Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Sarjana Psikologi
Oleh :
ADISTI AMELIA
051301020
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
Maret 2009
KATA PENGANTAR
Wataala yang telah memberikan begitu banyak rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian
akhir, guna memperoleh gelar sarjana jenjang strata (S-1) di Fakultas Psikologi
Remaja Laki-laki. Tak lupa shalawat beriring salam saya haturkan kepada
Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang Insya Allah menjadi suri teladan
tercinta, Zumar Fitri; dan Ayahanda tersayang Sri Sujarwo atas segala cinta, kasih
sayang, doa serta dukungannya baik moril maupun materil yang selalu menyertai
langkah penulis walaupun berada jauh di kota yang terpisah. Semoga Allah SWT
Tak lupa pula kepada adik-adikku, Dimas Pangestu dan Widya Pangestika yang
Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya dan menjadi keluarga yang
harmonis dan saling mendukung satu sama lain. Pada kesempatan ini penulis juga
1. Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A.(K), selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Eka Ervika, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terimakasih telah
saran dan kritikan serta energi baru sehingga sangat membantu penulis dalam
memahami dan menemukan esensi dari sebuah penelitian dan pada akhirnya
3. Ibu Elvi Andriani Yusuf, M.Si, selaku dosen Pembimbing Akademik. Terima
kasih atas perhatian, bimbingan, masukan dan nasehat ibu dari awal saya
4. Seluruh staf pengajar dan staf pegawai Fakultas Psikologi USU atas segala
ilmu dan bantuan yang diberikan selama perkuliahan: Pak Iskandar, Pak
Aswan, Pak Wanto, Kak Ari, Kak Devi, Bang Ali, Bu Ila dan Bu Ida yang
5. Bunda Nana (guru dan bunda terbaik) yang telah bersedia mendengarkan
keluh kesah ku, walaupun jauh tapi tetap memberikan doanya, makasih bunda.
6. Para senior Psikologi, terutama KKiki, KKaka (maaf ya kak atas telponnya
kesah penulis serta berbagi ilmu dan memberikan masukan bagi penyelesaian
skripsi ini.
7. Sahabat-sahabatku, Roro, Kinan, Sevi, Mita, Acid, Enoq, Eca, Mirna, Vicky,
marahnya dan semuanya, kalian yang terbaik. Mbak, Rayi, Acido, Noka,
8. Teman seperjuangan angkatan 2005, terutama dini dan tika, ayo semangat!!!
9. Hery, Rama, Nanda, Niko, Dema, Ayu, Mas Sunarto, Heri, terimakasih
banyak atas kritik, dukungan, waktunya untuk menjadi tempat curahanku (dari
mulai aku good mood sampai bad mood). Boy, Ais dan Ari, terimakasih atas
dukungannya.
10. Anak kos 10 M, Kak Andre, Kak Ana, Ririn dan Sari terima kasih atas
Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun dari semua
Penulis
Adisti Amelia
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... i
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 15
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 15
A. Perilaku Merokok.............................................................................. 18
B. Remaja.................................................................................................29
A. Pendekatan Kualitatif...........................................................................38
1. Wawancara .....................................................................................42
1. Pedoman Wawancara......................................................................44
E. Kredibilitas Penelitian......................................................................... 45
F. Prosedur Penelitian..............................................................................46
A. Deskripsi Data........................................................................................ 51
3. Subjek III.........................................................................................51
B. Analisa Data
C. Interpretasi Data....................................................................................104
1. Subjek I..........................................................................................104
2. Subjek II........................................................................................108
3. Subjek III.......................................................................................114
A. Kesimpulan..........................................................................................123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
nasional, bahkan internasional. Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-
mana dalam kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum
lainnya atau bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996). Jumlah
di dunia, yaitu sebesar 1, 634 triliun batang. Mengikuti China sebanyak 451 miliar
batang, Amerika Serikat sebanyak 328 miliar batang, Jepang sebanyak 286 miliar
baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Ada beberapa riset yang
mendukung pernyataan tersebut jika dilihat dari sisi individu yang bersangkutan.
(Karbonmonosikda) dan tar dapat menimbulkan berbagai penyakit jika dilihat dari
sisi kesehatan. Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan syaraf pusat dan
detak jantung bertambah cepat (Kendal & Hammen dalam Komasari & Helmi,
2000), menstimuli penyakit kanker dan juga berbagai penyakit lain seperti
bronkitis kronis (dalam Komasari & Helmi, 2000). Bagi Ibu hamil, rokok dapat
Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi orang yang berada
daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya sangat
rendah (Sarafino, 1994). Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari
fenomenal. Artinya, meskipun sudah diketahui akibat negatif dari merokok tetapi
2005, tapi hingga saat ini masih banyak kita melihat orang merokok dimana saja
dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan mengeluarkan fatwa yang
menyebutkan bahwa Merokok itu Haram pada tanggal 12 Agustus 2008. Fatwa
ini dikeluarkan dengan alasan merokok itu hukumnya makruh dan mendekati
pada anak-anak, dan lain-lain (MUI akhirnya mengeluarkan fatwa merokok itu
haram, 2008). Banyak terjadi pro dan kontra terhadap fatwa yang dikeluarkan
ini. Orang yang pro terhadap fatwa ini berpendapat bahwa fatwa ini tidak perlu
dikeluarkan, karena merokok itu tidak merugikan orang lain. Hal ini diungkapkan
oleh Hendra (dalam MUI akhirnya mengeluarkan fatwa merokok itu haram,
2008):
beranggapan bahwa rokok itu tidak ada gunanya jika dilihat dari segala sisi. Hal
ini diungkapkan oleh Heru (dalam MUI akhirnya mengeluarkan fatwa merokok
Saya sangat setuju, karena merokok perbuatan mubazir, dan mubazir itu
adalah kawannya setan. Oleh karenanya sangat setuju apabila MUI
mengeluarkan fatwa rokok hukumnya haram. Ditinjau dari segi manapun
tidak ada manfaatnya.
Fatwa yang dikeluarkan oleh MUI ini merupakan salah satu cara yang
dijalankan agar orang dapat berhenti mengkonsumsi rokok, tapi pada kenyataan
dengan adanya rokok pertama. Smet (1994) mengatakan, bahwa mulai merokok
terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain)
menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino, 1994).
Merokok bukan hanya identik dengan pria dewasa, tapi juga pada remaja laki-laki.
Smet (dalam Komasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa usia pertama kali
individu pada usia tersebut merokok sebelum usia 18 tahun. Perilaku merokok
pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan
WHO pada 2006 mengungkap bahwa 37,3% anak-anak usia 13 hingga 15 tahun di
Indonesia pernah merokok. Penelitian lanjutan dilakukan GYTS pada tahun 2007
yang manghasilkan bahwa jumlah perokok anak usia 13-18 tahun di Indonesia
menduduki peringkat pertama di Asia. Bahkan tiga dari sepuluh pelajar SMP di
2008). Menurut hasil survei yang dilaksanakan oleh GYTS di Jakarta, Bekasi dan
pernah merokok dan sebanyak 16,6 % saat ini masih merokok. Terdapat 33 %
murid sekolah usia SMP di Bekasi pernah merokok dan sebanyak 17,1 % saat ini
usia SMP pernah merokok dan sebanyak 20,9 % saat ini masih merokok (Survei
laki paling tinggi pada umur 15-19 tahun. Remaja laki-laki pada umumnya
dari 1961 responden pelajar pria SMA/SMK sudah mulai merokok atau bahkan
terbiasa merokok, umumnya siswa kelas satu menghisap satu sampai empat
batang perhari, sementara siswa kelas tiga mengkonsumsi rokok lebih dari
adalah masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Terdapat berbagai
pendapat tentang pembatasan usia remaja, rata-rata dimulai dari usia 12 tahun
sampai akhir usia belasan. Periode remaja merupakan periode yang penting karena
pada masa ini terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang pesat (Atkinson
dkk, 1993). Hurlock (1999) membagi perubahan fisik pada remaja menjadi 2
Perubahan eksternal meliputi perubahan tinggi, berat, proporsi tubuh, organ seks
dan ciri-ciri seks sekunder. Perubahan internal juga terjadi, misalnya terjadi
sistem endokrin dan jaringan tubuh. Remaja juga akan mengalami perubahan
emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan
kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja oleh orang tua dan lingkungan
sekolah.
mencari jati dirinya. Masa remaja sering dilukiskan sebagai masa storm dan stress
karena ketidaksesuaian antara perkembangan fisik yang sudah matang dan belum
kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja sering bertingkah laku yang
membuat mereka merasa seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum minuman
remaja yang pemah menggunakan narkoba 5,8 % dari total responden 8.058
2001). Hal-hal seperti ini membuat remaja sering dibicarakan dan menjadi
sorotan. Secara psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan
perempuan. Hal ini dapat dikaitkan dengan stres yang dialami oleh remaja.
Sebuah studi menemukan bahwa bagi kalangan remaja, jumlah rokok yang
mereka konsumsi berkaitan dengan stres yang mereka alami. Semakin besar stres
yang mereka alami, semakin banyak rokok yang mereka konsumsi. Compas
mengalami konflik dengan orangtua dan guru. Mereka sering menentang aturan-
aturan yang ada, baik itu peraturan yang ada di sekolah maupun di rumah. Remaja
perempuan pada umumnya sama, hanya saja remaja perempuan sering merasa
cenderung lebih berperilaku agresif. Remaja laki-laki yang mengalami stres akan
dalam hal perilaku menyimpang seperti merokok, minum minuman keras dan juga
bolos dari sekolah (Nge-geng, 2008). Hal ini sejalan dengan pernyataan Toni
Waktu SMP, akibat pengaruh teman-teman, gue sering cabut, merokok, dan
minum-minuman keras. Gue nggak mau aja dibilang aneh ma temen gue
kalo gue nolak.
hidup sesuai harapan teman sebayanya seperti cara berpakaian yang sama. Hal ini
Gara-gara satu geng, suka ikut ketularan. Kita kadang beli baju yang
modelnya sama. Kita juga sering hunting-hunting sepatu yang lucu-lucu dan
beli sama-sama.
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain
Faktor dalam diri remaja seperti perilaku memberontak dan suka mengambil
risiko turut mempengaruhi apakah remaja akan mulai merokok. Faktor lingkungan
seperti orangtua yang merokok dan teman sebaya yang merokok juga
Mutadin (2002) faktor penyebab perilaku merokok pada remaja adalah pengaruh
satu temuan tentang remaja merokok adalah bahwa remaja yang orangtuanya
merokok merupakan agen imitasi yang baik bagi remaja untuk merokok. Orangtua
yang merokok akan memberi pengaruh tehadap anak remajanya untuk merokok
lebih besar dari pada orangtua yang tidak merokok (Step parents influence
menyatakan bahwa remaja yang berasal dari keluarga perokok dimana kedua
orangtua dan saudara yang lebih tua merokok akan cenderung menjadi perokok 4
kali dibanding anak yang berasal dari keluarga bukan merokok. Suatu riset
Hal ini dapat dijelaskan dengan social learning theory. Bandura (dalam
Sigelman & Rider, 2003) menyatakan orang dapat belajar mengobservasi perilaku
orang lain dan mempraktekkan perilaku tersebut. Peran kognitif sangat penting
adalah perilaku yang dihasilkan dari mengobservasi perilaku orang lain (disebut
model) dengan belajar. Observational learning tidak akan terjadi jika proses
kognitif tidak bekerja. Kita harus memberikan perhatian yang penuh terhadap
perilaku model, secara aktif mengkoding apa yang kita observasi dan menyimpan
informasi ini didalam memori. Faktanya, banyak perilaku yang diingat dan
ditampilkan oleh anak hasil dari mengobservasi perilaku model seperti belajar
berbicara, makan sambil berbicara dan merokok (dalam Sigelman & Rider, 2003).
bukan hanya pengaruh orang tua saja. Hal ini sejalan dengan pendapat Abi (bukan
Bapak, mamak, dan abang Abi nggak merokok kak, Abi pertama kali
merokok karena ditawarin kawan kak. Yauda la Abi coba karena nggak enak
ma kawan kan, coba-coba-coba teros sampe sekarang Abi merokok kak.
(Komunikasi Personal, 16 Okteber 2008).
satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al
Bachri dalam Mutadin, 2000). Sebuah studi yang dilakukan oleh pusat Nasional
kemungkinan 9 kali lebih besar untuk menjadi perokok daripada anak yang
kenyamanan dengan bersama orang lain yang juga sedang melewati perubahan
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
18
yang sama (Papalia, 2008). Salah satu tugas perkembangan remaja menurut
Havighurst adalah mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman
konsep dirinya. Remaja dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya ketika
perilaku lebih besar daripada pengaruh orang tua. Misalnya bila anggota
akibatnya (Hurlock, 1980). Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep konformitas
yang terjadi pada remaja. Menurut Santrock (1998) konformitas terjadi ketika
remaja mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain karena adanya tekanan baik
secara langsung atau tidak. Remaja menyerah pada tekanan kelompok secara
langsung karena adanya permintaan secara langsung untuk mengikuti apa yang
telah dibuat oleh kelompok tersebut. Remaja mengikuti apa yang dibuat oleh
kedudukannya didalam kelompok dan juga agar sama seperti sikap dan perilaku
apabila norma tersebut jelas dinyatakan dan individu berada dibawah pengawasan
kelompok.
atau budaya teman sebayanya. Remaja yang berada didalam kelompok teman
sebaya cenderung untuk menyamakan kebiasaan dan budaya temannya. Hal ini
dapat dikaitkan dengan perilaku merokok, dimana remaja akan merokok jika
teman sebaya mereka juga merokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Nicher
merokok, karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit,
memiliki skor yang tinggi pada depresi, suka memberontak dan konformitas
sosial. Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Tschann (1994)
(dalam Murray, 2000) yang mengatakan bahwa remaja yang menunjukkan emosi
merupakan media promosi yang sangat ampuh dalam membentuk opini publik di
bidang rokok. Iklan-iklan rokok dapat dijumpai dimana saja, mulai dari billboard,
media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti, 1991
mengkonsumsi rokok. Remaja tidak dapat menghindar dari serbuan 14.249 iklan
rokok di media elektronik, diluar ruang dan media cetak (BPOM, 2006 dalam
Masih remaja kok sudah merokok?, 2008). Gencarnya iklan yang dilakukan
oleh industri rokok membuat Global Youth Tobacco Survey Indonesia melakukan
survei pada tahun 2006 yang menghasilakan bahwa sebanyak 92,9 % anak-anak
terekspos dengan iklan yang berada di papan reklame dan 82,8 % terekspos iklan
yang berada di majalah dan koran (Remaja sasaran empuk industri rokok,
2007).
menurut teori ini remaja sedang pada tahap krisis identitas, tahap mencari
identitas, termasuk meniru dan mengikuti perilaku merokok model yang menjadi
idolanya. Adanya serangan iklan dan menampilkan identitas yang dicari remaja,
maka remaja akan terpengaruh iklan dan merasa lebih hebat dengan merokok.
pengaruh iklan adalah faktor faktor penyebab perilaku merokok pada remaja.
