You are on page 1of 42

SISTEM NEUROBIHAVIOR

ASUHAN KEPERAWATAN PARKINSON

OLEH :

KELOMPOK 3 :

ATIKA YULIA DEWI

IFANDRA MUSTHA

NELLY KUSWITA

RISNAWATI

YENDHIKA IVO APSECTYA

Dosen Pembimbing :

Ns. Fera Liza, M.Kep, S.Kep KMB

PRODI S1 KEPERAWATAN II B

STIKes YARSI BUKITTINGGI SUMATERA BARAT


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas taufik,hidayah serta inayah-
Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan Parkinson dengan
baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan,bimbingan serta


dukungan dan arahan dari berbagai pihak yang sangat berharga,baik secara moral maupun secara
materil,baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen Pembimbing, Teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak,selain itu juga bisa dijadikan sumber bacaan untuk menambah wawasan.

Penulis menyadari, bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini mungkin belum seperti
yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan, saran, dan masukan yang
bersifat membangun dari semua pihak.

Bukittinggi, 4 November 2014

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulis..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi........................................................................................................4
B. Etiologi & Anatomi Fisiologi.......................................................................4
C. Gejala dan Manifestasi Klinis....................................................................15
D. Patofisiologi...............................................................................................18
E. Komplikasi.................................................................................................21
F. Klasifikasi..................................................................................................22
G. Penatalaksanaan Medis..............................................................................23
H. Asuhan Keperawatan.................................................................................25
I. WOC..........................................................................................................39

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................40
B. Saran...........................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Parkinson pertama kali diuraikan dalam sebuah monograf oleh James Parkinson
seorang dokter di London, Inggris, pada tahun 1817. Di dalam tulisannya, James Parkinson
mengatakan bahwa penyakit (yang akhirnya dinamakan sesuai dengan namanya) tersebut
memiliki karakteristik yang khas yakni tremor, kekakuan dan gangguan dalam cara berjalan (gait
difficulty).

Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul sebelum
usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa, meningkat
dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun.1

Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri,


dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik
menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena dibanding
perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.

Beberapa orang ternama yang mengidap Penyakit Parkinson diantaranya adalah Bajin
(sasterawan terkenal China), Chen Jingrun (ahli matematik terkenal China), Muhammad Ali
(mantan peninju terkenal A.S.), Michael J FoxThe Michael J Fox Foundation For Parkinsons
Research (seorang bintang film Hollywood terkenal).

Dari beberapa fakta yang menunjukkan data mengenai Penyakit Parkinson, hal yang
menarik adalah penyakit ini belum diketahui penyebabnya secara pasti dan hanya mengacu pada
prediksi faktor genetika dan lingkungan. Namun, pada perkembangan terakhir mengenai
penyakit ini, ada tendency bahwa penyakit ini deisebabkan oleh kerusakan mitokondria, organel

1
penghasil energi di dalam sel, yang menyebabkan neuron di dalam substantia nigra otak mati
atau tidak berfungsi. Studi dari Children Hospital Boston sekarang menunjukkan bahwa mutasi
genetik menyebabkan bentuk herediter dari Penyakit Parkinson menyebabkan mitokondria
bergerak acak keluar dari sel, meninggalkan sel tanpa ada kemungkinan menghentikan mereka.

Oleh sebab itu, pembahasan mengenai PD ini sangat menarik juga karena pengembangan
dari penelitian penyakit ini selalu meningkat tiap tahunnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Parkinson?

2. Apa etiologi dan Anatomi Fisiologi dari Parkinson?

3. Apa Gejala dan Manifestasi Klinis dari Parkinson ?

4. Bagaimana patofisiolgi dari Parkinson?

5. Apa komplikasi dari Parkinson?

6. Bagaimana klasifikasi dari Parkinson

7. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk pasien penderita Parkinson?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyakit Parkinson

2. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari Parkinson

3. Untuku mengetahui Gejala dan Manifestasi Klinis dari Parkinson

4. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Parkinson

5. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit Parkinson

6. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit Parkinson

2
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis untuk pasien penderita Parkinson

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progsesif yang mengenai


pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan karateristik yang
mucul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot (Smeltzer dan Bare,
2002).

Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremor ritmik,
bradikinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Kelainan pergerakan
diakibatkan oleh defek jalur dopaminergik( produksi dopamine) yang menghubungkan subtansia
nigra dengan korpus striatum ( nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). Basal ganglia adalah
bagian dari sistem ekstrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi, mengakhiri
pergerakan, serta mengatur gerakan-gerakan otomatis ( Sylvia dan price, 1999).

Penyakit Parkinson (PD) adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf
(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan
(movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan
kekakuan otot.

B. Etiologi & Anatomi Fisiologi

Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.

Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary). Akibatnya,
penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya. Mekanis-me

4
bagaimana kerusakan itu belum jelas benar. Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan
parkinson adalah sebagai berikut :

1.Usia

Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari
10.000 penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit
parkinson.

2.Geografi

Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor
resiko yang mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya
perbedaaan genetik, kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor
lingkungan.

3.Periode

Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan


dengan hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi,
industrialisasi ataupn gaya hidup. Data dari Mayo Klinik di Minessota, tidak terjadi
perubahan besar pada angka morbiditas antara tahun 1935 sampai tahun 1990. Hal ini
mungkin karena faktor lingkungan secara relatif kurang berpengaruh terhadap timbulnya
penyakit parkinson.

4.Genetik

Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada penyakit


parkinson. Yaitu mutasi pada gen -sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1)
pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal
resesif parkinson, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di
kromosom 6. Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.

Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko


menderita penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali

5
pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan,
gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di USA sangat
sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa. Di Eropa
pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita. Contoh
klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena kasus
penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun. 13

5.Faktor Lingkungan

Xenobiotik

Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan


kerusakan mitokondria

Pekerjaan

Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan
lama.

Infeksi

Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi


penyakit parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.

Diet

Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi
merupakan neuroprotektif.

Trauma kepala

Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski


peranannya masih belum jelas benar

Stress dan depresi

6
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala
motorik. Depresi dan stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada
stress dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress
oksidatif.

Anatomi dan Fisiologi


Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh

Fungsi sistem saraf yaitu :

1. Mendeteksi perubahan dan merasakan sensasi


2. Menghantarkan informasi dari satu tempat ke tempat yang lain
3. Mengolah informasi sehingga dapat digunakan segera atau menyimpannya untuk masa
mendatang sehingga menjadi jelas artinya pada pikiran.

Sistem saraf dibedakan atas 2 divisi anatomi yaitu :

1. Sistem saraf pusat (sentral), terbagi atas:


Otak
Sumsum tulang belakang(medula spinalis)
2. Sistem saraf perifer (tepi) terdiri atas:
Divisi Aferen, membawa informasi ke SSP (memberitahu SSP mengenai
lingkungan eksternal dan aktivitas-aktivitas internal yg diatur oleh SSP
Divisi Eferen, informasi dari SSP disalurkan melalui divisi eferen ke organ efektor
(otot atau kelenjar yg melaksanakan perintah untuk menimbulkan efek yg
diinginkan), terbagi atas:
Sistem saraf somatik, yg terdiri dari serat-serat neuron motorik yg
mempersarafi otot-otot rangka
Sistem saraf otonom, yg mempersarafi otot polos, otot jantung dan kelenjar,
terbagi atas :
a. Sistem saraf simpatis
b. Sistem saraf Parasimpatis

Neuron (sel Saraf)

Sistem saraf manusia mengandung lebih dari 1010 saraf atau neuron.

