You are on page 1of 16

BEBERAPA PANDANGAN TENTANG BANJIR

DAN

PERSIAPAN MENGHADAPI BANJIR

(oleh Ir. Bambang Subyandono, Dipl.HE)

I. Pendahuluan

Apabila dibicarakan tentang banjir, setiap orang akan mempunyai gambaran bahwa telah terjadi
suatu luapan air yang menggenangi kawasan tertentu yang disertai dengan lumpur, sampah dan
kadang-kadang disertai dengan kecepatan air yang sangat deras, sehingga banyak menimbulkan
kerugian harta, benda dan jiwa manusia yang tidak sedikit. Dari pantauan beberapa sumber,
kondisi banjir makin kesini berkembang baik luasnya, lokasinya, waktunya maupun
karakteristiknya.

Beberapa daerah seperti pulau Kalimantan, Sumatera, Papua dan pulau-pulau lain yang dahulu
tidak pernah banjir, saat ini sudah menjadi langganan banjir. Lebih-lebih kota-kota besar seperti
Bandung, Jakarta, Semarang dan Medan merupakan kota langganan banjir yang setiap tahunnya
terjadi beberapa kali. Akhir-akhir ini, banyak terjadi banjir yang disertai dengan kecepatan air
yang sangat tingggi ( disebut banjir Bandang ) yang melanda di beberapa daerah. Banjir Bandang
merupakan fenomena banjir yang tidak hanya disebabkan oleh kondisi curah hujan (tinggi) saja,
tetapi terutama disebabkan oleh kondisi alam dan pengaruh aktifitas manusia. Biasanya banjir
bandang ditandai dengan kecepatan air yang sangat tinggi, dan disertai dengan lumpur, pasir,
batu, sampah dan kayu yang terbawa saat banjir. Dari database Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), kerusakan akibat banjir yang terjadi di Pulau Jawa selama 8 (delapan) tahun
terakhir, yakni antara 2003-2010, dampak rata-rata setiap tahun yang terjadi adalah hapir 20.000
rumah hancur, 110.000 tanaman terendam, 140 orang meninggal dan lebih dari 250.000 orang
terkena dampak. Kerugian akibat banjir tersebut akan meningkat apabila dihitung terhadap
kelumpuhan transportasi yang berakibat langsung pada faktor ekonomi dan kerusakan
lingkungan yang terjadi.

Dalam catatan sejarah, banjir sebetulnya sudah terjadi sejak jaman dahulu kala, dan rata-rata
kejadian banjir tersebut melanda daerah perkotaan atau daerah yang telah berkembang.
Kejadian banjir tersebut terjadi disebabkan karena pusat perkembangan kerajaan banyak yang

1
berada disekitar sungai (dataran banjir), dan kejadian banjir tersebut telah menghilangkan /
memusnahkan peradaban manusia, seperti yang terjadi pada :
- Kaum Saba (saat ini di negara Yaman ), sebagai akibat banjir besar yang disebabkan
runtuhnya bendungan Marib (Al-quran : surat ke 34 Saba , ayat 16).
- Kerajaan Majapahit di dataran banjir S.Brantas.
- Kerajaan Sriwijaya di dataran banjir S.Musi dan S.Batanghari.
- Kerajaan Indragiri di dataran banjir S.Indragiri.
Dari gambaran pengaruh kerugian banjir seperti tersebut, sudah saatnya perlunya dilakukan
upaya pengelolaan banjir, sehingga sewaktu-waktu terjadi banjir, kerugian yang diakibatkan
dapat diperkirakan dan tidak menimbulkan bencana serta dapat ditekan menjadi seminimal
mungkin.
Dalam rangka pengelolaan banjir diperlukan upaya pengelolaan yang dimulai dari daerah aliran
sungai bagian hulu (sebagai produksi banjir) sampai daerah daerah hilir yang berupa dataran
banjir, sebagaimana telah diamnatkan dalam Undang-Undang No.7 thn 2004 tentang Sumber
Daya Air, yang mengamanatkan agar dalam rangka pengelolaan banjir harus menjadi satu
kesatuan dalam pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai.
Pengelolaan sumber daya air diwilayah sungai, mencakup 5 (lima) aspek pengelolaan yang
terintegrasi, dan meliputi :
- Konservasi sumber daya air ;
- Pendayagunaan sumber daya air ;
- Pengendalian daya rusak air ;
- Sistem informasi sumber daya air ; serta
- Pemberdayaan dan pengawasan.
II. Beberapa Pandangan Tentang Banjir.
2.1. Umum.
Sampai saat ini masih banyak pendapat yang berbeda tentang banjir. Perbedaan pendapat
tersebut meliputi pengertian banjir, penyebab banjir dan penanggung jawab terhadap
pengelolaan banjir. Perbedaan pandangan tersebut selanjutnya akan mempengaruhi
keberhasilan dalam upaya pengelolaan banjir. Selama ini apabila dalam suatu sistem sungai
sudah ada bangunan pengendalian banjir baik berupa tanggul, bendungan, sistem pompa dsb,
masyarakat akan berpandangan bahwa di daerahnya sudah aman dan akan terbebas dari
banjir. Pandangan bebasnya pengaruh banjir dari suatu sistem bangunan pengendalian banjir
tersebut, masih banyak dialami oleh sebagian besar pejabat Pemerintahan. Apabila

