You are on page 1of 30

ASKEP HERNIA

LAPORAN PENDAHULUAN DAN


ASUHAN KEPERAWATAN
HERNIA

Disusun oleh:

Lutfy Nooraini

4.0.11.1060

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS SAINS AL-QURAN (UNSIQ)
JATENG DI WONOSOBO
2014
KONSEP DASAR
A. Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal
atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
(Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas kantong
skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
( Cecily L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui dinding
yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

B. Klasifikasi
Menurut lokalisasi
1. Hernia Inguinalis
Indirek: batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
spermamasuk ke dalam kanalis inguinalis
Direk: batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior
2. Hernia Diafragma
Hernia yang melalui diafragma
3. Hernia Umbilikal
Batang usus melewati cincin umbilical
4. Hernia Femoralis
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis
5. Hernia Scrotalis
Batang usus yang masuk ke dalam kantong skrotum

Hernia insisi menurut sifatnya


1. Hernia Reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengedan, dan masuk
jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala
2. Hernia Ireponibel
Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneal
3. Hernia Inkaserada/Hernia Stragulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke
dalamrongga perut

C. Patofisiologi
Hernia inguinalis indireksa sebagian besar mempunyai dasar kangenital karena
penonjolan dari prossesus vaginalis peritonei atau penonjolan peritoneum yang
disebabkan oleh penurunan testis yang menarik peritoneum ke daerah skrotum.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prossesus ini telah mengalami abliterasi
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui knalis tersegut. Bila prosseus terbuka
terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul hernia inguinalis lateralis
longenital.
Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup, namun karena menciptakan
lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia
inguinalis lateralis akuisita.
Setiap kondisi yang menyebabkan tekanan intra abdominal memegang
peranan untuk timbulnya dan membesarnya hernia.

D. Etiologi
a. Kngenital/cacat bawaanSejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa
kegagalan perkembangan
b. Hrediter (kelainan dalam keturunan)
c. Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
d. Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat

E. PATHWAY
F. Gejala Klinis
a. Adanya benjolan di daerah inguinal
b. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
c. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
d. Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi.
e. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
G. Pemeriksaan fisik
a. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di
dapatkan benjolan keluar.
b. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita
mengejar) akan terasa benjolan pada jari.
c. Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III
menekan Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan, penderita
mengejar) akan adanya dorongan pada jari II.

H. Penatalaksaan
1. Manajemen medis,
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan.
Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis adalah :
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak anak
karena dasarnya dalah kongenital tanpa adanya kelemahandinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik
untuk memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c.
Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilaku
kan pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk
itu dipakai waktu pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat
(malam).
2. Manajemen keperawatana.
a. Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan daerah
inguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan penangananny
a. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul adalah
gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan resiko tinggi
terjadi infeksi.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara
manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai
advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra abdominal :
batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan anjurkan untuk kompres
dingin pada daerah yang bengkak.

b. Post operasi
Dihubungkan dengan pembedahan umum lainnya seperti masalah resiko tinggi
infeksi, masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan lukaoperasi,
dan pendidikan pasien untuk perencanaan pulang.
Hernia inguinalis lateralis reponibilis dilakuakn tindakan bedah elektif karena
di takutkan akan terjadi komlikasi yaitu Herniatomy dan Herniagrafi.
Bedah elektif adalah kanalis di buka, isi hernia di masukkan kantong di ikat
dan di lakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
Hernia inkarserata dan strangulasi dilakukan bedah darurat yaitu cincin hernia
di cari dan di potong usus dilihat apakah vital atau tidak bila vital
dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak di lakukan reseksi usus dan
Anastomisis.

I. Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk.
Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

KONSEP PERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data
Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register,
diagnosa medis, dan tanggal MRS.

Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan
gejala klinis yang khas pada penderita HIL

Riwayat kesehatan lalu


Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal
: adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang
semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.

Riwayat kesehatan sekarang


Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan /
di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis,
mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan
rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain
seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.

Riwayat kesehatam keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular
lainnya.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb

Pemeriksaan laboratorium
Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.

