Apabila ekonomi mikro berkembang dengan baik hal itu akan berimplikasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan pendapatan bagi pelaku Usaha
Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM), terserapnya tenaga kerja yang lebih
banyak dan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali akan mempunyai sentra-
sentra industri dan berbagai potensi dapat menonjol, dengan begitu pelaksanaan
pembangunan akan cepat tercapai dan apa yang menjadi amanah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 bisa terwujud.
Program yang dilaksanakan dalam waktu setahun tersebut adalah hasil dari Renja
SKPD dan forum musrenbang (Desa sampai dengan Kabupaten) yang semua itu tidak
bisa lepas dari pagu yang telah ditetapkan dan manifestasi pada dokumen RPJMD.
38
pemerintah. Ketiga, Anggaran merupakan alat yang digunakan pemerintah untuk
mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan pembangunan.
_
17
Ahmad Suhelmi, Politik Pemikiran Barat, Yogyakarta, UGM Press, Hal. Tahun
39
masyarakat. Fungsi ini biasanya dijalankan dengan mengembangkan mekanisme
perpajakan atau transfer..
Tabel 3.8.1
Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No Kegiatan
1 Pengadaan Barang Pelatihan
2 Pemberdayaan lembaga lat. Kerja swasta (P. Hardwar dan Sofware
komputer)
