You are on page 1of 17

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bank dan Lembaga Keuangan lain

Dosen Pengampu : Amanita Novi Y, S.E

Disusun oleh:

1. Rina Susilowati 10403241013


2. Evita Rahayu 10403241014
3. Emiasih 10403241015
4. Dwi Roni Indriyanti 10403241016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.

Selama proses penyusunan makalah ini, penyusun mendapat banyak bantuan


dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu Amanita Novi Y, S.E dosen pengampu mata kuliah Bank dan Lembaga
Keuangan lain.
2. Ibu, Bapak, dan segenap keluarga yang telah memberikan dukungan dan doa.
3. Teman teman yang telah memberikan semua bantuannya.
4. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penyusunan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


terdapat kekurangan, untuk itu saran dan kritik dari berbagai sumber yang dapat
membangun sangat kami harapkan sehingga menjadi lebih baik untuk nanti ke
depannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 17 September 2011

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, Bank wajib memelihara kesehatannya. Kesehatan Bank yang
merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi
otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan
terhadap Bank. Selain itu, kesehatan Bank juga menjadi kepentingan
semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen), dan masyarakat
pengguna jasa Bank.
Kesehatan Bank harus dipelihara dan/atau ditingkatkan agar
kepercayaan masyarakat terhadap Bank dapat tetap terjaga. Selain itu,
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam
melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi
Bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau
permasalahan Bank, baik berupa corrective action oleh Bank maupun
supervisory action oleh Bank Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan bank?
2. Bagaimana aturan mengenai penilaian kesehatan bank?
3. Bagaimana mekanisme penilaian tingkat kesehatan bank?
4. Apa sanksi terhadap pelanggaran aturan kesehatan bank?
5. Apa yang dimaksud dengan rahasia bank?
6. Apa dasar hukum rahasia bank?
7. Apa saja pengecualian terhadap rahasia bank?
8. Bagaimana saknsi terhadap pelanggaran rahasia bank?

C. Tujuan
1. Memahami apa yang dimaksud dengan kesehatan bank.
2. Mengetahui aturan yang dalam penilaian kesehatan bank.
3. Mengetahui mekanisme penilaian kesehatan bank.
4. Mengetahui sanksi atas pelanggran terhadap aturan kesehatan bank.
5. Memahami pengertian rahasia bank.
6. Mengetahui aturan dan dasar hukum rahasia bank.
7. Mengetahui apa saja yang dikecualikan dalam rahasia bank.
8. Mengetahui sanksi administraif terhadap pelanggaraan aturan rahasia
bank.
BAB II
PEMBAHASAN

1. KESEHATAN BANK
A. Pengertian Kesehatan Bank

B. Aturan penilaian kesehatan Bank


Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembinaan dan
pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia. Undang-undang tersebut
lebih lanjut menetapkan bahwa :
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha
bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara
yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan
dan penjelasan mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan
bagi pemeriksaan buku-buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta
wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh
kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank yang bersangkutan.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara
berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat
menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan
laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam
waktu dan bentuk yang ditetapkan Bank Indonesia. Neraca, dan
perhitungan laba rugi tahunan tersebut wajib terlebih dahulu diaudit oleh
akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam
waktu dan bentuk yang telah ditetapkan oleh Bnak Indonesia.
Menyadari arti pentingnya kesehatan suatu bank bagi pembentukan
kepercayaan dlam dunia perbankan serta untuk melaksanakan prinsip kehati-
hatian (prudential banking) dalam dunia perbankan, maka Bank Indonesia
merasa perlu untuk menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Dengan
adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan selalu dalam kondisi
sehat, sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan
perbankan. Bank yang beroperasi dan berhubungan dengan masyarakat
diharapkan hanya bank yang betul-betul sehat. Aturan kesehatan bank yang
telah ditetapkan oleh Bank Indonesia mencangkup berbagai aspek dalam
kegiatan bank, mulai dari penghimpuanan dana sampai dengan penggunaan
dan penyaluran dana.
Namun pada tahun 2011 peraturan tersebut diubah, berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Bank wajib melakukan penilaian sendiri (self
assessment) atas Tingkat Kesehatan Bank. Penilaian sendiri (self assessment)
Tingkat Kesehatan Bank dilakukan paling kurang setiap semester untuk
posisi akhir bulan Juni dan Desember. Bank wajib melakukan pengkinian
self assesment Tingkat Kesehatan Bank sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Hasil self assessment Tingkat Kesehatan Bank yang telah mendapat
persetujuan dari Direksi wajib disampaikan kepada Dewan Komisaris. Bank
wajib menyampaikan hasil self assessment Tingkat Kesehatan Bank kepada
Bank Indonesia sebagai berikut:
a. untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual, paling
lambat pada tanggal 31 Juli untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank
posisi akhir bulan Juni dan tanggal 31 Januari untuk penilaian Tingkat
Kesehatan Bank posisi akhir bulan Desember; dan
b. untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi, paling
lambat pada tanggal 15 Agustus untuk penilaian Tingkat Kesehatan
Bank posisi akhir bulan Juni dan tanggal 15 Februari untuk penilaian
Tingkat Kesehatan Bank posisi akhir bulan Desember.
Bank Indonesia melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank setiap
semester untuk posisi akhir bulan Juni dan Desember. Bank Indonesia
melakukan pengkinian penilaian Tingkat Kesehatan Bank sewaktu-waktu
apabila diperlukan. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan pengkinian
penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan berdasarkan hasil
pemeriksaan, laporan berkala yang disampaikan Bank, dan/atau informasi
lain.
Dalam rangka pengawasan Bank, apabila terdapat perbedaan hasil
penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dengan hasil self assesment penilaian Tingkat Kesehatan Bank maka yang
berlaku adalah hasil penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang dilakukan oleh
Bank Indonesia.

