Professional Documents
Culture Documents
KRONIK
Otitis media adalah infeksi atau peradangan pada telinga tengah. Hal ini merupakan inflamasi
yang seringkali dimulai ketika infeksi yang menyebabkan sakit tenggorokan,
pilek, atau pernapasan atau masalah pernapasan menyebar ke tengah
telinga.
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau
pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius,
mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran,
tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri.
Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah (Brunner and Suddart : 2000).
Jenis otitis media supuratif kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK
tipe maligna. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh
yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk. Gejala otitis media supuratif kronis antara lain otorrhoe
yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia, tinitus, rasa penuh di telinga
dan vertigo (Kapita selekta kedokteran, 1999).
Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan mukoperiosteum dari
middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan patologis yang irreversible.
b. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius
yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate
dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis antara lain:
1. Gangguan fungsi tuba eustacius yang kronis akibat: Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis dan
berulang Obstruksi anatomik tuba eustacius parsial atau total
3. Terjadinya metaplasia skuamosa atau perubahan patologik menetap lainnya pada telinga tengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan
oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulai atau timpano-sklerosis.
c. Patofisiologi
Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan daripada menetap.
Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah
dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut (Brunner and Suddart,
2000).
OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans dapat menimbulkan
perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit akut berlalu gendang telinga tetap berlubang
atau sembuh dengan membran atropi kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis
media atelektasis.
d. Manifestasi Klinis
Menyebabkan kehilangan derajat pendengaran dan terdapat otorea intermiten atau peresisten yang
berbau busuk. Biasanya, tidak ada nyeri. Kolesteatoma tidak menyebabkan nyeri. Otoskopis membrane
timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat juga tidak terlihat. Hasil audiometric
pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.
GEJALA KLINIS
- Gangguan Pendengaran
- Vertigo
e. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai
adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.
4. Pemeriksaan Radiologi
a. Proyeksi Schuller: memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen.
b. Proyeksi Mayer atau Owen: Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang- tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai
struktur-struktur.
c. Proyeksi Stenver: memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini
menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.
d. Proyeksi Chause III: memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan
tulang oleh karena kolesteatom.
5. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan
Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis.
Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes sp.
f. Penatalaksanaan
a. Penanganan local berupa pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat
penghisap.
b. Timpanoplasti-rekontruksi. Membedah membrane timpani dan osikulus
c. Masteidektomi: Mengangkat kolesteatoma.
g. Komplikasi
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang
menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan,
akan menimbulkan komplikasi. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi
suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun
dapat menyebabkan komplikasi.
- Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
3. Petrositis
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
h. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain dipengaruhi, kondisi sosial, ekonomi, suku,
tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK
pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi
insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.
Pengkajian
1. Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
- Keluhan Utama
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan otitis media kronis biasanya
mengeluh nyeri pada telinga, gangguan pendengaran, demam tinggi.
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit yang
sebelumnya dialami klien.
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama, riwayat penyakit
keturunan.
- Riwayat Psikososial
b. Apakah klien klien memiliki riwayat merokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan tertentu?
: Biasanya klien tidak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya dan bagaimana penyakit ini
terjadi.Klien akan menganggap biasa gejala penyakit yang dirasakan.
a. Bagaimanakah pola makan dan minum klien sebelum dan selama dirawat di rumah sakit?
: Biasanya klien mengalami susah menelan, anoreksia, mual, muntah, stomatitis, mukolitis, dyspepsia
atau disfagia, BB menurun.
- Pola eliminasi
: Kebanyakan klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi. Gangguan biasanya pada
ketergantungan klien pada bantuan keluarga untuk melakukan eliminasi.
0 = mandiri
2 = membutuhkan pengawasan
4 = ketergantungan
: Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dirasakan di telinga.
: Fungsi indra pendengaran klien akan terganggu, ada yang terasa berdenging atau sudah tuli. Fungsi
indra lain biasanya tidak mengalami gangguan.
: Gangguan konsep diri yang dialami klien akan terjadi bila klien sudah mengalami gangguan atau
kehilangan fungsi pendengarannya.
: Biasanya klien akan terganggu dalam berhubungan dengan pasangan serta akan sulit berperan dengan
baik dalam keluarga, khususnya.
Kasus
IDENTITAS
Nama : Ny. Z
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Riwayat Penyakit sekarang : Sejak 1 bulan yang lalu klien mengeluhkan telinga kanan keluar cairan yang
berlebih dan kurang bisa mendengar, telinga sering berdenging dan kadang diikuti dengan pusing serta
padangan yang berputar-putar. Namun, awalnya klien tidak mempedulikannya dan menganggap biasa.
Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit ini sebelumnya
Riwayat kesehatan dahulu : Ketika di bangku SD, pasien pernah mengeluh sakit pada telinga
kanannyadisertai dengan keluar cairan putih jernih yang terus menerus namun tidak berbau. Sejak saat itu,
keluhan sakit telinga kanan dan keluar cairan dari telinga sering terjadi dengan rentang waktu yang tidak
begitu lama tiap keluhan timbul.
