Professional Documents
Culture Documents
The nutritional problem is essentially a public health problem, in which treatment can
not be done with medical approaches and health services alone but requires an approximate
approach to the root cause of specific and accurate nutritional problems. Nutrition problem is a
very complex problem, many causes of nutritional problems that arise caused by various factors
that exist in the local area, both directly and indirectly affect the nutritional state of individuals,
families and communities. Stunting is a chronic condition that illustrates stunted growth due to
long-term malnutrition. Stunting in toddlers needs special attention because it can inhibit the
physical and mental development of children. The impact of stunting is not only felt by the
individuals who experience it, but it also affects the wheels of economy and development of the
nation.
Abstrak
Pendahuluan
Masalah malnutrisi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
pada negara-negara berkembang dan kurang berkembang, masalah ini mempengaruhi kondisi
bayi, anak balita dan wanita usia produktif. Di negara-negara kurang berkembang telah
diperkirakan bahwa 12 juta anak-anak meninggal karena infeksi dan gizi buruk. Gizi buruk
memberikan kontribusi setengah terhadap terjadinya mortalitas pada anak balita.1
Menurut WHO, 54 % kematian bayi berkaitan dengan masalah gizi (malnutrisi). Selain
itu bangsa-bangsa di dunia memiliki komitmen dan harapan yang sama dalam pengurangan
jumlah penderita malnutrisi yang merupakan salah satu target dalam perkembangan millenium
(Millenium Development Goals atau MDGs). Negara Indonesia memiliki komitmen ingin
mengurangi masalah malnutrisi pada penduduk hingga setidaknya tinggal 18 % penduduk yang
mengalami malnutrisi pada Tahun 2015.2
5. Usaha promotif dan preventif yang dilakukan rumah sakit melalui program
kesehatan masyarakat
Pencegahan Stunting pada Anak6
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur,
namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu
singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk mengejar
pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah
sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting
dilakukan sedini mungkin.dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri,
wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang
dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap balita yang
telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu hamil
harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe),
dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai
umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI)
yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi
suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan
secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat
dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan
sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman yang
layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya berobat bila sakit
melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada dalam
keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi dan penyediaan
informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap
keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah terjadinya balita stunting.
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama kehidupan,
yaitu:
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting.
Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil dalam keadaan sangat
kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan makanan
tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah,
minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami
sakit.
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI
terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih.Bayi dan anak memperoleh kapsul
vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
d. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga.
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk
kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga keseimbangan
segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi
tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar mamae.
Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga kebutuhan akan aneka macam
zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang
mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan
vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu hamil,
akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk
mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan flour dalam
ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh
tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka
ibu yang sedang menyusui dianjurkan untuk minum sebanyak 22,5 liter (8-10 gelas) air sehari,
di samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
c. Kebutuhan Gizi Bayi 0 12 bulan
Pada usia 0 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah makanan
terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan.Menyusui sebaiknya
dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama
minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila
hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka payudara akan
memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 2 liter perhari.
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan
motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan kesana
kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami
gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak
butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal. Pada usia ini ASI
tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan keluarga secara bertahap sesuai
kemampuan anak.Variasi makanan harus diperhatikan.Makanan yang diberikan tidak
menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet dan pewarna.dari asi karena saat ini
hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima
dan terjangkau oleh masyarakat, serta biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat.
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran serta
kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Pelayanan di Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif
sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya
kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain
pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang
bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki
subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan
desa maupun pos bersalin desa (polindes). (KepMenKes RI Nomor 128/MenKes/SK/II/2004
tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. 10 Februari 2004. Departemen Kesehatan RI.)
Upaya perbaikan gizi meliputi mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan
mengobati mereka, mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program
perbaikan gizi, memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat dan secara perseorangan kepada
mereka yang membutuhkan terutama dalam rangka program KIA serta melaksanakan program-
program yakni program perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup
pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan terpadu,
memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anank-
anak bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui, dan memberikan vitamin A kepada
anak-anak dibawah umur 5 tahun.
Posyandu6
Posyandu adalah kependekan dari Pos Pelayanan Terpadu. Secara sederhana yang
dimaksud dengan Posyandu adalah pusat kegiatan di mana masyarakat dapat sekaligus
memperoleh pelayanan KB-Kesehatan. Dari aspek proses, maka pengertiannya adalah salah satu
wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Pengertian lain Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan 5 dari, oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu
wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai
kelurahan, maupun tempat-tempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat.12 Menurut
Departemen Kesehatan, Posyandu adalah upaya masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatan melalui kegiatan terpadu yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri melalui
bimbingan dan bantuan petugas kesehatan. Sedangkan menurut Sembiring (2004), pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat
keluarga berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan
pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud
dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu ada tiga
intervensi adalah: Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk
menjaga kelangsungan dalam peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari
proses pertumbuhan dan perkembangan manusia (1) Hidup anak sejak dalam kandungan ibu
sampai usia balita. (2) Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan
untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap
menjadi tenaga kerja tangguh. (3) Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud
untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.
Penutup
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi yang terjadi di Indonesia. Dampak
stunting tidak hanya dirasakan oleh individu yang mengalaminya, tetapi juga berdampak
terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa. Hal ini karena sumber daya manusia
stunting memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan sumber daya manusia normal.
Tingkat kognitif rendah dan gangguan pertumbuhan pada balita stunting merupakan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kehilangan produktivitas pada saat dewasa. Orang dewasa stunting
memiliki tingkat produktivitas kerja rendah serta upah kerja lebih rendah bila dibandingkan
dengan orang dewasa yang tidak stunting.13
Daftar Pustaka
1. United Nations Childrens Fund. World Health Organization. The World Bank. UNICEF-
WHO-World Bank Joint Child Malnutrition Estimates. UNICEF, New York; WHO,
Geneva; The World Bank, Washington, DC. 2012.
6. Yupi Supartini. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC;2004.
7. Diasmarani N. Karakteristik dan Perkembangan Bahasa Anak Balita Stunted di Desa
Sukawening, Kabupaten Bogor. Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor. Bogor; 2011.
8. Mardani, R.A.D., Wetasin, K., Suwanwaiphatthana, W. 2015. Faktor Prediksi yang
Mempengaruhi Stunting pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun. KEMAS Jurnal. 11 (1):
1-7.
9. Hizni A., Julia, M., dan Gamayanti, I.L. 2010. Status stunted dan hubungannya dengan
perkembangan anak balita di Wilayah Pesisir Pantai Utara Kecamatan Lemahwungkuk
Kota Cirebon. JGKI Jurnal Gizi Klinik Indonesia. 6 (3): 131-7
10. Rahayu A dan Khairiyati L. 2014. Risiko Pendidikan Ibu terhadap Kejadian Kejadian
Stunting pada Anak 6-23 bulan. Jurnal Penelitian Gizi dan Makanan. 37 (2): 129-136.
11. Ferry Efendi, Makhfadli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika:2009.
12. Ismawati, C. S., Proverawati, A., dan Pebriyanti, S.Posyandu dan Desa
Siaga.Yogyakarta : Nuha Medika:2010.
13. Zilda Oktarina, Trini Sudiarti. Faktor Resiko Stunting pada Balita 4-59 Bulan di
Sumatera. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2013, 8(3):175-180.