Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau
disertai radang parenkim paru (Alsagaff, 2009). ISPA menjadi perhatian bagi
anakanak (termasuk balita) baik dinegara berkembang maupun negara maju
karena anak-anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah sehingga akan
sangat rentan terserang ISPA, itulah yang menyebabkan angka prevalensi dan
gejala ISPA sangat tinggi bagi anak-anak dan balita (Riskerdas, 2013).
Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per
tahun (WHO, 2008). Prevalensi nasional ISPA 25% (16 provinsi di atas angka
rasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2% dan balita 3%,
sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5%. Angka
ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan terendah pada kelompok 15-24
tahun. Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan meningkatnya umur,
antara laki-laki dan perempuan relatif sama dan sedikit lebih tinggi di pedesaan.
ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat
pengeluaran per kapita lebih rendah (Riskerdas, 2013). ISPA juga merupakan salah
satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40-60%
kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di bagian rawat
jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Depkes RI, 2008).
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan RI
menetapkan 10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat
untuk mencapai tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah
Program Pencegahan Penyakit Menular termasuk penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (Depkes RI, 2008). Secara umum terdapat tiga faktor risiko
terjadinya ISPA, yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku.
Faktor lingkungan meliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap
hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi),
ventilasi rumah dan kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak,
berat badan lahir, status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku
meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif
keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA (WHO, 2012; Prabu, 2009).
TINJAUAN PUSTAKA
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 8
4 Perawat Gigi 1
5 Bidan 10
7 Analis 2
8 Sanitarian 1
9 Azki/TPG 1
10 Pekarya/Rekam Medis 6
11 Pelaksana 2
12 Fisioterapi 0
13 Tenaga Sukarela (R/R) 4
14 Magang 1
15 Cleaning Service 1
16 Juru Masak 1
17 Penjaga Malam 1
TOTAL 44
Sarana Transportasi
1. Sepeda Motor : 11 buah
2. Ambulans : 2 buah
Fasilitas di Puskesmas DTP Serang Kota
Puskesmas DTP Serang Kota terdiri dari 3 Gedung, yaitu :
1. Gedung A
Fasilitas di Gedung A terdiri dari :
a. Pendaftaran
b. BP Umum
c. BP PTM
d. MTBS
e. Apotek
f. Klinik Sanitasi
g. Klinik Paru
h. Koperasi
2. Gedung B
Fasilitas di Gedung B terdiri dari :
a. Laboratorium
b. BP Gigi
c. Fisioterapi
d. Klinik Rosela (LJASS)
e. Klinik Gizi
f. Gudang Farmasi
g. Ruang Kepala Puskesmas
h. Ruang Tata Usaha
i. Perpustakaan
j. Mushola
k. Aula
3. Gedung C
Fasilitas di Gedung C terdiri dari :
a. UGD
b. Rawat Inap
c. Ruang Bersalin
d. Ruang Nifas
e. KIA/KB
f. Imunisasi
g. USG
h. Klinik IVA
4. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
Indikator 10 Besar Penyakit di Puskesmas Serang Kota merupakan
informasi yang penting untuk mengatahui cakupan pelayanan kesehatan di
Puskesmas, khususnya dalam penanganan kasus penyakit. Kasus 10 Besar
penyakit terbanyak di Puskesmas Serang Kota April- Juni 2016:
Tabel 6. Daftar kunjungan 10 penyakit terbanyak
No. Penyakit Kunjungan
April Mei Juni
1. ISPA 641 647 654
2. Batuk 579 324 579
3. Demam 301 303 301
4. Hipertensi 268 263 268
5. Gangguan Kulit 173 171 173
6. Gastritis 157 165 165
7. Gangguan gigi 157 157 157
8. Penyakit pulpa 125 125 125
9. Sakit kepala 115 115 115
10. Faringitis 112 1112 112
Grafik 1. Penemuan Kasus ISPA pada Balita di PKM Serang Kota tahun 2014
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Bukan Pneumonia Pnemonia Meninggal
Faktor Host:
Usia
Jenis Kelamin
Status Imunisasi
ASI Ya
Kejadian ISPA
Tidak
Tidak Ada
Faktor Lingkungan:
Kebiasaan Merokok
di dalam rumah
Ada
Keterangan :
: variabel bebas
: variabel terikat
F. HIPOTESIS
Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian
ISPA pada bayi dan Balita di Desa Ciloang wilayah kerja Puskesmas Serang Kota
tahun 2016.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh dari subyek penelitian secara langsung dan data sekunder dari Profil
Puskesmas Serang Kota.
B. Ruang Lingkup Kerja
Ruang lingkup kerja penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Serang
Kota Desa Ciloang Posyandu Payus yang melibatkan ibu yang mempunyai balita.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dalam rentang usia
2 bulan 5 tahun yang bertempat tinggal dan masuk dalam wilayah kerja
Puskesmas Serang Kota
2. Sampel
Sampel dari penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dalam rentang usia 2
bulan 5 tahun, baik yang ISPA maupun non-ISPA, yang bertempat tinggal
dan menetap di Desa Ciloang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
simple random sampling. Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Z2 PQ
n=
d2
n = 38.8 = 40 sampel
Keterangan :
n = Besar sampel
z = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu (1.96 pada
0.05)
P = Nilai proporsi penyakit ISPA (P = 0.35)
Q = 1-P
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (15%)
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Setiap ibu yang memiliki balita dengan rentang usia 2 bulan 5 tahun
yang berada di Desa Ciloang posyandu Payus.
b. Setiap ibu yang memiliki balita yang sedang menderita ISPA ataupun
tidak.
c. Setiap ibu yang memiliki balita yang bersedia menjadi subyek
penelitian.
