You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Endapan mineral (bahan tambang )merupakan salah satu kekayaan alam yang
berpengaruh dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu upaya untuk mengetahui
kuantitas dan kualitas endapan mineral itu hendaknya selalu diusahakan dengan tingkat
kepastian yang lebih tinggi, seiring dengan tahapan eksplorasinya. Semakin lanjut tahapan
eksplorasi, semakin besar pula tingkat keyakinan akan kuantitas dan kualitas sumberdaya
mineral dan cadangan.
Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik phase) adalah proses reaksi kimia dari gas dan
cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini
disebut kontak-metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua
dengan magma yang lebih muda.Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan
temperatur tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


a. Mengetahui tentang pengertian pneumatolitik
b. Mengetahui proses pneumatolitik
c. Mengetahuimineral dari hasil proses pneumatolitik
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan gambaran tentang pneumatolitik
b. Menjelaskan proses terjadinya pneumatolitik
c. Memberikan contoh mineral-mineral pada proses pneumatolitik

1.3 MANFAAT
Dapat mengetahui dan memahami tentang fase Pneumatolitik, mulai dari proses
terbentuknya, model endapan, metode penambangan, pemanfaatan dan keterdapatan endapan
dari fase Pneomatolitik.

1
2.1 GANESA BAHAN GALIAN
2.1.1 Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-metamorfisme,
karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma yang lebih muda.
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma
kontak dengan batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara
lain : wolastonit (CaSiO3), amphibol, kuarsa, epidot, garnet, vesuvianit, tremolit, topaz,
aktinolit, turmalin, diopsit, dan skarn.
Gejala kontak metamorfisme tampak dengan adanya perubahan pada tepi batuan beku
intrusi dan terutama pada batuan yang diintrusi, yaitu: baking (pemanggangan) dan hardening
(pengerasan).
Igneous metamorfism ialah segala jenis pengubahan (alterasi) yang berhubungan
dengan penerobosan batuan beku. Batuan yang diterobos oleh masa batuan pada umumnya
akan ter-rekristalisasi, terubah (altered), dan tergantikan (replaced). Perubahan ini disebabkan
oleh panas dan fluida-fluida yang memencar atau diaktifkan oleh terobosan tadi.Oleh karena
itu endapan ini tergolong pada metamorfisme kontak.
Proses pneomatolitis ini lebih menekankan peranan temperatur dari aktivitas uap air.
Pirometamorfisme menekankan hanya pada pengaruh temperatur sedangkan
pirometasomatisme pada reaksi penggantian (replacement), dan metamorfisme kontak pada
sekitar kontak. Letak terjadinya proses umumnya di kedalaman bumi, pada lingkungan
tekanan dan temperatur tinggi.
Mineral bijih pada endapan kontak metasomatisme umumnya sulfida sederhana dan
oksida misalnya spalerit, galena, kalkopirit, bornit, dan beberapa molibdenit. Sedikit endapan
jenis ini yang betul-betul tanpa adanya besi, pada umumnya akan banyak sekali berisi pirit
atau bahkan magnetit dan hematit. Scheelit juga terdapat dalam endapan jenis ini (Singkep-
Indonesia).

2.1.2Kontak Metamorfisme
Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas pada batuan
yang dingin dalam kerak bumi.Akibat kenaikan suhu maka rekristalisasi kimia memegang
peran utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil bahkan tidak ada karena stress
disekitar magma relatif homogen. Batuan yang terkena intrusi akan mengalami pemanasan