Pemeriksaan penunjang
foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
Potensial terjadi infeksi b/d adanya luka insisi pada operasi.
Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri
Ancretas b/d kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Gangguan eliminasi urine: Retensi urin b/d pengaruh anasthesi.
C. RENCANA PERAWATAN
Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya insisi dari pembedahan dan trauma
jaringan.
Tujuan : rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria : - kx mengungkapkan myeri berkurang
- kx bebas dari rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang dan santai
- kx dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Rencana :
Melakukan pendekatan pada klien dan keluarga dengan komunikasi yang baik.
R/ : Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan kita dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sehingga px & kiq lebih kooperatif
Catat lokasi, intensitas, durasi dan penyebaran rasa nyeri
R/ : Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda tanda nyeri hebat sehingga dapat
menentukan tindakan selanjutnya.
Beri penjelasan pada kx sebab sebab terjadinya nyeri
R/ : kx tidak merasa cemas dan mengerti sebab sebab nyeri.
Anjurkan teknik distraksi dan relaksasi
R/ : Menurunkan ketegangan otot, sendi dan melancarkan peredaran darah sehingga
dapat mengurangi nyeri.
Beri dorongan pada klien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap.
R/ : Menghindari kekakuan sendi otot dan penekanan pada daerah tertentu
Laksanakan instruksi dokter untuk pemberian obat analgesik
R/ : Analgesik berfungsi sebagai depresan system syaraf pusat sehingga dapat
mengurangi atau menghilangkan nyeri.

Potensial terjadi infeksi adanya luka pada okerasi.


Tujuan : Luka operasi tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil : tidak ada tanda tanda infeksi / radang (color, dolor, rubar, tumor,
functio laesa).
Rencana:
Beri penjelasan pada klien perlunya menjaga kebersihan daerah luka operasi
R/ : Dengan penjelasan diharapkan kx mengerti tentang pentingnya menjaga
kebersihan daerah luka operasi.
Observasi tanda tanda infeksi pada daerah operasi
R/ : Respon jaringan terhadap infeksi di manifestasikan dengan oedem, kemerahan,
dan berkurangnya epitelisasi atau granulasi kulit.
Periksa kulit untuk memeriksa adanya infeksi yang terjadi.
R/ : Gangguan pada integritas kulit atau dekat dengan lokasi operasi adalah sumber
kontaminasi luka.
Rawat luka operasi dengan tekhnik aseptik
R/ : Tindakan aseptik akan menghangat pertumbuhan kulitan dan menjaga luka
operasi dari infeksi.
Observasi gejala kardinal
R/ : Mengetahui perkembangan kesehatan kx dan peningkatan suhu merupakan salah
satu tanda infeksi.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.
R/ : Anergiotik berfungsi untuk membunuh kuman dan mencegah infeksi

Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri


Tujuan : pasien mampu mobilisasi
Kriteria Hasil : -pasien mampu melakukan pergerakan secara bertahap
-pasien bisa beraktifitas mandiri
Rencana :
Beri motivasi & latihan pada pasien untuk beraktifitas
R/ : meningkatkan perasaan untuk beraktivitas
Ajarkan teknik mobilisasi di tmpat tidur
R/ : melatih menggerakan anggota tubuh
Anjurkan keluarga untuk memotivasi dan membantu melatih mobilisasi pasien
R/ : keluarga punya peran penting membantu pasien
Tingkatkan aktifitas secara bertahap
R/ : meningkatkan mobilitas pasien

DAFTAR PUSTAKA
Black, M., Joyce, Ester, 1997, Medical Surgical Nursing Clinical Management for
Continuity of Care, USA
Brunner and Suddarth, 1980, Medical Surgical Nursing, J.B. Lippincott Company,
Philadelphia, USA
Donna, L., Wong, Marilyn Hockenberry-Eaton, Marilyn L. Winke David Wilson, et
al, 1999, Wholey and Wongs Nursing Care of and Children, St. Louis, Mosby, USA
Kendarto, 1994, Hernia, HDW Ilmu Bedah I, Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
NANDA. 2005. Nursing Diagnosis : Definition and Classification 2005-2006.
NANDA International. Philadelphia.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing
Definisi

