You are on page 1of 19

Menurut FI IV serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan

untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan(IMO,m anief)

Bentuk sediaan serbuk mudah terdispersi karena memilik luas permukaan yang besar, bentuk
sediaan serbuk juga lebih mudah dikonsumsi bagi orang atau anak-anak yang tidak bisa menelan
kapsul atau tablet.

Kesehatan, D., 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Indonesia, F. and Edisi, I.V., 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Kelebihan sediaan serbuk

Dokter leluasa dalam memilih dosis sesuai keadaan pasien.

Lebih stabil, terutama untuk obat yang rusak oleh air.

Penyerapan lebih sempurna dibanding sediaan padat lain.

Cocok untuk anak-anak dan dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet.

Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat dibuat bentuk serbuk.

Kelemahan sediaan serbuk

Rasa yang tidak enak tidak tertutup seperti rasa pahit, sepat, lengket di lidah (dapat diatasi
dengan corigen saporis)

Pada penyimpanan bisa menjadi lembab.

Macam serbuk

sediaan serbuk terdiri dari dua macam sediaan yaitu sediaan serbuk terbagi (pulveres ) dan serbuk
tidak terbagi (pulvis)

Serbuk terbagi (pulveres)

Adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus dengan kertas
perkamen atau bahan pengemas lain yang cocok.

Tiap bungkus ditimbang dan Penyimpangan bobot rata-rata tiap bungkus tidak boleh lebih dari
10%.

Serbuk tak terbagi (pulvis)

Adalah serbuk yang dibuat untuk pemakaian dalam maupun pemakaian luar.
Fitriani, Y.N., Cikra, I.N.H.S., Yuliati, N. and Aryantini, D., 2015. Formulasi and Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending Agent CMC
Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 2(1).

- Pada pemakaian dalam, serbuk tak terbagi hanya terbatas pada obat yang relatif tidak poten
seperti laxativ, antasida, makanan diet, dan analgesik tertentu sehingga pasien dapat menakar
secara aman dengan sendok teh atau penakar lain.

-Untuk pemakaian luar serbuk tak terbagi harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Biasanya harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi.sedangkan serbuk yang mengandung lemak harus melewati pengayak no.
44.contohnya serbuk tabur.

Fitriani, Y.N., Cikra, I.N.H.S., Yuliati, N. and Aryantini, D., 2015. Formulasi and Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending Agent CMC
Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 2(1).

Sukmawati, A., Rahman, I.R., Indrayudha, P. and Kusumowati, I.T.D., 2011. UJI
STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI SUSPENSI ERITROMISIN DENGAN
SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI.

Derajat halus serbuk dan pengayak

Derajat halus serbuk dan pengayak dalam farmakope dinyatakan dalam uraian yang dikaitkan
dengan nomor pengayak yang ditetapkan untuk pengayak baku.

Jenis serbuk menurut cara pemakaian

Pulvis adspersorius (serbuk tabur)

Serbuk ringan,bebas butiran kasar dimaksudkan untuk pemakaian luar, umumnya dikemas dalam
wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan.

Talk, kaolin, dan bahan mineral yang digunakan untuk serbuk tabur harus bebas dari bakteri
Clostridium Tetani dan Clostridium Welchii,dan Bacillus Antrachis.

Tidak boleh dipakai pada luka terbuka.

Pulvis dentifriciius (serbuk gigi)

serbuk yang bisa mengobati sakit gigi, penggunaannya dengan cara di taburkan para gigi yang sakit
atau brlubang.

Pulvis sternutatorius( serbuk bersin)

pengunaannya dihisap melalui hidung sehingg serbuk tersebut harus halus sekali

Pulvis effervescent
serbuk biasa yang sebelum ditelan harus dilarutkan dulu dalam air dingin atau air hangat , dan
menghasilkan gas CO2 kemudian membentuk larutan yang umumnya jernih.serbuk ini merupakan
campuran senyawa asam dan basa.

bentuk serbuk ini banyak ditemukan pada minuman berenergi yang banyak beredar.