2
dan termetamorfosa membentuk suatu lapisan disekitar intrusi yang dinamakan auerole
metamorphic (batuan ubahan).
Tebal lapisan tersebut tergantung pada besarnya tubuh intrusi dan kandungan H2O
dalam batuan yang diterobosinya. Misalkan pada korok ataupun sill yang seharusnya
terbentuk lapisan setebal beberapa meter hanya akan terbentuk lapisan beberapa centimeter
saja tebalnya apabila tanpa H20. Batuan metamorf yang terjadi sangat keras terdiri dari
mineral yang seragam dan halus nyang saling mengunci (interlockcing) dianamakan
Hornfels.Pada intrusi berskala besar, bergaris tengah sampai ribuan meter menghasilkan
energy panas yang jauh lebih besar dan dapatmengandung H2O yang sangat banyak.
Aureol yang terbentuk dapat sampai ratusan meter tebal dan berbutir kasar. Didalam
lapisan yang tebal yang sudah dilalui cairan ini terjadi zona himpunan mineral yang
konsentris.Zona ini mencirikan kisaran suhu tertentu.Dekat intrusi dimana suhu sangat tinggi
dijumpai mineral bersifat hidreous seperti garnet dan piroksen.Kemudian mineral bersifat
hidreous seperti amphibol dan epidot.Selanjutnya mika dan klorit.Tekstur dari zona tersebut
tergantung pada komposisi kimia batuan yang diterobosnya. Cairan yang melalui suhu dan
tekanan

2.2 MODEL ENDAPAN


2.2.1Proses Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)
Setelah temperatur mulai turun 550 450oC akumulasi gas mulai membentuk
mineral sampai pada temperatur 450oC volume unsur volatilnya makin menurun karena
membentuk jebakan pneumatolitik dan tinngal larutan sisa magma yang makin encer. Unsur
volatil akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya
kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi
unsur volatile tersebut dengan batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral
yang disebut endapan pneumatolitik.

3
2.2.2 Endapan Hasil Fase Pneumatolitik
Larutan sisa magma (volatil dan cairan) disebut larutan pegmatitis-pneumatolitik.
Yang berupa volatil (gas dan uap) akan membentuk endapanpneumatolitikkontak atau
endapan metasomatis kontak. Komponen utama yang terdiri dari unsur-unsur volatil ini akan
bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitar batuan beku.
Unsur tersebut akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi daripada gas atau uap
yang dikandungnya atau karena reaksi yang terjadi antara unsur volatil tersebut dengan
batuan yang diterobosnya. Endapan mineral yang terbentuk disebut endapan pneumatolitik
kontak/metasomatis kontak yang bisa berupa endapan mineral logam atau non logam.
Mineral logam yang terbentuk pada proses ini terbagi dua generasi, yaitu :
Generasi I dengan temperatur tinggi, antara lain berupa mineral-mineral :

Magnetit Hematit

Spinel scheelit

4
Generasi II dengan temperatur rendah, antara lain berupa mineral-mineral :

Arsenopirit Pirit Sfalerit

Kalkopirit Galena

Mineral gangue yang sering berasosiasi dengan endapan pneumatolitis


kontak/metasomatis kontak ini terdiri dari mineral-mineral :

Epidot Granit

Vesuvianit Topas

Kuarsa

5
grosularit, augit (diopsit, hedenbergit), wolastonit, zoisit, ilvait, forsterit, skapolit, kondronit,
flourit, aksinit, ludwigit, turmalin, kalsit, dolomit, felspar, mika (flogopit, lepidolit)
Bentuk endapan yang terjadi karena proses pneumatolitik kontak/ metasomatis kontak
tergantung kepada bentuk rekahan batuan yang diisinya dan juga jenis batuannya. Jenis
batuan yang diisi tergantung pada tekstur dan komposisinya (reaktivitas/permeabilitasnya)
yang erat hubungannya dengan bentuk endapan yang akan terjadi. Batuan yang sangat reaktif
(misalnya batugamping dan serpih gampingan) sering memperlihatkan bentuk endapan tidak
teratur. Apabila kurang reaktif, maka akan memperlihatkan bentuk endapan sesuai dengan
bentuk daripada rongga (rekahan yang diisinya). Proses pengisian rongga/rekahan tersebut
sering diikuti oleh proses selanjutnya, yaitu reksristalisasi, penggantian (replacement) atau
ubahan (alterasi).
Endapan yang terbentuk pada batuan induknya dinamakan greisen, sedangkan yang
terbentuk pada batu samping disebut skarn.
Skarn (skarn) : batuan yang berasal dari proses metamorfisme atau metasomatisme
kontak/sentuh berkomposisi hampir seluruhnya silikat yang mengandung kapur dan berasal
dari batu gamping.

