Professional Documents
Culture Documents
FERDINAN SIBARANI
102013451
KELOMPOK E2
ferdinansibarani@ymail.com
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
tu.fk@ukrida.ac.id
Abstrak
Telinga berfungsi sebagai pengatur keseimbangan dan yang terutama untuk sebagai organ
pendengaran.Telinga dibagi menjadi telinga luar,telinga dalam.Telinga luar terdiri dari tiga bagian
yaitu daun telingan, liang telinga ( meatus akustikus eksternus ), dan selaput gendang telinga
( membran timpani ).Daun telinga tersusun atas tulang rawan dan berfungsi sebagai pengumpul
suara lalu diteruskan ke liang telinga akhirnya menggetarkan gendang telinga yang akan
memperbesar gelombang bunyi.Lalu telinga luar yang merupakan saluran tertutup yang
mempunyai fungsi untuk memperbesar gelombang bunyi karena memiliki tulang tulang
pendengaran yang saling berhubungan.Pada bagian ini juga mengandung otot otot yang pada
sebagian orang bias menggerakan telinganya.Lalu bagian terakhir dari telinga adalah telinga
tengah memiliki rumah siput yang mampu merubah getaran yang diterimanya menjadi sebuah
impuls yang akan diterjemahkan di otak sehingga akhirnya kita dapat mendengarkan suara.Selain
untuk mendengarkan suara telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan karena memiliki
aparatus vestibularis.Telinga juga bias mengalami gangguan,untuk mengetahui gangguan tersebut
ada tiga buah tes yang biasa dilakukan untuk memastikan kondisi telinga yaitu berbisik kepada
pasien di ruangan yang tenang.Dan juga bias menggunakan tes penala yang dilaakukan dengan
tiga cara yaitu cara rinne,cara weber,dan cara schwabach.Jadi gangguan pendengaran bias terjadi
karena ada kesalahan atau kerusakan didalam struktur telinga dan dapat kita buktikan dengan tes
tes pendengaran.
1
Abstrac
Ear functions as a regulator of the balance and is primarily for the organs
pendengaran.Telinga divided into the external ear , outer ear dalam.Telinga consists of three parts,
namely leaves the ear , the ear canal ( the external acoustic meatus ) , and the membrane of the
eardrum ( tympanic membrane ) . Leaves ears composed of cartilage and serves as a pollster then
passed into the ear canal eardrum vibrate ultimately will increase the wave bunyi.Lalu external ear
is a closed channel that has a function to enlarge the sound waves have bone loss due to mutually
part berhubungan.Pada it also contains the muscles that move the bias some people telinganya.Lalu
last part of the ear is the middle ear has a cochlea that is able to change the vibrations it receives
an impulse that will be translated in the brain so that finally we can listen to listen to the sound the
ear suara.Selain also serves as a balancing tool because it has vestibularis.Telinga apparatus also
bias disorders , to determine the disorder there are three common tests performed to ascertain the
condition of the ears are whispered to the patient in the room who tenang.Dan also biased using a
tuning test dilaakukan with three Rinne is way way , way weber , and how hearing loss
schwabach.Jadi bias occurs because there is an error or damage in the structure of the ear and can
be proved by test hearing test.
Pendahuluan
Telinga adalah organ yang sangat penting bagi manusia untuk dapat mendengar suara
bahkan telinga juga berfungsi sebagai alat keseimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih
mendasar dan lebih penting dari fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa
pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu
mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organism terhadap lingkungan
berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung banyak vestibulum dari
keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan
alat perasa pada tendo dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan.Untuk
mempelajari tentang telinga dan mekanisme mendengar kita terlebih dahulu harus mengetahui
susunan dari telinga baik secara makro ataupun micro agar kita dapat memahami fungsinya.
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian: telinga luar, tengah dan dalam. Telinga
tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda
2
otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan congenital sementara bagian lain
bekembang normal.
Skenario
Seorang laki laki usia 60 tahun mengeluh sejak kurang lebih 3 minggu yang lalu pendengaran
telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan.Kemudian ia berobat
kepuskesmas,oleh dokter puskesmas dilakukan test ketajaman pendengaran telinga kiri dengan garpu
penala didapatkan hasil gangguan pendengaran sebagai berikut: test cara rinne:(+),cara
Weber:lateralisasi (+) kekanan,cara Schwabach:memendek.Kemudian ia disarankan ke dokter THT untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Identifikasi Istilah
Menurut anatomi dan fungsi, telinga dapat di bagi menjadi telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam. Telinga luar menangkap bunyi, menghantarnya dan memperkuat kira-kira
15 dB pada sekitar 2,5 kHz dan menentukan arah datangnya bunyi. Telinga tengah
mengubah getaran-suara menjadi gelombang cairan. Kemudian telinga dalam mengubah
cairan itu menjadi rangsangan-saraf.
1. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari daun telingan, liang telinga ( meatus akustikus eksternus ),
dan selaput gendang telinga ( membran timpani ) yang merupakan dinding pemisah antara
liang telinga tengah. Bentuk dan besar daun telinga pada tiap-tiap tidak sama, seperti cap
jari. Rangka daun telinga dan sepertiga bagian lateral liang telinga adalah tulang rawan
yang dilapisi oleh kulit. Bagian medial liang telinga adalah tulang yang di lapisi oleh kulit
tanpa adeneksa kulit. Epitel-epitel dari selaput gendang telinga dan liang telinga yang mati
mengelupas bergerak ke arah lateral dan keluar dari liang telinga bersama dengan kotoran
3
telinga yang dibentuk oleh kelenjar serumen dalam bentuk serumen ( tahi telinga ) yang
bekerja sebagai pelindung untuk mencegah kuman masuk ke liang telinga.
Aliran darah untuk telingan luar berasal dari cabang a. Karotis eksterna. Inversi
sensoris liang telinga luar di dapat dari n. V ( trigeminus ), 3 cabang di bagian depan; nn.
VII, IX, dan X di bagian kecil dari bagian belakang; dan C2, C3 untuk sisanya, bagian
terbesar.
Kelenjar getah bening terletak di belakang, bawah, dan menempel pada daun telinga.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun
telingan terdiri dari tulang rawan dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka
tulang rawan di sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 -3 cm.
Oleh karena bentuknya seperti huruf S, maka ketika memeriksa dan membersihkan liang
telinga daun telinga harus di tarik ke atas belakang suapaya liang telinga menjadi lurus.
Di sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar
keringat terdapat pada saluran kulit liang telinga.
Pembuluh darah arteri telinga tengah berasal dari percabangan a. Karotis eksterna.
Selaput lendirnya dipersarafi oleh serabut saraf n. Glosofaringeus melalui pleksus
timpanikus. Otot telinga tengah, m. Stapedius dan m. Tensor timpani, masing-masing di
persarafi oleh cabang dari n. VII dan n. V.
Bunyi dari telinga bagian tengah di ubah menjadi getaran cairan tanpa banyak
kehilangan energi, hal ini terutama karena perbandingan permukaan natar selaput gendang
dan alas kaki stapes. Tenanga gerak dari rangkaian tulang pendengaran serta elastisistas
selaput gendang telinga juga ikut membantu menghantar bunyi ke telinga dalam.
5
dan terbentuk cairan di sana. Bila terjadi perubahan tekanan secara cepat di pegunungan,
di pesawat terbang atau ketika menyelam ( scuba ), tuba Eustachius haruslah terbuka
sempurna supaya dapat mempertahankan tekanan di telinga tengah dan udara luar agar
seimbang. Disfungsi tuba Eustachius ikut menjadi penyebab kebanyakan kelainan telinga
tengah dan kadang-kadang menyebabkan pasien mendengar suaranya sendiri, juga
napasnya ( autofoni, echoing ).
Membran timpani berbentuk seperti kerucut, dengan bagian atas di sebut pars
flaksida, sedangkan bagian bawah pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis 2, yaitu bagian
luar ialah lanjutan epitel liang telinga dan bagian dalam di lapisi oleh sel kubus bersila,
seperti epitel saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah, yaitu bagian
prosesus longus dan prosesus brevis maleus dengan jaringan ikat sekitarnya.
Ujung maleus di sebut umbo, dan di ujung umbo ini bermula suatu refleks cahaya yang
berupa kerucut. Refleks cahaya ( cone of light ) ialah cahaya dari luar yang di pantulkan
oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier. Serabut ini ialah yang menyebabkan timbulnya refleks cahaya yang berupa
kerucut itu.
Secara klinis refleks cahaya ini di nilai, misalnya bila letak reflek mendatar, berarti
terdapat gangguan pada tuba Eustachius.
Membran timpani di bagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah dengan
prosesus longus maleusdan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga di
6
dapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk
menyatakan letak perforasi membran timpani.
3. Telinga dalam1,2
7
Telinga dalam yang bertulang ( selubung labirin ) membungkus cairan perilimfa; di
tempat ini terdapat labirin selaput. Cairan perilimfe ( kaya akan natrium )di hubungkan
dengan rongga subaraknoidoleh duktus perilimfatikus ( akuaduktus koklea ). Labirin
selaput berisi endolimfe ( kaya kalium ), yang diproduksi oleh striavaskularis. Telinga
dalam meliputi alat pendengaran ( rumah siput, koklea ) dan alat keseimbangan ( kanalis
semisirkularis , utrikulus, dan sakulus ).
Koklea atau rumah sioput merupakan pipa yang melingkar 2,5 kali pada sebuah
sumbu ( modiolus ) yang mengandung urat saraf dan pembuluh darah. Pipa itu di bagi
menjadi dua ruang, yaitu skala vestibuli dan skala timpani, oleh tulang lamina spiralis
( membran basal ) dan duktus koklearis. Pada puncak rumah siput, kedua skala
berhubungan satu sama lain melalui helikotrema. Skala timpani bermula pada tingkap
bundar ( fenestra rotundum ); sedangkan skala vestibuli pada vestibulum. Dukstus
koklearis, yang berhenti di helikotrema mempunyai penampang berbentuk segitiga.