C. Mekanisme Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Secara Individual


Sesuai Surat Edaran bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004
kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggl 12 April 2004
tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bak wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatn bank secara triwulan untuk posisi bulan Maret,
Juni, September, dan Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta
hasil penilaian tingkat kesehatan bak tersebut secara berkala atau sewaktu-
waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan
kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank yang
dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi
penilaian atau dalam jangka waktu ditetapkan oleh pengawas bank terkait.
Penilaian tingkat kesehatan bank mencangkup penilaian terhadap faktor
faktor CAMELS yang terdiri dari :
a. Permodalan (capital)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor permodalan antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut :
Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku;
Komposisi permodalan;
Tren ke depan/proyeksi KPMM;
Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan modal bank;
Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari keuntungan (laba ditahan);
Rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha;
Akses kepada sumber permodalan; dan
Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan.
b. Kualitas aset (asset quality)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset
antara lain dilakukan melalui penilain terhadap komponen-komponen
sebagai berikut :
Aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total
aktiva produktif;
Debitor inti kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan total
kredit;
Perkembangan aktiva produktif bermasalah (nonperfoming asset)
dibandingkan dengan aktiva produktif;
Tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP);
Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif;
Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif;
Dokumentasi aktiva produktif; dan
Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.
c. Manajemen (management)
Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan
penilaian melalui penialian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut :
Manajemen umum;
Penerapan sistem manajemen risiko;dan
Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen
kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya.
d. Rentabilitas (earnings)
Penilaian pendekatan kualitatif dan kuantitatif faktor rentabilitas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut :
Pengembalian atas aktiva (return on asset-ROA)
Pengembalian atas ekuitas (return on equity-ROE)
Margin bunga bersih (net interest margin-NIM)
Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
Pertumbuhan laba operasional
Komposisi portofolio aktiva produktif dan diversifikasi pendapatan
Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
Prospek laba operasional
e. Likuiditas (liquidity)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas
antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen
sebagai berikut :
Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang
dari 1 bulan
1-month maturity mismatch ratio
Rasio pinjaman terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio-
LDR)
Proyeksi arus kas 3 bulan mendatang
Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities
management-ALMA)
Kamampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang , pasar
modal, atau sumber-sumber pendanaan lainnya.
Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)
f. Sensitivitas terhadap resiko pasar (sensitivity to market risk)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas
terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap
komponen-komponen sebagai berikut :
Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku
bunga dibandingkan dengan potensi kerugian (potential loss) sebagai
akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga
Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai
tukar dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi
(adverse movement) nilai tukar
Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar
Namun peraturan mengenai penilaian kesehatan tersebut diubah pada
tahun 2011 yaitu berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:
13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Bank
wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara individual dengan
menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan
penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
a. Profil risiko (risk profile)
Penilaian terhadap faktor profil risiko merupakan penilaian
terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko
dalam operasional Bank yang dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko
yaitu:
a. risiko kredit e. risiko hukum;
b. risiko pasar; f. risiko stratejik;
c. risiko likuiditas; g. risiko kepatuhan;
d. risiko operasional; h. risiko reputasi
Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko
melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan
maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan
Bank. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko merupakan
penilaian terhadap aspek: (i) tata kelola risiko, (ii) kerangka
manajemen risiko, (iii) proses manajemen risiko, kecukupan sumber
daya manusia, dan kecukupan sistem informasi manajemen; serta (iv)
kecukupan sistem pengendalian risiko dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
