You are on page 1of 17

Pembuatan Biodiesel Dari Biji

Ketapang Dengan Katalis


Tandan
Kosong Kelapa Sawit Sebagai
Sumber Energi Alternatif Yang
Ramah Lingkungan

RINGKASAN
Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak
digunakan diberbagai negara pada saat ini. Kebutuhan bahan bakar ini selalu meningkat,
seiring dengan penggunaannya di bidang industri maupun transportasi. Hal ini mengakibatkan
cadangan minyak bumi semakin menipis dan harus ada sumber energi yang dapat
menggantikannya. Energi terbarukan merupakan bahan bakar yang bisa digunakan sebagai
sumber energi minyak bumi. Energi terbarukan yang paling besar dikembangkan oleh para
peneliti adalah biodiesel dan bioetanol. Biji ketapang dapat digunakan sebagai bahan energi
terbarukan karena biji ketapang mampu menghasilkan minyak nabati yang sesuai dengan
standar. Minyak dari biji ketapang bisa dijadikan pembuatan biodiesel sekaligus bioetanol dari
hasil samping produk biodiesel. Agar pembuatan energi terbarukan dari minyak biji ketapang
lebih efektif dan efisien maka penulis menggagas Desain Reaktor Myke (Minyak Biji
Ketapang) : Solusi Penghasil Energi Terbarukan.
Tujuan dari penulisan gagasan ini adalah memberikan informasi tentang potensi
reaktor minyak biji ketapang sebagai usulan penghasil biodiesel dan bioetanol, merancang
reaktor minyak biji ketapang yang tepat, efektif dan efisien dalam menghasilkan bioenergi yang
ekonomis dan ramah lingkungan. Metode Penulisan yang digunakan dalam proses penyusunan
karya tulis ini adalah dengan metode pengumpulan dasar-dasar teori dan hasil penelitian,
seleksi data yang tepat dan akurat, pengolahan dan penyusunan data secara sistematis, dan
penarikan kesimpulan.
Langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk merealisasikan gagasan yang
dicanangkan yaitu : (1) adanya kerjasama yang dibangun oleh Pemerintah, Kementrian Riset
dan Teknologi, Industri bioenergi dan masyarakat; (2) pembuatan reaktor berbasis myke; (3)
pengujian dan pengawasan reaktor berbasis Myke; (4) penerapan reaktor berbasis myke dan
pemasaran bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar minyak bumi yang efisien dan
ramah lingkungan. Bekerjasama dengan teknik mesin untuk menentukan komponen-
komponen penyusun reaktor minyak biji ketapang yang berkualitas, ramah lingkungan, hemat
energi, dan ekonomis. Gagasan penyusunan desain reaktor minyak ketapang sebagai solusi
mengatasi krisis energi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produk bahan bakar berbahan
baku minyak biji ketapang sehingga dapat dicapai kelayakan ekonomis pada produksi baik
skala kecil maupun skala besar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, minyak bumi masih berperan sebagai sumber daya energi dan bahan bakar
utama dalam negeri. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia, konsumsi bahan
bakar yang berasal dari minyak bumi, makin terus meningkat dari tahun ke tahun. Sementara
itu, cadangan minyak bumi Indonesia makin menipis, sehingga energi terbarukan perlu dicari
untuk mengganti bahan bakar yang berasal dari minyak bumi (Suwarso dkk, 2003). Energi
terbarukan yang dikembangkan oleh peneliti adalah biodiesel dan bioetanol. Biodiesel
adalah mono alkil ester asam lemak rantai panjang yang diturunkan dari bahan baku lemak
sebagai sumber yang dapat diperbaharui, seperti minyak nabati dan lemak hewani, untuk
digunakan dalam mesin diesel (ASTM, 2003 dalam Kartika dkk, 2012). Sedangkan bioetanol
adalah etanol yang dibuat dari biomassa yang mengandung komponen pati atau selulosa
(Hambali dkk, 2007).
Bahan energi terbarukan yang bisa digunakan adalah minyak nabati (Awaludin dkk,
2009). Dalam suatu penelitian penggunaan minyak nabati seperti kelapa sawit bisa dijadikan
biodiesel sebagai pencampur minyak diesel (Masjuki & Zaki, 1995) serta hasil samping
produksi biodiesel (gliserol) dapat dimanfaatkan sebagai pembuatan bioetanol (Hambali dkk,
2007). Namun minyak nabati yang berasal dari kelapa sawit, jagung, kacang tanah, kedelai,
bunga matahari akan bersaing dengan kebutuhan pangan di Indonesia. Untuk menanggulangi
masalah tersebut maka perlu ditingkatkan pencarian alternatif sumber energi terbarukan yang
tidak bertentangan dengan bahan pangan.
Tanaman ketapang termasuk famili Moraceae yang merupakan tanaman perdu dengan
tinggi dapat mencapai 40 meter dan dapat tumbuh dengan baik di tanah yang tidak memiliki
kesuburan tinggi, dari dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut
(Gani, 2000). Biji ketapang merupakan sumber minyak yang bisa dijadikan energi terbarukan
(Damayanti, 2011), karena biji ketapang mengandung minyak sebesar 40,15% (Balogun dan
Fetuga, 1985 dalam Handayani dan Subagus, 2008). Menurut Damayanti (2011) dan Riyanti
(2012), minyak biji ketapang dapat dijadikan sebagai biodiesel. Gliserol dari produk
sampingnya dapat digunakan sebagai bahan baku dalam produksi butanol dan etanol melalui
proses fermentasi. Dengan demikian, gliserol yang tersedia dalam jumlah yang besar
berpeluang untuk dikonversi menjadi bioetanol (Yazdani dan Gonzales, 2007). Selain tidak
bertentangan dengan bahan pangan, tumbuhan ketapang banyak tertanam di berbagai pulau
Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menggagas Desain Reaktor Berbasis
Myke (Minyak Biji Ketapang) : Sebuah Usulan Penghasil Energi Terbarukan.