Didnding atas adalah membran reissner; dinding luar adalah ligamentum spirale, yang
berisi sria vaskularis didalamnya; dan dinding bawah dengan membran basal. Di atas
membran basal terdapat organ Corti. Membran basal ini ke arah helikotrema makin lebar.
Duktus koklearis dihubungkan dengan sakulus alat keseimbangan melalui duktus reuni.
Organ Corti terdiri dari beberapa macam sel penunjang, satu sel indera bagian
dalam, dan tiga sel indera bagian luar. Sel-sel indera berhubungan dengan membran
tektoria. Karena getaran akibat perpindahan tempat alas kaki stapes yang bergerak sperti
alat penghisap, timbullah gelombang-gelombang yang berjalan di dalam perilimfe dan
endolimfe. Akibatnya, sel berambut dalam duktus koklearis akan bergetar terhadap
membran tektoria. Pergeseran mekanik ini akan merangsang sel-sel rambut luar. Secara
berirama sel-sel rambut luar akan berkontraksi, sehingga pergerseran antara membran
tektoria dan membran basal akan diperkuat dan selektivitas frekuensi diperbesar.
Akibatnya, timbul depolarisasi dalam sinaps sel-sel rambut bagian dalam.
Membran basal bekerja sebagai dasar bunyi yang telah disesuaikan, yang saat
stimulasi bunyi menerima nada tinggi pada permulaan ( pada tingkap lonjong dan bundar )
dan nada rendah di bagian akhir ( helikotrema )
8
Alat keseimbangan, vestibulum dan kanalis semisirkularis, terletak di sebelah
posterior koklea. Terdiri dari dua bagian yang secara morfologis dan fungsional
berlainan. Bagian tersebut adalah organ statolit ( sakulus dan utrikulus ) dan kanalis
semisirkularis. Sebagaimana organ pendengaran, organ keseimbangan terdiri dari bagian
tulang yang berisi perilimfe dan bagian membranosa ( labirin selaput ) yang berisi
endolimfe. Sakulus ( di bagian koklea ) dan utrikulus ( di bagian vestibulum ) berhubungan
melalui duktus utrikulosakulus. Dari sini keluar duktus endolimfatikus ( aquaduktus
vestibuli ) yang berakhir di sakus endolimfatikus. Sel-sel indera organ statolit berkumpul
dimakula sakuli dan makula utrikuli. Makula mempunyai orientasi ruang yang spesifik.
Makula utrikuli terutama untuk orientasi horisontal, sedangkan makula sakuli vertikal. Di
makula terdapat sel-sel rambut yang sedemikian rupa, sehingga setiap sel rambut bergerak
ke arah tertentu. Sensitivitas spesifik organ statolit atas pergeseran linear terjadi karena
kira-kira seratus stereosilia dan satu kinosilium pada setiap sel rambut terletak dalam satu
membran gelatin yang berada di atas makula. Di atasnya, terletak batu-batu kecil kalsium
karbonat, statolit dan statokonia. Otokonia terus menerus dibentuk dan kemudian kembali
diabsorpsi 9 proses yang ternyata penting untuk terjadinya vertigoposisi-paroksismal-
jinak) sratolit yang bergerak lambat ketika pergeseran linear kepala tertinggal daripada sel
rambut di makula, sehingga stereosilia dan kinosilium membengkok. Akibatnya, terjadi
rangsangan pada sel-sel indera. Setiap sel rambut mempunyai orientasi berlainan. Oleh
karena itu, utrikulus dapat menerima semua gerakan di bidang horisontal dan sakulus di
bidang vertikal.
9
menusuk ke luar di dalam massa serupa gelatin ( kupula ) sampai mencapai atap ampula.
Hal ini membuat endolimfe tertutup rapat di labirin selaput.
Pada saat terjadi perubahan kecepatan sudut kepala, cairan di kanalis semisirkularis
tetap tertinggal di kanalis semisirkularis, karena gerakannya lambat. Dengan demikian,
terjadi aliran secara relatif, sehingga sel rambut membengkok. Hal ini menyebabkan
perubahan jumlah potensial aksi, karena sistem kanalis semisirkularis kanan dan kiri
bersikap istirahat selama potensial aksi terus-menerus berkurang. Pada saat kepala
berputar, timbul aliran cairan di dalam sistem kanalis semisirkularis kanan dan kiri. Dengan
demikian, potensial aksi di satu pihak bertambah, sedangkan secara bersamaan di satu
pihak berkurang. Perubahan ini diteruskan ke pusat vestibuler di batang otak yang
bergabung bersama dengan pusat okulomotor. Akibatnya terjadi gerakan mata kompensasi
di bidang kanalis semisirkularis tertentu, yaitu refleks vestibulo-okuleryang menunjukan
stabilitas pandangan pada waktu gerakan kepala. Pergeseran kapula akibat percepatan
rotatoar kepala menyebabkan timbulnya nistagmus; setelah percepatan berhenti, nistagmus
secara berangsur berkurang lagi. Nistagmus spontan pada kepala yang tak bergetar
menandakan gangguan di saluran saraf vestibuler.
