You are on page 1of 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejalan dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh
peningkatan komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai
perusahaan untuk mengembangkan usahanya dan melakukan kegiatan dalam
rangka meraih dana untuk ekspansi bisnis dengan berbagai cara agar investor
mendapatkan keuntungan yang lebih.
Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor dalam
menanamkan modal nya agar dapat memperoleh keuntungan. Pengembangan
pasar modal sangat diperlukan dalam perekonomian indonesia saat ini. Pasar
modal merupakan sarana bagi pihak yang mempunyai kelebihan dana untuk
melakukan investasi dalam jangka menengah ataupun jangka panjang. Instrument
pasar modal terbagi atas dua kelompok besar yaitu instrument pemilikan (equity)
seperti saham dan instrument hutang seperti obligasi perusahaan, obligasi
langganan, obligasi yang dapat di konversikan menjadi saham dan sebagainya.
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang cepat
perkembangannya sehingga menjadi alternatif yang disukai perusahaan untuk
mencari dana. Perkembangan bursa efek disamping dilihat dengan semakin
banyaknya anggota bursa juga dapat dilihat dari perubahan harga saham yang
diperdagangkan.
Harga saham mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat. Apabila
harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata masyarakat
juga baik dan sebaliknya jika harga saham perusahaan rendah, nilai perusahaan di
masyarakat menjadi kurang baik, maka harga saham merupakan hal yang penting
bagi perusahaan.
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya

2
akan sumber daya alam, hasil barang-barang tambang yang dimiliki oleh
Indonesia juga sangat melimpah. Penelitian yang dilakukan oleh Indonesia Policy
Briefs mengatakan bahwa Indonesia penghasil timah terbesar ke dua di dunia,
tembaga terbesar ke empat di dunia, nikel terbesar ke lima di dunia, emas dan batu
bara terbesar ke delapan di dunia, Indonesia menjadi salah satu Negara penting
dalam bidang pertambangan di dunia (www.worldbank.org).
Perkembangan yang terjadi dalam indeks saham sektor pertambangan dapat
ditunjukkan oleh perubahan harga saham yang diperdagangkan di bursa efek.
Pergerakan harga saham dapat memberikan petunjuk tentang peningkatan dan
penurunan aktivitas pasar modal dan investor dalam melakukan transaksi jual beli
saham. Pada aktivitas pasar sekunder harga saham pertambangan akan mengalami
fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham
dipengaruhi permintaan dan penawaran para investor atas saham tersebut. Naik
turunya supply dan demand tersebut terjadi karena banyaknya faktor, baik yang
bersifat internal (kinerja perusahaan) maupun eksternal (kurs, suku bunga,
inflasi).Perusahaan tambang melakukan aktivitas perdagangan internasional yang
relatif tinggi lewat ekspor hasil tambang. Dengan demikian perusahaan tambang
sangat sensitif terhadap perubahan kurs. Fluktuasi kurs berpotensi mempengaruhi
kondisi internal pada perusahaan yang akhirnya dapat menimbulkan resiko
kerugian pada perusahaan. Merosotnya kurs rupiah juga dapat menyebabkan
jumlah utang perusahaan dan biaya produksi mengalami peningkatan yang tinggi
jika dinilai dengan rupiah. Menurut Sunariah (2006), menurunnya kurs dapat
meningkatkan biaya impor bahan baku dan meningkatkan suku bunga walaupun
dapat meningkatkan nilai ekspor, menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang
asing memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Pada 2015 Dunia pasar modal menemui cobaan berat. Indeks Harga saham
Gabungan (IHSG) melorot sekitar 12,39 persen sejak 2 Januari 2015. Anjloknya
IHSG ini disebabkan oleh melemahnya perekonomian global dan nasional. Nilai
tukar rupiah pada pertengahan tahun menembus angka terendahnya sejak krisis
moneter 1998 pada level Rp14.728 per dolar Amerika Serikat.
Sumber: Bareksa

Anjloknya nilai tukar rupiah ini diakibatkan oleh beberapa peristiwa, termasuk di
antaranya molornya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika oleh The Federal
Reserve. Devaluasi Yuan juga ikut memberi andil besar. Fluktuasi nilai tukar
suatu mata uang mempengaruhi kegiatan dan nilai pasar atas pasar lokal, jika
perusahaan pada taraf persaingan internasional, hal ini berarti harga saham
perusahaan dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar mata uang karena berdampak
terhadap laporan perdagangan dan modal atas keseimbangan pembelian dalam
negeri. Suseno (1990) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah yang relatif rendah
terhadap mata uang negara lain terutama US$ akan mendorong peningkatan
ekspor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor. Nilai tukar rupiah yang
rendah juga akan mendorong melemahnya daya beli masyarakat yang dapat
memicu kurang menariknya tingkati nvestasi dalam rupiah.

Ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dari waktu ke waktu


menyebabkan ketidakstabilan harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan
keragu-raguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Hal
ini dapat dilihat dari harga sekuritas atau harga saham yang sedang terjadi, baik
indeks harga saham sektoral maupun Indeks Harga Saham Gabungan.

Sumber: Bareksa

Dari keseluruhan indeks, pertambangan merupakan sektor yang paling terbenam


pada 2015. Sektor ini turun sekitar 41,10 persen sejak awal tahun sampai 21
Desember 2015.

Sumber: Bareksa
Saham-saham di sektor pertambangan memang semakin melemah. Saham
perusahaan pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) harus rela turun sekitar
71,27 persen sejak awal 2015.

Perusahaan tambang pelat merah lainnya juga ikut terkena imbasnya. Harga
saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga anjlok 63,20 persen.

Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga harus terpeleset 52,40 persen
sejak awal 2015. Jatuhnya saham-saham tambang disebabkan aturan larangan
ekspor bahan mineral mentah oleh pemerintah pada 2014 dan melemahnya harga
di pasar dunia.

Sumber: Bareksa

Penurunan harga tersebut tentunya ikut menyeret indeks saham sektor


pertambangan. Berdasarkan data Bareksa sejak Januari 2014 sampai dengan
penutupan perdagangan & 7 September 2015 sudah ambrol 38 persen.

Faktor lain yang mempengaruhi Harga saham sektor pertambangan adalah


faktor internal perusahaan salah satunya adalah kinerja keuangan perusahaan.
Melalui analisis laporan keuangan, maka didapat data tentang posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan kekuatan keuangan yang dimiliki perusahaan. Salah satu
manfaat dari analisis laporan keuangan, kita dapat melakukan analisis terhadap
rasio keuangan perusahaan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Analisis
rasio keuangan merupakan analisis tradisional, sering dipakai dan juga mudah
dalam penggunaannya. Alat ukur yang dipakai analisis rasio keuangan berupa
rasio-rasio keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan
atau prestasi operasi di masa lalu. Secara ringkas, analisis laporan keuangan
memiliki sifat diagnostic, mengidentifikasi dimana letak masalah-masalah
perusahaan, dan prognostic, memprediksi kinerja perusahaan dimasa mendatang
(Stice et al, 2005:241).

