You are on page 1of 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN ASMA
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif
sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas
menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi
bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012)
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,
yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-
anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30
tahunan (Saheb, 2011)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik
menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang
menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau
tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
a) Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi
menjadi :

1
1) Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan
bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas
diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan
atau setelah mendapat pengobatan.

2) Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan
yang konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus
merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan
respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat
berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya
suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi
pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena
leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis,
dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun
makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing
dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
3) Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
b) Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a) Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang
disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen

2
dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang
yang sehat.
b) Asma intrinsic
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif
terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini
disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang
buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas
olahraga yang berlebihan.
c) Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006)
penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4
(empat) yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
gejala kurang dari seminggu
serangan singkat
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
gejala lebih dari sekali seminggu
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% 30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
gejala setiap hari
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
FEV 1 tau PEV 60% 80%

3
PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
gejala setiap hari
serangan terus menerus
gejala pada malam hari setiap hari
terjadi pembatasan aktivitas fisik
FEV 1 atau PEF = 60%
PEF atau FEV variabilitas > 30%
d) Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat
diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu:
(GINA, 2006)
a) Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat
berjalan,bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada
sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b) Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas,
bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada
sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -
kadang terdengar pada saat inspirasi,
c) Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat
dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi
kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring
terdengar tanpa stetoskop,
d) Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak
kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul
bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat
serangan asma. Seorang penderita asma persisten (asma
berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan

4
asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan
serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas
yang dapat menyebabkan kematian.

2. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu
hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan
Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan
oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan
alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius,
latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang
menjadi pencetus asma :
a) Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi).
Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap
menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum

5
berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan
oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam
waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih
cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah
terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan
bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara,
polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan,
gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b) Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan
(inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang
berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer dianggap
sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis
ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-
gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan
lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang
masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang
dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan
alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit (
VitaHealth, 2006).
Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma
secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma
adalah:
a) Faktor predisposisi

6
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya
yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b) Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu
makanan (seperti buah-buahan dan anggur
yang mengandung sodium metabisulfide)
dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin,
ACE- inhibitor, kromolin).
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan
jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita
asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu,
serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen

7
ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast
sehingga pemaparan terhadap faktor
pencetus alergen ini dapat mengakibatkan
degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast
seperti histamin dan protease sehingga
berakibat respon alergen berupa asma.
Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya
kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai
Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya:
jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik
tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya
bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan
selama 2-3 menit sebelum latihan.
Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali
sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma.
Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada
sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme
mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
Stres

8
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya,
karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
Gangguan pada sinu
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh
gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan
polip pada hidung. Kedua gangguan ini
menyebabkan inflamasi membran mukus.

Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.

3. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran
mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang
dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi
jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan
aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru,
bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi

9
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat
perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan
kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat
hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan
dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi
tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot
polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat
timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka
juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE
yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya
terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak
hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.

4. MANIFESTASI KLINIS ASMA


Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-
batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit
untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya
gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
a. Asma tingkat I

10
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa
tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam
pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan
tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes
fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan.
Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan
tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki
tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik
atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk
atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan
gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama
sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V

11
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan
darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat
refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible
maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA


1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
Kristal kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
Terdapatnya neutrofil eosinofil

2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil
meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun
terdapat komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

12
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal
serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.Bila terdapat komplikasi pneumonia
maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
c. Pemeriksaan faal paru
d. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
e. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi
terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan
penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma
dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran
emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam

13
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat
RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA


Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan
non farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1) Pengobatan non farmakologik
Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien
secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan
asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara
menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk
pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage
postural, perkusi dan fibrasi dada.
2) Pengobatan farmakologik
Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua

14
adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin,
obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan
respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid
dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan
disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1
mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
3) Pengobatan selama serangan status asthmatikus
Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

15
Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan
selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20
tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
Antibiotik spektrum luas.

B. PROSES KEPERAWATAN ASMA


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA
Pengkajian Primer Asma
a) Airway
Peningkatan sekresi pernafasan
Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b) Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c) Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
Papiledema
Urin output meurun
d) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat
status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek
kesadaran, reaksi pupil.
Pengkajian Sekunder Asma

16
a) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting,
berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada
diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada
gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang
disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada
waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan
dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas
berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan
dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
b) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik
yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi,
frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-
otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
Integumen

17
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
Thorak
Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan,
ekspansi dan taktil fremitus.

Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat
disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c) Sistem pernafasan
Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian
makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang
mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau

18
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
Frekuensi pernapasan meningkat
Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi
yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan
pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi
pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
d) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.

19
Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung

2. Pathway Asma

20
3. Diagnosa Keperawatan Asma Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan
bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan
bronkus.

21
4. INTERVENSI EPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan NIC :
efektif berhubungan tindakan keperawatan Airway Management
dengan tachipnea, selama 3 x 24 jam, Buka jalan nafas,
peningkatan produksi pasien mampu : guanakan teknik chin lift
mukus, kekentalan sekresi Respiratory status : atau jaw thrust bila perlu
dan bronchospasme. Ventilation Posisikan pasien untuk
Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
Airway patency Identifikasi pasien
Aspiration Control, perlunya pemasangan alat
Dengan kriteria hasil : jalan nafas buatan
Mendemonstrasikan Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara Lakukan fisioterapi
nafas yang bersih, tidak dada jika perlu
ada sianosis dan dyspneu Keluarkan sekret
(mampu mengeluarkan dengan batuk atau suction
sputum, mampu bernafas Auskultasi suara nafas,
dengan mudah, tidak ada catat adanya suara
pursed lips) tambahan
Menunjukkan jalan nafas Lakukan suction pada
yang paten (klien tidak mayo
merasa tercekik, irama Berikan bronkodilator

22
nafas, frekuensi bila perlu
pernafasan dalam Berikan pelembab udara
rentang normal, tidak Kassa basah NaCl Lembab
ada suara nafas Atur intake untuk cairan
abnormal) mengoptimalkan
Mampu keseimbangan.
mengidentifikasikan dan Monitor respirasi dan
mencegah factor yang status O2
dapat menghambat jalan
nafas

2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan NIC :


berhubungan dengan tindakan keperawatan Airway Management
perubahan membran selama 3 x 24 jam, Buka jalan nafas,
kapiler alveolar pasien mampu : gunakan teknik chin lift
Respiratory Status : Gas atau jaw thrust bila perlu
exchange Posisikan pasien untuk
Respiratory Status : memaksimalkan ventilasi
ventilation Identifikasi pasien
Vital Sign Status perlunya pemasangan alat
Dengan kriteria hasil : jalan nafas buatan
Mendemonstrasikan Pasang mayo bila perlu
peningkatan ventilasi Lakukan fisioterapi
dan oksigenasi yang dada jika perlu
adekuat Keluarkan sekret
Memelihara kebersihan dengan batuk atau suction
paru paru dan bebas dari Auskultasi suara nafas,
tanda tanda distress catat adanya suara

23
pernafasan tambahan
Mendemonstrasikan Lakukan suction pada
batuk efektif dan suara mayo
nafas yang bersih, tidak Berika bronkodilator
ada sianosis dan dyspneu bial perlu
(mampu mengeluarkan Barikan pelembab udara
sputum, mampu bernafas Atur intake untuk cairan
dengan mudah, tidak ada mengoptimalkan
pursed lips) keseimbangan.
Tanda tanda vital dalam Monitor respirasi dan
rentang normal status O2

Respiratory Monitoring

Monitor rata rata,


kedalaman, irama dan
usaha respirasi
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor suara nafas,
seperti dengkur
Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot

24
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan NIC :


berhubungan dengan tindakan keperawatan
Airway Management
penyempitan bronkus selama 3 x 24 jam,
pasien mampu :
Buka jalan nafas,
Respiratory status :
guanakan teknik chin lift
Ventilation
atau jaw thrust bila perlu
Respiratory status :
Posisikan pasien untuk
Airway patency
memaksimalkan ventilasi
Vital sign Status
Identifikasi pasien
Dengan Kriteria Hasil :
perlunya pemasangan alat
Mendemonstrasikan
jalan nafas buatan

25
batuk efektif dan suara Pasang mayo bila perlu
nafas yang bersih, tidak Lakukan fisioterapi
ada sianosis dan dyspneu dada jika perlu
(mampu mengeluarkan Keluarkan sekret
sputum, mampu bernafas dengan batuk atau suction
dengan mudah, tidak ada Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat adanya suara
Menunjukkan jalan nafas tambahan
yang paten (klien tidak Lakukan suction pada
merasa tercekik, irama mayo
nafas, frekuensi Berikan bronkodilator
pernafasan dalam bila perlu
rentang normal, tidak Berikan pelembab udara
ada suara nafas Kassa basah NaCl Lembab
abnormal) Atur intake untuk cairan
Tanda Tanda vital dalam mengoptimalkan
rentang normal (tekanan keseimbangan.
darah, nadi, pernafasan) Monitor respirasi dan
status O2

Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien

26
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring


Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan
abnormal
Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing

27
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

28
ASUHAN KEPERAWATAN
pada Ny M Dengan ASMA

A. PENGKAJIAN

Tanggal : 09 Desember 2016


Jam : 10.00 WIB
a. Identitas
Nama : Ny.M
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Peerempuan
Pendidikan : SD
Alamat : Dawuhan
No.Reg : 592xxx
Diagnosa Medis :Asma
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama :
Pasien mengatakan dadanya sesak dan batuk.
Riwayat Sekarang :
Pasein mengatakan bahwa uluh hatinya sakit,sesak nafas,dahaknya
kental putih,badanya sakit,pusing.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengatakan bahwa pasien pernah masuk Rumah Sakit karena
penyakt yang sama.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan dalam keluarganya ada yang mengalami penyakit
yang sama dengan pasien yaitu cucunya.

29
Genogram

Keterangan :

: laki-laki : laki-laki meninggal

: perempuan : perempuan meninggal

:garis keturunan

: tinggal serumah

: garis pernikahan

: Pasien dengan Asma

30
c. Pola Kesehatan Fungsional
1. Pemeliharaan Kesehatan

Sebelum : Pasien mengatakan setiap 1 bulan sekali melakukan


control kesehatan di pelayanan kesehatan.

Saat Sakit : Pasien mengatakan selama di rawat dirumah sakit


mengikut anjuran yang di instruksikan oleh rumah sakit.

2. Nutrisi Metabolik
Sebelum : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dalam porsi
penuh dan asupan cairan cukup.
Saat sakit : Pasien mengatakan makan 3 kali dalam sehari tapi
jarang habis.
3. Eliminasi
Sebelum : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK lancer.
Saat Sakit : Pasien mengatakan BAB nya dirumah sakit jarang dan
BAK lancer,warna feses kuning.
4. Aktivitas
Sebelum : Pasien mengatakan dirumah melakukan aktivitas berat
sehari-hari sebagai pedagang keliling.
Saat Sakit ; Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidak
melakukan aktivitas berat,lebih banyak beristirahat dirumah sakit.

Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4


Makan / Minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di Tempat Tidur
Berpindah
Ambulasi / ROM

Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Dengan alat 4 : Ketergantungan Total
2 : Dibantu orang lain

31
5. Pola Persepsi Kognitif
Sebelum : Pasien mengatakan panca indranya berfungsi dengan
baik tidak memakai alat bantu panca indra. Pasien merespon dengan
baik saat dikaji.
Saat sakit : Pasien mengatakan panca indranya berfungsi dengan
baik tidak memakai alat bantu panca indra. Pasien merespon dengan
baik saat dikaji
6. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidurnya tercukupi kurang lebih
sebanyak 6-7 jam dalam sehari.
Saat sakit : Tidurnya kurang cukup hanya sekitar 4-5 jam serta
pada jam yang tidak pasti,tidak bisa tidur karena sesak nafas.
7. Konsep Diri
Sebelum : Pasien mengatakan percaya akan kesembuhannya.
Pasien tampak semangat,dan rajin minum obat.
Saat sakit : Paien mengatakan kepercayaanya untuk sembuh
masih besar.
8. Pola Peran dan Hubungan
Sebelum : Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarganya
baik, pasien merupakan seorang istri dengan 1 suami dan 3 anak,
pasien di tunggu oleh anak perempuannya.
Saat sakit : Pasien mengatakan peranya sebagai ibu rumah tangga
terkendala karena sedang di rawat dirumah sakit.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
Sebelum : Pasien mengatakan sudah mempunyai 3 anak, dan
tidak mempunyai penyakit yang berhubungan dengan alat
reproduksinya.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak melakukan hubungan
seksual selama dirumah sakit.
10. Pola Pertahanan diri/Koping
Sebelum : Pasien mengatakan selalu membicarakan penyakitnya
dengan keluarganya dan setiap ada masalah selalu diselesaikan dengan
baik.
Saat sakit : Pasien mengatakan selama dri rawat dirumah sakit
keluarganya selalu membantu keperluanya dan menyelesaikan
kendala- kendala dirumah sakit besama dengan keluarga.