Kesehatan, D., 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Penyakit kulit di Indonesia sangat meningkat tajam yang dikarenakan

oleh iklim di Indonesia itu sendiri yang beriklim tropis, sehingga penyebarannya

juga sangat meningkat tajam. Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai

prevalensi tinggi di Indonesia, khususnya Medan, oleh karena negara kita beriklim

tropis dan kelembabannya tinggi Angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998

yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat

bervariasi, dimulai dari prosentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga

prosentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus

dermatomikosis, Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang

mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat

serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Tricophyton rubrum merupakan infeksi

yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar 47 % menyebabkan tinea

korporis.

Tricophyton tonsuran merupakan dermatofit yang lebih umum

menyebabkan tinea kapitis, dan orang dengan infeksi tinea kapitis antropofilik

akan berkembang menjadi tinea korporis.. Walaupun prevalensi tinea korporis

dapat disebabkan oleh peningkatan Tricophyton tonsuran, Microsporum canis

merupakan organisme ketiga sekitar 14 % menyebabkan tinea korporis.

Kanti, E.A.A. and Rahmanisa, S., 2014. TINEA CORPORIS WITH GRADE I OBESITY IN
WOMEN DOMESTIC WORKERS AGE 34 YEARS. Medula, 2(04), pp.24-32.

Dermatophytosis, secara awam dikatakan

sebagai penyakit kulit yang disebabkan oleh

jamur, tanpa harus mengetahui spesies jamur


kulit tersebut. Dermatophytosis pada kucing

umumnya zoonotik dan sangat tinggi

penularannya. Penanganan penyakit ini cukup

sulit karena sering terjadi reinfeksi disamping

membutuhkan waktu dan biaya tinggi. Pada umumnya kasus dermatophytosis

pada kucing disebabkan oleh jamur

Microsporum canis, microsporum gypseum

dan Trichophyton.

Faktor-faktor predisposisi kucing yang

mudah terkena infeksi jamur ini adalah:

1. Iklim yang lembab dan hangat

2. Kesehatan yang memburuk

3. rendahnya nilai kesadaran akan

pentingnya kesehatan hewan

kesayangannya untuk tingkat sosial

tertentu

4. Buruk sanitasi kandang per grup, kucing

liar yang tidak terkontrol karena

dibebaskan keluar rumah

5. Berhubungan atau berdekatan dengan

sejumlah kucing liar atau kelompok

kucing yang berjumlah besar (misalnya

ditempat penitipan)

6. Kucing dari segala umur, namun di

tempat klinik sering ditemukan pada

usia mudan dan kucing tua

7. Kucing dengan bulu panjang

Sajuthi, CK. 2016. DERMATOPHYTOSIS PADA KUCING SEBAGAI PENYAKIT


ZOONOSIS: MONITORING DAN PENCEGAHAN REINFEKSI. Jurnal Veteriner, 17(1), hlm. 294-295.

Zinc Oksida (ZnO)

Sengoksida, Flowers of zinc, Zinum Oksidatum, ZnO. BM = 81,37

Pemerian, serbuk warna putih, tidak berbau, dan tidak berasa.

Khasiat, antiseptikum lokal

Pemberian luar

Golongan bebas.

Zinc Oksida

Bentuk : Serbuk warna putih,

Bau : tidak berbau, dan

Rasa : tidak berasa.

Kelarutan : t/air dan etanol 1/asam mineral encer alakli OH.

b. ZnO,

sebagai adstringen pemberi rasa sejuk pada kulit serta berfungsi sebagai antiseptik lokal.

Gan, Sulistya. Dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Fakultas Kedokteran UI.
Jakarta.

Hardjasaputra, Purwanto. Dkk. 2002. Daftar Obat di Indonesia. Grafidian Medipress. Jakarta.