Agar rasio-rasio itu mempunyai arti, maka rasio yang dihitung harus dari
variabel-variabel yang mampu memberikan arti. Analisis rasio mampu
menjelaskan hubungan antara variable-variabel yang bersangkutan sehingga dapat
digunakan untuk menilai suatu kondisi keuangan dan dapat dipakai sebagai dasar
perbandingan dari waktu ke waktu.
Ada beberapa ukuran kinerja keuangan yang akan digunakan dalam penelitian
ini dimana masing-masing rasio digunakan untuk menunjukkan pengaruhnya
terhadap harga saham. Variabel kinerja keuangan yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu:
1. Current ratio (Rasio Lancar) Merupakan perbandingan antara aktiva lancar
(Current assets) dengan hutang lancar (Current liabilities). Current ratio yang
tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek
dalam arti setiap saat perusahaan memiliki pendeknya.
2. Return on assets s Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba atas aktiva yang dipergunakan.
3. Earning per share Merupakan variabel yang menunjukkan bahwa semakin
besar variabel tersebut menandakan kemampuan perusahaan yang lebih besar
dalam menghasilkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis keterkaitan dan pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Yaitu menganalisis pengaruh
Nilai tukar dan kinerja keuangan yang terdiri dari beberapa rasio keuangan yang
berupa, CR (Current ratio), ROA (Return on assets s) dan EPS (Earning
PerShare) terhadap harga saham pada perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis Pengaruh Nilai
tukar dan kinerja keuangan terhadap harga saham sektor pertambangan yang
terdaftar di bursa efek indonesia

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dari penelitian
in adalah Apakah nilai tukar dan kinerja keuangan yang terdiri dari rasio
CR,ROA,dan EPS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Menguji dan Menganalisis nilai tukar,
dan kinerja keuangan yang terdiri dari CR,ROA,dan EPS secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan sektor
Pertambangan di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:


1. Untuk penulis, untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan
tentang pengaruh Nilai tukar, dan kinerja perusahaan terhadap harga saham.
2. Bagi investor, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif
pertimbangan dalam mengambil keputusan-keputusan investasi.
3. Untuk mahasiswa dan lain-lain, diharapkan sebagai bahan referensi untuk
penelitian dalam kasus-kasus yang sama dan sebagai pedoman dalam
penelitian yang akan dilakukan di masa depan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori


2.1.1. Teori Signal
Teori sinyal (signaling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal.
Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri
informasi antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak
mengetahui perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar yaitu
investor dan kreditor. Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan
menyebabkan mereka melindungi diri dengan memberikan harga yang rendah
untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengurangi asimetri. Salah satu cara mengurangi informasi asimetri adalah
dengan memberikan sinyal pada pihak luar. Salah satunya berupa informasi
keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai
prospek yang akan datang (Wolk et al, 2000:81).
Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasi
keinginan pemilik perusahaan. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain.
Teori random walk menyatakan bahwa perubahan harga suatu saham atau
keseluruhan pasar yang telah terjadi tidak dapat digunakan untuk memprediksi
gerakan di masa akan datang. Dari penjelasan tersebut, teori ini menyatakan
bahwa harga saham bergerak ke arah yang acak dan tidak dapat diperkirakan. Jadi
tidak mungkin seorang investor dapat memperoleh return melebihi return pasar
tanpa menanggung risiko lebih.
2.1.2. Pasar Modal
Pasar modal adalah lembaga keuangan yang mempunyai kegiatan berupa
penawaran dan perdagangan efek (surat berharga). Pasar modal juga merupakan
lembaga profesi yang berkaitan dengan transaksi jual beli efek dan perusahan
publik yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian pasar modal dikenal sebagai
tempat bertemunya penjual dan pembeli modal/dana. Pasar modal merupakan
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-
belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal
memberikan berbagai alternatif untuk para investor selain berbagai investasi
lainnya, seperti: menabung di bank, membeli tanah, asuransi, emas dan
sebagainya.
Pasar modal merupakan penghubung antara investor (pihak yang memiliki
dana) dengan perusahaan (pihak yang memerlukan dana jangka panjang) ataupun
institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka panjang,
seperti surat berharga yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga
komersial (commercial paper), saham, obligasi, tanda bukti hutang, waran
(warrant), dan right issue. Pasar modal juga merupakan salah satu cara bagi
perusahaan dalam mencari dana dengan menjual hak kepemilikan perusahaan
kepada masyarakat.

2.1.3. Investasi Saham


2.1.3.1 Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang
atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001:5). Dengan menjual sahamnya maka
perusahaan harus berbagi kepemilikan dengan para pemegang saham atau biasa
disebut dengan stockholder. Dengan berbagi kepemilikan perusahaan, maka laba
yang didapat juga harus dibagi dengan para stockholder yang secara umum
dikenal dengan dividen. Pengertian saham yang lainnya adalah tanda penyertaan
atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan (Fakhruddin dan
Hadianto, 2001: 6). Sedangkan menurut Simamora (2000:408), saham
memberikan indikasi kepemilikan atas perusahaan sehingga para pemegang
saham berhak menentukan arah kebijaksanaan perusahaan lewat Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS). Para pemegang saham juga berhak memperoleh
deviden yang dibagikan oleh perusahaan. Sebaliknya, pemegang saham juga turut
menanggung resiko sebesar saham yang dimiliki apabila perusahaan tersebut
bangkrut. Modal saham adalah unit kepemilikan dalam sebuah perusahaan,
sebagai bukti kepemilikan atas saham, perseroan terbatas menerbitkan sertifikat
sahamnya.
2.1.3.2 Teknik Analisis Saham
Analisis dalam memilih saham dapat dilakukan dengan menggunakan 2
pendekatan dasar yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
1). Analisis Fundamental
Analisis fundamental mencoba menghitung nilai intrinsik dari suatu saham
dengan menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan
perusahaan, sehingga analisis ini sering disebut dengan analisis perusahaan.
2). Analisis Teknikal
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harga saham tersebut di waktu yang lalu. Analisis teknikal
menggunakan grafik (chart) maupun berbagai indikator teknis, yang dapat
dilakukan untuk saham-saham individual ataupun untuk kondisi pasar secara
keseluruhan.