3 Pengiriman TKI ke Luar Negeri dengan pola dana revolving (bergulir)
4 Pelatihan ketrampilan pencari kerja MTU
5 Pemberdayaan latihan kerja swasta
6 Pembinaan hubungan industrial
Dokumen APBD 2006
40
Tabel 3.8.2
Dinas Kesehatan Dan Sosial
No Kegiatan
1 Peningkatan peran aktif masyarakat dan dunia usaha dalam mendukung
upaya-upaya penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
2 Pembentukan jejaring kerjasama pelaku usaha kesejahteraan sosial,
masyarakat dan dunia usaha termasuk orang tingkat lokal
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.3
Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan Dan Kebersihan
No Kegiatan
1 Peningkatan jalan Ngleses-perbatasan Kab. Grobogan
2 Peningkatan jalan Kali Tlawah-Geneng Sari
3 Peningkatan jalan Wonosegoro-Guwo
4 Peningkatan jalan Sangge-Kalangan
5 Peningkatan jalan Pinggir-Tanjung
6 Peningkatan jalan Ketitang-Kalioso
7 Pembangunan jembatan Setro
8 Peningkatan jalan Jlerem-Ngadirojo-Ngargoloko Kembang Kec. Ampel
9 Peningkatan jalan Blumbang-Sangge Kec. Klego
10 Peningkatan jalan Pembuatan Saluran Drainnes lingkungan TPA Kec. Byl
11 Pendampingan Peningkatan jalan Boyolali-Kartosuro
12 Peningkatan jembatan Karanggatak Kec. Klego
13 Pembangunan Landhof jembatan Jaten
14 Pembangunan jembatan Gatak Balak Mojosango
15 Pembangunan jalan untuk relokasi pemukiman Blok G Kec. Kemusu
16 Pemeliharaan jalan Mangu Kec.Nogosari (Rigid Pavement)
17 Pemeliharaan jaln Karanggede-Juwangi (RP) sebelah imur Kec. Wonosegoro
18 Peningkatan jembatan Sombo Kec. Kemusu
19 Peningkatan jembatan Sidomulyo Kec. Kemusu
20 Pemeliharaan jalan Karanggede-Juwangi (RP) sebelah Barat perempatan
Banyusri
21 Pemeliharaan jalan Ngemplak-Kliwonan (RP) sebelah Barat Dk. Celengan Kec.
Ngemplak
22 Pemeliharaan jalan, bangunan pelengkap dan sarana URC se Kab. Boyolali
23 Survey peningkatan jalan Singkil-Kragilan Kec. Boyolali dan Mojosongo
24 Pembuatan Study kelayakan Penanganan jalan Kab. Boyolali
25 Jasa pengawasan konstruksi pembangunan kawasan wisata Pengging Kec.
Banyudono
Dokumen APBD 2006
41
Tabel 3.8.4
Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan
No Kegiatan
1 Pengadaan kios bagi pedagang di OW Pengging
2 Promosi produk pariwisata di Boyolali Expo 2006
3 Promosi produk pariwisata di Bengawan Solo Fair
4 Promosi produk pariwisata Tk. Kab.Boyolali dan Jawa Tengah
5 Pembuatan leaflet pariwisata Kab. Boyolali
6 Pengadaan VCD pesona wisata Boyolali dalam rangka promosi pariwisata
Boyolali
7 Biaya operasional pembuatan buku wisata Nusantara
8 Keikutertaan dalam Borobudur International Vestifal
9 Pembinaan usaha rekreasi, hiburan umum dan rumah makan
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.5
Dinas Perindustrian Perdagangan Dan Koperasi
No Kegiatan
1 Pengadaan Sarana dan Prasarana Perdagagangan (Kios) bagi PKL
2 Pemantauan dan Monitoring Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal
3 Operasional bantuan Peningkatan Kapasitas Produk Minyak Atsiri Nilam
(KUB I W N)
4 Bintek Produksi Minyak Atsiri (KUB Inti Wangi Nsatara) dari
Dep.Perindustrian Jakarta
5 Pemutakhiran Data
6 Penyusunan Data Statistik Deperindagkop Kab. Byl
7 Pelatihan Design dan Bantuan Peralatan bagi Industri Kecil Kerajinan
Tembaga
8 Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Unit Usaha Yodiasi Garam
9 Pelatihan Konveksi bagi Industri Kecil di Ds.Mriyan Kec.Musuk dan Ds.Lencoh
Kec.Selo
10 Pelatihan Konveksi bagi Industri Kecil di Ds.Mriyan Kec.Musuk dan Ds.Lencoh
Kec.Selo
11 Pelatihan Tekhnologi Produk Makanan Olahan dan Stimulan modal
12 Bimbingan dan Motivasi Jiwa Kewirausahaan / AMT
13 Penyuluhan Manajemen Pemasaran dan Stimulan Modal bagi Pedagang
Pasar Tradisionl Sawit
14 Operasional Sarana Perijinan SIUI
15 Pengawasan Perijinan SIUP, TDP dan TDG
16 Monitoring dan Evaluasi PAD
17 Pengawasan dan Operasionl Perijinan SIUI
18 Pengawasan & Penyuluhan UTTP Langsung kepada perusahaan Toko Emas,
Super Market & Pasar
19 Penyelenggaraan Bazar / Pasar Rakyat menghadapi Hari Raya
20 Menfasilitsi Promosi UKM (furny craft)
42
21 Monev Pemasaran Tembakau & Road Show Ke Pabrik & memfasilitasi petani
& UKM Tembakau
22 Monitoring & informasi harga Kebutuhan Pokok masyarakat & barang
penting Strategis
23 Bintek Menejemen Pemasaran bagi pedagang sayur bagi kelompok di Kec.
Cepogo dan Kec.Selo
24 Menfasilitasi Pengusaha Agro ke Pasar Lelang
25 Memfasilitasi Pengusaha untuk Mengikuti Pameran Tingkat Nasional (PPE)
26 Temu Usaha perijinan Mebel dengan Eksportir
27 Operasional, Monitoring dan Evaluasi Dana Bergulir dan Bantuan kepada
Koperasi
28 Operasional Pemberian Pinjaman Modal Kerja
29 Fasilitasi Pemanfaatan Fasilitas BLK & Litbang TTG melalui Kemitraan dengan
PT & swasta
30 Penguatan Jaringan Penyediaan Bahan Baku dan Pengembangan
31 Fasilitasi Pengembangan Diklat & Penyuluhan bagi UKM / Wira Usaha Baru
32 Faslitasi Penataan Organisasi & modernisasi Manajemen Koperasi yang
sesuai Jati diri Koperasi (USP Koperasi)
33 Fasilitasi Organisasi & Modernisasi Manajemen Koperasi sesuai dengan jati
diri Koperasi (KKT)
34 Fasilitasi Pengembangan Jaringan Kerjasama kemitraan antar Koperasi /
dengan Publik Info Promosi & pemasaran
35 Peningkatan Koordinasi dalam Perencanaan, Pengendalian, Monitoring dan
evaluasi Pelaksanaan Kebijakan & Program
36 Fasilitasi Penataan Organisasi & modern Manajemen Koperasi sesuai dengan
jati diri Koperasi
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.6
Dinas Pasar
