Professional Documents
Culture Documents
Kolom Distilasi
Abdul Wahid Surhim
2015
Rujukan
Towler and Synnott. 2008. Chemical Engineering Design. Chapter
11 SEPARATION COLUMNS (DISTILLATION, ABSORPTION, AND
EXTRACTION)
Champbell. 1992. Gas Conditioning and Processing. Volume 2.
Chapter 17 Fractionation and Absorption Fundamentals.\.
Kister. 1992. Distillation Design. McGraw-Hill, Inc.
Lydersen et al. Bioprocess Engineering: Systems, Equipment and
Facilities. Chapter 14. Sub Chapter 14.4.12 Distillation
Kerangka Pembelajaran
Jenis-jenis Distilasi
Pemilihan Jenis Kolom Distilasi
Basis Perancangan
Efisiensi Talam
Perancangan Mekanik Kolom Distilasi
Alternatif Distilasi Komponen Jamak
Jenis Distilasi
1. Distilasi SEDERHANA: TUMPAK (Batch
Distillation)
2. Distilasi FRAKSIONASI (minyak bumi)
3. Distilasi KUKUS (Steam Distillation)
4. Distilasi REAKTIF (Reactive Distillation)
Distilasi Sederhana
KELEBIHANNYA
1. Kolom tunggal (single column)
Campuran tunggal (biner atau
komponen jamak) menjadi
beberapa produk (single
separation duty)
Campuran jamak (biner atau
komponen jamak) menjadi
sejumlah produk (multiple
separation duty)
2. Satu tahapan operasi (one
sequence of operation)
3. Waktu pengoperasiannya lebih
cepat
DISTILASI TUMPAK (BATCH DISTILLATION)
dividing-wall distillation internal heat-integrated distillation column cyclic operation of distillation column
Jenis-jenis Kolom Distilasi Fraksionator
1. Distilasi atmosferik
2. Distilasi vakum
3. Distilasi hidrokarbon ringan
Posisi 3 Distilasi Minyak Bumi
Produk Distilasi
Distilat HK
Ringan
Crude Oil
Distilasi
Atmosferik
Produk Distilasi
Bottom Vakum
Posisi 3 Distilasi
Contoh Ketiga Jenis Distilasi
Haryoso, Untung. 1995. Tugas Akhir: Perancangan Proses dan
Mekanik Kolom Distilasi Atmosferik Jenis Pumpback Refluks
Menggunakan Crude Assay Arab Saudi. Jurusan Teknik Gas dan
Petrokimia, FTUI
Susanto, Bambang Heru. 1996. Tugas Akhir: Perancangan Proses
dan Mekanik Awal Kolom Distilasi Vakum Residu Atmosfir Minyak
Bumi Jenis Fuels-Pitch. Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, FTUI
Abdurrafiq, Mohamad. 1997. Skripsi: Studi Awal Perancangan
Kolom Depropanizer Menggunakan Talam dan Bahan Isian
(Sebuah Perbandingan). Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia, FTUI
Jenis-jenis Distilasi HK Ringan
DISTILASI ATMOSFERIK
LANGKAH PERTAMA pemisahan minyak bumi menjadi berbagai
macam fraksi
Fraksi-fraksi ini dapat berupa produk langsung atau mungkin
sebagai umpan unit pengolahan atau proses lainnya
Pada distilasi atmosferik
Minyak bumi dipanaskan sampai suhu maksimum yang diijinkan
pada tekanan atmosfir
Hasilnya BUKAN komponen murni, tetapi pada rentang titik didih
tertentu
Tidak dapat memisahkan campuran minyak yang titik didihnya
tinggi sekali atau gas-gas ringan yang mudah menguap
3 Jenis Distilasi Atmosferik
1. Jenis U (Unreflux)
2. Jenis A (pump Around
reflux)
3. Jenis R (pump back
Reflux)
Jenis U (Unreflux)
Pengambilan kalor hanya pada kondensor puncak dengan
suhu yang rendah
Ini menyebabkan
lalu lintas uap dan cairan yang melintasi kolom membesar
secara tajam dari bawah ke puncak kolom