7
Neuron merupakan unit structural dan fungsional system saraf
Sel saraf terdiri dari badan sel yang di dalamnya mempunyai inti sel,nukleus,
Mitokondria, Retikulum endoplasma, Badan golgi, di luarnya banyak terdapat
dendrit,kemudian bagian yang menjulur yang menempel pada badan sel yang di sebut
akson
Dendrit menyediakan daerah yg luas untuk hubungan dengan neuron lainnya. Dendrit
adalah serabut aferen karena menerima sinyal dari neuron-neuron lain dan
meneruskannya ke badan sel.
Pada akson terdapat selubung mielin,nodus ranvier,inti sel Schwan,butiran
neurotransmiter
Akson dengan cabang-cabangnya (kolateral), adalah serabut eferen karena membawa
sinyal ke saraf-saraf otot dan sel-sel kelenjar. Akson akan berakhir pada terminal saraf yg
berisi vesikel-vesikel yg mengandung neurotransmitter. Terminal inilah yg berhubungan
dengan badan sel, dendrit atau akson neuron berikutya.

Sel saraf menurut bentuk dan fungsinya terbagi atas :

1. Sel saraf sensoris (neuron aferen)

Bentuknya berbeda dari neuron aferen dan interneuron, di ujung perifernya terdapat
reseptor sensorik yang menghasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan spesifik.

Sel saraf ini menghantarkan impuls(pesan) dari reseptor ke sistem saraf pusat,dendritnya
berhubungan dengan reseptor(penerima rangsangan ) dan ujung aksonnya berhubungan dengan
sel saraf asosiasi,

Klasifikasi reseptor sensoris menurut jenis stimulusnya yaitu :

Mekanoreseptor mendeteksi stimulus mekanis seperti nyeri,suara,raba


Termoreseptor mendeteksi perubahan temperatur seperti panas dan dingin
Nosiseptor mendeteksi kerusakan jaringan baik fisik maupun mekanik seperi nyeri
Elektromaknetik reseptor mendeteksi cahaya yang masuk ke mata seperti
warna,cahaya
Khemoreseptor mendeteksi pengecapan,penciuman,kadar O2 dan CO2

2. Sel saraf motoris

Sel saraf ini mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot/skelet yang hasilnya berupa
tanggapan terhadap rangsangan. Badan sel saraf berada di sistem saraf pusat dan dendritnya

8
berhubungan dengan akson sel saraf asosiasi dan aksonnya berhubungan dengan efektor(bagian
motoris yang menghantarkan sinyal ke otot/skelet).

Aktivitas sistem motoris tergantung dari aktivitas neuron motoris pada medula spinalis.
Input yang masuk ke neuron motorik menyebabkan 3 kegiatan dasar motorik yaitu :

1. Aktivitas volunter( di bawah kemauan)


2. Penyesuaian posisi untuk suatu gerakan tubuh yang stabil
3. Koordinasi kerja dari berbagai otot untuk membuat gerakan yang tepat dan mulus.

3. Sel saraf intermedit/Asosiasi (Interneuron)

Ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lainnya. Beberapa interneuron dalam otak
terkait dengan fungsi berfikir, belajar dan mengingat

Sel saraf ini terbagi 2 yaitu :

1. Sel saraf ajustor yaitu menghubungkan sel saraf sensoris dan motoris
2. Sel saraf konektor yaitu untuk menghubungkan neuron yang satu dengan neuron yang
lainnya.

Sel Neuroglial

Biasa disebut glia yg merupaka sel penunjang tambahan pada SSP yg berfungsi sebagai
jaringan ikat.

Sel glial dapat mengalami mitosis selama rentang kehidupannya dan bertanggungjawab
atas terjadinya tumor system saraf.

IMPULS SARAF

Terjadinya impuls listrik pada saraf sama dengan impuls listrik yg dibangkitkan dalam
serabut otot.Sebuah neuron yg tdk membawa impuls dikatakan dalam keadaan polarisasi,
dimana ion Na+ lebih banyak diluar sel dan ion K+ dan ion negative lain lebih banyak dalam sel

Suatu rangsangan (ex: neurotransmiter) membuat membrane lebih permeable terhadap


ion Na+ yang akan masuk ke dalam sel, keadaan ini menyebabkan depolarisasi dimana sis luar
akan bermuatan negative dan sisi dalam bermuatan positif.

9
Segera setelah depolarisasi terjadi, membrane neuron menjadi lbih permeable terhadap
ion K+, yg akan segera keluar dari sel. Keadaan ini memperbaiki muatan positif diluar sel dan
muatan negatif di dalam sel, yg disebut repolarisasi.

Kemudian pompa atrium dan kalium mengmbalikan Na+ keluar dan ion K+ ke dalam, dan
neuron sekarang siap merespon stimulus lain dan mengahantarkan impuls lain.

Sebuah potensial aksi dalam merespon stimulus berlangsung sangat cepat dan dpt di ukur
dlm hitungan milidetik.Sebuah neuron tunggal mampu meghantarkan ratusan impuls setiap detik.

SISTEM SARAF PUSAT

1. OTAK

Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk seluruh alat
tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang
kuat.Otak terdiri dari 3 bagian besar yaitu:

1.Otak Besar (serebrum)

Merupakan bagian terluas dan terbesar dari otak ,bentuk telur dan mengisi penuh
bagian atas rongga tengkorak. Adapun fungsi serebrum yaitu :untuk pusat pengaturan
semua aktivitas mental yaitu berkenaan dengan
kepandaian(Intelegensi),ingatan(memori),kesadaran,pusat menangis,keinginan buang air
besar maupun kecil. Terdiri atas:

Lobus frontalis (depan), sebagai area motorik yg embangkitkan impuls u/ pergerakan


volunteer. Area motorik kiri mengatur pergeakan sisi kanan tubuh dan sebalikya.
Lobus oksipital (belakang), untuk pusat penglihatan
Lobus temporal (samping) untuk pusat pendengaran
Lobus parietal (tengah) untuk pusat pengatur kulit dan otot terhadap panas, dingin,
sentuhan,tekanan.

