You are on page 1of 45

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Anatomi Fisiologi Organ


Darah merupakan jaringan tubuh yang berbentuk cairan yang terdapat dalam
pembuluh darah, dan termasuk dalam sistem hematologi. Jumlah darah setiap
individu berbeda-beda tergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung dan
pembuluh darah. Normalnya pada orang sehat 1/13 dari berat badan atau 4
sampai 5 Liter. Darah berfungsi sebagai alat pengangkut dan sebagai
pertahanan tubuh serta penyebar panas keseluruh tubuh.
Darah mengandung:
1. Air 91%
2. Protein 8% (Albumin, Globulin, Protombin dan Fibrinogen
3. Mineral 0,9% (Natrium Klorida, Natrium Bikarbonat, Garam, Posphatt,
Magnesium dan Asam Amino)
Darah itu sendiri terbagi atas :
Eritrosit
Merupakan sel darah merah yang berbentuk cakram bikonkaf dan tidak
berinti. Normalnya 5.000/mm3 darah. Eritrosit ini mengandung suatu zat yang
disebut hemoglobin (Hb). Hb normal wanita 11,5 mg% dan Hb normal laki_laki
13 mg%. Eritrosit berfungsi sebagai pengikat oksigen dari paru-paru lalu
diedarkan keseluruh tubuh dan mengikat CO2 dari jaringan tubuh lalu dikeluarkan
malalui paru-paru.
Leukosit
Leukosit merupakan sel darah putih yang terbagi atas dua kategori :
granolosit sebanyak 60% san sel mononuklear (agranosit) sebanyak 40%.
Leukosit memiliki inti dan bentuk yang berubah-ubah. Leukosit berfungsi sebagai
pertahan tubuh terhadap benda asing yang menyerang tubuh. Contoh infasi bakteri
Normal leukosit : 5.000-10.000 mm3
Trombosit
Trombosit merupakan partikel-partikel kecil yang bermacam-macam, ada
bulat dan lonjong. Trombosit berwarna putih. Jumlah normalnya 150.000
450.000/mm3. Leukosit berfungsi sebagai pengontrol pendarahan. Contoh: dalam
pembekuan darah

2.2 Landasan Teoritis Penyakit


A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001).
Leukemia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-
sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and
Bare, B.G, 2002).

Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002).
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel sel pembentuk darah
dalam sum sum tulang dan limfa nadi. (Reeves, 2001)

Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum
sum tulang yang ditandai oleh proliferasi sel sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengaturan sel leokosit. Leukosit dalam darah berfloreferasi secara tidak teratur
dan tidak terkendali dan fungsinya pun menjadi normal. Oleh karena proses
tersebut fungsi fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga
menimbulkan gejala leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono,
2005)
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan yang
sangat cepat (poliferasi) sel darah putih yang abnormal pada jaringan pembentuk
darah.

Klasifikasi Leukemia
Ketika pada pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi
limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia limfositik.Sedangkan leukemia
yang mempengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut
leukemia mielositik.

1. Leukemia Mielogenosa Akut


AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia MielogenosaKronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun
lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih
ringan.CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun.Manifestasi mirip
dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan
tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah
yang luar biasa, limpa membesar.
3. Leukemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada
anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4
tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu
perkembangan sel normal.
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70
tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
B. Etiologi
Secara pasti penyebat dari penyakit leukemia belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor prediosposisi yang dapat menyebabkan terjadinya leukemia
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001), yaitu :
a. Faktor genetik, dapat dilihat pada tingginya kasus leukemia pada anak kembar
monozigot.
b. Faktor lingkungan, berupa kontak dengan radiasi ionisasi disertai menifestasi
leukemia timbul bertahun tahun kemudian.
c. Zat kimia, misalnya benzene, arsen, kloramfenikol, fenilbutazone, dan agen
anti neoplastik.
d. Agen virus, HTLV-1 dari leukemia sel T sejak lama dapat menyebabkan
timbulnya leukemia.
e. Obat obatan imunosupresif, obat anti kanker, obat obatan kardiogenik
seperti diethylstilbestrol
f. Neoplasma
Ada persamaan jelas antara leukemia dan penyakit neoplastik lain, misalnya
proliferasi sel yang tidak terkendali, abnormalitas morfologi sel, dan infiltrasi
organ. Selain dari itu kelainan sum sum kronis dapat berubah bentuk akhirnya
menjadi leukemia akut, misalnya polisefemia vera, mielosklerosis atau anemia
plastik.
g. Kelainan kromosom, misalnya pada sindrom down.

C. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia menurut
Suriadi & Rita Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :
a. Pilek tidak sembuh sembuh
b. Demam dan anorexia
c. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
d. Berat badan menurun
e. Ptechiae, memar tanpa sebab
f. Nyeri pada tulang dan persendian
g. Nyeri abdomen
h. Lumphedenopathy
i. Hepatosplenomegaly
j. Abnormal WBC
Manifestasi klinik lainnya, yaitu:
1. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.
Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang
sesak nafas.

2. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi


Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.

3. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering
disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma.
Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.

4. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
5. Penurunan nafsu makan
6. Kelemahan dan kelelahan fisik
PATHWAY

D. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Menurut Ngastiyah, (1987) pemeriksaan yang dilakukan pada penderita
leukemia adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah Tepi
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sum sum
tulang yaitu adanya pansitupenia, lifositosis yang terkadang menyebabkan
gambaran darah tepi terdapat sel blas yang merupakan gejala patonomenik untuk
leukemia.
b. Kimia Darah
Dari hasil pemeriksaan kimia darah biasanya terdapat kolesterol rendah, asam
urat dapat meningkat dan hipogamaglobinemia.
c. Sum sum Tulang
Dari pemeriksaan sum sum tulang dapat ditemukan gambaran yang hanya terdiri
dari sel limfopeutik patologis. Pada LMA selain gambaran tersebut terdapat pula
adanya liatus leukemia yaitu keadaan yang diperlihatkan sel blas (mie blas),
beberapa sel tua (segment) dan sangat kurang bentuk pemotongan sel yang berada
diantaranya (promielost, mielosil, metamielosit dan sel batang).
2. Biopsi Limpa
Dari hasil pemeriksaan ini akan terlihat proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa yang terdesak seperti : limposit normal, RES,
Granulosit, pulp cell.
3. Cairan Serebropinalis
Leukemia Meningeal terjadi jika terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein.
4. Sistogenik
Dari pemeriksaan sistogenik 70 90 % dari kasus leukemia menunjukkan adanya
kelainan kromosom yaitu pada kromosom 21.
Pemeriksaan pada penderita leukemia menurut Betz, Cecily L (2002), yaitu :
a. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang
dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;
jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan
normositik, anemia normositik.
b. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
c. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
d. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
e. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
f. PTT : memanjang
g. LDH : mungkin meningkat
h. Asam urat serum : mungkin meningkat
i. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
j. Copper serum : meningkat
k. Zink serum : menurun
l. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan
m. Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
n. Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
o. Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat
diagnosis.
p. Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
q. Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
r. Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.

E. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi cranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi
dinyatakan behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam
sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison
melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi
kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem
saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap
untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi
sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

4. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
a) Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm, maka diperlukan transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b) Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi
prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker
sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi dengan
maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik
maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
- Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi
c) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3
tahun remisi terus menerus.
5. Penggunaan obat tradisional yaitu perpaduan antara buah mahkota dewa,
sambiloto, daun pegagan dan buah mengkudu.

F. Komplikasi
Penyakit leukemia dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu:
1. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah,
maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia
tersebut. Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel
darah merah.

2. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah


(trombositopenia) pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses
hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis,
pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom.
3. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau
sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan
leukosit abnormal yang berkembang pesat.
4. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang
diproduksi saat keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini
menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
5. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien
dengan kasus leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika
tidak dikendalikan, kadar trombosit yang berlebihan dalam darah
(trombositosis) dapat menyebabkan clot yang abnormal dan
mengakibatkan stroke.
6. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal,
tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan
pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan
leukemia juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah,
sehingga sistem imun tidak efektif.
7. Kematian.
2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Data biografi pasien

Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan menyerang


pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.

b. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah,
lelah, wajah terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-
tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda
trombositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji
adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali,
splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi,
gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami
gangguan hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.

c. Pemerikasaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat
composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan fisik head to toe
a. Pemeriksaan kepala
Bentuk : perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada
penderita leukemia betuk kepala simetris.
Rambut: perhatikan keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Nyeri tekan: palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak ada
nyeri tekan.
b. Pemeriksaan mata
Palpebra: perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis.
Sclera : ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat tidak ikterik.
c. Pemeriksaan hidung
Inskpeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip.
Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d. Pemeriksaan mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ), perdarahan
gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut sudut bibir
pecah pecah.
e. Pemeriksaan telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi
pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak
ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f. Pemeriksaan leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP,
normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer tiroid.
g. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita leukemia,
iktus terlihat
Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : tentukan batas jantung.
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru paru
Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
normal.
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi :
Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
h. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : bising usus normal
Palpasi : palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya terdapat
nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua daerah
abdomen
i. Pemeriksaan Ekstremitas
inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan
bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang dan
persendian.

d. Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang
dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;
jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan
normositik, anemia normositik.
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
e. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
1. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
- Mengkaji kesehatan klien secara umum.
- Menanyakan alasan klien datang ke RS dan harapannya.
- Mengkaji gambaran/pandangan klien terhadap sakit dan cara penangannya.
- Kepatuhan terhadap obat.
- Mengkaji riwayat kesehatan keluarga klien.
- Mengkaji tindakan dalam menjaga kesehatan.

2. Nutrisi dan Metabolik


- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mengkaji nafsu makan, dan factor-faktor yang mempengaruhi nafsu makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
Biasanya klien dengan leukemia mengalami penurunan nafsu makan, sehingga
berat badannya juga menurun.

3. Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi : frekuensi, warna,dan karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .

4. Aktivitas dan Latihan


- Mengkaji gambaran aktivitas sehari-hari klien sebelum dan sesudah merasakan
sakit.
- Pola olahraga yang biasa dilakukan.
- Mengkaji aktivitas yang dilakukan waktu senggang.
Biasanya klien mengalami kelelahan, dan tidak dapat beraktivitas dengan baik.