2.1.4 Nilai Tukar


Nilai tukar merupakan perbandingan nilai atau harga dua mata uang.
Pengertian nilai tukar mata uang menurut FASB adalah rasio antara suatu unit
mata uang dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu.
Perbedaan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal penting untuk dipahami
karena keduanya mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap risiko nilai tukar
(Sartono, 2001). Perubahan nilai tukar nominal akan diikuti oleh perubahan harga
yang sama yang menjadikan perubahan tersebut tidak berpengaruh terhadap posisi
persaingan relatif antara perusahaan domestik dengan pesaing luar negerinya dan
tidak ada pengaruh terhadap aliran kas. Menurut Nopirin (1990) menjelaskan
bahwa nilai tukar merupakan semacam harga didalam pertukaran tersebut.
Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan terjadi
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan
inilah yang seringkali disebut nilai tukar atau kurs (exchange rate). Sejalan
dengan hal tersebut, Harianto (1998) mendefinisikan bahwa nilai tukar rupiah
adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Kebijakan nilai tukar
dilakukan untuk mengendalikan transaksi neraca pembayaran. Nilai tukar yang
rendah relatif terhadap mata uang negara lain akan mendorong peningkatan
ekspor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar yaitu
faktor fundamental, faktor teknis dan sentimen pasar (Madura 1993 dalam Maski
dan Widyastuti 2003). Faktor fundamental berkaitan dengan indikator-indikator
ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara,
ekspektasi pasar dan interfensi bank sentral. Faktor teknis berkaitan dengan
kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada
kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik
dan begitu pula sebaliknya.Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor
atau berita-berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga
valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau
berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal (Arifin 1998
dalam Maski danWidyastuti 2003).
Berdasarkan perkembangan system moneter internasional pada umumnya
dikenal beberapa macam system penetapan nilai tukar sebagai berikut (Puspita,
2005):
1. Fixed exchange rate system atau sistem tukar stabil.
2. Floating exchange rate system atau sistem nilai tukar mengambang,dimana
nilai tukar suatu mata uang valuta asing ditentukan oleh kekuatan permintaan dan
penawaran pada bursa valuta asing, terdiridari freely floating rate atau clean
float dan managed float atau dirtyfloat.
3. Pegged exchange rate system atau sistem nilai tukar terkait dilakukan dengan
mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain atau
sejumlah mata uang tertentu. Di Indonesia berbagai sistem nilai tukar tersebut
setelah diterapkan selama beberapa periode sebagai berikut:
1) Fixed exchange rate system (tahun 1964 hingga 15 November1978)
2) Floating exchange rate system ( 15 November 1978 hingga 14 Agustus 1997)
3)Floating exchange rate system ( 14 Agustus 1997 sampai sekarang).
Kondisi sosial, politik, dan keamanan sangat berpengaruh terhadap penguatan
nilai tukar.Walaupun tingkat bunga dipertahankan tinggi, tetapi kondisi sosial,
politik, dan keamanan belum stabil, maka nilai tukar masih terdepresiasi karena
para investor asing tidak berani berinvestasi karena tidak adanya jaminan
keamanan. Kestabilan nilai rupiah dapat diukur dari nilai rupiah terhadap barang-
barang dalam negeri dan luar negeri. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang-
barang dalam negeri tercermin dari tingkat inflasi, sementara kestabilan nilai
rupiah luar negeri tercermin dari nilai tukar rupiah (kurs) terhadap uang negara
lain (Iljas 2000 dalam TauhidAhmad 2002).

2.1.5. Laporan Keuangan


Harahap (105:2004) menyatakan Laporan keuangan menggambarkan
kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka
waktu tertentu. Bagi para analis, Laporan keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.
Pada tahap pertama seorang analisis tidak akan mampu melakukan
pengamatan langsung ke suatu perusahaan. Dan seandainya dilakukan ia pun tidak
akan dapat mengetahui banyak tentang situasi perusahaan. Oleh karena itu yang
paling penting adalah media bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam
proses pengambilan keputusan. Berikut ini, beberapa tujuan pembuatan atau
penyusunan laporan keuangan, Kasmir,(87:2010) yaitu :
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
perusahaan pada saat ini.
2. Memeberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
dimiliki perusahaan pada saat ini.
3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam suatu periode tertentu.
5. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva,pasiva,
dan modal perusahaan..
6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode.
Analisis laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kinerja perusahaan dalam suatu periode. Oleh karena itu, sebelum kita
menganalisis laporan keuangan, maka terlebih dahulu kita harus memahami hal-
hal yang berkaitan dengan laporan keuangan. Pemahaman tentang laporan
keuangan mulai dari pengertian, jenis komponen yang terkandung, tujuan maupun
sifat laporan keuangan sangat penting sehingga dalam melakukan analisis lebih
mudah untuk menginterpretasikannya. (Kasmir, 66:2010)
Secara umum dikatakan bahwa manfaat dari analisis laporan keuangan
sebagai berikut (Kasmir, 2010:92) :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki perusahaan .
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke
depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga digunakan untuk pembanding dengan perusahaan sejenis tentang
hasil yang mereka capai.
Rasio merupakan teknik analisis laporan keuangan yang paling banyak
digunakan. Rasio ini merupakan alat analisis yang dapat memberikan jalan keluar
dan menggambarkan symptom (gejala-gejala yang tampak) suatu keadaan. Jika
diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat menunjukkan area-area yang
memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Analisis rasio
dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang
menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita
hanya melihat komponen-komponen itu sendiri. Prastowo dan Juliaty(80:2008).
Adapun kelompok-kelompok rasio yang digunakan dalam analisis laporan
keuangandisesuaikan dengan kepentingan pihak kreditur, investor, dan
manajemen. Secara umum pengelompokkan rasio adalah berdasarkan
(Raharjaputra,2009:199) :

1. Rasio Likuiditas
2. Rasio Aktivitas
3. Rasio Leverage
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Valuas

2.1.5.1. Current ratio

Aktiva Lancar
=
Hutang Lancar
Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, dimana dapat diketahui
sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat
menjamin hutang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin
hutang-hutang perusahaan kepada kreditor. Current ratio kadang-kadang sudah
memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio
tergantung pada beberapa faktor, suatu standard atau rasio yang umum tidak dapat
ditentukan untuk seluruh perusahaan. Current ratio hanya merupakan kebiasaan
dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian atau analisa
lebih lanjut.
Semakin besar Current ratio yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan
harga saham karena menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting
untuk menjaga kinerja perusahaan. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada
investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut (Prihantini, 2009)

2.1.5.2. Return on assets (ROA)


Return on assets (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang
digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. ROA adalah rasio
keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa
besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan. (Bambang R,
1997)
Laba rugi tahun berjalan
=
Total Aktiva disetahunkan
Reurn On Asset (ROA) yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebaliknya jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang
dipergunakan tidak memberikan keuntungan/rugi.