Tujuan dan Manfaat


Tujuan
Berdasarkan latarbelakang diatas maka tujuan yang ingin dicapai melalui penyusunan program
kreativitas mehasiswa gagasan tertulis ini adalah sebagai berikut :

1. 1. Mengetahui potensi reaktor minyak biji ketapang sebagai usulan penghasil biodiesel
dan bioetanol.
2. 2. Untuk mengetahui rancangan reaktor minyak biji ketapang yang tepat, efektif dan efisien
dalam menghasilkan bioenergi yang ekonomis dan ramah lingkungan.

Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan program kreativitas mahasiswa gagasan
tertulis ini adalah sebagai berikut :
Bagi penulis
Menambah wawasan mengenai bahan bakar fosil, sumber energi terbarukan, manfaat minyak biji ketapang serta
cara mengolahnya menjadi bioenergi.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai rancangan reaktor proses pembuatan biodiesel dan bioetanol
sebagai energi terbarukan yang dapat dihasilkan di Indonesia.

GAGASAN
Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Damapak negatif bahan bakar fosil terhadap lingkungan dan keterbatasan persediaan
telah membawa kita kepada pencarian sumber energi alternatif. Permasalahan yang dihadapi
meliputi tinggiya harga bahan bakar fosil, kenaikan jumlah impor minyak bumi akibat
tingginya konsumsi bahan bakar nasional, serta cadangan minyak bumi yang semakin menipis
(Hambali dkk, 2007). Oleh karena itu, krisis bahan bakar fosil yang dialami di dunia saat ini
memberikan dampak cukup besar di berbagai negara, terutama Indonesia. Bahan bakar minyak
bumi yang sangat terbatas dan sifatnya tidak terbarukan diprediksikan akan
menyebabkan kelangkaan (Widyastuti, 2007). Cadangan sumber energi bahan bakar fosil
dunia khususnya minyak bumi, diperkirakan hanya akan cukup untuk 30-50 tahun lagi
(Nugroho, 2006). Ketersedian bahan bakar di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.
Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan
mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan yaitu menggunakan bahan bakar nabati.
Kelebihan dari bahan bakar nabati adalah menurunkan efek rumah kaca, biodegradable, tidak
toksik, serta secara spesifik menurunkan kadar CO 65%, CO2 78%, SO2 90% dan karbon
tidak terbakar 50% jika dibandingkan bahan bakar fosil (Firdaus dkk, 2013). Minyak dari bahan
bakar nabati dapat diperoleh dari biji ketapang karena mengandung unsur minyak yang sesuai
dengan standar mutu Indonesia (Handayani dan Subagus, 2008). Kandungan dari minyak biji
ketapang bisa dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Ketersediaan Energi Fosil Indonesia
Energi Fosil Minyak Bumi Gas Batu Bara

Sumber Daya 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 57 miliar ton

Cadangan 9 miliar barel 182 TSCF 19,3 miliar ton


(proven+possible)

Produksi per tahun 500 juta barel 3 TSCF 130 juta ton

Ketersediaan (tanpa 23 62 146


eksplorasi cadangan)
tahun
Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (2006) dalam Nugroho (2006).
Tabel 2. Komposisi Asam Lemak Bebas dari Minyak Biji Ketapang
Asam lemak bebas Kadar (%)1 Kadar (%)2

Palmitat(35:0) 35 35,26

Stearat(18:0) 5 4,55
Oleat(18:1) 32 38,72

Linoleat(18:2) 28 20,57
Sumber : Damayanti (2011).
Tabel di atas menunjukkan kandungan biji ketapang berpotensi sebagai sumber energi
terbarukan yaitu pembuatan biodiesel. Biodiesel bisa dihasilkan melalui proses
transesterifikasi dengan katalis basa (Kartika dkk, 2012). Selain itu didapatkan gliserol sebagai
hasil samping pembuatan biodiesel. Gliserol merupakan senyawa organik dengan tiga atom
karbon dengan gugus alkohol pada masing-masing karbon yang dapat dijadikan sebagai bahan
baku bioetanol dengan proses fermentasi (Bajammal dkk., 2006) Namun hal di atas masih
dalam sekala labolatorium. Untuk mengatasi hal tersebut penulis menggagas Desain Reaktor
Berbasis Myke (Minyak Biji Ketapang) : Sebuah Usulan Penghasil Energi
Terbarukan. Proses transesterifikasi dalam biodiesel serta fermentasi dalam bioetanol
merupakan proses yang paling penting dalam produksi bioenergi. Skema pembuatan biodiesel
dan bioetanol dari minyak biji ketapang bisa dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Skema pembuatan biodiesel dan bioetanol dari minyak biji ketapang
Keterangan: A. Biji ketapang; B. Alat pengepres; C. Minyak ketapang; D. Metoksida (dari campuran katalis
dan metanol); E. Reaktor biodiesel; F. Biodiesel; G. Gliserol; H. Reaktor bioetanol; I. Bioetanol

Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan untuk Memperbaiki Keadaan Pencetus
Gagasan
Upaya pemerintah dan ilmuan yang dilakukan dalam menangani krisis bahan bakar
adalah dengan meneliti mengenai penggunaan minyak nabati. Salah satunya adalah pembuatan
biodiesel dari minyak jelantah menggunakan katalis magnesium silica dengan metode
pencucianDry-Wash sistem menghasilkan biodiesel yang sesuai SNI (Darmawan dan Wayan,
2013).Sedangkan penelitian Khairi (2007), menghasilkan biodiesel dari minyak sawit dengan
katalis abu tandan kosong dengan konversi biodiesel 84,12%. Penelitian tentang bioetanol juga
dapat dihasilkan dari ubi kayu (Arnata dkk., 2013). Dari hal di atas biodiesel dan bioetanol bisa
digunakan sebagai bahan bakar namun memiliki beberapa kelemahan dalam proses
pembuatannya yang cukup mahal dan bahan baku yang bersinggungan dengan bahan pangan
di Indonesia.

Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan
Yang Diajukan
Saat ini bahan baku yang digunakan sebagai energi terbarukan pada umumnya berbahan
dasar seperti minyak kelapa sawit (Yoeswono, 2008), minyak goreng (Utomo, 2011), dan
kacang tanah (Purwati dan Hartiwi, 2007). Bahan yang digunakan mempunyai daya saing dan
pemanfaatannya sebagai bahan pangan misalnya minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng,
kacang tanah sebagai bahan makanan sehari-hari, bahan jagung sebagai bahan makanan.
Minyak biji ketapang dipilih sebagai sumber energi terbarukan karena tumbuhan ketapang
banyak terdapat di seluruh Indonesia, tidak bersaing dengan bahan pangan, tidak bersaing
dengan lahan pertanian untuk budidaya.
Pihak-pihak Terkait yang Dipertimbangkan Dapat Membantu Mengimplementasikan
Gagasan dan Uraian Kontribusi Masingmasingnya
1. Ahli Kimia dan Teknik Mesin
Ahli kimia dan Teknik mesin memiliki peranan yang sangat penting dalam merealisasikan
desain reaktor minyak biji ketapang untuk menghasilkan biodiesel dan bioetanol. Peranannya
adalah memilih sumber material dan peralatan yang tepat dan sumber energi listrik proses
pembuatan bioenergi dengan biaya produksi yang terjangkau dan ramah lingkungan. Ahli
kimia mampu memilih metode, katalis dan bakteri yang tepat dalam pembuatan biodiesel dan
bioetanol.
2. Kementrian Riset dan Teknologi
Realisasi pembuatan reaktor minyak biji ketapang membutuhkan dukungan dari berbagai
pihak, terutama pemerintah. Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah
mempromosikan dan membuat Desain Reaktor Myke (Minyak Ketapang) Sebagai Penghasil
Energi Terbarukan kepada masyarakat sebagai hasil perkembangan IPTEK, pematenan produk
dan legalitas kegiatan.
3. Industri Bioenergi
Aplikasi pembuatan desain Desain Reaktor Myke (Minyak Ketapang) akan membuka peluang
kerjasama dengan pihak industri dalam memproduksi energi terbarukan yang berkualitas dan
ekonomis sehingga akan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil dan mengurangi polusi.
4. Masyarakat
Masyarakat berperan aktif dalam penanaman dan pemanenan biji ketapang serta pengiriman
biji ketapang ke pihak industri. Masyarakat juga dapat memanfaatkan hasil panen untuk
mendapatkan penghasilan yang berkesinambungan.

Langkah-langkah Strategis yang Harus Dilakukan Untuk Mengimplementasikan Gagasan Sehingga Tujuan
atau Perbaikan yang Diharapkan Dapat Tercapai

1. Alur Strategis Reaktor Berbasis Myke


2. Desain reaktor Biodiesel dan Bioetanol dari minyak ketapang

Gambar 2. Reaktor Pembuatan Biodiesel


Keterangan : A. Pemanas; B. Pompa masuk; C. Pompa keluar; D. Pengaduk.
Gambar 3. Reaktor Pembuatan Bioetanol
Keterangan : A. Pompa masuk; B. Zeolit; C. Pemanas.

3. Metode Pembuatan Biodiesel


Biji ketapang di ambil minyaknya menggunakan alat pengepres. Ekstraksi dengan alat
merupakan metode yang singkat dan tidak membutuhkan pelarut sehingga lebih efektif untuk
digunakan dalam skala besar. Minyak yang diperoleh digunakan sebagai bahan pembuatan
biodiesel dengan metode transesterifikasi. Menurut penelitian Kartika dan Senny (2012) bahwa
metode ini bisa mengkonversi miyak menjadi biodiesel sampai 100%. Transesterifikasi
dilakukan dengan katalis basa KOH dengan rasio molar minyak-metanol 1:6. Minyak
dimasukkan dalam reaktor, kemudian metanol dan 1% (b/b) KOH yang telah dihomogenkan
dituang ke dalam reaktor tersebut, dan pengaduk dihidupkan. Suhu minyak maupun campuran
metanol KOH disamakan pada 60-63oC sebelum pencampuran. Waktu reaksi dicatat sejak
pengaduk magnet dihidupkan. Setelah reaksi berjalan 60 menit, pengadukan dihentikan,
campuran dituang dalam corong pemisah, dibiarkan terjadi pemisahan selama 2 jam pada suhu
kamar. Lapisan metil ester dipisahkan dari lapisan gliserol.
4. Metode Pembuatan Bioetanol
Gliserol yang diperoleh dicampurkan dengan ragi (yeast) dalam tangki fermentasi pada
kisaran suhu 27-32oC selama 5-7 hari dalam kondisi anaerob. Hasil fermentasi mengandung
cairan etanol berkadar rendah antara 7-10%. Kemudian etanol didestilasi pada suhu 78oC
sehingga etanol akan menguap dan terpisah dengan air. Uap etanol dialirkan dalam kondensor
sehingga dihasilkan etanol cair dengan kadar etanol 95%. Etanol kemudian didehidrasi dengan
zeolit supaya air yang masih terkandung dapat terpisah yang selanjutnya didestilasi kembali
sehingga didapatkan bioetanol dengan kadar 99%. (www.indob- ioetanol.com, diakses tanggal
8 Maret 2015).

KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan
Cadangan minyak bumi dari tahun ke tahun mengalami penipisan sehingga diperlukan
alternatif baru yang dapat menggantikan bahan bakar minyak bumi. Salah satu solusi yang
dapat di terapkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggantikan bahan bakar yang
berasal dari minyak bumi menjadi bahan bakar nabati. Ketapang merupakan tumbuhan non
pangan yang tersebar luas di Negara Indonesia. Biji ketapang mengandung sekitar 40% minyak
nabati sehingga dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar nabati. Agar perolehan bahan
bakar nabati lebih mudah maka dilakukan perancangan reaktor bioenergi. Gagasan desain
reaktor minyak biji ketapang untuk menghasilkan energi terbarukan diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi produksi energi yang berasal dari minyak biji ketapang sehingga dapat
dicapai kelayakan ekonomis pada produksi baik skala kecil maupun skala besar.

