You are on page 1of 6

Kuliah 4.

Efek Foto Listrik


4.1 Pendahuluan
Sumbangan besar Maxwell pada pengetahuan listrik dan magnet adalah
keberhasilannya dalam menyatukan semua kaedah yang dikenal waktu itu di bidang
listrik magnet. Hal itu dicapainya dengan meneruskan apa yang telah dirumuskan
oleh Faraday (1791-1867). Berdasarkan perangkat persamaan fundamental dalam
listrik magnet, Maxwell memperoleh solusi berupa gelombang. Atas dasar itu
diramalkan tentang adanya gelombang elektromagnetik, sesuatu yang belum diamati
oleh para ilmuwan.
Heinrich Hertz (1757-1894), menyelidiki implikasi eksperimental dari
persamaan-persamaan Maxwell. Sebagai guru besar pada sekolah tinggi teknik di
Karisruhe, ia melakukan percobaan-percobaan mengenai gelombang elektromagnetik.
Percobaan-percobaan yang dirintisnya serta hasil percobaan para sarjana lain pada
akhirnya menunjukkan adanya gelobang elektromagnetik. Tak lama sesudah itu,
cahaya juga diidentifikasi sebagai gelombang elektromagnetik. Sifat gelombang
cahaya didukung oleh bukti-bukti eksperimental seperti percobaan Young dan difraksi
cahaya. Bukti-bukti ini telah diperoleh lama sebelum tahun 1871.
Meskipun sifat gelombang cahaya telah manfatap di sekitar akhir abad ke-19,
ada beberapa percobaan dengan cahaya dan listrik yang sukar dapat diterangkan
dengan sifat gelombang cahaya itu. Dalam tahun 1888 Hallwachs mengamati bahwa
suatu keping itu mula-mula positif, maka tidak terjadi kehilangan muatan.
Diamatinya pula bahwa suatu keping yang netral akan memperoleh muatan positif
apabila disinari. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pengamatan-pengamatan di atas
adalah bahwa chaya ultraviolet mendesak keluar muatan litrik negatif dari permukaan
keping logam yang netral. Gejala ini dikenal sebagai efek fotolistrik.
4.2 Mekanisme Terjadinya Efek Fotolistrik
Dalam eksperimennya Hertz menemukan bahwa latu pada celak transmiter
terjadi bila cahay ultraungu diarahkan pada salah satu bola logamnya. Ia tidak
melanjutkan percobaan tersebut, akan tetapi ahli fisika yang lain melanjutkan

1 M. Yusuf, S.Si & Enos Taruh, M.Pd. Dr. (FISIKA MODERN)


percobaan tersebut. Mereka menemukan bahwa penyebab terjadinya latu adalah
terpancarnya elektron pada frekuensi yang cukup tinggi. Gejala ini dikenal sebagai
efek fotolistrik. Gajala ini merupakan salah satu ironi sejarah bahwa cahaya
merupakan gelombang elektromagnetik.
Ilustrasi alat yang dipergunakan untuk membangkitkan gejala fotolistrik.
Tabung yang divakumkan berisi dua elektrode yang dihubungkan dengan rangkaian
eksternal. Keping logam yang permukaannya mengalami iradiasi, digunakan sebagaio
anode. Sebagian dari gotoelektron yang muncul dari permukaan yang mengalami
radiasi memiliki energi yang cukup untuk mencapai katode lebih sedikit dan arusnya
menurun. Akhirnya ketika v sama dengan atau melebihi suatu harga Vo yang besarnya
dalam orde beberapa volt, maka tidak ada elektron yang mencapai katode dan arusnya
terhenti.
Gejala efek fotolistrik dapat diterangkan sebagai berikut : gelombang cahaya
membawa energi, dan sebagian energi yang diserap logam dapat terkonsentrasi pada
elektron tertentu dan muncul sebagai energi kinetik. Salah satu sifat yang
menimbulkan pertanyaan pengamat adalah distribusi elektron yang dipancarkan
(fotoelektron), ternyata tak bergantung pada intensitas cahaya. Berkas cahaya yang
kuat menghasilkan fotoelektron lebih besar dari pada berkas cahaya yang lemah
untuk frekuensi yang sama, akan tetapi energi elektron rata-ratanya sama saja. dalam
batas ketelitian eksperimen (10-9 s), tak terdapat kelambatan waktu antara datangnya
cahaya pada permukaan logam dan terpancarnya elektron.
Secara kuantum energi kuantum cahaya pada efek fotolistrik dipergunakan
sebagai energi untuk membebaskan elektron dari permukaan logam dan sisanya
dipergunakan sebagai energi kinetik elektron, yang secara matematis dirumuskan.
hv K max hv0 (4.1)
dengan : hv : energi kuantum cahaya
Kmax : energi kinetik maksimum elektron