No Kegiatan
1 Pembuatan Papan Nama Pasar Daerah
2 Belanja Modal Pengadaan Sarana Prasarana
3 Penataan Lingkungan Pasar Hewan Ampel
4 Pernaikan Teras kios,Pengerasan Halaman dalam Pasar & MCK Pasar Boyolali
5 Pembutan talud, Akses jalan masuk & pintu Pengemanan pasar Ampel
6 Penyempurnaan pasar Ampel
7 Pembangunan Pasar Ampel / jaminan Pemeliharaan
8 Penyempurnaan Pasar Sunggingan
9 Pembuatan Saluran Air dan Pavingisasi Pasar Karanggede
10 Pembuatan Pagar Pasar Kacangan
11 Penyempurnaan pasar Boyolali
12 Water Proving Plat Atap Pasar Pengging
13 Penataan Monitoring dan evaluasi PKL di Kab. Boyolali
14 Penataan pasar dan PKL Wilayah pasar dalam rangka Adipura
43
15 Penataan pasar Sunggingn, Pasar Boyolali dan padangang pasar Ampel
16 Pengawasan Pemeliharaan Pembangunan pasar Ampel
17 Pembinaan Administrasi Pemungutan Retribusi pasar, Kepegawaian & Asset
Dinas
18 Pembinaan pedagang & Penelitian Perijinan
19 Pendataan Potensi pedagang pasar se Kab. Boyolali
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.7
Sekretaris Daerah
No Kegiatan
1 Gelar Promosi Agribusines Jawa Tengah 2006
2 Indonesia Agribusines Expo 2006
3 Penyertaan Pameranan Produk Unggulan &Andalan Kab.Boyolali di Festifal
Nusa 2 ke 10 th 06
4 Pengembangan Usaha Mikro Tradisional dengan Pengendalian Potensi
Pariwisata setempat
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.8
Badan Perencana Pembangunan Daerah
No Kegiatan
1 Penguatan FEDEP
2 Penguatan FEDEP
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.9
Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa
No Kegiatan
1 Pemberian bantuan peralatan (TTG) kepada kelompok usaha
2 Pendampingan pelaksanaan P2SPP (simpan pinjam perempuan)
3 Monev UED SP
4 Lomba pengelolaan administrasi UED SP
5 Lomba pengelolaan administrasi UED SP (Hadiah)
6 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Genengsari Kemusu
7 Pelatihan dan pembinaan pengelolaan UED SP
8 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Karangkepoh Karanggede
9 Pemberian stimulan revitalisasi pasar desa Jrakah Selo
10 Pelaksanaan PPK
Dokumen APBD 2006
Tabel 3.8.10
Dinas Pertanian Perkebunan Dan Kehutanan
No Kegiatan
1 Pendampingan dana bergulir
Dokumen APBD 2006
44
Tabel 3.8.11
Dinas Peternakan Dan Perikanan
No Kegiatan
1 Pengadaan peralatan rumah tangga UPTD daging sehat dan susu segar
2 Gaduhan ternak sapi potong
3 Rehabilitasi RPH Ampel
4 Pengembangan dunia usaha dan industri perikanan bagi masyarakat
5 Peningkatan usaha perikanan budidaya di kawasan pengembangan
6 Peningkatan fasilitas BBI Kab. Boyolali
7 Operasional UPTD daging sehat dan susu segar
8 Pembinaan ternak bantuan pemerintah
9 Pengembangan agribisnis peternakan dan kawasan agropolitan
10 Operasional RPH Ampel
11 Peningkatan kwalitas susu
12 Pengadaan bahan penunjang laboratorium Kesmavet
Dokumen APBD 2006
Untuk mewujudkan kehidupan ekonomi daerah yang demokratis, efisien dan berdaya
saing yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga mampu
menampung tenaga kerja yang lebih banyak serta memberikan kontribusi yang
signifikan pada pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan, Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali mempunyai sasaran yang akan ditempuh dalam waktu
lima tahun, antara lain :
45
1. Meningkatnya penyaluran permodalan kepada UMKM dan Koperasi.
2. Meningkatnya pemanfaatan teknologi tepat guna oleh UKM dan Koperasi.
3. Meningkatnya nilai produksi dan ekspor produk UKM.
4. Meningkatnya jumlah usaha mikro menjadi usaha kecil formal.
5. Meningkatnya kinerja, kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi.
Sasaran tersebut diatas tertuang dalam dokumen RPJMD lima tahunan. Walaupun
sasaran tersebut akan ditempuh dalam waktu lima tahun namun setiap tahunnya
pemerintah daerah juga mempunyai sasaran yang harus dicapai, guna memenuhi
janji-janji Kepala Daerah terpilih.
Monitoring dapat dilakukan sesuai dengan concernya dan karena mempunyai fungsi:
Satu, Untuk mengukur dan menilai apakah sesuai denga rencana atau tidak. Dua,
Apakah anggaran yang dipakai sesuai dengan budget yang telah direncanakan. Tiga,
Untuk mengetahui riil kegiatan.
Evaluasi yang yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah ada dua macam yaitu evaluasi
langsung dang evaluasi tidak langsung. Evaluasi langsung adalah evaluasi yang
langsung dilaksanakan dengan cara sample mendatangi langsung lokasi kegiatan
dilaksanakan dan wawancara dengan pemimpin kegiatan atau pelaksana kegiatan
serta masyarakat pemanfaat kegiatan. Evaluasi Tidak Langsung adalah evaluasi
dilaksanakan dengan cara memberikan kuesioner atau pertanyaan kepada satuan
kerja pelaksana kegiatan dan laporan rutin satker pelaksana kegiatan.
46
Evaluasi dilaksanakan dua kali dalam setahun, yaitu setiap semester atau 6 bulan
pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan evaluasi adalah :
1. Mengetahui seberapa jauh hasil pelaksanaan pembangunan yang telah
dicapai terkait dengan target yang telah ditetapkan.
2. Untuk mengetahui masalah yang belum teratasi dan masalah baru yang
muncul sebagai dampak hasil pembagunan.
3. Untuk mengidentifikasi unsur-unsur potensial yang dapat menunjang laju
pembangunan daerah tahun yang akan datang.
4. Untuk memberi saran atau masukan dan proyeksi bagi penyusunan program
atau kegiatan pembangunan tahun yang akan datang.
5. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya distorsi dari rencana yang telah
ditetapkan.
