You are on page 1of 11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar matematika
Prestasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat penting yang
diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran dapat terwujud apabila tujuan dari
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Prestasi belajar siswa di
sekolah ditinjau dari aspek akademik merupakan komponen yang penting
sebagai tolak ukur pertanggungjawaban keberhasilan siswa dalam mengikut
kegiatan pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar digunakan sebagai tolak
ukur dalam keberhasilan belajar siswa yang merupakan perpaduan antara
aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang bersifat mendasar. Tuu
(2004) menyatakan bahwa prestasi belajar menjadi sasaran evaluasi bagi
siswa yang meliputi sikap (ranah afektif), penguasaan materi
pelajaran(ranah kognitif) serta kecakapan dan ketrampilan (ranah
psikomotorik) yang dapat ditunjukkan melalui nilai yang dilakukan oleh guru
terhadap tugas siswa setelah mengikuti ujianatau tes. Prestasi belajar
merupakan penilaian terhadap sesuatu yang digunakan untuk menilai hasil
pengajaran yang diberikan guru pada siswa dalam waktu tertentu
(Purwanto, 2001).
Arikunto (2002) mendefinisikan Prestasi belajar adalah suatu
penilaian yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat
keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru.
Penilaian prestasi belajar siswa biasanya dilakukan dengan melalui tes
prestasi belajar, hasil dari tes tersebut dapat dilihat dalam dua kemungkinan
yaitu terdapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak memuaskan.
Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh Hamalik (2008) yaitu
hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar dan
biasanya dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa.
Rumusan prestasi belajar juga dikemukakan oleh Suryabrata (2002)
prestasi belajar adalah kemampuan siswa yang didapat dari proses belajar,

5
6

biasanya dinyatakan atau diwujudkan dalam bentuk nilai rapor yang


diperoleh dari hasil pengukuran.
Melihat dari berbagai pendapat tentang prestasi belajar, penelitian
ini mengacu dengan rumusan prestasi belajar yang dikemukakan oleh
Suryabrata (2002), bahwa prestasi belajar matematika adalah suatu
kemampuan siswa yang didapat setelah mengikuti kegiatan belajar
matematika di sekolah, biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai rapor.
Penilaian prestasi belajar siswa dalam bentuk nilai rapor ini digunakan untuk
melihat pencapaian prestasi siswa termasuk dalam kategori sangat tinggi,
tinggi, cukup, rendah atau bahkan sangat rendah.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Keberhasilan dalam meraih prestasi belajar yang baik merupakan
hal yang diharapkan oleh siswa. Tercapainya prestasi belajar yang baik
tidak terlepas dari adanya proses belajar serta usaha yang sungguh-
sungguh dari diri siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yang perlu diperhatikan, sebab tidak semua hal yang dicita-citakan dapat
terwujud. Seringkali siswa yang mempunyai keinginan yang kuat untuk
memperoleh prestasi yang diinginkan, namun dalam kenyataannya tidak
semua prestasi yang diinginkan dapat terwujud. Faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar antara lain, faktor internal yang berasal dari
dalam diri siswa dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa.
Slameto (2003) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang
mempengaruhi belajar diantaranya adalah faktor Internal yang meliputi
faktor Jasmaniah, Faktor Psikologis, dan faktor kelelahan serta faktor
eksternal yang meliputi faktor keluarga dan lingkungan.
Baharuddin (2008) membedakan faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis yang
meliputi kecerdasan siswa, motivasi, minat, bakat,dan sikap, sedangkan
faktor eksternal terdiri dari lingkungan sosial berupa lingkungan sosial
sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga serta
lingkungan nonsosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga
dikemukakan oleh Tuu (2004) yaitu terdiri dari tujuh faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar diantaranya adalah faktor kecerdasan,
7