Definisi dan cakupan terhadap masing-masing risiko mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan manajemen
risiko bagi bank umum.
b. Good Corporate Governance (GCG)
Penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian terhadap
manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsip-
prinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip
GCG mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai Good
Corporate Governance bagi Bank Umum dengan memperhatikan
karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.
c. Rentabilitas (earnings)
Penilaian terhadap faktor rentabilitas (earnings) meliputi
penilaian terhadap kinerja earnings, sumber-sumber earnings, dan
sustainability earnings Bank. Penilaian terhadap kinerja earnings,
sumber-sumber earnings, dan sustainability earnings Bank dilakukan
dengan mempertimbangkan aspek tingkat, trend, struktur, dan
stabilitas, dengan memperhatikan kinerja peer group serta manajemen
rentabilitas Bank, baik melalui analisis aspek kuantitatif maupun
kualitatif.
Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
indikator utama sebagai dasar penilaian. Selain itu, apabila diperlukan
dapat ditambahkan penggunaan indikator pendukung lainnya untuk
mempertajam analisis, yang disesuaikan dengan skala bisnis,
karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha Bank. Analisis aspek
kualitatif dilakukan antara lain dengan mempertimbangkan manajemen
rentabilitas, kontribusi earnings dalam meningkatkan modal, dan
prospek rentabilitas.
d. Permodalan (capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan (capital) meliputi
penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan
permodalan. Penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan
pengelolaan permodalan dilakukan Bank dengan mempertimbangkan
tingkat, trend, struktur, dan stabilitas, dengan memperhatikan kinerja
peer group serta manajemen permodalan Bank, baik melalui analisis
aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Analisis aspek kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
indikator utama. Selain itu, apabila diperlukan dapat ditambahkan
penggunaan indikator pendukung lainnya untuk mempertajam analisis,
yang disesuaikan dengan skala bisnis, karakteristik, dan/atau
kompleksitas usaha Bank. Analisis aspek kualitatif dilakukan antara
lain dengan mempertimbangkan manajemen permodalan dan
kemampuan akses permodalan.
Setiap faktor penilaian Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan
peringkatnya berdasarkan kerangka analisis yang komprehensif dan
terstruktur. Penetapan peringkat faktor profil risiko dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. penetapan tingkat risiko dari masing-masing risiko
b. penetapan tingkat risiko inheren secara komposit dan kualitas
penerapan manajemen risiko secara komposit; dan
c. penetapan peringkat faktor profil risiko berdasarkan analisis secara
komprehensif dan terstruktur atas hasil penetapan dengan
memperhatikan signifikansi masing-masing risiko terhadap profil
risiko secara keseluruhan.
Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis yang
komprehensif dan terstruktur terhadap hasil penilaian pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG Bank dan informasi lain yang terkait dengan GCG Bank.
Penetapan peringkat faktor rentabilitas (earnings) dilakukan
berdasarkan analisis secara komprehensif terhadap parameter/indikator
rentabilitas dengan memperhatikan signifikansi masing-masing
parameter/indikator serta mempertimbangkan permasalahan lain yang
mempengaruhi rentabilitas Bank.
Penetapan peringkat penilaian faktor permodalan Bank dilakukan
berdasarkan analisis secara komprehensif terhadap parameter/indikator
permodalan dengan memperhatikan signifikansi masing-masing
parameter/indikator serta mempertimbangkan permasalahan lain yang
mempengaruhi permodalan Bank.
Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank ditetapkan berdasarkan
analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor
dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor.
Peringkat Komposit dikategorikan sebagai berikut:
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang
secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang
secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya.
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang
secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya.
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang
secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan faktor eksternal lainnya.
e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank yang
secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya.
Dalam hal berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian Bank Indonesia
ditemukan permasalahan atau pelanggaran yang secara signifikan
mempengaruhi atau akan mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan
usaha Bank, Bank Indonesia berwenang menurunkan Peringkat Komposit
Tingkat Kesehatan Bank. Analisis signifikansi pengaruh suatu permasalahan
dilakukan dengan mempertimbangkan antara lain hal-hal berikut:
a. dampak negatif permasalahan dan/atau pelanggaran ketentuan terhadap
kelangsungan usaha/kinerja Bank;
b. terdapat indikasi kesengajaan dari pelanggaran ketentuan;
c. terdapat indikasi kesengajaan tidak terpenuhinya komitmen; dan/atau
d. jumlah dan/atau frekuensi pelanggaran.
Contoh permasalahan atau pelanggaran yang berpengaruh signifikan
antara lain adalah rekayasa termasuk window dressing dan perselisihan intern
manajemen yang mempengaruhi operasional dan/atau kelangsungan usaha
Bank.