2.1.5.3. Earning per share (Nilai Buku Saham)


Tujuan perhitungan Earning per share (EPS) menurut Machfoesdz (2000) adalah
untuk melihat progres dari operasi perusahaan, menentukan harga saham, dan
menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan. Selanjutnya, Syamsudin
(2004) mengatakan bahwa pada umumnya para pemegang saham tertarik dengan
Earning per share (EPS) yang besar karena hal tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan perusahaan.
Menurut Syamsuddin (2004), yaitu: Laba per saham (Earning per share) adalah
laba bersih setelah pajak dibagi dengan jumlah lembar saham yang
beredar.Menurut Baridwan (2003) menjelaskan mengenai laba per lembar saham
(Earning per share) yakni : Pendapatan per lembar saham adalah jumlah
pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang
beredar. 14
Dengan demikian, laba per lembar saham (Earning per share) adalah Rasio yang
menunjukkan seberapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau
pemegang saham per saham dengan cara membagi laba bersih setelah pajak
dengan jumlah saham biasa yang beredar. Laba per lembar saham (Earning per
share) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar
saham (Eaning Per Share) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan dalam m Rumus ratio ini adalah sebagai berikut:
Modal Saham
=
Jumlah lembar saham

2.2. Penelitian Sebelumnya


Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensidan
perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Suciwati dan Machfoedz (2002)
melakukan penelitian Pengaruh Risiko Nilai Tukar Rupiah Terhadap Return
Saham: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEJ.
Variabel yang digunakan adalah nilai tukar rupiah dan return saham. Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Sampel diambil dari
perusahaan yang terdaftar pada BEJ tahun 1994 sampai dengan 2000, sebanyak
114 sampel untuk menguji perbedaan pengaruh fluktuasi nilai tukar terhadap
return saham dan 76 sampel untuk menguji nilai tukar terhadap perubahan arus
kas. Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan positif terhadap
return saham sebelum terjadi depresiasi dan berpengaruh signifikan negatif
terhadap nilai tukar rupiah setelah terjadinya depresiasi.
2. Yuli Widia Dasrul(2009)
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Industri Pertambangan Yang
Terdaftar Di BEI, Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan :
a. Dari uji hipotesis secara parsial (uji T) diperoleh hanya dua variabel kinerja
keuangan yang berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham industri
pertambangan yaitu variabel EPS dan PER. Sedangkan variabel ROA, ROE tidak
memberikan pengaruh terhadap harga saham.
b. Dari hasil regresi berganda diperole hangka R Square sebesar 0,893. Hal
iniberarti 89,3% dari variasi harga saham perusahaan dapat dijelaskan atau
dipengaruhi oleh kinerja keuangan yang terdiri dari variabel ROA, ROE, EPS, dan
PER. Sementara 10,7% lagi dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.Sedangkan
nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted RSquare) sebesar
0,879 (87,9%) ini menjelaskan apabila dalam penelitian ini dilakukan
penambahan variabel lain maka besar pengaruh variabel dependen berpengaruh
terhadap variabel dependen sebesar 87,9%.
c. Dari uji F (uji Anova) diperoleh tingkatsignifikan sebesar 0,000 (p value <
0,05) yang artinya signifikan dan Fhitung 62,825 > F tabel 5,75. Ini artinya
variabel ROA, ROE, EPS, dan PER secara bersama-sama berpengaruh terhadap
harga saham.
3. Ratna Prihantini, SE (2009)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar dan Debt to
Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham.
Sedangkan Return on assets (ROA) dan Current ratio (CR) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Return Saham pada industri real estate and property.
Hasil penelitian ini diharapkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar, Return on
assets (ROA),Debt to Equity Ratio (DER) dan Current ratio (CR) dapat
dijadikan pedoman, baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam pengelolaan
perusahaan, maupun oleh parai nvestor dalam menentukan strategi investasi
4. Gadang Ganggas Rakasetya
Sedangkan gadang ganggas rakasetya meneliti untuk mengetahui adanya
pengaruh faktor mikro dan faktor makro ekonomi terhadap harga saham
perusahaan Mining And Mining Services baik secara simultan maupun parsial.
Faktor mikro yang diteliti adalah Current ratio (CR), Debt Equity Ratio (DER),
Inventory Turnover (ITO), Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER);
sedangkan faktor makro yang diteliti adalah inflasi dan harga minyak dunia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel faktor mikro dan faktor makro ekonomi
signifikan pengaruhnya terhadap harga saham. Selanjutnya hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa secara parsial variabel DER, ROE, inflasi, dan harga minyak
dunia signifikan pengaruhnya terhadap harga saham, sementara variabel lain
seperti CR, ITO, dan PER tidak signifikan pengaruhnya terhadap harga saham
perusahaan mining and mining services periode 2008-2011
5. Frendi Sondakh (2015)
meneliti untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan yang di wakili oleh Current
ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on assets (ROA) dan Return On
Equity (ROE) terhadap harga saham.Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik NonProbability Sampling dengan metode Purposive Sampling dan
diperoleh 6 perusahaan sebagai sampel penelitian. Metode analisis data
mengunakan uji Regresi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Current ratio
(CR),Debt to Equity Ratio(DER), Return on assets (ROA) dan Return on Equity
(ROE) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Bagi para
investor diharapkan memperhatikan Current ratio, Debt to Equity Ratio, Return
on assets , Return on Equity sebelum berinvestasi.

2.3. Kerangka Pemikiran


Dari penjelasan teoritis dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka yang
menjadi variabel-variabel didalam penelitian ini adalah nilai tukar, inflasi CR,
ROA dan EPS sebagai variabel independen (bebas) dan Harga saham sebagai
variabel dependen (variabel terikat). Sehingga kerangka pikir yang terbentuk
adalah sebagai berikut: Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini dapat di
gambarkan sebagai berikut :

Nilai
Tukar(X)

Current
ratio (X)

Harga Saham
Return on
(Y)
asets (X)

Earning per
share (X)

2.4. Hipotesis Penelitian


2.4.1. Pengaruh Nilai Tukar terhadap harga saham
Ketidakstabilan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dari waktu ke waktu
menyebabkan ketidakstabilan harga saham. Kondisi ini cenderung menimbulkan
keragu-raguan bagi investor, sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Hal
ini dapat dilihat dari harga sekuritas atau harga saham yang sedang terjadi, baik
indeks harga saham sektoral maupun Indeks Harga Saham Gabungan.
Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing (seperti rupiah
terhadap dollar) memberikan pengaruh yang negatif terhadap pasar ekuitas karena
pasar ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik (Ang, 1997).
Pengamatan nilai mata uang atau kurs sangat penting dilakukan mengingat
nilai tukar mata uang sangat berperan dalam pembentukan keuntungan bagi
perusahaan. Pialang saham, investor dan pelaku pasar modal biasanya sangat
berhati-hati dalam menentukan posisi beli atau jual jika nilai tukar mata uang
tidak stabil. Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya
dollar AS, memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing meningkatkan biaya
impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga dapat
meningkatkan biaya produksi. Menurunnya nilai tukar juga mendorong
meningkatnya suku bunga agar dapat mendorong lingkungan investasi yang
menarik di dalam negeri. Jika perusahaan tidak memiliki pendapatan dari
penjualan ekspor maka profitabilitas perusahaan akan menurun (Puspita, 2005).
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat di ambil adalah :

