You are on page 1of 12

II.

KONSTRUKSI STATIS TAK TENTU

2.1 Pengertian Konstruksi Statis Tak Tentu

Konstruksi Statis tak tentu adalah : suatu konstruksi yang tidak dapat
diselesaikan dengan 3 persamaan keseimbangan yaitu :

M = 0V = 0 ; H = 0

Dari 3 persamaan keseimbangan ini tentunya hanya maksimum 3


reaksi perletakan yang dapat dihitung dan untuk kasus konstruksi dengan
reaksi perletakan lebih dari tiga menunjukkan derajat ketidak tentuannya.

Contoh :
A. Balok menerus 1perletakan sendi dan yang lainnya rol

H1 1 2 3 4

V1 V2 V3 V4

L1 L2 L3

Idealisasi balok di atas berupa satu perletakan sendi dan yang lainnya rol
sehingga reaksi perletakan yang timbul sebanyak 5 reaksi perletakan
yaitu :
Perletakan 1 (sendi) : 2 buah yaitu H1 dan V1
Perletakan 2 (rol) : 1 buah yaitu V2
Perletakan 3 (rol) : 1 buah yaitu V3
Perletakan 4 (rol) : 1 buah yaitu V4

Derajat ketidaktentuannya adalah = 5 3 = 2 dan secara lengkap disebut


konstruksi statis tidak tentu luar derajat 2.

Secara umum untuk konstruksi balok menerus dengan n jumlah


perletakan dengan 1 sendi dan yang lainya rol berlaku :

Jumlah reaksi perletakan :n+1


Derajat ketidaktentuan : (n+1) 3 = n
-2
B. Balok menerus 1perletakan jepit dan yang lainnya rol

P
M1
H1 1 2 3 4

V1 V2 V3 V4

L1 L2 L3

Idealisasi balok di atas berupa satu perletan sendi dan yang lainnya rol
sehingga reaksi perletakan yang timbul sebanyak 6 reaksi perletakan
yaitu :

Perletakan 1 (jepit) : 3 buah yaitu


H1, V1 dan M1
Perletakan 2 (rol) : 1 buah yaitu V2
Perletakan 3 (rol) : 1 buah yaitu V3
Perletakan 4 (rol) : 1 buah yaitu V4

Derajat ketidaktentuannya adalah = 6 3 = 3 dan secara lengkap disebut


konstruksi statis tidak tentu luar derajat 3.

Secara umum untuk konstruksi balok menerus dengan n jumlah


perletakan dengan 1 sendi dan yang lainya rol berlaku :

Jumlah reaksi perletakan :n+2


Derajat ketidaktentuan : (n+2) 3 = n
1

Konstruksi statis tak tentu lainnya adalah :


a. Pelengkung 2 sendi

H1 1 2 H2

V1 V2
Konstruksi statis tak tentu luar derajat 1

b. Pelengkung jepit

M2
M1
H1 H2

V1 V2

Konstruksi statis tak tentu luar derajat 3

c. Portal 2 sendi

H1 1 (sendi) 2 H2
(sendi)

V1 V2

Konstruksi statis tak tentu luar derajat 1

d. Portal Perletakan Jepit

M1 M2
H1 H2
e. gantungan

kabel/baja

H1 1 2
(sendi) (Rol)

V1 V2

Konstruksi statis tak tentu dalam derajat 1

f. Sokongan

H1 1 2
(sendi) (Rol)

beton
V1 V2

Konstruksi statis tak tentu dalam derajat 1

g. Rangka batang
Bukan simpul

H1 H2

V1 V2

Konstruksi statis tak tentu luar derajat 1


Konstruksi statis tak tentu dalam derajat 1

Secara umum untuk menyelesaikan analisa struktur sehingga didapat


gaya-gaya dalam yaitu Momen (M), Gaya Lintang (D) dan Gaya Normal,
maka struktur statis tak tentu harus diubah menjadi struktur
statis tertentu dengan mengerjakan reaksi-reaksi kelebihan yang telah
dihitung terlebih dahulu.