Tjay, Hwan Tan. Raharja, Kirana. 2001. Obat-Obat Penting. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Zinc, khususnya zinc oxide dapat bersifat adstringen, dapat menyerap air sehingga mengurangi
kelembaban kulit. Pemakaian zinc oxide dapat mengurangi paparan allergen dan mengurangi
iritasi pada kulit. Selain itu zinc oxide mempunyai peranan yang sangat penting yaitu sebagai
antioksidan yang mampu mencegah kerusakan sel dan memperbaiki stuktur dinding sel, serta
mampu mengatur sel normal sebagai media fungsi sistem imun tubuh (Handaryati L. 2003,
Natalie M. 2009).

Agung Suhud. 2005. Uji Efek Ekstrak Etanol dan Halusan Segar Daun Pecut Kuda
(Stachytarpheta adulterine folium) Terhadap Luka Terbuka pada Tikus Putih. UHAMKA Jakarta.

Kegunaan luaran: Ubat ini adalah untuk kegunaan luaran sahaja. Jika ia bersentuhan dengan mata,
bilas rapi mereka dengan air.

Banyak ubat-ubatan boleh menyebabkan kesan sampingan. Kesan sampingan adalah


tindak balas yang tidak diingini kepada ubat yang apabila ia diambil dalam dos yang normal.
Kesan-kesan sampingan boleh ringan atau teruk, sementara atau kekal. Kesan-kesan
sampingan yang disenaraikan di bawah tidak dialami oleh semua orang yang mengambil zink
oksida. Jika anda bimbang tentang kesan-kesan sampingan, membincangkan risiko dan
manfaat daripada zink oksida dengan doktor anda.

Kesan-kesan sampingan berikut telah dilaporkan oleh sekurang-kurangnya 1% daripada


mereka yang mengambil zink oksida. Kebanyakan kesan sampingan boleh diuruskan, dan ada
yang mungkin akan hilang sendiri dari masa ke masa.
sensitiviti kulit atau kerengsaan

Berhenti mengambil ubat dan mendapatkan rawatan perubatan dengan segera jikasebarang
daripada yang berikut berlaku:

gejala-gejala yang tidak hilang selepas beberapa hari rawatan

semakin teruk gejala (meningkat kemerahan atau kerengsaan kulit, semakin teruk ruam)

Sesetengah orang mungkin mengalami kesan sampingan selain daripada yang disenaraikan.

Produksi

Untuk keperluan industri, ZnO diproduksi sebesar 105 ton per tahun[7] melalui tiga proses
utama:[20]

Proses tak langsung

Dalam proses tidak langsung atau Perancis, logam seng dilebur dalam wadah grafit dan menguap
pada suhu di atas 907 C (biasanya sekitar 1000 C). Uap seng bereaksi dengan oksigen di udara
untuk menghasilkan ZnO, disertai dengan penurunan suhu dan pendaran terang. Partikel seng oksida
diangkut ke saluran pendingin serta dikumpulkan di sebuah rumah kantung. Metode tidak langsung
ini dipopulerkan oleh LeClaire (Prancis) pada tahun 1844 dan karena itu umumnya dikenal sebagai
proses Perancis. Produk yang dihasilkan biasanya terdiri dari partikel seng oksida diaglomerasi
dengan ukuran rata-rata 0.1 hingga beberapa mikrometer. Berdasarkan berat, sebagian besar oksida
seng di dunia diproduksi melalui proses Prancis.

Proses langsung

Proses langsung atau Amerika dimulai dengan beragam komposit seng terkontaminasi, seperti bijih
seng atau produk sampingan pabrik peleburan. Prekursor seng direduksi (reduksi karbotermal)
dengan pemanasan dengan sumber karbon seperti antrasit untuk menghasilkan uap seng, yang
kemudian dioksidasi seperti dalam proses tidak langsung. Karena kemurnian yang lebih rendah dari
material utama, produk akhir dalam proses langsung juga memiliki kualitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan yang tidak langsung.

Proses kimia basah

Sejumlah kecil produksi industri melibatkan proses kimia basah, yang dimulai dengan larutan berair
garam seng, dari mana seng karbonat atau seng hidroksida diendapkan. Endapan padat kemudian
dikalsinasi pada suhu sekitar 800 C.