Antara bagian tengah dan belakang merupakan pusat perkembangan


kecerdasan,ingatan,kemauan dan sikap

2. Batang otak(Truncus serebri) terdiri dari :

a. Diensephalon

10
Merupakan bagian batang otak paling atas,terdapat di antara serebrum dan
mesensephalon,Adapun fungsinya yaitu :

Vasokonstriksi yaitu mengecilkan pembuluh darah


Respiratori
Mengontrol kegiatan refleks
Membantu pekerjaan jantung.
b. Mesensephalon (Otak tengah)

Terletak diantara pons dan Diensephalon. Di depan otak tengah ada talamus dan
hipotalamus,fungsinya:

Menjaga tetap tegak dan mempertahankan keseimbangan


Membantu pigmen mata dan mengangkat kelopak mata
Memutar mata dan pusat pergerakan mata
c. Pons varoli

Terletak antara Medula oblongata dan mesensephalon,Adapun fungsinya

Penghubung antara serebrum dan medula oblongata


Pencernaan Pusat saraf N.Trigeminus,N.Optalmicus,N.Maxillaris dan N.Mandibularis
d. Medula oblongata

Merupakan bagian otak paling bawah,menghubungkan pons varoli dengan


medula spinalis,Adapun fungsinya yaitu:

Mengontrol kerja jantung


Vasokonstriksi
Pusat pernafasan
Mengontrol kegiatan refleks

3. Otak kecil (Serebelum)

Terletak di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum,diatas


medula oblangata, Adapun fungsinya yaitu :

Pusat keseimbangan
Mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dgn baik
Menghantarkan impuls dari otot-otot bagian kiri dan kanan tubuh
2. TALAMUS

Pusat pengatur sensoris untuk serabut aferen dari medula spinalis ke serebrum

3. HIPOTALAMUS

11
Berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yg melakukan fungsi vegetative
penting untuk kehidupan seperti pengaturan frekuensi jantung, TD, Suhu tubuh,
keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual
Sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan
kemarahan.
Memproduksi hormone yg mengatur pelepasan atau inhibisi hormion kelenjar
hipofisis, sehingga mempengaruhi keseluruhan system endokrin.
4. SUMSUM TULANG BELAKANG (Medulla spinalis)

Merupakan bagian SSP yang terletak di dalam canalis cervikalis bersama


ganglion radix pos yang terdapat pada setiap toramen intervertebralis terletak
berpasangan kiri dan kanan

Fungsi sumsum tulang belakang adalah :

1. Penghubung impuls dari dan ke otak


2. Memungkinkan jalan terpendek pada gerak refleks
3. Organ ini mengurus persyarafan tubuh,anggota badan dan bagian kepala
5. CAIRAN SEBROSPINAL
Terdapat pd ruang subaraknoid yang mengisi ventrikel dlm otak yg terletak antara
araknoid dan piameter
Lapisan pelindung otak (piameter, araknoid dan durameter)
Menyerupai plasma dan cairan interstisial tp tdk mengandung protein

Fungsinya:

Sebagai bantalan untuk jaringan lunak otak dan medulla spinalis


Sebagai media pertukaran nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta
medulla spinalis.

SISTEM SARAF TEPI (Perifer)

Sistem saraf perifer mempunyai 2 subdivisi fungsional utama yaitu sistem somatik dan
otonom.Eferen somatik dipengaruhi oleh kesadaran yang mengatur fungsi-fungsi seperti
kontraksi otot untuk memindahkan suatu benda,sedangkan sistem otonom tidak dipengaruhi oleh
kesadaran dalam mengatur kebutuhan tubuhsehari-hari,sistem saraf otonom terutama terdiri atas
saraf motorik visera (eferen) yang menginversi otot polos organ visera,otot jantung,pembuluh
darah dan kelenjar eksokrin

Sistem saraf tepi terdiri dari :

12
12 pasang saraf serabut otak ( saraf cranial ) yang terdiri dari 3 pasang saraf sensorik,
5 pasang saraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan.
31 pasang saraf sumsum tulang belakang ( saraf spinal ) yang terdiri dari 8 pasang
saraf leher,12 pasang saraf punggung,5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul
dan 1 pasang saraf ekor.

SISTEM SARAF TAK SADAR ( OTONOM )

Sistem saraf otonom bersama-sama dengan sistem endokrin mengkoordinasi pengaturan


dan integrasi fungsi-fungsi tubuh.Sistem saraf mengirimkan sinyal pada jaringan targetnya
melalui transmisi impuls listrik secara cepat melalui serabut-serabut saraf yang berakhir pada
organ efektor dan efek khusus akan timbul sebagai akibat pelepasan substansi
neuromediator(Neurotransmiter)

Neurotransmitor adalah suatu penandaan kimiawi antar sel yang berfungsi sebagai
komunikasi antar sel saraf dan antara sel saraf dengan organ efektor . Neurotransmiter adalah
senyawa yang disintesa, disimpan dalam saraf tempat dia bekerja,sekresinya bergantung pada
adanya ion kalsium dan diatur melalui fosforilasi protein sinapsis.Menyebar secara cepat
sepanjang celah sinaps antara ujung neuron dan berikatan dengan reseptor spesifik pada sel target
( pasca sinaps).

Adapun jenis-jenis neurotransmiter yaitu :

1. Acetylcolin :

Bersifat inhibisi melalui susunan saraf parasimpatis

2. Norepinefrin dan epinefrin

Bersifat inhibisi melalui susunan saraf simpatis

3. Dopamin

Terdapat di ganglia otonom dan bagian otak seperti substansi nigra,dopamin


menyebabkan vasodilatasi,relaksasi saluran cerna,meningkatkan sekresi kelenjar
ludah(salivas) dan sekresi insulin.

4. Serotonin

13
Terdapat di saluran cerna,di ssp yaitu di medula spinalis dan hipotalamus,fungsinya
menghambat impuls nyeri dan mengatur perasaan seseorang.

5. Asam gamma aminobutirat(GABA)

Bersifat inhibisi pada otak,medulla spinalis dan retina,berperan dalam mekanisme


kerja obat hipnotif-sedatif dan psikotropik pada penyakit epilepsi.

6. Histamin
7. Prostaglandin
8. Asam glutamat

SSO memiliki 2 devisi yaitu sistem simpatis dan sistem parasimpatis.

1. Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medula spinalis,memiliki
neurotransmiter norefinefrin/Adrenalin shg disebut juga saraf adrenergik,fungsinya
mempertahankan derajat keaktifan(menjaga tonus vaskuler),memberi respon pada situasi
stres seperti.trauma,ketakutan,hipoglikemi,kediginanan,latihan.
2. Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sakral pada medula
spinalis,neurotransmiternya yaitu asetilkolin shg disebut jg saraf kolinergik,fungsinya
menjaga fungsi tubuh esensial seperti proses dan pengurangan zat-zat sisa.
C. Gejala dan Manifestasi Klinik

Berikut ini 10 tanda awal penyakit Parkinson:

1. Hilangnya indera penciuman

Hilangnya bau kerap diikuti dengan hilangnya rasa. Dopamin adalah pengantar kimia
yang membawa sinyal antara otak dan otot dan saraf di seluruh tubuh. Seperti yang
memproduksi dopamin sel mati, indera penciuman menjadi terganggu, dan pesan seperti isyarat
bau tidak sampai.

"Pasien mengatakan mereka berada di pesta dan semua orang berkomentar tentang
seberapa kuat parfum salah seorang wanita, dan dia tidak bisa mencium baunya," kata Rezak

2. Sulit tidur

Ahli saraf tetap waspada terhadap kondisi tidur cepat yang dikenal sebagairapid eye-
movement behavior disorder (RBD). Orang dengan RBD mungkin berteriak, menendang, atau

14
menggemeretakkan gigi mereka. Mereka bahkan dapat menyerang pasangan tidur mereka.
Sebanyak 40 persen orang dengan RBD akhirnya mengembangkan Parkinson paling tidak 10
tahun kemudian, kata, Rezak.
Dua masalah tidur lainnya yang umumnya berkaitan dengan Parkinson adalah sindrom kaki
gelisah (kesemutan atau rasa tusukan di kaki dan perasaan bahwa Anda harus memindahkan
mereka) dan tiba-tiba berhenti bernapas sejenak saat tidur (sleep apnea). Tidak semua pasien
dengan kondisi ini memiliki Parkinson, tapi sejumlah besar pasien Parkinson--hingga 40 persen
dalam kasus sleep apnea--memiliki kondisi ini.