Teknik implementasi yang akan dilakukan


Tahap-tahap pengimplementasian gagasan ini adalah sebagai berikut : (1) adanya kerjasama
yang dibangun oleh Pemerintah, Kementrian Riset dan Teknologi, Industri bioenergi dan
masyarakat; (2) pembuatan reaktor berbasis myke; (3) pengujian dan pengawasan reaktor
berbasis Myke; (4) penerapan reaktor berbasis myke dan pemasaran bahan bakar nabati sebagai
pengganti bahan bakar minyak bumi yang efisien dan ramah lingkungan.
Prediksi Hasil yang Akan Diperoleh (Manfaat dan Dampak Gagasan)
Desain reaktor minyak biji ketapang yang difokuskan pada proses ekstraksi, proses
transesterifikasi dan fermentasi. Minyak biji ketapang diprediksikan akan diproduksi dalam
jumlah yang besar. Sehingga bahan bakar biodiesel dan bioetanol akan dihasilkan dalam
jumlah yang besar pula dan waktu yang singkat. Bahan bakar yang dihasilkan diharapkan dapat
menjadi pengganti bahan bakar minyak bumi.

DAFTAR PUSTAKA
Arnata,I., W. dan Dewi, A., 2013, Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol dari Ubi Kayu Dengan
Teknik Ko-Kultur Ragi Tape dan Saccharomyces cerevislae, Agrotek, Vol 7 (1) : 21-28.
Awaluddin, A., Saryono, Sri, N. dan Wahyuni, 2009 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Biodiesel dari Minyak Sawit Mentah Menggunakan Katalis Padat Kalsium Karbonat Yang
Dipijarkan, Jurnal Natur Indonesia, Vol 11(2) : 129-134.
Bajammal F., Eduardus I. S. dan Tjandra, S., 2006, Kajian Awal Produksi Etanol Dari Gliserol
Sebagai Hasil Samping Industri Biodiesel, Teknik Kimia Fakurtas Teknologi Industri Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Damayanti,A., 2011, Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Biji Ketapang, Jurnal Kompetensi
Teknik, Vol 3 (4) : 41-46.
Darmawan, I. D. dan Wayan, S. I., 2013, Proses Produksi Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan
Metode Pencucian Dry-Wash Sistem, JTM, Vol 2(1): 80-87.
Firdaus, L.H., Adit, R.W. dan Widayat, 2013, Pembuatan Katalis H-Zeolit dengan Impregnasi
KI/KIO3 dan Uji Kinerja Katalis Untuk Produksi Biodiesel, Jurnal Teknologi Kimia
Industri, Vol 2(2) : 148-154.
Gani, I. Y., 2000, Metil Ester Minyak Biji Ketapang Sebagai Alternatif Bahan bakar Disel, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA
UI, Jakarta.
Hambali, E., Siti, M., Armansyah, H. T., Abdul, W. P. dan Roy. H., 2007, Teknologi Bioenergi, PT
Agro Media Pustaka, Jakarta
Handayani, M. P. dan Wahyuono, S., 2008, Analisis Biji Ketapang (Terminalia catappa L.) Sebagai
Suatu Alternatif Sumber Minyak Nabati, Majalah Obat Tradisional : 101-107.
Kartika, D., Eva, V. Y. D., Senny, W., Mochammad, C., 2010, Kecepatan Aduk dan Waktu Kontak Optimum Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Jelantah, Molekul, Vol 5(1): 33-40.
Khairi,S. dan Hanggara, S., 2007, Pemanfaatan Abu Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Katalis Basa Pada Reaksi
Transesterifikasi dalam Pembuatan Biodiesel, Jurusan Kimia UGM, Yogyakarta.
Masjuki, H., Zaki, A. M., 1995, Dynamometer Evaluationand Engine Wear Characteristic of Palm
Oil Diesel Emulsion, J.A.O.C.S., Vol 72(8) : 905-909.
Nugroho, A., 2006, Biodiesel Jarak Pagar, Bahan Bakar Alternatif Yang Ramah
Lingkungan, PT Agro Media, Tangerang.
Prihandana, R., Erliza, H., Siti, M. dan Roy, H., 2007, Meraup Untung dari Jarak Pagar, PT
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Purwati dan Hartiwi, D., 2007, Reaksi Transesterifikasi Minyak Kacang Tanah (Arahis hypogea.L)
Dan Metanol Dengan Katalis KOH, Molekul, Vol 2(1) : 30-34.
Riyanti, F., Poedji, L. H. dan Catur D. L., 2012, Pengaruh Variasi Konsentrasi Katalis KOH Pada
Pembuatan Metil Ester Dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia Catappa Linn),Jurnal
Penelitian Sains, Vo 15(2) : 74-78.
Suwarso, W. P., Iza, Y. G. dan Kusyanto, 2003, Sintesis Biodiesel dari Minyak Biji Ketapang
(Terminalia Catappa L.) yang Berasal dari Tumbuhan di Kampus UI Depok,
FMIPAUniversitas Indonesia, Depok.
Widyastuti, L., 2007, Reaksi Metanolisis Minyak Biji Jarak Pagar Menjadi Metil Ester Sebagai
Bahan Bakar Pengganti Minyak Diesel Dengan Menggunakan Katalis KOH, Skripsi,
Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Yudhistria, A. D. dan Istadi, I., 2013, Unjuk Kerja Reaktor Plasma Dielectric BarrierdischargeUntuk
Produksi Biodiesel dari Minyak Kelapa Sawit, TEKNIK, Vol. 34(2): 116-122.
Yoeswono, Triyono, and dan Tahir, I., 2007, The Use of Ash of Palm Empty Fruit Bunches as A
Source of Base Catalyst for Synthesis of Biodiesel from Palm Kernel Oil, Proceeding of
International Conferences on Chemical Sciences (ICCS-2007), Yogyakarta-Indonesia.
Yazdani, S. S., dan Gonzalez, R., 2007, Anaerobic fermentation of glycerol: a path to economic
viability for the biofuels industry. Curr. Opin. Biotechnol, Vol 18 : 213-219.
PEMANFAATAN BIJI KETAPANG (Terminalia cattapa Linn.) SEBAGAI BAHAN
PEMBUATAN METIL ESTER (BIODIESEL)

Yesy Milda Paula Pratama


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang
Email: yesymildapaulapratama@gmail.com

