You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ISPA

INFEKSI SALURA PERNAFASAN AKUT (ISPA)


A. DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan
terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada
pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450).

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA


meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian
bawah ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya
seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari
infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian.

ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan


mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya
Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa
inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam
infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah Pneumonia.(WHO)

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu penyakit yang mempunyai angka


kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari penyakit ini adalah infeksi agent/
kuman. Disamping itu terdapat beberapa faktor yang turut mempengaruhi
yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan
tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and
Wong; 1991; 1419).

B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara
lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.

Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak


biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia danhaemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat
paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara
maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

Factor Pencetus ISPA


1. Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena
penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih
tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.

2. Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3. Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar
dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

Faktor Pendukung Penyebab ISPA


1. Kondisi Ekonomi

Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya
menyediakan lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan
jumlah Balita yang rentan terhadap serangan berbagai penyakit menular
termasuk ISPA. Pada akhirnya akan mendorong meningkatnya penyakit ISPA
dan Pneumonia pada Balita.

2. Kependudukan

Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita


yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang
masih rendah, akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan
penyakit ISPA.

3. Geografi

Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa


penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan
masyarakat. Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan
kaus maupun kemaian penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan
dalam pemberantasan ISPA perlu dilakukan dengan mengatasi semua faktor
risiko dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

4. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku


bersih dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat
pendidikan penduduk. Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di
masyarakat diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap pemahaman
masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita agar tidak terkena penyakit
ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan lingkungan sehat.

5. Lingkungan dan Iklim Global

Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang


sarana transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman
kesehatan terutama penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal
terutama suhu, kelembapan, curah hujan, merupakan beban ganda dalam
pemberantasan penyakit ISPA.

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,
staphylococus, haemophylus influenzae,b clamydia trachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.

Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas
dari air susu ibu. Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut
berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang
yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup
secara keseluruhan dari jalan nafas.

Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara
langsung mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta
kongesti paru.

Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan


musim, tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991;
1420).

C. PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) disebabkan oleh virus atau kuman
golongan A streptococus, stapilococus, haemophylus influenzae, clamydia
trachomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan
menginflamasi saluran pernafasan (hidung, pharing, laring) dan memiliki
manifestasi klinis seperti demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare,
abdominal pain, sumbatan pada jalan nafas, batuk, dan suara nafas
wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan.

Pembagian ISPA
1. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas Adalah infeksi-
infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas disebelah atas
laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas dan bawah
secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya
melibatkan bagian-bagian spesifik saluran nafas secara nyata.Yang tergolong
Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah :
Nasofaringitis akut (selesma), Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis dan
Faringotosilitis) dan rhinitis.

2. Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah Adalah infeksi-infeksi yang


terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas bagian bawah mulai dari
laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit yang tergolong Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis, Asma Bronchial,
Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia (suatu
peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada bonkioli)
(Pusdiknakes, 1993 : 105).

Klasifikasi Penyakit ISPA

Dalam hal penentuan kriteria ISPA ini, penggunaan pola tatalaksana


penderita ISPA adalah Balita, dengan gejala batuk dan atau kesukaran
bernapas. Pola tatalaksana penderita ini sendiri terdiri atas 4 bagian yakni
pemeriksaan, penentuan ada tidaknya tanda bahaya, penentuan klasifikasi
penyakit, dan pengobatan juga tindakan.

Dalam penentuan klasifikasi, penyakit dibedakan atas dua kelompok, yakni


kelompok untuk umur 2 bulan hingga kurang dari 5 tahun dan kelompok umur
kurang dari dua bulan.

a. Untuk kelompok umur 2 bulan <5 tahun klasifikasi dibagi atas :

1. Pneumonia berat
2. Pneumonia

3. Bukan Pneumonia.

b. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas:

1. Pneumonia berat

2. Bukan Pneumonia

Sedangkan masing-masing gejala untuk klasifikasi di atas adalah sebagai


berikut:

Klasifikasi Pneumonia Berat didasarkan apabila terdapat gejala batuk atau


kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (chest indrawing) pada anak usia 2 bulan <5 tahun.
Sedangkan untuk anak berumur kurang dari 2 bulan diagnosis Pneumonia
berat ditandai dengan adanya nafas cepat (fast breathing), yaitu frekuensi
pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang
kuat pada dinding dada bagian bawah ke dalam (severe chest indrawing).

Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran


bernafas disertai adanya napas sesuai umur. Batas napas cepat (fast
breathing) pada anak usia 2 bulan <1 tahun adalah 50 kali per menit dan 40
kali per menit untuk anak usia 1 < 5 tahun.

Klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan


batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan
demikian klasifikasi Bukan Pneumonia mencakup penyakit ISPA selain
Pneumonia. Contohnya batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis,
tonsilitis, dan otitis.

D. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala Berdasarkan kasifikasi

1. Non pneumonia
Ditandai dengan batuk, pilek, tanpa disertai dengan sesak nafas.

2. Pneumonia
Batuk, pilek disertai dengan sesak nafas atau nafas cepat.

a. Pneumonia tidak berat

Tanda dan gejala antara lain :

Batuk, pilek dan nafas cepat

2 bulan sampai 1 tahun lebih dari 50 x / mnt

1 sampai 5 tahun lebih dari 40 x / mnt

b. Pneumonia berat

Tanda dan gejala antara lain :

Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas

Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt

Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya


obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu
saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali
tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 451).

Tanda Dan Gejala Yang Muncul Ialah:

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam


muncul jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu
tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi
akan menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran


pernafasan akibat infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena


adanya lymphadenitis mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit
akan lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.

8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,


mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak


terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha
serta irama dari pernafasan.

1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya


dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan
adanya bersin.

4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman


pernafasan.

5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai


dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa
juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan peningkatan
produksi dari sputum.

6. Riwayat kesehatan:

Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)

Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit


seperti yang dialaminya sekarang)

Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah


mengalami sakit seperti penyakit klien)

Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan

a. Inspeksi

Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

Tonsil tampak kemerahan dan edema

Tampak batuk tidak produktif

Tidak ada jaringan parut pada leher


Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung.

b. Palpasi

Adanya demam

Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri


tekan pada nodus limfe servikalis

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c. Perkusi

Suara paru normal (resonance)

d. Auskultasi

Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

F. TERAPI MEDIS
Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan
adanya kongesti hidung pergunakanlah selang dalam melakukan
penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui mulut. Terapi pilihan
adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang
hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak
dianjurkan kecuali ada komplikasi purulenta pada sekret.

Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi


telungkup, dengan demikian sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga
drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990;
452).

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru.
2. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan

4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan


dengan kurang informasi.

H. RENCANA KEPERAWATAN
H. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSE
NO KEPERAWATAN NOC NIC

NOC :v Respiratory status : Airway Managem


Ventilationv Respiratory status : o Buka jalan na
Airway patencyv Vital sign teknik chin lif
Status thrust bila per
Kriteria Hasil : o Posisikan pasi
v Mendemonstrasikan batuk memaksimalk
efektif dan suara nafas yang o Identifikasi pa
bersih, tidak ada sianosis dan perlunya pem
dyspneu (mampu mengeluarkan jalan nafas bu
sputum, mampu bernafas dengan o Pasang mayo
mudah, tidak ada pursed lips) o Lakukan fisio
jika perlu
v Menunjukkan jalan nafas yang o Keluarkan sek
paten (klien tidak merasa batuk atau suc
tercekik, irama nafas, frekuensi o Auskultasi sua
pernafasan dalam rentang catat adanya s
normal, tidak ada suara nafas tambahan
abnormal) o Lakukan sucti
mayo
o Berikan bronk
Bersihan jalan nafas v Tanda Tanda vital dalam perlu
napas tidak efektif b/d rentang normal (tekanan darah, o Berikan pelem
penurunan ekspansi nadi, pernafasan) Kassa basah N
1 paru. o Atur intake un
mengoptimalk
keseimbangan
o Monitor respi
status O2

Terapi oksigen
v Bersihkan mulu
secret trakea

v Pertahankan jal
paten

v Atur peralatan o

v Monitor aliran o

v Pertahankan po

v Onservasi adan
tanda hipoventilas

v Monitor adanya
pasien terhadap ok

Vital sign Monito


o Monitor TD, n
dan RR
o Catat adanya
tekanan darah
o Monitor VS s
berbaring, dud
berdiri
o Auskultasi TD
lengan dan ba
o Monitor TD, n
sebelum, selam
setelah aktivit
o Monitor kuali
o Monitor freku
irama pernapa
o Monitor suara
o Monitor pola
abnormal
o Monitor suhu,
kelembaban k
o Monitor siano
o Monitor adany
triad (tekanan
melebar, brad
peningkatan s
o Identifikasi pe
perubahan vit

Fever treatment
suhu sesering
mungkin Monito
IWL Monitor w
kulit
Monitor tekana
dan RR

Monitor penuru
NOC : kesadaran
ThermoregulationKriteria Hasil
:v Suhu tubuh dalam rentang
normalv Nadi dan RR dalam Monitor WBC,
rentang normal
v Tidak ada perubahan warna Monitor intake
kulit dan tidak ada pusing
Berikan anti pir
Hipertermi b/d invasi
2 mikroorganisme Berikan pengob
mengatasi penyeb