2. Kriteria Eksklusi
Setiap ibu yang memiliki balita yang tidak bersedia menjadi subyek
penelitian.
E. Variabel Penelitian
a) Variabel Bebas : Kebiasaan merokok di dalam rumah
b) Variabel Terikat : Kejadian ISPA pada anak
F. Definisi Operasional
1. Kebiasaan merokok di dalam rumah
a. Definisi :
Ada tidaknya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah yang
aktif merokok, dan telah merokok sekurang kurangnya selama 1
tahun.
b. Kriteria :
Ada dan tidak ada yang merokok di dalam rumah
c. Alat Ukur :
Kuesioner
d. Skala :
Nominal
2. ISPA
a. Definisi :
Seorang balita yang sedang menderita penyakit Infeksi saluran
pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan,
pilek, demam dan sakit kepala.
Diagnosis ISPA ditegakkan berdasarkan gejala klinis : (Nelson)
1) Nasopharingitis Akut : gejala meliputi panas, pilek, hidung
tersumbat, iritasi pada mucosa hidung dan pharing, pusing, malaise,
nafsu makan turun.
2) Pharingitis Akut : gejalanya yang menonjol adalah nyeri
tenggorokan dan sakit menelan yang mungkin didahului oleh pilek
atau gejala influenza lainnya. Nyeri ini kadang sampai ke telinga
(otalgia) karena adanya nyeri alih (referred pain) oleh N IX.
Hyperemia pada jaringan limfoid dinding belakang pharing yang
kadang disertai folikel bereksudat menandakan adanya infeksi
sekunder pada permukaannya mungkin terlihat alur-alur secret
mukopurulen.
3) Rhinitis : Ingus kental umumnya menunjukkan telah ada infeksi
sekunder oleh bakteri. Rinitis alergi maupun rhinitis vasomotor
mudah dibedakan dari rhinitis infeksi karena ingus yang putih dan
encer yang hanya keluar saat serangan saja. Pada rhinitis atropi ingus
kental diserta krusta berwarna hijau.
b. Kriteria :
Ya dan Tidak
c. Alat Ukur :
Kuesioner
d. Skala :
Nominal
G. Instrumen Pengambilan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
merupakan jenis data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Pertanyaan yang terdapat pada kuesioner meliputi data demografi, pekerjaan,
kebiasaan merokok di dalam rumah dan kejadian ISPA. Serta disertai dengan
penyuluhan mengenai penyakit ISPA dan bahaya merokok di dalam rumah.
H. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi tentang rentang usia
anak, jenis kelamin anak, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penggunaan
kayu bakar, penggunaan obat nyamuk bakar, imunisasi dasar, asi ekslusif,
kebiasaan merokok di dalam rumah, kategori perokok serta kejadian ISPA. Data
disajikan dalam bentuk tabel frekuensi distribusi untuk semua variabel yang
diteliti.
2. Analisis Analitik
Analisis bivariat dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat yang terdapat dalam hipotesis
penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square tabel 2x2.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Ciloang. Penelitian ini diawali
dengan membagikan kuesioner yang kemudian diisi oleh para responden.
Kuesioner disebarkan kepada 40 responden, terdiri dari laki-laki 47,5% (19
responden) dan perempuan 52,5% (21 responden).
Tabel 9. Distribusi Karakteristik Ibu Balita Responden Penelitian
A. KESIMPULAN
1. Karakteristik responden di Desa Ciloang wilayah kerja Puskesmas Serang
Kota sebagian besar umur responden > 1 tahun - 5 tahun, pendidikan
terakhir orang tua responden sebagian besar adalah SMP, pekerjaan orang
tua responden sebagian besar adalah pekerjaan buruh, dan jenis kelamin
sebagian besar responden adalah perempuan.
2. Pengetahuan orang tua responden mengenai ISPA masih kurang dan ini
menjadi faktor yang dapat meningkatkan kejadian ISPA pada anak.
3. Kebanyakan anggota keluarga dari responden memiliki kebiasaan
merokok di dalam rumah, hal tersebut dapat meningkatkan kejadian ISPA
pada anak yang tinggal dalam satu rumah.
4. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok orang tua dan anggota
keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada balita
di wilayah kerja Puskesmas Serang Kota.
B. SARAN
1. Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan agar dapat meningkatkan
perencanaan dalam penanganan ISPA melalui pendidikan kesehatan kepada
masyarakat dan masukkan data bagi RAPBD.
2. Bagi tenaga kesehatan agar dapat lebih memperhatikan manajemen yang
terukur, sistematis kepada orangtua dan anak, agar dapat mencegah kejadian
ISPA.
3. Kepada mahasiswa kedokteran dan bidang kesehatan yang lain, agar
sekiranya dapat mengembangkan penelitian ini lebih mendalam tentang
deteksi dini ISPA.
DAFTAR PUSTAKA
KUESIONER
INFORMED CONSENT
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Alamat :
No Telephone / HP :
()
LAMPIRAN
KUESIONER
A. KARATEKRISTIK SUBYEK
Responden
(..........................)
Kebiasaan merokok dalam rumah * Kejadian ISPA Crosstabulation
Chi-Square Tests
Kejadian ISPA
ISPA TIDAK ISPA Total
Pengetahuan ibu BAIK Count 8 11 19
mengnai ISPA % of Total 20.0% 27.5% 47.5%
KURANG Count 17 4 21
% of Total 42.5% 10.0% 52.5%
Total Count 25 15 40
% of Total 62.5% 37.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Total Count 25 15 40
% of Total 62.5% 37.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests
Penyuluhan
s