Professional Documents
Culture Documents
ASMA
1
1) Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan
bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang
mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas
diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan
atau setelah mendapat pengobatan.
2) Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan
yang konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus
merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan
respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat
berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya
suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi
pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena
leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis,
dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun
makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing
dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal
pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
3) Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian
b) Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo 2008)
a) Asma ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang
disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen
2
dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang
yang sehat.
b) Asma intrinsic
Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif
terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini
disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang
buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas
olahraga yang berlebihan.
c) Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006)
penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4
(empat) yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
gejala kurang dari seminggu
serangan singkat
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
gejala lebih dari sekali seminggu
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
FEV 1 atau PEV > 80%
PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% 30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
gejala setiap hari
serangan mengganggu aktivitas dan tidur
gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
FEV 1 tau PEV 60% 80%
3
PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
gejala setiap hari
serangan terus menerus
gejala pada malam hari setiap hari
terjadi pembatasan aktivitas fisik
FEV 1 atau PEF = 60%
PEF atau FEV variabilitas > 30%
d) Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat
diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu:
(GINA, 2006)
a) Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat
berjalan,bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada
sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b) Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas,
bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada
sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -
kadang terdengar pada saat inspirasi,
c) Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat
dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi
kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring
terdengar tanpa stetoskop,
d) Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak
kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul
bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat
serangan asma. Seorang penderita asma persisten (asma
berat) dapat mengalami serangan asma ringan. Sedangkan
4
asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan
serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas
yang dapat menyebabkan kematian.
2. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu
hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan
Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan
oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu,
serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan
alergen, seperti common cold, infeksi traktus respiratorius,
latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan
serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang
menjadi pencetus asma :
a) Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi).
Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap
menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum
5
berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan
oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam
waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun, saluran pernapasan akan bereaksi lebih
cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah
terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan
bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara,
polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan,
gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b) Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan
(inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang
berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducer dianggap
sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis
ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-
gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan
lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang
masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang
dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan
alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit (
VitaHealth, 2006).
Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma
secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma
adalah:
a) Faktor predisposisi
6
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya,
meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya
yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b) Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran
pernapasan seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu
makanan (seperti buah-buahan dan anggur
yang mengandung sodium metabisulfide)
dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin,
ACE- inhibitor, kromolin).
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak
dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan
jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita
asma respon terhadap Ig E jelas merupakan
alergen utama yang berasal dari debu,
serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen
7
ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast
sehingga pemaparan terhadap faktor
pencetus alergen ini dapat mengakibatkan
degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast
seperti histamin dan protease sehingga
berakibat respon alergen berupa asma.
Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau
olahraga yang berat. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya
kegiatan fisik atau latihan yang disebut sebagai
Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya:
jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik
tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya
bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing.
Penderita asma seharusnya melakukan pemanasan
selama 2-3 menit sebelum latihan.
Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali
sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma.
Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada
sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme
mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan
hiperresponsif pada sistem bronkial.
Stres
8
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat
serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan
motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya,
karena jika stresnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
Gangguan pada sinu
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh
gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan
polip pada hidung. Kedua gangguan ini
menyebabkan inflamasi membran mukus.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan
berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.
3. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran
mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang
dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi
jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan
aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru,
bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
9
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat
perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan
kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat
hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan
dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi
tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot
polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat
timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka
juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE
yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya
terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak
hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran
udara.
10
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa
tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam
pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul
bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan
tes provokasi bronchial di laboratorium.
b. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun
pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes
fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan.
Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan
tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki
tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik
atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk
atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan
gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama
sternokliedo mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
e. Asma tingkat V
11
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan
darurat medis beberapa serangan asma yang berat bersifat
refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible
maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal
2. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil
meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun
terdapat komplikasi asma
Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
Kadang kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
12
Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal
serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi,
kelainan yang terjadi adalah:
a. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.Bila terdapat komplikasi pneumonia
maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
c. Pemeriksaan faal paru
d. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
e. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi
terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan
penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma
dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran
emfisema paru, yakni :
Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
13
Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat
RBBB
Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
14
adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah
metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin,
obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa
diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan
respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid
dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan
disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian
steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya
anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1
mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk
aerosol dan bersifat bronkodilator.
