You are on page 1of 2

Arti Shalat Witir

Shalat Witir adalah salat sunah dengan rakaat ganjil yang dilakukan
setelah melakukan shalat lainnya di waktu malam
(misal: tarawih dan tahajjud. Shalat ini dimaksudkan sebagai pemungkas
waktu malam untuk "mengganjili" shalat-shalat yang genap. Karena itu,
dianjurkan untuk menjadikannya akhir shalat malam. Witir itu maknanya
ganjil - bukan penutup - seseorang yang telah bershalat witir, lalu ingin
shalat sunat lagi, itu boleh saja. tetapi jangan mengulangi lagi witirnya, Hal
ini berdasarkan riwayat Abu Daud, Nasa'i dan Turmudzi yang
menganggapnya hasan, dari Ali r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah
saw. besabda: 'Tiada dua kali Witir dalam semalam'."
Dari Ummu Salamah r.a. bahwa Nabi saw. pernah melakukan lagi dua
raka'at sehabis Witir sambil duduk. (diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Turmudzi
dan lain-lain).

2. Keutamaan serta Hukumnya

Shalat witir adalah shalat sunat yang muakkad yang dianjurkan serta
disemangatkan benar-benar oleh Rasulullah saw. Dari Ali r.a. katanya:
"Sebenarnya witir itu bukanlah fardlu sebagaimana shalat-shalat lima waktu
yang diwajibkan. Hanya saja Rasulullah saw. setelah berwitir, pernah
bersabda: 'wahai ahlul qur'an, kerjakanlah shalat witir sebab Allah itu witir
(Maha Esa) dan suka sekali kepada 'yang ganjil." (H.R. Ahmad dan Ash-habus-
Sunan dan oleh Turmudzi dianggap sebagi hadits hasan, sedangkan Hakim yang
meriwayatkannya juga menganggapnya sebagai hadits shahih).

3. Waktunya Pelaksanaan

Para ulama telah sepakat bahwa waktu shalat sunat witir itu ialah sesudah
shalat 'Isya dan terus berlangsung sampai fajar. Rasulullah saw. sendiri
bershalat witir terkadang pada awal malam, kadang-kadang pula pada
pertengahannya dan kadang-kadang pula pada penghabisan malam.
Begitulah menurut hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Mas'ud
al-Anshari Dari Abdullah bin Abu Qais, katanya: "Saya bertanya kepada
'Aisyah r.a. tentang witir Rasulullah saw. Beliau menjawab: 'Adakalanya
beliau itu berwitir pada permulaan malam'. Saya bertanya pula, apakah
bacaan beliau itu dengan suara perlahan-lahan atau keras ? 'Aisyah r.a.
menjawab: 'Kedua cara itu pernah dilakukannya, adakalanya dengan
perlahan dan adakalanya dengan keras; juga beliau saw. itu adakalanya
mandi (janabat) dulu lalu tidur dan adakalanya pula hanya berwudlu lalu
tidur." (Diriwayatkan oleh Abu Daud, juga oleh Ahmad, Muslim dan Turmudzi).

You might also like