Professional Documents
Culture Documents
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar matematika
Prestasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting yang
diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dapat terwujud apabila tujuan dari
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Prestasi belajar siswa di
sekolah ditinjau dari aspek akademik merupakan komponen yang penting
sebagai tolak ukur pertanggungjawaban keberhasilan siswa dalam mengikut
kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar digunakan sebagai tolak
ukur dalam keberhasilan belajar siswa yang merupakan perpaduan antara
aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bersifat mendasar. Tuu
(2004) menyatakan bahwa prestasi belajar menjadi sasaran evaluasi bagi
siswa yang meliputi sikap (ranah afektif), penguasaan materi
pelajaran(ranah kognitif) serta kecakapan dan ketrampilan (ranah
psikomotorik) yang dapat ditunjukkan melalui nilai yang dilakukan oleh guru
terhadap tugas siswa setelah mengikuti ujianatau tes. Prestasi belajar
merupakan penilaian terhadap sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil
pengajaran yang diberikan guru pada siswa dalam waktu tertentu
(Purwanto, 2001).
Arikunto (2002) mendefinisikan Prestasi belajar adalah suatu
penilaian yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat
keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Penilaian prestasi belajar siswa biasanya dilakukan dengan melalui tes
prestasi belajar, hasil dari tes tersebut dapat dilihat dalam dua kemungkinan
yaitu terdapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak memuaskan.
Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Hamalik (2008) yaitu
hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dan
biasanya dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa.
Rumusan prestasi belajar juga dikemukakan oleh Suryabrata (2002)
prestasi belajar adalah kemampuan siswa yang didapat dari proses belajar,
5
6
faktor bakat, faktor minat dan perhatian, faktor motif, faktor cara belajar,
faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah. Beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar siswa adalah faktor pola
asuh orang tua di rumah, karena pada hakikatnya siswa tinggal bersama
orang tua mereka masing-masing. Keluarga merupakan tempat dimana
siswa dapat menghabiskan waktunya setelah melakukan kegiatan belajar di
sekolah. Keluarga juga merupakan salah satu potensi yang besar dan
positif yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Melihat dari berbagai pendapat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, penelitian ini mengacu dengan rumusan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2003)
yang terdiri dari dua faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya adalah
faktor Internal yang meliputi faktor Jasmaniah, faktor Psikologis, dan faktor
kelelahan serta faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga dan
lingkungan. Faktor ekternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
keluarga. Keluarga merupakan tempat bagi orang tua untuk memberikan
pendidikan yang pertama sebelum mereka memasuki pendidikan formal,
tempat dimana orang tua selalu memberikan teladan yang baik bagi siswa-
siswa mereka. Berkat orang tua siswa dapat belajar mengenal angka dan
belajar berhitung untuk pertama kalinya.
sebelumnya akan diterima oleh orang tua yang cenderung akan menjadi
pola pengasuhan yang nantinya akan digunakan dalam mengasuh dan
mendidik siswanya. Mengingat latar belakang kehidupan dan pengalaman
orang tua yang berbeda-beda antar orang tua yang satu dengan yang lain
maka dalam masyarakat akan terdapat berbagai macam tipe pola
pengasuhan orang tua.
Hurlock ( 1999) berpendapat bahwa terdapat tiga macam pola asuh
orang tua diantaranya adalah pola asuh Otoriter, Demokratis dan Permisif.
a. Pola Asuh otoriter
Pola Asuh otoriter mempunyai ciri-ciri adanya kontrol yang ketat
dan kaku dari orang tua. Siswa harus mentaati semua aturan dari orang
tua, selain itu siswa juga harus bertingkah laku sesuai dengan yang
ditetapkan oleh orang tua. Orang tua tidak menghiraukan pendapat dan
keinginan siswa, orang tua selalu memusatkan perhatian pada
pengendalian secara otoriter yang berupa hukuman fisik.
b. Pola Asuh Demokrasi
Pola asuh Demokrasi mempunyai ciri-ciri bahwa orang tua selalu
memperhatikan keinginan dan pendapat siswa, selain itu orang tua selalu
mengadakan diskusi kepada siswa ketika mengambil keputusan dan siswa
selalu mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Orang tua
tetap membimbing dan mengontrol siswa-siswanya, yang bersifat
mengarahkan agar siswa dapat mengetahui dan mengerti mengapa hal
tersebut boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Orang tua demokrasi
tetap masih mempunyai keberanian untuk menegur siswa apabila siswa
melakukan hal yang kurang baik. Alasan orang tua dalam hal ini adalah agar
siswa dapat belajar untuk bertanggung jawab dalam hidup dan dapat
memahami apa akibat-akibat dari keputusan yang diambil sendiri.
