You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OTITIS MEDIA

KRONIK

Landasan Teoritis Penyakit

Konsep Teori Otitis Media

Radang telinga tengah (otitis media)


adalahperadangan telinga bagian tengah, peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid dan sel mastoid yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi
dari tenggorokan (faringitis). Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli)
konduktif (Brunner and Suddart : 2000).

Otitis media adalah infeksi atau peradangan pada telinga tengah. Hal ini merupakan inflamasi
yang seringkali dimulai ketika infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan,
pilek, atau pernapasan atau masalah pernapasan menyebar ke tengah
telinga.

Klasifikasi otitis media

- Otitis media dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :

Otitis media akut

Otitis media kronis

Otitis media sekretori.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau
pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius,
mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah (Brunner and Suddart : 2000).

OTITIS MEDIA PERFORATA (KRONIK)


a. Pengertian
Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis di
telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus
menerus atau hilang timbul, sekret mungkin encer atau kental, bening atau bernanah (Kapita selekta
kedokteran, 1999).

Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK
tipe maligna. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh
yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe
yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga
dan vertigo (Kapita selekta kedokteran, 1999).

Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari
middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang irreversible.

b. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius
yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate
dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain:

1. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat: Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan
berulang Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap.

3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan

oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.

5. Terdapat daerah-daerah osteomielitis persisten di mastoid.


6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan mekanisme pertahanan
tubuh.

c. Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap.
Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah
dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut (Brunner and Suddart,
2000).

OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan
perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang
atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis
media atelektasis.

d. Manifestasi Klinis

Menyebabkan kehilangan derajat pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau peresisten yang
berbau busuk. Biasanya, tidak ada nyeri. Kolesteatoma tidak menyebabkan nyeri. Otoskopis membrane
timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat juga tidak terlihat. Hasil audiometric
pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

GEJALA KLINIS

- Telinga Berair (Otorrhoe)

- Gangguan Pendengaran

- Otalgia (Nyeri Kepala)

- Vertigo

e. Pemeriksaan Penunjang

1. Audiometrik untuk mengetahui tuli konduktif

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai
adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.

2. Foto rontgent untuk mengetahui patologi mastoid

3. Otoskop untuk melihat perforasi membran timpani

4. Pemeriksaan Radiologi
a. Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.

b. Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini
menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.

d. Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan
tulang oleh karena kolesteatom.

5. Bakteriologi

Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan
Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes sp.

f. Penatalaksanaan

a. Penanganan local berupa pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat
penghisap.
b. Timpanoplasti-rekontruksi. Membedah membrane timpani dan osikulus
c. Masteidektomi: Mengangkat kolesteatoma.

g. Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan,
akan menimbulkan komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi
suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun
dapat menyebabkan komplikasi.

- Komplikasi ditelinga tengah :


1. Perforasi persisten membran timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial

- Komplikasi telinga dalam


1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)

- Komplikasi ekstradural

1. Abses ekstradural

2. Trombosis sinus lateralis

3. Petrositis

- Komplikasi ke susunan saraf pusat

1. Meningitis

2. Abses otak

3. Hindrosefalus otitis

h. Epidemiologi

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku,
tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK
pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi
insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Pengkajian

1. Identitas

Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
dan nomor register.

2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama

Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan

- Riwayat Kesehatan Sekarang

Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan otitis media kronis biasanya
mengeluh nyeri pada telinga, gangguan pendengaran, demam tinggi.

- Riwayat Kesehatan Dahulu

Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit yang
sebelumnya dialami klien.

- Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama, riwayat penyakit
keturunan.

- Riwayat Psikososial

Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.

3. Pola Fungsional Gordon

- Pola persepsi kesehatan - manajemen kesehatan

: pada pola ini kita mengkaji:

a. Bagaimanakah pandangan klien terhadap penyakitnya?

b. Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu?

c. Bagaimakah pandangan klien terhadap pentingnya kesehatan?

: Biasanya klien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya dan bagaimana penyakit ini
terjadi.Klien akan menganggap biasa gejala penyakit yang dirasakan.

- Pola nutrisi - metabolik

: pada pola ini kita mengkaji:

a. Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?

b. Kaji apakah klien alergi terhadap makanan tertentu?

c. Apakah klien menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit?


d. Kaji makanan dan minuman kesukaan klien?

e. Apakah klien mengalami mual dan muntah?

f. Bagaimana dengan BB klien, apakah mengalami penurunan atau sebaliknya?