47
beban kerjanya. Namun disadari bahwa pemakaian teknologi juga terkendala oleh
berbagai faktor. Jumlah perempuan yang mendalami ilmu pengetahuan dan
teknologi cenderung tidak berkembang bahkan di beberapa disiplin ilmu cenderung
menurun. Oleh karenanya perlu dipikirkan cara agar teknologi dapat dikembangkan
dan dialihkan dengan memperhatikan karakter dan kemampuan dari calon
penggunanya, dalam hal ini perempuan pengusaha.
Sehingga perlu dibuat aturan dan sanksi yang jelas, agar setiap pelaksanaan
pembangunan Daerah keterlibatan perempuan tetap terwakili didalamnya. Dengan
48
keterlibatan tersebut diharapkan kebijakan yang dibuat tetap memperhatikan
kebutuhan kaum perempuan yang bermuara pada keadilan dan kesetaraan gender
(KKG).
Dalam hal ini masyarakat memiliki hak untuk memberikan saran dalam
menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka. Ketiga
49
alasan inilah yang sebenarnya diharapkan dalam proses pembangunan agar
pelaksanaanya benar benar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat
setempat. Namun secara jujur sampai saat ini belum dapat diimplementasikan
secara utuh.
Permasalahan orang miskin tidak hanya disebabkan karena faktor ekonomi, tetapi
juga berkaitan dengan masalah sosial, budaya dan politik.
Dampak dari industri kecil, menengah dan besar berupa limbah cair, padat dan gas.
Bila tidak terdapat sarana yang memadai dan pengelolaan yang baik akan
berdampak pada seluruh aspek kehidupan. Pengelolaan lingkungan harus
_
18
GAPRI Strategi Bersama Masyarakat Miskin, Empat Pilar Demokratisasi untuk Melawan Kemiskinan
dan Pemiskinan, LSKaR
50
melibatkan semua steakholder mulai dari industri kecil sampai industri besar dan
partisipasi masyarakat secara menyeluruh.
Dalam penelitian ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan para pembuat
kebijakan (Policy Maker) dalam artian pembuat kebijakan yang mempunyai respon
pada pengembangan ekonomi mikro maka seluruh kebijakan akan berdampak pada
ekonomi. Yang di dalamnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,
pengurangan pengangguran dan meningkatnya taraf hidup masyarakat secara
merata.
Pembuat kebijakan (Policy Maker) yang tidak mempunyai basic atau kepekaan pada
ekonomi maka kebijakan yang dibuat pun tidak berdampak pada pengembangan
ekonomi mikro dan seringkali bersifat politis. Program pengembangan ekonomi
mikro adalah implementasi dari Calon Kepala Daerah (CKD) yang terpilih yang
dituangkan dalam RPJMD. Namun kebijakan yang terlalu banyak dikelola oleh
Pemerintah Daerah yang hanya untuk meningkatkan P A D dan tidak memberikan
peluang pada masyarakat (swasta) juga tidak berdampak baik pada kestabilan
ekonomi secara makro di Kabupaten Boyolali.
Tidak hanya itu saja, dalam penelitian ini, yang dimaksud adalah lingkungan yang
menjadi tempat hunian para pemangku jabatan (Comunity) yang ada disekitarnya
misalnya lingkungan yang boleh digunakan untuk mendirikan usaha dan lingkungan
yang dilarang. Seperti usaha ternak ayam yang mempunyai pengaruh besar pada
lingkungan sekitarnya berupa pencemaran udara dan disatu sisi usaha tersebut
berperan dalam menampung tenaga kerja. Ada lagi, lingkungan yang di eksploitasi
berupa pasir, batu, tanah urug yang digunakan untuk pembangunan yang hanya
memberikan keuntungan besar pada segelintir orang namun dampaknya sangat
besar untuk keseimbangan alam dan hajat hidup orang banyak.
Pengaruh lingkungan, politik dan ekonomi yang kondusif serta dinamis sangat
menentukan dalam merumuskan kebijakan yang berdampak pada seluruh aspek
kehidupan dalam mencapai pembangunan yang sesuai dengan amanah Pancasila
51
dan Undang-undang Dasar 1945 yang sejalan dengan program-program Pemerintah
Daerah.
Krisis ekonomi yang yang mendera selama beberapa tahun terkahir ini telah
memberikan pelajaran kepada kita bahwa aktivitas ekonomi yang terpusat
ditangan beberapa kelompok ekonomi tertentu, mempunyai resiko
keruntuhan yang besar seperti terjadinya pengangguran dalam skala besar
ketika usahanya harus gulung tikar.
Disisi lain, usaha kecil dan menengah (UKM) atau ekonomi mikro yang tumbuh
ditengah-tengah masyarakat secara spontan justru menunjukkan daya tahan
yang lebih tinggi dan menjadi penyangga kehidupan ratusan jiwa.