N. VIII 9 n. Vestibulokoklearis ) terdiri dari serabut saragf yang berasal dari koklea
( pars koklearis ) dan dari sistem keseimbangan ( pars vestibularis ). Masing-masing sel
rambut koklea terdalam mengirim sebuah serabut saraf aferen, sedangkan banyak sel
rambut koklea terluar setiap kali bersama-sama mengirimkan satu serabut ke ganglion
spirale, sekaligus sel rambut koklea terluar menerima serabut eferen dari nukleus olivaris
kontralateral. Dari ganglion spirale, potensial aksi di pindahkan sebagian menyilang
melalui berbagai inti di dalam susmsum panjang di bawa ke kulit otak auditif.
10
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibulum 3 buah kanalis semisirkularis. Koklea pada irisan melintang
terdiri dari skala vestibuli, skala timpani, dan skala media. Skala vestibuli dan skala media
berisi perilimfe, sedangkan skala media berisi endolimfe.
Ion dan garam yang terdapat di perilimfe berbeda dengan endolimfe. Hal ini penting untuk
pendengaran. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut dan kanalis Corti, yang
membentuk organ Corti.
Ujung koklea di sebut heliktroma, yang menghubungkan perilimfe skala timpani dengan
skala vestibuli. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap.
Alat vestibular terletak pada telinga bagian dalam, terlindung oleh tulang yang
paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin selaput
yang terapung dalam perilimfe, dan perilimfe ini berada dalam ruangan labirin tulang.
Setiap labirin vestibuler terdiri dari 3 kanalis semisirkularis ( kss ), yaitu kss horisontal, kss
anterior, dan kss posterior. Selain 3 kanalis ini terdapat pula utrikulus dan sakulus.
Perlu diketahui letak geografis alat-alat keseimbangan ini baik terdapat kepala (
bidang horisontal kepala ), maupun terhadap permukaan bumi.
Bidang horisontal kepala yaitu bidang yang melalui kedua margo inferior orbita dan kedua
tengah-tengah liang telinga luar kanan dan kiri. Bidang yang melalui kedua kss horisontal
membentuk sudut 30 derajat dengan bidang horisontal kepala dengan kedua ampula kss
berada pada daerah lateral atas depan dari titik perpotongan ketiga bidang kanalis semi
sirkularis. Letak bidang kss horisontal tidak lurus terhadap kedua bidang vertikal ( bidang
vertikal adalah dua bidang yang masing-masing melalui kss anterior dan kss posterior ),
sedang kedua bidang vertikal tersebut juga saling tegak lurus, sehingga ketiga bidang
tersebut seperti letak dinding sebuah kubus.
Agar kss horisontal letaknya dianggap sejajar dengan bidang horisontal bumi, maka kepala
harus fleksi 30 derajat, bila kedudukan kepala sebelumnya seolah-olah sedang melihat kaki
langit.
11
Gambar : Telinga Dalam5
2. Mikroskopik Struktur Telinga.2
1. Telinga luar terdiri dari pinna atau aurikula, yaitu daun kartilago yang menangkap
gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (meatus), suatu
lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula yang
sampai membran timpani.
2. Membran timpani (gendang telinga) adalah perbatasan telinga tengah.
a. Membran timpani berbentuk kerucut dan dilapisi kulit pada permukaan eksternal
dan membrane mukosa pada permukaan internal.
b. Membran ini memisahkan telinga luar dari telinga tengah, dan memiliki tegangan,
ukuran, dan ketebalan yang sesuai utuk menggetarkan gelombang bunyi secara
mekanis.
3. Telinga tengah terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus tulang temporal.
a. Tuba Eustachius (auditori) menghubungkan telinga tengah dan faring
b. Tuba yang biasanya tertutup dapat terbuka saat menguap, menelan, atau
mengunyah. Saluran ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada
kedua sisi membrane timpani.
12
4. Osikel auditori, dinamakan sesuai bentuknya, terdiri dari maleus (martil), inkus
(anvil), dan stapes (sanggurdi). Tulang-tulang ini mengarahkan getaran dari membrane
timpani ke fenestra vestibule yang memisahkan telinga tengah dari telinga dalam.
a. Otot stapedius melekat pada stapes, yang ukurannya sesuai dengan fenestra
vestibule oval, dan menariknya ke arah luar. Otot tensor timpani melekat pada
bagian pegangan maleus, yang berada membrane timpani, dan mnarik fenestra
vestibule kea rah dalam.
b. Bunyi yang keras mengakibatkan suatu refleks yang menyebabkan kontraksi kedua
otot, yang berfungsi sebagai pelindung untuk meredam bunyi.