ABSTRAK
Keterbatasan jumlah bahan bakar minyak menjadi masalah utama bagi kehidupan
manusia. Akibat bahan bakar minyak yang tidak terbarui dan menipisnya bahan bakar minyak
muncul masalah kelangkaan hingga krisis global. Untuk dapat menangani hal tersebut perlu
adanya bahan bakar alternatif. Bahan bakar alternatif yang layak untuk dimanfaatkan adalah
minyak nabati, yang berasal dari bahan hayati atau dikenal pula sebagai biodiesel. Selain
dapat diperbarui bahan bakar diesel berbahan minyak nabati juga ramah lingkungan. Minyak
nabati dapat dihasilkan dari berbagai macam biji-bijian, salah satunya adalah biji ketapang.
Melimpahnya biji ketapang dan pemanfaatannya yang belum maksimal menmberikan prospek
yang baik dengan digunakannya bahan tersebut untuk dijadilkan metil ester dalam pembuatan
biodiesel. Melalui metode yang tepat biji ketapang dapat menghasilkan minyak nabati yang
berdaya guna tinggi. Sintesis biodiesel berbahan biji ketapang dilakukan melalui tahapan,
yaitu proses ekstraksi biji ketapang dan proses tranesterifikasi minyak biji ketapang dengan
metanol.

Kata kunci: biodiesel, biji ketapang, metil ester, ekstraksi dan tranesterifikasi.

PENDAHULUAN
Bahan bakar minyak bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang banyak
digunakan oleh manusia di berbagai belahan dunia saat ini. Kebutuhan bahan bakar ini pun
selalu meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk di dunia. Meningkatnya jumlah
penduduk menyebabkan tingginya tingkat konsumsi bahan bakar minyak, terutama
penggunaannya di bidang industri dan transportasi. Ketersediaan bahan bakar minyak bumi
yang terbatas dan sifatnya yang tidak terbarukan dapat menimbulkan masalah kelangkaan
bahan bakar minyak. Kelangkaan inilah yang menimbulkan krisis energi di dunia sehingga
memicu pencarian dan pengembangan sumber bahan bakar alternatif yang dapat diperbarui.
Bahan bakar alternatif yang dinilai layak sebagai pengganti minyak bumi yaitu bahan
yang berasal dari minyak nabati karena sifatnya sebagai sumber bahan bakar yang dapat
diperbarui. Minyak nabati merupakan minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Minyak
nabati adalah minyak yang tersusun dari trigliserida atau asam lemak yang umumnya
digunakan sebagai bahan makanan untuk manusia, bahan baku industri, bahan campuran
minyak pelumas dan bahan baku biodiesel. Bahan bakar dari minyak nabati itulah yang dikenal
sebagai metil ester. Minyak nabati dan bentuk metil esternya merupakan alternatif sebagai
bahan bakar diesel, yang lebih dikenal sebagai biodiesel, artinya bahan bakar diesel yang bukan
berasal dari minyak bumi melainkan dari bahan hayati dan dapat terbarui.
Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar diesel yang
dibuat dari bahan baku yang dapat diperbarui seperti minyak nabati dan lemak hewan.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan, tidak mengandung emisi CO 2 dan
belerang sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam
(rain acid). Dibandingkan dengan bahan bakar fosil, bahan bakar biodiesel mempunyai
kelebihan diantaranya bersifat biodegradable (dapat terurai), cetana number nya lebih tinggi
sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar.
Sejak tahun 1990 penelitian dan pengembangan biodiesel dirintis secara ekstensif dengan
tujuan untuk mendapatkan bahan bakar yang dapat diperbarui (renewable energy resources).
Riset yang semakin berkembang ditunjukkan dengan tidak terbatasnya bahan yang digunakan.
Terlebih lagi Indonesia yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan penghasil minyak atau
lemak yang berpotensi sebagai bahan baku bakar nabati. Tidak hanya kelapa sawit, tetapi juga
tanaman yang lain seperti biji ketapang.
Pemanfaatan biji selama ini hanya sebatas untuk dikonsumsi langsung atau diolah
menjadi makanan ringan, masih jarang sekali diekstraksi kandungan minyaknya (Harborne,
1987). Padahal biji yang telah diambil minyak atau lemaknya (defatted seed) masih dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan karena kandungan nutrisi yang lain tidak hilang. Balogun
dan Fetuga (1985) menyebutkan bahwa biji Terminalia cattapa L. mengandung minyak
sebesar 40,15%. Oleh karena itu minyak biji ketapang memiliki prospek untuk dijadikan suatu
pilihan baru dalam industri minyak nabati. Minyak biji ketapang berpeluang untuk digunakan
sebagai minyak pangan dan bahan baku industri seperti sabun, lilin dan minyak pelumas
(Agatemor, 2006).
Tanaman ketapang merupakan salah satu tanaman yang berpotensi menghasilkan minyak
nabati yang dapat digunakan sebagai bahan penyusun metil ester dalam pembuatan biodiesel.
Minyak yang dihasilkan dari biji ketapang memiliki berat jenis 0,906 g/ml, viskositas 0,144
poise, kekeruhan 3,517 NTU, angka asam 3,270 mg KOH/g minyak dan angka peroksida 1,983
meq/g minyak. Komposisi penyusunnya berupa asam lemak seperti asam palmitat, asam
palmitoleat, asam stearat, asam oleat dan asam linoleat.
Dari penelitian Kusyanto (1998) dan Priyono Suwarso et al. (1999) telah berhasil
diekstraksi minyak biji ketapang dari buah ketapang yang tumbuh di kampus UI Depok yang
memiliki kompossisi asam lemak penyusun trigliseridanya sebagai berikut: palmitat (27,9%),
palmitoleat (8,6%), stearat (4,3%), oleat (38,0%), dan linoleat (21,0%), selain itu terdapat 2
asam lemak baru yang strukturnya belum dapat dipastikan (0,2%).