Tidak semua remaja yang memiliki orangtua perokok, teman sebaya perokok dan
adanya iklan rokok menyebabkan remaja menjadi perokok. Ovine dan Cynthia
meneruskan merokok atau berusaha keras untuk tidak merokok karena mereka
memiliki sikap yang teguh pada akibat-akibat yang ditimbulkan dari nikotin. Hal
Bayu nggak mau merokok kak, karena merokok kan bisa bikin penyakit aja,
paru-paru rusak, banyak lah sakit nya. Ayah aja udah sakit pun, sering batuk-
batuk, pasti karena rokoknya. Tapi Ayah tetap aja merokok. Rokok emang
nggak ada gunanya kak. (Komunikasi Personal, 19 Oktober, 2008)
smoking). Tahap yang pertama adalah tahap persiapan, dimana pada tahap ini
seseorang belum mencoba rokok. Tahap ini meliputi perkembangan sikap dan
orang tua atau dari media masa, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan
untuk merokok. Tahap ini juga disebut tahap perintisan merokok yaitu tahap
Reaksi negatif terhadap rokok seperti rasa rokok yang tajam dan panas merupakan
Kebanyakan dari remaja mengacuhkan rasa ini dan meneruskan perilaku merokok
mereka (Leventhal & Everhart, 1979). Hal ini sejalan dengan pernyataan Abi
Pertama kali Abi coba rokok, Abi batuk-batuk kak. Nggak enak kali lah
rasanya, panas ditenggorokan, pokoknya nggak enak lah. Tapi tu pertama-
tama aja kak, terus dicoba lagi terus-terusan udah nggak gitu lagi. Apalagi
sekarang udah enak kali merokok itu.. (Komunikasi Personal, 16 Okteber
2008).
apabila orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari.
Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis dan mekanisme
B. PERUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
merokok. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi
2. Manfaat praktis
Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab III.
Bab I Pendahuluan
teman sebaya.
Pengambilan Data.
relevan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PERILAKU MEROKOK
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang
dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada
zaman Tiongkok kuno dan Romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan
jalan dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991). Danusantoso (1991)
mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat
bahwa perilaku merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam
pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah
dengan pernyataan diatas, Lewin (Komasari & Helmi, 2000) menyatakan bahwa
memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orang
pengaruh orang tua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, 1999).
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan nilai-nilai sosial
dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat
paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan
c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu
rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai
tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok dibandingkan dengan
d. Pengaruh Iklan
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut.
penyebab perilaku merokok adalah pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya,
adalah batuk-batuk, lidah terasa getir, dan perut terasa mual, tetapi sebagian dari
dirasakan sebagai kenikmatan sehingga dapat dipahami jika perokok sulit untuk
berhenti merorok. Klinke & Meeker (dalam Komasari & Helmi, 2000)
mengatakan bahwa motif para perokok adalah relaksasi. Dengan merokok dapat
Seseorang belum mencoba rokok pada tahap ini. Tahap ini meliputi
(observasi) dari orang tua atau dari media masa atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini
terdapat tiga perangkat sikap terhadap merokok pada remaja. Perangkat sikap
bahwa hanya sedikit murid sekolah yang mempersepsikan perokok sebagai orang
Kebanyakan murid memandang bahwa perokok itu sebagai orang yang bebas
(independent), jantan, dan pemberontak tehadap otoritas (Bland, Bewley, & Day,
dan mencari perhatian. Ini memberikan kesempatan untuk anak muda mencoba
merokok untuk mendapat penerimaan teman sebaya dan menjadi anggota sebuah
kelompok. Perangkat sikap yang ketiga adalah gambaran bahwa merokok dapat
membantu tetap tenang dalam kondisi stres dan tampil baik dalam pekerjaan atau
situasi akademis.
Seseorang sudah mencoba untuk merokok. Tahap ini juga disebut tahap
pertama yang memungkinkan remaja untuk mencoba rokok. Sebuah studi oleh
mencoba rokok pertama mereka pada saat bersama dengan teman teman
sampai 80%, namun setengahnya saja yang menjadi perokok regular (Grant &
Weitman, 1968 dalam Oskamp, 1984). Reaksi negatif terhadap rokok seperti rasa
rokok yang tajam dan panas merupakan faktor yang menyebabkan seseorang
mengacuhkan rasa ini dan meneruskan perilaku merokok mereka (Leventhal &
Everhart, 1979).
merasa bahwa orang tuanya tidak peduli dan mendorong mereka untuk
merokok
merasa ada tekanan dari teman sebaya untuk merokok, seperti Kamu
orang yang telah tua, atau merokok hanya akan berbahaya jika telah
orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per hari. Individu
yang telah mencoba sampai rokok ke 4 cenderung menjadi perokok tetap. Banyak
regular menghabiskan waktu selama 2 tahun. Hal ini belum begitu jelas, apakah
kebanyakan individu mengalami transisi ini dalam waktu yang sama, lebih lama
melihat tahap ini sebagai suatu proses belajar, kapan dan dimana merokok dan
memasukkan peran dari seorang perokok kedalam didirinya. Selama tahap ini ,
terhadap rokok dan memandang rokok tidak baik bagi orang yang sudah tua
Tahap ini merupakan tahap akhir, ketika faktor psikologis dan mekanisme
menemukan berbagai variasi alasan psikologis untuk terus merokok (Ikard, Green
kebiasaan
ketergantungan
relaksasi
4. Tipe-tipe Perokok
rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah
bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang
bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok kurang dari 10 batang dengan
selang waktu setelah 60 menit dari bangun pagi (Mohammad Efendi, 2002).
dihisap, yaitu:
a. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah perokok yang menghisap asap rokok melalui mulut
b. Perokok Pasif
menghisap rokok yang terbentuk pada ujung rokok yang terbakar serta asap
memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari
Addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang
digunakan setiap saat setelah efek dari rokok sekalipun, karena ia khawatir
orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat
a. Dampak Positif
b. Dampak Negatif
tetapi dapat menimbulkan suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok
yang dapat menyebabkan kematian. Terdapat berbagai jenis penyakit yang dapat
darah, menurunkan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gangguan
pembuluh darah, menghambat pengeluaran air seni serta polusi udara dalam
B. REMAJA
1. Definisi Remaja
masa dewasa. Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
Masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu
jika dilihat dari siklus kehidupan. Masa ini dapat dikatakan sebagai masa yang
paling kritis bagi perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Hal ini
dikarenakan pada masa inilah terjadi begitu banyak perubahan dalam diri individu
baik itu perubahan fisik maupun psikologis. Perubahan dari ciri kanak-kanak
menstruasi atau buah dada yang membesar. Perubahan pada pria antara lain
ditandai dengan perubahan suara, otot yang semakin membesar serta mimpi
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Lazimnya masa remaja dianggap
mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat ia
mencapai usia matang secara hukum. Papalia (2008) membagi masa remaja
menjadi 2 bagian, yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja
awal berlangsung kira-kira dari 11 tahun atau 12 tahun sampai 14. Masa remaja
penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
adalah:
sikap dan perilaku, dan karena akibat-akibat jangka panjang. Awal masa
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari yang telah terjadi
berikutnya. Perubahan fisik yang terjdi sebelum tahun awal masa remaja
nilai.
jawab.
Erikson menjelaskan bahwa identitas diri yang dicari remaja berupa usaha
dengan penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting namun lambat
laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu
pakaian dan barang-barang mewah lain, sementara pada saat yang sama ia
sendiri yang lambat laun dianggapnya sebagai gambaran yang asli dan remaja
yang buruk tentang remaja, membuat peralihan kemasa dewasa menjadi sulit.
memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya. Teman sebaya
merupakan sumber status, persahabatan dan rasa saling memiliki yang penting
dalam setiap situasi apapun (Santrock, 1998). Kelompok teman sebaya merupakan
dan setting untuk mendapatkan otonomi dan independensi dari orangtua (Papalia,
2008).
perasaan mereka sendiri akibatnya (Hurlock, 1980). Hal ini dijelaskan Syamsu
atau budaya teman sebayanya. Remaja yang berada didalam kelompok teman
mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain karena adanya tekanan baik secara
langsung atau tidak. Remaja mengikuti apa yang dibuat oleh kelompok walaupun
kelompok dan juga agar sama seperti sikap dan perilaku teman-temannya dan agar
dirinya tidak dianggap aneh oleh teman-temannya. Hal ini dapat dikaitkan dengan
perilaku merokok, dimana remaja akan merokok jika teman sebaya mereka juga
merokok.
kehidupan sehari-hari baik di kantor, di pasar ataupun tempat umum lainnya atau
bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Aditama, 1996). Mulai dari orang
dewasa sampai dengan anak kecil mengkonsumsi rokok. Perilaku merokok dilihat
dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun
jika dilihat dari sisi kesehatan. Merokok juga dapat menimbulkan dampak negatif
bagi orang yang berada disekeliling perokok. Risiko yang ditanggung perokok
pasif lebih berbahaya daripada perokok aktif karena daya tahan terhadap zat-zat
yang berbahaya sangat rendah (Sarafino dalam Komasari & Helmi, 2000).
Perilaku merokok banyak dilakukan pada usia remaja. Masa remaja adalah
masa peralihan dari usia kanak-kanak ke usia dewasa. Erikson (Papalia, 2008)
perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Remaja
sering berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa dengan
bertingkah laku seperti orang dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, dan
perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15 - 19 tahun. Hal ini dapat dikaitkan
dengan stres yang dialami oleh remaja. Sebuah studi menemukan bahwa bagi
kalangan remaja, jumlah rokok yang mereka konsumsi berkaitan dengan stres
perempuan pada umumnya sama, hanya saja remaja perempuan sering merasa
cenderung lebih berperilaku agresif. Remaja laki-laki yang mengalami stres akan
dalam hal perilaku menyimpang seperti merokok, minum minuman keras dan juga
cabut dari sekolah. Remaja perempuan biasanya lebih ingin menjalin hubungan
harmonis dan hidup sesuai harapan teman sebayanya seperti cara berpakaian yang
sama.
pengaruh iklan. Keempat faktor ini yang menyebabkan remaja merokok. Tidak
semua remaja yang memiliki orangtua yang merokok, memiliki teman sebaya
yang merokok dan adanya iklan rokok mempengaruhi mereka untuk merokok.
Ovine & Cynthia (1989) mengatakan bahwa sseorang yang memiliki sikap yang
teguh pada akibat-akibat yang ditimbulkan dari nikotin berusaha keras untuk tidak
merokok.
dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Kedua adalah
tahap permulaan (initiation), pada tahap ini seseorang sudah mencoba untuk
merokok dan menentukan apakah seseorang akan menjadi perokok ataukah tidak.
dikatakan sebagai perokok bila telah mengkonsumsi 4 batang per hari. Keempat
dimana ketika faktor psikologis dan mekanisme biologis menyatu agar perilaku
Remaja
Faktor penyebab
perilaku merokok pada
remaja merokok Tidak merokok
Pengaruh orang tua
Pengaruh teman
sebaya
Faktor kepribadian
Pengaruh iklan
Tahap merokok
Persiapan
Sikap teguh
Permulaan
terhadap akibat
Menjadi seorang
dari rokok
perokok
Mempertahankan
perilaku merokok
BAB III
METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN KUALITATIF
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
pendekatan yang lebih sesuai untuk penelitian yang tertarik dalam memahami
perkembangan dan bersifat masih baru. Menurut peneliti, metode kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dan perilaku yang dapat diamati sehingga data-data tersebut
Peneliti juga tertarik menggunakan metode kualitatif ini karena perilaku merokok
dalam hal ini faktor penyebab dan tahapan menjadi perokok pada setiap individu
bersifat subjektif dan unik, berbeda antara satu individu dengan individu yang
lain.
sebagai berikut:
1. Penelitian kualitatif digunakan jika peneliti ingin menggali suatu topik yang
2. Jika topik yang ingin diteliti memiliki tingkat kedalaman sensitivitas dan
emosional.
dari perspektif orang yang hidup di dalamnya dan menciptakan arti darinya.
tentang fenomena yang diteliti, sebagian besar aspek psikologis manusia juga
sangat sulit direduksi dalam bentuk elemen dan angka sehingga akan lebih etis
dan kontekstual bila diteliti dalam setting alamiah. Artinya tidak cukup mencari
what dan how much, tetapi perlu juga memahaminya (why dan how)
dalam konteksnya.
informasi yang lebih kaya dan mendalam tentang bagaimana gambaran perilaku
B. SUBJEK PENELITIAN
kriteria yang telah ditetapkan dan bisa memberikan sebanyak mungkin data yang
mengatur waktu dan tempat untuk melakukan wawancara yang disertai dengan
subyek menjadi hal yang harus diperhatikan dalam mengambil sampel penelitian
sampelnya, sampai penelitian tersebut mencapai titik jenuh (saturation point), saat
mewakili tipe-tipe perokok agar hasil penelitian ini dapat lebih bervariasi serta
dengan pertimbangan keterbatasan dari peneliti sendiri baik waktu, biaya maupun
kemampuan peneliti.
4. Lokasi Penelitian
wawancara. Hal ini sesuai dengan pendapat Padgett (1998) yang mengatakan
bahwa ada tiga bentuk dasar metode pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu: (a) observasi, (b) wawancara dan (c) analisis dokumen. Namun
metode observasi dan analisis dokumen tidak dijadikan metode pengumpulan data
keterbatasan peneliti.
1. Wawancara
dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden atau orang yang
terstruktur. Metode wawancara ini berbeda dari wawancara terstruktur dalam hal
waktu bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas
2006).
berisi open-ended question yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai
Alat bantu pengambilan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara dan alat perekam (tape recorder). Hal ini sejalan
pencatatan data selama penelitian penting sekali karena data dasar yang akan
dianalisis berdasarkan kutipan hasil wawancara. Oleh karena itu, pencatatan data
harus dilakukan dengan cara yang sebaik dan setepat mungkin. Kedudukan
peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, untuk itu diperlukan instrumen
atau alat penelitian agar dapat membantu peneliti dalam pengumpulan data
(Moleong, 2002).
1. Pedoman wawancara
tidak menyimpang dari tujuan penelitian dan dapat dijadikan Pedoman umum
sekaligus sebagai daftar pengecek bahwa semua aspek yang relevan telah dibahas
atau ditanyakan.
pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan
penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan
Penelitian ini juga menggunakan alat perekam sebagai alat pengambil data
agar memudahkan peneliti untuk mengingat kembali apa yang telah dikatakan
bahwa sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara
verbatim (kata demi kata), sehingga tidak bijaksana jika peneliti hanya
mengandalkan ingatan. Untuk tujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar
subjek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas.
Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan seizin subjek. Penggunaan tape
dikatakan oleh subjek, tape recorder dapat merekam nuansa suara dan bunyi serta
aspek-aspek dari wawancara seperti tertawa, desahan dan sarkasme secara tajam
(Padgett, 1998).
E. KREDIBILITAS PENELITIAN
bahasa kuantitatif: variabel) dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu
kompleks.
F. PROSEDUR PENELITIAN
a. Mengumpulkan data
dalam wawancara.
janji bertemu dengan subjek dan berusaha membangun rapport yang baik
wawancara penelitian.
dengan tujuan agar memastikan responden dalam keadaan sehat dan tidak
penelitian.