52
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro yang eksistensinya diakui oleh masyarakat yang dapat
memberikan kontribusi yang besar kepada pemerintah haruslah mendapat
perhatian yang sepadan. Ekonomi mikro menjadi tulang punggung sebuah
keluarga atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Program
yang telah digulirkan Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali sebanyak 216
program yang bersinggungan dengan ekonomi mikro harus memperoleh
respon yang sepadan masyarakat untuk berpartisipai, namun juga pemerintah
mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan program yang ada secara
terbuka, komunikatif dan transparan kepada masyarakat sehingga terjadi chek
and balance.
53
Hal ini penting untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
menjalankan usahanya, meningkatkan wawasan, alih pengalaman, dan
memberikan motivasi kepada pelaku usaha ekonomi mikro.
5. Pemberdayaan
Keberadaan usaha ekonomi mikro yang memberikan kontribusi besar
kepada Pemerintah perlu dihargai dan harus terus dikembangkan untuk
menciptakan kemandirian masyarakat.
6. Penciptaan sentra-sentra usaha lokal
Dengan adanya sentra-sentra usaha, ini diharapkan akan mengacu iklim
usaha masyarakat sehingga menciptakan pasar yang mempunyai
komoditas-komoditas unggul.
C. Deskripsi Penelitian
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
1.1. Letak Geografis
Secara geografis, wilayah Kabupaten Boyolali berbatasan dengan
Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang, di sebelah utara, di
sebelah timur berbatasan Kabupaten Karang Anyar dan Kabupaten
Sragen serta Kabupaten Sukoharjo, sebelah selatan berbatasan
Kabupaten Klaten dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebelah barat
berbatasan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang terletak
antara 110 22 110 50 Bujur Timur dan 7 36 7 71 Lintang Selatan
yang mempunyai jarak bentang Barat-Timur 48 Km dan bentang Utara-
Selatan 54 Km dengan ketinggian antara 75 1500 meter diatas
permukaan air laut (mdpl).
54
19 program. Dari setiap setiap program kita ambil sample responden
sebanyak 20 orang.
2. Deskripsi Responden
2.1. Pendidikan
Tabel 3.8.12
No Pendidikan Jumlah
1 SD 116
2 SMP 107
3 SMA 126
4 D 1 D3 14
5 SARJANA 17
Jumlah 380
Dari tabel diatas terlihat bahwa pelaku usaha ekonomi mikro yang paling
banyak adalah berpendidikan SMA sebanyak 126 responden, dilanjutkan
orang yang berpendidikan SMP dan SD. Sedang untuk akademi sarjana
jumlahnya hanya 31 responden.
2.2. Pekerjaan
Tabel 3.8.13
No Pekerjaan Jumlah
1 Tani 39
2 Buruh 13
3 Pedagang 144
4 Penjahit 16
5 PNS 9
6 Perangkat Desa 15
7 Peternak 29
8 Perajin Logam/Mebelair 32
55
9 Wiraswasta 55
10 Lainnya 28
Jumlah 380
2.3. Pendapatan
Tabel 3.8.14
No Pendapatan (Rp) Jumlah
1 < 200.000 48
2 200.000-500.000 168
3 500.000-800.000 99
4 800.000-1.100.000 25
5 1.100.000-1.400.000 6
6 1.400.000-1.700.000 12
7 1.700.000-2.000.000 2
8 2.000.000 > 20
Jumlah 380
Tabel 3.8.14 adalah tebel pendapatan, dari 380 responden yang paling
banyak adalah mereka yang berpenghasilan Rp. 200.000 Rp. 500.000,
dengan asumsi pelaku usaha ekonomi mikro satu hari mendapat
keuntungan Rp. 10.000 15.000. Sedangkan penghasilan dibawah Rp.
200.000 adalah masyarakat yang tidak mempunyai penghasilan yang pasti
atau boleh dikatakan sebagai masyarakat miskin. Dan untuk pelaku usaha
ekonomi mikro yang mempunyai penghasilan lebih dari Rp. 2.000.000
adalah pelaku usaha ekonomi mikro dari pengrajin tembaga dan mebelair
yang mencapai keuntungan Rp. 20.000.000/bulan.
56
3. Deskripsi Statistik
Setidaknya sudah disinggung dalam bab 1, studi deskriptif menggunakan
metode numerik dan grafis untuk mengenali pola sejumlah data dan
merangkum informasi yang terdapat dalam data tersebut.
Ada dua jenis metode yang digunakan yaitu metode kasus dan metode
statistik, namun yang akan digunakan untuk menganalisa penelitian ini
menggunakan metode statistik dengan menunjukkan dalam tabel frequency.
Agar lebih mudah untuk menganalisa dalam pertanyaan yang diberikan kepda
responden diberikan penilaian. Untuk jawaban (a) yang berarti (ya)mempunyai
nilai 3, (b) yang bearti (tidak) mempunyai nilai 2, (c) yang menjawab (tidak
tahu) mendapat nilai 1 dan untuk yang (tidak menjawab) mendapat nilai 0
(nol).