GAMBARAN KHUSUS

Kondisi Kekinian
Meningkatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan tingginya kebutuhan manusia akan
konsumsi bahan bakar minyak. Tidak sebanding dengan persediaan bahan bakar minyak yang
semakin menipis. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar minyak yang saat ini digunakan tidak
dapat diperbarui, sehingga perlahan-lahan bahan bakar minyak tersebut semakin habis.
Masalah kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi saat ini seiring waktu akan menyebabkan
krisis global. Dimana harga bahan bakar minyak akan semakin mahal dan tidak dapat
dijangkau. Sementara kebutuhan manusia akan bahan bakar minyak mencakup dalam semua
bidang, baik dalam bidang industri maupun transportasi.
Kebutuhan akan bahan bakar dengan mutu yang baik, merupakan konsekuensi dari
kesadaran masyarakat, yang mulai peduli akan efisiensi dan kesehatan lingkungan. Bahan
bakar yang baik selain dapat meningkatkan kinerja sistem mesin juga diharapkan mampu
meningkatkan efisiensi dan dapat mengurangi efek-efek negatif yang ditimbulkan oleh
penggunaan bahan bakar tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dilakukan
penelitian yang bertujuan untuk mencari bahan bakar yang dapat diperbarui (renewable energy
resources). Beberapa contoh diantaranya adalah penggunaan minyak nabati dalam bentuk
metil esternya, misal dari minyak biji ketapang.
Minyak nabati dalam bentuk metil esternya merupakan alternatif sebagai bahan bakar
diesel, yang lebih dikenal sebagai biodiesel. Artinya bahan bakar diesel yang bukan berasal
dari minyak bumi tetapi berasal dari bahan hayati yang dapat terbarui. Biodiesel merupakan
bahan bakar diesel yang berasal dari minyak nabati atau lemak hewan. Bahan bakar ini mudah
diperbarui dan sedikit mengandung emisi CO2 dan belerang sehingga ramah lingkungan. Salah
satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penghasil metil ester dalam pembuatan
biodiesel adalah biji ketapang.
Ketapang (Terminalia cattapa L.) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang.
Pohon ketapang sering dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Bentuk dari
buah pohon ketapang ini seperti buah almond, besar buahnya kira-kira 4-5,5 cm. biji ketapang
ketika muda berwarna hijau dan warnanya menjadi merah kecoklatan saat matang. Buah
ketapang memiliki lapisan gabus yang membuatnya dapat terapung-apung di air sungai dan
laut hingga berbulan-bulan, sebelum tumbuh di tempat yang cocok. Kulit terluar dari bijinya
licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut.

Gambar 1. Buah dan biji ketapang


Di dalam dunia tumbuhan, ketapang ( Terminalia cattapa Linn.) diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyte
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Family : Combretaceae
Genus : Terminalia
Spesies : Terminalia cattapa Linn. (Tjitrosoepomo, 1989)

Gambar 2. Tanaman Terminalia cattapa


Ketapang dari suku Combreataceae merupakan salah satu keanekaragaman hayati di
Indonesia yang perlu dikaji lebih lanjut. Hegnauer (1964) menyatakan bahwa T.
cattapa mengandung cadangan makanan berupa asam lemak seperti asam palmitat (29-39%)
dan asam stearat (4-10%) di dalam bijinya. Penelitian Agatemor dan Ukhun (2006)
menerangkan bahwa biji ketapang juga mengandung berbagai jenis nutrisi yang dibutuhkan
tubuh. Biji ketapang mengandung fosfor dengan jumlah yang cukup signifikan (2200 g/g
berta kering), karbohidrat (78,14% berat kering) dan lemak mentah (16,35% berat kering).
Selain itu, biji ketapang juga mengandung magnesium, kalsium, besi, seng, natrium dan
mangan. Vitamin A dan C juga terkandung dalam biji ketapang sehingga dapat dijadikan
sebagai pelengkap nutrisi harian.

Asam lemak bebas Kadar (%)1 Kadar (%)2


Palmitat(35:0) 35 35,26
Stearat(18:0) 5 4,55
Oleat(18:1) 32 38,72
Linoleat(18:2) 28 20,57
Tabel 1. Komposisi asam lemak bebas Terminalia cattapa

Karakteristik Nilai a(MSD)


Kandungan air(%) 4,130,24
Crude protein(%) 23,780,15
Ekstrak eter(%) 51,800,21
Crude fiber(%) 4,940,32
Kandungan Abu(%) 4,270,74
Karbohidrat total(%) 16,02
Nilai kalor(Kcal/100g) 548,78
Tabel 2. Analisis proksimat Terminalia cattapa

Unsur Mineral Komposisi ((mg/100g) biji


Kalsium, Ca 827,202,18
Magnesium, Mg 798,60,32
Potassium, K 9280,00,14
Sodium, Na 27,890,42
Tabel 3. Komposisi mineral biji Terminalia cattapa

Metode-metode yang pernah dilakukan


Sintesis biodiesel terdiri dari ekstraksi biji ketapang dan transesterifikasi menggunakan metanol dan
minyak biji ketapang dengan perbandingan mol metanol terhadap minyak yang digunakan adalah 6:1 dengan
katalis basa sebesar 0,5-1% berat minyak. Transesterifikasi (biasa disebut alkoholis) adalah tahap konversi
dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alcohol, dan mengahsilkan produk
samping yaitu gliserol (Muryanto, 2009).

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian adalah biji ketapang, pelarut n-heksan untuk
mengekstrak minyak biji ketapang, Na2SO4 anhidrat untuk mengeringkan NaOH dan methanol untuk sintesis
biodiesel, HCl untuk menetralkan lapisan ester. Sedangkan peralatan yang digunakan berupa alat Soxhlet,
oven, labu leher tiga, pendingin Leibigh, corong pisah, rotary evaporator dan peralatan untuk uji karakteristik
biodiesel.