2 M. Yusuf, S.Si & Enos Taruh, M.Pd. Dr. (FISIKA MODERN)


Hv0 : fungsi kerja, energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan
sebuah elektron yang disinari.
Fungsi kerja untuk masing-masing permukaan logam memiliki nilai khas. Hal
ini berarti bahwa fungsi kerja merupakan besaran yang khas. Untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam biasanya memerlukan separuh energi yang diperlukan
untuk melepaskan elektron bebas dari atom yang bersangkutan. Sebagai contoh
energi ionisasi cesium adalah 3,9 eV dengan fungsi kerjanya 1,7 hingga 3,3 eV.
Gejala efek fotolistrik terjadi dalam daerah tampak dan ultraungu.
Selanjutnya kaitan antara fungsi kerja (energi ambang), tenaga kuantum
cahaya , dan tenaga kinetik elektron.
Tabel fungi kerja untuk beberapa logam dapat dilihat pada Tabel. Satuan
fungsi kerja biasanya dinyatakan dalam elektron volt (eV) yang besarnya setara
dengan.
1 eV = 1,60 , 10-19 J (4.1)
Tabel Fungsi kerja fotolistrik beberapa logam
LOGAM LAMBANG FUNGSI KERJA (eV)
Cesium Cs 1,9
Kalium K 2,2
Natrium Na 2,3
Lithium Li 2,5

Kalsium Ca 3,2

Tembaga Cu 4,5

Perak Ag 4,7

Platina Pt 5,6

Beberapa pengamatan mengenai efek fotolistrik dapat diterangkan sebagai berikut :

3 M. Yusuf, S.Si & Enos Taruh, M.Pd. Dr. (FISIKA MODERN)


a. Tenaga kinetik foto elektron tidak bergantung pada intensitas cahaya. Intensitas
cahaya berpengaruh terhadap jumlah foto elektron yang terpancar pada saat
terjadi efek fotolistrik.
b. Tenaga kinetik maksimum foto elektron bergantung pada frekuensi sinar yang
dipergunakan dalam percobaan efek fotolistrik. Semakin besar frekuensi foton,
maka semakin besar pula tenaga kinetik maksimum foto elektron.
Dua buah fakta eksperimental yang tidak dapat diterangkan dengan teori
gelombang cahaya adalah :
a. Menurut teori gelombang, vektor medan listrik gelombang cahaya akan semakin
besar jika intensitasnya ditingkatkan. Pengaruh medan listrik terhadap elektron
dapat menimbulkan gaya besar eE, dengan e menyatakan muatan elementer
elektron dan E adalah medan listrik, sehingga energi kinetik foto elektron juga
bertambah besar. Hal ini bertentangan dengan fakta eksperimental.
b. Terdapat frekuensi ambang, untuk semua frekuensi dibahwa frekuensi ambang,
fenomena efek fotolistrik tidak mungkin terjadi meskipun dipergunakan intensitas
sinar yang tinggi. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik harus terjadi pada
semua frekuensi asalkan intensitas cahaya yang dipergunakan mencukupi untuk
mendesak elektron dari permukaan katoda.
Ternyata kesukaran untuk dapat menerangkan fakta eksperimental dengan
teori yang formal baru dapat teratasi apabila dalam peristiwa dan gejala efek
fotolistrik, cahaya tidak dianggap sebagai gelombang. Hal ini merupakan aspek
utama dari teori kuantum Einstein.