faktor bakat, faktor minat dan perhatian, faktor motif, faktor cara belajar,
faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah. Beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam pencapaian prestasi belajar siswa adalah faktor pola
asuh orang tua di rumah, karena pada hakikatnya siswa tinggal bersama
orang tua mereka masing-masing. Keluarga merupakan tempat dimana
siswa dapat menghabiskan waktunya setelah melakukan kegiatan belajar di
sekolah. Keluarga juga merupakan salah satu potensi yang besar dan
positif yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Melihat dari berbagai pendapat tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, penelitian ini mengacu dengan rumusan
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2003)
yang terdiri dari dua faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya adalah
faktor Internal yang meliputi faktor Jasmaniah, faktor Psikologis, dan faktor
kelelahan serta faktor eksternal yang meliputi faktor keluarga dan
lingkungan. Faktor ekternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah
keluarga. Keluarga merupakan tempat bagi orang tua untuk memberikan
pendidikan yang pertama sebelum mereka memasuki pendidikan formal,
tempat dimana orang tua selalu memberikan teladan yang baik bagi siswa-
siswa mereka. Berkat orang tua siswa dapat belajar mengenal angka dan
belajar berhitung untuk pertama kalinya.

3. Pola Asuh Orang Tua


Keluarga merupakan tempat pertama bagi seorang siswa untuk
memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan yang
harus diikutinya, sedangkan Orang tua adalah orang pertama dan utama
dalam kehidupan seorang siswa. Keadaan inilah yang menjadi dasar bagi
perkembangan siswa selanjutnya. Pola asuh yang tepat sangat diperlukan
agar tumbuh kembangnya dapat optimal. Keluarga merupakan kelompok
sosial yang pertama dimana siswa dapat berinteraksi. Pengaruh keluarga
dalam pembentukan dan perkembangan kecerdasan serta kepribadian
sangat besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang mempunyai
peranan penting dalam penempatan siswa secara tepat sesuai
kemampuannya. Perkembangan siswa akan berjalan dengan baik apabila
orang tua menerapkan pola asuh yang sesuai kepada siswa-siswa mereka.
Keadaan tersebut sesuai dengan pendapat Dayakisni (1998) menyatakan
bahwa pola asuh adalah perlakuan dari orang tua dalam rangka memenuhi
8

kebutuhan, memberikan perlindungan dan pendidikan siswa dalam


kehidupan sehari-hari. Pola asuh orang tua akan memberikan pengaruh
yang besar terhadap kehidupan siswa. Apa saja yang terjadi pada siswa
dimasa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua
dimasa lalu.
Pengertian pola asuh juga dikemukakan oleh Gunarsa (1987) pola
asuh orang tua adalah cara orang tua mendidik siswa sesuai dengan sifat
dan pengalaman orang tua dalam hubungannya antara orang tua dengan
siswa. Sebagian besar orang tua berharap agar siswanya kelak dapat
berhasil, tetapi dalam kenyataanya masih banyak orang tua yang bersikap
salah dalam cara mengasuh siswa-siswa mereka. Orang tua beranggapan
bahwa sikap mereka sudah benar dan siswa harus dapat mengikuti sikap
apapun dari orang tua mereka. Sikap orang yang seperti ini lama kelamaan
akan menyebabkan kebiasaan dan membentuk pola kepribadian dalam
cara pengasuhan. Orang tua akan menentukan cara tertentu dalam
mendidik siswa sesuai dengan cara dan pengalaman mereka masing-
masing. Keadaan ini seringkali disebabkan oleh latar belakang orang tua
sendiri dan akan membentuk pola pengasuhan yang berbeda-beda pada
masing-masing orang tua, sedangkan Hurlock (1999) menyatakan bahwa
Pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan oleh
orang tua kepada siswa.
Penelitian ini mengacu dengan pengertian pola asuh yang
dikemukakan oleh Hurlock (1999), yang mengatakan bahwa pola asuh
orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan oleh orang tua
kepada siswa. Tujuan dari pola asuh adalah mendidik siswa untuk
menyesuaikan diri terhadap harapan sosial yang layak dan dapat diterima,
serta dapat mendisiplinkan siswa, tujuan dari disiplin adalah
memberitahukan kepada siswa tentang tindakan yang baik dan yang tidak
baik, mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan yang
ada. Membantu siswa agar memiliki sikap tanggung jawab yang dilandasi
dengan unsur kasih sayang, rasa aman dan perhatian sesuai dengan latar
belakang dan pengalaman orang tua dalam mengasuh.