Hernia adalah prostusi dari organ melalui lubang defektif yang didapat atau
kongenital pada dinding rongga yang secara normal berisi organ. (Barbara Engram
Hernia adalah prostusi abnormal organ atau jaringan, atau bagian organ yang melalui struktur
yang secara abnormal berisi bagian ini. (Monika Ester)
Hernia adalah penonjolan isi perut, dari rongga yang normal melalui defek pada fasia
dan muskuloaponeuretik dinding perut. (Mansjoer,Arif dkk.Kapita Selekta Kedokteran)
Hernia adalah: suatu tonjolan yang abnormal dari organ organ intra abdominal keluar dari
cavum abdomen tapi masih di capai oleh peritonium.(purnawan djumadi 1999)
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari berbagai
organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot yang mengelilinginya
dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut (Griffith, 1994).
Hernia adalah: kelemahan pada dinding otot abdomen dimana segmen dari isi perut atau
struktur abdomen lain yang menonjol atau turn (Ignatavicius Donna, and Bayne Marilynn,
2002). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of Clinical Problems, hal
1368)
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal atau
kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
(Lewis, Sharon Mantik, 2000, Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems. Fifth Edition. By Mosby Inc)
Hernia scrotalis adalah merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum
(Syamsuhidajat, 1997, Buku Ilmu Bedah, hal 717).
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long, 1996 : 246)
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari,
2000 : 216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang
secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia
inguinalis adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari,
2000 : 216).

2. Etiologi
Penyebab dari timbulnya hernia yaitu dapat berupa:
- Kongenital: kanalis inguinalis belum menutup.
- Kelemahan dinding abdomen dan peningkatan tekanan intraabdominal yang dapat
terjadi karena:
- Kehamilan
- Obesitas
- Mengangkat beban berat
- Batuk
- Konstipasi

3. Klasifikasi
a)Berdasarkan proses terjadinya hernia terbagi atas :
- Hernia bawaan (Kongenital)
- Hernia dapatan (akuisita)
b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas :
- Hernia diafragma - Hernia inguinalis
- Hernia umbilical - Hernia strotalis
- Hernia insisional.
1. Hernia congenital:
- Hernia umbilikalis
- Hernia diafragnatika
- Hernia inguinalis lateralis
2. Hernia didapat:
- hernia inguinalis medialis
- Hernia femoralis
1. Hernia Inguinalis Indirek
Terjadi melalui cincin inguinalis dan melalui korola spermatikus melalui korola
inguinalis.Umumnya terjadi pada pria daripada wanita.Insidennya tinggi pada bayi
dan anak kecil.Hernia ini sangat besar dan sering turun keskrotum.
2. Hernia Inguinalis Direk
Hernia ini melewati dinding abdomen diare kelemahan otot,tidak melalui kanal
seperti pada hernia inguinalis dan femoralis direk;ini lebih umum pada lansia.
3. Hernia Femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
daripada pria.Ini mulai sebagai penyumbat lemak dikanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung.
4. Hernia Umbilikalis
Pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan
abdominal.Ini biasanya terjadi pada orang yang gemik dan wanita Multipara.

4. Manifestasi klinis
- Adanya benjolan diselangkangan/kemaluan
Misalnya:Rasa sakit yang terus menerus
- Adanya nyeri
Misalnya:Pasien gelisah dan muntah
- Jari tangan dapat masuk pesibulus spermatikus sampai keanulus inguinalis interus
- Nyeri
- Muntah, mual
- Nyeri abdomen
- Distensi abdomen
- Kram
- Ada penonjolan keluar

5. Patafisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan
pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat atau
bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi
itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal
dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang
berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.

6. Pathway

Mengangkat beban berat,kegemukan,batuk kronis

Peningkatan tekanan intraabdominalis

Defek dinding otot abdominal

Lubang embrional yang tidak menutup/melebar/cincin hernia

Penonjolan isi perut/usus


Usus masuk ke kantung hernia

Belum terjadi Penjepitan +_ Penjepitn usus 6 jam


Pejempitan 6 jam.

Benjolan bisa Belum ada tanda Ada tanda ilius obstruktiv


kembali. Ilius obsteruktiv.

Reponibilis. Nyeri daerah hernia Hernia inkarserta.

Hernia ireponsibilis.

Catatan: Mengangkat beban berat,kehamilan,kegemikan atau batuk kronis yang dapat


menyebabkan peningkatan tekana intraabdominal.Adanya peningkatan tekana
intraabdominal dapat menimbulkan defek dinding otot abdominal.Defek ini terjadi
karena adanya kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal karena
adanya defek dinding otot abdomen menyebabkan lubang embrional serta cincin
hernia tidak menutup/melebar dimana dalam keadaan normal jari tangan tidak dapat
masuk.Karena adanya pelebaran lubang embrional/cincin hernia menyebakan
penonjolan isi perut/usus dari rongga yang normal.