2
pendangan tentang banjir tersebut tidak segera diperbaiki, sampai kapanpun sulit akan
tercapai keberhasilan dalam rangka pengelolaan banjir.
2.2. Pengertian Tentang Banjir.

Pada umumnya suatu lokasi tertentu dikatakan banjir, apabila terjadi suatu luapan air yang
disebabkan oleh meluapnya air sungai. Banjir merupakan suatu peristiwa, dimana apabila
suatu jaringan pengaliran air terlampauhi kapasitasnya. Pengertian tersebut merupakan
pengertian yang bersifat normatif dan berlaku bagi masyarakat pada umumnya. Ada
pengertian lain tentang banjir, yaitu pengertian banjir yang terukur, dengan mendasarkan
banjir atas kondisi besaran debit banjir tertentu (Q1, Q2, Q5, Q10, Q25 dst ). Pengertian ini
khususnya dipergunakan oleh para tenaga ahli sumber daya air, yang didasarkan atas proses
terjadinya aliran air banjir yang berasal dari curah hujan dan mengalir melalui aliran
permukaan. Selama air sungai hanya berasal dari aliran dasar (Base Flow), maka dikatakan
tidak terjadi banjir.

Menurut kamus International Commision on Irrigation and Drainage (ICID), banjir didefinisikan
sebagai berikut :

A relatively high flow or stage in a river, markedly higher than usual, also the inundation of
low land which may result there from, A body of water, rising, swelling, and overflowing land
not usually than eovered

Dari kasus beberapa kejadian banjir, faktor-faktor yang saling mempengaruhi sehingga terjadi
banjir, meliputi curah hujan, daerah aliran sungai, aliran air permukaan, kapasitas tampung
pengaliran air, kecepatan air, genangan air banjir dan beban sedimen (termasuk sampah).
Untuk maksud pengelolaan banjir, maka diperlukan pengelolaan yang terintegrasi dari faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap banjir.

2.3. Debit Banjir

Debit banjir merupakan suatu besaran volume air persatuan waktu (m3/s cuff/s) yang mengalir
pada jaringan pengaliran air (sungai), baik langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh
curah hujan. Besaran debit banjir akan selalu berubah mengikuti besaran dan pola hujan serta
bentuk dan kondisi daerah aliran sungainya. Air beredar mengikuti siklus hidrologi, sehingga
kejadian banjir juga akan mengikuti siklus (pengulangan) hidrologi, dengan terjadinya
kemungkinan pengulangan besaran debit pada suatu periode (waktu) tertentu. Dari
pengertian banjir tersebut, akhirnya muncul istilah debit banjir (rencana) dengan periode

3
ulang tertentu yang biasanya digunakan dalam perencanaan bangunan sumber daya air (Q1,
Q2, Q5, Q10, Q25 dst ).