2.3 METODE PENAMBANGAN

Pada fase pneumatolitik, menghasilkan beberapa mineral bijih yaitu salah satunya
pada bijih emas.

2.3.1 Proses tambang emas yang dilakukan dalam penambangan metode Underground
skala tambang rakyat :
1.Pembangunan lubang masuk ke tambang.
Lubang masuk dibuat sangat sederhana dengan diameter umumnya hanya dapat untuk akses 1
orang saja
2.Pembangunan akses menuju badan bijih.
Akses menuju badan bijih dibuat sesuai lokasi badan bijih yang menjadi target. Terdapat 2
cara untuk menuju badan bijih berdasarkan lokasi dari cebakan, yaitu:
a. Menggunakan drift ( lubang masuk horizontal, nembak ), jika lokasi badan bijih relatif
sejajar dengan jalan masuk utama.
b. Menggunakan shaft ( lubang masuk vertikal, nyumur ), jika lokasi badan bijih relatif di
bawah jalan masuk utama.

6
Seperti halnya lubang masuk ke tambang, akses menuju badan bijih dibuat secara sederhana,
dengan lokasi kerja yang hanya cukup untuk dipakai satu orang saja dengan diameter sekitar
1 1,5 meter. Lubang masuk tersebut dibuat tanpa penyangga atau hanya dengan penyangga
sederhana untuk daerah yang diperkirakan rawan runtuh.
3. Penggalian bijih emas
Penggalian bijih emas dilakukan dengan mengikuti arah kemenerusan bijih.Alat yang dipakai
untuk keperluan pemberaian batuan berupa alat gali manual, seperti belincong.
4. Pengangkutan bijih emas
Pengangkutan bijih emas dari dalam tambang menuju ke luar tambang dilakukan secara
manual.Jalur pengangkutan menggunakan jalan masuk utama.Khusus untuk akses
menggunakan shaft, pengangkutan dibantu dengan sistem katrol.

Penambangan metode Underground yang baik dilakukan dengan ketentuan:

1. Jalan masuk menuju urat bijih emas harus dibuat lebih dari satu buah, dan dapat
dibuat datar/horizontal, miring/inclined maupun tegak lurus/vertikal sesuai dengan
kebutuhan.

2. Ukuran jalan masuk dapat disesuaikan dengan kebutuhan, disarankan diameter > 100
cm.

3. Lokasi jalan masuk berada pada daerah yang stabil ( kemiringan< 30 o ) dan
diusahakan tidak membuat jalan masuk pada lereng yang curam.

4. Lubang bukaan harus dijaga dalam kondisi stabil/tidak runtuh, bila diperlukan dapat
dipasang suatu sistem penyanggaan yang harus dapat menjamin kestabilan lubang
bukaan ( untuk lubang masuk dengan kemiringan > 60odisarankan untuk selalu
memasang penyangga ).

5. Kayu penyangga yang digunakan disarankan kayu kelas 1 ( kayu jati, kihiang,
rasamala, dll ). Ukuran diameter/garistengah kayu penyangga yang digunakan
disarankan tidak kurang dari 7 cm. Jarak antar penyangga disarankan tidak lebih dari
0.75 x diameter bukaan ( tergantung kelas kayu penyangga yang digunakan dan
kekuatan batuan yang disangga ).

7
6. Sirkulasi udara harus terjamin sehingga dapat menjamin kebutuhan minimal 2
m3 /menit, bila perlu dapat menggunakan blower / kompresor untuk men-supply
kebutuhan oksigen ke dalam lubang

7. Disekitar lubang masuk dibuat paritan untuk mencegah air masuk, dan paritan
diarahkan menuju ke kolam pengendap dengan pengendapan dilakukan bertahap, bila
perlu dapat menggunakan pompa air submersible untuk membuang genangan air dari
dalam lubang