Semua data yang diperoleh pada saat wawancara direkam dengan alat
Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang dipindahkan ke
Untuk itu perlu melakukan analisis data. Analisis data adalah proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang
disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
Proses analisa data yang peneliti gunakan berdasarkan proses analisa data
penelitian.
kesimpulan sementara.
perspektif tersebut.
BAB IV
Pada bagian ini akan diuraikan hasil analisa wawancara dalam bentuk
merokok dan tahapan perilaku merokok, maka data akan dijabarkan, dianalisa,
A. DESKRIPSI DATA
Tabel I
1. Subjek 1
a. Tanggal Wawancara
2. Subjek 2
a. Tanggal Wawancara
3. Subjek 3
a. Tanggal Wawancara
B. ANALISA DATA
1. Subjek 1
pertama dari 2 besaudara. Subjek lahir 19 tahun yang lalu dari keluarga Melayu.
Adik subjek berjenis kelamin laki-laki yang sekarang duduk dibangku Sekolah
Dasar. Ayah subjek adalah seorang pensiunan pegawai negeri dan ibu subjek
adalah seorang pegawai negeri disalah satu Instansi Pemerintah. Hubungan subjek
dengan ayahnya tidak begitu dekat, subjek lebih dekat dengan ibunya. Saat ini
Medan.
Dasar dan berhenti saat itu juga karena subjek batuk-batuk ketika mencobanya.
Subjek kembali merokok saat duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama hingga
saat ini. Subjek menjadi perokok sudah selama 6 tahun. Subjek merokok disaat
bersama teman-temannya dan ketika merasa bosan atau suntuk. Setiap harinya
subjek menghabiskan 16 batang rokok. Jumlah rokok ini akan berkurang ketika
subjek sedang sakit dan akan bertambah ketika subjek bergadang bersama teman-
temannya. Jika subjek sakit, subjek hanya mengahabiskan 1 batang rokok perhari.
Peneliti mengenal subjek dari adik sepupu peneliti yang merupakan teman
subjek. Peneliti mengenal subjek sejak 6 bulan yang lalu. Peneliti menanyakan
secara langsung apakah subjek bersedia menjadi subjek penelitian pada penelitian
ini dan peneliti menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Setelah
teman subyek merokok, bahkan om dan abang sepupu subyek juga merokok.
Subyek memperhatikan cara temannya merokok sehingga timbul rasa ingin tahu
Dulu sering kali liat teman merokok, pulang sekolah awak liat kawan
awak merokok, dilingkungan rumah juga orang-orang itu banyak yang
merokok... om awak merokok, abang sepupu awak merokok, kayak amper
semua lah banyak orang merokok kan. Kawan awak aja hampir semua
juga merokok... kok kayaknya enak kali lah merokok itu kan, hisap-hisap
gitu, keluar asap, ya gitu lah liat-liat kawan..
(S1. W3/b. 2-11/hal. 14)
Ya...pengen tau aja. Ya kalau dulu ya, waktu pertama kali ya, baru tahu
apa itu rokok kan, kenapa orang itu merokok. Pertama kali waktu kecil itu
kan, pengen coba gitu kan, karena masih kecil itu kan nggak enak gitu kan
karena belum tau juga rokok itu gimana kan, coba sekali aja.. terus kan
awak perhatikan cara orang tu merokok kan, yah jadi pengen aja..
(S1. W3/b. 14-22/hal. 14)
abang sepupu subyek datang kerumah subyek. Subyek mengambil 1 batang rokok
abang sepupunya. Subyek ingin mencoba rokok tersebut karena rasa ingin tahu
rokok pertama, subyek batuk-batuk karena belum tahu cara merokok yang benar
dan langsung membuang rokok tersebut. Sejak saat itu subyek tidak merokok lagi.
Kan batuk-batuk tu, jadi malas awak merokoknya, namanya belum tau
cara merokok, hanya sekedar ngeliat orang...o....kayak gitu
merokok...tengok kawan merokok, om...o...merokok kayak gitu..pengen
tau aja kan, penasaran..yaudah..
(S1. W2/b. 20-25/hal. 6)
Pada saat subyek duduk di bangku SMP, tepatnya kelas 1 SMP, subyek
mencoba merokok lagi. Subyek mencoba rokok lagi karena pergaulan, menurut
subyek pada zaman itu kalau tidak merokok tidak gaul. Teman-teman subyek
kepada subyek. Subyek tidak dapat menolak tawaran rokok dari temannya dengan
alasan ingin mecoba rokok tersebut dan alasan yang lain adalah karena semua
teman subyek yang ada disitu merokok, subyek tidak enak jika tidak merokok.
Orang itu udah pernah merokok duluan gitu, padahal masih sebaya awak,
tapi dah duluan..parah kan...
(S1. W2/b. 90-92/hal. 8)
Ya..reaksi nya, waktu ditawarin coba ni, yaudah coba... karena pengen
tahu aja, ya diambil aja lah.. kan kayak awak bilang kemaren tu juga kan,
teman awak merokok semua masak awak nggak, kan gitu aja.... kan waktu
SMP gitu kan, cemana ya... kalau nggak merokok nggak gaul katanya..
jadi itu lah... kalau ngumpul kan kawan merokok semua, masa Cuma kau
nggak merokok, kata kawan gitu kan, yaudah lah awak coba juga..
(S1. W3/b. 27-37/hal. 14-15)
Saat ini didalam keluarga hanya subyek yang merokok. Dulu ayah subyek
juga merokok. Subyek mengetahui ayahnya merokok saat subyek SMP disaat
subyek sudah muali merokok. Ayah subyek tidak pernah merokok didepan
keluarganya dan jarang merokok didalam rumah. Jika ayahnya merokok didalam
rumah itu, hanya dibelakang rumah, tidak diruang TV. Subyek tidak keberatan
ayahnya merokok, karena bagi subyek siapun yang merokok harus menanggung
klo sekarang nggak ada, Cuma ari aja kak yang merokok, tapi dulu Ayah
merokok, sekarang nggak lagi.
(S1. W1/b. 41-43/hal. 2)
Setahu awak sih papa merokok...ehm....dari SMP awak kalau nggak salah
dia merokok.. itupun kalau merokok nggak dirumah dia, jarang lah
merokok-merokok dirumah.. Merokok-merokok tapi nggak ini kali
dirumah.. ehm nggak gini kali kadang kan nggak mau dia kalau lagi kami
ngumpul didepan TV nggak mau dia merokok gitu.. Nti kadang sendirian
dia dibelakang gitu.. nti kadang awak lewat kebelakang dia lagi merokok,
yaudah ngeliat..
(S1. W2/b. 36-45/hal. 7)
dengan ayahnya tidak begitu dekat dan subyek jarang berkomunikasi dengan
ayahnya. Menurut subyek ayahnya terlalu keras dalam mendidik anak. Subyek
sering berantam dengan ayahnya. Subyek tidak suka bila ayahnya berlaku kasar
karena ketahuan cabut dari sekolah. Didikan yang keras dari ayahnya ini sempat
membuat subyek ingin lari dari rumah, tapi niat ini tidak terlaksana.
kalau dikeluarga, kalau dengan mama ari dekat kali kak, kalau ada apa-
apa ari larinya kemamaya dekat lahtapi hubungan dengan ayah nggak
berapa dekat gitu, dalam arti kata ya..nggak dekat, lebih dekat ma mama..
jarang berkomunikasi ma ayah..karena dulu, cemana ya..baru sekarang aja
dekat-dekat gitu aja. Lantaran dulu kan SMP dulu, sering berantam
(S1. W3/b. 70-78/hal. 15-16)
Cemana ya... dulu kan kecil macem merasa didikannya keras gitu, masih
kecil dulu.. jadi mulai masuk SMP, mulai kenal kawan-kawan yang apa,
ya..jadi macem ari, macem nggak suka aja gitu dikerasin kan
(S1. W3/b. 80-84/hal. 16)
Dikerasin.. dalam arti kata, apa ya... pernah dulu ketahuan cabut sekolah
kan, dimarahi abis-abisan, dipukulin, pernah juga ari amper sporing gitu
Cuma nggak jadi, pergi aja 1 harian aja, dicariin juga ma dia..
(S1. W3/b. 86-90/hal. 16)
Sejak kecil subyek sering melihat orang merokok disekitar subyek, mulai
dari om, abang sepupu dan juga teman subyek. Subyek melihat ada keasyikan
tersendiri melihat orang merokok. Subyek berfikir bahwa orang yang merokok itu
apa ya?? Ya ngeliat orang merokok asik aja gitu keliatannya kak,
kayaknya orang merokok itu banyak kawan gitu kan...
(S1. W1/b. 26-28/hal. 1)
Nggak ada sedikitpun tahu informasi tentang rokok itu... Cuma liat
kawan ma orang merokok aja...
(S1. W3/b. 105-107/hal. 16)
diri subyek apa itu rokok dan kenapa orang orang merokok. Pertanyaan inilah
yang membuat subyek ingin tahu dan ingin mencoba rokok tersebut.
Yah masih kecil waktu itu kak, agak-agak lupa juga awak, yang awak
ingat itu pokoknya ehm....SD-SD gitu ngeliat teman-teman awak ada yang
merokok gitu kan....
(S1. W2/b. 28-31/hal. 6)
Ya...pengen tau aja. Ya kalau dulu ya, waktu pertama kali ya, baru tahu
apa itu rokok kan, kenapa orang itu merokok......
(S1. W3/b. 14-16/hal. 14)
pada saat subyek kelas 3 SD. Subyek mengambil sebatang rokok abang
ketika merokok lalu membuangnya. Inilah yang membuat subyek tidak merokok
lagi.
coba sekali kan, abis tu batuk-batuk trus berhenti kak karena batuk-batuk
itu
(S1. W1/b. 13-14/hal. 1)
iya kak, karena batuk-batuk tadi makanya berhenti. Tapi masuk kelas 1
SMP yaudah aku merokok lagi sampe sekarang nggak berhenti.
(S1. W1/b. 16-19/hal. 1)
Rasa ingin mencoba lagi timbul saat subyek duduk di kelas 1 SMP. Saat
temannya. Subyek tidak dapat menolak tawaran temannya untuk merokok dengan
alasan tidak enak jika tidak merokok sedangkan semua teman-temannya merokok.
Saat mencoba rokok kedua kalinya, subyek tidak batuk-batuk karena subyek
Nah.. ini waktu pas masuk SMP tu lah pengaruh lingkungan itu kak besar
kali. Liat kawan merokok, nyoba.. ceritanya tu waktu kelas 1 SMP, liat
temen merokok.. ceritanya..ehm... Pas baru-baru masuk SMP, pas pulang
sekolah, gabung-gabung ngumpul, ngeliat temen merokok, yaudah Ari
coba merokok, ditawarin pertamanya ya...pengen aja kan, ngeliat kawan
duduk semua merokok, nggak enak kan, masak yang laen merokok, awak
nggak merokok, pas pula dikasih dia yaudah cobalah..
(S1. W2/b. 52-62/hal. 7)
Subyek diajari oleh teman-temannya cara merokok yang benar agar rasanya lebih
nikmat. Sejak saat itu subyek belajar cara merokok yang benar bersama
temannya.
subyek menghabiskan 2 batang rokok. Subyek mulai merokok ketika pagi hari
sebelum masuk sekolah dan sepulang sekolah bersama teman-temannya. Saat pagi
hari subyek jarang merokok, subyek sering merokok ketika pulang sekolah di
Ehm....paling ada pas ditawarin kawan paling ada 2 batang gitu lah..
(S1. W1/b. 46-47/hal. 2)
Dulu waktu SMP, waktu pulang sekolah di... dimana ya, kalau sekolah
SMP kami kan agak masuk kedalam gitu, jadi kalau jalan nunggu angkot
agak jalan kedepan gitu. Yaudah dipinggir pasar itulah merokoknya..
(S1. W2/b. 83-87/hal. 8)
kekurangan uang jajan untuk membeli rokok, tapi jika itu terjadi menurut subyek
Dari uang jajan lah kak.. nggak mungkin juga kan awak minta uang
langsung ma mama, ma minta uanglah mu beli rokok, pasti nggak
dikasih la, apalagi dulu masih kecil..
(S1. W1/b. 146-150/hal. 4)
Nggak ada...cukup-cukup aja sih.. curi-curi juga kan beli rokok nya.
Kalau kurang uang di disekolah pun, kawan kan pasti ada aja yang bawa
rokok gitu...
(S1. W3/b. 165-168/hal. 18)
Subyek merokok hanya ikut-ikut temannya dan rasa ingin mencoba. Subyek
mengetahui bahaya merokok sejak SMA yang didapatnya dari membaca artikel-
mengetahui bahaya dari merokok tersebut, tapi subyek tetap melanjutkan perilaku
merokok tersebut dengan alasan bahwa jika subyek berani untuk merokok, maka
Tahu ruginya dari SMA gitu lah.... dulu SMP waktu pertama coba nggak
tahu ruginya merokok itu, Cuma ikut kawan-kawan itu dan pengen coba
itu aja. Semenjak SMA itu kan, pemikiran udah semakin luas, itu mulai
tahu-tahu lah...
(S1. W3/b. 109-114/hal. 16)
Hm...kalau bisa dibilang sih ya..nggak takut juga sih, karena ya... kalau
ari gini ya prinsip nya ya, ya.... resiko tanggung sendiri lah kalau kita
berbuat.. jaid kalau ari udah merokok, ya resiko sakit tanggung sendiri
lah.. nggak takut la....
(S1. W3/b. 121-126/hal. 17)
4 batang rokok perhari dalam 1 bulan karena lingkungan disekitar subyek perokok
semua.
Nggak lama tu.. paling sekitar 1 bulanan lah ada mungkin.. yah
berangsur-angsur gitulah.. Yang pertama kan pagi, mu pergi kemana
karena pengaruh lingkungan juga kak, pengaruh lingkungan tempat tinggal
aku aja perokok semua, yaudah gimana aku nggak kenal rokok kan. Pagi
nanti merokok, siang pulang sekolah juga aku merokok....
(S1. W2/b. 120-127/hal. 9)
biasanya bersama temannya merokok dikamar mandi dan dikantin sekolah tanpa
sepengetahuan guru maupun pihak sekolah. Subyek sering merokok pada jam
seorang wartawan yang sedang berada disekolah subyek pada saat itu. Subyek
kesalahan yang mereka buat. Pihak sekolah tidak memberikan hukuman, hanya
Wartawan TVRI tu. Gini kan, pas SMA kelas 3 tu kan ada apa namanya?
Semacam penyuluhan hemat listrik, jadi datanglah orang PLN, terus ada
wartawan ada juga, wartawan TVRI gitukan, mereka datang. Jadi pas
keluar maen-maen itu sebagian siswa kan dimasukkan kedalam aula kan,
penyuluhannya. Sementara kami ini nggak lah, karena kan mau ujian
UAN. Jadi kami biasalah merokok dikamar mandi kan, didalam WC tu 4
orang kami disitu, jadi wartawan ini mau kekamar mandi, begitu pas
masuk, ditengok kami dalam 1 WC tu ada 4 orang kan, heran lah dia..
ngapai kalian ber 4 di kamar mandi, kata wartawan itu kan, diciumnya
bau rokok, yaudah ketahuan ma dia, dilaporkanlah kami ama guru BP
(S1. W2/b. 146-161/hal. 10)
Ya biasa aja kak...karena kan kami ber 4 dengan kawan dan nggak
marah-marah kali kok, Cuma dinasehatin aja.. besoknya kami tetap
merokok juga..