2.2 Metode analisis pada struktur balok statis tak tentu

a. Metode konsisten deformasi


1. Dengan prinsip lendutan pada perletakan sendi atau rol = 0
2. Dengan prinsip putaran sudut pada perletakan jepit = 0
b. Metode Persamaan Tiga Momen (Clapeyron)
c. Metode Slope deplection
d. Metode Cross
e. Metode Gaya

Yang dibahas pada analisa Struktur I hanya dua yaitu


a. Metode konsisten deformasi
1. Dengan prinsip lendutan pada perletakan sendi atau rol = 0
2. Dengan prinsip putaran sudut pada perletakan jepit = 0
b. Metode Persamaan Tiga Momen (Clapeyron)

Metode yang lainnya akan dibahas lebih lanjut pada Analisa Struktur II
dan III

2.3 Metode Konsisten Deformasi

2.3.1 Dengan Prinsip pada perletakan sendi atau rol = 0

Prinsip ini dipakai dengan memanfaatakan pada suatu perletakan tidak


akan terjadi lendutan atau lendutan = 0. Secara sederhana dapat
dibahasakan, jika suatu perletakan dihilangkan maka akibat beban yang
bekerja akan menimbulkan lendutan pada lokasi perletakan dimaksud
yang arahnya sama dengan arah beban dan pada perletakan akan timbul
reaksi perletakan yang berupakan suatu nilai yang akan dicari karena
merupakan reaksi kelebihan. Reaksi kelebihan ini untuk sementara
dimisalkan arah kerjanya berlawanan dengan arah pembebanan.
Lendutan yang diakibatkan oleh reaksi kelebihan ini jika dijumlah
aljabarkan dengan lendutan yang terjadi akibat beban luar harus sama
dengan 0 (nol), karena secara syarat batas suatu titik perletakan tidak
terjadi lendutan.

Seiring dengan jumlah reaksi kelebihan yang harus dihitung maka setiap
peninjauan perletakan yang dianggap akan terjadi reaksi kelebihan akan
menghasilkan 1 persamaan dengan variabel sebanyak reaksi kelebihan
yang akan dihitung. Dengan kata lain untuk konstruksi statis tak tentu
luar derajat 1 maka harus disusun 1 persamaan dengan 1 variabel reaksi
kelebihan, konstruksi statis tak tentu luar derajat 2, disusun 2 persamaan
dengan variabel masing-masing 2 reaksi kelebihan dan seterusnya.
Contoh :

Diketahui konstruksi kantilever dengan pembebanan sebagai berikut :

q=1 t/m

A B
EI

L=4m

Gambar 20 . Gambar untuk contoh soal 5

Hitung :
a. Reaksi Perletakan (RA, RB, MA, AH)!
b. Gambarkan benda bebas (free body) struktur balok tersebut
c. Gambar Bidang Momen
d. Gambarkan bidang Gaya Lintang

Penyelesaian :
I. Diselesaikan dengan metode konsisten Deformasi dengan
prinsip lendutan pada perletakan B = 0

q=1,5 t/m

A B
EI

L=4m

q=1,5 t/m
B (Perletakan B
dihilangkan)
A (Beban Luar tetap)
EI Bo

L=4m

+
B
B (Perletakan B diganti RB)
A (Beban luar
dihilangkan)
EI
RB (Arah dimisalkan)
L=4m

A. MENENTUKAN REAKSI PERLETAKAN

ql 4
a. Bo (rumus lendutan diujung kantilver akibat beban merata
8 EI
penuh)

1,5.44 384 48
Bo
8 EI 8 EI EI

RBl 3
b. B ' (rumus lendutan diujung kantilver akibat beban terpusat RB)
3EI

RB .43 64 RB
Bo
3EI 3EI

c. Jumlah aljabar (lendutan mengarah ke bawah diberi tanda (+) dan


lendutan ke atas diberi tanda (-))

B =0
BoB = 0

48 64 RB
- =0 48 - 21,333.RB = 0 48 = 21,333.RB
EI 3EI
48
RB= = +2,25 ton (Z) sesuai dengan
21,333
pemisalan

*) Jadi RB = 2,25 ton (Z)


*) AH = 0 (Tidak ada beban atau Gaya Horisontal)
*) Menentukan RA
V = 0, Misalkan RA (Z) untuk gaya yang arahnya keatas (Z) diberi

tanda (+) dan yang ke bawah (b) diberi tanda (-)