Ukuran kolom berdasarkan aliran bahan pada piring
puncak menjadi besar
Diameter kolom jenis ini paling besar dibanding jenis A dan
R
Jenis A (pump Around reflux)
Penarikan aliran di antara dua aliran produk
Aliran tersebut didinginkan dan
dimasukkan kembali kedalam kolom
Diameter Efisiensi
Jumlah Tray
Kolom Tray
Diameter Panjang
Tray Weir
Kasus 1: CRUDE ASSAY ARAB SAUDI (ALC:
Arabian Light Crude)
Jenis minyak bumi : 33.5 oAPI ALC
Laju alir umpan : 100,000 BPSD
Suhu maks keluar reboiler : 650 oF
Suhu operasi refluks : 120 oF, minimum
Spesifikasi produk :
Penentuan produk didasarkan pada penentuan crude
break-up yang dilakukan oleh disainer kolom distilasi
(lihat Tabel di tayangan berikutnya)
Overflash : 2 volume % umpan
minyak bumi
Spesifikasi Produk
Produk EP Spes. Gap ASTM
ASTM oF (5-95) oF
Overhead 307 20 30
Nafta berat 381 25 50
Distilat ringan 541 0 10
Distilat berat 603
Kondisi Operasi Kolom
Tekanan : atmosferik
Jumlah piring : 31
Umpan masuk : piring 4
Dasar Disain Mekanik
Kolom puncak
Umpan, pengambilan produk samping, atau titik tempat ada
penambahan atau penarikan panas
Dasar kolom
Titik-titik pada kolom ketika laju uap atau cairan mencapai puncak
Hasil Neraca Massa dan Energi
1. Laju alir cairan : tinggi
2. Tekanan : tinggi (750 kPa)
3. Jatuh tekanan : sedang (0.175 psia per
piring)
4. Turndown ratio : diharapkan tinggi
5. Foaming : sedang
6. Korosifitas : tinggi (sulfur)
Hasil Neraca Massa dan Energi
7. Endapan padat : kemungkinan terjadi
endapan padat besar
(minyak mentah)
8. Produk samping : 3 buah aliran
9. Viskositas : sedang
10.Polimerisasi : tidak ada
11.Fouling : tinggi (minyak mentah)
Pemilihan Jenis Kolom sesuai Kondisi
Operasi
NO Kondisi DIsain Kolom Talam Kolom Isian
1 Kapasitas 3 1
2 Tekanan 3 1
3 Turndown 3 1
4 Foaming 2 2
5 Pressure drop 2 1
6 Endapan padat 2 1
7 Produk samping 3 0
8 Korosifitas 2 3
9 Terjadinya fouling 1 3
21 14
Pemilihan Jenis Talam
NO Kondisi DIsain Sieve Valve Bubble-cap
1 Kapasitas 2 3 1
2 Jatuh Tekanan 3 3 2
3 Rasio Turndown 1 2 3
4 Efisiensi 3 3 2
5 Fouling Tendency 3 2 1
6 Harga 3 2 1
7 Perawatan 3 2 1
8 Korosifitas 3 2 1
9 Informasi 3 2 3
24 21 15
Spesifikasi Produk
Penentuan Kondisi Operasi
Neraca Massa dan Energi
Perhitungan Jumlah Tray
BASIS PERANCANGAN
JENIS-JENIS SPESIFIKASI
Tekanan uap kadang digunakan sebagai spesifikasi di
komposisi
Fraksi produk dapat dibuat menggunakan prosedur di Bab
17 buku Campbell Vol. 2
Dalam beberapa kasus, khususnya menara yang sudah
ada, satu spesifikasinya dapat berupa laju refluks, reboiler
duty atau condenser duty
Kasus 1
Recovery yang dispesifikasi
Sebuah depropanizer memiliki spesifikasi umpan seperti pada Tabel 1.
Diinginkan untuk mengambil kembali 81% propana di distilat dan 99.4%
isobutana di bottom
Tentukan laju alir dan komposisi di D dan B
100.00
Solusi Kasus 1
Normalisasi komposisi di D dan B
Mol Distilat Bottom
Komponen
Umpan Mol % Mol Mol % Mol
C2 0.2 0.2 2.6 0.0 0.0
C3 8.9 7.2 92.3 1.7 1.8
iC4 63.3 0.4 5.1 62.9 68.3
nC4 27.6 0.0 0.0 27.6 29.9
100.0 7.8 100.0 92.2 100.0
Kasus 2
Komposisi yang dispesifikasi
Poperasi=Pf=Ptop
Tf=?