(S1. W1/b. 175-178/hal. 10)
dengan ibunya ketika subyek pulang kerumah bau rokok dan kedapatan mancis
menasehatinya saja.
Ehm.. ditanya kau merokok diluar?, diam aja ari, langsung masuk
kamar, nggak pernah ari jawab-jawab gitu kan. Nti kadang kalau udah
batuk dirumah, tu lah kau kebanyakan merokok, kurangi rokok mu, kata
mama gitu, yodah gitu aja, nggak terlalu marah-marah gitu..
(S1. W2/b. 200-205/hal. 11)
Selain disekolah subyek mulai merokok dirumah ketika orang tuanya tidak
berada dirumah dan didalam kamar. Subyek pernah ketahuan merokok didalam
kamar oleh ibunya. Ibunya tidak suka jika subyek merokok dirumah ibunya, jika
Hal ini membuat subyek berhenti merokok jika berada didalam kamar tapi
tidak diluar rumah. Subyek juga pernah ketahuan sedang merokok digang dekat
rumah subyek oleh ayahnya. Ayah subyek tidak marah kepada subyek, hanya
menasehati saja.
Hm...ketahuannya gini, nti kan ari merokok di ujung gang, nti papa lewat,
paling dia liatin aja, dia tahu ari merokok, tapi nggak pernah mau negur ari
merokok, nggak pernah.. paling ntar kalau ari mu keluar gitu, dia Cuma
kasih tahu aja, jangan mabuk-mabuk, merokok banyak-banyak, Cuma
bilang gitu aja. Kalau ngelarang, hm...kalau ngelarang nggak lah, kasih
nasehat lah.. asal mau keluar, malam-malam apalagi dulu kan masih kecil
kan keluar malam, kau ingat jangan mabuk-mabuk, jangan merokok-
merokok, beganja, pake narkoba, gitu aja..
(S1. W3/b. 51-63/hal. 15)
Subyek terus merokok, baik sedang bersama temannya atau ketika berada
sendiri. Keinginan untuk terus merokok timbul didiri subyek akibat dari nikotin
yang ada didalam rokok. Subyek merokok jika sedang bergabung dengan teman-
Kalau itu kan semuanya proses kak.. ya... awal-awal merokok itu ya
merokok kalau lagi ma kawan gitu, 1 batang 2 batang lama-lama kan tetap
merokok gitu walau sendirian.. gimana ya...kadang-kadang kalau misalnya
apa..pengen merokok aja bawaannya, nggak bisa dibilang itu cemana.
Nanti kalau lagi apa, lagi suntuk merokok, nti kalau jumpa kawan juga
merokok, lagi dingin malam-malam nanti merokok.. nggak terasa aja tu
kak...prosesnya tu ya gitu aja... cemana ya... kan ada nikotin dirokok itu
kak yang ngebuat kita untuk terus merokok-terus merokok, gitu aja nya...
(S1. W3/b. 173-186/hal. 18)
merokok walaupun sedang bersama temannya yang tidak merokok, karena bagi
subyek rasanya tidak enak jika sedang berbicara dengan temannya tidak merokok.
Disaat sedang sendiri, sedang merasakan kebosanan atau suntuk subyek juga
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
74
merokok. Subyek juga merokok ketika pagi hari karena udara dipagi hari dingin.
merasa lebih berani ketika berjalan sendirian dengan merokok. Setelah makan
subyek wajib untuk merokok, karena dengan merokok akan lebih menambah
Ya...tetap merokok lah... kan orang tu juga ngerti lah, nggak pernah
larang-larang merokok. Ya..mau ama teman yang merokok, kalau ada
teman yang nggak merokok, ari tetap merokok aja.... nggak enak kak kalau
lagi ngobrol-ngobrol gitu nggak merokok..
(S1. W3/b. 41-46/hal. 15)
Kek mana ya? Kalau siap makan itu kan... kalau kita makan kan perut
kita terasa terisi gitu kan, agak merasa hangat perut itu kan..kalau
merokok, gitu juga..jadi asap itu kan terasa hangat didada, jadi badan kita
tu terasa hangat aj gitu. Agak merasa lebih...cemana ya? Ehm...agak
merasa enak aja gitu..
(S1. W2/b. 233-239/hal. 11)
bertambah hingga saat ini mencapai 16 batang perhari. Subyek memulai rokok
pertamanya dalam 1 hari selang - 1 jam setelah bangun pagi. Jumlah batang
rokok yang dikonsonsumsi subyek dapat bertambah juga berkurang pada keadaan
subyek sedang bergadang bersama temannya. Jumlah batang rokok subyek dapat
o... bangun tidur duduk-duduk bentar, sarapan jam 9 gitu, trus langsung
keluar merokok, paling ada antara jam sampe 1 jam lah...
(S1. W1/b. 101-103/hal. 3)
dan membiarkannya.
Kadang kalau dulu waktu semester 1 semester 2, masuk pagi pergi dari
rumah nggak sempat merokok, sampe kampus, masuk sebentar, permisi
kekamar mandi..merokok..terus masuk lagi.. dikantin sering kali. Istirahat
atau dah selesai kuliah tu kan, duduk-duduk dikantin gabung-gabung ma
kawan ngobrol-ngobrol sambil maen batu juga kadang-kadang, ya
merokok...
(S1. W2/b. 246-254/hal. 12)
Tau lah kak... ya mu cemana lagi mereka, kami kan udah gede-gedenya
jadi nggak perlu dilarang-larang lagi merokok..
(S1. W2/b. 257-259/hal. 12)
menganggap rokok sebagai kawan untuk menghilangkan rasa bosan dan suntuk
yang dirasakan subyek. Jika dalam 1 hari tidak merokok, subyek merasa suntuk
dan mulutnya terasa pahit. Menurut subyek dengan merokok paru-paru subyek
menjadi sebuah kebiasaan bagi subyek, jika tidak merokok subyek merasa ada
Rasanya apa ya? Suntuk..nggak enak aja gitu, pahit aja mulut.. Biasa
cemana ya? Kalau merokok ini kan ngisap filter ini kan manis-manis, kalo
nggak merokok kan pahit tu mulut..ya kayak gitu lah...
(S1. W2/b. 262-266/hal. 12)
ya..enak aja kak..klo kita merokok itu kan paru-paru kita hangat gitu kan
kak. Jadi kita tarik dalam-dalam gitu kan, asapnya masuk paru-paru,
jadinya hangat apalagi kalau lagi dingin-dingin gitu...
(S1. W1/b. 140-144/hal. 4)
...udah jadi kebiasaan awak aja, udah jadi kawan aja.. gimana ya...ada
yang hilang aja gitu kalau nggak merokok. Cem apa ya..kalau suatu hal itu
udah menjadi kebiasaan orang pasti nggak enak kalau nggak dilakukan
kan.. yah kayak gitu juga dengan rokok itu kak...
(S1. W1/b. 125-131/hal. 4)
Subyek pernah tidak merokok selama 3 hari karena sakit, tapi hal itu tidak
sembuh sakit karena tidak tahan untuk tidak merokok apalagi ketika sedang
Iya... eh pernah tu waktu itu kak 3 hari awak nggak merokok karena sakit
demam, dirumah aja awak, pengen kali merokok, tapi nggak mungkin kan
sakit-sakit merokok, dibunuh awak ma mamak awak (tertawa kecil)...tapi
pas sembuh merokok lagi..
(S1. W2/b. 94-99/hal. 8)
Ya...nggak tahan aja gitu kak kalau nggak merokok, apalagi nanti lagi ma
kawan, kawan awak merokok, hm...ada dorongan hehehe dorongan gitu
untuk ambil rokok itu dan merokok
(S1. W2/b. 101-105/hal. 8)
sampai saat ini karena merokok sudah menjadi kebiasannya. Subyek akan berhenti
merokok ketika subyek sudah bekerja karena itu sudah menjadi niatnya sejak
awal.
Ada lah, tapi belum kesampean aja.... udah kebiasaan kak, ehm... cemana
ya..ehm...kayak awak bilang itu lah dah jadi kawan dia, gimana la kalau
uda jadi kawan kan susah lepasnya
(S1. W2/b. 300-304/hal. 13)
.......Klo aku merokok kan udah tau, ya berhentinya nanti. Klo aku punya
prinsip, klo aku dah punya kerja, aku berhenti merokok kak..
(S1. W1/b. 135-138/hal. 4)
Ya...karena udah niat aja, karena uda niat pengen berhenti ya berhenti
lah... kan kalau kita ada niat semua bisa, merokok juga gitu lah.. sekarang
nggak berhenti merokok karena belum niat, gitu aja kan...
(S1. W3/b. 130-134/hal. 17)
2. Subjek 1I
dari 5 bersaudara. Subjek memiliki 1 orang kakak yang telah menikah, 1 orang
abang yang duduk dikelas 3 SMU, 2 orang adik laki-laki yang masih duduk
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
78
dibangku Sekolah Dasar. Subjek lahir 16 tahun yang lalu dikeluarga Minang.
Ayah subjek adalah seorang konsultan disebuah Perusahaan Swasta dan sering
berada diluar kota. Ibu subjek adalah Ibu Rumah Tangga. Subjek saat ini duduk
mamanya ketika merokok dibelakang sofa, mereka dicubit dan dimarahi agar
tidak merokok lagi. Sejak saat itu subjek tidak merokok lagi dan dimulai lagi pada
saat subjek SMP. Subjek menjadi perokok sudah selama 2 tahun. Subjek merokok
ketika bersama teman-temannya dan sedang merasa bosan. Setiap hari subjek
menghabiskan 11 batang rokok. Disaat subjek tidak memiliki uang untuk membeli
rokok, subjek hanya merokok 4 batang dalam 1 hari. Subjek banyak menghisap
rokok ketika sendiri dan merasa bosan, ketika bersama teman-temannya dan
Peneliti mengenal subjek sejak 3 bulan lalu ketika subjek sedang bermain
menjadi subjek penelitian pada penelitian ini dan peneliti menjelaskan prosedur
wawancara.
Orang yang pertama sekali subyek lihat merokok adalah ayahnya. Ayah
subyek merokok sejak subyek kecil. Ayah subyek sering merokok didalam rumah
ketika selesai makan dan ketika sedang menonton TV. Ayah subyek juga merokok
diluar rumah. Ayah subyek tidak merokok lagi sejak subyek SMA karena darah
Ehm...papa kak
(S2. W1/b. 6/hal. 20)
bahaya rokok adalah dapat menyebabkan serangan jantung dari om nya sejak dia
SD, tapi subyek tidak percaya apa yang dikatakan omnya bahwa rokok itu tidak
menyebabkan serangan jantung karena subyek melihat ayah dan om nya merokok
tidak mengalami serangan jantung. Rasa ingin coba dan ketidakpercayaan subyek
terhadap bahaya rokok membuat subyek untuk mencoba rokok seperti yang
terasa panas.
Hm...apa ya... dulu yang titi tau rokok tu bisa serangan jantung, tu lah
waktu kecil itu...
(S2. W3/b. 172-174/hal. 37)
Ya...karena ngelihat papa tadi, penasaran aja. Papa aja kan nggak kena
serangan jantung, jadi saya pikir kan, karena papa kan kok makin banyak
merokok nya, kok makin enak, nggak ada kena serangan jantung juga, jadi
nggak percaya aja gitu rokok bisa bikin serangan jantung..
(S2. W3/b. 186-193/hal. 37)
Subyek lebih dekat dengan ibunya daripada dengan ayahnya. Dulu subyek
sering bercerita-cerita dengan ibunya, tapi sekarang hal itu jarang terjadi karena
subyek banyak menghabiskan waktunya diluar rumah dan ibunya juga jarang
dirumah. Ayah subyek jarang berada dirumah karena sering tugas keluar kota.
Walaupun ayahnya berada diluar kota, ayah subyek tetap menjaga komunikasi
dengan keluarganya termasuk subyek. Jika subyek berbuat salah, ayah subyek
menghukum subyek dengan memarahi dan mencubit jika subyek berbuat salah.
Hm...biasa aj kak. Ama mama lebih dekat dari pada ma papa. Paling ada
ma mama komunikasi lebih lancar lah, dulu sering kami cerita-cerita gitu,
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
81
tapi sekarang jarang kak.. titi kan dah sering keluar kan, mama pun sering
keluar sekarang, jalan-jalan aja kerjanya (sambil tersenyum)...kalau
dengan papa... Ya..gitu la kak, kan papa jarang dirumah, kan sering tugas
diluar kota gitu...tapi tiap telepon kan pasti ngobrol ngobrol ma keluarga,
ma titi juga. Sekali pulang gitu kan kadang-kadang pulang papa, 2 hari
kemudian pergilah sekeluarga gitu kak.. liburan gitu kak, entah ke prapat
gitu kak, ke danau toba gitu lah...
(S2. W3/b. 238-253/hal. 38)
Hm....kalau papa.. kalau masih kecil dulu ya kak, dilibas gitu kak pake
rotan (sambil tersenyum), kalau dengan mama Cuma dicubit-cubit aja,
palingan juga dimarah-marah aja.. tapi kalau sekarang papa nggak gitu lagi
kak, kan papa juga jarang dirunah kan, paling mama lah suka marah-marah
kalau kami buat salah...
(S2. W3/b. 156-163/hal. 36-37)
merokok setelah pulang sekolah. Subyek mencoba untuk merokok kembali ketika
ingin mencoba rokok dan ingin terlihat sama dengan teman-temannya yang
sedang merokok.
Ya....pengen coba aja kak, lagian juga kan nggak enak juga kak ma
kawan...e.....ya pengen dilihat teman tu jadi kayak sama la gitu kak,
mereka merokok, titi juga merokok..
(S2. W2/b. 25-29/hal. 28)
melihat ayahnya merokok, subyek berpikir bahwa dengan merokok itu lebih
tenang dan lebih anggar. Subyek juga memperhatikan ayahnya merokok yang
sering memainkan asap rokok. Melihat ayahnya merokok, subyek ingin mencoba
Dari kecil lah kak.. tapi pas kelas 5 SD tu lah coba rokoknya, ya..ya...gitu
deh..
(S2. W3/b. 4-5/hal. 33)
Ya..... papa kan merokok dirumah, jadi titi liat papa merokok dengan cara
ngisapnya kayaknya enak banget, enak dia, santai dia, enak gitu kan, jadi
rasa pengen coba itu ada gitu.. pernah juga dulu kepikiran klo ngelihat
papa dan orang-orang merokok gitu kan kayak ada kelihatan lebih anggar
gitu kak..
(S2. W2/b. 5-12/hal. 28)
Ya...kan keluar asap gitu... kayak mana ya.. ehm... kan papa kan sering
main-mainin asap gitu kan,masih kecil dulu kan kak jadi mau ngetes
gitu.
(S2. W3/b. 53-57/hal. 34)
Saat itu subyek ketahuan oleh ibunya merokok. Ibu subyek mencubit dan
memarahi subyek.