3. Mengalami sembelit dan problem berkemih

Salah satu tanda awal yang paling umum dari Parkinson--dan yang paling diabaikan
karena ada banyak kemungkinan penyebab--adalah sembelit dan kentut. Ini hasil dari penyakit
Parkinson yang mulai mempengaruhi sistem saraf otonom, yang mengatur aktivitas otot halus
seperti yang bekerja perut dan kandung kemih. Usus dan kandung kemih dapat menjadi kurang
sensitif dan memperlambat proses pencernaan keseluruhan. Salah satu cara untuk mengenali
perbedaan antara sembelit biasa dan sembelit disebabkan oleh Parkinson adalah bahwa yang
terakhir sering disertai dengan perasaan kenyang, bahkan setelah makan sangat sedikit.

4. Kurangnya ekspresi wajah

Kehilangan dopamin dapat mempengaruhi otot-otot wajah, membuat mereka kaku dan
lambat dan mengakibatkan kurangnya karakteristik ekspresi. "Beberapa orang menyebutnya
sebagai wajah batu atau wajah poker," kata ahli saraf Pam Santamaria, ahli Parkinson di
Nebraska Medical Center di Omaha.

5. Nyeri pada leher

Tanda ini sangat sering terjadi pada wanita, setelah mengeluhkan tremor dan kekakuan.
Nyeri leher ini sifatnya terus berlanjut, tidak seperti kram otot biasa yang hilang setelah satu atau
dua hari. Pada beberapa orang, muncul mati rasa dan kesemutan.

6. Lambat saat menulis

15
Salah satu gejala Parkinson, yang dikenal sebagai bradykinesia, adalah perlambatan dan
hilangnya gerakan spontan dan rutin. Tulisan tangan adalah salah satu tempat yang paling umum
untuk mengenai tanda bradykinesia. Mencuci dan berpakaian juga digunakan untuk menandai
kemunculanbradykinesia. Seseorang mungkin butuh waktu lama untuk berdandan atau berurusan
dengan ritsleting dan pengencang lainnya.

7. Perubahan suara

Suara mulai berubah, sering menjadi jauh lebih lembut dan lebih monoton. Ini adalah
tanda yang sering dilupakan dokter yang mendiagnosis seseorang dengan penyakit ini. Otot-otot
wajah yang kaku membuatnya lebih sulit mengatakan sesuatu dengan jelas. "Beberapa pasien
mulai mengalami kesulitan membuka mulut mereka," kata Rezak.

8. Lengan tidak berayun bebas

Lengan tak bisa direntangkan dengan bebas, sehingga untuk meraih vas bunga di rak
tertinggi akan mengalami kesulitan. Bisa juga, salah satu lengan tak bebas berayun seperti lengan
lainnya.

9. Berkeringat secara berlebihan

Ketika Parkinson mempengaruhi sistem saraf otonom, ia kehilangan kemampuannya


untuk mengatur tubuh, yang dapat menyebabkan perubahan pada kulit dan kelenjar keringat.
Beberapa orang menemukan diri mereka berkeringat secara tak terkendali ketika tidak ada alasan
yang jelas, seperti panas atau kecemasan. Bagi seorang wanita, serangan ini kabur dengan gejala
menopause. Istilah resmi untuk gejala ini adalah hiperhidrosis.

10. Perubahan suasana hati dan kepribadian

Para ahli tidak yakin mengapa, tapi ada berbagai perubahan kepribadian terkait dengan
yang datang dengan Parkinson, termasuk kecemasan diucapkan dalam situasi baru, penarikan
sosial, dan depresi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi pada seseorang yang
sebelumnya tidak mengalaminya adalah tanda pertama pada kebanyakan pasien Parkinson.

Adapun gejala penyakit Parkinson antara lain:

16
a. Gemetaran.

Seseorang penderita penyakit Parkinson pada saat istirahat atau pada saat tidak
melakukan aktivitas akan mengalami gemetaran. Gemetaran yang timbul dapat terjadi pada
tangan, kaki, rahang atau kepala.

b. Kekakuan.

Penderita akan mengalami rasa kaku pada otot, rasa sakit pada bahu,leher dan sendi-
sendi hingga sulit untuk bergerak.

c. Hilangnya reflex postural.

Penderita akan mengalami gangguan keseimbangan tubuh,

d. Kebekuan.

Gejala ini mengacu terhadap ketidakmampuan untuk melakuakn pergerrakan yang


aktif. Ketika akan berjalan, memutar, berjalan melalui jalan yang sempit penderita akan sulit
untuk melakukannya.

e. Gejala nonmotor (tidak berhubungan dengan pergerakan).

Gejala ini juga timbul pada penderita penyakit Parkinson antara lain penderita
merasakan sakit seperti terbakar, perasaan geli, hilangnya motifasi, susah tidur ataupun
merasakan tekanan. Kebanyakan gejala ini akan memperparah penderita penyakit Parkinson.

D. Patofisiologi

Lesi utama tampak menyebab hilangnya neuron pigmen, terutama neuron di dalam
substansfa nigra pada otak (substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang
memproyeksikan serabutserabut korpus striatum).Salah satu neurotransmiter mayor di daerah
otak mi dan bagianbagj lain pada sistem saraf pusar adala dopamin Yang mempunyai fungsi
Penting dalam mengha gerakan pada pusat kontrol geraka Secara normal dopamin memjljki
konsentrasj yang tinggi di bagianj0 otak tertentu namun pada penyakit Parkinson konsentrasi
dopamin menipjs dalam substansia nigra dan korpus stniatum. Penipisan kadar dopamin dalam
basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia kekakuan dan tremor.

17
Aliran darah serebri regional menurun pada klien dengan penyakit Parkinson dan ada kejadian
demensia yang tinggi. Data patologis dan biokimia menunjukkan bahwa klien demensia dengan
penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta Alzheimer. Pada kebanykan klien, penyebab
penyakit tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme arterioskierosis terlihat lebih sering terjadi pada
kelompok usia lanjut. Kondisi mi menyertai ensefalitis, keracunan, atau toksisitas (mangan,
karbon monoksida), hipoksia, atau dapat alibat pengaruh obat.

Gambar 6.1. Perubahan gaya berjalan pada klien parkinsonisme. Klien kehilangan refleks
postural, berdiri dengari kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti
didorong (sumber: Priguna Sidharta, Jakarta: Dian Rakyat, 1985).

Manifestasi utama penyakit Parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor
menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Gejala awal yang dialami klien
adalah kaku ekstremitas dan kaku pada semua gerakan. Klien mengalami kesulitan dalam
memulai, iempertahankan, dan membentuk aktivitas motorik dan lambat dalam menghasilkan
aktivitas normal. Gejala yang terlihat sebagai pertanda bahwa penyakit telah berlanjut adalah

18
tremor, sering kali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian yang lain, dan
akhirnya bagian kepala, walaupun tremor mi tetap unilateral.Karakteristik tremor dapat berupa
lambat, gerakin membalik (pronasisupinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan
ibu jan terhadap jan-jan seolah-olah memutar sebuah pil di antara jan-jan.Keadaan mi meningkat
bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cernas,dan muncul pada saat klien
istirahat.Karakteristik lain adalah penyakit mi memengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya
berjalan. Klien mengalami kehilangan ayunan tangan normal, sehingga menyebabkan
keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi. Hal mi dapat terlihat saat klien berbicara,
wajah klien seperti topeng (sering mengedipkan mata), raut wajah yang ada muncul sekilas.
Klien mengalami kehilangan refleks postural, berdini dengan kepala cenderung ke depan dan
berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong, Kesulitan dalam berputar dan hilangnya
keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
Tanda depresi yang muncul pada klien belum dapat ditetapkan apakah depresi sebagai reaksi
terhadap gangguan atau yang berhubungan dengan abnormalitas biokimia di dalam substansia
nigra pada otak.