3) Pengobatan selama serangan status asthmatikus
Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
15
Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan
selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20
tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
Antibiotik spektrum luas.
16
a) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting,
berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada
diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada
gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang
disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada
waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan
dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas
berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan
dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
b) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik
yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan,
gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi,
frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-
otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
Integumen
17
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau
bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas
atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
Thorak
Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan
kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan,
ekspansi dan taktil fremitus.
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai
hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar dan
rendah.
Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat
disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c) Sistem pernafasan
Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian
makin keras dan seterusnya menjadi produktif yang
mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
18
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
Frekuensi pernapasan meningkat
Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi
yang memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang
daripada inspirasi bahkan mungkin lebih.
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta
pernapasan cuping hidung.
Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan
pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi
pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent
chest), sianosis.
d) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada
asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
19
Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung
2. Pathway Asma
20
3. Diagnosa Keperawatan Asma Yang Mungkin Muncul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan
bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membran kapiler alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan
bronkus.
21
4. INTERVENSI EPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA HASIL INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan NIC :
efektif berhubungan tindakan keperawatan Airway Management
dengan tachipnea, selama 3 x 24 jam, Buka jalan nafas,
peningkatan produksi pasien mampu : guanakan teknik chin lift
mukus, kekentalan sekresi Respiratory status : atau jaw thrust bila perlu
dan bronchospasme. Ventilation Posisikan pasien untuk
Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
Airway patency Identifikasi pasien
Aspiration Control, perlunya pemasangan alat
Dengan kriteria hasil : jalan nafas buatan
Mendemonstrasikan Pasang mayo bila perlu
batuk efektif dan suara Lakukan fisioterapi
nafas yang bersih, tidak dada jika perlu
ada sianosis dan dyspneu Keluarkan sekret
(mampu mengeluarkan dengan batuk atau suction
sputum, mampu bernafas Auskultasi suara nafas,
dengan mudah, tidak ada catat adanya suara
pursed lips) tambahan
Menunjukkan jalan nafas Lakukan suction pada
yang paten (klien tidak mayo
merasa tercekik, irama Berikan bronkodilator
22
nafas, frekuensi bila perlu
pernafasan dalam Berikan pelembab udara
rentang normal, tidak Kassa basah NaCl Lembab
ada suara nafas Atur intake untuk cairan
abnormal) mengoptimalkan
Mampu keseimbangan.
mengidentifikasikan dan Monitor respirasi dan
mencegah factor yang status O2
dapat menghambat jalan
nafas
23
pernafasan tambahan
Mendemonstrasikan Lakukan suction pada
batuk efektif dan suara mayo
nafas yang bersih, tidak Berika bronkodilator
ada sianosis dan dyspneu bial perlu
(mampu mengeluarkan Barikan pelembab udara
sputum, mampu bernafas Atur intake untuk cairan
dengan mudah, tidak ada mengoptimalkan
pursed lips) keseimbangan.
Tanda tanda vital dalam Monitor respirasi dan
rentang normal status O2
Respiratory Monitoring
24
Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya
25
batuk efektif dan suara Pasang mayo bila perlu
nafas yang bersih, tidak Lakukan fisioterapi
ada sianosis dan dyspneu dada jika perlu
(mampu mengeluarkan Keluarkan sekret
sputum, mampu bernafas dengan batuk atau suction
dengan mudah, tidak ada Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat adanya suara
Menunjukkan jalan nafas tambahan
yang paten (klien tidak Lakukan suction pada
merasa tercekik, irama mayo
nafas, frekuensi Berikan bronkodilator
pernafasan dalam bila perlu
rentang normal, tidak Berikan pelembab udara
ada suara nafas Kassa basah NaCl Lembab
abnormal) Atur intake untuk cairan
Tanda Tanda vital dalam mengoptimalkan
rentang normal (tekanan keseimbangan.
darah, nadi, pernafasan) Monitor respirasi dan
status O2
Terapi Oksigen
Bersihkan mulut, hidung
dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas
yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
26
Observasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
27
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
28
ASUHAN KEPERAWATAN
pada Ny M Dengan ASMA
A. PENGKAJIAN
29
Genogram
Keterangan :
:garis keturunan
: tinggal serumah
: garis pernikahan
30
c. Pola Kesehatan Fungsional
1. Pemeliharaan Kesehatan
2. Nutrisi Metabolik
Sebelum : Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dalam porsi
penuh dan asupan cairan cukup.