5. Tidur dan Istirahat


- Mengkaji pola tidur klien yang meliputi lama waktu tidur, dan keefektifan.
- Mengkaji apakah mempunyai kebiasaan sebelum tidur.
- Menanyakan apakah mengalami kesulitan dalam tidur.
- Mengkaji kebiasaan jam berapa tidur dan bangun klien.
Biasanya tidur klien terganggu karena penyakit yang dideritanya.
6. Kognitif dan Persepsi
- Mengkaji kemampuan membaca, menulis dan mendengar klien.
- Menanyakan pada klien atau keluarga apakah mengalami kesulitan dalam
mendengar.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu lihat atau dengar.
- Mengkaji apakah ada keluhan pusing atau sebagainya.
Biasanya klien sering mengalami pusing.
7. Persepsi Diri- Konsep Diri
- Mengkaji bagaimana gambaran diri klien.
- Mengkaji apakah sakit yang ia alami mengubah gambaran diri klien.
- Hal-hal apa saja yang membebani pikiran klien.
- Mengkaji apakah klien sering merasa cemas, depresi, dan takut.
Biasanya klien merasa cemas dan takut jika penyakitnya tidak bisa disembuhkan.
8. Peran Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan
lingkungan sekitar berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.

9. Seksualitas dan Reproduksi


- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat
melakukan hubungan seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena terjadinya
perdarahan.
10. Koping Toleransi Stress
- Mengkaji apa yang menjadi visi klien kedepan.
- Mengkaji apakah klien biasa mendapatkan apa yang diinginkannya.
- Mengkaji sejauh mana klien harus berusaha untuk mendaptkan apa yang
diinginkan.
- Mengkaji bagaimana penanganan klien tentang stress yang mungkin ia hadapi.

11. Nilai- Kepercayaan


- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi
kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang penting
dalam kehidupan klien.
Perumusan NANDA, NOC, NIC
No. Diagnosa (NANDA) Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
1. Resiko infeksi b.d Status imun Manajemen lingkungan
penurunan sistem Klien diharapkan mampu: Intervensi yang dilakukan :
kekebalan tubuh Tidak adanya infeksi Ciptakan lingkungan yang
berulang aman untuk pasien.
Tidak adanya tumor Identifikasi kebutuhan
Status pencernaan dari keamanan pasien, berdasarkan
skala yang diharapkan tingkat fisik, dan fungsi
Status pernapasan dari kognitif dan pengalaman masa
skala yang diharapkan lalu.
Berat badan dalam batas Hindari lingkungan yang
normal berbahaya (ex : permadani
Suhu tubuh normal lepas dan kecil, perabotan
Tidak adanya kelelahan rumah yang dapat dipindah-
secara terus menerus pindahkan).
Jumlah sel darah putih Hindari objek yang
dalam batas normal berbahaya dari lingkungan.
Status nitrusi Usaha perlindungan
Klien diharapkan mampu dengan pinggir jeruji/pinggir
menormalkan: lapisan jeruji, dengan tepat.
Pemasukan nutrisi Dampingi pasien selama
Pemasukan makanan dan aktivitas di luar bangsal.
cairan Atur tinggi rendahnya
Energi tempat tidur.
Masa tubuh Sediakan peralatan yang
Berat badan adaptif (ex : tangga yang dapat
disandarkan dan susuran
tangan), dengan tepat.
Tempatkan furniture dalam
ruangan dengan susunan yang
tepat.
Sediakan tabung panjang
untuk membuat gerakan lebih
leluasa.
Tempatkan objek yang
digunakan dalam batas
jangkauan.
Sediakan kamar untuk 1
orang.
Sediakan tempat tidur yang
bersih dan nyaman.
Sediakan tempat tidur yang
kokoh/kuat.
Tempatkan perubahan
posisi tempat tidur dalam
kondisi yang mudah dijangkau.
Kurangi rangsangan dari
lingkungan.
Hindari pencahayaan yang
tidak penting, sirkulasi udara,
keadaan yang terlalu panas,
ataupun dingin.
Atur suhu lingkungan
sesuai kebutuhan pasien, jika
suhu tubuhnya berubah.
Kontrol/cegah bising yang
berlebihan, bila
memungkinkan.
Kontrol pencahayaan untuk
manfaat terapeutik.
Batasi jumlah pengunjung.
Batasi kunjungan secara
personal kepada pasien,
keluarga, kebutuhan penting
lainnya.
Lakukan rutinitas sehari-
hari sesuai kebutuhan pasien.
Manajemen nutrisi
Intervensi yang dilakukan :
Tanyakan apakah pasien
mempunyai alergi terhadap
makanan.
Pastikan makanan
kesukaan pasien.
Dorong kenaikan
pemasukan zat besi makanan,
dengan tepat.
Dorong kenaikan
pemasukan protein, zat besi,
vitamin C, dengan tepat.
Berikan pasien dengan
protein tinggi, kalori tinggi,
nutrisi makanan cemilan dan
minuman itu bisa dengan
mudah mengonsumsi denagn
tepat.
Ajarkan pasien bagaimana
menafkahkan buku harian
makanan, sesuai dengan
kebutuhan.
Kontrol catatan pemasukan
untuk kandungan nutrisi dan
kalori.