Rigiditas pada penyakit Parkinson jelas sekali memperlihatkan tahanan yang


bergelombang sehingga dinamakan cogwheel rigidity. Pada rigiditas deserebrasi terdapat tahanan
pada gerakan fleksi dan ekstensi pasif anggota gerak yang mempunyai segi spastik juga.
Rigiditas deserebrasi merupakan manifestasi hilangnya pengaruh inhibisi dan meningkatnya
pengaruh eksitasi terhadap gamma loop akibat kerusakan di bagian rostral batang otak. Secara
singkat dapat dinyatakan bahwa sebenarnya pengaruh inhibisi pada susunan ekstrapiramidal
adalah faktor utama terjadinya genesis rigiditas deserebrasi.Rigiditas deserebrasi
memperlihatkan juga pengaruh penurunan impuls vestibularis terhadap sikap tubuh yang serba
kaku itu. Sikap tubuh yang kaku tersebut adalah seluruh tubuh kaku, dengan kedua lengan
dirotasikan pada sendi bahu dan lurus pada sendi siku. Kedua tangan bersikap pronasi dengan
jan-Jan lurus tapi ditekuk di sendi-sendi metakarpofalangeal. Kedua tungkainya bersikap lurus di
sendi panggul dan lutut, sedangkan kaki dan jani-jarinya berfleksi kaku. Jika kepala diputar ke
kanan, lengan kin akan melakukan gerakan fleksi di sendi siku secara reflekstorik. Bila kepala
ditengadahkan secara pasif, sikap deserebrasi ssperti yang digambarkan di atas menjadi
berlebihan.Manifestasi otonom penyakit Parkinson antara lain adalah berkeningat, kulit

19
berminyak dan sering mendenita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan
kandung kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.

Gangguan saraf okulomotorius tenlihat saat klien melakukan konvergensi, penglihatan


menjadi kabur karena klien tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
Gerakan kedua bola mata untuk menatapkan mata pada sesuatu tidak selalu berjalan searah,
melainkan bisa juga berjalan I ke arah yang benlawanan. Gerakan bola mata yang sinkron
dengan arah yang berlawanan hanyalah gerakan kedua bola mata ke arah nasal. Dalam gerakan
itu, bola mata kin bergerak ke kanan dan bola mata kanan bergerak ke kin. I Gerakan kedua bola
mata ke arah nasal dinamakan gerakan konvergen, yang terjadi karena kedua otot rektus medialis
(internus) herkontraksi.Krisis oligurik menyertai parkinsonisme jenis pasca-ensefalitis, yaitu
terjadi spasme pada otot-Otot konjugasi mata, mata terflksasi biasanya ke atas selama beberapa
menit sampai beberapa jam. Saat mi, krisis oligurik jarang ditemukan karena jumlah klien yang
masih bertahan hidup dengan tipe parkinsonisme mi semakin sedikit,Rasa lelah berlebihan dan
otot terasa nyeri. Otot-otot kelelahan karena terjadi rigiditas pada otot. Hipotensi postural yang
terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan
tekanan darah oleh sistem saraf otonom. Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan
dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi
pembersihan saluran napas.

E. Komplikasi
1. Komplikasi Motor

Merupakan masalah terapeutik terbesar. Penelitian menunjukkan 50% komplikasi terjadi


dalam 5 tahun.

Gangguan gaya berjalan dan ketidakstabilan postur merupakan masalah yang sering
terjadi dan serius pada pasien Parkinson karena bisa meningkatkan resiko jatuh dan
cedera. Beberapa penelitian menyarankan kemunculan gejala ini bisa memprediksi lebih
cepat dibandingkan tremor sebagai gejala predominan.

20
Gangguan menelan (disfagia). Disfagia berasosiasi dengan pemendekan waktu bertahan.
Gangguan motor dari otot kerongkongan tidak hanya menimbulakan gangguan menelan
tapi juga beresiko pneumonia aspirasi.
Konstipasi adalah masalah besar dan terjadi sebagai akibat dari penyakit dan efek
samping dari pengobatan.
Kontrol kandung kemih dan inkontinensia urin juga merupakan komplikasi penting pada
parkinson.
Gangguan bicara terjadi pada lebih dari 70% pasien Parkinson. Dapat dikarenakan
kekakuan otot wajah, kehilangan control motor, dan gangguan kontrol pernapasan. Tonus
dapat menjadi monoton, kata-kata dapat berulang terus menerus, atau kecepatan berbicara
menjadi sangat cepat.
2. Komplikasi Non-motor

Mempengaruhi kualitas hidup, berkorelasi dengan usia, lama dan keparahan penyakit.

Insomnia. Dapat dikarenakan pergerakan lambat saat malam hari, perubahan siklus tidur,
nyeri, kram, distonia nokturnal atau pagi hari.
Restless Leg Syndrome
Kelebihan tidur siang hari. 50% dikarenakan oleh medikasi, sleep apnea, sleep attact,
higiene tidur yang jelek.
Gangguan tidur REM. Merupakan gejala preklinikal, kebiasaan tertawa, bicara, berteriak,
menendang waktu bermimpi. Memburuk dengan antidepresan.
Halusinasi
Fatigue. Dapat berhubungan dengan progresi penyakit, hipotensi, depresi, gangguan tidur.
Depresi. Terjadi sekitar 10-45% pada pasien Parkinson.
Kecemasan. Merupakan gejala preklinikal. Bisa berupa serangan panic, fobia, atau
gangguan kecemasan umum.
Kehilangan memori. Terjadi sekitar 40% pada pasien Parkinson. Bersifat progresif.
Hipotensi orthostatik.
Konstipasi. Kelambatan pergerakan traktus GI, penurunan aktivitas, efek samping
medikasi Parkinson (antikolinergik dan dopamine)
Nausea
Gangguan kandung kemih. Dapat berupa Urinary Incontinence, Urinary frequency,
Urinary hesitancy
Difungsi seksual.
Berkeringat. Biasanya berhubungan dengan levodopa.

F. Klasifikasi
1. Parkinsonisme primer / idiopatik/paralysis agitans.

21
Penyakit parkinson primer terjadi karena produksi dopamine rendah karna keturunan
(Gen)

2. Parkinsonisme sekunder atau simtomatik

Sedangkan penyakit parkinson sekunder disebabkan faktor dari luar. Misalnya,


asupan obat-obat antihipertensi, antiaritmia, jantung, antimuntah, atau obat gangguan jiwa.
Selain itu keracunan akibat zat-zat polutan seperti karbon monoksida, sianida, karbon
disulfida, pestisida, dan herbisida bisa merusak sel saraf yang memproduksi dopamine.
Infeksi virus, trauma kepala, dan stroke juga bisa menimbulkan parkinson.