5. Telinga dalam (interna) berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal, di sisi medial
telinga tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian : labirin tulang dan labirin
membranosa didalam labirin tulang.
a. Labirin tulang adalah ruang berliku berisi perilimfe, suatu cairan yang meyerupai
cairan serebrospinalis. Bagian ini melubangi bagian petrosus tulang temporal dan
terbagi menjadi tiga bagian : vestibula, saluran semisirkular, dan koklea berbentuk
seperti siput.
1. Vestibula adalah bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan saluran
semisirkular dengan koklea.
- Dinding lateral vestibula mengandung fenestra vestibuli dan fenestra cochleae,
yang behubungan dengan telinga tengah.
- Membaran melapisi fenestra untuk mencegah keluarnya caira perilimfe.
2. Rongga tulang saluran semisirkular menonjol dari bagian posterior vestibula.
- Saluran semisirkular anterior dan posterior mengarah pada bidang vertical,
disetiap sudut kanannya.
- Saluran semisirkular lateral terletak horizontal dan pada sudut kanan kedua
saluran diatas.
3. Koklea mengandung reseptor pendengaran
b. Labirin membranosa adalah serangkaian tuba berongga dan dan kantong yang
terletak dalam labirin tulang mengikuti kaontur labirin tersebut. Bagian ini
mengandung cairan endolimfe, cairan yang menyerupai cairan interselular.
13
1. Labirin membranosa dalam regia vestibula merupakan lokalisasi awal dua
kantong, utrikulus dan sakulus yang dihubungkan dengan duktus endolimfe
sempit dan pendek.
2. Duktus semisirkular yang berisi endolimfe terletak dalam saluran semisirkular
pada labirin tulang yang mengandung perilimfe..
3. Setiap duktus semisirkular utrikulus dan sakulus mengandung reseptor untuk
ekuilibrium statis (bagaimana cara kepala berorientasi terhadap ruang
bergantung pada gaya gravitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala
bergerak atau diam dan kecepatan serta arah gerakan).
4. Utrikulus terhubung dengan duktu semisirkular; sedang sakulus terhubung
dengan duktus koklear dalam koklea.
3. Mekanisme Pendengaran & Keseimbangan.
A. Proses Pendengaran.6
I. Gelombang Bunyi
Tipe Gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Pada gelombang longitudinal,
getaran partikel media adalah sama arahnya dengan arah gerak gelombang. Gelombang
bergerak membentuk serangkaian kompresi dan ekspansi.
Gelombang bunyi pada gendang akan mengakibatkan peregangan (ekspansi)
pemampatan (kompresi) udara, yang akan menghasilkan gelombang longitudinal yang
ke luar dari udara. Gelombang bunyi (compressional waves) yang menyebabkan sebuah
sumber bervibrasi dan mampu menghasilkan sebuah sensasi dalam sistem audio disebut
gelombang bunyi.
Ciri-ciri gel bunyi merupakan gelombang longitudinal, gelombang elastik, dan getaran
yang dapat didengar.
Jenis-Jenis Bunyi : - Bunyi infrasonik (sub sonik) < 20 Hz
- Bunyi sonik 20 Hz 1600 Hz
- Bunyi ultrasonik 16.000 Hz 20.000 Hz
Frekuensi getaran bunyi yang dapat merangsang telinga manusia berkisar antara 20
1600 Hz. Telinga manusia paling peka terhadap bunyi dengan frekuensi sekitar 1000
Hz. Hal ini sangat menguntungkan, karena frekuensi ucapan-ucapan manusia berkisar
sekitar frekuensi tersebut, yaitu antara 300 3500 Hz ( daerah frekuensi bicara). Umur
14
meningkat maka kepekaan telinga terhadap bunyi menurun dan menurunnya daya
dengar telinga pada usia lanjut1.
Suara adalah sensasi yang timbul apabila getaran longitudinal molekul di lingkungan
eksternal, yaitu fase pemadatan dan pelonggaran molekul yang terjadi berselang-seling,
mengenai membran timpani. Plot gerakan-gerakan ini sebagai perubahan tekanan di
membran timpani per satuan waktu adalah serangkaian gelombang, dan gerakan semacam
itu dalam lingkungan secara umum disebut gelombang suara. Gelombang berjalan melalui
udara dengan kecepatan sekitar 344 m/det pada 200 C setinggi permukaan laut. Kecepatan
suara meningkat seiring suhu dan ketinggian.
15
membran tektorium, apabila stapes bergerak, kedua membran bergerak ke arah yang sama,
tetapi keduanya berengsel pada sumbu yang berbeda, sehingga terjadi gerakan
menggunting yang menekuk rambut. Rambut sel dalam mungkin tidak melekat ke
membran tektorium, tetapi rambut-rambut ini tampaknya dibengkokkan oleh gerakan
cairan antara membran tektorium dan sel-sel rambut dibawahnya.
Sel rambut dalam adalah sel sensorik utama yang menghasilkan potensial aksi di saraf-
saraf pendengaran, dan diperkirakan sel-sel ini dirangsang oleh gerakan cairan perilimfe.