2. Resiko perdarahan b.d Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


trombositopenia Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan :
menormalkan : Monitor kemungkinan
Gumpalan pembentukan terjadinya perdarahan pada
Waktu protrombin pasien
Hb Catat kadar HB dan Ht
Perdarahan setelah pasien mengalami
Memar kehilangan banyak darah
Petechiae Pantau gejala dan tanda
timbulnya perdarahan yang
berkelanjutan 9cek sekresi
pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet dalam
darah)
Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih ada
indikasi pendarahan
Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
Lindungai pasien dari hal-
hal yang menimbulkan trauma
dan bias menimbulkan
perdarahan
Jangan lakukan injeksi
Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran tepi
saat pasien mencukur
Hindari tindakan invasive
Cegah memasukkan
sesuatu kedalam lubang daerah
yang mengalami perdarahan
Hindari pengukuran suhu
secar rectal
Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi aspirasi
atau anti koagulan yang lain
Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
Cegah terjadi konstipasi
Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan
selama perdarahan berlangsung

3. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas


b.d kelemahan umum Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
(anemia) untuk menormalkan: Kolaborasi dengan terapis
Saturasi oksigen ketika dalam merncanakan dan
beraktivitas memonitor program aktivitas
Denyut nadi ketika Tingkatkan komitmen
beraktivitas pasien dalam beraktivitas
Laju pernapasan ketika Bantu mengekplorasi
beraktivitas aktivitas yang bemanfaat bagi
Tekanan darah sistolik pasien
Tekanan darah diastolic Bantu mengidentifikasi
Pemeriksaan EKG sumberdaya yang dimiliki
Warna kulit dalam beraktivitas
Kekuatan tubuh atas Bantu pasien/keluarga
Kekuatan tubuh bawah dalam beradaptasi dengan
Daya tahan lingkungan
Klien diharapkan mampu Bantu menyusun aktivitas
untuk menormalkan: fisik
Kinerja dari rutinitas Pastikan lingkungan aman
Aktivitas untuk pergerakan otot
Konsentrasi Jelaskan aktivitas motorik
Kepulihan energy setelah untuk meningkatkan tonus otot
beraktivitas Berikan reinforcemen
Tingkat oksigen darah positif selama beraktivitas
Monitor respon emosional,
Tingkat kegelisahan fisik, sosial dan spiritual
Klien diharapkan mampu
untuk menormalkan: Manajemen energy
Nyeri Intervensi yang dilakukan
Cemas Tentukan pembatasan
Mengerang aktivitas fisik pasien
Stress Jelaskan tanda yang
Takut menyebabkan kelemahan
Kegelisahan Jelaskan penyebab
Nyeri otot kelemahan
Meringis Jelaskan apa dan
Sesak nafas bagaimana aktivitas yang
Mual dibutuhkan untuk membangun
Muntah energi
Monitor intake nutrisi yang
adekuat
Monitor respon
kardiorespirasi selama aktivitas
Monitor pola tidur
Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
Monitor efek obat stimulan
dan depresan
Monitor respon oksigenasi
pasien

4. Nyeri b.d agen cedera Tingkat Kecemasan : Mengurangi rasa cemas:


biologis (efek Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukan:
fisiologis dari untuk : Tenangkan klien dan
leukemia) Menghindari perasaan melakukan pendekatan.
gelisah. Kaji perspektif situasi
Menghindari serangan stress klien.
panik Berikan informasi faktual
Menghindari Rasa cemas mengenai diagnosis, terapi, dan
yang berlebihan. prognosis.
Mengontrol tekanan Bantu pasien untuk untuk
darah. meminimalisir rasa cemas yang
Mengontrol peningkatan timbul.
denyut nadi. Kaji tanda-tanda
Mengontrol peningkatan kecemasan baik secara verbal
jumlah pernafasan. maupun non verbal.
Menghindari hal-hal Menajemen nyeri
yang bisa mengganggu tidur. Intervensi yang dilakukan:
Tingkatan nyeri Ajarkan klien tentang
Klien diharapkan mampu bagaimana cara mengontrol
untuk: rasa nyeri.
Mengendalikan rasa Ajarkan klien teknik-teknik
nyeri. relaksasi.
Mengontrol diri dari Ajarkan klien bagaimana
kehilangan nafsu makan. cara menghindari diri dari rasa
cemas.
5. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:
nutrisi kurang dari Klien diharapkan mampu Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh b.d untuk menormalkan: Anjurkan asupan kalori
faktor biologi Pemasukan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
(anoreksia) Pemasukan makanan dan gaya hidup.
Pemasukan cairan Kontrol asupan nutrisi dan
Energy kalori.
Berat badan Anjurkan kepada klien
Tonus otot untuk mengkonsumsi nutrisi
Hidrasi yang cukup.
Pengontrolan nutrisi
Nafsu makan Intervensi yang dilakukuan:
Klien diharapkan mampu Tanyakan apakah pasien
untuk menormalkan: mempunyai alergi terhadap
Menyeimbangkan nafsu makanan
makan Tentukan makanan pilihan
Menyeimbangkan pasien
Pasokan cairan tubuh Tentukan jumlah kalori dan
Menyeimbangkan jenis zat makanan yang
Pasokan nutrisi tubuh diperlukan untuk memenuhi
Weight gain behavior : nutrisi, ketika berkolaborasi
Klien diharapkan mampu : dengan ahli makanan, jika
Mengidentifikasi diperlukan
penyebab kehilangan berat Tunjukkan intake kalori
badan yang tepat sesuai tipe tubuh
Memilih sebuah target dan gaya hidup
sehat berat badan. Timbang berat badan
Mengidentifikasi pasien pad jarak waktu yang
pemasukan kalori tepat
Memilihara suplai nutrisi Terapi Nutrisi
makanan dan minuman yg Intervensi yang dilakukan :
adekuat Monitor pemasukan cairan
Meningkatkan nafsu dan makanan dan menghitung
makan pemasukan kalori sehari-hari
Bantu pasien membentuk
posisi duduk yang benar
sebelum makan
Ajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
6. Kerusakan integritas Intregitas jaringan : kulit dan Pengawasan kulit
kulit b.d zat kimia membran mukosa Intervensi yang dilakukan:
(kemoterapi, Klien diharapkan mampu Amati warna kulit,
radioterapi) menormalkan : kehangatan (suhu), bengkak,
Temperatur getaran, tekstur kulit, udem.
Sensasi Pantau area yang tidak
Elastisitas berwarna dan memar kulit
Pigmentasi serta membran mukosa.
Warna Pantau kelainan
Ketebalan kekeringan dan kelembaban
Jaringan bebas lesi. kulit.
Catat perubahan kulit atau
membran mukosa.
Periksa keketatan pakaian.
Pantau warna kulit.
Pantau suhu kulit.
Instruksikan anggota
keluarga / pemberi perawatan
tentang tanda tanda dari
kerusakan kulit.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. S datang ke rumah sakit M. Djamil Padang Tanggal 11 januari 2013