Saat sakit : Pasien mengatakan makan 3 kali dalam sehari tapi
jarang habis.
3. Eliminasi
Sebelum : Pasien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK lancer.
Saat Sakit : Pasien mengatakan BAB nya dirumah sakit jarang dan
BAK lancer,warna feses kuning.
4. Aktivitas
Sebelum : Pasien mengatakan dirumah melakukan aktivitas berat
sehari-hari sebagai pedagang keliling.
Saat Sakit ; Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidak
melakukan aktivitas berat,lebih banyak beristirahat dirumah sakit.
Keterangan :
0 : Mandiri 3 : Dibantu orang lain dan alat
1 : Dengan alat 4 : Ketergantungan Total
2 : Dibantu orang lain
31
5. Pola Persepsi Kognitif
Sebelum : Pasien mengatakan panca indranya berfungsi dengan
baik tidak memakai alat bantu panca indra. Pasien merespon dengan
baik saat dikaji.
Saat sakit : Pasien mengatakan panca indranya berfungsi dengan
baik tidak memakai alat bantu panca indra. Pasien merespon dengan
baik saat dikaji
6. Pola Istirahat
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidurnya tercukupi kurang lebih
sebanyak 6-7 jam dalam sehari.
Saat sakit : Tidurnya kurang cukup hanya sekitar 4-5 jam serta
pada jam yang tidak pasti,tidak bisa tidur karena sesak nafas.
7. Konsep Diri
Sebelum : Pasien mengatakan percaya akan kesembuhannya.
Pasien tampak semangat,dan rajin minum obat.
Saat sakit : Paien mengatakan kepercayaanya untuk sembuh
masih besar.
8. Pola Peran dan Hubungan
Sebelum : Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarganya
baik, pasien merupakan seorang istri dengan 1 suami dan 3 anak,
pasien di tunggu oleh anak perempuannya.
Saat sakit : Pasien mengatakan peranya sebagai ibu rumah tangga
terkendala karena sedang di rawat dirumah sakit.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
Sebelum : Pasien mengatakan sudah mempunyai 3 anak, dan
tidak mempunyai penyakit yang berhubungan dengan alat
reproduksinya.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak melakukan hubungan
seksual selama dirumah sakit.
10. Pola Pertahanan diri/Koping
Sebelum : Pasien mengatakan selalu membicarakan penyakitnya
dengan keluarganya dan setiap ada masalah selalu diselesaikan dengan
baik.
Saat sakit : Pasien mengatakan selama dri rawat dirumah sakit
keluarganya selalu membantu keperluanya dan menyelesaikan
kendala- kendala dirumah sakit besama dengan keluarga.
32
11. Keyakinan dan Nilai
Sebelum : Pasien mengatakan selalu menjalankan kewajibannya
sebagai umat islam.
Saat sakit : Paaien mengatakan tetap menjalankan ibadahnya
sesuai dengan kewajibanya dan selalu meminta doa kepada Tuhan
Yang Maha Esa untuk diberikan kesembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Tanda Vital : - T = 110/80 N = 84x/m S = 36,5 C RR =
Head To Toe
1. kepala/Leher
Kepala : Mesochepal ,Rambut Bersih, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan.