57
BAB IV
ANALISA DATA
Perkembangan ekonomi adalah hal yang sangat diharapkan oleh sekian banyak orang
yang tercover dalam sebuah state (negara). Pembangunan ekonomi di sebuah negara
(state) menjadi tolok ukur kemakmuran di suatu daerah. Ekonomi adalah pembangunan
yang berkelanjutan (suistanable development) yang dipahami dan ditafsirkan secara
berbeda-beda menurut situasi dan kondisi daerahnya. Pembangunan ekonomi tak lain
halnya dengan konsep-konsep politik. Pembangunan yang berkelanjutan (suistaneble)
adalah gabungan berjalannya faktor fisik (infrastruktur), sosial (bantuan langsung) dan
politik (kebijakan). Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang
memberi manfaat pada semua warga masyarakat.
A. Analisa Pendahuluan
Kabupaten Boyolali mempunyai kondisi geografis yang berbeda dengan daerah lain,
sehingga kebijakannya juga berbeda. Ada sekitar 126 program yang dibuat Pemerintah
Daerah Kabupaten Boyolali untuk mengembangkan ekonomi mikro, kebijakan
tersebut terbagi dalam empat kategori seperti tebel dibawah ini :
58
Kategori 4 Kategori 1
13% 6%
Kategori 2
39%
Kategori 3
42%
Kategori pertama Bantuan Langsung adalah bantuan yang dapat dirasakan langsung
oleh pelaku usaha ekonomi seperti bantuan modal, bantuan peralatan dan lain
sebagainya. Bantuan langsung tersebut ada 6 persen ( %) yang dapat dirasakannya.
Kedua adalah pengembangan infratruktur pendukung dan pengembangan kawasan
adalah bantuan yang diberikan oleh pemerintah daerah berupa bangunan seperti
pasar, pengadaan peralatan, buku panduan, jalan dan lain sebagainya. Bantuan yang
tercover dalam kategori dua ini ada 39 % (persen) karena banyak yang dirasakan
oleh pelaku usaha ekonomi mikro seperti jalan yang sangat membantu akses
perkembangan ekonomi. Ketiga adalah bantuan yang berupa penguatan institusi
(capacity building) yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada pelaku usaha
ekonomi mikro atau juga kepada staff di suatu SKPD tertentu, guna peningkatan
mutu dan perbaikan manajemen usaha serta pemberian ketrampilan kepada
masyarakat untuk menjadi enterpreanur. Keempat adalah bantuan yang berupa
pemasaran (marketting) seperti pemasaran produk melalui media elektronik
maupuan expo yang dilakukan di Kabupaten Boyolali maupun expo secara regional,
nasional maupuan internasional. Bantuan yang berupa pemasaran ini ada 42 %
(persen).
B. Analisa Lanjutan
1. Kebijakan Pengembangan Ekonomi Mikro di Kabupaten Boyolali Tahun 2006
Dari 126 (seratus dua puluh enam) program yang digulirkan pemerintah baik
yang dilakukan oleh Badan, Dinas, Kantor dan Set Da dapat terbagi dalam
59
empat kategori. Kategori yang pertama adalah bantun langsung, kategori
kedua bantuan infrastruktur pendukung, bantuan ketiga adalah penguatan
institusi atau capacity building untuk dinas sendiri maupun pelaku usaha
ekonomi mikro dan bantuan keempat adalah pemasaran (marketing) untuk
expo hasil industri ekonomi mikro.
Ending yang diharapakan dari pemerintah adalah agar pelaku usaha ekonomi
mikro bisa mencapai kemandirian, dapat mengelola usaha dengan baik, dapat
menjalin hubungan dengam distributor maupun konsumen.
60
Tabel I
Pelibatan Pemerintah Daerah dalam penyusunan rencana kerja kepada pelaku usaha
ekonomi mikro
Tabel II
Pelibatan masyarakat miskin dalam penyusunan rencana kerja oleh Pemerintah Daerah
Tabel III
Pelibatan perempuan dalam penyusunan rencana kerja untuk merumuskan kebijakan
pengembangan ekonomi mikro
61
Berdasarkan tabel 3 bahwa, untuk keterlibatan kaum perempuan sebanyak 72,7 %,
sedangkan instansi Pemerintah yang belum melibatkan sebanyak 9,1 %, dan yang
tidak tahu dan tidak menjawab kuesioner sebanyak 9,1%.
Tabel IV
Apakah program yang dibuat Pemerintah Daerah sudah tepat sasaran atau belum
kepada pelaku usaha ekonomi mikro
Tabel V
Apakah Pemerintah sudah melakukan monitoring atau pendampingan kepada pelaku
usaha ekonomi mikro
Untuk program yang berkaitan dengan monitoring, pada tabel 5 mengatakan bahwa
monitoring sudah dilakukan secaara intens oleh instansi pemerintah sebanyak 90,9 %
dan yang menjawab adalah 9,1 %.
62
Tabel VI
Apakah Pemerintah sudah merasa puas dengan Program yang telah dilakukan
Program yang telah digulirkan Pemerintah Daerah pada tabel 6, menunjukkan bahwa
jawaban yang tidak puas sebanyak 63,6 %, yang menjawab puas sebanyak 27,3 % dan
yang menjawab tidak tahu sebanyak 9,1 %.