Banjir dengan periode ulang tertentu merupakan besaran banjir yang terhitung yang
diperoleh dari analisis frekuensi data seri tahunan baik berasal dari curah hujan maksimum,
maupun dari debit sungai maksimum yang terjadi dalam setiap tahun. Makin panjang
ketersediaan data yang digunakan, biasanya akan menghasilkan data debit dengan periode
ulang tertentu yang lebih teliti. Analisis frekuensi merupakan suatu analisis untuk memperoleh
besaran suatu variasi dengan probabilitas tertentu dari suatu rangkaian data dengan beberapa
periode ulang. Besaran data (variasi) yang diharapkan bisa berupa banjir rencana atau hujan
rencana, tergantung dari data masukkan yang diperoleh. Distribusi frekuensi yang paling
sering digunakan dalam analisis probabilitas yaitu :

a. Metoda distribusi normal


b. Metoda distribusi log Normal 2 parameter
c. Metoda distribusi pearson Type III
d. Metoda distribusi log pearson Type III
e. Metoda distribusi Gumbel

2.4. Debit Banjir Rencana.

Besaran banjir rencana, dihitung dan ditentukan dengan pendekatan analisa hidrologi,
diperoleh dengan cara menghitung probabilitas tinggi curah hujan pada kala ulang tertentu,
yang kemudian dikonversi menjadi besaran banjir. Data curah hujan yang akan digunakan
adalah data kejadian curah hujan tidak kurang dari 15 ( lima belas ) kali kejadian dalam
setiap tahun yang berbeda ( dalam tahun yang sama diambil satu kejadian dengan tinggi curah
hujan terbesar ).

Besaran debit banjir yang akan ditentukan dengan analisa hidrolik, diperoleh dengan
menghitung probabilitas debit pada kala tertentu. Data debit yang akan digunakan adalah data
kejadian debit maksimum tahunan tidak boleh kurang dari 15 (lima belas) kejadian dalam
setiap tahun yang berbeda.
Besaran prakiraan debit banjir rencana dihitung menggunakan metode dan standar yang telah
ditetapkan oleh pejabat berwenang ( Standar Nasional Indonesia ).

4
Dalam hal tersedia data baik untuk analisa hidrologi dan analisa hidrolik, prakiraan debit banjir
hasil hitungan dari analisa curah hujan, kemudian dilakukan koreksi dengan hasil hitungan dari
analisa hidrolik.
Pada setiap papan duga disetiap pos pengamatan dibuat kurva debit (rating curve). Puncak
banjir Q(m3/dt), ditentukan dari pembacaan papan duga maksimum dan digunakan sebagai
koreksi hasil hitungan terhadap puncak banjir dan hasil analisa hidrologi.

2.5. Analisa Resiko Bahaya Banjir.


Analisa resiko bahaya banjir dimaksudkan untuk memperoleh data potensi kerugian apabila
terjadi banjir. Analisa resiko ini akan sangat membantu dalam pembuatan program darurat
yang akan dilakukan apabila terjadi banjir.

Faktor- faktor yang mempengaruhi potensi kerugian bahaya banjir :

a. Hidrograf banjir, yaitu ditandai dengan bentuk hidrograf, makin pipih bentuk puncak
banjirnya, makin besar kecepatan banjirnya, dan mempunyai potensi kerugian / kehilangan
yang lebih besar.

b. Kedalaman Banjir, makin besar kedalaman banjirnya akan mempunyai resiko kerugian /
kehilangan yang lebih besar.

c. Kecepatan banjir, makin besar kecepatan banjirnya, waktu yang diperlukan untuk
keperluan evakuasi akan makin pendek, sehingga resiko kerugian / kehilangan makin besar.

d. Kepadatan penduduk, makin besar kepadatan penduduk, makin tinggi tingkat kesulitan
dalam pelaksanaan evakuasi, sehingga resiko kerugian / kehilangan makin besar.

e. Akses transportasi, keberadaan dan kondisi dari sistem transportasi akan sangat
mempengaruhi terhadap besaran resiko kerugian / kehilangan akibat banjir.

f. Keberadaan bangunan, apabila keberadaan bangunan tersebut berada di zona yang


beresiko tinggi, maka resiko kerugian / kehilangan akan makin besar.

g. Sistem informasi dan evakuasi, makin baik dan akurat sistem informasinya, akan
memperkecil resiko kerugian / kehilangan.