Kesimpulan dari pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang lebih
mengutamakan diskusi dan komunikasi dua arah antara orang tua dengan
siswa tentang masalah peraturan yang akan dibuat serta adanya
pengarahan dari orang tua mengenai alasan-alasan dari peraturan yang
akan diambil.
c. Pola asuh Permisif
Pola Asuh permisif mempunyai ciri-ciri tidak ada bimbingan
maupun aturan yang ketat dari orang tua, tidak ada tuntutan kepada siswa,
10
tidak ada pengendalian atau kontrol dari orang tua. Siswa biasanya diberi
kebebasan untuk membuat keputuisan sendiri. Orang tua yang permisif
akan membiarkan siswa untuk belajar sendiri untuk berperilaku dalam
lingkungan sosial. Tingkat pengawasan orang tua rendah, hal itu terlihat
dari tidak adanya hukuman kepada siswa meskipun siswa melanggar
peraturan.
Baumrind dalam Santrock (2002) menyatakan bahwa ada tiga jenis
pola asuh yaitu pola asuh otoriter,otoritatif dan permisif, kemudian ketiga
jenis pola asuh tersebut ditransformasikan oleh macobby dan martin
(2002) menjadi empat macam yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif,
pola asuh permissive indulgent serta pola asuh permissive indefferent.
a. Pola Asuh otoriter ( Authoritarian Parenting)
Pola asuh Otoriter merupakan suatu gaya pengasuhan yang
membatasi dan menghukum serta memaksa siswa untuk mengikuti arahan-
arahan orang tua dan melakukan semua hal yang menjadi kebijakan orang
tua. Orang tua yang otoriter memberi batas-batas yang tegas kepada siswa
serta tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Pola
asuh Otoriter menerapkan tingkat keketatan dan pengawasan tinggi
terhadap siswa. Sikap orang tua keras dan bersifat mengontrol tanpa
adanya kehangatan, keterlibatan orang tua terhadap kehidupan siswa
sangat tinggi serta adanya penerimaan yang rendah antara orang tua
kepada siswa. Siswa yang diasuh dengan pola asuh ini seringkali mengalami
kecemasan, memiliki kesulitan dalam memulai suatu kegiatan dan memiliki
ketrampilan komunikasi yang kurang baik.
b. Pola asuh Otoritatif ( Authoritative Parenting)
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini menerapkan tingkat
keketatan dan pengawasan yang tinggi demikian juga tingkat penerimaan
dan keterlibatan orang tua juga tinggi dalam kehidupan siswa mereka
menerapkan aturan-aturan dalam keluarga tetapi terbuka secara
demokrasi kepada siswa tentang aturan-aturan yang ditetapkan. Pola asuh
ini akan mendorong siswa untuk belajar mandiri, tetapi orang tua masih
memiliki batas-batas pengendalian yang tegas mengenai tindakan siswa.
Orang tua otoritatif selalu mengadakan diskusi dan musyawarah kepada
siswa, sehingga di dalam pola pengasuhan otoritatif terlihat adanya
hubungan yang harmonis dan penuh dengan kasih sayang antara orang tua
dengan siswa. Siswa yang mendapatkan pola asuh ini cenderung mampu
11
Tabel 2.1
karakteristik Pola asuh orang tua
Acceptance & Involvement
AI
Tinggi Rendah
Strictness
& Tinggi
Pola Asuh Pola Asuh Authoritarian
Supervision
Authoritative
SS Pola Asuh Pola Asuh Permissive
Permissive Indifferent
Indulgent
Rendah
C. Kerangka berfikir
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal yang
meliputi, faktor fisiologis dan psikologis, tetapi dipengaruhi juga oleh
faktor eksternal yang antara lain adalah faktor lingkungan dan faktor
keluarga (Slameto, 2003). Faktor keluarga mencakup bagaimana cara
orang tua menanamkan pola asuh tertentu kepada anak-anak mereka
yang meliputi bagaimana cara orang tua memberikan pengawasan,
kontrol atau keketatan, keterlibatan serta penerimaan terhadap semua
aktifitas anak. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah
bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak
selanjutnya. Hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga
Faktor
Fisiologis
Faktor Internal
Faktor
Psikologis
Pola Asuh
Authoritative Prestasi
belajar
Faktor
Pola Asuh
Keluarga
Authoritarian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dapat dirumuskan Hipotesis penelitian
yang akan dibuktikan yaitu sebagai berikut:
0 : Tidak ada hubungan negatif dan signifikan antara pola asuh
Permissive Indulgent orang tua terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Ngablak
< 0 : Ada hubungan negatif dan signifikan antara pola asuh
Permissive Indulgent orang tua terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Ngablak.