Tabel VII
Apakah Pemerintah Daerah atau SKPD selalu terbuka, bila ada keluhan (konsultasi)
dari pelaku usaha ekonomi mikro
Untuk akses informasi dan pelayanan kosultasi, pada tabel 7 menunjukkan bahwa
instansi pemerintah selalu terbuka dengan prosentase 81,8 % dan yang menjawab tidak
tahu sebanyak 9,1 %.
63
Tabel VIII
Apakah sudah melakukan pemerataan program pengembangan usaha ekonomi mikro
Tabel IX
Apakah lingkungan berpengaruh pada pengembangan usaha ekonomi mikro
64
Hasil kuesioner dari penerima manfaat
Setelah kita memberikan kuesioner kepada Pemerintah selaku pelaksana dan
pembuat program, penelitian ini mencoba melakukan kroscek lapangan yaitu
kepada masyarakat penerima manfaat. Dari program yang telah digulirkan
oleh Pemerintah Daerah, akan kita analisis seberapa besar manfaat yang
dirasakan. Dan apakah program tersebut sudah sesuai sasaran atau belum.
Tabel I
Keterlibatan pelaku usaha ekonomi mikro dalam penyusunan rencana kerja oleh
Pemerintah atau SKPD terkait
Tabel 1, menujukkan bahwa pelaku usaha ekonomi mikro yang pernah dilibatkan dalam
penyusunan renja sebanyak 22,9 %, yang tidak dilibetkan sebanyak 68,4 % yang berarti
50 % > pelaku ekonomi mikro tidak pernah dilibatkan dalan renja, dan tidak tahu
sebanyak 7,4 %, serta tidak menjawab 1,3 %.
65
Tabel II
Keterlibatan masyarakat miskin dalam penyusunan rencana kerja oleh
Pemerintah atau SKPD terkait
Tabel 2, mengatakan bahwa masyarakat yang pernah terlibat dalam renja ditunjukkan
dengan prosentase 10,3 %, dan yang pali besar adalah tidak pernah dilibatkan sebanyak
66,6 %, jawaban tidak tahu 16,8 %, serta tidak menjawab 6,3 %.
Tabel III
Keterlibatan perempuan dalam penyusunan rencana kerja oleh Pemerintah atau
SKPD terkait
66
Tabel IV
Sasaran program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah atau SKPD kepada pelaku
usaha ekonomi mikro
Tabel VI
Kepuasan program yang dibuat oleh Pemerintah Daerah atau SKPD terkait dalam
mendukung pengembangan usaha ekonomi mikro
67
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
percent
Valid 0 9 2.4 2.4 2.4
Tidak Tahu 22 5.8 5.8 8.2
Tidak 309 81.3 81.3 89.5
Ya 40 10.5 10.5 100.0
Total 380 100.0 100.0
Dari tabel 6, menunjukkan bahwa pelaku usaha ekonomi mikro tidak puas dengan
progam pemerintah dengan prosentase 81,3 %, jawaban ya puas sebanyak 10,5 %, dan
taidak tahu sebanyak 5,8 %, serta tidak menjawab sebanyak 2,4 %.
Tabel VII
Perolehan akses informasi secara terbuka, komunikatif dan transparan mengenai
program pengembangan ekonomi mikro
Pada tabel 7, pelaku usaha ekonomi mikro yang dapat mengakses informasi secara
terbuka, komunikatif dan transparan dengan prosentase 15,5 %, jawaban tidak adalah
paling banyak dengan prosentase 64,5 %, dan tidak tahu 17,1 %, serta tidak menjawab
2,9 %.
Tabel VIII
Perolehan akses permodalan (soft loan) dari Pemerintah Daerah untuk
pengembangan usaha ekonomi mikro
68
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
percent
Valid 0 10 2.6 2.6 2.6
Tidak Tahu 46 12.1 12.1 14.7
Tidak 241 63.4 63.4 78.2
Ya 83 21.8 21.8 100.0
Total 380 100.0 100.0
Pelaku usaha ekonomi mikro yang dapat memperoleh pinjaman lunak (soft loan), dari
tabel 8, ditunjukkan dengan prosentase 21,8%, yang paling banyak adalah tidak
sebanyak 63,4 %, dan tidak tahu adalah 12,1 %, serta tidak menjawab 2,6 %.
Tabel IX
Perolehan bantuan dalam mendukung pengembangan usaha ekonomi mikro
Tabel 9, menunjukkan bahwa pelaku usaha ekonomi mikro yang pernah mendapat
bantuan dalam mendukung pengembangan usahanya sebanyak 38,2 %, yang tidak
adalah paling banyak dengan prosentase 53,7%, dan tidak tahu 3,9%, serta tidak
menjawab 4,2 %.