5
2.6. Penyebab Banjir.

Di Indonesia, banjir pada umumnya disebabkan oleh turunnya curah hujan yang melebihi daya
tampung pengaliran air (sungai). Dari banyaknya kasus kejadian banjir di Indonesia, penyebab
banjir dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

a. Curah hujan ;
b. Tanah / tebing longsor yang menutup alur sungai ;
c. Erosi dan sedimentasi ;
d. Kombinasi antara curah hujan dan pengaruh gunung berapi ;
e. Sampah dan / atau sisa buangan kayu dari hutan ;
f. Penggundulan hutan ;
g. Pemanfaatan lahan yang menghilangkan / mengurangi peresapan air ;
h. Pemanfaatan lahan di dataran banjir ;
i. Pengaruh pasang surut air laut ;
j. Pengurangan kapasitas pengaliran air (biasanya oleh bangunan) ;
k. Bangunan prasarana sungai yang jebol (bendungan, bendung, check dam dsb.);
l. Pembendungan oleh bangunan prasarana (bendungan, bendung, check dam dsb.).

III. Pengelolaan Banjir.


3.1. Umum
Pengelolaan banjir merupakan suatu kegiatan pengelolaan terpadu terhadap penyebab banjir
yang meliputi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,
pengendalian daya rusak air, sistem informasi sumber daya air serta pemberdayaan dan
pengawasan. Pengelolaan banjir tersebut menjadi satu kesatuan ke dalam pola dan rencana
pengelolaan sumber daya air di setiap wilayah sungai.
3.2. Konservasi Sumber Daya Air
Konservasi sumber daya air dilakukan melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber
air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Konservasi sumber daya air tersebut, nantinya menjadi salah satu acuan dalam perencanaan
tata ruang.
Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air, dilakukan melalui kegiatan :
a. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air ;
b. Pengendalian pemanfaatan sumber air ;

6
c. Pengisian air pada sumber air ;
d. Pengaturan prasarana dan sarana sanitasi ;
e. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan
pemanfaatan lahan pada sumber air ;
f. Pengendalian pengelolaan tanah di daerah hulu ;
g. Pengaturan daerah sempadan sumber air (termasuk sungai);
h. Rehabilitasi hutan dan lahan ; dan /atau
i. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam, dan kawasan pelestarian alam.
3.2. Pendayagunaan Sumber Daya Air.
Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan,
penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumber daya air dengan mengacu pola-pola
(dan rencana) pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.
Pendayagunaan sumber daya air terkait dengan masalah banjir, adalah upaya mendayagunaan
banjir (air dan sedimen) agar dikelola sehingga kerugian yang diakibatkan oleh bencana banjir.
3.3. Pengendalian Daya Rusak Air.
Pengendalian daya rusak air (banjir) dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya
pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan. Pengendalian daya rusak air (banjir)
dilaksanakan dengan mengutamakan upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian
daya rusak air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pengelolaan sumber
daya air. Pencegahan daya rusak air (banjir) dilakukan baik melalui kegiatan fisik dan/atau non
fisik maupun melalui penyeimbangan hulu dan hilir wilayah sungai, dengan lebih diutamakan
pada kegiatan non fisik.
Penanggulangan daya rusak air (banjir) dilakukan dengan mitigasi bencana. Penanggulangan
daya rusak air (bencana banjir), dilakukan secara terpadu oleh instansi terkait dan masyarakat
melalui suatu badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat nasional, Provinsi dan
Kabupaten / Kota. Pemulihan daya rusak air ( bencana banjir ), dilakukan dengan memulihkan
kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumber daya air.

IV. Pengelolaan Dataran Banjir.


4.1. Tujuan Pengelolaan Dataran Banjir.
Pengelolaan dataran banjir bertujuan :
- Agar tetap terjaga kelestarian dan fungsi dataran banjir untuk dapat mengalirkan air pada
saat banjir.