Sebagai aditif makanan, seng oksida berada dalam daftar zat, "secara umum diakui sebagai aman"
atau GRAS oleh U.S. FDA.[30]

Seng oksida itu sendiri bersifat non-toksik; Namun berbahaya untuk menghirup asap seng oksida,
seperti yang dihasilkan ketika seng atau seng paduan dilelehkan dan teroksidasi pada suhu yang
tinggi. Masalah ini terjadi ketika melelehkan kuningan karena titik leleh kuningan berada dekat
dengan titik didih seng.[31] Paparan seng oksida di udara, yang juga terjadi saat pengelasan galvanis
(seng berlapis) baja, dapat mengakibatkan penyakit saraf yang disebut metal fume fever. Untuk
alasan ini, biasanya baja galvanis tidak dilas, atau seng dihilangkan lebih dulu.

Camphor (/kmfr/) is a waxy, flammable, white or transparent solid with a strong aroma.[5] It is a
terpenoid with the chemical formula C10H16O. It is found in the wood of the camphor laurel
(Cinnamomum camphora), a large evergreen tree found in Asia (particularly in Sumatra and Borneo
islands, Indonesia) and also of the unrelated kapur tree, a tall timber tree from the same region.

Chemical formula C10H16O

Molar mass 152.24 gmol1

Physical uses

The sublimating capability of camphor gives it several uses.

Explosives

Camphor is used as a plasticizer for nitrocellulose, an ingredient for fireworks and explosive
munitions. During the late 19th Century, as Western manufacturers developed machine guns and
other rapid fire ordnance, it became imperative to reduce the smoke that obscured battlefields and
revealed hidden gun emplacements. Camphor was an essential component in the production of
smokeless gunpowder. Also, the new smokeless powder did not foul the weapons as much as
conventional gunpowder.[12]

Pest deterrent and preservative

Camphor is believed to be toxic to insects and is thus sometimes used as a repellent.[13] Camphor is
used to make mothballs. Camphor crystals are sometimes used to prevent damage to insect
collections by other small insects. It is kept in clothes used on special occasions and festivals, and
also in cupboard corners as a cockroach repellent.

Camphor is also used as an antimicrobial substance. In embalming, camphor oil was one of the
ingredients used by ancient Egyptians for mummification.[14]

Solid camphor releases fumes that form a rust-preventative coating and is therefore stored in tool
chests to protect tools against rust.[15]

Moqrich, A., Hwang, S.W., Earley, T.J., Petrus, M.J., Murray, A.N., Spencer, K.S.,
Andahazy, M., Story, G.M. and Patapoutian, A., 2005. Impaired thermosensation in mice
lacking TRPV3, a heat and camphor sensor in the skin. Science, 307(5714), pp.1468-1472.

Medicinal uses

Physiology
Camphor is readily absorbed through the skin, where it selectively stimulates nerve endings sensitive
to cold, producing a warm sensation when vigorously applied, or a cool sensation when applied
gently.[20][21][22] This effect also induces a slight local anesthesia, and has an antimicrobial
secondary effect.

These effects are particularly noticeable in the lungs and airways if camphor is inhaled as an
aerosol.[20]

Moqrich, A., Hwang, S.W., Earley, T.J., Petrus, M.J., Murray, A.N., Spencer, K.S.,
Andahazy, M., Story, G.M. and Patapoutian, A., 2005. Impaired thermosensation in mice
lacking TRPV3, a heat and camphor sensor in the skin. Science, 307(5714), pp.1468-1472.

The global effects on the body include tachycardia (increased heart rate), vasodilation in skin
(flushing), slower breathing, reduced appetite, and increased secretions and excretions such as
perspiration and urination. [23]

The sensation of heat or cold that camphor produces on the skin is caused by activating the ion
channel TRPV3.[21][22] This may account for the antimicrobial effect.