Sel rambut luar dipersarafi oleh serat-serat eferen kolinergik dari kompleks olivarius
superior. Sel-sel ini bersifat motil, memendek apabila mengalami depolarisasi dan
memanjang apabila mengalami hiperpolarisasi. Sel-sel ini meningkatkan pendengaran
dengan mempengaruhi pola getaran membran basilaris. Sel-sel tersebut memendek dengan
cara yang spesifik nada, dan memperkuat suara yang datang dengan mengurangi
peredaman membran basilaris.
Frekuensi potensial aksi di masing-masing serat saraf pendengaran setara dengan
kekerasan rangsang suara. Pada intensitas suara yang rendah, setiap akson melepaskan
muatan terhadap suara dar satu frekuensi, dan frekuensi ini bervariasi dari akson ke akson
bergantung pada bagian koklea tempat asal serat. Pada intensitas suara yang lebih kuat,
masing-masing akson melepaskan muatan untuk spektrum frekuensi suara yang lebih lebar
terutama terhadap frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi pada ambang
rangsangan. Penentu utama nada yang terdengar saat gelombang suara mengenai telinga
adalah tempat di organ corti yang terangsang paling maksimum. Perjalanan gelombang
yang ditimbulkan oleh suatu nada menghasilkan depresi puncak pada membran basilaris,
dan akibatnya perangsangan reseptor maksimum di satu titik. Dari berbagai bagian koklea
ke otak terdapat jalur-jalur tersendiri. Faktor lain yang berperan dalam persepsi nada pada
frekuensi suara yang kurang dari 2000 Hz mungkin adalah potensial aksi. Respons masing-
masing neuron ordo, terhadap perangsangan suara seperti respons masing-masing serat
saraf pendengaran adalah di nukleus koklear di batang otak.dan masing-masing jalur
tersebut menuju ke korteks pendengaran. Dan banyak neuron di korteks pendengaran
menerima masukan tersebut dan neuron-neuron tesebut berespon maksimum atau
minimum terhadap impuls tersebut1,3,4.
16
Jalur Pendengaran Sentral.
Dari nukleus koklear, impuls pendengaran berjalan melalui berbagai jalur ke kolikulus
inferior, pusat untuk refleks-refleks pendengaran dan melalui korpus genikulatum medial
di talamus ke korteks pendengaran. Yang lain masuk ke formatio retikularis. Informasi dari
kedua telinga bertemu di masing-masing oliva superior, dan tingkat yang lebih tinggi
sebagian besar neuron berespons terhadap input dari kedua telinga. Korteks pendengaran
primer, daerah Brodmann 41, terletak di bagian superior lobus temporalis.pada manusia,
korteks ini terletak di fissura Silvius. Terdapat beberapa daerah penerima pendengaran
tambahan, seperti beberapa daerah penerima untuk sensasi kulit. Daerah asosiasi
pendengaran yang terletak dekat dengan daerah penerima pendengaran prima
tersebar,meluas ke insula. Berkas olivokoklearis adalah berkas serat eferen yang mencolok
di masing-masing saraf auditorius yang berasal dari kompleks olivarius superior ipsilateral
dan kontralateral dan berakhir terutama disekitar dasar sel rambut luar organ corti.
Fisiologi Keseimbangan.6
Akselerasi atau deselerasi selama rotasi kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe
sehingga kupula ikut bergerak. Selain itu, adanya Akselerasi atau deselerasi
juga akan menimbulkan endolimfe mengalami kelembaman dan tertinggal
bergerak ketika kepala mulai berotasi sehingga endolimfe yang sebidang dengan
gerakan kepala akan bergeser ke arah berlawanan dengan arah gerakan kepala ( c o n t o h s e p e r t i
e f e k m e m b e l o k d a l a m m o b i l ) . H a l i n i j u g a m e n ye b a b k a n k u p u l a menjadi
condong ke arah berlawanan dengan arah gerakan kepala dan sel sel rambutdi dalam kupula
ikut bergerak bersamaan dengan kupula. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah
dan kecepatan yang sama maka endolimfe yang awalnya diamtidak ikut bergerak (lembam) akan
menyusul gerakan kepala dan sel rambut rambutakan kembali ke posisi tegak. Ketika
kepala melambat dan berhenti akan terjadi hal sebaliknya.
17
Sel rambut pada aparatus vestibularis terdiri dari satu kinosilium dan 20 50 streosilia. Pada saat
streosilia bergerak searah dengan kinosilium akan meregangkan, yang menghubungkan
streosilia dengan kinosilium yang teregangakan membuka saluran saluran ion gerbang
mekanis di sel sel rambut sehinggaakan menyebabkan Ca2+ dan K+ masuk ke dalam
sel sehingga terjadi depolarisasisedangkan pada saat streosilia bergerak berlawanan arah
dengan kinosilium maka tidak teregang dan saluran saluran ion gerbang mekanis di sel sel
rambut akantertutup sehingga akan menyebabkan Ca2+ dan K+ tidak dapat masuk ke
dalam selsehingga terjadi hiperpolarisasi. Sel rambut akan bersinaps pada ujung saraf
aferen dan akan masuk ke dalam saraf vestibular. Saraf ini
a k a n b e r s a t u d e n g a n s a r a f koklearis menjadi saraf vestibulokoklearis dan akan dibawa ke
nukleus vestibularis di b a t a n g o t a k . Dari nukleus vestibularis
a k a n k e s e r e b e l l u m u n t u k p e n g o l a h a n koordinasi, ke neuron motorik otot otot
ekstremitas dan badan untuk pemeliharaankeseimbangan dan postur yang diinginkan, ke neuron
motorik otot otot mata untuk control gerakan mata, dan ke SSP untuk persepsi gerakan dan
orientasi.