7
- Agar resiko kerugian dan/atau bencana yang diakibatkan oleh banjir rencana (Q50)
menjadi sekecil mungkin.
4.2. Kegiatan Pengelolaan Dataran Banjir.
Pengelolaan dataran banjir dilakukan melalui kegiatan penentuan dan penetapan dataran
banjir, penentuan dan penetapan zona serta fungsi dataran banjir, persyaratan bangunan di
dataran banjir, penyelenggaraan sarana dan prasarana di dataran banjir, pengendalian
pengembangan di dataran banjir dan peran masyarakat.

4.3. Dataran Banjir.


4.3.1. Penentuan Dataran Banjir.
Penentuan dataran banjir, dilaksanakan untuk menentukan batas zona daratan di tepi kanan
dan kiri sungai yang sewaktu-waktu dialiri oleh banjir rencana 50 tahunan. Dataran banjir
adalah merupakan bagian dari sistem sungai, yang sewaktu-waktu dialiri air pada saat banjir
dan pada saat tidak banjir, zona ini menjadi bagian dari sistem daratan, sehingga
peruntukannya perlu diatur sesuai dengan adanya resiko banjir. Pengaturan pemanfaatan
zona dataran banjir perlu dilakukan agar sewaktu-waktu terjadi banjir kerugian yang terjadi
menjadi sekecil mungkin.
Penentuan dataran banjir dilakukan melalui kegiatan pembuatan peta dataran banjir,
penentuan debit banjir rencana (Q50) dan pembuatan peta genangan banjir.

4.3.2. Peta Dataran Banjir.

Peta dataran banjir dibuat dalam peta dengan skala, untuk di perkotaan tidak boleh lebih kecil
dari 1:10.000 dan untuk pedesaan tidak boleh lebih kecil dari 1:25.000.

4.3.3. Peta Genangan Banjir.

Untuk sungai-sungai yang sudah memiliki data kejadian banjir dan genangan banjir sampai
atau melebihi kejadian banjir dengan kala ulang 50 ( lima puluh ) tahunan, luas dan batas
genangan ditentukan berdasarkan catatan data/atau interpolasi peta genangan banjir yang
ada. Untuk sungai-sungai yang belum ada data genangan banjir sampai kala ulang 50 ( lima
puluh ) tahunan, luas genangan banjir dapat ditentukan dengan cara penghitungan dabit
banjir dan dari catatan atau prakiraan elevasi banjir yang pernah terjadi.

8
a. Pembuatan peta dengan debit banjir rencana.

- Menentukan besaran banjir rencana dengan kala ulang 50 ( lima puluh ) tahunan.

- Besaran banjir dapat dihitung dengan pendekatan melalui analisa hidrologi dan analisa
hidrolik (hasil perolehan data debit dari beberapa kejadian banjir di sungai).

- Dari besaran debit rencana dengan kala ulang 50 ( lima puluh ) tahunan tersebut,
kemudian dihitung tinggi muka airnya dengan menggunakan analisa garis
pembendungan yang dimulai dari titik control ( dapat berupa bendung, bangunan
terjun, muara ). Batas genangan banjir diperoleh dari hasil penyesuaian elevasi muka
air dengan garis elevasi muka tanah ( garis kontour ). Penghitungan analisa garis
pembendungan menggunakan metode dan standar yang telah ditetapkan oleh pejabat
berwenang ( Standar Nasional Indonesia ).

b. Pembuatan peta dari catatan atau perakiraan elevasi banjir yang pernah terjadi.

- Catatan atau perakiraan elevasi banjir dapat diperoleh dari 2 ( dua ) sumber yaitu foto
udara ( foto satelit ) pada saat terjadi banjir dan informasi tanda banjir / keterangan
penduduk setempat.

- Jika foto udara tidak tersedia, atau kalaupun tersedia batas genangan banjirnya kurang
jelas karena pada saat musim penghujan umumnya udara tertutup awan, maka
perolehan informasi ( keterangan penduduk ) merupakan alternatif yang harus
ditempuh. Baik di desa maupun di kota pada umumnya orang masih mengingat
kejadian banjir besar yang pernah mereka alami sehingga tidak terlalu sulit untuk
merekonstruksi genangan banjir dalam sebuah peta banjir.