32
11. Keyakinan dan Nilai
Sebelum : Pasien mengatakan selalu menjalankan kewajibannya
sebagai umat islam.
Saat sakit : Paaien mengatakan tetap menjalankan ibadahnya
sesuai dengan kewajibanya dan selalu meminta doa kepada Tuhan
Yang Maha Esa untuk diberikan kesembuhan.

d. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Tanda Vital : - T = 110/80 N = 84x/m S = 36,5 C RR =
Head To Toe
1. kepala/Leher
Kepala : Mesochepal ,Rambut Bersih, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan.

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak


ada lesi, tidak ada nyeri tekan.

Mata : Konjungtiva anemis, pupil kanan 3mm/ kiri


3mm, tidak lesi.
Hidung : Sietris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.
Telinga : Bersih, tidak ada lesi.
Mulut dan Gigi : bersih, tidak berbau, gigi lengkap.
2. Dada (Jantung/paru)
Jantung: I : simetris
P : tidak ada nyeri tekan
P : iktus kordis teraba I CS 5
A : terdengar suara lup dub
Paru: I : simetris
P : Tidak dikaji
P : tidak dikaji
A : Ada suara tambahan wheezing
Abdomen: I : Simetris
A : Terdapat bising usus 8x/m
P : Tidak ada nyeri tekan
P : Hipertimpani

33
3. Ekstremitas
Varises : Tidak ada varises
4. Reflek
Reflek patologis : Ekstremitas atas : -/-
: Ekstremitas bawah : -/-
Reflek fisiologis : Ekstremitas atas : +/+
: Ekstremitas bawah : +/+

e. Pemeriksaan Penunjang

f. Terapi

Tanggal 9/12/2016 pukul 09.00,15.00,23.00


1. O2 nasal kanil 3/tpm
2. Nebulizer Ventolin+ Pulmicot/8 jam
3. Methylprednisolone 3x62,5 gram
4. Ceftriaxon 2x1 gram
5. Amofilin dalam D5%
6. Abnoxap 3x1 sehari
7. Ranitidine 2x1 ampul.

Tanggal 10/12/2016 09.00,15.00,23.00

1. O2 nasal kanul
2. Nebulizer Ventolin+ Pulmicot/8 jam
3. Methyilprednisolonee 3x62,5 gram
4. Ceftiaxon 2x1 gram
5. Ambroxol 3x1 sehari
6. Ranitidine 2x1 ampul

Tanggal 11/12/2016 09.00,15.00,23.00

1. Nebulizer Ventolin+ Pulmicot/8 jam


2. Methyilprednisolonee 3x62,5 gram
3. Ceftiaxon 2x1 gram
4. Ambroxol 3x1 sehari
5. Ranitidine 2x1 ampul

34
ANALISA DATA

N Tanggal Data Fokus Problem Etiologi


o
1 09/12/201 Px fungsional Domain Sekresi yang
6 DS : Pasien 11.Keamanan/Perlindunga tertahan
mengatakan n
sesak nafas. Kelas 2. Cedera Fisik
DO : Ada Dx : Ketidakefektian
suara tambahan bersihan jalan napas
wheezing,
pasien tampak
mengalami
dispnea
Px fisik : TD :
110/80 mMhg
N : 84x/m S :
36,5C RR :
24x/m
2 09/11/201 Px Fungsional Domain 3. Eliminasi dan Gangguan suplai
6 DS : Pasien Pertukaran oksigen (
mengatakan Kelas 4. Fungsi Respirasi bronkopasme )
pusing,sesak Dx : Gangguan pertukaran
napas,batuk gas
DO : Pasien Code ( 00030)
tampak gelisah
dan warna
dahak putih
serta kental.
Px fisik
Retraksi
dinding dada
(+),suara pasien
wheezing,warn
a sputum putih
dan kental
TTV : TD :
110/60, N :
63x/m S : 36C
RR 33x/m
3 10/11/201 Px fungsional Domain 4. Ketidakseimbanga
6 DS : Pasien Aktivitas/Istirahat n antara supla dan

35
mengatakan Kelas 4. Respons kebutuhan oksigen
apabila setelah Kardiovaskular/Pulmonal
beraktivitas Dx : Intoleran aktivitas
merasa sesak Code ( 00092)
napas dan
setelah bangun
pagi merasa
sesak napas
DO : Klien
tampak
gelisah,terdapat
suara tabahan
wheezing
Px fisik
TD : 110/60
mMhg N :
63x/m S : 36C
RR : 33x/m

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektian bersihan jalan napas b.d


2. Gangguan pertukaran gas b.d Gangguan suplai oksigen ( bronkopasme )
3. Intoleran aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