: Biasanya klien mengalami susah menelan, anoreksia, mual, muntah, stomatitis, mukolitis, dyspepsia
atau disfagia, BB menurun.

- Pola eliminasi

: pada pola ini kita mengkaji:

a. Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?

b. Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?

c. Kaji konsistensi BAB dan BAK klien

d. Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?

: Kebanyakan klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi. Gangguan biasanya pada
ketergantungan klien pada bantuan keluarga untuk melakukan eliminasi.

- Pola aktivitas - latihan

: pada pola ini kita mengkaji:

a. Bagaimanakah perubahan pola aktivitas klien ketika dirawat di rumah sakit?

b. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan klien secara mandiri

c. Kaji tingkat ketergantungan klien

0 = mandiri

1 = membutuhkan alat bantu

2 = membutuhkan pengawasan

3 = membutuhkan bantuan dari orang lain

4 = ketergantungan

d. Apakah klien mengeluh mudah lelah?


: Biasanya klien akan mengalami Dispnea, suara nafas menurun/menghilang & adanya suara tambahan
seperti rale (krekels), mengi, ronki dengan auskultasi. Nadi cepat dan tekanan darah menurun.

- Pola istirahat - tidur

: pada pola ini kita mengkaji:

a. Apakah klien mengalami gangguang tidur?

b. Apakah klien mengkonsumsi obat tidur/penenang?

c. Apakah klien memiliki kebiasaan tertentu sebelum tidur?

: Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan di telinga.

- Pola kognitif - persepsi

: pada pola ini kita mengkaji:

a. Kaji tingkat kesadaran klien

b. Bagaimanakah fungsi penglihatan dan pendengaran klien, apakah mengalami perubahan?

c. Bagaimanakah kondisi kenyamanan klien?

d. Bagaimanakah fungsi kognitif dan komunikasi klien?

: Fungsi indra pendengaran klien akan terganggu, ada yang terasa berdenging atau sudah tuli. Fungsi
indra lain biasanya tidak mengalami gangguan.

- Pola persepsi diri - konsep diri

: Pada pola ini kita mengkaji:

a. Bagaimanakah klien memandang dirinya terhadap penyakit yang dialaminya?

b. Apakah klien mengalami perubahan citra pada diri klien?

c. Apakah klien merasa rendah diri?

: Gangguan konsep diri yang dialami klien akan terjadi bila klien sudah mengalami gangguan atau
kehilangan fungsi pendengarannya.

- Pola peran - hubungan

: pada pola ini kita mengkaji:


a. Bagaimanakah peran klien di dalam keluarganya?

b. Apakah terjadi perubahan peran dalam keluarga klien?

c. Bagaimanakah hubungan sosial klien terhadap masyarakat sekitarnya?

: Biasanya klien akan terganggu dalam berhubungan dengan pasangan serta akan sulit berperan dengan
baik dalam keluarga, khususnya.

- Pola reproduksi dan seksualitas

: Pada pola ini kita mengkaji:

a. Bagaimanakah status reproduksi klien?

b. Apakah klien masih mengalami siklus menstrusi (jika wanita)?

: Klien tidak mengalami gangguan dalam reproduksi dan seksualitasnya

- Pola koping dan toleransi stress

: Pada pola ini kita mengkaji:

a. Apakah klien mengalami stress terhadap kondisinya saat ini?

b. Bagaimanakah cara klien menghilangkan stress yang dialaminya?

c. Apakah klien mengkonsumsi obat penenang?

: Biasanya klien akan mengalami cemas dengan penyakit yang dideritanya.

- Pola nilai dan kepercayaan

: Pada pola ini kita mengakaji:

a. Kaji agama dan kepercayaan yang dianut klien

b. Apakah terjadi perubahan pola dalam beribadah klien?

Kasus

IDENTITAS

Nama : Ny. Z

Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Hatta No.56, Padang

Keluhan Utama : Sakit pada telinga kanan, disertai demam tinggi

Riwayat Penyakit sekarang : Sejak 1 bulan yang lalu klien mengeluhkan telinga kanan keluar cairan yang
berlebih dan kurang bisa mendengar, telinga sering berdenging dan kadang diikuti dengan pusing serta
padangan yang berputar-putar. Namun, awalnya klien tidak mempedulikannya dan menganggap biasa.

Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya

Riwayat kesehatan dahulu : Ketika di bangku SD, pasien pernah mengeluh sakit pada telinga
kanannyadisertai dengan keluar cairan putih jernih yang terus menerus namun tidak berbau. Sejak saat itu,
keluhan sakit telinga kanan dan keluar cairan dari telinga sering terjadi dengan rentang waktu yang tidak
begitu lama tiap keluhan timbul.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak kelelahan

Kesadaran : Normal

Tanda vital : TD 120/90 mmH N 90x/m S=380C

Pengkajian Pola fungsional Gordon

a. Pola Persepsi-Manajemen Kesehatan

Klien awalnya tidak menanggapi penyakitnya. Padahal sewaktu SD klien pernah mengalami gejala yang
sama. Klien baru datang ke rumah sakit setelah nyeri di telinganya bertambah. Klien tidak memiliki
riwayat merokok dan konsumsi alkohol.

b. Pola Nutrisi-Metabolik
Klien mengeluh susah makan karena nyeri yang dirasakannya. Porsi makanan yang diberikan rumah
sakit, dihabiskan klien 1-2 sendok makan. Klien alergi terhadap ikan laut. Klien seharinya minum 3-4
gelas.

c. Pola Eliminasi

Sejak masuk rumah sakit, klien melakukan BAB dan BAK masih di WC tapi dipapah oleh keluarga.
Klien mengaku lemah dan pusing.

d. Pola Aktivitas dan Latihan

Dalam hal ini aktivitas pasien terganggu karna rasa nyeri hebat yang terjadi pada telinga kanan dan
disertai demam tinggi kadang diikuti dengan pusing serta padangan yang berputar-putar. Ini
menyebabkan klien tergantung pada bantuan keluarga dan perawat.

e. Pola istirahat dan tidur

Pasien terganggu istirahat dan tidurnya karena rasa nyeri pada telinga dan sering berdenging-
denging. Pada malam hari klien sering terbangun.

f. Pola kognitif-persepsi

Klien mengalami gangguan pada sistem pendengarannya. Klien sering merasa berdenging pada
telinganya dan pusing. Sistem indra klien yang lain tidak mengalami gangguan. Klien mengeluh nyeri di
telinganya dan menganggu aktifitas klien.

g. Pola peran dan hubungan

Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat atau interaksi sosial klien tidak mengalami gangguan.
Keluarga bergantian untuk menjaga klien di rumah sakit.

h. Pola konsep diri

Pasien mengalami harga diri rendah karena penyakit yang dideritanya dan dalam hal ini perlunya
dukungan dari keluarga terdekat. Klien mengaku malu dan taku mengalami ketergantungan pada
keluarganya.

i. Pola seksual-reproduksi

Klien adalah ibu rumah tangga yang masih produktif dan memiliki 3 orang anak. Kasih sayang dari
keluarga tidak berkurang.

j. Pola koping dan toleransi stress


Penderita mengalami stres dan ketakutan akibat nyeri yang dirasakan. Klien takut menjadi tuli dan
menjadi beban bagi orang tuanya.

k. Pola keyakinan dan kepercayaan

Penderita mengalami gangguan pada saat beribadah, diharapkan hubungan klien dan sang penciptanya
harus lebih dekat dan terjadinya peningkatan ibadah pada klien.
Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC, NIC

Gangguan persepsi panca Perubahan Sensori- Peningkatan Komunikasi:


indera: auditorius b.d. Persepsi ;Pendengaran Defisit Pendengaran
Gangguan penghantaran
Kriteria Hasil: Aktivitas:
bunyi pada organ
pendengaran - Pasien akan berpartisipasi Janjikan untuk mempermudah
dalam program pengobatan pemeriksaan pendengaran
sebagaimana mestinya
- Pasien
Defenisi: perubahan dalam
akan mempertahankan Memfasilitasi penggunaan alat
jumlah maupun pola
rangsangan yang diterima kemampuan pendengaran bantu sewajarnya
yang disertai dengan- Tidak adanya sakit kepala Beritahu pasien bahwa suara akan
penyusutan, pelebihan, terdengar berbeda dengan
penyimpangan, atau memakai alat bantu
gangguan tanggapan
terhadap rangsangan Jaga kebersihan alat bantu
tersebut.
periksa secara rutin baterai alat
bantu