- Survai elevasi genangan hendaknya dilakukan segera setelah kejadian banjir ketika
tanda bekas banjir belum hilang. Jika survai dilakukan pada saat tanda bekas banjir
telah hilang, untuk memperoleh keterangan yang mendekati kebenaran perlu
dilakukan survai tinjauan kembali, khusus untuk memperoleh informasi dari beberapa
perorangan terpilih.

- Berdasarkan elevasi genangan yang telah diperoleh kemudian dilakukan pengukuran


waterpass (leveling) untuk menentukan batas dan luas genangan yang pernah terjadi,
kemudian menggambarkannya di atas peta. Sebelum final perlu dilakukan lagi check

9
ke lapangan untuk mencocokkan luas genangan hasil penggambaran dengan luas
genangan yang terjadi di lapangan.

- Skala yang disarankan pada umumnya adalah 1:25.000, namun untuk daerah yang
tidak terlalu luas atau karena alasan tertentu memerlukan keterangan yang lebih
detail dapat pula digunakan skala 1:2.500.

- Meskipun peta banjir yang dihasilkan dengan cara ini memiliki kekurangan yaitu tidak
dapat memberikan informasi tentang besaran debit banjir dan frekuensinya, namun
hanya peta inilah yang dapat dibuat sesuai dengan ketersediaan data dan kemampuan
yang ada. Tersedianya peta banjir yang segera dapat digunakan dengan sendirinya
akan menutup atau mengurangi kekurangan tersebut.

- Keuntungan cara ini adalah selain dapat merekonstruksi luas genangan banjir yang
baru saja terjadi, juga dapat merekonstruksi luas genangan banjir lain yang terjadi
beberapa tahun sebelumnya.

4.3.4. Penetapan Dataran Banjir.

Batas dataran banjir ditentukan dan ditetapkan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi
dan/atau pemerintah kabupaten kota sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya
dalam pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai bersangkutan.

4.4. Penentuan dan Penetapan Zona Serta Fungsi Dataran Banjir.

4.4.1. Dataran Banjir.

Dataran banjir adalah dataran di luas sungai sepanjang kiri dan/atau kanan yang tergenang air
pada saat banjir.

Dataran banjir merupakan bagian dari alur sungai, yang dialiri air hanya pada saat banjir, dan
pada saat tidak banjir menjadi bagian dari sistem daratan, sehingga perlu pengelolaan dataran
banjir sesuai dengan adanya resiko banjir. Pengelolaan dataran banjir meliputi penentuan
batas dataran banjir, penentuan zona peruntukan lahan sesuai resiko banjir serta pengawasan
dan pengendalian peruntukan lahan di dataran banjir. Batasan dataran banjir ditentukan

10
berdasarkan luas genangan banjir yang disebabkan oleh sekurang-kurangnya debit rencana 50
( lima puluh ) tahunan.

Dalam hal luas genangan banjir untuk debit 50 ( lima puluh ) tahunan belum tersedia,dataran
banjir sementara, dapat ditentukan berdasarkan luas genangan banjir maksimum yang pernah
terjadi.

4.4.2. Fungsi Dataran Banjir.

Fungsi dataran banjir merupakan ketetapan pemenuhan persyaratan teknis dataran banjir,
yang meliputi penentuan fungsi dataran banjir, penetapan fungsi zona peruntukan lahan
sesuai resiko banjir, pengawasan dan pengendalian, serta keamanan sesuai dengan adanya
resiko banjir.

4.4.3. Penentuan Zona dan Fungsi Dataran Banjir.

Dataran banjir merupakan zona daratan, yang dialiri air hanya pada saat banjir dan pada saat
tidak banjir menjadi bagian dari sistem daratan.

Penentuan zona dataran banjir dimaksudkan untuk menentukan sampai seberapa luas batas
zona dataran di sepanjang kiri dan/atau kanan sungai yang berfungsi mengalirkan air pada
saat banjir. Fungsi dataran banjir tersebut meliputi fungsi pengaliran air banjir dan fungsi
lainnya seperti fungsi hunian, fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan budaya serta
fungsi lainnya.