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Normal
Klien awalnya tidak menanggapi penyakitnya. Padahal sewaktu SD klien pernah mengalami gejala yang
sama. Klien baru datang ke rumah sakit setelah nyeri di telinganya bertambah. Klien tidak memiliki
riwayat merokok dan konsumsi alkohol.
b. Pola Nutrisi-Metabolik
Klien mengeluh susah makan karena nyeri yang dirasakannya. Porsi makanan yang diberikan rumah
sakit, dihabiskan klien 1-2 sendok makan. Klien alergi terhadap ikan laut. Klien seharinya minum 3-4
gelas.
c. Pola Eliminasi
Sejak masuk rumah sakit, klien melakukan BAB dan BAK masih di WC tapi dipapah oleh keluarga.
Klien mengaku lemah dan pusing.
Dalam hal ini aktivitas pasien terganggu karna rasa nyeri hebat yang terjadi pada telinga kanan dan
disertai demam tinggi kadang diikuti dengan pusing serta padangan yang berputar-putar. Ini
menyebabkan klien tergantung pada bantuan keluarga dan perawat.
Pasien terganggu istirahat dan tidurnya karena rasa nyeri pada telinga dan sering berdenging-
denging. Pada malam hari klien sering terbangun.
f. Pola kognitif-persepsi
Klien mengalami gangguan pada sistem pendengarannya. Klien sering merasa berdenging pada
telinganya dan pusing. Sistem indra klien yang lain tidak mengalami gangguan. Klien mengeluh nyeri di
telinganya dan menganggu aktifitas klien.
Hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat atau interaksi sosial klien tidak mengalami gangguan.
Keluarga bergantian untuk menjaga klien di rumah sakit.
Pasien mengalami harga diri rendah karena penyakit yang dideritanya dan dalam hal ini perlunya
dukungan dari keluarga terdekat. Klien mengaku malu dan taku mengalami ketergantungan pada
keluarganya.
i. Pola seksual-reproduksi
Klien adalah ibu rumah tangga yang masih produktif dan memiliki 3 orang anak. Kasih sayang dari
keluarga tidak berkurang.
Penderita mengalami gangguan pada saat beribadah, diharapkan hubungan klien dan sang penciptanya
harus lebih dekat dan terjadinya peningkatan ibadah pada klien.
Diagnosa Keperawatan NANDA, NOC, NIC
Pembentukan kognisi
Aktivitas:
Bantu pasien untuk menerima
kenyataan bahwa statemen diri
berada di tengah-tengah
timbulnya emosi
Tunjukkan bentuk-bentuk
kelainan fungsi berpikir (misal,
pikiran yang bertentangan,
terlalu banyak menggeneralisasi,
penguatan, dan personalisasi)
- Tingkatkan istirahat
Invasi bakteri
Nyeri Kronik
Efiaty Arsyad, S, Nurbaiti Iskandar. 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung
B. Etiologi
Otitis media kronis terjadi akibat adanya lubang pada gendang telinga (perforasi)
(Mediastore, 2009). Perforasi gendang telinga bisa disebabkan oleh: otitis media akut
penyumbatan tuba eustacius cedera akibat masuknya suatu benda ke dalam telinga atau akibat
perubahan tekanan udara yang terjadi secara tiba-tiba luka bakar karena panas atau zat kimia.
Bisa juga disebabkan, antara lain:
1. Stapilococcus
2. Diplococcus pneumonie
3. Hemopilus influens
4. Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus
5. Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.
6. Kuman anaerob : alergi, diabetes mellitus, TBC paru.
C. Klasifikasi
1. Otitis Media Kronik (OMK) tipe benigna
2. Otitis Media Kronik (OMK) dengan kolesteatoma
D. Manifestasi Klinis
Gejala berdasar tipe Otitis Media Kronik:
1. Otitis Media Kronik (OMK) tipe benigna
Gejala berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk, ketika pertama kali
ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotik lokal
biasanya cepat hilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu di dapat pada pasien dengan derajat ketulian tergantung
beratnya kerusakan tulang-tulang pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada
awal penyakit. Perforasi membran timpani terbatas pada mukosa sehingga membran mukosa
menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi membran mukosa dapat tipis dan pucat
atau merah dan tebal, kadang suatu polip di dapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah
pada meatus menghalangi pandangan membran timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut
diangkat. Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang
mukoid dan setelah satu atau dua kali pengobatan lokal bau busuk akan berkurang. Cairan mukus
yang tidak terlalu bau, datang dari perforasi besar tipe sentral dengan membran mukosa yang
berbentuk garis pada rongga timpani merupakan diagnosa khas pada OMKS tipe benigna.
E. Patofisiologi
Ada celah/ liang tengah yang pneumatisasinya terhalang. Diduga tuba eustachius tidak
berhasil membuka secukupnya sehingga tekanan udara diruang kedua sisi gendang telinga
tengah lebih rendah dari pada udara telinga luar. Otitis media yang berulang akan
menghancurkan pars tensa dan tulang pendengaran, luasnya kerusakan tergantung dari berat dan
seringnya penyakit kambuh. Prosessus longus inkus menderita paling dini karena aliran darah
kedaerah ini berkurang. Infeksi sekunder oleh bakteria dari liang telinga luar menyebabkan
keluarnya cairan yang menetap.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Otoskop, dilakukan untuk menegakkan diagnosis berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
telinga dengan.