Pada sakulus dan utrikulus, sel sel rambut di organ otolit ini juga menonjolke dalam satu lembar
gelatinosa diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial di sel tersebut. Proses ini samadengan paa kanalis semisirkularis hanya
saja pada sakulus dan utrikulus terdapatotolith yang mengakibatkan gerakan akan menjadi
lebih lembam.Utrikulus berfungsidalam posisi vertikal dan horizontal
sedangkan sakulus berfungsi dalam kemiringankepala menjauhi posisi horizontal.
Fungsi Organ Pendengaran.7
Telinga Luar
1. Pinna
Terletak di lempeng tulang rawan yang terbungkus kulit dan terletak di kedua sisi
kepala. Memiliki fungsi untuk mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke
telinga tengah.
2. Meatus auditorius eksternus ( saluran telinga )
18
Saluran dari ekterior melalui tulang temporalis ke membrana timpani. Memiliki fungsi
mengarahkan gelombang suara ke membran timpani ; mengandung rambut-rambut
penyaring mensekresikan kotoran telinga untuk menangkap partikel-partikel asing.
3. Membrana timpani ( gendang telinga )
Membran tipis yang memisahkan telinga luar dan tengah. Memiliki fungsi bergetar
secara sinkron dengan gelombang suara yang mengenainya, menyebabkan tulang-
tulang pendengaran telinga tengah bergetar.
Telinga Tengah
4. Maleus, inkus, stapes
Rangkaian tulang yang dapat bergerak yang berjalan melintasi rongga telinga tengah :
maleus melekat ke membran timpani dan stapes melekat ke jendela oval. Memiliki
fungsi berosilasi secara sinkron dengan getaran membran timpani serta menimbulkan
gerakan seperti gelombang di perilimfe koklea dengan frekuensi yang sama.
Telinga Dalam
5. Koklea
Berfungsi sebagai tempat sistem sensorik untuk mendengar.
6. Jendela Oval
Terletak di membran tipis dipintu masuk koklea; memisahkan telinga tengah dari skala
vestibuli. Bergetar bersama dengan getaran stapes yang melekat padanya; gerakan
jendela oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak.
7. Skala Vestibuli
Terletak kompartemen atas koklea. Mengandung porilimfe yang dibuat oleh gerakan
jendela oval yang didorong oleh getarang tulang-tulang telinga tengah.
8. Skala Timpani
Terletak kompartemen bawah koklea. Mengandung porilimfe yang dibuat oleh
gerakan jendela oval yang didorong oleh getarang tulang-tulang telinga tengah.
9. Duktus Koklearis ( skala media )
Terletak kompratemen tengah koklea. Mengandung endolimfe; tempat membran
basilaris.
19
10. Membran Basilaris
Membentuk lantai duktus koklearis. Bergetar bersama dengan gerakan perilimfe;
mengandung organ Corti, organ indera untuk mendengar.
11. Organ Corti
Terletak di bagian atas dan di sepanjang membran basilaris. Mengandung sel rambut,
reseptor untuk suara, yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktu terletak akibat
gerakan cairan di koklea.
12. Membran Tetorial
Membran stasioner yang tergantung di atas organ Corti dan tempat sel-sel rambut
reseptor permukaan terbenam di dalamnya. Berfungsi sebagai tempat rambut sel
reseptor yang terbenam didalmnya menekuk dan membentuk potensial reseptor ketika
membran basilaris yang bergetar terhadap membran tektorial yang stasioner.
13. Jendela Bundar
Membran tipis yang memisahkan skala timpani dari telinga tengah. Bergetar bersama
dengan gerakan cairan di perilimfe untuk meredam tekanan didalam koklea; tidak
berperan dalam penerimaan suara.
Telinga Dalam
14. Kanalis Semisirkularis
Terletak pada tiga saluran semisirkulaler yang tersusun tiga dimensi dalam bidang-
bidang yang tehak lurus satu sama lain dekat koklea jauh di dalam tulang temporalis.
Berfungsi menditeksi akselerasi ( percepatan ) atau deselerasi ( perlambatan )
rotasional atau angular.
15. Aparatus Vestibularis
Tempat sistem sensorik untuk keseimbangan, dan memberikan masukan yang penting
untuk mempertahankan postur dan keseimbangan.
16. Utrikulus
Struktur seperti kantung di rongga bertulang antara koklea dan kanalis semisirkularis.