H1 : Nilai Tukar secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham

2.4.3. Pengaruh Current ratio terhadap harga saham


Current ratio (Rasio Lancar) Merupakan perbandingan antara aktiva lancar
(current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Current ratio yan
tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam
arti setiap saat perusahaan memiliki kewajiban jangka pendeknya. Akan tetapi
Current ratio yang tinggi akan berpengaruh negative terhadap kemampuan
memperoleh laba (rentabilitas), karena sebagian modal kerja tidak berputar atau
mengalami pengangguran. Rasio lancar juga sering disebut dengan margin
perusahaan dan berpengaruh positif terhadap return saham.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat di ambil adalah :

H2 : Current ratio secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham

2.4.4. Pengaruh Return on assets s (ROA) terhadap harga saham


Return on assets s Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba atas aktiva yang dipergunakan. semakin tinggi tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan tersebut
dari segi penggunaan asset. Semakin tinggi rasio ini juga berarti perusahaan
semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba
bersih setelah pajak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
ROA berarti kinerja perusahaan semakin efektif, karena tingkat kembalian akan
semakin besar (Brigham, 2001:90).
Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik investor kepada
perusahaan. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut
makin diminati investor, karena dapat memberikan keuntungan (return) yang
besar bagi investor. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga
Saham. ROA yang semakin meningkat menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari
deviden yang diterima semakin meningkat (Hardiningsih, 2002).
Dengan semakin meningkatnya deviden yang akan diterima oleh para
pemegang saham, merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor
untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya
daya tarik tersebut maka banyak investor yang menginginkan saham perusahaan
tersebut. Jika permintaan atas saham suatu perusahaa semakin banyak maka harga
sahamnya akan meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat di ambil adalah:

H3 : Return on Asets secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham

2.4.5. Pengaruh Earning per share (EPS) terhadap harga saham

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk
tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan
operasinya. Laba per lembar saham atau EPS di peroleh dari laba yang tersedia
bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah ratarata saham biasa yang
beredar.
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan
deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan
untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati
saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang
memiliki earnings per share rendah. EPS yang rendah cenderung membuat harga
saham turun

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat di ambil adalah:


H4: Earning per share secara signifikan berpengaruh terhadap harga saham.

2.4.6. Pengaruh Nilai tukar, Current ratio, Return on Asets, Earning per share
(EPS) terhadap harga saham
Dari kelima hipotesis di atas Nilai Tukar, Current ratio, Return on asets
dan Earning per share berpengaruh terhadap harga saham, maka pada hipotesis
ini, akan di uji pengaruh perubahan keempat variabel tersebut secara simultan.

H6 : Nilai Tukar,Inflasi, Current ratio, Return on asets dan Earning per share
secara simultan berpengaruh terhadap harga saham.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian


Objek pada penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar
di bursa efek indonesia (BEI) yang menerbitkan data laporan keuangan lengkap
dan juga memiliki data closing price. Periode pengambilan data selama 5 tahun
yaitu tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 dimana tahun 2011 merupakan
tahun dasar dalam penelitian ini.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui media
perantara (yang diperoleh atau dicatat oleh pihak lain). Data ini didapat melalui :
1. Data harga saham pada saat penutupan (closing price).
Sumber data : Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
2. Data nilai tukar Kurs yaitu kurs Rupiah terhadap US Dollar di Bank
Indonesia secara periodik 1 tahunan yang diolah dari data laporan tahunan.
Sumber data : Statistik Ekonomi dan Keuangan yang diterbitkan Bank
Indonesia
3. Data laporan keuangan dan Kinerja keuangan
Sumber data : Laporan keuangan dan laporan kinerja keuangan emiten tahun
2011-2015

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang
terdaftar di BEI sebanyak 41 perusahaan.Berikut subsektornya Sektor Batu bara,
Sektor Minyak dan gas bumi, Sektor Logam dan mineral, Sektor batu-batuan dan
sektor lain-lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dengan kriteria :
1. Perusahaan Pertambangan yang sahamnya aktif yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia selama tahun 2011-2015.
2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian tahun 2011-
2015.
3. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan audited dan kinerja
keuangan yang lengkap pada tahun 2011-2015.
4. Harga saham yang dipergunakan adalah closing price dari setiap perusahaan
selama periode tahun 2011-2015.

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Penelitian


Kriteria Sampel Jumlah

Jumlah Populasi 41
Perusahaan Sektor Pertambangan Go Publik dan tercatat 41
sebagai emiten sejak 2010
Perusahaan yang menyajikan data Laporan Keuangan dan 30
kinerja keuangan lengkap
Perusahaan yang memiliki data harga saham tahunan 30
(Closing Price)

Perusahaan Sampel 30
Sumber : www.idx.co.id
Dari 41 Perusahaan terdapat 30 sampel Perusahaan yang memenuhi kriteria dan
11 perusahaan tidak memenuhi kriteria.

3.5. Variabel Penelitian


Berdasarkan hipotesis penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, variabel
penelitian dapat dikelompokan sebagai berikut :
1. Variabel independen (bebas), adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lainnya. Penelitian ini menggunakan variabel bebas
berupa Nilai Tukar (X), Current ratio(X), Return on assets s (X), dan
Earning per share (X)
2. Variabel dependen (terikat), adalah variabel yang dijelaskan atau yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Penelitian ini menggunakan harga
saham (Y) sebagai variabel dependen
3.6. Definisi Pengukuran Variabel
1. Nilai Tukar (X1)
Kurs yang digunakan adalah kurs Rupiah terhadap US Dollar Bank Indonesia
secara periodik 1 bulanan yang diolah dari data laporan tahunan.
2. Current ratio (X2)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada
saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera
jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk
mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. (Kasmir,
2010:111) Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berkut:
Aktiva Lancar
=
Hutang Lancar
3. Return on assets s( X3)
Return on assets s adalah perbandingan antara laba sebelum pajak dengan
total aktiva. Semakin besar Return on assets s semakin besar tingkat
keuntungan yang dicapai perusahaan dan semakin baik posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan asset. (Boy Loen an Sonny Ericson, 2008:98)
Rasio ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Laba rugi tahun berjalan
=
Total Aktiva disetahunkan

4. Earning per share (X4)


Earning per share (EPS) (Laba Per Saham) adalah kemampuan perusahaan
untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang
sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan
pendapatan kepada pemegang sahamnya, mencerminkan semakin besar
keberhasilan usaha yang dilakukannya. (Kasmir, 2010:139) Rasio ini
diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Modal Saham
=
Jumlah lembar saham

5. Harga Saham (Y)


Yang dimaksud dengan perubahan harga saham adalah perubahan harga
saham rata-rata pada saat penutupan (closing price). Untuk tujuan analisis
melalui regresi harga saham rata-rata tersebut dihitung perubahannya
terhadap tahun buku sebelumnya.