Ehm..kan kan titi ambil rokok ayah 1 kan titi ngelihat ayah merokok enak
kali gitu, jadi titi ambil 1, papa pas itu kan papa pergi kerja, ya merokok
diteras dibelakang sofa teras gitu ama abang, yaudah merokok-merokok
aja, terakhir emang ketahuan sama mama, tu kok ada rokok disitu
katanya
(S2. W3/b. 17-24/hal. 33)
Sejak saat itu subyek tidak merokok lagi. Seiring berjalannya waktu,
ketika SMP subyek meliki teman yang perokok. Subyek sering melihat temannya
merokok ketika pulang sekolah sehingga muncul niat subyek untuk mencoba
rokok kembali.
Waktu SMP itu kan sering gitu ngelihat temen-temen merokok kak, kalau
pulang sekolah gitu, duduk merokok.. gitu terus tiap harinya.. gimana ti
nggak ikut kak...
(S2. W1/b. 19-22/hal. 20)
subyek terasa panas. Sejak saat itu subyek tidak merokok lagi.
Subyek mulai kembali merokok sejak subyek SMP, tepatnya kelas 3 SMP.
Saat itu subyek cabut sekolah dan bersama temannya ke bilyard. Teman subyek
rokok oleh temannya karena subyek masih mengingat ketika kecil mencoba rokok
subyek batuk-batuk. Pada akhirnya subyek sendiri yang mengambil rokok itu dan
mencobanya. Subyek merasa tidak enak sendirian tidak merokok diantara teman-
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
84
temannya yang merokok. Ketika mencoba merokok untuk kedua kalinya, subyek
Tu.. waktu itu cabut sekolah trus nongkrong di bilyard, udah nongkrong
di bilyard disodorin rokok.. ya ngetes gitu, pertama batuk-batuk juga
pertama, trus ya dicoba-coba..
(S2. W1/b. 31-35/hal. 20)
Waktu ditawari teman itu..e... emang pertama mau nggak mau gitu lah
kak, pertama nggak mau gitu, terus kan terakhir titi yang ambil sendiri tu
lah karena nggak enak juga ma kawan kan semua merokok masa titi
nggak...
(S2. W3/b. 39-44/hal. 34)
Ehm... karena kan kemaren tu udah batuk-batuk gitu kan, jadi nggak mau
merokok, tu juga masih kecil dulu. Tapi karena kawan tadilah makanya
dicoba lagi...
(S2. W3/b. 47-51/hal. 34)
merokok yang benar. Subyek terus belajar sampai pada hari ke dua subyek
merokok, subyek sudah dapat merokok dengan benar. Selain belajar merokok
...pertama tu mau ngetes kayak yang dibilang kawan ditarik lah, trus
langsung dihisap baru dilepasi, ditarik baru dilepasi batuk-batuk
lah..kawan ngajarin caranya kan... Belajar-belajar terus merokok ya gitu
kak ya sampe bisa dan nggak batuk-batuk lagi, ada sekitar 2 harian lah
belajarnya..
(S2. W1/b. 38-45/hal. 21)
banyak bahaya yang ditimbulkan oleh rokok dari teman-teman yang lebih tua
darinya. Hal ini tidak membuat subyek berhenti merokok karena menurut subyek
banyak orang yang merokok tapi tidak ada yang meninggal karena rokok.
abangnya merokok ketika melihat abangnya sedang merokok dikamar. Sejak saat
dengan teman-temannya dan juga dikamar dengan rokok sisa yang dibawa dari
Kalau kan titi keluar gitu misalnya, ti kan beli rokok, ya dia minta juga.
Ya merokok lah kami dikamar...
(S2. W2/b. 126-128/hal. 31)
...bagi-bagi rokok pun kami, dikamar tu kalau saya ada rokok saya
bagikan kedia, dia juga kalau ada rokok bagikan kesaya
(S2. W1/b. 228-231/hal. 25)
Subyek membeli rokok dengan uang jajan yang diberi ibunya. Subyek
tidak merasa kekurangan uang jajan untuk membeli rokok, tapi jika itu terjadi
rokok.
Nggak pernah....kalau untuk beli rokok pasti ada aja uang, walaupun
Cuma seribu perak ada, kalau nggak keluar, paling nggak nanti ada teman
yang nongkrong, ya..minta rokok dia gitu, kadang minta dibeliin rokok...
(S2. W3/b. 231-236/hal. 38)
emngkonsumsi rokok 1 batang. Saat itu ibu subyek mencium bau rokok pada
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
87
subyek ketika subyek pulang kerumah. Awalnya subyek tidak mengakui bahwa
dirinya merokok, tapi akhirnya subyek mengaku bahwa dirinya merokok. Subyek
dihukum tidak diberi uang jajan selama 2 hari. Selama 1 minggu ibu subyek selalu
memeriksa subyek ketika pulang dari rumah. Sebelum pulang kerumah subyek
Pertama ngelak gitu ya kan kak, nggak-nggak temen, kata ti, terus
ditanya-tanyain terus kayak gitu, baru terakhir ngaku sendiri lah...
(S2. W2/b. 105-108/hal. 30)
Ya...nggak dikasih uang jajan selama 2 hari.. terus titi bilang nggak
merokok lagi ma mama..semenjak dari situ mama tau nya titi nggak
merokok lagi..
(S2. W2/b. 110-114/hal. 30)
Emang selama seminggu ada lah kak, selama seminggu. Tiap ti pulang
sekolah atau ti pulang dari mana gitu, pulang kerumah, dilihatnya tangan
ti, karena kan nikotin kan ada lengket ditangan gitu, ya...sebelum pulang
biasanya bersih-bersihin tangan dulu lah pake sabun gitu, trus agak-agak
pake parfum gitu kan (sambil tersenyum). Tapi Cuma diliat gitu aja..
Cuma seminggu aja kayak gitu.....
(S2. W3/b. 132-141/hal. 36)
Sekarang ibu subyek tidak pernah memeriksa subyek lagi karena jarang
Saya kan coba-coba merokok terus ama kawan, belajar sendiri, yaudah
pas hari ke 5 saya sudah bisa ditarik dengan benar la kan, jadi rasa
candunya ada.. ehm... tapi..ehm...jadinya 4 batang perhari ada sekitar 1
bulanan gitu la kak kurang dan lebih.
(S2. W1/b. 76-82/hal. 21-22)
temannya biasa merokok dikamar mandi dan dibelakang sekolah. Subyek pernah
ketahuan merokok disekolah sebanyak 3 kali, 2 kali dikamar mandi dan 1 kali
dibelakang sekolah. Saat itu subyek merokok dikamar mandi bersama temannya
karena tidak ada guru didalam kelas. Subyek dan temannya ketahuan merokok
oleh gurunya dikamar mandi. Subyek dan teman-temannya dihukum oleh pihak
Ya marah-marah lah dia kak, dibilang nya kalian saya nggak ada dikelas
bukannya belajar, malah merokok, kami nunduk aja kak... yaudah kami
dibawa ke BP, trus dihukum lah...
(S2. W1/b. 260-264/hal. 26)
Ya...nggak enak gitu kak kalau nggak merokok, kalau tunggu pulang
sekolah kelamaan..
(S2. W1/b. 277-279/hal. 26)
Subyek dan temannya membeli rokok di warung lalu mereka merokok dijalan.
dan setelah pulang sekolah didepan sekolahnya. Setelah tiba dirumah subyek
kembali merokok setelah makan siang, tetapi dilakukannya diluar rumah. Sorenya
Merokok diluar kak... abis tu sorenya pas kalau ada kawan-kawan ada
diluar, gabung-gabung merokok juga.
(S2. W1/b. 147-149/hal. 23)
Selain disekolah subyek mulai merokok dirumah ketika orang tuanya tidak
berada dirumah dan didalam kamar disaat mendengarkan MP3 atau sedang
kamarnya karena yang ibu subyek tahu hanya teman subyek yang merokok,
ibu subyek tidak mengetahui bahwa mereka sedang merokok didalam kamar.
e..karena temen yang dari luar datang.. jadi kadang-kadang kan mereka
merokok didalam kamar, jadi dah terbiasa didalam kamar tu ada asap
rokok gitu..Yang mama tau temen-temen yang merokok, titi nggak....
Karena kan hidupi kipas angin, baru semprot pengharum ruangan itu..jadi
nggak ketahuan kak...
(S2. W2/b. 84-92/hal. 30)
merokok. Bagi subyek ada sesuatu yang kurang jika sedang berbincang-bincang
Ya...titi tetap merokok kak, walaupun teman nggak merokok.. kan nggak
enak gitu kak kalau lagi ngobrol-ngobrol gitu nggak merokok, ada yang
kurang aja..
(S2. W3/b. 224-227/hal. 38)
hingga saat ini subyek mengahabiskan 11 batang rokok dalam satu hari. Subyek
memulai rokok pertamanya dalam 1 hari selang jam 1 jam setelah bangun
pagi
Ehm....setengah jam gitulah kak atau 1 jam gitu. Pas bangun pagi, selesai
mandi , sarapan, keluar mu pergi sekolah singgah ke kede sebentar, baru
beli rokok, terus ya merokok sambil jalan..
(S2. W1/b. 162-166/hal. 24)
didalam rokok yang membuat subyek ketagihan untuk merokok. Setiap habis
makan subyek pasti merokok karena merokok setelah makan itu memiliki rasa
dalam 1 hari jika subyek tidak memiliki uang untuk membeli rokok. Tapi hal ini
jarang terjadi. Subyek banyak mengkonsumsi rokok ketika merasa bosan, malam
hari dan ketika bersama temannya. Jika subyek menghabiskan waktu bersama
temannya dalam waktu yang lama, subyek bisa menghabiskan 14 batang rokok
dalam 1 hari.
Hm...ya kalau lagi nggak ada duit gitu kak minimal 4 batang gitu perhari
kak.. tapi jarang...
(S2. W3/b. 85-87/hal. 35)
Hm..keadaan lagi sendiri gitu biasanya kan sendiri ngearasa bosan gitu
kan, rokok itu tadi lah temannya, atau malam gitu kan karena udaranya
dingin jadi lebih hangat aja.. lagi sama teman juga ngobrol-ngobrol gitu..
kalau duduk ma teman lama kali gitu kan, kadang bisa juga tu sampe 14
batang gitu dalam 1 hari.
(S2. W3/b. 94-101/hal. 35)
merokok dikamar mandi dan dibangunan yang tidak terpakai lagi dibelakang
sekolah. Subyek pernah ketahuan satu kali sedang merokok bersama teman-
temannya ketika ada razia mendadak disekolahnya 6 bulan yang lalu. Subyek dan
baju dengan 10 batang rokok dimulut mereka. Sejak saat itu subyek jarang
e...Cuma sekali
(S2. W1/b. 289/hal. 27)
Ya..e... baru-baru 6 bulan yang lalu lah kak...waktu tu lagi istirahat kak,
kalau istirahat kami sering kesitu, ya udah merokok... kayaknya ada yang
bilang gitu kami sering merokok dibelakang. Yaudah kena razia mendadak
kami...
(S2. W1/b. 291-296/hal. 27)
Hingga saat ini ayah subyek tidak mengetahui bahwa subyek seorang
perokok karena ayah subyek sedang di Kalimantan dan jarang pulang. Ayah
subyek tidak pernah menanyakan kepada subyek apakah subyek merokok. Ibu
subyek tidak mengatakan kepada ayah subyek ketika subyek ketahuan merokok
oleh ibunya.
Nggak pernah kak... toh sampe sekarang juga papa nggak pernah nanya-
nanya gitu ma titi, singgung-singgung pun tentang rokok nggak pernah..
(S2. W3/b. 120-123/hal. 36)
sampai saat ini. Subyek mengganggap rokok sebagai teman untuk penghilang rasa
bosan dan suntuk. Subyek sudah merasa ketagihan terhadap rokok karena adanya
nikotin yang dikandung rokok sehingga subyek memiliki dorongan untuk selalu
kecanduan.
Ya...rasa candu aja gitu kak. Kan kalau bisa dibilang kan, kan ada
nikotinnya tu kak yang mendorong kita untuk terus merokok dan candu
rokok tersebut kan kak, jadi...yah..mungkin itu lah kak faktor
pendorongnya kak, udah kecanduan..
(S2. W1/b. 170-176/hal. 24)
Subyek merasa lebih konsentrasi, lebih tenang dan tidak memikirkan apa-
apa ketika sedang merokok. Jika dalam 1 hari tidak merokok, subyek merasa tidak
enak badan, pusing dan lidah terasa pahit sehingga subyek mencari rokok.
Nggak ada ti lebih konsentrasi aja gitu, kayak nganggap rokok itu temen
gitu, ya...lebih tenang la, nggak mikirin apa-apa gitu...
(S2. W2/b. 42-45/hal. 29)
Ya...e...nggak enak gitu la badan kak, e..agak pusing gitu, lidah e...agak
pahit gitu...rasanya pengen mencari rokok itu aja.. kadang-kadang sisanya
rokok diluar saya bawa pulang dikamar biar bisa merokok..
(S2. W1/b. 311-316/hal. 27)
sembuh dari batuk subyek kembali merokok karena ditawari temannya dan
subyek merasa seperti ada dorongan untuk merokok kembali dan akhirnya subyek
merokok kembali. Subyek memiliki keinginan untuk berhenti merokok, tapi hal
itu belum terlaksana karena efek dari rokok belum pernah dirasakan subyek dan
Pernah 1 minggu dulu kak, karena sakit batuk gitu....dah gitu sembuh,
pergi gabung-gabung lagi, baru ditawari rokok, ni ti rokok katanya, ya
merokok lagi, ntah kayak ada rasa gitu mu ambil lagi kak... jadi merokok
lah...
(S2. W2/b. 156-161/hal. 31)
e...memang rasanya pengen berhenti juga, tapi kayaknya belum bisa lah
kak.. entah karena efeknya belum nampak ama titi, entah karena
nikotinnya itu yang buat candu.. kayak gitu lah... jadi kalau bisa dibilang
karena candu itu dan efeknya juga belum ada, makanya merokok terus..
(S2. W3/b. 257-264/hal. 39)
3. Subjek III
dari 2 bersaudara. Subjek lahir 18 tahun yang lalu dari keluarga Melayu. Ayah
subjek adalah seorang wiraswasta dan ibu subjek adalah seorang Ibu Rumah
Tangga. Subjek memiliki seorang adik laki-laki yang duduk dikelas 4 SD. Saat ini
Swasta di Medan.
Subjek mencoba rokok pertama pada saat duduk dikelas 2 SMP. Subjek
melihat ayahnya merokok dari kecil. Ketika SMP subjek mencoba untuk merokok
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
96
karena ingin merasakan rokok yang selama ini dilihatnya dari orangtua nya.
Subjek merokok ketika subyek berada diluar rumah, jika subjek merokok dirumah
itu hanya didalam kamar karena subjek tidak ingin untuk merokok didepan
kesombongan diri. Subjek menjadi perokok sudah selama 4 tahun. Dalam 1 hari
banyak hingga 16 batang rokok dalam 1 hari ketika subjek lebih banyak berada
diluar rumah. Subjek akan merokok lebih sedikit hanya 4 batang jika subjek lebih
bulan yang lalu. Peneliti menanyakan secara langsung apakah subjek bersedia
menjadi subjek penelitian pada penelitian ini dan peneliti menjelaskan prosedur
wawancara.