4.3 Teori Kuantum Einstein tentang Efek Fotolistrik


Dalam postulatnya Planck mengkuantisasikan energi yang dapat dimiliki
osilator, tetapi tetap memandang radiasi thermal dalam rongga sebagai gejala
gelombang. Einstein dapat menerangkan efek fotolistrik dengan meluaskan konsep
kuantisasi Planck. Einstein menggambarkan bahwa apabila suatu osilator dengan
energi pindah ke suatu keadaan dengan energi, maka osilator tersebut memancarkan

4 M. Yusuf, S.Si & Enos Taruh, M.Pd. Dr. (FISIKA MODERN)


suatu gumpalan energi elektromagnetik dengan energi, Einstein menganggap bahwa
gumpalan energi yang semacam itu yang kemudian dikenal sebagai foton, yang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Pada saat foton meninggalkan permukaan dinding rongga tidak menyebar dalam
ruang seperti gelombang tetapi tetap terkonsentrasi dalam ruang yang terbatas
yang sangat kecil.
b. Dalam perambatannya, foton bergerak dengan kecepatan cahaya c.
c. Energi faton terkait dengan frekuensinya yang memenuhi e = hv.
d. Dalam proses efek fotolistrik energi foton diserap seluruhnya oleh elektron yang
berada di permukaan logam.
Lima tahun sesudah Planck mengajukan makalah ilmiahnya tentang teori
radiasi thermal oleh benda hitam sempurna, yaitu pada tahun 1905, Albert Einstein
mengemukakan teori kuantum untuk menerangkan gejala fotolistrik. Secara
eksperimental sahihnya teori kuantum itu dibuktikan oleh Millikan pada tahun 1914.
Millikan secara eksperimental membuktikan hubungan linear antara tegangan
pemberhentian elektron dan frekwensi cahaya yang mendesak elektron pada bahan
katoda tertentu.
Pada tahun 1921 Albert Einstein memperoleh hadian Nobel untuk Fisika,
karena secara teoritis berhasil menerangkan gejala efek fotolistrik.

4.4 Emisi Termionik


Kesahihan penafsiran Einstein mengenal fotolistrik diperkuat dengan telaah
tentang emisi termionik. Telah alam diketahui bahwa dengan adanya panas akan
dapat meningkatkan konduktivitas udara yang ada di sekelilingnya. Menjelang abad
ke-19 ditemukan emisi elektron dari benda panas. Emisi termionik memungkinkan
bekerjanya piranti seperti tabung televisi yang di dalamnya terdapat filamen logam
atau katoda berlapisan khusus yang pada temperatur tinggi mampu menyajikan arus
elektron yang rapat.

5 M. Yusuf, S.Si & Enos Taruh, M.Pd. Dr. (FISIKA MODERN)


Jelaslah bahwa elektron yang terpancar memperoleh energi dari agitasi
thermal zarah pada logam, dan dapat diharapkan bahwa elektron harus mendapat
energi minimum tertentu supaya dapat lepas. Energi minimum ini dapat ditentukan
untuk berbagai permukaan dan selalu berdekatan dengan fungsi kerja fotolistrik untuk
permukaan yang sama. Dalam emisi fotolistrik, foton cahaya menyediakan energi
yang diperlukan oleh elektron untuk lepas, sedang dalam emisi termionik kalorlah
yang menyediakannya. Dalam kedua kasus itu proses fisis yang bersangkutan dengan
timbulnya elektron dari permukaan logam adalah sama.

6 M. Yusuf, S.Si & Enos Taruh, M.Pd. Dr. (FISIKA MODERN)

You might also like