3.7 Metode Pungumpulan Data


Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel
yang digunakan, maka metode pengumpulan data digunakan dengan teknik
dokumentasi yang didasarkan pada Statistik Ekonomi dan Keuangan yang
diterbitkan Bank Indonesia serta laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Indonesia Stock Exchange (IDX),
Sahamok.com, Duniainvestasi.com periode tahun 2011-2015.
Data harga saham diperoleh dengan perhitungan menggunakan daftar harga
saham penutupan Closing Price dari setiap perusahaan pertambangan selama
periode tahun 2011-2015. Penggunaan Closing Price yang digunakan per tahun,
ini di karenakan laporan keuangan yang digunakan penulis adalah per tahun dari
tiap perusahaan, Data rasio keuangan yang diperoleh dari data laporan keuangan
tahunan perusahaan pertambangan pada sektor batu bara, sektor minyak bumi,
sektor batu-batuan, sektor lain-lain tahun : 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 yang
terdiri dari laporan laba rugi, neraca, dan kinerja perusahaan yang berhubungan
dengan penelitian. Sedangkan data inflasi dan nilai tukar diperoleh dengan cara
mengutip secara langsung dari laporan Bank Indonesia.

3.8. Teknik Analisis Data


3.8.1. Analisis Regresi Berganda
Penelitian ini menggunakan uji statistik untuk menguji apakah nilai tukar,
inflasi, Current ratio, Return on assets s, Earning per share secara simultan dan
parsial mempengaruhi harga saham. Metode analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah analisa regresi linier berganda (multiple regresion).
Adapun model regresi linier berganda yang dipakai dalam penelitian ini
sebagai berikut
H : Y = + X +
H : Y = + X +
H : Y = + X +
H : Y = + X +
H : Y = + 5X5 +
H6 : Y = + X + X + X + X + 5X5 +
Dimana :
Y = Harga Saham
X = Nilai Tukar
X = Current ratio
X = Return On asets
X = Earning per share
= Error
= Konstanta
i = Koefisien regresi masing-masing Xi, i = 1,2,3,4,5

3.8.2. Uji Asumsi Klasik


Pengujian asumsi klasik yang digunakan yaitu: uji normalitas,multikolinearitas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara rincidapat dijelaskan sebagai
berikut:

3.8.2.1. Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi,variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki
distribusi datanormal/mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis
grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2006).
3.8.2.2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2006) uji ini bertujuan menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model
regresi yang baik antar variabel independen seharusnya tidak terjadi
kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model
regresi dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) yang dapat dilihat dari output SPSS. Sebagai dasar
acuannya dapat disimpulkan:
Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada multikolineritas antar variabel bebas dalam
model regresi.
Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinaeritas antar variabel bebas dalam
model regresi.

3.8.2.3. Uji Autokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu mode
lregresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode
tdengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi
makadinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah
yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi auto korelasi, dapat dilakukan
ujistatistik melalui uji Durbin-Watson (DW test) (Ghozali, 2006).DW test
sebagai bagian dari statistik nonparametrik dapat digunakan untuk
menguji korelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya intercept dalam
model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabe lindependen. DW
test dilakukan dengan membuat hipotesis:
1. Ho : tidak ada autokorelasi ( r = 0 )
2. Ha : ada autokorelasi ( r 0 )
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah:
Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan(4du)
maka koefisien autokorelasi = 0, berari tidak ada autokorelasi.
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl)
maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada auto korelasi positif.
Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi <
0,berarti ada autokorelasi negatif.
Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara (4-du) dan
(4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.8.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
adanya heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).Dasar
analisisnya:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik titik yang membentuk suatu pola
tertentu, yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola tertentu serta titiktitik menyebar diatas dan dibawah
angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.Analisis
dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena
jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Semakin sedikit jumlah
pengamatan, semakin sulit untuk mengintepretasikan hasil grafik plot.

3.8.3. Pengujian Hipotesis

3.8.3.1. Uji t
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel
bebas terhadap variabel terikat dimana hipotesis yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. H0 : bi = 0,
Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen secara parsial terhadap harga saham.
2. Hi : bi 0,
Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
secara parsial terhadap harga saham.
Untuk menentukan ttabel, taraf signifikan yang digunakan sebesar 5%
dengan derajat kebebasan (df) = (n-k-1), dimana n merupakan jumlah
observasi dan k merupakan jumlah variabel bebas.
Nilai thitung diperoleh dengan rumus :
b b
=
Sb
dimana :
bi = Koefisien variabel independen
b = Nilai hipotesis nol
Sbi = Simpangan baku (standard deviasi) dari variabel independen.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan :
Jika thitung > ttabel maka Ho ditolak.
Jika thitung < ttabel maka Ho diterima.
Perhitungan nilai thitung tidak akan dilakukan secara manual, namun akan
dihitung menggunakan Software SPSS 17 dengan memperhatikan tabel
coeficient pada kolom nilai t serta tingkat signifikansi dari variabel
tersebut. Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H1 diterima.