P=Pop
T=?
Bubble point Calculation
Contoh Penentuan Kondisi Operasi
Tentukan tekanan operasi depropanizer untuk
Kasus 1 menggunakan total kondenser yang
beroperasi pada 54oC.
Tentukan suhu bagian atas kolom dan suhu di
bottom
K-values
for
Hydrocarbons
y K x
i i i 1.0
Koreksi:
Harga K seperti pada Tabel di atas terjadi pada tekanan 2100 kPa
Tekanan Kolom
Untuk total condenser, tekanan akumulator ditentukan dengan
melakukan perhitungan titik didih (bubble-point calculation); dew-
point calculation untuk partial condenser
Asumsikan: P = 100 kPa antara akumulator dan kolom, tekanan
kolom (tekanan keluar kondenser + P) menjadi 1928 kPa
Dew point Calculation
pada Atas Kolom
Koreksi:
Karena tekanan pada akumulator 2100 kPa dan DP = 100 kPa,
maka tekanan pada kolom 2200 kPa dan hasilnya
Suhu Kolom
Uap dari talam atas memiliki komposisi yang sama seperti produk D
saat total condenser digunakan
Saat partial condenser digunakan, kondenser akan beroperasi
dew-point dari distilat
Pada kasus manapun, pemisahan uap-cairan dalam kolom berada
pada dew-point dari distilat
Suhunya adalah 61oC dengan dew-point calculation
Bubble-point Calculation
pada Bottom
Koreksi:
Tekanan operas 2200 kPa, maka suhu bottomnya adalah 108 oC
Suhu Umpan
Dari sudut pandang fraksionasi, operasi kolom yang optimum
diperoleh saat suhu umpan masuk ke kolom berada pada titik
didihnya
Asumsikan bahwa umpan ke kolom berada pada titik didihnya untuk
depropanizer, suhunya turun ke 100 oC
Bubble-point Calculation
pada Umpan
Koreksi:
Tekanan operas 2200 kPa, maka suhu umpannya adalah 100 oC
Suhu di Bottom
Suhu bagian bawah kolom (suhu reboiler) didapatkan dengan
bubble-point calculation pada produk bawah
Untuk depropanizer, suhu bawah adalah 105 oC seperti ditunjukkan
oleh bubble-point calculation
PENENTUAN KONDISI OPERASI
Ptop=1928 kPa P = 100 kPa
Ttop= 61 oC
P= 1828 kPa
Dew point T = 54oC
Calculation Bubble-point
Calculation
P= 1928 kPa
T= 105 oC
Bubble point Calculation
Contoh
Tentukan suhu operasi dari sebuah pemisah butana-pentana
dioperasikan pada 8.3 bar dengan komposisi umpan sebagai
berikut:
K-value
Komposisi di D dan B
Untuk memperkirakan titik embun dan titik didih, asumsinya tidak ada komponen yang lebih
berat dari pada HK yang muncul di distilat dan tidak ada yang lebih ringan dari LH di bottom.
For a specication of not more than 1 mol of the light key in the bottom product and not more
than 1 mol of the heavy key in the top product, and a reux ratio of 2.5,
Perhitungan Titik-Didih
Perhitungan Titik-Embun
Perhitungan Titik-Didih Umpan
PENENTUAN KONDISI OPERASI
Ptop=8.3 bar P = 0.14 bar
Ttop= 60 oC
P= 8.44 bar
Dew point
Calculation Bubble-point
Calculation
P= 8.3 bar
T= 120 oC
Bubble point Calculation
Membuat MODEL UNISIM
Masukkan Pilih FLUID Pilih SHORT CUT Kondisi Operasi
KOMPONEN PACKAGES DISTILLATION FEED
Set Pilih
HASIL: Jumlah
Buat Aliran F, D, PARAMETER: DISTILLATION
Tray dan Suhu
B, Qc dan Qr LK, HK, Tekanan COLUMN (di Hlm
Qc, Qr
Qc dan Qr, R yang SAMA)
Solution
There is no point in operating this column at other than atmospheric pressure.