Mendengar dengan penuh


perhatian

Menahan diri dari berteriak pada


pasien yang mengalami
gangguan komunikasi

Memfasilitasi lokasi penggunaan


alat bantu

Memfasilitasi letak telepon bagi


gangguan pendengaran
sebagaimana mestinya

Pembentukan kognisi

Aktivitas:
Bantu pasien untuk menerima
kenyataan bahwa statemen diri
berada di tengah-tengah
timbulnya emosi

Bantu pasien memahami akan


ketidakmapuannya untuk
menggapai perilaku yang
diinginkan sering disebabkan
oleh statemen diri yang tidak
masuk akal

Tunjukkan bentuk-bentuk
kelainan fungsi berpikir (misal,
pikiran yang bertentangan,
terlalu banyak menggeneralisasi,
penguatan, dan personalisasi)

Bantu pasien mengenali emosi


yang menyakitkan yang ia
rasakan

Bantu pasien mengenal pemicu


yang diterima (misal, situasi,
kejadian, dan interaksi dengan
orang lain) yang membuat stress

Bantu pasien untuk mengenal


interpretasi pribadi yang salah
mengeni faktor pemicu yang
diterima

Bantu pasien untuk mengganti


interpretasi yang salah dengan
yang lebih realistis berdasarkan
situasi yang membuat stres,
kejadian, dan interaksi
Nyeri Kronik berhubungan Tingkat Kenyamanan Manajemen Nyeri :
dengan agen cedera
(biologis) Tujuan : Nyeri hilang atau - Lakukan pengkajian nyeri
berkurang secara komprehensif termasuk
Defenisi: Kriteria hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
pengalaman emosional dan- Mampu mengontrol
presipitasi
berhubungan dengan nyeri (tahu penyebab
perasaan tak enak timbul nyeri, mampu - Observasi reaksi nonverbal dari
dari kerusakan jaringan menggunakan teknik ketidaknyamanan
nyata atau potensial atau nonfarmakologi untuk
uraikan dalam kaitan dengan mengurangi nyeri, - Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
seperti kerusakan mencari bantuan)
pengalaman nyeri pasien
Analisa data : - Melaporkan bahwa
- Kaji kultur yang mempengaruhi
nyeri berkurang dengan
DS : klien menggunakan manajemen respon nyeri
mengeluhkan nyeri pada nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri
telinga, yang telah dirasakan
sejak SD dan hilang timbul. - Mampu mengenali masa lampau
nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi bersama pasien dan
DO : klien terbatas
frekuensi dan tanda nyeri) tim kesehatan lain tentang
aktifitasnya dan mringis
nteri, S=380C - Menyatakan rasa ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau
nyaman setelah nyeri
berkurang - Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan menemukan
- Tanda vital dalam
rentang normal dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat


mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan

- Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Pilih dan lakukan penanganan


nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

- Kaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi

- Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

- Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil

- Monitor penerimaan pasien


tentang manajemen nyeri

Kurang pengetahuan Knowledge : Health Teaching : Health Behavior


(kebutuhan belajar) Behavior
tentang kondisi, - Berikan penilaian tentang tingkat
Tujuan : Klien mengetahui pengetahuan pasien tentang
prognosis, dan
pengobatan berhubungan tentang kondisi,prognosis proses penyakit yang spesifik
dengan kurang dan pengobatannya.
Kriteria Hasil: - Jelaskan patofisiologi dari
terpajan/tak mengenal penyakit dan bagaimana hal ini
sumber, kurang - Pasien dan keluarga berhubungan dengan anatomi dan
mengingat, serta salah menyatakan pemahaman fisiologi, dengan cara yang tepat.
interpretasi. tentang penyakit, kondisi,
Defenisi: prognosis dan program - Gambarkan tanda dan gejala
pengobatan yang biasa muncul pada penyakit,
Tidak adanya atau dengan cara yang tepat
- Pasien dan keluarga
kurangnya informasi
mampu melaksanakan - Gambarkan proses penyakit,
kognitif sehubungan dengan cara yang tepat
dengan topik spesifik. prosedur yang dijelaskan
secara benar - Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara yang tepat
- Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan - Sediakan informasi pada pasien
kembali apa yang tentang kondisi, dengan cara
dijelaskan perawat/tim yang tepat
kesehatan lainnya.
Analisa data : - Hindari jaminan yang kosong