33
3. Ekstremitas
Varises : Tidak ada varises
4. Reflek
Reflek patologis : Ekstremitas atas : -/-
: Ekstremitas bawah : -/-
Reflek fisiologis : Ekstremitas atas : +/+
: Ekstremitas bawah : +/+
e. Pemeriksaan Penunjang
f. Terapi
1. O2 nasal kanul
2. Nebulizer Ventolin+ Pulmicot/8 jam
3. Methyilprednisolonee 3x62,5 gram
4. Ceftiaxon 2x1 gram
5. Ambroxol 3x1 sehari
6. Ranitidine 2x1 ampul
34
ANALISA DATA
35
mengatakan Kelas 4. Respons kebutuhan oksigen
apabila setelah Kardiovaskular/Pulmonal
beraktivitas Dx : Intoleran aktivitas
merasa sesak Code ( 00092)
napas dan
setelah bangun
pagi merasa
sesak napas
DO : Klien
tampak
gelisah,terdapat
suara tabahan
wheezing
Px fisik
TD : 110/60
mMhg N :
63x/m S : 36C
RR : 33x/m
DIAGNOSA KEPERAWATAN
36
INTERVENSI KEPERAWATAN
37
rontgen dada memudahkan mobilitas(
040214 3 4 E)
keseimbangan
ventilasi dan - Konsultasi dengan
perfusi tenaga kesehatan lain
040203 3 4 mengenai pengggunaan
Dispnea saat oksigen tambahan
istirahat selama kegiatan
dan/tidur( K )
10/12/2016 3 Outcome : Status jantung Income : Terapi oksigen
10.00 paru
Tujuan : Setelah - Amati tanda-tanda
diberikan tindakan hipoventilasi induksi
keperawata selama 3x24 oksigen ( O )
jam diharapkan istirahat
pasien meningkat dengan - Monitor aliran oksigen
kriteria hasil : ( N)
Indikator A T
- Atur dan ajarkan
041412 3 4
pasien mengenai
Saturasi
pengguaan perangkat
oksigen
oksigen yang
041414 3 4
memudahkan mobilitas(
Intoleran
E)
aktivitas
- Konsultasi dengan
041427 Tidak 3 4
tenaga kesehatan lain
bisa istirahat
041426 3 4
Kelelahan
38
IMPLEMENTASI
39
meminum obat
yang diberikan
- RR pasien
- Memonitor status 28x/m nasal
pernapasan dan oksigen kanul O2 31
nasal kanul. tpm
- Terpasang O2
nasal kanul
2liter/31 tpm
dan pasien
tampak masih
sesak
10/12/2016 - Memonitor ttv - TD:114/63
05.00 S:36
N: 63
- Memonitor aliran
07.00 oksigen - Pasien
- Mengajarkan pasien mengatakan
mengenai penggunaan memahami
perangkat oksigen yang penggunaan
09.00 memudahkan mobilitas. oksigen yang
- Memberikan obat injeksi memudahkan
melalui intra vena via mobilitas
selang: - Pasien tampaak
1.Methylprednisolone kooperatif
3x62,5 mg - Pasien
2. Ceftriaxon 2x1 gram mengatakan
3. Ranitidine 2x 1 ampul setelah
diberikan terapi
nebulizer,jalan
pernapasanya
menjadi sedikit
terbuka
13.00 - Memberikan terapi - Tidak terjadi
nebulizer dan obat oral hiperventilasi
Amofilin 3x1 sehari oksigen
13.15
40
- Mengamati adanya
hiperventilasi induksi
oksigen
14.45 - Memposisikan pasien
dengan semi fowler
41
- Pasien
12.20 - Memberikan edukasi mengatakan
kepada pasien untuk akan
melakukan mobilisasi melakukan
SIM kanan dan kiri saat mobilisasi SIM
tidur suapaya badanya kanan dan kiri
tidak sakit. saat tidur
- Pasien tampak
16.00 kooperatif saat
dilakukan
tindakan
injeksi serta
mengatakan
keluhan bahwa
23.00 - Memberikan obat injeksi sesak napasnya
melalui intra vena via sudah mulai
selang : membaik tidak
1.Methylprednisolone seperti hari
3x62,5 mg kemarin.
2. Ceftriaxon 2x1 gram
3. Ranitidine 2x 1 ampul
EVALUASI
42
041007 suara 3 3 4
napas tambahan
041018 3 4 4
penggunaan otot
bantu napas
041017 Kedalaman 3 3 4
inspirasi
P : Lanjutkan intervensi
43
Monitor aliran oksigen
P : Lanjutkan Intervensi
- Amati tanda-tanda hipoventilasi induksi oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Atur dan ajarkan pasien mengenai pengguaan
perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
- Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain
44