Pasca ensefalitis virus


Pasca infeksi lain, misalnya sifilis nominovaskular, tuberculosis, aterosklerosis
Iatrogenic atau terinduksi obat misalnya obat-obat golongan fenotiazin, reserpine,
tertrabenazin
Toksik, misalnya karena intoksikasi karbonmonoksida, karbondisulfida, mangan,
sianida
Lain-lain, misalnya karena perdarahan serebral petekial pasca-trauma yang berulang-
ulang pada petinju, infark lacunar, tumor serebri, hipoparatiroid, kalsifikasi
3. Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )

Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan. Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal
( parkinsonismus juvenilis )

G. Penatalaksanaan Medis

Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamine. Tetapi obat-obatan


mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitormmonoamin oksodasi
(MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada
lansia meliputi:

Antihistamin

Antihistamin mempunyai efek sedative dan antikolinergik pusat ringan, dapat


membantu dalam menghilangkan tremor.

22
Terapi antikolinergik

Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efeksif


untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf
pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah,
konstipasi, retensi urine, dan kondisi akut. Tekanan intraocular dipantau ketat karena obat-
obat ini kontraindikasi pada klien dengan glaucoma meskipun glaucoma yang dialami klien
hanya sedikit. Klien dengan hyperplasia prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda
retensi urine.

Amantadin hidrokhlorida

Amantadin hidrokhlorida (symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal


pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan bradikinesia. Agen
ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan didalam saraf.
Reksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi,
halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan.

Terapi levodopa

Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen tang paling
efektif untuk pengobatan penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)-dopa menjadi
dopamine pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamine dengan konsentrasi normal
yang terdapat didalam sel-sel subtansia nigra menjadi hilang pada klien dengan penyakit
Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamine yang lebih tinggi
akibat pemberian levodopa.

Derivate Ergoet-Agonis Dopamin

Agen-agen ini (bromoktriptin dan pergolid) dianggap sebagai agonis reseptor


dopamine. Agen ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada klien yang
mengalami reaksi on-off terhadap fruktuasi klinis yang ringan.

Inhibitor MAO

23
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson.
Obat iniu menghambat pemecahan dopamine. Sehingga peningkatan jumlah dopamine
tercapai, tidak seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan
penyakit.

Antidepresen

Antidepresen trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga terbiasa
terjadi pada penyakit Parkinson.

Intervensi pembedahan

Meskipin banyak pendekatan yang berbeda saat ini, penatalaksanaan pembedahan


terhadap penyakit Parkinson masih menjadi bahan penelitian dan controversial. Pada
beberapa klien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa berat, pembedahan dapat
dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala pada klien tertentu, namun hal
ini menunjukkan adanya perubahan perjalanan penyakit atau perkembangan kearah
permanen. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat dilakukan berupa subtalamotomi dan
palidotomi.

Pendekatan lain mencakup transplantasi jaringan saraf kedalam basal ganglia dalam
upanya membuat pelepasan kembali dopamine normal. Transplantasi saraf pada medulla adrenal
klien kedalam basal ganglia efektif mengurangi gejala pada sebagian kecil klien. Transplantasi
sel-sel saraf mengunakan jaringan fetus telah dicoba, bagaimanapun prosedur ini masih
diperdebatkan. Penelitian tentang hal ini dan pembedahan lain pendekatan yang tidak melaui
pembedahan lain serta pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan

H. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Parkinson

1. Pengkajian

Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan system persarafan
meliputi anamnesis riwayat penyakit,pemeriksaan fisik,pemeriksaan diagnostik,dan pengkajian
psikososial.

24
Anamnesis
Anamnesis pada Parkinson meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan pengkajian psikososial.
1. Identitas Klien.
Meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50-60 tahun), jenis
kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan. Alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal dan jam masuk RS, nomor register, dan diagnosa medis.
2. Keluhan Utama
Gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks
postural.
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian ke bagian
yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Adanya perubahan
pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi,
berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan,
konstipasi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat
antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka
waktu yang lama.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan
diabetes melitus.

6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya,perubahan peran klien
dalam keluarga dan masyarakat,dan respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

25
Klien dengan penyakit Parkinson umunya tidak mengalami penurunan kesadaran.Adanya
perubahan pada tanda vital,yaitu bradikardi,hipotensi,dan penurunan frekuensi
pernapasan.
B I (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas,
aspirasi makanan atau saliva,dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
Inspeksi :ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk
batuk efektif,peningkatan produksi sputum,sesak napas,dan penggunaan
otot bantu napas.
Palpasi :ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi :ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh system saraf otonom

B3 (Brain)
Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan focus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada system lainnya.
b. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran clien biasanya compos mentis

c. Pemeriksaan Fungsi serebri

Status mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif,penurunan persepsi,dan penurunan memori baik
jangkapendek dan memori jangka panjang. Adanya gangguan efek berupa euphoria
merupakan tanda khas pada klien multiple sclerosis.

d. Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I :

Biasanya pada klien multiple sclerosis tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak ada
kelaianan.

Saraf II :

Hasil tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan ketajaman


penglihatan.Sejumlah besar klien menderita gangguan penglihatan sebagai gejala-gejala
awal.dapat terjadi kekaburan penglihatan,lapang pandangyang abnormal dengan bintik
buta (skotoma)baik pada satu maupun pada kedua mata.

26
Saraf III,IV,dan VI : Pada beberapa kasus penyakit multiple sclerosis biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan pada saraf ini.

Saraf V : Wajah simetris dan tidak ada kelainan pada saraf ini.

Saraf VII : Persepsi pengecepan dalam batas normal.

Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

Saraf IX dan X.:Didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang berhubungan dengan
perubahan status kognitif (klien tidak kooperatif).

Saraf XI.Tidak ada atrifi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII. Lidah simetris,tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.

e. Sistem Motorik

Kelemahan spastik anggota gerak dengan menifestasi berbagai gejala meliputi kelemahan
anggota gerak pada satu sisi tubuh atau berbagai secara asimetris pada keempat anggota gerak.
Merasa lelah dan berat pada satu tungkai dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah
terseret maju dan pengontrolannya kurang sekali.Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan
meloncat secara sepontan terutama apabila ia sedang berada ditempat tidur.

f. Pemeriksaan reflex

Refleks tendon hiperaktif da reflex-refleks abdominal tidak ada.Respon plantar berupa ekstensor
(tanda Babinski).Tanda ini merupakan indikasi terserangnya lintasan kortikospinal.

g. Sistem sensorik

Gangguan sensorik berupa parestesia (baal,perasaan geli,perasaan mati,tertusuk-tusuk jarum


dan peniti).Jika lesi terdapat pada kolumna posterior medulla spinalis servikalis,fleksi leher
menyebabkan sensasi seperti syok (tanda Lhermitter).Gangguan proprioseptif sering
menimbulkan ataksia sensorik dan inkoordinasi lengan.

B4 (Bladder)
Penurunan reflekskandung kemih perifer dihubungkan dengan difungsi kognitif dan persepsi
klien secara umum.
B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum,kelelahan otot,dan adanya tremor menyeluruh.
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan,kelelhan otot,tremor secara umu pada
keseluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
pemenuh;an aktivitas sehari-hari.