Selimuti pasien

Lakukan tapid s

Kolaborasipemb
intravena

Kompres pasien
paha dan aksila

Tingkatkan sirk

Berikan pengob
mencegah terjadin

Temperature reg
Monitor suhu m
jam

Rencanakan mo
secara kontinyu

Monitor TD, na

Monitor warna
kulit

Monitor tanda-t
hipertermi dan hip

Tingkatkan inta
nutrisi

Selimuti pasien
mencegah hilangn
kehangatan tubuh

Ajarkan pada pa
mencegah keletiha
panas

Diskusikan tent
pentingnya pengat
dan kemungkinan
dari kedinginan

Beritahukan ten
terjadinya keletiha
penanganan emerg
diperlukan

Ajarkan indikas
hipotermi dan pen
yang diperlukan

Berikan anti pir


perlu

Vital sign Monito


Monitor TD, na
RR

Catat adanya flu


tekanan darah

Monitor VS saa
berbaring, duduk,

Auskultasi TD p
lengan dan bandin

Monitor TD, na
sebelum, selama, d
aktivitas

Monitor kualita

Monitor frekuen
pernapasan

Monitor suara p

Monitor pola pe
abnormal

Monitor suhu, w
kelembaban kulit

Monitor sianosi

Monitor adanya
triad (tekanan nad
melebar, bradikard
peningkatan sistol

Identifikasi pen
perubahan vital sig

Ketidakseimbangan NOC :v Nutritional Status : Nutrition Manag


nutrisi kurang dari food and Fluid adanya alergi
3 kebutuhan b/d ketidak Intakev Nutritional Status : makanan Kolabo
mampuan dalam nutrient Intakev Weight control ahli gizi untuk me
memasukan dan Kriteria Hasil : jumlah kalori dan
mencerna makanan v Adanya peningkatan berat dibutuhkan pasien
badan sesuai dengan tujuan pasien untuk meni
intake Fe
v Berat badan ideal sesuai Anjurkan pasien
dengan tinggi badan meningkatkan pro
vitamin C
v Mampumengidentifikasi
kebutuhan nutrisi Berikan substan

v Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet y


malnutrisi mengandung tingg
mencegah konstip
v Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan Berikan makana
terpilih ( sudah dik
dengan ahli gizi)
v Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
Ajarkan pasien
membuat catatan m
harian.

Monitor jumlah
kandungan kalori

Berikan inform
kebutuhan nutrisi

Kaji kemampua
untuk mendapatka
yang dibutuhkan

Nutrition Monito
BB pasien dalam
normal

Monitor adanya
berat badan

Monitor tipe da
aktivitas yang bias

Monitor interak
orangtua selama m

Monitor lingkun
makan

Jadwalkan peng
tindakan tidak sela
makan

Monitor kulit ke
perubahan pigmen

Monitor turgor

Monitor kekerin
kusam, dan mudah

Monitor mual d

Monitor kadar a
protein, Hb, dan k

Monitor makan

Monitor pertum
perkembangan
Monitor pucat,
dan kekeringan jar
konjungtiva

Monitor kalori d
nuntrisi

Catat adanya ed
hiperemik, hiperto
lidah dan cavitas o

Catat jika lidah


magenta, scarlet

Teaching : disease
Process Berikan
tentang tingkat pe
pasien tentang pro
yang spesifik Je
NOC :v Kowlwdge : disease patofisiologi dari p
processv Kowledge : health bagaimana hal ini
BehaviorKriteria Hasil : dengan anatomi da
v Pasien dan keluarga dengan cara yang
menyatakan pemahaman tentang tepat. Gambarka
penyakit, kondisi, prognosis dan gejala yang biasa
program pengobatan penyakit, dengan c
tepat
v Pasien dan keluarga mampu Gambarkan pro
melaksanakan prosedur yang dengan cara yang
dijelaskan secara benar
Identifikasi kem
v Pasien dan keluarga mampu penyebab, dengna
Kurang pengetahuan menjelaskan kembali apa yang tepat
tentang penatalaksanaan dijelaskan perawat/tim kesehatan
ISPA b/d kurang lainnya. Sediakan inform
4 informasi. pasien tentang kon
cara yang tepat

Hindari jaminan
kosong

Sediakan bagi k
SO informasi tenta
pasien dengan car

Diskusikan peru
hidup yang mungk
diperlukan untuk m
komplikasi di mas
datang dan atau pr
pengontrolan peny

Diskusikan pilih
atau penanganan

Dukung pasien
mengeksplorasi at
mendapatkan seco
dengan cara yang
diindikasikan

Eksplorasi kem
sumber atau dukun
cara yang tepat

Rujuk pasien pa
agensi di komunit
dengan cara yang

Instruksikan pa
mengenai tanda da
untuk melaporkan
pemberi perawata
dengan cara yang

DAFTAR PUSTAKA
1. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung
Seto,Jakarta
2. Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-
2002,Philadelpia,USA
3. Departemen Kesehatan RI, 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Untuk Penanggulangan Pneumonia Pada Balita: Ja

You might also like