36
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal/ No Intervensi Keperawatan TTD


jam Dx
09/12/2016 1 NOC NIC Perawat
Jam 08.45 Outcome : Status Income : Manajemen
pernapasan : Kepatenan Jalan Napas
jalan napas
Tujuan : Setelah -Monitor status
diberikan tindakan pernapasan dan
keperawatan selama 3x24 oksigenasi sebagaimana
jam diharapkan sesak mestinya ( O )
napas pasien dapat
berkurang dengan kriteria - Kelola nebulizer
hasil : ultrasonic,sebagaimana
Indikator A T mestinya ( N)
041004 3 4
- Motivasi pasien untuk
frekuensi
bernapas
pernapasan
pelan,dala,berputar dan
041007 suara 3 4
batuk ( E )
napas
tambahan - Lakuka fisioterap
041018 3 4 dada,sebagaimana
penggunaan mestinya ( K )
otot bantu
napas
041017 3 4
Kedalaman
inspirasi
09/12/2016 2
Jam 08.45 Outcome : status Income : Terapi oksigen
pernapasa : Pertukaran
gas -Amati tanda-tanda
Tujuan : Setelah hipoventilasi induksi
diberikan tindakan oksigen ( O )
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan sesak - Monitor aliran oksigen
napas pasien dapat ( N)
berkurang dengan kriteria
hasil : - Atur dan ajarkan
Indikator A T pasien mengenai
pengguaan perangkat
040213 hasil 3 4
oksigen yang

37
rontgen dada memudahkan mobilitas(
040214 3 4 E)
keseimbangan
ventilasi dan - Konsultasi dengan
perfusi tenaga kesehatan lain
040203 3 4 mengenai pengggunaan
Dispnea saat oksigen tambahan
istirahat selama kegiatan
dan/tidur( K )
10/12/2016 3 Outcome : Status jantung Income : Terapi oksigen
10.00 paru
Tujuan : Setelah - Amati tanda-tanda
diberikan tindakan hipoventilasi induksi
keperawata selama 3x24 oksigen ( O )
jam diharapkan istirahat
pasien meningkat dengan - Monitor aliran oksigen
kriteria hasil : ( N)
Indikator A T
- Atur dan ajarkan
041412 3 4
pasien mengenai
Saturasi
pengguaan perangkat
oksigen
oksigen yang
041414 3 4
memudahkan mobilitas(
Intoleran
E)
aktivitas
- Konsultasi dengan
041427 Tidak 3 4
tenaga kesehatan lain
bisa istirahat
041426 3 4
Kelelahan

38
IMPLEMENTASI

Tanggal No. Tindakan Keperawatan Respon Pasien TTD


Dx
9/12/2016 1 - Memonitor status - RR = 28x/m
Pukul : pernapasan dan oksigen Nasal kanul O2
09.00 nasal kanul. 31tpm dan
pasien
mengatakan
sesak napasnya
belum
- Memberikan obat injeksi berkurang jika
melalui intra vena via nasal kanul
selang: ceftriaxon 2x 1 oksigenya
gram 8 ml, ranitidine 2x dilepas,terdapat
ap 30 ml, suara tambahan
methilpretnisolone 3x wheezing
62,5 gr.
- Pasien merasa
12.00 - Memberikan obat oral: lebih baik
Abnoxap 3x1. setelah
diinjeksi obat.
- Pasien minum
obat yang
diberikan oleh
perawat
sesudah makan
13.00 - Memberikan terapi - Pasien
nebulizer: pulmicort /8 mengatakan
jam setelah di nebu
sesaknya
berkurang

16.00 - Memberikan obat injeksi


melalui intra vena via
selang: ceftriaxon 2x 1
gram, ranitidine 2x ap,
methilpretnisolone 3x
62,5 g
- Memberikan obat oral: - Pasien tampak
Abnoxap 3x1. kooperatif dan
20.00 Pasien tampak

39
meminum obat
yang diberikan

- RR pasien
- Memonitor status 28x/m nasal
pernapasan dan oksigen kanul O2 31
nasal kanul. tpm

- Terpasang O2
nasal kanul
2liter/31 tpm
dan pasien
tampak masih
sesak
10/12/2016 - Memonitor ttv - TD:114/63
05.00 S:36
N: 63
- Memonitor aliran
07.00 oksigen - Pasien
- Mengajarkan pasien mengatakan
mengenai penggunaan memahami
perangkat oksigen yang penggunaan
09.00 memudahkan mobilitas. oksigen yang
- Memberikan obat injeksi memudahkan
melalui intra vena via mobilitas
selang: - Pasien tampaak
1.Methylprednisolone kooperatif
3x62,5 mg - Pasien
2. Ceftriaxon 2x1 gram mengatakan
3. Ranitidine 2x 1 ampul setelah
diberikan terapi
nebulizer,jalan
pernapasanya
menjadi sedikit
terbuka
13.00 - Memberikan terapi - Tidak terjadi
nebulizer dan obat oral hiperventilasi
Amofilin 3x1 sehari oksigen
13.15