Orang yang pertama kali subyek melihat merokok adalah ayahnya. Subyek
merokok. Setiap saat ketika subyek berada dirumah bersama ayahnya, subyek
selalu melihat ayahnya merokok. Rasa ingin tahu dan ingin mencoba terhadap
rokok muncul dan subyek mulai bertanya apa itu rokok dan kenapa ayah merokok.
Dari ayah..
(S3. W1/b. 24/hal. 40)
Ya... rasa ingin tau itu pasti ada kan...e.. ya...yang pertama rasa ingin
tau..yang kedua rasa ingin coba, apa sih sebenarnya rokok dan kenapa
ayah sampe merokok...
(S3. W1/b. 27-30/hal. 40)
Saat itu subyek mencoba rokok permen yang dijual. Subyek berpikir
bahwa rokok yang dihisap oleh ayahnya manis seperti permen yang dihisapnya.
eh dulu kan mbak ada yang dijual bon-bon kayak rokok, itukan manis..
nah jadi pengen tahu apa rokok itu manis juga kayak bon-bon itu rokok
yang dihisap oleh ayah, tapi kok nggak bisa dibakar, coba-coba merokok
kayak ayah gitu lah... mungkin itu kan yang dipikir waktu kecil dulu.
Setelah tahu rokok yang betulannya, ada yang manis, ada yang nggak ada
rasanya..
(S3. W1/b. 54-62/hal. 41)
Subyek mencoba rokok untuk pertama kalinya saat kelas 2 SMP. Subyek
berbohong dengan mengatakan bahwa dia juga merokok. Subyek ketahuan tidak
bisa merokok oleh temannya, lalu temannya mengajarkan cara merokok yang
benar. Sejak hari itu ketika pulang sekolah subyek merokok bersama teman-
temannya.
Ehm..pertama kali kelas 2 SMP.. kan waktu kelas 2 SMP tu liat kawan-
kawan sering diwarung depan sekolah gitu kan ngumpul sebelum masuk
sekolah. Yaudah pergi kesitu lah, liat kawan-kawan merokok disitu.. beli
rokok sendiri odoy... coba ngerokok. yaudah...gitu disitu saya mulai
merokok....
(S3. W1/b. 6-13/hal. 40)
Ehm... ada perasaan sendiri aja gitu untuk merokok, kawan-kawan pada
merokok yaudah segan aja kalau nggak merokok kan, yaudah merokok.
Terus ditanya kawan kan eh kau merokok juga?, iya lah aku jawabkan,
rupanya pas hari pertama tu ketahuan aku nggak bisa merokok kan, kayak
gini loh cara merokok yang benarnya kata orang ni gitu... terus
selanjutnya kalau gabung-gabung lagi pulang sekolah, pas datang
langsung ditawarin rokok, rokok doy.., terus merokok aja kami sama-
sama
(S3. W2/b. 144-156/hal. 50)
Hubungan subyek dengan ayahnya tidak begitu dekat. Ketika ayah subyek
dekat dengan ibunya. Dulu, ketika masih kecil subyek sering dipukuli oleh
e...dengan ayah kalau dibilang deket sih..e..nggak juga, Cuma disaat dia
lagi santai gitu, sering juga ngomong-ngomong sama dia, dalam arti kata,
sering itu bukan berarti tiap hari atau sangat dekat gitu kan asal ada apa-
apa ngomong sama ayah gitu, jarang kalau yang kayak gitu...kalau mama
Kalau aku nggak salah itu SD gitu, tapi aku lupa kelas berapa. Itu gara-
gara e...maen di paret (sambil tertawa kecil), jadi pulang-pulang pada
basah semua nya, baju-baju sekolahnya basah gitu, jadi dicubit pantatnya
dan dilibas...(sambil tersenyum).. dulu aku bandel gitu waktu kecil, sering
maen paret, terus disuruh tidur siang aku lari entah kemana, kalau udah
dilibas baru pulang
(S3. W3/b. 132-140/hal. 57)
mengetahui apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Subyek berfikir ayahnya
kelihatan lebih santai ketika merokok. Lambat laun minat subyek muncul untuk
Subyek hanya tahu bahwa rokok itu adalah sesuatu yang dihisap oleh ayahnya.
e... ya Cuma tahu rokok itu dihisap aja yang kayak ayah hisap, bisa
dibilang odoy nggak tahu gambaran lain atau informasi-informasi tentang
rokok itu, em....mungkin karena dulu tidak terlalu peduli, jadi nggak
ngerti..
(S3. W3/b. 19-24/hal. 54)
Subyek mencoba merokok pertama kali saat subyek duduk dikelas 2 SMP.
Subyek pertama kali mencoba rokok didepan sekolah. Saat itu sebelum masuk
Pertama datang sekolah kan waktu SMP, sekolahnya kan siang, itu
datang sekitar jam-jam..ehm..masuk hari itu jam 1, datangnya sekitar jam
12. Pas didepan sekolah itu biasanya ada warung, ada warung itu, disana
tu ada temen-temen, temen-temen pada merokok, ehm... odoy langsung
beli rokok aja mbak, ya merokoklah ...coba merokok...
(S3. W1/b. 67-74/hal. 41)
Pertama mencoba rokok dan belum mengetahui cara merokok yang benar,
subyek merasa sesak. Subyek merasakan ketagihan untuk mencoba terus belajar
merokok yang benar hingga dada subyek tidak sesak lagi ketika merokok. Teman-
Itu kan waktu pertama kan karena belum tau cara menggunakannya yang
betul makanya kayak gitu kan...ehm..disaat tau caranya gimana, rasanya
laen kan dari dada yang sesak gitu kan, ehm...lain aja rasanya kalau udah
tau cara penggunaan yang sebetulnya... karena udah tau caranya yang betul
itu, jadi pengen mencoba lagi, coba lagi...bahwasanya cara yang ku
gunakan pertama kan salah, ku coba lagi dengan cara ku yang baru ini... ya
kawan-kawan juga yang ajar tu mbak cara yang benernya, sampe sekarang
jadi ketagihan aja merokoknya...
(S3. W2/b. 118-130/hal. 49-50)
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
101
cara merokok yang benar oleh temannya. Subyek juga belajar merokok sendiri
tanpa sepengetahuan temannya diwarung dekat rumah subyek. Subyek tidak ingin
diejek oleh teman-temannya bahwa subyek tidak bisa merokok dengan benar.
Subyek merokok 1 batang ketika subyek pergi sekolah. Setelah pulang sekolah,
Ya...pertama itu karena ada nyoba rokok yang salah gitu kan, ada rokok
yang pahit, ada rokok yang manis...ya pertama-tama sebatang, kemudian
tau-tau yang lain ada yang enak lagi, langsung ketagihan jadi 2 batang 3
batang....
(S3. W1/b. 96-102/hal. 42)
sekolah subyek.
Subyek membeli rokok dari uang jajan yang diberikan kepadanya. Subyek
pernah merasa kekurangan uang jajan karena membeli rokok. Jika kekurangan
uang jajan seperti itu, subyek bersama temanya patungan untuk membeli rokok.
Rasa penyesalan pernah dirasakan subyek karena uang jajannya kekurangan untuk
membeli rokok, tapi perasaan itu tidak berlangsung lama karena jika subyek
Dari jajan juga..tapi pernah kekurangan uang gitu karena beli rokok ,
karena udah ketagihan gitu kan udah-udah sering melakukannya. Kalau
nggak nggak cukup uang patungan ma kawan. Dulu SMP ku dulu
kebetulan dekat dengan rumah gitu, jadi e...kalau untuk menyesal itu ada
karena uang jajan berkurang untuk rokok kan, tapi nggak berkepanjangan
gitu, biasa aja gitu..
(S3. W3/b. 230-238/hal. 59)
Karena e...merokok itu kalau disaat mu pergi sekolah itu jarang, disaat
mau masuk gitu kan masuk sekolah siang dulukan, jarang, paling sering
waktu pulang sekolah itu, karena uang itu udah dipisah-pisahin gitu.
Misalnya kan kalau disaat ada uang lebih, mau beli rokok ya beli rokok,
kalau nggak ada ya dari kawan juga ada...
(S3. W3/b. 240-247/hal. 60)
Walaupun subyek mengetahui bahaya rokok tersebut, subyek tidak begitu takut
karena subyek belum merasakan sakit yang ditimbulkan oleh rokok tersebut.
Subyek memiliki keinginan untuk tidak meneruskan perilaku merokoknya, tapi itu
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
103
tidak terlaksana karena pengaruh lingkungan. Subyek mulai terbiasa merokok jika
rokok oleh temannya khususnya teman yang lebih tua dari subyek. Ketika sudah
tersebut.
hm...kalau bisa dibilang sih, ada rasa takut gitu ada, tapi kecil.. karena
mungkin bisa dibilang e....belum pernah, mungkin...kalau orang belum
ngerasai pahitnya, mereka akan terus melakukan itu. Ya jadi karena odoy
belum merasa kan sakitnya, ya terus merokok... sebenarnya rasa ingin
tidak meneruskannya itu ada, tapi karena pengaruh lingkungan itu lah...
(S3. W3/b. 34-42/hal. 55)
Subyek tidak merokok didalam lingkungan sekolah saat SMP, tetapi disaat
didalam kelas bersama temannya saat jam olahraga. Subyek saat itu tidak dapat
mengikuti oleh raga karena sakit. Teman subyek tidak dapat mengikuti olahraga
karena tidak memakai seragam olahraga. Teman subyek membawa rokok pada
saat itu, lalu mereka merokok bersama didalam kelas. Selain itu subyek juga
merokok dikamar mandi. Subyek tidak pernah ketahuan merokok oleh pihak
sekolah.
Didalam lokal waktu ada jadwal olahraga kan, kebetulan jauh dari kantor
kepala sekolah...jauh itu ada dilantai 3. jadi waktu itu ada kegiatan olah
raga, kebetulan pernah ada sakit kuning gitukan aku nggak boleh olah
raga, jadi terserah aku mu kemana gitu istirahatnya. Ehm...ada juga kawan
yang nggak pake baju olahraga jadi dia dihukum gitu nggak boleh ikut
olahraga, jadi kami sama gitu didalam kelas. Yaudah kami didalam,
kebetulan kawan aku tu kantongin rokok, yaudah..merokok didalam..
(S3. W2/b. 82-94/hal. 49)
Dikamar mandi lah paling... dalam waktu seminggu tu pasti ada kami
merokok dikamar mandi..
(S3. W2/b. 96-98/hal. 49)
Subyek tidak pernah ketahuan merokok saat subyek SMP oleh ibu subyek.
Subyek ketahuan merokok setelah tamat STM. Saat itu subyek sedang merokok
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
105
diwarung dekat rumahnya dalam keadaan mati lampu. Orangtua subyek sedang
memanggil subyek yang saat itu sedang merokok. Subyek ketahuan merokok oleh
ibunya. Ibunya hanya menasehati subyek, tidak memarahi subyek dengan emosi
karena menurut subyek orangtua subyek mengetahui bahwa anak tidak akan jauh
beda dengan orangtuanya. Hal ini tidak membuat subyek berhenti untuk merokok.
Dulu waktu masih sekolah nggak pernah ketahuan saya mbak, main
cantik..haha (sambil tertawa). Tapi pas tamat STM baru ketahuan 2 kali
merokok..
(S3. W1/b. 136-139/hal. 43)
Waktu itu kan dah tamat STM kan, itu lagi dirumah kan, malam itu kan,
orang tua lagi dirumah kan, jemput nenek di Rumah Sakit. Aku lagi di
warung itu kan, warung dekat-dekat rumah, tempat kawan sih memang
lagi merokok, itu kondisinya lagi mati lampu kan pake lilin, jadi nggak
nampak ke jalan itu posisinya kan. Nggak lama kemudian tiba-tiba datang
mama gitu, aku dipanggil pas lagi ngisap rokok gitu.. yaudah ketahuan...
(S3. W1/b. 141-151/hal. 43)
Pertama-pertama sih biasalah kalau orang tua itu memberi nasehat gitu
kan.. yang kedua ya..e...sebenarnya sih nggak ada nada-nada marahi gitu
dengan rasa emosi yang besar itu nggak ada, karena orang tua juga tau
karena saya anak laki-laki pasti tau gitu gimana kedepannya, yah gimana
dia mencontoh orang tuanya, karena air hujan itu jatuhnya pasti kebawah
gitu
(S3. W1/b. 153-161/hal. 43-44)
Subyek juga pernah ketahuan merokok oleh ayahnya. Saat itu subyek
dari rumah yang sama dengan subyek dan ayah subyek melihat melihat subyek
merokok. Reaksi ayah subyek biasa saja tanpa ekspresi, lalu subyek membuang
e...karena dia..mungkin dia udah tahu dari mama kan bahwasannya aku
udah merokok gitu udah-udah.. itu kejadiannya aku udah tamat sekolah,
baru-baru tahun lalu gitu kan...e... dia pertama biasa aja gitu, biasa aja,
dengan ekspresi wajah yang terkejut gitu kan..e....tapi selanjutnya kan aku
ngerti sendiri, aku buang rokok itu, aku buang rokok itu yaudah aku
matiin. Terus dia, e....bilang seperti mama bilang gitu jangan merokok
banyak-banyak gitu, Cuma gitu aja sih...
(S3. W3/b. 91-102/hal. 56)
Subyek merokok setelah makan dan sedang berada diluar rumah bersama
kenikmatan dan merasa lebih plong. Subyek lebih banyak menghisap rokok ketika
bersama teman-temannya. Subyek juga merokok ketika subyek merasa bosan, jika
subyek tidak merokok ketika bersama teman subyek yang merokok, itu artinya
e....kalau abis makan merokok, itu dapat menambah kenikmatan kak. Kan
perut kita kenyang tu kalau selesai mekan, jadi kalau merokok lebih plong
aj....
(S3. W2/b. 51-54/hal. 48)
Jika sedang bersama teman yang tidak merokok, subyek tidak merokok.
Subyek dapat menahan untuk tidak merokok karena melakukan aktifitas lain
seperti tertawa bersama teman dan didukung warung yang letaknya jauh. Subyek
merasakan suatu kejenuhan jika sedang tidak merokok ketika bersama temannya
yang tidak merokok. Namun perasaan jenuh itu bisa diatasinya dengan melakukan
sesuatu yang lucu. Subyek akan merokok jika bersama temannya yang merokok.
...tapi kalau aku gitu pergi ama teman yang nggak merokok gitu kan, ada
sekitar 3 orang yang nggak merokok, kami hanya 4 orang, jadi Cuma aku
yang merokok, kadang aku dengan...dengan melakukan aktifitas yang lain
seperti ya ketawa-ketawa kan, jauh dari warung kan supaya bisa beli
rokok, itu nggak merokok. Tapi kalau disaat e...disaat bersama dengan
kawan yang merokok, aku pasti merokok...