dengan keluhan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu dan badan terasa lemas. Klien
pingsan setelah beberapa saat , sampai ke tempat klien bekerja dan di bawa ke
rumah sakit RSUD Payakumbuh. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium
didapat Hb 8 gr/dl, trombosit 11.000 /mm3 , leukosit 8.000 / mm3. Sehingga
mendapatkan transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3 Khloft. Namun hasil lab
tidak menunjukkan perubahan yang membaik, setelah 3 hari dirawat klien dirujuk
ke RSUP M. Djamil untuk dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan rawatan
lebih lanjut.

3.1 Data Klinis


Nama : Ny. S
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : DIII radioteraphy
Pekerjaan : PNS diinstitusi kesehatan bagian radiologi
Alamat : Jln. Gajah V, No. 16 A, Padang
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
Penanggung Jawab : TN. ab (suami)
TB : 160 cm
BB : 45kg
Datang ke RS : 11 januari 2013
Ruang : UGD
No. Registrasi : 804548

Alasan masuk rumah sakit :


Ny. S masuk rumah sakit M. Djamil Padang dengan keluhan sesak nafas sejak 4
hari yang lalu dan badan terasa lemah, sebelumnya klien pingsan di temapt kerja.

3.2 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Ny. S ( 25th ) datang ke UGD RS M Djamil Padang dengan keluhan badan terasa
lemas, sering pingsan dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Tanda tanda vital
Ny. S, RR= 26 x/menit, HR = 100 x/menit, suhu = 370 C, TD = 90/60 mmHg. Saat
pengkajian klien mengaku, nafsu makannya menurun, terkadang mual dan
muntah. Selain itu klien juga mengaku ada merasakan nyeri tulang. Klien tampak
pucat.
Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya, Ny. S pernah dirawat dengan diagnosa anemia. Klien sering merasa
lemas dan lesu disaat bekerja dan serta pernah pingsan saat bekerja. Klien juga
mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ginjal, DM, dan
hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan sebelumnya, Keluarga Ny. S tidak ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien, namun klien memiliki kembaran dan sudah
meninggal 5 tahun yang lalu akibat kecelakaan.
b. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
TB : 160 cm
BB : 45 kg
BMI : 17,6
RR : 26 x/menit
TD : 90/60 mmHg
HR : 100 x/menit
Suhu : 36,50 C
Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk : simetris
Rambut: warna rambut hitam tetapi kasar, penyebaran merata, tidak terdapat
ketombe
Palpasi: tidak terdapat benjolan, dan nyeri tekan
Pemeriksaan mata
Inspeksi
Palpebra: simetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : anemis
Sclera : tidak ikterik.
Pemeriksaan hidung
Inskpeksi: bentuk hidung simetris, tidak terdapat kelainan, tidak ada polip maupun
peradangan, tidak ada sekret.
Palpasi :ntidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan mulut
Inspeksi : simetris, bibir pucat, sudut bibir pecah pecah, gusi berdarah.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, sirumen dalam batas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Fungsi pendengaran normal.
Pemeriksaan leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran getah bening
Palpasi : tidak ada pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP, normalnya 5-2.
j. Pemeriksaan thorak
Jantung
Inspeksi : iktus terlihat
Palpasi : iktus teraba.
Perkusi : redup
Auskultasi : terdengar bunyi jantung 1 dan 2 normal.
Paru paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi
Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler.
k. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada luka bekas operasi.
Auskultasi : bising usus normal 15 x / menit.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi : bunyi tympani untuk semua daerah abdomen
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Ekstremitas atas: tangan kanan terpasang infus, pergerakan lemah, reflek bisep
dan trisep baik. Terdapat memar dan bercak bercak hitam kebiruan di tangan
kiri
Ekstremitas bawah : pergerakan lemah, reflek patelanya baik.
Nyeri di persendian dan tulang.
c. Pemeriksaan Labor
Hemoglobin : 8 gram / dl (rendah)
Leukosit : 8.000 / mm3 (normal)
Trombosit : 11.000 / mm3 (rendah)

