You are on page 1of 9

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN (Menurut Mickey Stanley

and Patricia G, 2012)


A. Pengkajian
a. Identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan)
b. Riwayat Penyakit
1. Tinggi badan, berat badan, postur tubuh dan gaya berjalan memberikan
data dasar yang dapat mengindikasikan adanya kerusakan otot, obesitas
atau edema.
2. Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang, harus dicatat. Seseorang
yang tidak pernah berolahraga atau diikutsertakan dalam memulai sesuatu
program latihan diusia lanjut, terutama jika aktivitas tersebut sulit atau
menyakitkan.
3. Pengkajian diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D. Obesitas dan
malnutrisi dapat mempenaruhi mobilitas dan kekuatan otot.
4. Pengobatan, termasuk obat-obatan yang dijual bebas dan pengobatan
sendiri dirumah, dapat membuatt lansia mudah mengalami keracunan obat
dan efek samping. Beberapa obat telah diketahui dapat menimbulkan
kerusakan pada sistem muskuloskeletal : antikonvulsi (osteomalasia),
fenotiazin (gangguan cara berjalan), steroid ( distribusi lemak tubuh
abnormal dan kelemahan otot), dan diuretik menurunkan kadar kalium
(kram dan kelemahan otot).
5. Kombinasi mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan menentukan
kemampuan fungsional klien tersebut.
6. Cedera pada masa lalu (misalnya fraktur tulang pinggul) dapat
mengindikasikan adanya suatu kondisi osteoporosis.

c. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B (Breathing, blood, brain,
bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan
rongga dada, apakah pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga

15
ditemukan nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada
penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah deformitas tulang.
1. B1 (breathing)
Inspeksi : ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang
Palpasi :traktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki.
2. B2 (blood)
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi keringat dingin dan pusing,
adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah atau
edema yang berkaitan dengan efek obat.
3. B3 (brain)
Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus yang lebih parah klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
4. B4 (Bladder)
Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada keluhan padasistem perkemihan.
5. B5 (bowel)
Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan eleminasi namun perlu dikaji juga
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses.
6. B6 (Bone)
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering
menunjukkan kifosis atau gibbus (dowagers hump) dan penurunan tinggi badan.
Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri
spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis

16
B. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d dampak sekunder dari fraktur vertebrata
b. Intoleransi b/d disfungsi sekunder
c. Resiko cedera b/d dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan
tubuh
d. Kurang perawatan diri b/d keletihan atau gangguan gerak
e. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis
f. Gangguan eliminasi b/d kompresi syaraf pencernaan ileus paralitik
g. Kurangnya pengetahuan b/d kurang terpajarnya informasi.

C. Rencana Intervensi Keperawatan


a. Nyeri akut b/d dampak sekunder dari fraktur vertebrata
Tujuan : setelah diberikan tidakan keperawatan diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil :
1) Klien tampak rileks
2) Klien dapat tenang dan bisa beristirahat (tidur)
3) Klien dapat mandiri dan perawatan secara mandiri serta sederhana.
Intervensi keperawatan :
1) Evaluasi keluhan nyeri/ ketidaknyamanan, perhatian lokasi dan karakteristik
termasuk intensitas skala (1 10), perhatikan petunjuk nyeri.
R/ mempengaruhi pilihan atau pengawasan keefektifan intervensi yang diberikan.
2) Ajarkan tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyeri
R/ alternative lain untuk mengurangi rasa nyeri misalnya : kompres hangat,
mengatur posisi untuk mencegah kesalahan posisi pada tulang belakang.
3) Dorong menggunakan teknik manajemen stress, relaksasi progresif, latihan
napas dalam.
R/ menfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control yang dapat
meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin
menetap untuk periode lebih lama.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi
R/ diberikan untuk menurunkan rasa nyeri.