Tabel X
Pengaruh lingkungan pada usaha pengembangan ekonomi mikro
69
Tidak 14 3.7 3.7 16.1
Ya 319 83.9 83.9 100.0
Total 380 100.0 100.0
Kelima sasaran tersebut akan dicapai dalam jangka waktu lima tahun, pada
tahun 2006 Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Perindagkop
dalam LAKIP dikatakan bahwa sasaran untuk peningkatan penyaluran
permodalan kepada UKM dan Koperasi dengan Nilai Capaian Kinerja 321,16 %,
meningkatnya pangsa pasar produk industri manufaktur dilingkup domestik
dan bertumbuhnya ekspor secara bertahap mencapai 83,84 %, dan
meningkatnya pertumbuhan sektor industri manufaktur dan perdagangan yang
disertai dengan terciptanya lapangan kerja produktif mencapai 81,25 %.
Hasil tersebut diperkuat dengan kuesioner (lihat tabel IV) yang diberikan
kepada instansi pemerintah terkait dengan jawaban tepat sasaran dengan
prosentase 72,7 %, sedangkan yang tidak menjawab tepat sasaran sebanyak
18,2 % dan jawaban tidak tahu sebanyak 9,1 %.
70
Namun demikian, setelah dilakukan kroscek lapangan kepada masyarakat
sebagai penerima manfaat (lihat tabel IV dan VI), jawaban itu bertolak
belakang bahwa masyarakat menilai program dari Pemerintah Daerah
Kabupaten Boyolali tidak tepat sasaran dengan prosentase 44,7 %, jawaban
tepat sasaran sebanyak 33,4 %, dan tidak tahu 19,2 %, serta tidak menjawab
2,6 %. Dan itu diperkuat dengan jawaban bahwa masyarakat tidak puas dengan
program Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali dengan prosentase 81,3 %,
jawaban puas terhadap program sebanyak 10,5 %, dan jawaban tidak tahu 5,8
%, serta tidak menjawab 2,4 %.
71
BAB V
KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kebijakan pengembangan ekonomi mikro di Kabupaten Boyolali pada tahun
2006, dibagai menjadi empat kategori yaitu pertama bantuan langsung adalah
bantuan yang bisa dirasakan langsung oleh pelaku ekonomi mikro seperti
bantuan peralatan dan bantuan hibah (grant), bantuan langsung tersebut
ditunjukkan dengan prosentase 6 % (persen), kedua adalah bantuan infrastruktur
pendukung dan pengembangan kawasan adalah bantuan yang dirasakan berupa
bangunan (fisik) seperti pasar, jalan, jembatan dan lainnya, bantuan tersebut
ditunjukkan dengan prosentase 39 % (persen) yang dapat membantu
pengembangan ekonomi mikro. Ketiga adalah bantuan penguatan lembaga
(capacity building) berupa pelatihan, seminar dan workhsop kepada instansi
pemerintah maupun pelaku usaha ekonomi mikro, bantuan tersebut sebesar 42
% (persen). Keempat adalah bantuan pemasaran (marketting) yang dimaksudkan
untuk memasarkan produk-produk dan menjalin kerja sama (network), bantuan
tersebut sebesar 13 % (persen).
72
4. Untuk keterlibatan dalam penyusunan rencana kerja (Renja) oleh SKPD terkait
bahwa pelaku usaha ekonomi mikro tidak pernah terlibat ditunjukkan dengan
prosentase 68, 4 % dan yang pernah terlibat sebesar 22,9 %, masyarakat miskin
juga tidak pernah terlibat sebesar 66,6 % dan pernah terlibat sebesar 10,3 %, dan
untuk kaum perempuan yang pernah terlibat sebesar 20,8 %, tidak pernah
terlibat 35,8 % dan tidak tahu sebesar 38,9 %.
B. Rekomendasi
1. Adanya regulasi (Peraturan Daerah) yang mengatur tentang permodalan untuk
UMKM.
2. Adanya penambahan bantuan lunak (soft loan) dengan syarat yang mudah dan
ringan. .
3. Pendampingan yang intens (suitanable) dari Pemerintah Daerah (SKPD).
C. Saran saran
1. Pemerintah Daerah
a. Setiap kebijakan yang diambil harus memperhatikan kebutuhan pelaku usaha
ekonomi mikro tidak top down namun kebijakan bersifat bottom up.
b. Pemerintah Daerah (SKPD) harus memberikan pelayanan yang terbuka, informatif,
komunikatif dan transparan.
c. Pemerintah Daerah (SKPD) harus mensosialisasikan program sampai kebawah,
agar pelaku usaha ekonomi mikro yang jauh dari pusat informasi dapat
mengaksesnya.
73
2. Pelaku Usaha Ekonomi Mikro
a. Pelaku usaha ekonomi mikro harus lebih aktif dalam berkomunikasi dengan
Pemerintah Daerah (SKPD).
b. Pelaku usaha ekonomi mikro harus mempunyai manajemen yang baik dan
terbukukan.
c. Pelaku usaha ekonomi mikro harus mempunyai ijin usaha.
_________________________________00000000_______________________________
74