4.4.4. Penetapan Zona dan Fungsi Dataran Banjir.

Fungsi utama dataran banjir adalah untuk fungsi pengaliran air banjir. Besaran persentase
luasan untuk keperluan fungsi pengaliran air banjir ditentukan berjenjang sesuai dengan
besaran resiko dan sekurang-kurangnya sebesar 50 ( lima puluh ) persen seperti diuraikan
pada kebijakan tata ruang di dataran banjir melalui penetapan zona dataran banjir,
sebagaimana diuraikan pada tabel 1 ( satu ).

Zona 1 ( satu ) merupakan zona yang berada diluar pengaruh banjir rencana lima puluh
tahunan ( Q50 ), dan zona bebas/kosong ditentukan sebesar 30 ( tiga puluh ) %.

Zona 4 ( empat ) merupakan zona bantaran sungai, dan untuk sungai yang tidak bertanggul
batasannya ditentukan oleh pengaruh genangan banjir 5 ( lima ) tahunan, sedang untuk sungai
yang bertanggul merupakan zona antara bibir sungai dan dasar kaki tanggul sebelah dalam.

11
Penetapan Zona Dataran Banjir
( Tabel 1 )
Q50
Q25
Q5

Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 4 Zona 3 Zona 2 Zona 1

Kejadian Banjir Persentase Zona Keterangan


NO Zona bebas (%) untuk
Debit Rencana Resiko Banjir
jalan air
Zona bebas adalah
ruang yang berfungsi
1 1 > Q50 Sangat Rendah 30
untuk mengalirkan air
banjir
2 2 Q25 <Q Q50 Rendah 50

3 3 Q5 <Q Q25 Sedang 70

4 4 QQ5 Tinggi 100

Zona bantaran sungai ( zona 4 ) mempunyai resiko banjir tinggi dan peruntukannya hanya
untuk tanaman semusim, dan persentase zona bebas ditentukan sebesar 100 ( seratus )%.
Presentase zona bebas antara bantaran sungai dan batas dataran banjir, ditentukan mengikuti
besaran resiko banjir, yaitu zona 2 (dua) sebesar 50 (lima puluh) % dan zona 3

12
Penetapan Fungsi Dataran Banjir
(Tabel 2)

Keterangan :
Fungsi Dataran Banjir
Tingkat Kerentanan
Zona 1 : Probabilitas rendah(<2%)
Resiko Banjir
Prasarana Prasarana Yang Tidak Sosial &
Hunian Keagamaan Usaha Khusus
Zona 2 : Probabilitas sedang (4%< Penting Mengganggu Aliran Air Budaya
p 2%)
Zona 1
Zona 3 : Probabilitas tinggi (4%< p Bersyarat
2%)
Zona 4 : Probabilitas sangat tinggi Zona 2
Zona Bersyarat Bersyarat Bersyarat Bersyarat Dilarang
(<20%)
Dataran
Bajir Zona 3
Bersyarat Bersyarat Bersyarat Bersyarat Dilarang

Zona 4 Dilarang Dilarang Dilarang Dilarang Dilarang

1. Prasarana penting. Prasarana transportasi, termasuk untuk keperluan evakuasi.

2. Fungsi prasarana yang tidak Prasarana pengendali banjir dan konservasi, galian sedimen, fasilitas navigasi, sarana rekreasi dan olah raga dll.
mengganggu aliran air.

3. Fungsi Hunian. Fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia yang meliputi rumah tempat tinggal, rumah tinggal darat, rumah tinggal susun, dan rumah tinggal sementara.

4. Fungsi keagamaan. Fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah yang meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan wihara,
dan bangunan klenteng.

5. Fungsi usaha. Fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan usaha yang meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi,
terminal, dan bangunan gedung tempat penyimpanan.

6. Fungsi sosial & budaya. Fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya yang meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan,
laboratorium dan bangunan gedung pelayanan umum.

7. Fungsi khusus. Fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional atau yang penyelenggaraanya dapat membahayakan
masyarakat di sekitarnya dan/atau mepunyai resiko bahaya tinggi yang meliputi bagian gedung untuk reaktor nuklir, instansi pertahanan dan keamanan.