2.4 PEMANFAATAN
Salah satu pemanfaatan dari proses pneumatolitik yaitu pada bijih emas. Manfaat bijih emas
antara lain :

1. Perhiasan

2. Perlengkapan Pesawat Ruang Angkasa

3.Produksi Perangkat Elektronik

4. Emas Untuk Investasi

5. Bahan Membuat Penghargaan

2.5 KETERDAPATAN MINERAL BIJIH PADA FASE PNEUMATOLITIK


Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen, dan metamorfik.Pengertian
bijih adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya secara
ekonomis, dan bijih dalam suatu endapan ini tergantung pada dua faktor utama, yaitu tingkat
terkonsentrasi (kandungan logam berharga pada endapan), letak serta ukuran (dimensi)
endapan tersebut.
Untuk mencapai kadar yang ekonomis, mineral-mineral bijih atau komponen bahan
galian yang berharga terkonsentrasi secara alamiah pada kerak bumi sampai tingkat minimum
yang tertentu tergantung pada jenis bijih atau mineralnya.
Batuan merupakan suatu bentuk alami yang disusun oleh satu atau lebih mineral, dan
kadang-kadang oleh material non-kristalin.Kebanyakan batuan merupakan heterogen
(terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang merupakan homogen.

8
Deret reaksi Bowen (deret pembentukan mineral pada batuan) telah dimodifikasi oleh Niggli,
V.M. Goldshmidt, dan H. Schneiderhohn.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pneumatolitik adalah proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam
lingkungan yang dekat dengan magma. Dari sudut geologi, ini disebut kontak-
metamorfisme, karena adanya gejala kontak antara batuan yang lebih tua dengan magma
yang lebih muda. Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur
tinggi dari magma kontak dengan batuan dinding yang reaktif.Setelah temperatur mulai
turun 550 450oC akumulasi gas mulai membentuk mineral sampai pada temperatur
450oC volume unsur volatilnya makin menurun karena membentuk jebakan
pneumatolitik dan tinngal larutan sisa magma yang makin encer.
2. Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas pada batuan yang
dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu maka rekristalisasi kimia memegang
peran utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat kecil bahkan tidak ada karena stress
disekitar magma relatif homogen. Batuan yang terkena intrusi akan mengalami
pemanasan dan termetamorfosa membentuk suatu lapisan disekitar intrusi yang
dinamakan auerole metamorphic (batuan ubahan).
3. Endapan pneumatolitik kontak/metasomatis kontak yang bisa berupa endapan mineral
logam atau non logam
Mineral logam yang terbentuk pada proses ini terbagi dua generasi, yaitu :
Generasi I dengan temperatur tinggi, antara lain berupa mineral-mineral : magnetit,
hematit, spinel, scheelit
Generasi II dengan temperatur rendah, antara lain berupa mineral-mineral : arsenopirit,
pirit, sfalerit, kalkopirit dan galena.
Mineral gangue yang sering berasosiasi dengan endapan pneumatolitik
kontak/metasomatis kontak ini terdiri dari mineral-mineral : granit, grosularit, augit (diopsit,
hedenbergit), wolastonit, epidot, zoisit, vesuvianit, ilvait, forsterit, skapolit, kondronit, flourit,
aksinit, ludwigit, topas, turmalin, kalsit, dolomit, felspar, mika (flogopit, lepidolit) dan
kwarsa.

4. Berdasarkan pemetaan terhadap keberadaan (sebaran) endapan-endapan pada lingkungan


pneumatolitik memperlihatkan korelasi antara lingkungan tektonik (busur magmatik)
dengan distrik (komplek) bijih.

10
DAFTAR PUSTAKA

- http://wawasanpertambangan.blogspot.co.id/2014/04/proses-pembentukan-endapan-
mineral_6239.htmlwww.google/penambangan batumarmer.com
- https://mwamir.wordpress.com/geologi/laporan-praktikum/endapan-
mineral/www.google/gambarprosesmarmer.com (unduh 2016)
- https://id.scribd.com/document/320418878/Pembentukan-Endapan-Primer-Menurut-
Darijanto
- http://ongkiboomy.blogspot.co.id/2012/10/mineral-sulfida_3277.html

11

You might also like