D. Pelanggaran Aturan Kesehatan Bank


Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan
bank, Bank Indonesia dapat mengambil tndakan-tindakan tertentu dengan
tujuan dasar agar bank yang bersangkutan menjadi sehat dan tidak
membahayakan kinerja perbankan secara umum. Berdasrkan Undang-undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan, dalam hal suatu bank mengalami kesulitan
yang membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar :
a. Pemegang saham menambah modal
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau dewan direksi
bank
c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah yang macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan
modalnya
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambila alih seluruh
kewajiban
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan bank
kepada pihak lain
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank kepada
bank atau pihak lain.
Apabila tindakan sebagaimana dimaksud diatas belum cukup untuk
mengatasi kesulitan yang dihadapi bank, dan atau menurut penilaian Bank
Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan, maka
Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk
tim likuidasi. Apabila direksi bank tidak menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham, maka Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada
pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisi pembubaran badan
hukum bank tersebut, penunjukkan tim likuidasi, dan perintah pelaksanaan
likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Apabila menurut penilaian Bank Indonesia terjadi kesulitan perbankan
yang membahayakan perokonomian nasional, atas permintaan Bank
Indonesia, pemerintah setelah berkonsultasi kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia dapat membentuk badan khusus yang bersifat
sementara dalam rangka penyehatan perbankan. Badan khusus tersebut
melakukan program penyehatan terhadap bank-bank yang ditetapkan dan
diserahkan kepada Bank Indonesia kepada badan dimaksud. Dalam
melaksanakan program penyehatan terhadap bank-bank, badan khusus
sebagaimana dimaksud diatas mempunyai wewenang yaitu :
a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang
pemegang saham termasuk hak dan wewenang Rapat Umum
Pemegang Saham
b. Mengambil alih dan melaksanakan hak dan wewenang direksi dan
komisaris bank
c. Menguasai, mengelola, dan melakukan tindakan kepemilikan atas
kekeayaan milik atau yang menjadi hak bank, termasuk kekayaan
bank yang berada pada pihak manapun, baik didalam maupun di luas
negeri
d. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri dan atau mengubah
kontrak yang mengikat bank dengan pihak ketiga, yang menurut
pertimbangan badan khusus merugikan bank
e. Menjual atau mengalihkan kekayaan bank, direksi, komisaris, dan
pemegang saham tertentu, didalam negeri maupun diluar negeri, baik
secara langsung maupun melalui penawaran umum
f. Menjual atau mengalihkan tagihan bank dan atau menyerahkan
pengelolannya kepada pihak lain, tanpa memerlukan persetujuan
nasabah debitor
g. Mengalihkan pengelolaan kekayaan dan atau manajemen bankkepada
pihak lain
h. Melakukan penyertaan modal sementara pada bank, secara langsung
atau melalui pengonversian tagihan badan khusus menjadi penyertaan
modal pada bank
i. Melakukan penagihan piutang bank yang sudah pasti dengan
penerbitan surat paksa
j. Melakukan pengosongan atas tanah dan atau bangunan milik dan atau
yang menjadi hak bank yang dikuasai pihak lain, baik sendiri ataupun
dengan bantuan alat negara penegak hukum yang berwenang
k. Melakukan penelitian dan pemeriksaan, untuk memperoleh segala
keterangan yang diperlukan dari dan mengenai bank dalam program
penyehatan, dan pihak manapun yang terliabat atau patut diduga
terlibat, atau mengakui kegiatan yang merugikan bank dalam program
penyehatan tersebut
l. Menghitung dan menetapkan kerugian yang dialami bank dalam
progaram penyehatan dan membebankan kerugian tersebut kepada
modal bank yang bersangkutan, dan bilamana kerugian tersebut terjadi
karena kesalahan atau kelalaian direksi, komisaris, dan atau pemegang
saham maka kerugian tersebut akan dibebankan kepada yang
bersangkutan.
m. Menetapkan jumlah tambahan modal wajib disetor oleh pemegang
saham bank dalam program penyehatan
n. Melakukan tindakan lain yang diperlukan untuk menunjang
pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai
dengan huruf m
Atas permintaan badan khusus, bank dan program penyehatan dan
pihak-pihak yang berkaitan wajibmemberikan segala keterangan dan
penjelasan mengenai usahanya termasuk memberikan kesempatan bagi
pemeriksaan buku-buku dan berkas yang ada padanya, dan wajib memberikan
bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh keterangan, dokumen
dan penjelasan yang diperoleh bank dimaksud. Badan khusus tersebut wajib
menyampaikan laporan kegiatan kepada Menteri Keuangan. Apabila menurut
penilaian pemerintah, badan khusus telah melakukan tugasnya, pemerintah
menyatakan berahirnya badan khusus tersebut. Ketentuanyang diperlukan
bagi pelaksanaan pasal ini,diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Disamping tindakan-tindakan diatas, bank yang melanggar aturan kesehatan
bank dapat dikenakan sanksi administratif dan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.

You might also like