2. Pola Fungsional Gordon

1. Persepsi dan Management Kesehatan


Ny. S datang ke Rsup. M. Djamil Padang dengan keluhan badan terasa
lemas dan sesak nafas sejak 4 hari yang lalu. Kilen juga mengaku sering pusing
dan sakit kepala. Kilen berharap agar ia bisa cepat sembuh dengan berbagai
pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh rumah sakit. Klien menduga
penyakit yang dideritanya ada hubungan nya dengan anemia yang dideritanya
beberapa tahun lalu. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 Kholf dan trombosit 3
kholf.
2. Nutrisi-Metabolik
Ny. S mengaku akhir - akhir ini nafsu makannya menurun dan sering mual
serta muntah. Dalam sehari, Ny. S mengaku hanya menghabiskan sepertiga dari
porsi makan yang biasanya. Semenjak sakit, klien mengalami penurunan berat
badan 2 kg sejak satu bulan terakhir. Saat ini klien mendapatkan asupan nutrisi
berupa NaCl 0,9%.
3. Eliminasi
Ny. S memiliki kebiasaan buang air besar sehari-hari normal dan tidak
merasakan keluhan nyeri. BAK klien juga normal.
4. Aktivitas dan Latihan
Ny. S dalam kesehariannya merupakan PNS di salah satu institusi
kesehatan. Klien mudah merasa letih dan lemas. Pada saat bekerja klien mengaku
kelelahan dan terkadang sesak nafas, ini terjadi karena Hb klien rendah. Untuk
mengurangi hal tersebut Ny. S berbaring dan beristirahat total. Hal ini
menyebabkan tingkat aktivitas klien menurun.

5. Istirahat dan tidur


Ny. S tidur rata-rata 7 jam setiap harinya. Namun semenjak sakit, jam
tidur klien berkurang karena klien sering merasakan sesak nafas disertai dengan
mual dan muntah, sehingga klien mengalami kesulitan untuk tidur.
6. Kognitif dan Persepsi Sensori
Kemampuan Ny. S untuk membaca dan menulis mulai terganggu sehingga
klien menggunakan kacamata (-) sebagai alat bantu, walaupun demikian klien
tidak menagalami gangguan pendengaran. Klien mengeluh mual, muntah dan
nyeri pada persendian. Klien juga sering mengalami pusing. Klien juga
mengatakan mudah sekali memar dan berdarah jika mengalami perdarahan.
7. Persepsi diri-Konsep diri
Ny. S mengaku mengalami penurunan nafsu makan sering mual dan
muntah, badan terasa lemah sehingga membuat klien merasa gelisah, cemas dan
takut yang berlebihan, bahwa penyakitnya tidak akan sembuh. Padahal klien
berharap penyakitnya bisa sembuh, karena klien merupakan seorang istri yang
membantu suaminya untuk memenuhi kebutuhan kerluarganya.
8. Peran dan Hubungan dengan Sesama
Ny. S adalah seorang ibu yang mempunyai 2 orang anak diantaranya 1
orang perempuan (5th) dan 1 orang anak laki-laki (3th). Klien bekerja sebagai
PNS di salah satu institusi kesehatan dibagian radiologi. Klien adalah seorang ibu
yang di sayangi oleh keluarganya, hal ini dibuktikan dengan keluarga yang setia
menemaninya selama di rumah sakit.

9. Reproduksi dan Seks


Ny. S mengaku menstruasinya tidak teratur.

10. Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap stress


Ny. S stress karena harus memikirkan penyakit yang dideritanya dan juga
ia juga memikirkan keadaan kedua anaknya yang masih kecil. Klien hanya bisa
bercerita keluhannya pada suaminya. Suaminya memberikan dukungan dan
semangat kepada klien agar bisa semangat, rajin berobat dan mengontrol
makanan.
11. Nilai dan Kepercayaan
Ny. S adalah seorang muslim. Setiap harinya klien sangat rajin shalat,
tidak pernah meninggalkan shalat meskipun klien sedang sakit sekarang. Walupun
klien cemas penyakitnya tidak sembuh, akan tetapi klien yakin bahwa kilen
semakin rajin shalat dan memohon kesembuhan pada Allah SWT.
3.3 Analisis Data Senjang
Dari kasus yang ada tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang
diderita pasien.
Analisis Data
No. Data Diagnosa
1. DS : Intoleransi aktivitas b.d
Klien mengeluh badannya terasa kelemahan umum (anemia)
lemah
Klien mengaku nafasnya sesak.
Klien mengaku aktivitasnya menurun
Klien mengaku nyeri di persendiaan
dan abdomen.
Klien mengaku tidak nyam saat
beraktivitas
Klien mengeluh cepat merasa lelah
saat beraktivitas
Klien mengaku sering pusing
Klien merasa cemas dengan
keadaannya.
DO
Hb : 8 gr/dl
Trombosit : 11.000/mm3
RR : 26 x / menit
TD : 90/60 mmHg
Suhu : 37 0C
Bibir klien tampak pucat
Wajah klien tampak pucat
Konjungtiva anemis