4. Tipe Pola asuh Orang Tua


Penanaman berbagai macam nilai-nilai dan aturan orang tua
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan latar belakang orang tua.
Kebiasaan, pendidikan serta pengalaman dalam pengasuhan yang
9

sebelumnya akan diterima oleh orang tua yang cenderung akan menjadi
pola pengasuhan yang nantinya akan digunakan dalam mengasuh dan
mendidik siswanya. Mengingat latar belakang kehidupan dan pengalaman
orang tua yang berbeda-beda antar orang tua yang satu dengan yang lain
maka dalam masyarakat akan terdapat berbagai macam tipe pola
pengasuhan orang tua.
Hurlock ( 1999) berpendapat bahwa terdapat tiga macam pola asuh
orang tua diantaranya adalah pola asuh Otoriter, Demokratis dan Permisif.
a. Pola Asuh otoriter
Pola Asuh otoriter mempunyai ciri-ciri adanya kontrol yang ketat
dan kaku dari orang tua. Siswa harus mentaati semua aturan dari orang
tua, selain itu siswa juga harus bertingkah laku sesuai dengan yang
ditetapkan oleh orang tua. Orang tua tidak menghiraukan pendapat dan
keinginan siswa, orang tua selalu memusatkan perhatian pada
pengendalian secara otoriter yang berupa hukuman fisik.
b. Pola Asuh Demokrasi
Pola asuh Demokrasi mempunyai ciri-ciri bahwa orang tua selalu
memperhatikan keinginan dan pendapat siswa, selain itu orang tua selalu
mengadakan diskusi kepada siswa ketika mengambil keputusan dan siswa
selalu mendapat kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Orang tua
tetap membimbing dan mengontrol siswa-siswanya, yang bersifat
mengarahkan agar siswa dapat mengetahui dan mengerti mengapa hal
tersebut boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Orang tua demokrasi
tetap masih mempunyai keberanian untuk menegur siswa apabila siswa
melakukan hal yang kurang baik. Alasan orang tua dalam hal ini adalah agar
siswa dapat belajar untuk bertanggung jawab dalam hidup dan dapat
memahami apa akibat-akibat dari keputusan yang diambil sendiri.
Kesimpulan dari pola asuh demokrasi adalah pola asuh yang lebih
mengutamakan diskusi dan komunikasi dua arah antara orang tua dengan
siswa tentang masalah peraturan yang akan dibuat serta adanya
pengarahan dari orang tua mengenai alasan-alasan dari peraturan yang
akan diambil.
c. Pola asuh Permisif
Pola Asuh permisif mempunyai ciri-ciri tidak ada bimbingan
maupun aturan yang ketat dari orang tua, tidak ada tuntutan kepada siswa,
10

tidak ada pengendalian atau kontrol dari orang tua. Siswa biasanya diberi
kebebasan untuk membuat keputuisan sendiri. Orang tua yang permisif
akan membiarkan siswa untuk belajar sendiri untuk berperilaku dalam
lingkungan sosial. Tingkat pengawasan orang tua rendah, hal itu terlihat
dari tidak adanya hukuman kepada siswa meskipun siswa melanggar
peraturan.
Baumrind dalam Santrock (2002) menyatakan bahwa ada tiga jenis
pola asuh yaitu pola asuh otoriter,otoritatif dan permisif, kemudian ketiga
jenis pola asuh tersebut ditransformasikan oleh macobby dan martin
(2002) menjadi empat macam yaitu pola asuh otoriter, pola asuh otoritatif,
pola asuh permissive indulgent serta pola asuh permissive indefferent.
a. Pola Asuh otoriter ( Authoritarian Parenting)
Pola asuh Otoriter merupakan suatu gaya pengasuhan yang
membatasi dan menghukum serta memaksa siswa untuk mengikuti arahan-
arahan orang tua dan melakukan semua hal yang menjadi kebijakan orang
tua. Orang tua yang otoriter memberi batas-batas yang tegas kepada siswa
serta tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk berpendapat. Pola
asuh Otoriter menerapkan tingkat keketatan dan pengawasan tinggi
terhadap siswa. Sikap orang tua keras dan bersifat mengontrol tanpa
adanya kehangatan, keterlibatan orang tua terhadap kehidupan siswa
sangat tinggi serta adanya penerimaan yang rendah antara orang tua
kepada siswa. Siswa yang diasuh dengan pola asuh ini seringkali mengalami
kecemasan, memiliki kesulitan dalam memulai suatu kegiatan dan memiliki
ketrampilan komunikasi yang kurang baik.
b. Pola asuh Otoritatif ( Authoritative Parenting)
Orang tua yang menerapkan pola asuh ini menerapkan tingkat
keketatan dan pengawasan yang tinggi demikian juga tingkat penerimaan
dan keterlibatan orang tua juga tinggi dalam kehidupan siswa mereka
menerapkan aturan-aturan dalam keluarga tetapi terbuka secara
demokrasi kepada siswa tentang aturan-aturan yang ditetapkan. Pola asuh
ini akan mendorong siswa untuk belajar mandiri, tetapi orang tua masih
memiliki batas-batas pengendalian yang tegas mengenai tindakan siswa.
Orang tua otoritatif selalu mengadakan diskusi dan musyawarah kepada
siswa, sehingga di dalam pola pengasuhan otoritatif terlihat adanya
hubungan yang harmonis dan penuh dengan kasih sayang antara orang tua
dengan siswa. Siswa yang mendapatkan pola asuh ini cenderung mampu
11