Untuk mengekstraksi minyak biji ketapang terlebih dahulu biji dikeluarkan dari tempurung bijinya,
dan kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari, serta dipanaskan di dalam oven pada suhu
40 C selama 6 jam, smapai dicapai berat yang konstan. Selanjutnya biji ketapang tersebut digiling sampai
halus dalam bentuk serbuk, dan diekstraksi secara berkesinambungan dengan soxhlet, nenggunakan n-
heksana sebagai pelarut pengekstraksi pada suhu 80C selama 24 jam. Ekstrak kasar yang berisi minyak biji
ketapang dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat, disaring dan pelarutnya diuapkan pada vakum evaporator.
Rendemen minyak biji ketapang yang diperoleh ditentukan secara penimbangan.
Untuk proses sintesis biodiesel, pertama masukkan NaOH dalam metanol serta minyak biji ketapang
(mol minyak : mol CH3OH : mol NaOH = 1 : 12 : 0,21) ke dalam labu bulat leher tiga yang dilengkapi
dengan termometer dan pendingin balik Liebig. Campuran reaksi diaduk dengan pengaduk magnet
(magnetic stirrer) dan dipanaskan pada suhu 80C selama 2 jam. Setelah reaksi selesai, campuran reaksi
didinginkan pada suhu kamar, dan selanjutnya dituangkan ke dalam labu corong pisah, didiamkan untuk
beberapa waktu agar terjadi pemisahan antara gliserol (lapisan bawah/ fraksi air) dan ester (lapisan atas/
fraksi organik). Lapisan ester dipisahkan dari lapisan gliserol dan berikutnya lapisan ester dinetralkan dengan
larutan HCl encer serta dicuci dengan air. Metil ester yang terkumpul dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat,
dan sisa metanol diuapkan pada rotatory evaporator.

Gambar 3. Mekanisme reaksi transesterifikasi dengan penggunaan basa sebagai katalis

Dari mekanisme reaksi tranesterifikasi tersebut terlihat bahwa 1 mol triasilgliserol (minyak) akan
bereaksi dengan 3 mol basa (proses saponifikasi), menghasilkan 1 mol gliserol dan 3 mol garam asam lemak
(sabun) yang larut dalam alcohol (metanol). Garam asam lemak yang terbentuk mengalami proses struktur
resonansi, sehingga hal tersebut menyebabkan reaksi transesterifikasi yang dikatalisis oleh basa bersifat
reaksi satu arah dan bukan suatu reaksi kesetimbangan (reversible). Selnjutnya garam asam lemak akan
bereaksi dengan 3 mol metanol, melalui mekanisme reaksi substitusi nukleofilik tetrahedral, membentuk 3
mol metil ester asam lemak dan 3 mol basa. Terlihat bahwa 3 mol basa pada awal reaksi memang
ditambahkan pada reaksi, dan pada akhir reaksi tetap ada (Suwarso ND). Hal tersebut sesuai dengan definisi
dari katalis, yang mengatakan bahwa katalisis adalah zat yang ditambahkan dalam reaksi dengan jumlah
yang kecil, yang akan mempercepat dan ikut dalam proses reaksi serta berfungsi utama mempercepat
tercapainya kesetimbanagan reaksi, namun demikian baik pada awal maupun akhir reaksi nya tetap dalam
lingkungan reaksi (Vollhardt & Schore, 1999 dalam Suwarno ND).

Upaya promosi yang telah dilakukan

Percobaan dan penelitian tentang minyak nabati yang dimanfaatkan menjadi bahan
bakar alternatif sudah banyak dilakukan. Minyak nabati dan metil esternya merupakan
alternative sebagai bahan bakar diesel yang lebih dikenal dengan biodiesel, artinya bahan bakar
diesel yang bukan berasal dari bahan hayati dan dapat terbarui (tumbuhan dan hewan).
Biodiesel merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena tidak mengandung belerang
sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh hujan asam. Biodiesel
untuk pertama kalinya digunakan oleh Rudolf Diesel pada tahun 1900 (Noureddini et al.,
1998), yang digunakan untuk mengoperasikan mesin bakar dengan menggunakan bahan bakar
minyak kacang (earthnut oil). Penelitian yang lain juga menyebutkan bahwa biodiesel yang
mempunyai indeks setana cukup tinggi, dapat menurunkan emisi Nitrogen Oksida (NOx)
(Knote et al., 1998). Indeks setana dapat ditentukan dengan ASTM D-975 melalui berat jenis
dan suhu ketika 50% bahan bakar diesel menguap (mid-boiling point) atau melalui angka
penyabunan dan angka iod dari bahan bakar diesel, yaitu metode AOCS (Krisnangkura, 1986).

Massa jenis pada 40oC, g/mm3 0,850-0,890


Viskositas kinematik (40oC, mm2/s) 2,3-6,0
Angka setana Min. 51
Tititk nyala (closed cup), oC Min. 100
Titik kabut, oC Maks. 18
Korosi tembaga (3 jam,50 oC) Maks. No.3
Residu karbon
- Dalam contoh asli Maks. 0,05% Massa
- Dalam 10% ampas distilasi Maks. 0,3% massa
Air dan sedimen Maks. 0,05%-v
Temperatur distilasi 90% Maks. 360 oC
Abu tersulfatkan, %-b Maks. 0,02%-b
Belerang, ppm-b (mg/kg) Maks. 100
Fosfor, ppm-b (mg/kg) Maks. 10
Angka asam, mg-KOH/g Maks.0,8
Gliserol bebas, %-b Maks. 0,02
Gliserin total, %-b Maks. 0,24
Kadar ester alkil, %-b Min. 96,5
Angka Iodium, %-b (g/l2/100g) Maks. 115
Uji Halphen Negatif
Tabel 4. Spesifikasi Bahan Bakar Diesel Berdasarkan ASTM D-975 (1990)

Sifat-sifat Soxhlet Ekstrak solven


Minyak b (%) 56,302,35a 49
Bilangan peroksida 0,510,35 a 0,5
Asam lemak bebas (asam 2,420,27 b ND
oleat,%)
Bilangan iodin 82,431,10 a 83,92
Bilangan penyabunan 20720,13 a ND
Viskositas (mPa.s) pada 32,920,17 b 39,8
38oC Tabel 5. Sifat Fisis
Ea(KJ, mol-1) 10,23 ND dan Kimia
Minyak Terminalia cattapa Menggunakan Proses Solven

