Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tiroid adalah suatu kelenjar endokrin murni berbentuk kupu-kupu yang terdiri
dari dua lobus yang masing-masing dihubungkan oleh ismus yang tipis dibawah
kartilago krikoidea di laher. Kelenjer tiroid berfungsi menghasilkan hormon tiroid (
T3 dan T4) yang membantu mengatur temperatur tubuh, metabolisme energi dan
protein, juga membantu fungsi normal sistem kardiovaskular dan sistem saraf
pusat. Fungsi tiroid ini diatur dan dikontrol oleh glikoprotein hipofisis TSH yang
diatur pula oleh hormon dari hipotalamus yaitu TRH.
Rangsangan oleh TSH atau TSH-like subtances (TSI, TSAb), autonomi instrinsik
kelenjar menyebabkan tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck uptake naik.
Sebaliknya pada destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan
terjadi kerusakan sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam
darah. Dapat pula karena pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini
justru radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa
kedua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya sef-limiting disease.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI HIPERTIROID
TIROTOKSIKOSIS
2.2. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi hipertiroid di Indonesia belum diketahui. Di Eropa berkisar antara
1-2 % dari semua penduduk usia dewasa. Hipertiroidisme lebih sering ditemukan
pada wanita dibanding pada pria (5:1). Pada usia muda umumnya disebabkan oleh
penyakit Graves, sedangkan struma multinoduler toksik umumnya timbul pada usia
tua. Di daerah pantai dan kota, insidennya lebih tinggi dibandingkan dengan
didaerah pegunungan atau di pedesaan.
2.3. ETIOLOGI
Lebih dari 90% kasus hipertiroid adalah akibat penyakit Graves dan nodul
tiroid toksik. Penyakit Graves sekarang ini dipandang sebagai penyakit autoimun
yang tidak diketahui penyebabnya. Namun karena perbandingan penyakit Graves
pada monozygotic twins lebih besar dibandingkan pada dizygotic twins, sudah
dipastikan bahwa faktor lingkunganlah yang berperan dalam hal ini. Bukti tak
langsung menunjukkan bahwa stress, merokok, infeksi serta pengaruh iodin
ternyata berpengaruh terhadap sistem imun.
Sederhananya penyakit Graves merupakan multiple dari autoimun, yaitu
tirotoksikosis, eye disease, dan pretibial myxoedema yang berpengaruh terhadap
bagian optik ( opthalmopathy ), kulit ( deratopathy ), seta jari (acropathy). Keadaan
ini biasanya terjadi karena adanya imunoglobulin yang menstimulasi tiroid dalam
serum.
Adapun faktor lain yang mendorong respon imun pada penyakit Graves
antara lain :
1. Kehamilan, khususnya pada masa nifas
2. Kelebihan iodida di daerah defisiensi iodida
3. Terapi litium
4. Infeksi bakterial atau viral
5. Pengentian glukokotrikoid
Etiologi hipertiroidisme
2.2 Klasifikasi
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh dimana
zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormon tiroid terus menerus.
Graves disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya dapat
timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 40 tahun. Faktor keturunan juga dapat
mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu dimana zat
antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak disertai
dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya timbul seiring
dengan bertambahnya usia.
c. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan mengakibatkan
produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah. Umumnya gejala
menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada beberapa orang.
d. Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 10% wanita pada 3 6 bulan pertama setelah melahirkan dan terjadi
selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-lahan.
2.4 Patofisiologi