3.8.3.2. Uji F
Uji ini merupakan pengujian terhadap signifikansi model secara simultan
atau bersama-sama, yaitu melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat
Hipotesis ini dirumuskan dengan:
Ho: b1 = b2 = b3 = b4 = b5=0

Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Nilai tukar,Inflasi, Current ratio, Return on assets s, Earning per share
dengan harga saham.
H1 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 0
Hal ini berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara Nilai tukar,Inflasi,
Current ratio, Return on assets s, Earning per share dengan harga saham.
Rumus F hitung adalah :
R2
( 1)
F hitung =
(1 2 )
( )

Dimana:
k = jumlah variabel bebas
n = Jumlah observasi.
Untuk menentukan nilai Fhitung tingkat signifikan yang digunakan sebesar
5% dengan derajat kebebasan (df) = (k-1) dan (n-k) kriteria sebagai
berikut:
Jika Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak.
Jika Fhitung < Ftabel maka Ho diterima.
Perhitungan nilai F tidak akan dilakukan secara manual, namun akan
dihitung menggunakan Software SPSS 17 dengan memperhatikan tabel
Anova pada kolom nilai F serta tingkat signifikansi dari model tersebut.
Jika tingkat signifikansi lebih kecil

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert(1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia ; Jakarta , Mediasoft


Indonesia.
Anggrahini, Yunita. 2014. Pengaruh ROI, ROE, EPS DAN EVA Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode
2009-2011. Skripsi fakultas Ekonomi dan Bisnis. Surakarta: Universitas
Muhamadiyyah

Amaliah Itabillah, 2012. Pengaruh Current ratio (CR), Quick Ratio (QR), Net
Profit Margin (NPM), Return on assets (ROA), Earning per share (EPS),
Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) Dan Price Book
Value (PBV) Terhadap Harga Saham Perusahaan Property Dan Real
Estate Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 3
No.1 http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08

Bayu Seto Sambodo .Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Rupiah, dan
Harga Emas Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Pertambangan di BEI
(Periode 2008 2012) jurnal Vol 2, No 2 2014

Alwi, Iskandar Z, 2008. Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Yayasan Pancur Siwah,
Jakarta.

Darmaji, T, dan Fakhruddin, M, H. 2001. Pasar Modal Indonesia Pendekatan


Tanya Jawab.Jakarta : Salemba Empat.

Dasrul, Yuli Widia. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham
Industri Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI. Padang: Universitas
Andalas.

Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan


Dividen terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. 13(1). 57-
66. www.stietrisakti.ac.id
Dini,Astri Wulan, & Indarti., 2011. Pengaruh Net Profit Margin (NPM), Return
on assets s (ROA) dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham
Yang Terdaftar Dalam Indeks Emiten LQ45 Tahun 2008 2010. Jurnal
Kajian Akuntansi dan Bisnis Vol 1, No 1 (2012)
https://Jurnal.widyamanggala.ac.id/index.php/wmkeb/article Hal.433-442.

Fatimah, Siti. 2009. Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek
Indonesia, Depok :Universitas Gunadarma.

Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada.

Hadianto, Bram. 2008. Pengaruh Earning per share (EPS) dan Price Earning
Ratio (PER) terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel
pada Periode 2000-2005 di Bursa efek Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi,
vol.7 No.2 hal ; 162-173

Hardiningsih, Pancawati., Suryanto.,Chariri, A, 2002, Pengaruh


FaktorFundamental dan Risiko Ekonomi terhadap Return Saham
padaPerusahaan di Bursa Efek Jakarta: Studi Kasus Basic Industry
&Chemical, Jurnal Strategi Bisnis, Vol, 8, Des. Tahun V

James C, van Horne. 1997. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Edisi


Kesembilan.Jakarta : Salemba Empat.

Kasmir, SE., MM. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Prenada


MediaGroup.
Kusuma , Alan Andy. 2008. Pengaruh RasioKeuangan Terhadap Harga Saham
Perusahaan (Studi Kasus Pada Sektor Pertambangan dan Sektor Kimia),
Depok : Universitas Gunadarma.

Mardiyati, Umi dan Rosalina, Ayi. 2013. Analisis pengaruh nilai tukar, tingkat
suku bunga dan inflasi terhadap harga saham. Jurnal manajemen Sains
Indonesia. Vol.4No.1,2013. Jakarta: Universitas Jakarta

Rachman, Putri Tiara.2008. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap


Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia,
Depok : Universitas Gunadarma.

Prihantini, SE., Ratna 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Roa, Der, dan
Cr Terhadap Return Saham, Semarang : Universitas Diponegoro

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS.Yogyakarta : Mediakom.Purwanta,


Wiji dan Hendy Fakhruddin. 2006. Mengenal Pasar Modal. Jakarta :
SalembaEmpat.

Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangandan Aplikasi. Yogyakarta : PT.


BPFE.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta : Fakultas


Ekonomi Universitas Indonesia.

Sulaiman, Wahid. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus dan
Pemecahannya. Yogyakarta: ANDI.

Stice, Earl K, et al. (2005). Accounting Intermediate. Edisi 15. Jakarta : Salemba
Empat.
Lestari, Murti, 2005, Pengaruh Variabel Makro Terhadap Return Saham
DiBursa Efek Jakarta: Pendekatan Beberapa Model, SNA VII Solo, 15-
16 September, Hal 504-513

Van Horne, James C dan John M. Wachowicz,JR. 2005. Fundamental of


Financial Management Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan Buku 1 dan
2 edisi 12. Jakarta :Salemba Empat.

Laksmono, R. Didy, 2001, Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi
Inflasi, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret, Hal 130-137

Liestyowati, 2002, Faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Saham di Bursa


Efek Jakarta : Analisis Periode Sebelum dan Selama Krisis, Jurnal
Manajemen Indonesia, Vol, 1, No, 2.

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, UPP


AMPYKPN, Yogyakarta, 2003.

Pratikno, Dedy, 2009. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI dan
IndeksDow Jones terhadap IHSG di BEI. Tesis. USU. Medan

Patriawan, Dwiatma, 2009 . Analisis Pengaruh Earning per share (EPS), Return
On Equity (ROE), Dan Debt To Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Wholesale and Retail Trade Yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006 2008. Eprint.undip.ac.id/28968
diakses 21 april 2015 Hal 77-105.

Puspita, Bia Hedi, 2005, Pengaruh Variabel Ekonomi Makro, Return Pasar, dan
Karakteristik Industri terhadap Kinerja Saham Industri Perbankan
(Penelitian Empiris di BEJ Periode 2000 2004), Tesis Program Studi
Magister Manajemen Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan)

Rakasetya, Gadang Ganggas, 2013. Pengaruh Faktor Mikro dan Faktor Makro
Ekonomi Terhadap Harga Saham Perusahaan Mining And Mining
Services Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-
2011. Malang: Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 6, Nomor 2
(hlm.10).