Sifat minyak Suwarso Arjulis dan Ratnasih


dkk
Angka asam, mgKOH/g minyak 6 11,04
Densitas pada 20oC, g/mL 0,923
Viskositas kinematik pada 38oC, mm2 -
Angka Iod, g I2/100 mg minyak 45,21 61,04

Tabel 6. Sifat Fisis dan Kimia Minyak Terminalia cattapa


Pengujian karakteristik untuk biodiesel dari minyak biji ketapang yang telah dilakukan
meliputi penentuan berat jenis, sifat penguapan, indeks setana, viskositas dan panas
pembakaran ditampilkan pada tabel 5 dan 6. Dari hasil uji karakteristik yang telah dilakukan,
bila dibandingkan dengan persyaratan bahan bakar diesel pada tabel 4 yang biasa digunakan
pada mesin-mesin industri dan kendaraan berat (heavy vehicle), ternyata karakteristiknya
hampir mendekati. Itu menunjukkan bahwa minyak biji ketapang layak untuk dijadikan metil
ester sebagai bahan biodiesel.

Upaya Preventif yang telah dilakukan


Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa kebutuhan akan bahan bakar tidak hanya
dalam aspek jumlah, namun juga dengan mutu yang baik. Dibutuhkannya bahan bakar dengan
mutu yang baik mengharuskan kita untuk mendapatkan bahan minyak nabati yang bermutu
pula. Upaya ini dilakukan sebagai langkah untuk pemanfaatan bahan minyak nabati yang
berupa biji ketapang secara baik.
Penampilan pohon ketapang cukup besar, dengan tingginya dapat mencapai 40 m,
bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat, pohon
yang muda sering Nampak seperti pagoda. Adapun pohon yang tua dan besar acap berbanir
dengan tingginya banir bias mencapai 3 m. ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau
berbatu. Toleran terhadap tanah masin, tahan terhadap percikan air laut dan sangat tahan
terhadap angin serta menyukai sinar matahari penuh atau naungan sedang. Tanaman ini dapat
tumbuh baik pada semua jenis tanah dengan drainase baik, pada dataran rendah pesisir pantai
sampai dataran tinggi dengan ketinggian 800 m dpl, dengan curah hujan yang cukup.
Di Indonesia biji ketapang belum termanfaatkan dengan baik, lihat saja di sekitar
Taman Nasional Ujung Kulon Jawa Barat, buah-buah ketapang berserakan di pinggir
pantai tidak termanfaatkan. Perlu adanya edukasi dan kesadaran untuk kita agar kita dapat
mengolah bahan bakar berupa biji ketapang dengan baik. Apalagi biji ketapang dapat dengan
mudah kita jumpai, bahkan jumlahnya melimpah apabila tidak kita gunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Akpabio, U. D. 2012. Evaluation of Proximate Composition, Mineral Element and Anti-nutrient in


Almond (Terminalia cattapa) Seeds. Pelagia Research Library, 3(4): 2247-2252. Tersedia
diwww.pelagiaresearchlibrary.com [diakses 07-04-2014].
Damayanti, Astrilia. 2011. Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Biji Ketapang. Jurnal Kompetensi
Teknik. 3(1): 41-46. Tersedia
di https://www.google.com/#q=Analisis+Biji+Ketapang+(Terminalia+catappa+L.)+Sebagai+
Suatu+Alternatif+Sumber+Minyak+Nabati [diakses 04-04-2014].
Dharmawati, Lina, Wiyono, F. G. 2012. Ekstraksi Minyak Biji Ketapang sebagai Alternatif Sumber
Minyak Nabati. Skripsi. Jawa Timur: Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan
Nasional Veteran.
Faryanti, Yuni. Optimasi Temperatur Reaksi pada Sintesis Metil Ester Menggunakan Bahan Dasar
Minyak Biji Ketapang. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga.
Handayani, Miladiah P., dan Subagus Wahyuono. 2008. Analisis Biji Ketapang (Terminalia
cattapa L.) sebagai Suatu Alternatif Sumber Minyak Nabati. Majalah Obat Tradisional, 13
(45): 101-107. Tersedia
dihttp://mot.farmasi.ugm.ac.id/files/42Handayani%20&%20Wahyuono%20-
%2013%20_45_Revisi%201.pdf[diakses 05-04-2014].
Mahmud, Zainal. 2010. Tanaman Ketapang sebagai Penghasil Minyak Nabati. Majalah Info Tek
Perkebunan. 2(8): 29. Tersedia di http://www.gobookee.org/ebook/perkebunan-litbang-
deptan-go-id-13ooo4l/ [diakses 07-04-2014].
Riyanti, Fahma, Poedji L. H. & Catur D.L. 2012. Pengaruh Variasi Konsentrasi Katalis KOH pada
Pembuatan Metil Ester dari Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa Linn.). Jurnal
Penelitian Sains. 15(2): 74-78. Tersedia
dihttp://jpsmipaunsri.files.wordpress.com/2012/10/v15-no2-c-3-fahma-74-78.pdf [diakses 04-
04-2014].
Riyanti, Fatma, Poedji L. H. & Muharrani Rizki. 2011. Pengaruh Pemanasan dan Penambahan
Antioksidan BHT pada Minyak Biji Ketapang (Terminalia cattapa) dan Kinetika Reaksi
Oksidasi. Seminar Nasional Sains IV. Tersedia
di http://eprints.unsri.ac.id/34/2/makalah_bogor11.pdf [diakses 05-04-2014].
Suwarso, Wahyudi P, Gani I. Y. & Kusyanto. Sintesis Biodiesel dari Minyak Biji Ketapang
(Terminalia cattapaLinn.) yang berasal dari Tumbuhan di kampus UI Depok. Hal 42-49.
Tersedia
di https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=
8&ved=0CDwQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjournal.uinjkt.ac.id%2Findex.php%2Fvalensi
%2Farticle%2Fdownload%2F213%2F132&ei=AbpEU8P_G87arAeisYDQAw&usg=AFQjC
NHFR31DwlyEabdwElqaTxxcDgxGKA&sig2=oUdo9X4qq1oO-9HXRFKrVw[diakses 06-
04-2014].

You might also like