2. DS : Resiko perdarahan b.d


Klien mengatakan menstruasinya trombositopenia
tidak teratur
Klien mengaku mudah memar saat
trauma
DO :
Trombosit : 11.000/mm3
Hb : 8 gr/dl
Gusi tampak berdarah
Terdapat memar dan bercak bercak
hitam di tangan kiri.
3. DS: Ketidakseimbangan nutrisi
Klien mengaku mengalami penurunan kurang dari kebutuhan tubuh
nafsu makan b.d faktor biologis (anoreksia)
Klien mengaku berat badannya turun
2 kg semenjak sejak 1 bulan yang lalu.
Klien mengaku adanya nyeri tekan di
daerah abdomen
Klien mengaku hanya menghabiskan
sepertiga dari porsi makanan yabg
tersedia.
Klien mengaku sering mual dan
muntah.
Klien mengaku sering pusing.
DO :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37 0C
RR : 26 x / menit
BB : 45 Kg
TB : 160 cm
BMI : 17,6
Hb : 8 gr/dl
Klien kelihatan kurus
Rambut klien terasa kasar
Konjungtiva anemis
Wajah klien tampak pucat

Perumusan NANDA,NOC,NIC sesuai kasus


No. NANDA NOC NIC
1. Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
b.d kelemahan Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan:
umum (anemia) mampu untuk Kolaborasi dengan terapis
menormalkan: dalam merncanakan dan
Denyut nadi memonitor program aktivitas
ketika beraktivitas Tingkatkan komitmen
Laju pernapasan pasien dalam beraktivitas
ketika beraktivitas Bantu mengekplorasi
Tekanan darah aktivitas yang bemanfaat bagi
sistolik pasien
Tekanan darah Bantu mengidentifikasi
diastolic sumberdaya yang dimiliki
Kekuatan tubuh dalam beraktivitas
atas Bantu pasien/keluarga
Kekuatan tubuh dalam beradaptasi dengan
bawah lingkungan
Daya tahan Bantu menyusun aktivitas
Klien diharapkan fisik
mampu untuk Pastikan lingkungan aman
menormalkan: untuk pergerakan otot
Kinerja dari Jelaskan aktivitas motorik
rutinitas untuk meningkatkan tonus otot
Aktivitas Berikan reinforcemen
Konsentrasi positif selama beraktivitas
Kepulihan Monitor respon
energy setelah emosional, fisik, sosial dan
beraktivitas spiritual
Tingkat oksigen
darah Manajemen energy
Intervensi yang dilakukan
Tingkat Tentukan pembatasan
kegelisahan aktivitas fisik pasien
Klien diharapkan Jelaskan tanda yang
mampu untuk menyebabkan kelemahan
menormalkan: Jelaskan penyebab
Nyeri kelemahan
Cemas Jelaskan apa dan
Mengerang bagaimana aktivitas yang
Stress dibutuhkan untuk membangun
Takut energi
Kegelisahan Monitor intake nutrisi
Nyeri otot yang adekuat
Meringis Monitor respon
Sesak nafas kardiorespirasi selama
Mual aktivitas
Muntah Monitor pola tidur
Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
Batasi stimulus lingkungan
Anjurkan bedrest
Lakukan ROM aktif/pasif
Bantu pasien membuat
jadwal istirahat
Monitor efek obat stimulan
dan depresan
Monitor respon oksigenasi
pasien

2. Resiko perdarahan Pembekuan darah Pencegahan perdarahan


b.d Klien diharapkan Intervensi yang dilakukan :
trombositopenia mampu Monitor kemungkinan
menormalkan : terjadinya perdarahan pada
Gumpalan pasien
pembentukan Catat kadar HB dan Ht
Waktu setelah pasien mengalami
protrombin kehilangan banyak darah
Hb Pantau gejala dan tanda
Perdarahan timbulnya perdarahan yang
Memar berkelanjutan 9cek sekresi
Petechiae pasien baik yang terlihat
maupun yang tidak disadari
perawat)
Pantau factor koagulasi,
termasuk protrombin (Pt),
waktu paruh tromboplastin
(PTT), fibrinogen, degradasi
fibrin, dan kadar platelet
dalam darah)
Pantau tanda-tanda vital,
osmotic, termasuk TD
Atur pasien agar pasien
tetap bed rest juka masih ada
indikasi pendarahan
Atur kepatenan/ kualitas
produk / alat yang
berhubungan dengan
perdarahan
Lindungai pasien dari hal-
hal yang menimbulkan trauma
dan bias menimbulkan
perdarahan
Jangan lakukan injeksi
Gunakan sikat gigi yang
lembut untuk perawatan oral
pasien
Gunakan alat ukur elektrik
yang memiliki pinggiran tepi
saat pasien mencukur
Hindari tindakan invasive
Cegah memasukkan
sesuatu kedalam lubang
daerah yang mengalami
perdarahan
Hindari pengukuran suhu
secar rectal
Jauhkan alat-alat berat
disekitar pasien
Instruksikan pasien untuk
menghindari/ menjauhi
aspirasi atau anti koagulan
yang lain
Instruksikan pasien untuk
menghindar aspirin/
antikoagulan yang lain
Instruksikan pasien untuk
emngkonsumsi makanan yang
mengandung vit K
Cegah terjadi konstipasi
Ajarkan pasien dan
keluarga untuk mengenali
tanda-gejala terjadinya
perdarahan dan tindakan
pertama untuk penanganan
selama perdarahan
berlangsung