Sasongko, Noer dan Wulandari, Nila. 2006. Pengaruh Eva dan Rasio-rasio
Profitabilitas terhadap Harga Saham. Empirika,vol. 19 No.1, Juni 2006
(hal 64-80)

Samuelson, Paul A. and William D. Nordhaus, Makro Ekonomi, Edisi Keempat


belas, Penerbit Erlangga, Jakarta

Suyati, sri .Pengaruh inflasi,tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah/us dollar
terhadap return saham properti yang terdaftar di bursa efek indonesia.
jurnal ilmiah untag semarang issn : 2302-2752, vol. 4 no. 3, 2015

Wolk et. Al. 2000. Accounting Theory : A Conceptual institutusional Approach .


fifth Edition. South- Western College Publishing

Zen, Fadia. 2009. Earning per share (EPS), Book Value (BV), Economic Value
Added (EVA) dan Harga Saham. Jurnal Manajemen Gajayana, Vol.6,
No.2, Hal: 151-162

www.bapepam.go.id
www.sahamok.com
www.idx.co.id
www.wikipedia.com
www.bi.go.id
www.Yahoofinance.com
www.duniainvestasi.com
http://www.bareksa.com/

Tabel
Nama Perusahaan Sampel
Sub Sektor Batu Bara
No Kode Saham Nama Emiten
1 ADRO Adaro Energy Tbk
2 ARII Atlas Resources Tbk
3 ATPK Bara Jaya Internasional Tbk
4 BORN Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk
5 BRAU Berau Coal Energy Tbk
6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk
7 BUMI Bumi Resources Tbk
8 BYAN Bayan Resources Tbk
9 DEWA Darma Henwa Tbk
10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk
11 GEMS Golden Energy Mines Tbk
12 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk
13 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk
14 PTRO Petrosea Tbk
15 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk

Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi


No Kode Saham Nama Emiten
1 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk
2 ARTI Ratu Prabu Energi Tbk
3 BIPI Benakat Integra Tbk
4 ELSA Elnusa Tbk
5 ENRG Energi Mega Persada Tbk
6 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
7 MEDC Medco Energi International Tbk
8 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk
9 SUGI Sugih Energy Tbk
Sub Sektor Logam dan Mineral Lainnya
No Kode Saham Nama Emiten
1 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk
2 TINS Timah (Persero) Tbk

Sub Sektor Batu Batuan


No Kode Saham Nama Emiten
1 CNKO Exploitasi Energi Indonesia Tbk
2 CTTH Citatah Tbk
3 MITI Mitra Investindo Tbk

Sub Sektor Lainnya


No Kode Saham Nama Emiten
1 DKFT Central Omega Resources Tbk

LAMPIRAN
Tabel
Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Variabel Kesimpulan
1 Suciwati dan 2002 Dependen: Nilai Hasil pengujian
Machfoed Tukar variable nilai
Independen: tukar berpengaruh
Harga saham positif terhadap
harga saham
2 Hardiningsih, 2002 Dependen Nilai tukar Hasil pengujian
Pancawati., Independen variable nilai
Suryanto.,Chariri, A return saham tukar berpengaruh
positif terhadap
harga saham
3 Murti Lestari 2005 Dependen: Nilai Hasil pengujian
tukar variable nilai
Independen: Harga tukar berpengaruh
saham bursa efek positif terhadap
jakarta harga saham

4 Suryanto 2007 Dependen:Nilai tukar Hasil pengujian


Independen: menunjukan
Harga saham nilai tukar
berpengaruh
Negatif terhadap
harga saham
5 Yuli Widia Dasrul) 2009 Dependen: Earning Earning per share
per share berpengaruh
Independen: positif terhadap
Harga saham harga saham

6 Dedy Pratikno 2009 Dependen: Nilai Earning per share


Tukar berpengaruh
Independen: positif terhadap
IHSG IHSG
7 Patriawan 2009 Dependen: Earning Earning per share
per share berpengaruh
Independen: positif terhadap
Harga saham harga saham

8 Ratna Prihantini, SE 2009 Dependen: Earning Earning per share


per share, Return on dan Return on
assets s assets s
Independen: berpengaruh
Return saham positif terhadap
return saham
9 Fadiah , Zen 2009 Dependen: Earning Earning per share
per share, dan Return on
Indepeden: assets s
Harga saham berpengaruh
positif terhadap
harga saham
10 Dini,Astri Wulan, & 2011 Dependen: Return on Hasil pengujian
Indarti assets s menunjukan
Independen: Return on assets
Harga saham s berpengaruh
Negatif terhadap
harga saham
11 Bram Hadianto 2008 Dependen: Earning Earning per share
per share, berpengaruh
Independen: positif terhadap
Harga saham return saham
12 Amaliah Itabillah 2012 Dependen: Current hasil pengujian
ratio, Return on secara simultan
assets s , Earning menunjukkan
per share pengaruh variabel
Independen: harga dependen secara
saham simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
13 Charles 2011 Dependen: Nilai Hasil pengujian
Tukar menunjukan
Independen: nilai tukar
Harga Saham berpengaruh
Negatif terhadap
harga saham
14 Yamiandi 2011 Dependen: Nilai Hasil pengujian
tukar menunjukan
Independen: nilai tukar
Harga Saham berpengaruh
Negatif terhadap
harga saham
15 Tita Deitiana 2011 Dependen: Return on Hasil pengujian
assets s , Earning menunjukan
per share,Current Return on assets
ratio s , Earning per
Independen: Harga share,Current
saham ratio berpengaruh
positif terhadap
harga saham
16 Kuwomu 2012 Dependen: Nilai Hasil pengujian
Tukar menunjukan
Independen: nilai tukar
Harga Saham berpengaruh
positif signifikan
terhadap harga
saham
17 Zhu 2012 Dependen:Nilai Hasil pengujian
Tukar menunjukan
Independen: nilai tukar
Harga Saham berpengaruh
positif signifikan
terhadap harga
saham

18 Rosalia ami , mardiyati 2013 Dependen: Nilai Hasil pengujian


ayi tukar menunjukan
Independen: nilai tukar
Harga saham berpengaruh
positif signifikan
terhadap harga
saham
19 Rakasetya, Gadang 2013 Dependen: Hasil pengujian
Ganggas Current ratio menunjukan
Independen: Current ratio
Harga saham tidak berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
20 Ali et al 2014 dependen: hasil pengujian
kinerja perusahaan secara simultan
independen: menunjukkan
harga saham pengaruh variabel
kinerja keuangan
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
21 Bayu Seto Sambodo 2014 Dependen: Nilai Hasil pengujian
tukar variable nilai
Independen: tukar berpengaruh
Harga saham positif terhadap
harga saham
22 Yunita Anggrahini 2015 Dependen: Earning Hasil pengujian
per share variable Earning
Independen: pershare
Return saham berpengaruh
positif terhadap
harga saham
23 Frendi Sondakh 2015 Dependen: Return on Hasil pengujian
assets , Current ratio variable Return
Independen: on assets dan
Harga saham Current ratio
berpengaruh
positif terhadap
harga saham
24 Wulandari Nila, Nur 2006 Dependen: Return on Hasil pengujian
sasongko assets s variable return on
Independen: assed
Harga saham berpengaruh
positif terhadap
harga saham
25 Sri Suyati 2015 Dependen: Nilai Hasil pengujian
tukar variable nilai
Independen: tukar berpengaruh
Return saham positif terhadap
return saham
(Sumber: Berbagai jurnal yang dipublikasikan)

You might also like