7. Penatalaksanaan
Pemeriksaan Diagnostik
Sinar X
Pada abdomen akan menunjukkan kuantitas cairan atau gas
Pemeriksaan darah lengkap:Hb yang rendah dapat mengarah pada anemia/kehilangan
darah dan keseimbangan oksigenasi jaringan dan pengurangan Hb yang tersedia dengan
anestesi inhalasi,peningkatan Ht mengidetifikasikan dehidrasi.Penurunan Ht mengarah pada
kelebihan cairan.
Waktu koagulasi mempengaruhi hemostatis intraoperasi/pascaoperasi
EKG:penemuan akan sesuatu yang sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioitas
perhatian untuk memberikan anestesi.
2. Farmakologi
Terapi obat analgetik
3. Pembedahan
Herniatomi
Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan jika ada perlekatan,kemudian diare posisi kantong hernia dijahit,ikat setinggi
mungkin lalu dipotong.
Henia plastik
Dilakukan tindakan memperkecil anulis inguinalis interus dan memperkuat dinding belakang
kanalis linguinalis

8. Komplikasi

1. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak dapat
dimasukkan lagi
2. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang rusak
3. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan daerah
benjolan merah

9. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa
yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-
obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi
transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas,
atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi
penarikan diri pasca operasi).

b. Pemeriksaan
Umum.
TTV,hipotermi, TD normal , Tachicardi.
- Fisik.
Kepala : Ekspansi wajah menyeringai , merintih , menahan sakit .
Dada : Suara nafas normal.
Perut : Bising usus bisa normal / meeningkat ,benjolan ingiunalis nyeri tekan.
- Diagnostik.
- Foto ronsend spinal.
Memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang kecurigaan
patologis lain seperti tumor osteomilitis.
- Elektromigrafi.
Dapat melokalisasi tingkat dasar saraf spinal terutama yang trkena.
- Venogram epidural.
Dapat di lakukan pada kasus keakuratan dari miogram terbatas.
- Fungsi lumbal.
Mengsampingkan kondisi yang berhubungan dengan infeksi adanya darah.
- Scan CT.
Dapat menunjukan kanal spinal yang mengecil, adanya proteksi diskus
intervetrebralis.
c. Diagnose keperawatan
1. Pre operasi.
- Nyeri berhubungan dengan peritonium teregang.
- Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakan
operasi.
2. Post operasi.
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya intergitas jaringan.
- Kurang prawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas
fisiksekunder terhadap pembedahan.
- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka pembedahan
- intoleran aktifitas
LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN HERNIA

1. Definisi

Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat menyebabkan

peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan disebut kantung

hernia (Robbins & Cotran : 2010 )

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong : 2005)

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak

disebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke rongga

perut melalui anulus inguinalis eksternus (Arif Mansjoer : 2000)

Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia adalah penonjolan isi suatu

organ seperti peritoneum, lemak, usus dan kandung kemih melalui bagian yang lemah dari

dinding abdomen sehingga menimbulkan kantung berisikan material abnormal dengan

penyebab congenital ataupun yang didapat.

2. Etiologi
Factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis adalah :

a. Keadaan yang dapat menyebabkan tekanan intraabdominal di anatranya ; kehamilan,

batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan

mengejan pada saat miksi, hipertropi prostat


b. Adanya prosesus vaginalis yang terbuka.
c. Kelemahan otot dinding perut.
d. Anulus internus yang cukup lebar.

3. Patofisiologi
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus yang terletak di

sebalah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis inguinalis dan keluar ke

rongga perut malalui anulus inguinalis eksternus.

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut

dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanal tersubut. Namun dalam beberapa hal,seringkali

kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis

kanan lebih sering terbuka. bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga

terbuka.

Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. bila

prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis

lateral kongenital.

4. Klasifikasi
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia

menurut sifat atau tingkatanya.

Adapun hernia menurut letaknya adaalah :

a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)

Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral

vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut

melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil

b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)


Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika

inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.

c. Hernia femoralis

Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.

Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara

bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam

kantung.

d. Hernia umbilikalis

Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang

didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang

memliki keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas,

asites, atau distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya

yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti

infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat.

e. Hernia skrotalis

Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.

Menurut sifat atau tingkatannya :

a. Hernia reponibel.

Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau

mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia

reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel.

Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali )

biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.

c. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak

dapat kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis

obstruksi usus dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa.

Keadaan ini hernia bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa

terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi

gangguan passase dan hernia ini lebih dimaksudkan hernia irreponibel

d. Hernia strangulata

Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam

kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga

mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat

dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.