RB+ RA q.L = 0
2,25 + RA 1,5.4 = 0
RA = -2,25 + 6 = + 3,75 ton (Z) (hasil perhitungan bernilai positif,
artinya pemisalan arah RA pada awal perhitungan tidak terjadi
penyangkalan sehingga arah RA memang ke atas)
Jadi RA = 3,75 ton (Z)
*) Menentukan MA
MA = 0, Misalkan MA ( ) untuk momen yang arahnya searah jarum
jam ( ) diberi tanda (+) dan yang berlawanan jarum jam ( ) diberi
tanda (-)

MA + .q.L2 RB.L =0
MA + .1,5.4 2,25.4
2
=0
MA + 12 9 = 0 --- MA = -12 + 9 = -3 ton.meter
MA = 3 ton.meter ( )

Jadi MA = 3 ton.meter ( )

B. BENDA BEBAS (FREE BODY)

MA=3 tm q=1,5 t/m

A B
EI

RA = 3,75 ton RB = 2,25 ton

L=4m

C. BIDANG MOMEN

MA=3 tm q=1,5 t/m

A B
EI

RA = 3,75 ton RB = 2,25 ton

L=4m

.3 = 1,5 tm

(-) (+)
3 tm
Bidang M

3 1,5 = 1,5 tm

1/8.q.L2 = 1/8.1,5.42 = 3 tm

Yang dipakai, hanya bidang M yang tidak mengalami overlaping/saling


menumpuk

2,25 ton

(+)

Bidang D
(-)

3,75 ton

I. Diselesaikan dengan metode konsisten Deformasi dengan


prinsip Putaran sudut pada perletakan A = 0 (Jepit tidak
mengalami putaran sudut)

q=1,5 t/m

A B
EI

L=4m

q=1,5 t/m
B (Jepit di A diganti sendi)
A (Beban Luar tetap)
o EI

L=4m

MA
B (di A dikerjakan MA)

A (Beban luar
dihilangkan)
EI

L=4m

A. MENENTUKAN REAKSI PERLETAKAN

ql 3
a. Ao (rumus putaran sudut akibat beban merata penuh pada
24 EI
konstruksi 2 tumpuan)

1,5.43 96 4
Ao
24 EI 24 EI EI

M Al
b. A' (rumus putaran sudut di A akibat Momen pada perletakan A)
3EI

M A .4 4 M A 1,333.M A
A'
3EI 3EI EI

c. Jumlah aljabar (putaran sudut balok melengkung ke bawah (+) dan


melengkung ke atas diberi tanda (-))

A 0
A0 A ' = 0

4 4 MA
- =0 12 4.MA = 0 12 = 4.MA
EI 3EI
12
MA = = +3 tm ( ) sesuai dengan
4
pemisalan

*) Jadi RB = 2,25 ton (Z)


*) AH = 0 (Tidak ada beban atau Gaya Horisontal)
*) Menentukan RA
VA = 0, Misalkan RA (Z) untuk gaya yang arahnya keatas (Z) diberi

tanda (+) dan yang ke bawah (b) diberi tanda (-)


RB+ RA q.L = 0
2,25 + RA - 1.4 = 0
RA = -2,25 + 4 = 1,75 ton (Z) (kesimpulan arah reaksi ke atas
disimpulkan dari haris perhitungan bernilai positif, artinya pemisalan
arah RA pada awal perhitungan tidak terjadi penyangkalan artinya arah
RA memang ke atas)
Jadi RA = 1,75 ton (Z)
*) Menentukan MA
MA = 0, Misalkan MA ( ) untuk momen yang arahnya searah jarum
jam ( ) diberi tanda (+) dan yang berlawanan jarum jam ( ) diberi
tanda (-)

MA + .q.L2 RB.L =0
MA + .1,5.4 2,25.4
2
=0
MA + 12 9 = 0 --- MA = -12 + 9 = -3 ton.meter
MA = 3 ton.meter ( )

Jadi MA = 3 ton.meter ( )

B. BENDA BEBAS (FREE BODY)

M=3 tm q=1 t/m

A B
EI

RA = 1,75 ton RB = 2,25 ton

L=4m

C. BIDANG MOMEN

M=3 tm q=1 t/m

A B
EI

RA = 1,75 ton RB = 2,25 ton

L=4m

.3 = 1,5 tm
(-) (+)
3 tm
Bidang M

3 1,5 = 1,5 tm

1/8.q.L2 = 1/8.1,5.42 = 3 tm

Yang dipakai, hanya bidang M yang tidak mengalami overlaping/saling


menumpuk

2,25 ton

(+)

Bidang D
(-)

1,75 ton

You might also like