Camphor is toxic in large doses. It produces symptoms of irritability, disorientation, lethargy, muscle
spasms, vomiting, abdominal cramps, convulsions, and seizures.[24][25][26] Lethal doses in adults
are in the range 50500 mg/kg (orally). Generally, two grams cause serious toxicity and four grams
are potentially lethal.[27]

Traditional uses

Camphor has been used in traditional medicine from time immemorial in countries where it was
native. It was probably the odor of the substance and its decongestant effect that led to its use in
medicine.[20]

Camphor was used in ancient Sumatra to treat sprains, swellings, and inflammation.[28]

It has long been used as a medical substance in ancient India, where it generally goes by the name
Karpra. It has been described in the 7th-century yurvedic work Mdhavacikits as being an
effective drug used for the treatment of fever. The plant has also been named Hima and has been
identified with the plant Cinnamomum camphora. According to the Vaidyaka-abda-sindhu, it is one
of the five flavours used in betel-chewing, where it is also referred to as Candrabhasma (moon
powder).

Camphor also was used for centuries in Chinese medicine for a variety of purposes.[20]

Mishra, V., SUNIL, B., Chauhan, A., Katna, S., Rana, B.S., Alam, A.A., Morad, W.S.,
Bahbah, M.H., Labeeb, A.Z., Pardianto, G. and Purworini, D., Camphor addiction: Series of
78 patients. Medline. NIH https://medlineplus.gov/ency/article/002566.htm
Savage E, Ramsay M, White J, Bread S, Lawson H, Hunjan R, Brown D. 2005. Mumps
outbreaks across England and Wales in 2004: observational study. BM! [Internet].
[diunduh2010 Des 28]; 330(7500):1119-1120.Tersediapada: http//bmj.bmjjournals.
comlcgi/reprint/330/7500/1119.
Modern uses

Camphor was a component of paregoric, an opium/camphor tincture developed in the 18th century.
Paregoric was used in various formulations for hundreds of years. It was a household remedy in the
18th and 19th centuries when it was widely used to control diarrhea in adults and children, as an
expectorant and cough medicine, to calm fretful children, and to rub on the gums to counteract the
pain from teething. Its use declined in the 20th century after the regulation of opium.

Also in the 18th century, camphor was used by Auenbrugger in the treatment of mania,
paradoxically by inducing seizures.[29]

Based on Hahnemann's writings, camphor (dissolved in alcohol) was successfully used in the 19th
century to treat the 1854-1855 cholera epidemics in Naples.[30]

In the 20th century, camphor was administered orally in small quantities (50 mg) for minor heart
symptoms and fatigue.[31] This preparation was sold under the trade name Musterole; production
ceased in the 1990s.

Today the main use of camphor is as a cough suppressant[32] and as a decongestant.[32] It is an


active ingredient (along with menthol) in vapor-steam decongestant products, such as Vicks
VapoRub.

Regulation

In 1980, the US Food and Drug Administration set a limit of 11% allowable camphor in consumer
products, and banned products labeled as camphorated oil, camphor oil, camphor liniment, and
camphorated liniment (except "white camphor essential oil", which contains no significant amount
of camphor[citation needed]). Since alternative treatments exist, medicinal use of camphor is
discouraged by the FDA, except for skin-related uses, such as medicated powders, which contain
only small amounts of camphor.

Hindu religious ceremonies

Camphor is widely used in Hindu religious ceremonies. It is put on a stand called 'karpur dni' in
India. Aarti is performed after setting fire to it usually as the last step of puja.[33]

Camphor is a white substance with a strong odor that is commonly associated with topical
ointments and gels used for cough suppression and muscle aches. Camphor overdose occurs when
someone accidentally or intentionally takes more than the normal or recommended amount of this
medicine.

Poisonous Ingredient

These ingredients can be harmful:

Camphor

Menthol

Where Found
Camphor is found in:

Nasal decongestants

Camphorated oil

Some moth repellents

Topical pain relievers

Vicks VapoRub

Symptoms

Symptoms may include:

Abdominal pain

Anxiety, agitation, excitation, hallucinations

Burning of the mouth or the throat

Tremors, twitching facial muscles, seizures

Excessive thirst

Muscle spasms, rigid muscles

Nausea and vomiting

Rapid pulse

Skin irritation

Slow breathing

Sleepiness

Unconsciousness

Home Care

Seek immediate medical help. DO NOT make a person throw up unless told to do so by Poison
Control or a health care professional.