3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi Mengontrol nafsu makan:


nutrisi kurang dari Klien diharapkan Intervensi yang dilakukuan:
kebutuhan tubuh mampu untuk Anjurkan asupan kalori
b.d faktor biologis menormalkan: yang sesuai dengan kebutuhan
(anoreksia) Pemasukan dan gaya hidup.
nutrisi Kontrol asupan nutrisi dan
Pemasukan kalori.
makanan Anjurkan kepada klien
Pemasukan untuk mengkonsumsi nutrisi
cairan yang cukup.
Energy Pengontrolan nutrisi
Berat badan Intervensi yang dilakukuan:
Tonus otot Tanyakan apakah pasien
Hidrasi mempunyai alergi terhadap
makanan
Nafsu makan Tentukan makanan pilihan
Klien diharapkan pasien
mampu untuk Tentukan jumlah kalori
menormalkan: dan jenis zat makanan yang
diperlukan untuk memenuhi
Menyeimbangkan nutrisi, ketika berkolaborasi
nafsu makan dengan ahli makanan, jika
diperlukan
Menyeimbangkan Tunjukkan intake kalori
Pasokan cairan yang tepat sesuai tipe tubuh
tubuh dan gaya hidup
Timbang berat badan
Menyeimbangkan pasien pad jarak waktu yang
Pasokan nutrisi tepat
tubuh Terapi Nutrisi
Weight gain Intervensi yang dilakukan :
behavior : Monitor pemasukan cairan
Klien diharapkan dan makanan dan menghitung
mampu : pemasukan kalori sehari-hari
Mengidentifikasi Bantu pasien membentuk
penyebab kehilangan posisi duduk yang benar
berat badan sebelum makan.
Memilih sebuah Ajarkan pasien dan
target sehat berat kelurga tentang memilih
badan. makanan
Mengidentifikasi
pemasukan kalori
Memilihara
suplai nutrisi
makanan dan
minuman yg adekuat
Meningkatkan
nafsu makan
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. S (35 tahun) masuk RSUP M.Djamil Padang pada tanggal 11 Januari
2013 dengan keluhan sesak nafas dan badan terasa lemas. Saat dilakukan
pengkajian klien mengeluh nafsu makannya menurun, pernah pingsan. Setelah
dilakukan pemeriksaan lab, ternyata Hb klien 8 gr/dl, leukosit 8.000/mm3 dan
trombosit 11.000/mm3. Klien telah mendapat transfusi PRC 2 kholf dan trambosit
3 kholt. Dengan Hb yang rendah itu, klien menderita anemia sehingga untuk
mengatasi anemia tersebut, klien diberi transfusi PRC. Trombosit klien juga
rendah atau dikenal dengan trombositopenia, yang mudah menyebabkan
terjadinya perdarahan. Untuk meningkatkan jumlah trambositnya, klien mendapat
tranfusi trombosit. Jumlah leukosit klien dalam batas normal, yaitu 8.000/mm3.
Dari ketiga gejala tersebut klien dapat dikatakan menderita leukemia mieogenus.
Secara teori pada penyakit ini, hitungan sel darah menunjukkan penurunan
eritrosit dan trombosit. Meskipun jumlah jumlah leukosit total bisa rendah, normal
ataupun tinggi.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, maka dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan yang pertama untuk klien adalah intoleransi aktivitas b.d kelemahan
umum, karena klien mengalami anemia. Diagnosa ini didukung oleh data
sumjektif dan objektif diantaranya, kionjungtiva klien anemis, bibir dan wajah
pucat, klien pun mengatakan bahwa dia sering merasa lelah, lemas, pusing dan
mual serta muntah.
Diagnosa kedua untuk klien adalah resiko perdarahan b.d trombokinase,
kerena jumlah trombosit klien sangatlah rendah, jauh dari batas norma (150.000
450.000/mm3). Trombosit berfungsi sebagai proses pembekuan darah. Jika
trombosit rendah, maka darah akan sulit membeku, sehingga akan mudah
mengalami perdarahan.
Adapun diagnosa ketiga untuk klien adalah kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d faktor biologi (anoreksia). Klien mengalami penurunan nafsu
makan, BMI klien juga rendah yaitu 17,6 dan klien terlihat kurus. Klien juga
mengalami penurunan berat badan 2 kg selama 1 bulan. Ini menunjukkan nutrisi
klien tidak adekuat.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Leukimia adalah keganasan pada organ pembuat sel darah, berupa proliferasi
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi ke organ-organ
lain.
Etiologi dari leukemia belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa
factor predisposisi penyabab dari leukemia, diantaranya : sel darah putih yang
kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab tersering,
kemudian karena radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan factor
genetik.
Sampai saat ini, leukemia merupakan salah satu penyakit dengan angka
kematian yang tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan
faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini.
Diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny. S adalah:
1. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum (anemia)
2. Resiko perdarahan b.d trombositopenia
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis
(anoreksia)

5.2 Saran
Perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien agar
semangat menjalani hidup dan memberikan usaha maksimal untuk
mempertahankan hidup pasien, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk
tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta
menganjurkan pasien untuk selalu mengikuti terapi yang dianjurkan. Perawat juga
harus memperhatikan personal hygiene pasien untuk mengurangi dampak
bertambah parahnya penyakit leukemia pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.
Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008.
Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby
Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United
Kingdom : Markono Print Media.
http://penyakitleukemia.com/obat-tradisional-leukimia/ akses tanggal 20 Januari
2013.
http://detikautik.blogspot.com/2012/11/askep-leukimia-limfosit-kronis.html akses
tanggal 20 januari 2013
www.news-medical.net/health/What-is-Leukemia-(Indonesian).aspx akses
tanggal 20 Januari 2013

You might also like