(S3. W3/b. 48-58/hal. 55)
subyek berada dirumah. Saat itu subyek tidak bisa tidur, lalu subyek merokok.
menurut subyek dengan merokok tadi subyek merasa lebih tenang dan subyek jadi
tertidur.
Dikamarlah palingan ada... tapi nggak sering lah, dalam seminggu itu ada
satu atau 2 kali merokok dikamar. pernah kan waktu itu nggak bisa
tidurkan, jadi kamar tu paling depan ada jendela kaca kan tu panjang
kebawah, jadi ya tinggal buka jendela, ya merokok sendiri dikamar..
ehm...sambil diam-diam merokok.. udah, sehabis merokok itu kan ngerasa
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
108
tenang aja gitu, ngerokok-ngerokok terus kan, mata jadi berat, jadi bisa
tidur jadinya...
(S3. W2/b. 159-168/hal. 51)
didepan orangtua dapat menjatuhkan harga diri orangtua. Subyek juga tidak
...bagi odoy didepan mata orang tua odoy nggak mau merokok untuk
menampakkan kesombongan diri gitu..
(S3. W1/b. 171-174/hal. 44)
bertambah. Awalnya subyek hanya merokok 3 batang dalam satu hari. Saat ini
subyek merokok 8 hingga 10 batang dalam satu hari. Subyek memulai rokok
pertamanya dalam 1 hari selang 2 3 jam setelah bangun pagi. Jumlah batang
rokok yang dikonsonsumsi subyek dapat bertambah juga berkurang pada keadaan
tertentu. Biasanya jumlah rokok bisa bertambah hingga 16 batang ketika subyek
bergadang selama 24 jam diluar rumah, seperti acara 17 Agustus. Jumlah betang
rokok subyek dapat berkurang hingga 4 batang rokok perhari ketika subyek
Iya lah pasti....dulunya kan 1 sampe 2 batang aja... makin lama makin
banyak aktifitas diluar rumah makin sering gabung ma kawan makin
bertambah dia jumlah rokoknya. Sekarang aja kira-kira 8-10 batang nggak
kemana itu mbak...
(S3. W2/b. 34-39/hal. 47-48)
Ehm...paling ada 2 3 jam setelah bangun pagi lah.. karena itu kan pasti
udah berada dijalan dan diluar rumah gitu..
(S3. W1/b. 225-227/hal. 45)
Subyek membeli rokok dari uang jajan subyek. Terkadang ayah subyek
memberikan uang kepada subyek untuk membeli rokok. Subyek merokok ketika
bersama teman-teman subyek saat istirahat. Subyek juga merokok didalam kelas
saat sedang menunggu dosen. Hingga saat ini subyek tidak pernah ketahuan
merokok disekolah. Saat ini subyek merokok dirumah dan dikampus. Subyek
menganggap rokok sebagai suatu kebiasaan karena rokok itu berada disekitar
subyek dan pengaruh lingkungan, dimana subyek tidak merokok jika bersama
teman subyek yang tidak merokok. Subyek akan merokok ketika bersama teman
Kalau menurut odoy e....itu nggak seperti nasi sebetulnya, itu nggak
pokok kan. e... bisa dibilang sih sebenernya itu sebagai kebiasaan gitu,
karena pengaruh lingkungan dan benda itu ada disekitar saya..
(S3. W1/b. 182-187/hal. 44)
merasa bosan dan seperti ada sesuatu yang kurang. Subyek merasa tenang ketika
Ehm...jadi kayak apa aja gitu... macem kebingungan aja gitu... bingung,
bingung...ehm..cemana dibilang ya...macem ada..apa ya...cem ngerasa
bosan aja gitu, kebosanan aja gitu. Misalnya ehm...bangun pagi gitu kan,
diem-diem diem aja dirumahkan, nonton TV, makan, gitu-gitu aja kan,
nggak merokok gitu kan. Kayak ada suatu kebiasaan yang hilang gitu..
susah lah bilangnya, kayak ada yang kurang aja gitu...
(S3. W2/b. 208-218/hal. 52)
Mungkin ada terasa nikmat tersendiri dari dalam diri gitu.. kayaknya
ngerasa apa gitu ya...ngerasa mungkin kalau dibilang ngerasa tenang
ada..ehm ngerasa tenang macem apa ya dibilang ya, ehm...macem kita
duduk didepan teras gitu, kena angin sepoi-sepoi, tenang gitu perasaan
kan... gitu lah kalau rasanya merokok mbak...
(S3. W2/b. 9-16/hal. 47)
Subyek pernah tidak merokok 1 hari karena subyek menghisap rokok yang
salah yang menyebabkan subyek merasa sesak ketika tidur. Hari berikutnya
subyek kembali merokok karena ketagihan terhadap rokok dan karena pengaruh
lingkungan.
Pernah tu waktu satu hari tu kan teman saya ada yang meninggal di
Rantau, saya coba rokok yang salah, salah beli rokok. Nggak cocok
ditenggorokan gitu, e...kalau malam gitu terasa sesak disaat tidur..
E....disitu pada saat tau sakitnya karena rokok itu, pengen mencoba gitu 1
hari untuk nggak mencoba merokok dan ternyata bisa...tapi keesokan
harinya merokok lagi, nggak tahan juga..
(S3. W1/b. 230-239/hal. 45)
Ya itu tadi udah ketagihan gitu mbak, nggak enak aja kalau nggak
merokok... ditambah lagi pengaruh lingkungan, makin nggak bisa lah
nggak merokok..
(S3. W1/b. 241-244/hal. 46)
subyek sudah terbiasa dengan rokok, jika tidak merokok ada sesuatu yang kurang.
Karena udah terbiasa aja dengan mempergunakan rokok itu. Kayak yang
tadi aku bilang, ada yang kurang kalau nggak merokok mbak.....
(S3. W2/b. 266-269/hal. 53)
C. Interpretasi Data
1. Subjek I
subyek mendidiknya dengan keras. Subyek tidak suka bila ayahnya berlaku kasar
kepadanya. Ketika subyek kecil, subyek pernah dipukuli oleh ayahnya karena
ketahuan tidak sekolah. Didikan keras dari ayahnya pernah membuat subyek ingin
lari dari rumah, tapi hal itu tidak terlaksana. Baer & Corado (dalam Atkinson,
1999) menyatakan bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang
memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia.
Orang yang pertama kali subyek lihat merokok adalah temannya. Subyek
ditawari rokok oleh temannya. Menurut subyek pada saat itu jika tidak merokok
berarti tidak gaul. Subyek tidak dapat menolak tawaran itu karena subyek merasa
tidak enak. Al Bachri (1991) menyatakan bahwa diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu
3) Faktor Kepribadian
perasaan ingin tahu dan ingin mencoba rokok pada diri subyek. Mutadin (2002)
mengatakan bahwa orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau
ingin melepaskan diri dari rasa sakit, membebaskan diri dari kebosanan.
Menurut subyek ada perasaan tidak enak yang dirasakan subyek ketika
subyek ditawari rokok oleh temannya sehingga subyek tidak dapat menolak untuk
mencoba rokok. Atkinson (1999) menyebutkan bahwa orang yang memiliki skor
tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna rokok
1) Tahap Persiapan
beranggapan bahwa orang yang merokok itu memiliki banyak teman dan orang
yang merokok kelihatan asyik. Subyek tidak memiliki gambaran apapun tentang
rokok. Melihat temannya yang merokok membuat subyek mulai bertanya apa itu
rokok dan kenapa mereka merokok. Hal inilah yang menimbulkan minat subyek
untuk merokok.
2) Tahap Permulaan
batang rokok abang sepupunya yang saat itu sedang berada dirumah subyek. Saat
Sejak saat itu subyek tidak merokok lagi. Leventhal & Everhart (1979)
menyatakan bahwa reaksi negatif terhadap rokok seperti rasa rokok yang tajam
merokok karena merasa tidak enak menolak tawaran temannya yang saat itu
sedang merokok. Teman subyek mengajari cara merokok yang benar hingga
subyek dapat merokok dengan cara yang benar dan rokok jadi terasa lebih nikmat.
Mulai saat itu subyek merokok bersama teman-temannya setelah pulang sekolah
perokok apabila orang tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang per
hari.
ketahuan merokok disekolah oleh pihak sekolah. Pihak sekolah tidak memberikan
hukuman apapun kepada subyek dan temannya. Hal ini membuat subyek
merokok oleh ayah dan ibunya. Reaksi kedua orangtua subyek sama, yaitu hanya
menasehati subyek dan tidak melarang subyek untuk tidak merokok lagi. Subyek
juga mulai merokok didalam kamarnya. Subyek merokok didalam kamar hanya 3
kali. Ibu subyek melarang subyek untuk merokok didalam kamar. Hal inilah yang
membuat subyek tidak pernah merokok lagi ketika berada dikamar. Subyek juga
Keinginan untuk terus merokok timbul pada diri subyek. Menurut subyek,
akibat nikotin yang ada didalam rokok yang membuat subyek ingin terus
merokok. Subyek merokok disaat bersama temannya yang merokok maupun yang
tidak merokok. Bagi subyek tidak enak rasanya bila sedang berbicara dengan
teman tidak merokok. Subyek juga merokok disaat subyek merasa bosan dan
suntuk dan yang pasti subyek harus merokok setelah makan. Menurut subyek
merokok setelah makan wajib karena rokok dapat menambah kenikmatan setelah
makan.
Saat ini subyek mengkonsumsi rokok 16 batang rokok dalam 1 hari. Jumlah ini
akan bertambah jika subyek bergadang bersama temannya dan berkurang ketika
Leventhal dan Clearly (1967) mengatakan bahwa tahap ini sebagai suatu
proses belajar, kapan dan dimana merokok dan memasukkan peran dari seorang
perokok kedalam didirinya. Selama tahap ini , toleransi berkembang sebagai efek
menghilangkan rasa bosan dan suntuk. Menurut subyek dengan merokok paru-pru
dapat menjadi hangat karena asap dari rokok masuk kedalam paru-paru. Subyek
pernah tidak merokok 3 hari karena sakit. Subyek merasa suntuk dan mulut terasa
pahit jika tidak merokok. Subyek terdorong untuk merokok kembali saat subyek
sembuh. Subyek belum memiliki niat untuk berhenti merokok karena merokok
sudah menjadi suatu kebiasaan bagi subyek. Ikard, Green & Horn (1969)
menyatakan bahwa alasan untuk terus merokok adalah sebagai sebuah kebiasaan,
2. Subjek II
Orang pertama yang dilihat subyek merokok adalah ayah subyek. Ayah
subyek sering merokok didalam rumah maupun diluar rumah. Ayah subyek
merokok setelah makan dan saat nonton TV. Subyek mulai memperhatikan
Mutadin (2002) menyatakan bahwa bila orang tua sendiri menjadi figur contoh
Subyek lebih dekat dengan ibunya daripada ayahnya. Saat subyek kecil
subyek pernah dipukuli dan dilibas dengan rotan oleh ayahnya ketika subyek
berbuat salah. Ibu subyek hanya mencubit dan memarahi subyek jika subyek
berbuat salah. Baer & Corado (dalam Atkinson, 1999) menyatakan bahwa anak-
anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
Ketika subyek kelas 3 SMP, subyek memiliki teman yang perokok dan
sering melihat temannya merokok setelah pulang sekolah. Saat itu subyek melihat
temannya merokok dan subyek ditawari rokok oleh temannya. Subyek tidak dapat
menolak tawaran rokok dari temannya karena subyek ingin terlihat sama dengan
sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
3) Faktor Kepribadian
Subyek sering melihat ayahnya merokok dari kecil dan subyek juga
melihat temannya merokok ketika SMP. Subyek mengetahui bahwa merokok itu
menimbulkan serangan jantung dari om nya. Subyek tidak percaya bahwa rokok
dapat menimbulkan serangan jantung karena ayah dan omnya merokok tapi tidak
terkena serangan jantung. Sering melihat ayah dan temannya merokok serta tidak
percaya bahaya yang ditimbulkan oleh rokok membuat subyek ingin tahu dan
ingin mencoba rokok. Mutadin (2002) mengatakan bahwa orang mencoba untuk
merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit,
Subyek tidak dapat menolak tawaran rokok dari temannya agar terlihat
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
pengguna rokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.
1) Tahap Persiapan
ayahnya merokok yang memainkan asap rokok. Saat itu subyek berpikir bahwa
ayahnya yang sedang merokok kelihatan tenang dan lebih anggar. Subyek juga
melihat temannya yang merokok. Melihat ayah dan temannya yang merokok
2) Tahap Permulaan
tenggorokannya panas. Sejak saat itu subyek tidak pernah merokok lagi.
Leventhal & Everhart (1979) menyatakan bahwa reaksi negatif terhadap rokok
seperti rasa rokok yang tajam dan panas merupakan faktor yang menyebabkan
tawaran rokok yang diberikan temannya karena subyek dulu pernah batuk-batuk
dengan alasan merasa tidak enak sendirian tidak merokok diantara teman-
temannya yang merokok. Subyek kembali batuk-batuk ketika merokok, lalu teman
subyek mengajarkan cara merokok yang benar hingga subyek dapat merokok
dengan benar.
memperoleh informasi tentang bahaya merokok dari temannya yang lebih tua. Hal
ini tidak membuat subyek untuk berhenti merokok karena subyek masih tidak
Abang subyek juga seorang perokok. Subyek dan abangnya sering berbagi
rokok dan mereka merokok dikamar. Menurut subyek diawal merokok subyek
pernah ketahuan merokok oleh ibunya. Ibu subyek menghukum subyek dengan
tidak memberikan uang jajan selama 2 hari. Selama 1 minggu ibu subyek selalu
memeriksa subyek, tapi setelahnya ibu subyek tidak pernah memeriksa lagi karena
setidaknya salah satu orang tua yang merokok, memiliki saudara kandung atau
teman yang merokok dan tidak percaya kalau merokok dapat membahayakan
kesehatan mereka, misalnya merasa bahwa merokok hanya akan berbahaya bagi
orang-orang yang telah tua, atau merokok hanya akan berbahaya jika telah
batang per hari. Ketika SMP subyek dan temannya merokok disekolahnya dan
hukuman, tapi hal ini tidak membuatnya berhenti merokok disekolah karena
bersama temannya. subyek kembali merokok setelah pulang sekolah dan setelah
makan siang. Sorenya subyek kembali merokok bersama temannya diluar rumah.
Subyek mulai merokok dirumah ketika orangtuanya tidak berada dirumah dan
Subyek merokok baik sedang bersama temannya yang merokok maupun bersama
membuat subyek ketagihan terhadap rokok. Setelah makan subyek pasti merokok
karena merokok setelah makan memiliki rasa yang berbeda daripada merokok
disaat yang lain. Subyek mengkonsumsi rokok lebih banyak ketika merasa bosan,
malam hari dan sedang bersama temannya. Ketika subyek tidak memiliki uang
subyek mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang sedikit. Saat ini subyek juga
saat ini ayah subyek tidak tahu bahwa subyek seorang perokok. Leventhal dan
Clearly (1967) mengatakan bahwa tahap ini sebagai suatu proses belajar, kapan
dan dimana merokok dan memasukkan peran dari seorang perokok kedalam
didirinya. Selama tahap ini , toleransi berkembang sebagai efek fisiologis dari
sebagai teman untuk menghilangkan rasa bosan dan suntuk. Subyek sudah
tenang dan tidak memikirkan apa-apa ketika sedang merokok. Subyek pernah
tidak merokok selama 1 minggu karena sakit. Subyek tidak enak badan, pusing,
dan lidah terasa pahit ketika tidak merokok. Subjek kembali merokok setelah sakit
kerena subyek terdorong untuk mengambil rokok itu lagi ketika subyek bersama
temannya.