The equilibrium data available for the acetone-water system were discussed
in Chapter 8, Section 8.4.
The equilibrium curve can be drawn with sufficient accuracy to determine the
stages above the feed by plotting the concentrations at increments of 0.1. The
diagram would normally be plotted at about twice the size of Figure 11.7.
Persamaan Robinson-Gilliland: Stripping
Persamaan Robinson-Gilliland: Rectifying
Example 11.3
For the problem specified in Example 11.2,
estimate the number of ideal stages
required below an acetone concentration of
0.04 (more volatile component) using the
Robinson-Gilliland equation.
Persamaan Smoker
Persamaan Smoker
Contoh
A column is to be designed to separate a mixture
of ethyl-benzene and styrene. The feed will
contain 0.5 mole fraction styrene, and a styrene
purity of 99.5% is required, with a recovery of
85%. Estimate the number of equilibrium stages
required at a reflux ratio of 8. Maximum column
bottom pressure 0.20 bar.
Azeotrop
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen
yang memiliki titik didih yang konstan.
Azeotrop dapat menjadi gangguan yang menyebabkan hasil
distilasi menjadi tidak maksimal.
Komposisi dari azeotrope tetap konstan dalam pemberian
atau penambahan tekanan
Akan tetapi ketika tekanan total berubah, kedua titik didih
dan komposisi dari azeotrop berubah
Azeotrop
Sebagai akibatnya,
azeotrop bukanlah komponen tetap, yang komposisinya harus
selalu konstan dalam interval suhu dan tekanan,
tetapi lebih ke campuran yang dihasilkan dari saling memengaruhi
dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan
Azeotrop dapat didistilasi dengan menggunakan tambahan
pelarut tertentu, misalnya
penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air
Azeotrop
Air dan pelarut akan ditangkap oleh penangkap
Dean-Stark
Air akan tetap tinggal di dasar penangkap dan pelarut
akan kembali ke campuran dan memisahkan air lagi
Campuran azeotrop merupakan penyimpangan
dari hukum Raoult
Jenis-jenis Azeotrop
Jenis-jenis Azeotrop
KOMPONEN JAMAK
Tentu lebih kompleks dari pada komponen biner
Untuk menyederhanakan ditentukan KOMPONEN KUNCI (key component):
Komponen ringan (light component, LK)
Komponen terringan di produk bawah (bottom product)
Komponen berat (heavy component, HK)
Komponen terberat di produk atas (top product)
Komponen NONKEY dibagi dua:
Komponen yang terdapat di produk atas dan bawah disebut DISTRIBUTED components
Komponen yang TIDAK terdapat di produk atas dan bawah disebut NONDISTRIBUTED
components
Solusi normal: menyelesaikan persamaan MESH (Material balance, Equilibrium relationships,
Summations of mole fractions, and Heat balance) tahap demi tahap (stage-by-stage)
SHORTCUT method
RIGOROUS method
Metode Shortcut
Metode shortcut dibagi dua:
1. Simplifikasi prosedur rigorous stage-by-stage dengan perhitungan
tangan atau grafis:
SMITH AND BRINKLEY (1960)
HENGSTEBECK (1976)
2. Empirik, didasarkan pada kinerja kolom operasi atau hasil dari
rigorous design
Korelasi GILLILAND
Korelasi ERBAR-MADDOX
Rigorous Method
1. BP (boiling-point) methods
2. SR (sum-rates) methods
3. 2N Newton methods
4. Global newton or SC (simultaneous correction) methods
5. Inside-out methods
6. Relaxation methods
7. Homotopy-continuation methods
8. Nonequilibrium models
EFISIENSI TALAM
EFISIENSI TALAM
Asumsi pada setiap talam adalah bahwa
keadaan uap-cair adalah SETIMBANG
(equilibrium)
Kenyataannya tidak demikian lebih kecil
berapa efisiensinya?
1. Murphree plate efficiency (MPE)
Plate spacing
Column diameter