DS : Klien menganggap - Sediakan bagi keluarga atau SO


biasa penyakitnya dan informasi tentang kemajuan
membiarkannya. pasien dengan cara yang tepat

DO : Klien tidak - Diskusikan perubahan gaya


melakukan perawatan hidup yang mungkin diperlukan
yang tepat pada untuk mencegah komplikasi di
telinganya. masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit

- Diskusikan pilihan terapi atau


penanganan

- Dukung pasien untuk


mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

- Eksplorasi kemungkinan sumber


atau dukungan, dengan cara yang
tepat

- Rujuk pasien pada grup atau


agensi di komunitas lokal,
dengan cara yang tepat

- Instruksikan pasien mengenai


tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara
yang tepat.
WOC

Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah

Proses peradangan Peningkatan produksi Tekanan udara Pengobatan tak tuntas /

Cairan serosa telinga tengah (-) episode berulang

Nyeri Kronik

Akumulasi Retraksi Infeksi berlanjut dpt sampai

Cairan mukus membran telinga dalam

Dan serosa timpani


Hantaran suara/udara Tjd erosi pd kanalis Tindakan mastoidektomi

Yg diterima menurun semisirkularis

Ggn Persepsi Resiko injury Resiko infeksi


sensori
DAFTAR PUSTAKA

Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar. 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

You might also like:

ASUHAN KEPERAWATAN SYOK NEUROGENIK


ASUHAN KEPERAWATAN CIDERA KEPALA
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWADARURATAN PADA SYOK HIPOVOLEMIK
RESIKO PERFUSI JARINGAN SEREBRAL TIDAK EFEKTIF
MANAJEMEN PENYAKIT MALARIA SAAT BENCANA
ASKEP OTITIS MEDIA KRONIK

A. Definisi Otitis Media Kronik (OMK)


Otitis media kronis adalah infeksi menahun pada telinga tengah. Kondisi yang berhubungan
dengan patologi jaringan irrefersibel dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media
akut yang tak tertangani. Otitis media adalah proses peradangan ditelinga tengah dan mastoid
yang menetap > 12 minggu. Otitis media kronik adalah peradangan telinga tengah yang gigih,
secara khas untuk sedikitnya 1bulan. Orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih, 2007).

B. Etiologi
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore, 2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut
penyumbatan tuba eustacius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat
perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat kimia.
Bisa juga disebabkan, antara lain:
1. Stapilococcus
2. Diplococcus pneumonie
3. Hemopilus influens
4. Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus
5. Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
6. Kuman anaerob : alergi, diabetes mellitus, TBC paru.

Sedangkan penyebab lain, yaitu:


1. Lingkungan
Kelompok sosial ekonomi rendah memiliki insiden OMK lebih tinggi.
2. Genetik
Luasnya sel mastoid yang dapat dikaitkan dengan faktor genetik. Sistem-sel-sel udara mastoid
lebih kecil pada penderita otitis media.
3. Riwayat otitis media sebelumnya
Otitis media kronik merupakan kelanjutan dari otitis media akut atau otitis media dengan efusi,
tapi tidak diketahui
4. Infeksi
Organisme yang terutama dijumpai adalah bakteri Gram (-), flora tipe usus, dan beberapa
organisme lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan
tubuh terhadap organisme yangs ecara normal berada dalam telinga tengah, sehingga
memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Memiliki insiden lebih besar terhadap OMK.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan
alergi.
8. Gangguan fungsi tuba eustacius
Pada telinga yang inaktif berbagai metoda telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba
eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tidak mungkin mengembalikan tekanan menjadi
negatif.

C. Klasifikasi
1. Otitis Media Kronik (OMK) tipe benigna
2. Otitis Media Kronik (OMK) dengan kolesteatoma

D. Manifestasi Klinis
Gejala berdasar tipe Otitis Media Kronik:
1. Otitis Media Kronik (OMK) tipe benigna
Gejala berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali
ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal
biasanya cepat hilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu di dapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung
beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada
awal penyakit. Perforasi membran timpani terbatas pada mukosa sehingga membran mukosa
menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membran mukosa dapat tipis dan pucat
atau merah dan tebal, kadang suatu polip di dapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah
pada meatus menghalangi pandangan membran timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut
diangkat. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang
mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan lokal bau busuk akan berkurang. Cairan mukus
yang tidak terlalu bau, datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membran mukosa yang
berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada OMKS tipe benigna.

