Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
mengetahui bahwa TB dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat
menyebutkan dua tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dipahami oleh 51%
keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia obat TBC gratis (Depkes
2011). Dari hasil survei tersebut menunjukkan bahwa masih ada keluarga yang belum
memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit tuberkulosis.
1.6 Manfaat
1. Sebagai pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis paru
mengingat Jakarta Barat memiliki angka kasus baru yang cukup tinggi
2. Sebagai bahan informasi mengenai pentingnya upaya pencegahan Tuberkulosis
paru dalam rangka menurunkan angka penularan Tuberkulosis paru di wilayah
Pekojan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pengetahuan
1.1.1 Definisi
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil Tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan,
2
pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.
1.1.2 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Pengukuran tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk
mengetahui status pengetahuan seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari
masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban
dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya
berupa persentasi dengan rumus yang digunakan sebagai berikut:
1.2 Tuberkulosis
1.2.1 Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
1.2.2 Patogenesis
Patogenesis tuberkulosis paru terbagi menjadi dua, yaitu tuberkulosis
primer dan tuberkulosis post-primer. Pada tuberkulosis primer, penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Bila partikel infeksius ini terisap oleh
orang sehat, ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Bila kuman
menetap di jaringan paru, kuman tersebut bertumbuh dan berkembang biak
dalam sitoplasma makrofag dan membentuk sarang tuberkulosis pneumonia
kecil yang disebut sarang primer atau afek primer. Dari sarang primer akan
timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal), dan
3
diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfadenitis regional). Sarang
primer bersama-sama dengan limfangitis regional disebut sebagai kompleks
primer.
Kuman yang dorman pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis post-primer,
biasanya pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post primer mempunyai nama
yang bermacam macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized
tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah
yang terutama menjadi problem kesehatan rakyat, karena dapat menjadi sumber
penularan.
4
Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan TB
khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka
terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan
identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan
dalam beberapa situasi :
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu
melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar
internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality Assurance)
oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan
tersebut memberikan simpulan yang benar sehinggga kemungkinan kesalahan
dalam pengobatan MDR dapat dicegah.
Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu
sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa
ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB
nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan
dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan
indikasinya.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru
tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur
prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
Diagnosis TB ekstra paru dilihat dari gejala organ yang terkena, misalnya
kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas
tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lain-lainnya. Diagnosis pasti
sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan
gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode pengambilan bahan
5
pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
2.1.2 Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Paduan obat anti tuberkulosis yang
dipakai program sesuai dengan rekomendasi WHO berupa OAT jangka pendek
yang terdiri dari 4 kategori. Setiap kategori terdiri dari 2 fase pemberian yaitu
6
fase awal/intensif dan fase lanjutan/intermiten. Adapun perincian OAT program
adalah sebagai berikut :
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan. Untuk menjamin
kepatuhan pasien menelan obat agar dicapai kesembuhan dan mencegah
resistensi serta mencegah drop out/lalai, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia
menggunakan panduan OAT:
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Kategori 3 : 2 HRZ/4H3R3
7
Dosis Kategori 1
8
Nama Obat Efek Samping
1. Isoniazid (INH) Neuritis perifer, ikterus, hipersensitivitas, mulut kering,
nyeri epigastrik, tinitus, retensio urine dan
methemoglobinemia
2. Rifampisin Ikterus, flu-like syndrome, syndrome Redman, nyeri
epigastrik, reaksi hipersensitivitas, dan supremi
imunitas
3. Etambutol Neuritis optik, gout, artralgia, anoreksia, mual muntah,
disuria, malaise dan demam
4. Pirazinamid Gangguan hati, gout, artralgia, anoreksia, mual
muntah, disuria, malaise dan demam
5. Streptomisin Hipersensitivitas, vertigo, tuli, gangguan fungsi ginjal
Tabel 2.4 Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis
Efek samping OAT dapat dibedakan menjadi efek samping berat dan efek
samping ringan. Efek samping berat yaitu efek samping yang dapat menjadi
sakit serius. Dalam kasus ini maka pemberian OAT harus dihentikan dan
penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialistik sedangkan untuk efek
samping ringan yaitu hanya menyebabkan sedikit perasaan yang tidak enak.
Gejala-gejala ini sering dapat ditanggulangi dengan obat-obatan simptomatik
atau obat sederhana, tetapi kadang-kadang menetap untuk beberapa waktu
selama pengobatan. Dalam hal ini pengobatan OAT dapat diteruskan.
9
sakit perut malam sebelum tidur
Warna kemerahan pada air Perlu penjelasan kepada
seni pasien
Purpura dan renjatan (syok) Hentikan Rifampisin
Pirazinamid Nyeri sendi Beri aspirin
INH Kesemutan sampai rasa terbakar Beri vitamin B6
di kaki (piridoxin) 100mg/hari
Streptomisin Tuli Ganti dengan Etambutol
Gangguan keseimbangan Ganti dengan Etambutol
Etambutol Gangguan pengelihatan Hentikan Etambutol
Semua OAT Ikterus tanpa penyebab lain Hentikan OAT sampai
Bingung dan muntah-muntah ikterus hilang dan
(permulaan ikterus karena lakukan tes fungsi hati
obat)
Tabel 2.5 Efek Samping Berat OAT dan Penatalaksanaannya
10
Meninggal : Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena
sebab apapun.
Pindah: Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03
yang lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
BAB III
METODE
11
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Pekojan I Jakarta
Barat.
12
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah
warga melalui wawancara terpimpin, analisis, dan observasi di Kelurahan
Pekojan I Jakarta Barat.
b. Data sekunder
Dari data yang didapat dari Puskesmas Pekojan I, berupa data 10 penyakit
terbanyak di Puskesmas Kelurahan Pekojan I.
c. Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet mengenai penyakit Tuberkulosis
paru dan upaya pencegahannya.
13
BAB IV
HASIL ANALISA
14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Promosi kesehatan tentang penyakit TB paru dan pencegahannya agar ditingkatkan
kembali, seperti membuat media promosi deteksi dini TB paru. Sehingga dapat
menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan
penyakit TB paru
2. Disarankan agar penjaringan kasus ditingkatkan melalui ACF (Actife Case Finding)
dan Deteksi Dini Kasus TB oleh kader Posyandu dan petugas kesehatan
3. Petugas kesehatan tetap memberikan dorongan dan motivasi kepada masyarakat
untuk melakukan pengobatan teratur bagi penderita TB
15