17
b. Intoleransi aktivitas b/d disfungsi sekunder
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu
melakukan mobilitas fisik dengan kriteria hasil :
1. Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik berpartisipasi dalam aktivitas yang
ingin / di perlukan.
2. Klien mampu melakukan aktivitas hidup sehari hari secara mandiri.
Intervensi keperawatan :
1. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.
R/ sebagai dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai
dengan kemampuan.
2. Ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari hari yang dapat dikerjakan.
R/ latihan akan meningkatkan pergerakan otot dan stimulasi sirkulasi darah.
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan ini secara
bertahap, jika dapat ditoleransi berikan bantuan sesuai kebutuhan.
R/ kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba tiba,
memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.
4. Kolaborasi pemberian fisiotherapy
R/ dengan fisiotherapy dapat mempercepat proses penyembuhan pada klien.

c. Resiko cedera b/d disfungsi skunder, perubahan skeletal dan ketidakseimbangan


tubuh
Tujuan : agar cedera tidak terjadi
Kriteria hasil : klien tidak jatuh dan tidak mengalami fraktur.
Intervensi keperawatan :
Anjurkan klien untuk beraktivitas secara perlahan, tidak naik tangga dan tidak
mengangkut beban berat.
R/ pergerakan yang cepatakan memudahkan terjadinya fraktur komprensi
vertebrata pada kl\ien osteoporosis.
Tempatkan klien pada tempat tidur yang lebig rendah, berikan penerangan
lingkungan yang cukup dan pada ruangan yang mudah diobservasi.

18
R/ jauhkan klien dari lingkungan yang berbahaya yang dapat mencederai klien.
Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada disamping klien.
R/ membantu klien dalam melakukan aktivitasnya.

d. Kurang perawatan diri b/d keletihan dan gangguan gerak


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan, perawatan diri klien dapat
terpenuhi.
Kriteria hasil : klien mampu menggungkapkan perasaan nyaman dan puas tentang
keberhasilan diri secara optimal.
Intervensi keperawatan :
Kaji kemampuan untuk beraktivitas dalam setiap aktivitas perawatan diri
R/ untuk melihat sejauh mana klien mampu melakukan perawatan diri secara
maksimal.
Berikan perlengkapan diri secara adaptif jika dibutuhkan, misalnya : kursi
dibawah pancuran, tempat pegangan pada dinding kamar mandi, alas kaki,
keset yang tidak licin.
R/ peralatan adaptif untuk membantu klien sehingga dapat melakukan perawatan
diri secara mandiri dan optimal sesuai kemampuannya.
Rencana individu untuk belajar dan mendemonstrasikan suati bagian aktivitas
sebelum beralih ketingkat yang lebih lanjut.
R/ bagi klien lansia satu bagian aktivitas bisa sangat melelahkan sehingga perlu
waktu yang cukup untuk mendemonstrasikan satu bagian dari perawatan diri.
Anjurkan kepada keluarga klien untuk selalu membantu klien dalam
perawatan diri.
R/ dapat membantu klien dalam perawatan diri secara optimal.
Anjurkan klien tentang teknik teknik perawatan diri secara mandiri
R/ membantu klien dalam melakukan perawatan diri agar tidak terjadi kecelakaan
fisik.

19
e. Gangguan citra diri b/d perubahan dan ketergantungan fisik secara psikologis

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan klien diharapkan dapat


menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaannya pada situasi diri.
Kriteria hasil : klien mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri
yang akurat tanpa harga diri negative, mengungkapkan dan mendemonstrasikan
peningkatan pesan positif.
Intervensi keperawatan :
Dorongan klien mengekspresikan nilai khususnya mengenai bagaimana klien
merasakan, memikirkan dan memandang dirinya.
R/ ekspresi emosi mambantu klien menerima kenyataan dirinya.
Hindari kritik negatif.
R/ kritik negative akan membuat klien merasa rendah diri.
Kaji derajat dukungan yang ada untuk klien
R/ dukungan yang cukup dari orang terdekat dan teman yang akan membantu
proses adaptasi dari klien itu sendiri.
Anjurkan klien untuk selalu bergabung atau selalu berinteraksi dengan orang
orang sekitarnya.
R/ meningkatkan interaksi dengan orang orang disekitarnya sehingga klien tidak
merasa canggung dengan keadaannya.

f. Gangguan eliminasi b/dkompresi syaraf pencernaan ileus paralitik


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan eliminasi klien tidak
terganggu.
Kriteria hasil : klien mampu menyebutkan teknik eliminasi feses lunak dan
berbentuk, setiap hari atau tiga hari.
Intervensi keperawatan :
Auskultasi bising usus
R/ hilangnya bising usus merendahkan adanya paraletik usus.
Obser/vasi adanya distensi abdomen jika bising usus tidak ada atau berkurang