2. Otitis Media Kronik (OMK) dengan kolesteatoma


Kolesteatoma atau benjolan mutiara (tumor mutiara) disebabkn oleh pertumbuhan kulit liang
telinga atau lapisan epitel gendang telinga yang masuk ke telinga tengah atau mastoid. Mengenai
patogenesisnya secara tepat, dalam kurun waktu bertahun- tahun, ada banyak spekulasi serta
banyak macam teori.
Kolesteatoma dapat tumbuh masuk mellui pars flakisda(membrn shrapnell) maupun melalui
pars tensa. Selaput gendang telinga mendesak ke dalam dan melekat pada dinding medial atik
atau dengan rangkaian tulang pendengaran. Akibatnya timbul retraksi berupa kantong pada
gendang telinga, karena epitel mati tertimbun secara berlapis. Sumbatan debris yang demikian
tidak dapat lagi tumbuh secra alami keluar bersama bersama gendang telinga, sehimgga seolah-
olah terperangkap dalam struktur telinga tengah. Akibat penimbunan epitel yang progresif itu
sumbatan jaringan memberi tekanan pada tulang sekitarnya, sehingga lama-lama jaringan tulang
ini pun mengalami erosi. Kadang-kadang, proses ini berjaln tanda gejala, namun sering timbul
infeksi sekunder dengan keluhan mengeluarkan cairan telinga yang berbau, gangguan
pendengaran, atau komplikasi yang disebaban oleh kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan
pada n. Fasialis atau labirin. Pada pemeriksaan otoskopi, ditemukan debris epitel dalam liang
telinga. Di belakangnya tampak kolesteatoma dengan sisik kreatin putih. Kadang-kadang,
tampak granulasi atau polip di dalam lubang perforasi (kadang-kadang disebut pertanda polip).
Kolesteatoma dapat tumbuh ke dalam os petrosum, bahkan intrakranial. Rasa pusing yang di
provokasi oleh tekanan pada liang telinga luar merupakan tanda bahwa ada hubungan terbuka
dengan labirin.(gejala fistula positif). Pengobatan koleasteatoma hampir mengeluarkannya secara
operatif. Pad pasien usia lanjut, pada umumnya pembentukan kolesterol lambat. Lekukan yang
berup kantong itu dapat di bersihkan di bawah mikroskop dengan alat penghisap secara teratur.
Adapula bentuk koleasteotoma primer, disebut koleasteotoma kongenital, yang terbentuk dari
sel-sel benih (kiembladcellen) dalam os petrosis yang dalam sekali. Dalam hal ini tidak tampak
adanya lubang perrforasi pada gendang telinga.

E. Patofisiologi
Ada celah/ liang tengah yang pneumatisasinya terhalang. Diduga tuba eustachius tidak
berhasil membuka secukupnya sehingga tekanan udara diruang kedua sisi gendang telinga
tengah lebih rendah dari pada udara telinga luar. Otitis media yang berulang akan
menghancurkan pars tensa dan tulang pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan
seringnya penyakit kambuh. Prosessus longus inkus menderita paling dini karena aliran darah
kedaerah ini berkurang. Infeksi sekunder oleh bakteria dari liang telinga luar menyebabkan
keluarnya cairan yang menetap.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Otoskop, dilakukan untuk menegakkan diagnosis berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
telinga dengan.
2. Pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga, berfungsi untuk mengetahui organisme
penyebabkan otitis media kronik (OMK)
3. Rongen mastoid atau CT scan kepala untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur
disekeliling telinga.
4. Tes Audiometri dilakukan untuk mengetahui adanya penurunan pendengaran
5. X-ray dikukan terhadap kalestatoma dan kekaburan mastoid.