40
- Mengamati adanya
hiperventilasi induksi
oksigen
14.45 - Memposisikan pasien
dengan semi fowler

23.00 - Memberikan obat injeksi - Pasien tampak


melalui intra vena via kooperatif dan
selang : mengatakan
1.Methylprednisolone keluhan jalan
3x62,5 mg napasnya
2. Ceftriaxon 2x1 gram masih
3. Ranitidine 2x 1 ampul terganggu

11/12/2016 3 - Monitor KU - TTV : TD :


08.00 110/70, N=
88x/m, S=
36, RR
22x/m
09.00 - Memberikan injeksi obat - Pasien tampak
melalui intra vena via kooperatif
selang :
1.Methylprednisolone
3x62,5 mg
2. Ceftriaxon 2x1 gram
3. Ranitidine 2x 1 ampul

12.00 - Menanyakan perubahan - Pasien


sesak napas pasien mengatakan
sesak napasnya
sudah
berkurang,nam
un badanya
sakit-sakit

41
- Pasien
12.20 - Memberikan edukasi mengatakan
kepada pasien untuk akan
melakukan mobilisasi melakukan
SIM kanan dan kiri saat mobilisasi SIM
tidur suapaya badanya kanan dan kiri
tidak sakit. saat tidur
- Pasien tampak
16.00 kooperatif saat
dilakukan
tindakan
injeksi serta
mengatakan
keluhan bahwa
23.00 - Memberikan obat injeksi sesak napasnya
melalui intra vena via sudah mulai
selang : membaik tidak
1.Methylprednisolone seperti hari
3x62,5 mg kemarin.
2. Ceftriaxon 2x1 gram
3. Ranitidine 2x 1 ampul

EVALUASI

Tanggal No. Evaluasi Tanda


Dx Tangan
09/12/2016 1. S : Pasien mengatakan sesak napasnya belum berkurang
23.00 O : Pasien tampak masih memakai nasal kanul oksigen
2 liter/28 tpm. TTV : TD = 110/80 mMhg, N= 84x/m,
S= 36, RR= 28x/m
A : Masalah Teratasi sebagian
Indikator A T Tujuan
041004 frekuensi 3 3 4
pernapasan

42
041007 suara 3 3 4
napas tambahan
041018 3 4 4
penggunaan otot
bantu napas
041017 Kedalaman 3 3 4
inspirasi
P : Lanjutkan intervensi

-Monitor status pernapasan dan oksigenasi


sebagaimana mestinya

- Kelola nebulizer ultrasonic,sebagaimana mestinya

- Motivasi pasien untuk bernapas pelan,dala,berputar


dan batuk
- Lakuka fisioterap dada,sebagaimana mestinya
10/12/2016 2 S : Pasien mengatakan sesak napasnyasedikit berkurang
Pukul jika setelah diberikan terapi nebulizer
23.00 O : Pasien tampak lega setelah dilakukan terapi
nebulizer,pasien tampak melakukan reposisi semi fowler
TTV : TD = 110/60 mMhg, N = 63x/m, S= 36,5, RR=
25x/m
A : Masalah teratasi sebagian
Indikator A T Tujuan
040213 hasil 3 - 4
rontgen dada
040214 3 3 4
keseimbangan
ventilasi dan
perfusi
040203 3 4 4
Dispnea saat
istirahat
P : Lanjutkan intervensi
Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen

43
Monitor aliran oksigen

11/12/2016 3 S : Pasien mengatakan sesak napasnya sudah mulai


Pukul berkurang tetapi badanya masih sakit-sakit
23.00 O : Pasien tampak sudah tidak memakai kanul nasal.
TTV : TD= 110/70mMhg, N=64x/m,S=36,RR=23x/m
A : Masalah sebagian
Indikator A T Tujuan
041412 3 4 4
Saturasi
oksigen
041414 3 4 4
Intoleran
aktivitas
041427 Tidak 3 4 4
bisa istirahat
041426 3 4 4
Kelelahan

P : Lanjutkan Intervensi
- Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Atur dan ajarkan pasien mengenai pengguaan
perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
- Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain

44

You might also like