mempelajari dan menetapkan batas-batas yang ditetapkan orang tua


sehingga siswa dapat menyadari bahwa batasan yang ditetapkan tersebut
semata-mata karena kepedulian orang tua kepada siswa, dari keadaan
tersebut menjadikan siswa dapat belajar untuk bertanggung jawab
terhadap sesuatu hal.
c. Pola Asuh Permissive-Indulgent
Pola asuh Permissive-Indulgent merupakan gaya pengasuhan
dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan siswa-siswanya tetapi
hanya menetapkan sedikit kontrol dan pengawasan terhadap siswa. Orang
tua juga menerima keputusan yang diambil oleh siswa. Orang tua yang
menerapkan pola asuh ini menerapkan tingkat keterlibatan dan
penerimaan yang tinggi terhadap semua aktifitas siswa, tetapi rendah
dalam keketatan dan pengawasan. Orang tua yang menerapkan tipe pola
asuh ini cenderung menerima dan mencintai siswa-siswa mereka, tetapi
tidak menetapkan aturan-aturan yang kuat dalam keluarga. Orang tua
menganggap kebebasan yang diberikan sebagai bagian dari perkembangan
siswa, oleh karena itu orang tua tidak memiliki hak dalam mengontrol
tingkah laku siswa karena menganggap hal itu dapat mengganggu
perkembangan siswa. Gaya pengasuhan seperti ini akan menghasilkan
imkompetensi sosial pada diri siswa, khususnya kendali diri dari diri siswa.
d. Pola Asuh Permissive- indeffent
Pola asuh otoritatif merupakan gaya pengasuhan dimana orang tua
sangat terlibat dalam kehidupan siswa. Tingkat keketatan dan pengawasan
rendah terhadap siswa dan menerapkan tingkat penerimaan dan
keterlibatan yang rendah terhadap siswa. Orang tua hanya memberikan
sedikit perhatian kepada siswa serta tidak memberikan aturan dan
pengawasan yang kuat dalam kehidupan siswa. Siswa yang diasuh dengan
pola asuh ini cenderung akan menjadi siswa yang kurang memiliki
kemampuan yang baik dalam setiap aspek perkembangan.
Melihat dari teori tentang tipe-tipe pola asuh, peneliti ini mengacu
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Baumrind yang mengatakan
bahwa tipe-tipe pola asuh yang itu terdiri dari empat macam antara lain
pola asuh otoriter, otoritatif, permissive Indulgent dan permissive
indiferrent.
12

5. Indikator Pola Asuh Orang Tua


Baumrind dalam Santrock (2002) mengatakan bahwa terdapat
empat indikator pola asuh yang terdiri dari tingkat keketatan (Strictness),
Pengawasan (Supervision), Penerimaan (Aceptance), dan Keterlibatan
(Involvement)
a. Strictness yang berisi tentang seberapa jauh tingkat keketatan
dalam membuat banyak peraturan yang mengatur perilaku siswa
b. Supervision yang berisi tentang seberapa jauh tingkat pengawasan
orang tua terhadap perilaku dan aktivitas siswa
c. Aceptance yang berisi tentang seberapa jauh tingkat penerimaan
orang tua terhadap perilaku siswa
d. Involvement yaitu seberapa jauh tingkat keterlibatan orang tua
dalam kehidupan siswa.