G. Penatalaksanaan
1. OMK Benigna
a. OMSK Benigna Tenang
Pemberian healt education dengan tidak mengorek telinga, tidak memasukkan air ke dalam
telinga saat mandi, tidak berenang saat fase-fase pengobatan. Tindakan selanjutnya lakukan
operasi rekonstruksi (miringioplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang dan
gangguan pendengaran).

b. OMSK Benigna Aktif


1) Pembersihan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga).
Hal ini dilakukan agar lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme,
karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.
2) Pemberian antibiotik topikal
Antibiotik topikal berupa Polimiksin B atau polimiksin E, Neomisin, Kliramfenikol, Koli 96%,
3) Pemberian antibiotik sistemik
Diberikan berdasarkan kultur kuman penyakit. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu
dan harus disertai pembersihan sekret profus.
2. OMK Maligna
Tindakan yang tepat untuk OMK adalah operasi. Jenis pembedahan atau tehnik operasi yang
dapat dilakukan yaitu:
a. Mastoiditis sederhana
b. Mastoidektomi radikal
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
d. Miringioplasti
e. Timpanoplasti
f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda

H. Komplikasi
Menurut Shangbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:
a. Komplikasi Intratemporal
Perforasi membran timpani
Mastoiditis akut
Parese nervus fasialis
Labrinitis
Petrositis
b. Komplikasi Ekstratemporal
Abses subperiosteal
c. Komplikasi Intrakranial
Abses otak
Tromboflebitis
Hidrocepalus otikus
Empiema subdural/ ekstradural
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Identitas Pasien
2) Riwayat adanya kelainan nyeri
3) Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
4) Riwayat alergi.
5) OMA berkurang.
b. Pengkajian Fisik
1) Nyeri telinga
2) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
3) Suhu Meningkat
4) Malaise
5) Nausea Vomiting
6) Vertigo
7) Ortore
8) Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium.
c. Pengkajian Psikososial
1) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2) Aktifitas terbatas
3) Takut menghadapi tindakan pembedahan.
d. Pemeriksaan Laboratorium.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Audiometri : AC menurun
2) X ray : terhadap kondisi patologi
3) Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid.
f. Pemeriksaan pendengaran
1) Tes suara bisikan
2) Tes garputala

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan gangguan lewatnya gelombang suara.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan 1. Keefektifan alat pendengaran
merawat alat pendengaran secara tepat. tergantung pada tipe
gangguan/ketulian, pemakaian
2. Instruksikan klien untuk menggunakan serta perawatannya yang tepat.
teknik-teknik yang aman sehingga dapat 2. Apabila penyebab pokok ketulian
mencegah terjadinya ketulian lebih jauh. tidak progresif, maka pendengaran
yang tersisa sensitif terhadap
trauma dan infeksi sehingga harus
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan dilindungi.
pendengaran yang lanjut. 3. Diagnosa dini terhadap
keadaan telinga atau terhadap
masalah-masalah pendengaran
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan rusak secara permanen.
seluruh dosis antibiotik yang diresepkan 4. Penghentian terapi antibiotika
(baik itu antibiotik sistemik maupun lokal). sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi
akan berlanjut.

b. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
T Respon klien tampak tersenyum.

INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan mengenai kemungkinan1. Menunjukkan kepada klien bahwa
kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk dia dapat berkomunikasi dengan
mempertahankan harapan klien dalam efektif tanpa menggunakan alat
berkomunikasi. khusus, sehingga dapat mengurangi
rasa cemasnya.
2. Berikan informasi mengenai klien yang juga
2. Harapan-harapan yang tidak
pernah mengalami gangguan seperti yang realistik tiak dapat mengurangi
dialami klien danmenjalani operasi kecemasan, justru malah
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber menimbulkan ketidak percayaan
dan alat-lat yang tersedia yang dapat klien terhadap perawat.
membantu klien (persiapan preoperasi, 3. Memungkinkan klien untuk
intraoperasi dan post opersi) memilih metode komunikasi yang
paling tepat untuk kehidupannya
sehari-hari disesuaikan dnegan
4. Berikan support sistem (perawat, keluarga tingkat keterampilannya sehingga
atau teman dekat dan pendekatan spiritual) dapat mengurangi rasa cemas dan
frustasinya.
5. Reinforcement terhadap potensi dan sumber
4. Dukungan dari bebarapa orang
yang dimiliki berhubungan dengan tindakan yang memiliki pengalaman yang
operasinya. sama akan sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-
sumber apa saja yang ada
disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk
berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Latief, Abdul. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Marlyn E. Dongoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000). Rencana asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Wilkinson. 2007. Buku Ajar Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Jakarta: EGC

You might also like