Berfungsi untuk mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi sumbu vertikal dan
mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara horiizontal.
17. Sakulus
20
Terletak di samping utrikulus. Berfungsi mendeteksi perubahan posisi kepala
menjauhi sumbu horisontal dan mengarahkan akselerasi dan deselerasi linear secara
vertikal.
4. Pemeriksaan Pendengaran.8
Ada beberapa test yang dilakukan untuk memeriksa ketajaman pendengaran yaitu tes berbisik dan
tes penala.
TES BERBISIK
Untuk pemeriksaan ini diperlukan ruang yang panjangnya 6 meter. Telinga yang tidak
diperiksa ditutup dengan jari penderita. Pemeriksa berdiri di sisi telinga yang akan diperiksa dan
orang yang diperiksa tidak boleh melihat ke arah pemeriksa. Dimulai dari jarak 6 meter dibisikkan
kata-kata yang dikenal penderita, terdiri dari 2 suku kata pada akhir ekspirasi. Dilakukan sebanyak
10 kata dan harus diulang oleh penderita. Apabila penderita tidak mampu mendengar dari jarak 6
meter maka pemeriksa maju mendekati penderita.
Pendengaran normal ialah apabila pasien dapat mengulangi kata-kata itu dengan baik dari
jarak 5-6 meter. Perlu diperhatikan, supaya ruangan tidak rebut.
TES PENALA
Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala, seperti tes
Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach.
Uji Rinne membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pendengaran pasien. Tangkai
penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien (hantaran tulang) hingga bunyi tidak
lagi terdengar; penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi yang sama (hantaran udara).
Telinga normal masih akan mendengar penala melalui hantaran udara, temuan ini disebut
Rinne positif (HU>HT). Hasil ini dapat dijelaskan sebagai hambatan yang tak sepadan. Pasien
dengan gangguan pendengaran sensorineural juga akan memberi Rinne positif seandainya
sungguh-sungguh dapat mendengar bunyi penala, sebab gangguan sensorineural seharusnya
mempengaruhi baik hantaran udara maupun hantaran tulang (HU>HT). Istilah Rinne negative
dipakai bila pasien tidak dapat mendengar melalui hantaran udara setelah penala tidak lagi
terdengar melalui hantaran tulang (HU<HT).
21
1. Uji Weber adalah seperti mengingat kembali pengalaman yang tidak asing, yaitu
mendengarkan suara sendiri lebih keras bila satu telinga ditutup. Gagang penala yang
bergetar di tempelkan di tengah dahi dan pasien diminta melaporkan apakah suara
terdengar di telinga kiri, kanan atau keduanya. Umumnya pasien mendengar bunyi penala
pada telinga dengan konduksi tulang yang lebih baik atau dengan komponen konduktif
yang lebih besar. Jika nada terdengar pada telinga yang dilaporkan lebih buruk, maka tuli
konduktif perlu dicurigai pada telinga tersebut. Jika terdengar pada telinga yang lebih baik,
maka dicurigai tuli sensorineural pada telinga yang terganggu. Fakta bahwa pasien
mengalami lateralisasi pendengaran pada telinga dengan gangguan konduksi dan bukannya
pada telinga yang lebih baik mungkin terlihat aneh bagi pasien dan kadang-kadang juga
pemeriksa. Uji Weber sangat bermanfaat pada kasus-kasus unilateral, namun dapat
meragukan bila terdapat gangguan konduktif maupun sensorineural (campuran), atau bila
hanya menggunakan penala frekuensi tunggal. Klinisi harus melakukan uji Weber bersama
uji lainnya dan tidak boleh diinterpretasi secara tersendiri.
Kesimpulan
Jadi, dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurangnya ketajaman pendengaran
dapat disebabkan karena terganggunya mekanisme pedengaran itu sendiri atau karena
tergnanggunya sistem keseimbangan pendengaran dan itu dapat diketahui melalui test
ketajaman pendengaran.
22
Daftar pustaka
1. L. Carlos Junqueira, Jose Carneiro. Histologi dasar. Edisi 18. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC: 2004.
2. P. van den Broek, F. Debruyne, l. Fessnstra. Ilmu kesehatan tenggorokan, hidung dan
telinga. Edisi 12. Jakarta. EGC: 2010. h. 39-49.
3. Diunduh dari http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=360,pada tanggal
21 april 2014.
4. Diunduh dari Sumber : http://www.audiotone.biz/typeofhearing-ind.php,pada tanggal 21
april 2014.
5. Diunduh dari http://www.audiotone.biz/typeofhearing-ind.php,pada tanggal 21 april 2014
6. Efianty Arsyad Soepardi, Nurbaiti Iskandar. Telinga hidung tenggorokan kepala leher.
Edisi 5. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas indonesia: 2004.
7. Sherwood Lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta. EGC: 2001. Hal 178.
8. 22 Maret 2010. Test pendengaran. Di unduh dari
http://ghifarifaza.wordpress.com/2010/03/22/bunyi/ 14 April 2012.
23