8. Bersyarat. Fungsi utama persyaratan adalah untuk mengurangi kerugian pada masyarakat apabila terjadi banjir, seperti misalnya bangunan terbentuk rumah panggung dengan
elevasi lantai sekurang-kurangnya setinggi elevasi rencana.

13
tiga) sebesar 70 (tujuh puluh) %. Zona bebas adalah zona yang berfungsi untuk melewatkan air
banjir, sedang zona yang tidak bebas merupakan zona yang peruntukannya untuk fungsi
lainnya dengan mengutamakan fungsi agar tetap dapat melewatkan air banjir, seperti misalnya
rumah panggung dengan elevasi dasar lantai bangunan setinggi elevasi muka air banjir rencana
50 ( lima puluh ) tahunan.

Klasifikasi peruntukan lahan di dataran banjir, ditetapkan sesuai dengan zona dataran banjir
melalui Penetapan Fungsi Dataran Banjir sebagai mana diuraikan pada tabel 2 ( dua ).

V. Persiapan Menghadapi Banjir.

5.1. Umum

Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) terdiri dari ribuan pulau dengan dipengaruhi oleh
iklim tropis. Sebagian besar pulau-pulau di Indonesia mempunyai curah hujan yang tinggi
(3000-4000 mm/th), sehingga banyak sungai yang mempunyai resiko kejadian banjir. Kejadian
banjir akan menyebabkan kerugian yang meliputi kerugian fisik, ekonomi dan lingkungan.
Dengan besar resiko kerugian banjir, perlunya dilakukan kegiatan pengelolaan banjir, yang
dimulai dari kegiatan sebelum terjadinya banjir berupa persiapan menghadapi banjir.
Persiapan menghadapi banjir merupakan upaya pencegahan terjadinya kerugian bencana
banjir, dan dilakukan dengan kegiatan fisik dan /atau non fisik, dengan lebih diutamakan pada
kegiatan non fisik.

5.2. Kegiatan Non Fisik

Kegiatan persiapan menghadapi banjir yang bersifat non fisik, meliputi kegiatan :

a. Menyiapkan surat-surat keputusan pelaksanaan penanggulangan banjir ;


b. Inventarisasi kondisi dan kinerja prasarana banjir ;
c. Menyiapkan peralatan untuk keperluan pengelolaan banjir ;
d. Menyiapkan bahan banjiran ;
e. Membantu pemerintah daerah dalam menyiapkan tempat yang aman untuk keperluan
evaluasi ;
f. Membantu pemerintah daerah dalam pengaturan pemanfaatan dataran banjir
(pengaturan dalam RT/RW dan perda).
5.3. Kegiatan Fisik
Kegiatan persiapan menghadapi banjir yang bersifat fisik, meliputi kegiatan seperti :

14
a. Perbaikan / perkuatan bangunan tanggul yang meliputi :
> Pengembalian tinggi mereu yang mengalami penurunan dan / atau rusak ;
> Pemulihan dimensi tubuh tanggul yang mengalami retak-retak dan / atau bocor :
- Penyempurnaan drainase guna mengatur air rembesan yang mengalir keluar dari
tubuh tanggul.
- Pemasangan beban imbangan pada tumit tanggul sebelah luar
- Penyumbatan bocoran tanggul.
> Pemberantasan binatang yang di tubuh tanggul ;
> Perbaikan dan pembersihan sistem drainase tanggul yang kurang dan / atau tidak
berfungsi ;
> Pembersihan tanggul dari tanaman dan bangunan.
b. Pembersihan sungai ( palung dan sempadan sungai )
Pembersihan palung sungai ( termasuk bantarannya ) dari tanaman keras, bangunan,
sampah yang dapat mengganggu kelancaran aliran sungai.
c. Perbaikan bangunan prasarana banjir
> Perbaikan pintu banjir, klep agar dapat berfungsi ;
> Perbaikan pompa-pompa agar dapat berfungsi apabila sewaktu-waktu diperlukan ;
> Perbaikan bendung / pintu pengatur banjir ;
> Perbaikan penyalur banjir agar kembali dapat mengalirkan debit banjir rencana ;
d. Pengosongan volume air yang berada di waduk pengendalian banjir sebelum turun hujan

15
16

You might also like