Tabel 2.1
karakteristik Pola asuh orang tua
Acceptance & Involvement

AI

Tinggi Rendah

Strictness

& Tinggi
Pola Asuh Pola Asuh Authoritarian
Supervision
Authoritative
SS Pola Asuh Pola Asuh Permissive
Permissive Indifferent
Indulgent
Rendah

B. Penelitian yang Relevan


Riani (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Antara
Pola asuh Orang Tua dan kemandirian Belajar dengan prestasi Belajar
siswa kelas V Sekolah Dasar Pada Gugus Yos Sudarso kecamatan Sidorejo
13

Kota Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2010/2011 yang mendapatkan


hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara pola
asuh permisif orang tua dengan prestasi belajar dengan koefisien korelasi
sebesar 0,195 dengan signifikansi 5 %. Hasil dari penelitian ini
menyatakan bahwa semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka
prestasi belajar akan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah pola
asuh permissive indulgent orang tua maka prestasi belajar akan semakin
tinggi.
Penelitian lain juga dikemukakan oleh Nurwati (2009) dengan
judul penelitian Hubungan antara interaksi sosial siswa dengan prestasi
belajar siswa menemukan hal yang sama bahwa prestasi belajar
dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, semakin
Permissive Indulgent pola asuh yang diterapkan oleh orang tua maka
akan semakin menurun prestasi belajar siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Fenti (2011) memperoleh hasil
yang berbeda bahwa tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua
dengan prestasi belajar matematika, artinya bahwa penerapan pola asuh
orang tua tidak akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa.
Keadaan ini berarti belum tentu semakin permissive indulgent pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua maka prestasi belajar siswa akan semakin
rendah dan sebaliknya.

C. Kerangka berfikir
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal yang
meliputi, faktor fisiologis dan psikologis, tetapi dipengaruhi juga oleh
faktor eksternal yang antara lain adalah faktor lingkungan dan faktor
keluarga (Slameto, 2003). Faktor keluarga mencakup bagaimana cara
orang tua menanamkan pola asuh tertentu kepada anak-anak mereka
yang meliputi bagaimana cara orang tua memberikan pengawasan,
kontrol atau keketatan, keterlibatan serta penerimaan terhadap semua
aktifitas anak. Berhasil baik atau tidaknya pendidikan di sekolah
bergantung pada dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.
Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak
selanjutnya. Hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga

menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun


dalam masyarakat.
14

Keberhasilan orang tua dalam mendidik siswa tergantung


bagaimana gaya pengasuhan dari masing-masing orang tua, gaya
pengasuhan orang tua tergantung dari cara orang tua menetukan batas-
batas mengenai tingkat penerimaan, keketatan, keterlibatan serta
pengawasan orang tua kepada siswa. Baumrind dalam santrock (2002)
menyatakan bahwa terdapat empat macam pola asuh orang tua
diantaranya adalah Pola asuh Otoriter, Otoritatif, Permissive Indulgent
dan Permissive Indifferent. Pola Asuh Permissive Indulgent menerapkan
tingkat penerimaan dan keterlibatan yang tinggi. Pengawasan dan
keketatan orang tua rendah , hal ini terlihat dari sikap orang tua yang
tidak pernah memantau belajar siswa, tidak pernah menentukan aturan
dan batasan dalam pergaulan siswa. Kurangnya Pengawasan dan kontrol
dari orang tua terutama dalam hal belajar siswa akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa.

Faktor
Fisiologis
Faktor Internal

Faktor
Psikologis

Pola Asuh
Authoritative Prestasi
belajar

Faktor
Pola Asuh
Keluarga
Authoritarian

Faktor Eksternal Faktor Pola Asuh Permissive


Lingkungan Indulgent

Pola Asuh Permissive


Indifferent
15

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dapat dirumuskan Hipotesis penelitian
yang akan dibuktikan yaitu sebagai berikut:
0 : Tidak ada hubungan negatif dan signifikan antara pola asuh
Permissive Indulgent orang tua terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Ngablak
< 0 : Ada hubungan negatif dan signifikan antara pola asuh
Permissive Indulgent orang tua terhadap prestasi belajar
matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Ngablak.

You might also like