5. Manifestasi klinik
Pada pasien terlihat adanya masa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang

mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka

hernia jarang sekali menjadi ireponibilis.

Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna

sehingga meskipun anulus inguinalis interna di tekan bila pasien berdiri atau

mengejan, tetap akan timbul bejolan. Bila hernia ini sampai skrotum, maka hanya

akan sampai kebagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat

dipisahkan dari masa hernia. Bila jari di masukan dalam anulus inguinalis eksterna,

tidak akan di temukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan

terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah meraba ligamentum Cowperi pada ramus

superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang di temukan gejala mudah kencing

karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.

Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia

sehingga isi hernia tidak dapat di masukan kembali. Keadan ini

disebut hernia inguinalis ireponiblis. pada keadaan ini belum ada

gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan

keadaan ireponible adalah omentum, karena mudah melekat pada

dinding hernia dan isisnya dapat menjadi besar karena infiltrasi

lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibilis dari pada

usu halus

b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya

usus yang masuk keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus

diikuti dengan gangguan vaskuler (proses strangulasi). Keadaan ini

disebut hernia inguinalis strangulata

pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut

kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang timbul

akan lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan

pasien menjadi gelisah.

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan

pembedahan.

a) Konservatif

Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,

misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset

tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan


otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan obat anti

analgetik yaitu mengurangi nyeri.

b) Pembedahan

Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit

kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia

dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat

dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan

pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran, aktifitas

dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau menarik

benda paling sedikit 6 minggu.

Diagnosa keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka post

operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan gangguan rasa

nyaman nyeri teratasi.

Kriteria hasil

Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang,


Tanda tanda vital dalam batas normal

Wajah klien rileks.

Rencana tindakan :

1) Observasi tanda tanda vital.

2) Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat

karaktersitik.

3) Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan

seperti mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku.

4) Berikan posisi yang nyaman (semifowler)

5) Kolaborsi pemberian obat analgetik.

b. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka

post operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko tinggi infeksi

tidak terjadi

Kriteria hasil

Luka kering, tidak ada pus.

Tidak ada kemerahan.


Tidak ada bengkak.

Kerapatan luka tampak bagus.

Rencana tindakan :

1) Observasi tanda tanda infeksi ( tumor, rubor, dolor, kalor,

fungsiolesa ).

2) Observasi tanda tanda vital, perhatikan adanya peningkatan

suhu tubuh.

3) Lakukan ganti balutan tiap hari.

4) Pertahankan perawatan luka dengan tehnik steril, aseptik dan

antiseptik.

5) Kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi

6) Monitor leukosits..

c. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan

kelemahan fisik.

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi.

Kriteria hasil klien dapat melakukan perawatan secara mandiri.

Rencana tindakan :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang pentingnya perawatan

diri bagi klien.

2) Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara

mandiri sesuai kemampuan.

3) Motivasi keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

klienseperti menggosok gigi, makan, minum.

4) Fasilitasi klien untuk melakukan kebersihan diri.


5) Ajarkan klien untuk melakukan pergerakan secara bertahap

d. Resiko kekambuhan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

tentang perawatan hernia pasca operasi.

Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga

mengerti tentang hal hal yang harus dihindari untuk

mencegah timbulnya hernia.

Kriteria hasil

Secara verbal klien mengerti perawatan selanjutnya antara lain

dalam hal mencegah terulangnya penyakit henia.

Rencana tindakan :

1) Mengkaji pengetahuan klien tentang penyakit dan hal-hal yang

harus di perhatikan agar tidak terjadi kekambuhan.

2) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan

yang dapat di toleransi.

3) Anjurkan klien untuk makan tinggi serat.

4) Jelaskan tentang keseimbangan istirahat dan aktifits.

5) Anjurkan klien untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat.


6) Memberikan pendidikan kesehatan pada klien tentang cara

perawatan luka di rumah.

Daftar Pustaka

Core Principle and Practice of Medical Surgical Nursing. Ledmanns.


Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI. 1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. EGC. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin
Lockhart.
Penerjemah Joko Setyono. Penerbit Salemba Media. Edisi I. 2002.
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian Bedah Staf Pengajar UI. FK UI.

