You are on page 1of 5

MANAJEMEN KEPERAWATAN

BERANDA BLOG
PERENCANAAN KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
MONITORING KEPERAWATAN
EVALUASI
JURNAL
MODEL MANAJEMEN
PHOTO VIDEO
MANAJEMEN MUTU
KONTAK
REGISTER

Kamis, 20 Desember 2012


Supervisi dalam keperawatan

1. Pengertian Supervisi
Supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas keperawatan
(Swansburg & Swansburg, 1999). Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing,
mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus
menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana (Kron, 1987).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa supervisi merupakan suatu cara yang
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah :
Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut
bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan
dengan hasil yang baik (Suarli, 2009).
3. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat, diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja, peningkatan ini erat kaitannya dengan peningkatan
pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja
yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b. Dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja, peningkatan ini erat kaitannya dengan makin
berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,
harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Azwar 1996, dalam Nursalam, 2007).
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, maka sama artinya bahwa tujuan organisasi
telah tercapai dengan baik.

4. Prinsip Supervisi (Suyanto, 2009)


Agar supervisi dapat dijalankan dengan baik maka seorang suprvisor harus memahami prinsip-
prinsip supervisi dalam keperawatan sebagai berikut :
a. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi
b. Didasarkan atas hubungan profesional dan bukan pribadi.
c. Kegiatan direncanakan secara matang.
d. Bersifat edukatif, supporting dan informal.
e. Memberikan perasaan aman pada staf dan pelaksana keperawatan
f. Membentuk hubungan kerjasama yang demokratis antara supervisor dan staf.
g. Harus objektif dan sanggup mengadakan self evaluation.
h. Harus progresif, inovatif, fleksibel dan dapat mengembangkan kelebihan masing-masing
perawat yang disupervisi.
i. Konstruktif dan kreatif dalam mengembangkan diri disesuaikan dengan kebutuhan.
j. Dapat meningkatkan kinerja bawahan dalam upaya meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan.
k. Suprvisi dilakukan secara teratur dan berkala.
l. Supervisi dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan.

5. Cara Supervisi (suyanto, 2009)


Supervisi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, penerapannya disesuaikan dengan
situasi dan kondisi serta tujuan supervisi.
a. Supervisi Langsung :
Supervisi dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung. Cara supervisi ini
ditujukan untuk bimbingan dan arahan serta mencegah dan memperbaiki kesalahan yang terjadi.
Cara supervisi terdiri dari :
1. Merencanakan
Seorang supervisor, sebelum melakukan supervisi harus membuat perencanaan tentang apa yang
akan disupervisi, siapa yang akan disupervisi, bagaimana tekniknya, kapan waktunya dan alasan
dilakukan supervisi (Kron, 1987).
Dalam membuat perencanaan diperlukan unsur-unsur : Objektif / tujuan dari perencanaan,
Uraian Kegiatan, Prosedur, Target waktu pelaksanaan, penanggung jawab dan anggaran (Suarli,
2009).
2. Mengarahkan
Pengarahan yang dilakukan supervisor kepada staf meliputi pengarahan tentang bagaimana
kegiatan dapat dilaksanakan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam memberikan
pengarahan diperlukan kemampuan komunikasi dari supervisor dan hubungan kerjasama yang
demokratis antara supervisor dan staf.
Cara pengarahan yang efektif adalah :
Pengarahan harus lengkap
Menggunakan kata-kata yang tepat
Bebicara dengan jelas dan lambat
Berikan arahan yang logis.
Hindari memberikan banyak arahan pada satu waktu.
Pastikan bahwa arahan dipahami.
Yakinkan bahwa arahan supervisor dilaksanakan sehingga perlu kegiatan tindak lanjut.

3. Membimbing
Agar staf dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dalam melakukan suatu pekerjaan,
staf perlu bimbingan dari seorang supervisor. Supervisor harus memberikan bimbingan pada staf
yang mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, bimbingan harus diberikan dengan
terencana dan berkala. Staf dibimbing bagaimana cara untuk melakukan dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Bimbingan yang diberikan diantaranya dapat berupa : pemberian penjelasan,
pengarahan dan pengajaran, bantuan, serta pemberian contoh langsung.

4. Memotivasi
Supervisor mempunyai peranan penting dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan
organisasi. Kegiatan yang perlu dilaksanakan supervisor dalam memotivasi antara lain adalah
(Nursalam, 2007) :
Mempunyai harapan yang jelas terhadap staf dan mengkomunikasikan harapan tersebut
kepada para staf.
Memberikan dukungan positif pada staf untuk menyelesaikan pekerjaan.
Memberikan kesempatan pada staf untuk menyelesaikan tugasnya dan memberikan
tantangan-tantangan yang akan memberikan pengalaman yang bermakna.
Memberikan kesempatan pada staf untuk mengambil keputusan sesuai tugas limpah yang
diberikan.
Menciptakan situasi saling percaya dan kekeluargaan dengan staf.
Menjadi role model bagi staf.
5. Mengobservasi (Nursalam, 2007)
Untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi staf dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan, maka supervisor harus melakukan
observasi terhadap kemampuan dan perilaku staf dalam menyelesaikan pekerjaan dan hasil
pekerjaan yang dilakukan oleh staf.

6. Mengevaluasi
Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan, apabila suatu pekerjaan sudah selesai
dikerjakan oleh staf, maka diperlukan suatu evaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana yang telah disusun sebelumnya.
Evaluasi juga digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dikerjakan sesuai
dengan ketentuan untuk mencapai tujuan organisasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan cara
menilai langsung kegiatan, memantau kegiatan melalui objek kegiatan. Apabila suatu kegiatan
sudah di evaluasi, maka diperlukan umpan balik terhadap kegiatan tersebut.
b. Supervisi Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan tertulis, seperti laporan pasien dan catatan asuhan
keperawatan dan dapat juga dilakukan dengan menggunakan laporan lisan seperti saat timbang
terima dan ronde keperawatan. Pada supervisi tidak langsung dapat terjadi kesenjangan fakta,
karena supervisor tidak melihat langsung kejadian dilapangan. Oleh karena itu agar masalah
dapat diselesaikan , perlu klarifikasi dan umpan balik dari supevisor dan staf.

Diposting oleh Safrudin di 23.11


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

1 komentar:

1.

Jeviliya Elvin Anggarwati27 Februari 2017 17.33

Sumbernya pak?

Balas

Tambahkan komentar
Muat yang lain...

terima kasih Anda telah berkunjung ke blog saya, komentar, saran dan tulisan Anda sangat kami
perlukan

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Custom Search

You might also like