Before Calling Emergency


The following information is helpful for emergency assistance:

The person's age, weight, and condition

The name of the product (as well as the ingredients and strength if known)

When it was swallowed

The amount swallowed

However, DO NOT delay calling for help if this information is not immediately available.

Outlook (Prognosis)

How well a person does depends on the amount of poison swallowed and how quickly treatment
was received. The faster a person gets medical help, the better the chance for recovery.

Aronson JK. Camphor. In: Aronson JK, ed. Meyler's Side Effects of Drugs. 16th ed. Waltham, MA:
Elsevier; 2016:44.
Talek atau talk (dari bahasa Arab: talk) ialah mineral yang memiliki kekerasan 1 skala Mohs,
menjadikannya sebagai mineral paling lembut. Merupakan silikat magnesium terhidrasi, talek
memiliki rumus kimia Mg3Si4O10(OH)2.

Talek tidak larut dalam air.


Talc is used in many industries, including paper making, plastic, paint and coatings, rubber, food,
electric cable, pharmaceuticals, cosmetics, and ceramics. It is also often used in basketball to keep a
player's hands dry. Most tailor's chalk, or French chalk, is talc, as is the chalk often used for welding
or metalworking. Talc is also used as food additive or in pharmaceutical products as a glidant. In
medicine, talc is used as a pleurodesis agent to prevent recurrent pleural effusion or pneumothorax.
Sterile talc powder (NDC 63256-200-05) is a sclerosing agent used in the procedure of pleurodesis.
This can be helpful as a cancer treatment to prevent pleural effusions (an abnormal collection of
fluid in the space between the lungs and the thoracic wall). It is inserted into the space via a chest
tube, causing it to close up, so fluid cannot collect there. The finished product has been sterilized by
gamma irradiation.

Rudenko, P. and Bandyopadhyay, A., 2013. Talc as friction reducing additive to lubricating
oil. Applied Surface Science, 276, pp.383-389.

Talcum powder is a powder made from a mineral called talc. Talcum powder poisoning may occur
when someone breathes in or swallows talcum powder. This can be by accident or on purpose.

Poisonous Ingredient

Talc can be harmful if it is swallowed or breathed in.

Where Found

Talc may be found in:

Certain products that kill germs (antiseptics)

Some baby powder

Talcum powder
As a filler in street drugs, like heroin

Symptoms

Most symptoms of talcum powder poisoning are caused by breathing in (inhaling) talc dust,
especially in infants. Sometimes this happens by accident or over a long period of time.

Breathing problems are the most common problem of inhaling talcum powder. Below are other
symptoms of talcum powder poisoning in different parts of the body.

BLADDER AND KIDNEYS

Urine output is greatly decreased

No urine output

EYES, EARS, NOSE, and THROAT

Cough

Eye irritation

Throat irritation

STOMACH AND INTESTINES

Diarrhea

Vomiting

HEART AND BLOOD

Collapse
Convulsions

Low blood pressure

LUNGS

Chest pain

Cough

Difficulty breathing

Lung failure

Rapid, shallow breathing

Wheezing

NERVOUS SYSTEM

Coma (decreased level of consciousness and lack of responsiveness)

Drowsiness

Fever

Lack of desire to do anything (lethargy)

Twitching of arms, hands, legs, or feet

Twitching of the facial muscles

SKIN

Blisters

Blue skin, lips, and fingernails

Home Care
Seek medical help right away.

Outlook (Prognosis)

How well someone does depends on how much talcum powder they swallowed and how quickly
they receive treatment. The faster medical help is given, the better the chance for recovery.
Breathing in talcum powder can lead to very serious lung problems, even death.

Use caution when using talcum powder on babies. Talc-free baby powder products are available.

Workers who have regularly breathed in talcum powder over long periods of time have developed
serious lung damage and cancer.

Injecting heroin that contains talc into a vein may lead to heart and lung infections and serious organ
damage, and even death.