2. Pembiakan terhadap cairan yang keluar dari telinga, berfungsi untuk mengetahui organisme
penyebabkan otitis media kronik (OMK)
3. Rongen mastoid atau CT scan kepala untuk mengetahui adanya penyebaran infeksi ke struktur
disekeliling telinga.
4. Tes Audiometri dilakukan untuk mengetahui adanya penurunan pendengaran
5. X-ray dikukan terhadap kalestatoma dan kekaburan mastoid.
G. Penatalaksanaan
1. OMK Benigna
a. OMSK Benigna Tenang
Pemberian healt education dengan tidak mengorek telinga, tidak memasukkan air ke dalam
telinga saat mandi, tidak berenang saat fase-fase pengobatan. Tindakan selanjutnya lakukan
operasi rekonstruksi (miringioplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang dan
gangguan pendengaran).
H. Komplikasi
Menurut Shangbough (2003) komplikasi OMK terbagi atas:
a. Komplikasi Intratemporal
Perforasi membran timpani
Mastoiditis akut
Parese nervus fasialis
Labrinitis
Petrositis
b. Komplikasi Ekstratemporal
Abses subperiosteal
c. Komplikasi Intrakranial
Abses otak
Tromboflebitis
Hidrocepalus otikus
Empiema subdural/ ekstradural
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Identitas Pasien
2) Riwayat adanya kelainan nyeri
3) Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
4) Riwayat alergi.
5) OMA berkurang.
b. Pengkajian Fisik
1) Nyeri telinga
2) Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
3) Suhu Meningkat
4) Malaise
5) Nausea Vomiting
6) Vertigo
7) Ortore
8) Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium.
c. Pengkajian Psikososial
1) Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
2) Aktifitas terbatas
3) Takut menghadapi tindakan pembedahan.
d. Pemeriksaan Laboratorium.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Audiometri : AC menurun
2) X ray : terhadap kondisi patologi
3) Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid.
f. Pemeriksaan pendengaran
1) Tes suara bisikan
2) Tes garputala
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan persepsi/sensoris berhubungan dengan gangguan lewatnya gelombang suara.
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil :
Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
INTERVENSI RASIONAL
1. Ajarkan klien untuk menggunakan dan 1. Keefektifan alat pendengaran
merawat alat pendengaran secara tepat. tergantung pada tipe
gangguan/ketulian, pemakaian
2. Instruksikan klien untuk menggunakan serta perawatannya yang tepat.
teknik-teknik yang aman sehingga dapat 2. Apabila penyebab pokok ketulian
mencegah terjadinya ketulian lebih jauh. tidak progresif, maka pendengaran
yang tersisa sensitif terhadap
trauma dan infeksi sehingga harus
3. Observasi tanda-tanda awal kehilangan dilindungi.
pendengaran yang lanjut. 3. Diagnosa dini terhadap
keadaan telinga atau terhadap
masalah-masalah pendengaran
4. Instruksikan klien untuk menghabiskan rusak secara permanen.
seluruh dosis antibiotik yang diresepkan 4. Penghentian terapi antibiotika
(baik itu antibiotik sistemik maupun lokal). sebelum waktunya dapat
menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi
akan berlanjut.
b. Cemas berhubungan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya
fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
T Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
T Respon klien tampak tersenyum.
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan mengenai kemungkinan1. Menunjukkan kepada klien bahwa
kemajuan dari fungsi pendengarannya untuk dia dapat berkomunikasi dengan
mempertahankan harapan klien dalam efektif tanpa menggunakan alat
berkomunikasi. khusus, sehingga dapat mengurangi
rasa cemasnya.
2. Berikan informasi mengenai klien yang juga
2. Harapan-harapan yang tidak
pernah mengalami gangguan seperti yang realistik tiak dapat mengurangi
dialami klien danmenjalani operasi kecemasan, justru malah
3. Berikan informasi mengenai sumber-sumber menimbulkan ketidak percayaan
dan alat-lat yang tersedia yang dapat klien terhadap perawat.
membantu klien (persiapan preoperasi, 3. Memungkinkan klien untuk
intraoperasi dan post opersi) memilih metode komunikasi yang
paling tepat untuk kehidupannya
sehari-hari disesuaikan dnegan
4. Berikan support sistem (perawat, keluarga tingkat keterampilannya sehingga
atau teman dekat dan pendekatan spiritual) dapat mengurangi rasa cemas dan
frustasinya.
5. Reinforcement terhadap potensi dan sumber
4. Dukungan dari bebarapa orang
yang dimiliki berhubungan dengan tindakan yang memiliki pengalaman yang
operasinya. sama akan sangat membantu klien.
5. Agar klien menyadari sumber-
sumber apa saja yang ada
disekitarnya yang dapat
mendukung dia untuk
berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Latief, Abdul. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
Marlyn E. Dongoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000). Rencana asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Reeves. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Wilkinson. 2007. Buku Ajar Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC.
Jakarta: EGC