27
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap adanya ikatan


oligoklonal (beberapa pita immunoglobulin gamma [IgG]),yang menunjukan abnormalitas
immunoglobulin.dalam kenyataanya,hamper 95% antibody IgG normal terihat di SSP pada klien
dengan multiple sclerosis.Pemeriksaan potensial bangkitan dilakukan untuk membantu
memastikan luasnya proses penyakit dan memantau perubahan.

CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri.MRI menjadi alat diagnostic utama untuk
memperlihatkan plak kecil dan untuk mengevaluasi perjalanan penyakit dan efek
pengobatan.Disfungsi kandung kemih yang mendasari diagnosis dengan pemeriksaan
urodinamik.Pengujian neuropsikologis dapat diindikasikan untuk mengkaji kerusakan kognitif.

Penatalaksanaan Medis

Program pengobatan sesuai dengan individu,kelompok,dan rasional yang menjadi


indikasi untuk mengurangi gejala dan memberikan dukungan secara terus-menerus.Banyak klien
multiple sclerosis mengalami keadaan stabil dan hanya memerlukan pengobatan yang lebih
sering yang ditunjukkan pada pengontrolan gejala sedangkan yang lain mengalami progresi
penyakit yang mantap.

DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,menurunnya
kekuatan ,kehilangan control otot/koordinasi.
3. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan
aktivitas.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
tremor,pelambatan dalam proses makan,kesulitan dalam mengunyah,dan menelan.
5. Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume
bicara,pelambatan bicara,ketidakmampuan menggerakkan otot-otot wajah.
6. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
7. Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan
rumah yang tidak adekuat.

HAMBATAN MOBILITAS FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAKUAN


DAN KELEMAHAN OTOT (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria: Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,

28
bertambahnya kekuatan otot, dan klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kajian mobilitas yang ada dan Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
observasi terhadap peningkatan melakukan aktivitas.
kerusakan. Kaji secara teratur fungsi
motorik.
Lakukan program latihan Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,
meningkatkan kekuatan otot. menurunkan kekakuan otot, dan mencegah
kontraktor bila otot tidak digunakan.
Lakukan latihan postural. Latihan postural untuk melawan kecenderungan
kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus : Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk
Ajarkan untuk berkonsentrasi pada mengimbangi gaya berjalan menyeret dan
berjalan tegak, memandang lurus ke kecenderungan tubuh condong ke depan.
depan, dan menggunakan cara berjalan
dengan dasar lebar (misalnya berjalan
dengan kaki terpisah);
Klien dianjurkan untuk latihan
berjalan serupa dengan barisan music
marching atau suara dengan birama
lagu, karena hal ini memberikan
rangsangan sensori;
Latihan bernapas sambil berjalan
membantu untuk menggerakkan rangka
tulang rusuk dan transpor oksigen
untuk mengisi bagian paru-paru yang
miskin oksigen;
Periode istirahat yang sering untuk
membantu pencegahan frustasi dan
kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase Mandi hangat dan masase membantu otot-otot
otot. rileks pada aktivitas pasif dan aktif serta
mengurangi nyeri otot akibat spasme yang

29
mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM, Untuk memelihara fleksibitas sendi sesuai
perawatan diri sesuai toleransi. kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
untuk latihan fisik klien. ekstremitras dapat ditingkatkan dengan latihan fisik
dan tim fisioterapis.

DEFISIT PERAWATAN DIRI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELEMAHAN


NEUROMUSCULAR, MENURUNNYA KEKUATAN, KEHILANGAN KONTROL
OTOT/KOORDINASI. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : keperawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria: klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri,
klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, dan
mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
INTERVENSI RASIONALISASI
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan Membantu dalam mengantisipasi dan
dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL. merencanakan pertemuan kebutuhan individu
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan Klien dalam keadaan cemas dan tergantung hal ini
klien dan bantu bila perlu. dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri
klien.
Ajarkan dan dukung klien selama Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan
aktivitas. sehari-hari dapat meningkatkan perawatan diri.
Rencanakan tindakan untuk defisit Klien akan mampu melihat dan memakan
penglihatan seperti tempatkan makanan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya
dan peralatan dalam suatu tempat, orang ke ruangan.
dekatkan tempat tidur ke dinding.
Modifikasi lingkungan Modifikasi lingkungan diperlukan untuk
mengompensasi ketidak mampuan fungsi.
Gunakan pagar di sekeliling tempat tidur Penggunaan pagar di sekeliing tempat tidur, baik
tempat tidur di rumah sakit maupun di rumah, atau
sebuah tali yang diikatkan pada kaki tempat tidur
untuk memberi bantuandalam mendorong diri
untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
Kolaborasi : Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau

30
Pemberian supositoria dan pencahar; defekasi. Untuk mengembangkan terapi dan
konsul ke dokter terapi okupasi melengkapi kebutuhan khusus.

PERUBAHAN NUTRISI, KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH YANG


BERHUBUNGAN DENGAN TREMOR, PELAMBATAN DALAM PROSES MAKAN,
SERTA KESULITAN MENGUNYAH DAN MENELAN. (Arif Muttaqin, 2008)
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria: mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Memperhatikan kenaikan berat
badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
INTERVENSI RASIONAL
Evaluasi kemampuan makan klien Klien mengalami keslitan dalam
mempertahankan berat badan mereka. Mulut
mereka kering akibat obat-obatan dan
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan.
Klien berisiko terjadi aspirasi akibat
penurunan reflex batuk.
Observasi/timbang berat badan jika Tanda kehilangan berat badan (7-10%) dan
memungkinkan. kekurangan intake nutirsi menunjang
terjadinya masalah katabolisme, kandungan
glikogen dalam ototo, dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan Meningkatkan kemampuan klien dalam
Gangguan menelan disebabkan oleh menelan dan dapat membantun pemenuhan
tremor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai nutrisi klien via oral.
menelan, kesulitan dalam membentuk makanan Tujuan lain adalah mencegah terjadinya
dalam bentuk bolus. kelelahan, memudahkan masuknya makanan,
Makanan setengah padat dengan sedikit air
dan mencegah gangguan pada lambung.
memudahkan untuk menelan.
Klien dianjurkan untuk menelan secara
berurutan.
Klien diajarkan untuk meletakkan
makanan di atas lidah, menutup bibir dan gigi,
dan menelan.
Klien dianjurkan untuk mengunyah

31
pertama kali pada satu sisi mulut dan
kemudian ke sisi lain.
Untu kmengontrol saliva, klien dianjukrna
untuk menahan kepala tetap tegak dan
membuat keadaan sadar untuk menalan.
Masase otot wajah dan leher sebelum
makan dapat membantu
Berikan makanan kecil dan lunak.
Monitor pemakaian alat bantu Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga
makanan tetap hangat dank lien dizinkan untuk
istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk
makan, alat-alat khusus juga membantu
makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang
tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan
yang dapat digenggam sendiri digunakan
sebagai alat bantu.
Kajilah fungsi system gastrointerstinal, yang Fungsi system gastrointestinal sangat penting
meliputi suara bising usus, catat terjadi untuk memasukkan makanan. Ventilator dapat
perubahan di dalam lambung serprti mual, dan menyebabkan kembung pada lambung dan
muntah. Observasi perubahan pergerakan usus, perdarahan lambung.
misalnya diare, konstipasi.
Anjurkan pemberian cairan 2.500 cc/hari Mencegah terjadinya dehidrasi akibat
selama tidak terjadi ganggungan jantung. penggunaan ventilator selama tidak sadar dan
mencegah terjadinya konstipasi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium yang Memberikan informasi yang tepat tentang
diindikasikan, seperti : serum, transferrin, keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.
BUN/kreasinin dan glukosa