Blanc PD. Acute responses to toxic exposures. In: Broaddus VC, Mason RJ, Ernst JD, et al, eds. Murray
& Nadel's Textbook of Respiratory Medicine. 6th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2016:chap
75.

Cowie RL, Becklake MR. Pneumoconioses. In: Broaddus VC, Mason RJ, Ernst JD, et al, eds. Murray &
Nadel's Textbook of Respiratory Medicine. 6th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2016:chap 73.

Sue YJ, Pinkert H. Baby powder, borates, and camphor. In: Shannon MW, Borron SW, Burns MJ, eds.
Haddad and Winchester's Clinical Management of Poisoning and Drug Overdose. 4th ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2007:chap 99.

Zosel AE. General approach to the poisoned patient. In: Adams JG, ed. Emergency Medicine. 2nd ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2013:chap 143.
Aronson JK. Camphor. In: Aronson JK, ed. Meyler's Side Effects of Drugs. 16th ed. Waltham, MA:
Elsevier; 2016:44.

Blanc

Boel

Chen

Dirjen pom

Dijen pom 79

Fitriani, Y.N., Cikra, I.N.H.S., Yuliati, N. and Aryantini, D., 2015. Formulasi and Evaluasi
Stabilitas Fisik Suspensi Ubi Cilembu (Ipomea batatas L.) dengan Suspending Agent CMC
Na dan PGS Sebagai Antihiperkolesterol. Jurnal Farmasi Sains dan Terapan, 2(1).

Gan, Sulistya. Dkk. 1995. Farmakologi dan Terapi edisi IV. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.

Kanti, E.A.A. and Rahmanisa, S., 2014. TINEA CORPORIS WITH GRADE I OBESITY IN
WOMEN DOMESTIC WORKERS AGE 34 YEARS. Medula, 2(04), pp.24-32.

Kurniawan

Liebelt

Mahlifati

murini

Moqrich, A., Hwang, S.W., Earley, T.J., Petrus, M.J., Murray, A.N., Spencer, K.S.,
Andahazy, M., Story, G.M. and Patapoutian, A., 2005. Impaired thermosensation in mice
lacking TRPV3, a heat and camphor sensor in the skin. Science, 307(5714), pp.1468-1472.

Mishra, V., SUNIL, B., Chauhan, A., Katna, S., Rana, B.S., Alam, A.A., Morad, W.S.,
Bahbah, M.H., Labeeb, A.Z., Pardianto, G. and Purworini, D., Camphor addiction: Series of
78 patients. Medline. NIH https://medlineplus.gov/ency/article/002566.htm

nama. 2005. Mumps outbreaks across England and Wales in 2004: observational study. BM!
[Internet]. [diunduh2010 Des 28]; 330(7500):1119-1120.Tersediapada:
http//bmj.bmjjournals.
comlcgi/reprint/330/7500/1119.

Pasaribu

Pilpot

pujyanty
Rudenko, P. and Bandyopadhyay, A., 2013. Talc as friction reducing additive to lubricating
oil. Applied Surface Science, 276, pp.383-389.

Sajuthi, CK. 2016. DERMATOPHYTOSIS PADA KUCING SEBAGAI PENYAKIT ZOONOSIS: MONITORING DAN
PENCEGAHAN REINFEKSI. Jurnal Veteriner, 17(1), hlm. 294-295.

Suhud A. 2005. Uji Efek Ekstrak Etanol dan Halusan Segar Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta
adulterine folium) Terhadap Luka Terbuka pada Tikus Putih. UHAMKA Jakarta.

Sukmawati, A., Rahman, I.R., Indrayudha, P. and Kusumowati, I.T.D., 2011. UJI
STABILITAS FISIK DAN DAYA ANTIBAKTERI SUSPENSI ERITROMISIN DENGAN
SUSPENDING AGENT PULVIS GUMMI ARABICI.

Suprati

Tabanka

Van wyk

yanhendri

Zosel AE. General approach to the poisoned patient. In: Adams JG, ed. Emergency Medicine. 2nd ed.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2013:chap 143.

You might also like