20
R/ hilangnya peristaltic (karena gangguan syaraf) melumpuhkan usus, membuat
distensi usus.
Catat frekuensi, karakteristik dan jumlah fase
R/ mengidentifikasikan derajat gangguan atau disfungsi dan kemungkinan
bantuan yang diperlukan.
Lakukan latihan defekasi secara teratur
R/ program ini diperlukan untuk mengeluarkan feses secara rutin.
Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang berkonsentrat lunak,
pemasukan cairan yang lebih banyak.
R/ pemasukan cairan yang lebih banyak dan teratur misalnya jus atau sari buah.

g. Kurang pengetahuan b/d kurang terpaparnya informasi.


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami
tentang penyakit OSTEOPOROSIS dan program terapi.
Kriteria hasil : klien mampu mengetahui tentang penyakitnya ; mampu
menyebutkan program terapi yang diberikan agar klien tampak tenang.
Intervensi keperawatan :
Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
R/ memberikan pengetahuan dasar, dimana klien dapat membuat pilihan
berdasarkan makanan.
Ajarkan pada klien tentang faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya
Osteoporosis.
R/ informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang
penyakitnya.
Berikan pendidikan pada klien mengenai efek samping penggunaan obat.
R/ supaya klien dapat mengerti dan memahami agar tidak menggunakan obat
obat yang dapast menyebabkan osteoporosis.

21
D. Discharge Planning untuk meningkatkan kesehatan muskuloskeletal :

1. Olahraga yang tepat dapat meningkatkan mobilitas, kekuatan otot, dan


ketahanan. Semakin kurang aktif seseorang, semakin besar kemungkinan
untuk mengalami kehilangan kekuatan dan fleksibilitas otot.
2. Beri dorongan kepada klien untuk berjalan santai, namun, setiap jenis
olahraga, dari latihan rentang gerak pasif sampai berenang dan aerobik,
dapat dilakukan, bergantung pada tingkat kebugaran dan kemampuan
fungsional klien. Beberapa olahraga menahan beban harus dilakukan
sehari-hari.
3. Instruksikan kepada klien untuk menghindari kelelahan dan memelihara
keseimbangan yang tepat antara istirahat dan olahraga.
4. Beri dorongan untuk menggunakan alat bantu untuk menghemat energi,
menurunkan stres pada sendi dan tulang, dan meningkatkan keselamatan.
5. Ciptakan rumah dan lingkungan sekitarnya yang aman dari kecelakaan.
6. Kaji diet klien untuk membantu menurunkan berat badan sambil
mempertahankan nutrisi yang tepat.
7. Tekankan perlunya menyertakan kalsium dan mineral serta vitamin yang
lain, tentukan pemahaman klien tentang pengobatan, efek samping, dan
interaksikan terhadap makanan-makanan tertentu.
8. Jika dianjurkan dokter, instruksikan klien untuk menggunakan estrogen,
progestin, atau kombinasi hormon, seperti yang diprogramkan.
9. Mengarahkan pendidikan kesehatan kepada klien

DIET
Kebiasaan makan yang dilakukan sepanjang hidup memengaruhi
maturisasi massa tulang. Nutrisi yang seimbang dengan asupan kalsium dan
vitamin D yang adekuat sangat penting untuk mempertahankan struktur dan
integritas tulang pada semua usia. Kemampuan saluran gastrointestinal lansia
untuk mengabsorbsi dan menggunakan diet kalsium menunjukkan suatu
kemunduran yang jelas. Oleh karena itu, rekomendasi terbaru untuk asupan
kalsium bagi lansia adalah antara 1000 sampai 1500 mg/hari. Saran untuk
meningkatkan asupan kalsium dalam diet harus kreatif dan sederhana. Perawat
perlu memberikan perhatian khusus terhadap diet lansia yang tinggal dirumah dan
hidup sendiri, karena sebagian besar dari mereka berisiko mengalami defisiensi
diet dan akan perlu untuk mencari sumber daya keluarga dan komunitas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey,dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC

Suratun. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskoloskeletal.


Jakarta : EGC

Anthony. 2004. Histhology Dasar Keperawatan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

http://ilmukeperawatan.wordpress.com

23

You might also like