KERUSAKAN KOMUNIKASI VERBAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENURUNAN VOLUME BICARA, PERLAMBATAN BICARA,
KETIDAKMAMPUAN MENGGERAKKAN OTOT-OTOT WAJAH. (Arif Muttaqin,
2008)

32
Tujuan : klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti
sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria: klien dapat berkomunikasi dengan sumber kemampuan yang ada.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kemampuan klien untuk Gangguan bicara ada pada banyak klien yang
berkomunikasi mengalami penyakit Parkinson. Bicara mereka
yang lemah, monoton, halus menuntut kesadaran
berupaya untuk bicara dengan lambat, dengan
penekanaan perhatian pada apa yang mereka
katakan.
Menentukan cara-cara berkomunikasi, Mempertahankan kontak mata akan membuat
seperti mempertahankan kontak mata, klien interes selama komunikasi. Jika klien dapat
pertanyaan denga jwaban ya atau tidak, menggerakkan kepala, mengedipkan mata, atau
menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, senang dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih
gambar atau papan tulis, bahasa isyarat, baik dengan menggunakan pertanyaan ya/tidak.
perjelas arti dari komunikasi yang
disampaikan.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila Kateter intravena yang terpasang di tangan akan
terpasang intravenous kateter. mengurangi kebebasan menulis/memberi isyarat.
Letakkan bel/lampu panggilan di tempat Ketergantungan klien pada ventilator akan lebih
yang mudah dijangkau, dan berikan baik dan rileks, persaan aman, dan mengerti
penjelasan cara menggunakannya. Jawab bahwa saelaam menggunakan ventilator, perawat
panggilan tersebut dengan segera. Penuhi akan memenuhi segala kebutuhannya.
kebutuhan klien. Katakana kepada klien
bahwa perawat siap membantu jika
dibutuhkan.
Buatlah catatan di kantor perawatan Mengingatkan staf perawatan untuk berespons
tentang keadaan klien yang tak dapat dengan klien selama memberikan perawatan.
berbicara.
Buat rekaman pembicara klien. Rekaman pembicaraan untuk beresons dengan
klien selama memberikan perawatan.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat Keluarga dapat merasakan akrab dengan klien
dngan klien untuk brbicara dengan klien, berada dekat klien selama berbicara, denga
memberikan informasi tentang npengalaman ini dapat

33
keluarganya dan keadaan yang sedang membantu/mempertahankan kontak nyata seperti
terjadi. merasakanan kehadiran anggota keluarga yang
dapat mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa. Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu
dalam membentuk peningkatan latihan
percakapan dan membantu petugas kesehatan
untuk mengembangkan metoda komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan klien.
KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF YANG BERHUBUNGAN DENGAN
DEPRESI DAN DISFUNGSI KARENA PERKEMBANGAN PENYAKIT (Arif
Muttaqin, 2008)
Tujuan : koping individu menjadi efektif.
Kriteria: mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
INTERVENSI RASIONALISASI

Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam
hubungan dengan derajat ketidakmampuan menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping Kepatuhan terhadap program latihan dan
berjalan membantu memperlambat
kemajuan penyakit. Dukungan dansumber
bantuan dapat diberikan melalui ketekunan
berdoa dan penekanan keluar terhadap
aktivitas dengan mempertahankan
parsitpasi aktif.
Catat ketika klien menyatakan terpengaruh Mendukung penolakan terhadap bagian
seperti sekarat atau mengingkari dan tubuh atau perasaan negative terhadap
menyatakan inilah kematian gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan Membantu klien untuk melihat bahwa

34
tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian peawat menerima kedua bagian sebagai
tentang realitas bahwa masih dapat bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan
menggunakan sisi yang sakit dan belajar klien untuk merasakan adanya harapan dan
mengontrol sisi yang sehat. mulai menerima situasi baru.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh Klien penyakit Parkinson sering merasa
malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan
merasa sendiri. Perasaan ini dapat
disebakan akibat kedaan fisik yang labat
dan upaya yang besar dibutuhkan erhadap
tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan
dudukung untuk mencapai tuuan yang
ditatpkan (seperti meningkatkan
mobilitas). Oleh karena Parkinson
mengarah akan menunjukkan menarik diri
dan depresi, klien harus aktif berpartisasi
dalam program trapi yang mencakup
program sosial dan rekreasi.
Bantu dan anjurkan perawatan yang baik Membantu peningkatan perasaan harga
dengan memperbaiki kebiasan diri dan mengontrol lebih dari satu area
kehidupan.
Bentuk program aktivitas pada keseluruhan Bentuk program aktivitas pada
hari keseluruhan hari untuk mencegah waktu
tidur yang terlalu banyak yang dapat
mengarah pada tidak adanya keinginan
danapatis. Setia upaya dibuat untuk
mendukung klien keluar dari tugas-tugas
yang termasuk koping dengan kebutuhan
mereka setiap hari dan untuk membentuk
klien mandiri. Apa pun yang dilakukan
hanya untuk keamanan sewaktu mencapai
tujuan dengan meningkatnya kemampuan
koping.

35
Anjurkan orang yang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan kelian melakukan sebanyak- kemandirian dan membantu
banyak hal-hal untuk dirinya. perkembangan harga diri serta
memengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti Klien dapat beradaptasi terhadap


peningkatan minat atau partisipasi dalam perubahan dan pengertian tentang peran
aktivitas rehabilitasi. individu masa mendatang.
Monitor gangguan tidur peningkatan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
kesulitan konsentrasi, letargi, dan menarik umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
diri stroke di mana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi : rujuk, pada ahli neuropsikologi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
dan konseling bila ada indikasi. penting untuk perkembangan perasaan.
Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi
obat-obatan, dan dukungan partisipasi
kelompok dapat menolong mengurangi
depresi yang juga sering muncul pada
keadaan ini.

36
37
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis progresif,


merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalisakibat penurunan atau
tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra keglobus palidus/ neostriatum (striatal
dopamine deficiency). Penyakit Parkinsonmerupakan penyakit kronis yang membutuhkan
penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.

Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan
operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan,gangguan yang terjadi mengalami
progress hingga terjadi total disabilitas, seringdisertai dengan ketidakmampuan fungsi otak
general, dan dapat menyebabkan kematian.

Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda.Kebanyakan pasien


berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, danlamanya gejala terkontrol sangat
bervariasi. Efek samping pengobatan terkadangdapat sangat parah. Obat-obatan yang ada

38
sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa
dihentikan sampai saat ini.Sekali terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani
sepanjang hidupnya.

Saran

Dengan adanya Tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang bagaimana penyakit
meningitis dan dapat melakukan perawatan yang baik serta menegakkan asuhan keperawatan
yang baik dengan adanya hasil makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk
menambah wawasan dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://dianalmira.blogspot.com/2012/12/parkinson.html

http://chandwicaksono.blogspot.com/2013/05/askep-parkinson.html

http://makalahmahasiswakedokteran.blogspot.com/2012/07/parkinson.html

http://rennyandita69.blogspot.com/2012/12/makalah-parkinson.html

Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan
Jakarta : Salemba Medika. 2008

39

You might also like