Diposkan oleh yudha pradipta di 03.32


Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang abnormal
atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia terisi secara normal
(Lewis,SM, 2003).
Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis
menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis (Mansjoer A,dkk 2000).
Hernia inguinalis adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inginalis di atas
kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
( Cecily L. Betz, 2004).
Hernia Inguinalis adalah suatu penonjolan kandungan ruangan tubuh melalui
dinding yang dalam keadaan normal tertutup (Ignatavicus,dkk 2004).

B Anatomi Fisiologi
Otot-otot dinding perut dibagi empat yakni musculus rectus abdominis, musculus,
obliqus abdominis internus, musculus transversus abdominis. Kanalis inguinalis timbul akibat
descensus testiculorum, dimana testis tidak menembus dinding perut melainkan mendorong
dinding ventral perut ke depan. Saluran ini berjalan dari kranio-lateral ke medio-kaudal, sejajar
ligamentum inguinalis, panjangnya : + 4 cm. (Brunner & Suddarth, 2000)
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yag
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulus transversus
abdominis di medial bawah, di atas tuberkulum pubikum. Kanal ini dibatasi oleh anulus eksternus.
Atap ialah aponeurosis muskulus ablikus eksternus dan didasarnya terdapat ligamentum inguinal.
Kanal berisi tali sperma serta sensitibilitas kulit regio inguinalis, skrotum dan sebagian kecil kulit,
tungkai atas bagian proksimedial (Martini, H 2001).
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan itu tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan
lebih vertikal. Sebaiknya bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih
transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam
kanalis inguinalis. Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya
hernia inguinalis yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus
internus abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia
transversal yang kuat yang menutupi triganum hasselbaeh yang umumnya hampir tidak berotot
sehingga adanya gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis
(Martini, H 2001)
C Klasifikasi
Hernia inguinalis, terdiri dari 2 macam yaitu :
1. Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi
melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis (Lewis,SM,
2003).
2. Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang menonjol
melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot melalui trigonum
hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia (Ignatavicus,dkk 2004).
D Etiologi
Menurut Black,J dkk (2002).Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania: W.B Saunders,
penyebab hernia inguinalis adalah :
1. Kelemahan otot dinding abdomen.
1. Kelemahan jaringan
2. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
3. Trauma
1. Peningkatan tekanan intra abdominal.
1. Obesitas
2. Mengangkat benda berat
3. Mengejan Konstipasi
4. Kehamilan
5. Batuk kronik
6. Hipertropi prostate
Manifestasi Klinik
1. Penonjolan di daerah inguinal
2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi abdomen.
4. Terdengar bising usus pada benjolan
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
9. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau mendorong.

G Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hemotokrit), peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000 18.000/mm3) dan ketidak
seimbangan elektrolit.

. Komplikasi
1. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia tidak dapat
dimasukkan lagi
2. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus yang rusak
3. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue menyebabkan daerah
benjolan merah
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN HERNIA

A.Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer, atau stasis
vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra
operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi immune
(peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ; Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse
darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik glokosid,
antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau
tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol
(risiko akan kerusakan ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga
potensial bagi penarikan diri pasca operasi).

B.Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Periode post-operatif (Doenges, 1999).
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. Intervensi dan implementasi

a)Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-tanda-tanda vital normal
-pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI
pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri
Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur
Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
Atur posisi pasien senyaman mungkin
Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.


Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-luka bersih tidak lembab dan kotor.
-Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI
Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi karena
tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi peningkatan tanda
vital.
Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya tanda-
tanda infeksi.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
-pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
-kualitas dan kuantitas tidur normal

INTERVENSI
1) Mandiri
Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan pada siang hari,
turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur.
Hindari penggunaan Pengikatan secara terus menerus
Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu istirahat.
Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.
Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak kooperatif (sindrom
sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur pulas.
Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa saat ini
adalah waktu untuk tidur.
Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan. Catatan :
Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk memungkin pasien membuang kelebihan
energi dan memfasilitas tidur.
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk
Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar mandi/berkemih selama
malam hari.
Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih

Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari lingkungan
sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.

2)Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil); deksepin
(Senequan) dan trasolon (Desyrel).
Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan dan memperburuk kognitif
dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang membatasi manfaat yang
maksimal.
Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam mengatasi insomia
atau sindrom sundowner.
Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena obat ini
mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien dengan DAT ini.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI
Rencanakan periode istirahat yang cukup.
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan
untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta, 1998.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
3. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.
4. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, EGC,
Jakarta, 1995.
5. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
7. W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.

You might also like