Subyek memiliki keinginan untuk merokok, tapi hal itu belum terlaksana
karena efek dari rokok belum dirasakan subyek dan adanya rasa ketagihan. Ikard,
Green & Horn (1969) menyatakan bahwa alasan untuk terus merokok adalah
2. Subjek III
Orang yang pertama kali subyek merokok adalah ayah subyek. Sejak kecil
subyek melihat ayahnya merokok. Setiap saat subyek berada dirumah bersama
ayahnya merokok dan subyek mulai bertanya apa itu rokok dan kenapa orang
merokok. Subyek mencoba permen rokok dan menirukan cara ayahnya merokok.
Mutadin (2002) menyatakan bahwa bila orang tua sendiri menjadi figur contoh
karena subyek nakal. Baer & Corado (dalam Atkinson, 1999) menyatakan bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana
fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda
subyek langsung membeli rokok dan menghisapnya. Subyek merasa segan tidak
satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al
Bachri, 1991).
3) Faktor Kepribadian
subyek membuat subyek ingin mengetahui dan mencoba rokok hingga subyek
untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit,
membeli rokok dengan sendirinya karena merasa segan tidak merokok diantara
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
pengguna rokok dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah.
1) Tahap Persiapan
kelihatan lebih santai ketika merokok. Hal ini menimbulkan minat subyek untuk
apapun tentang rokok. Subyek hanya tahu bahwa rokok adalah sesuatu yang
2) Tahap Permulaan
karena melihat semua temannya merokok. Dada subyek terasa sesak saat pertama
merokok, tapi hal itu diabaikan subyek. Subyek merasa ketagihan untuk terus
belajar merokok hingga dada subyek tidak merasa sesak lagi. Leventhal &
Everhart (1979) menyatakan bahwa reaksi negatif terhadap rokok seperti rasa
rokok yang tajam dan panas merupakan faktor yang menyebabkan seseorang
juga belajar merokok sendiri tanpa sepengetahuan temannya agar temannya tidak
mengejek subyek jika subyek tidak bisa merokok. Pertama merokok subyek hanya
sekolah, setelah makan dan dimalam hari. Biasanya subyek merokok bersama
temannya didepan sekolah. Jika subyek tidak memiliki uang untuk membeli
rokok, subyek dan temannya patungan untuk membeli rokok. Subyek mulai
Namun, hal itu tidak membuat subyek berhenti merokok karena subyek belum
meneruskan perilaku merokok jika individu memiliki setidaknya salah satu orang
tua yang merokok, memiliki saudara kandung atau teman yang merokok dan tidak
bahwa merokok hanya akan berbahaya bagi orang-orang yang telah tua, atau
merokok hanya akan berbahaya jika telah mengkonsumsinya dalam waktu yang
cukup lama
waktu selam 1 bulan hingga merokok 4 batang rokok dalam 1 hari. Oskamp
(1984) mengatakan bahwa seseorang menjadi perokok apabila orang tersebut telah
Subyek ketahuan merokok oleh ibunya setelah subyek tamat STM. Ibu subyek
tidak memarahi subyek hanya menasehati saja. Menurut subyek ibu subyek
mengetahui bahwa anak tidak akan jauh beda dengan orang tuanya, maksudnya
Subyek juga pernah ketahuan sedang merokok oleh ayahnya. Sama seperti
ibu subyek, ayah subyek tidak marah hanya menasehati saja. Subyek merokok
ketika berada diluar rumah bersama teman-temannya. Subyek tidak akan merokok
ketika sedang bersama teman yang tidak merokok dan sebaliknya. Subyek merasa
jenuh saat tidak merokok, namun hal itu dapat diatasi subyek dengan melakukan
aktifitas yang lucu. Setelah makan subyek merokok untuk menambah kenikmatan
dan merasa plong. Subyek juga merokok disaat subyek merasa bosan. Subyek
juga merokok 2 kali dalam 1 minggu dikamar. Semakin hari rokok yang
ini akan bertambah jika subyek banyak menghabiskan waktu diluar rumah dan
berkurang jika subyek banyak menghabiskan waktu dirumah. Saat ini subyek
dikantin.
Leventhal dan Clearly (1967) mengatakan bahwa tahap ini sebagai suatu
proses belajar, kapan dan dimana merokok dan memasukkan peran dari seorang
perokok kedalam didirinya. Selama tahap ini , toleransi berkembang sebagai efek
menganggap rokok sebagai suatu kebiasan karena rokok itu berada disekitar
subyek dan pengaruh lingkungan. Subjek merasa tenang ketika sedang merokok.
Subyek pernah 1 hari tidak merokok karena salah mencoba rokok sehingga
subyek merasa sesak ketika tidur. Subyek merasa kebingungan, merasa bosan dan
seperti ada yang kurang bila tidak merokok. Subyek belum memiliki niat untuk
berhenti merokok dengan alasan rokok itu sudah menjadi suatu kebiasaan bagi
subyek. Ikard, Green & Horn (1969) menyatakan bahwa alasan untuk terus
Tabel IV. B
Rangkuman Hasil Wawancara
tidak merokok.
merokok. Subjek
tidak
mempercayai
bahwa rokok
dapat
menyebabkan
kematian. Abang
subjek juga
seorang perok.
BAB V
A. Kesimpulan
dimana pada subjek II (Titi) dan subjek III (Odoy) memiliki ayah yang
merokok sejak mereka kecil, namun subjek I (Ari) memiliki ayah yang
tidak merokok dan mereka akan dipukuli oleh orangtua mereka jika
mereka berbuat salah ketika mereka masih kecil; pengaruh teman sebaya,
teman mereka dan memiliki perasaan yang tidak enak jika mereka tidak
yaitu ketiga subjek memiliki rasa ingin tahu dan ingin mencoba rokok
ketika mereka melihat orangtua (subjek I dan subjek II) dan teman mereka
yang merokok.
2. Tahap persiapan
kelihatan lebih tenang dan lebih anggar ketika melihat ayahnya merokok.
Subjek III berpikir ayahnya kelihatan lebih asyik ketika merokok. Melihat
3. Tahap permulaan
Subjek I dan subjek II mencoba rokok pertama mereka ketika mereka SD,
yaitu subjek I pada kelas 3 SD dan subjek II pada kelas 5 SD. Mereka
kembali merokok saat SMP (subjek I kelas 1 SMP dan subjek III kelas 3
SMP). Subyek III mencoba rokok pertamanya pada kelas 2 SMP, subjek
dilingkungan sekolah baik ketika SMP maupun SMA. Subjek I dan subjek
ketika bersama teman, sedang sendirian dan setelah makan. Jumlah rokok
yang dikonsumsi ketiga subjek tidak tetap, jumlah rokok akan bertambah
rokok.
B. Diskusi
kemungkinan besar untuk mencontohnya dan menjadi perokok. Sigelman & Rider
mengobservasi perilaku orang lain (disebut model). Kedua teori diatas sejalan
dengan hasil pada penelitian ini, dimana subjek II dan subjek III mencoba untuk
umumnya anak-anak muda mencoba merokok pertama mereka pada saat bersama
penelitian ini, khususnya pada subjek I dan subjek II. Subjek I mencoba rokok
mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain karena adanya tekanan baik secara
langsung atau tidak. Remaja menyerah pada tekanan kelompok secara langsung
karena adanya permintaan secara langsung untuk mengikuti apa yang telah dibuat
oleh kelompok tersebut. Remaja mengikuti apa yang dibuat oleh kelompok
didalam kelompok dan juga agar sama seperti sikap dan perilaku teman-temannya
dimana ketiga subjek mencoba untuk merokok karena memiliki perasaan tidak
enak dan ingin terlihat sama dengan teman mereka yang merokok. Subjek I dan
subjek II ditawari rokok oleh teman mereka dan mereka tidak dapat menolak
tawaran rokok dari teman mereka karena merasa tidak enak jika tidak merokok
sedangkan semua teman mereka merokok. Subjek III langsung membeli sebatang
rokok ketika melihat temannya merokok. Subjek merasa segan jika tidak
merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai
ketergantungan nikotin. Hal ini terjadi pada ketiga subjek dalam penelitian ini.
Semakin hari rokok yang dikonsumsi subjek I semakin bertambah. Awal merokok
jumlah rokok yang dikonsumsi subjek untuk saat ini mencapai 16 batang dalam 1
hari. Hal ini juga terjadi pada subjek II. Semakin hari rokok yang dikonsumsi
hingga 2 batang rokok, lambat laun jumlah rokok yang dikonsumsi subjek untuk
saat ini mencapai 11 batang dalam 1 hari. Subjek III juga mengalami hal yang
sama. Awal merokok subjek hanya menghabiskan 2 hingga 3 batang rokok dan
bertambah jumlah rokok yang dikonsumsi maka semakin sering pula subjek
merokok.
C. Saran
1. Saran Praktis
dikonsumsi.
b. bagi orangtua diharapkan untuk tidak menjadi figur yang buruk yaitu
untuk tidak menggunakan kekerasan fisik kepada anak jika anak berbuat
untuk merokok.
d. bagi pihak sekolah agar lebih sering melakukan razia siswa yang merokok
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson dkk. (1993). Pengantar psikologi (Edisi 11, Jilid 1).Batam : Interaksara.
Baldwin, R.D. (2002). Stress and Illnes in Adolescence: Issue of race and gender.
http//www.fidarticles.com/[on-line].
Levy, M.R. (1984). Life and Health. New York: Random House.
Munir, Rozy. (2001). Penduduk Usia Remaja. http:// www. sinarharapan. co.id/
berita/0521/11/nas07.html.
Murray, dkk. 2000. Health Psychology. London: Sage Publication Ltd 6 Bonhill
Street.
Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. New Jersey: Prentice Hall.
Sack, J.M. & Kroupat, E. 1998. Social and Its Application (2nd ed). Singapore:
Mc.Graw Hill Company.
Sarafino, F.P. (1994). Health Psychology (2-nd Edition). New York: John Wiley
& Sons.
Taylor, S.E. Peplau, L.A., Sears, D.O. (2000), Social psychology, 10th edition.
New jersey : Prentice Hall, Inc.
Yusuf, Syamsu. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN A
PEDOMAN WAWANCARA
salah?
mencobanya?
anda?
tersebut?
5. apakah jumlah batang rokok yang anda hisap semakin hari semakin
bertambah?
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 1
Wawancara I
84 batang?
85 E 1 bungkus lah paling 16 batang lah 1 Siap makan subyek
86 harinya.. wajib merokok
87 R dalam 1 hari itu, pertama merokok dimulai
88 kapan?
89 E pagi lah dah mulai merokok, tapi lebih sering Subyek merokok
90 siap makan. Klo siap makan itu wajib diluar rumah
91 merokok aku. Bangun tidur, makan, baru
92 merokok.
93 R merokoknya didalam rumah?
94 E nggak, diluar.. Subyek memulai
95 R biasanya dari bangun tidur itu merokok rokok pertama dalam
96 waktunya selang berapa jam? 1 hari selang - 1
97 E maksudnya? (menghidupkan rokok kedua) jam setelah bangun
98 R kan ari bangun tidur, terus makan, baru pagi.
99 merokok. Kira-kira berapa jam waktu ari dari
100 bangun tidur ke merokok?
101 E o... bangun tidur duduk-duduk bentar, sarapan Setelah makan, ketika
102 jam 9 gitu, trus langsung keluar merokok, bersama teman dan
103 paling ada antara jam sampe 1 jam lah... ketika sendirian
104 R jadi abis siap makan ari merokok ya? subyek merokok.
105 E iya...pokoknya abis siap makan wajib pasti
106 merokok, mau makan pagi, makan siang, sore,
107 makan malam, pokoknya abis makan lah..
108 selebihnya klo lagi ma kawan atau kalau lagi
109 pengen aja.
110 R kalau lagi pengen aja maksudnya?
111 E ya..kalau lagi sendiri nggak ada kerjaan, lagi
112 suntuk, bosan, merokok. Gimana ya kak,
113 rokok ini kan udah jadi kawan aku. Klo jalan
114 sendirian malam misalnya, klo aku merokok Subyek belum
115 jadi lebih berani aja bawaannya. Klo malam kesampaian untuk
116 merokoknya agak banyak kak, karena malam berhenti merokok.
117 lebih dingin, ya lebih banyak merokoknya. Setiap hari subyek
118 R pernah kepikiran untuk berhenti merokok? merokok.
119 E Ada lah, tapi belum kesampean aja
120 berhentinya (sambil tersenyum) Alasan subyek untuk
121 R tapi pernah 1 hari nggak merokok? terus merokok karena
122 E ehm.......nggak pernah kak, tiap hari aku kebiasaan.
123 merokok..
124 R apa alasan ari untuk tetap terus merokok?
125 E yaitu tadi kak, udah jadi kebiasaan awak aja,
126 udah jadi kawan aja.. gimana ya...ada yang
127 hilang aja gitu kalau nggak merokok. Cem apa
128 ya..kalau suatu hal itu udah menjadi kebiasaan Subyek akan berheni
129 orang pasti nggak enak kalau nggak dilakukan merokok ketika sudah
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
145
130 kan.. yah kayak gitu juga dengan rokok itu bekerja.
131 kak...
132 R kan ari tau klo merokok itu dapat merusak
133 kesehatan, tapi kok tetap merokok?
134 E gimana ya kak, klo ada permulaan pasti akan
135 ada akhirnya. Klo aku merokok kan udah tau,
136 ya berhentinya nanti. Klo aku punya prinsip, Merokok dapat
137 klo aku dah punya kerja, aku berhenti merokok menghangatkan paru-
138 kak.. paru.
139 R apa yang ari rasakan ketika lagi merokok?
140 E ya..enak aja kak..klo kita merokok itu kan
141 paru-paru kita hangat gitu kan kak. Jadi kita
142 tarik dalam-dalam gitu kan, asapnya masuk Subyek membeli
143 paru-paru, jadinya hangat apalagi kalau lagi rokok dari uang
144 dingin-dingin gitu... jajannya
145 R kalau beli rokok uangnya dari mana?
146 E Dari uang jajan lah kak.. nggak mungkin
147 juga kan awak minta uang langsung ma mama,
148 ma minta uanglah mu beli rokok, pasti
149 nggak dikasih la, apalagi dulu masih kecil..
150 (sambil tersenyum..)..kalau sekarang kalau
151 minta uang ya minta aja, lagian kak mereka tau
152 lah.... Orang tua subyek
153 R orang tua tau klo ari merokok? mengetahui bahwa
154 E tau... subyek seorang
155 R ada marah? perokok dan tidak
156 E mpe sekarang nggak pernah marah, paling marah.
157 klo ari batuk-batuk Cuma dibilang kurangilah
158 rokok mu itu, ntah apa merokok-merokok.
159 R itu kata siapa?
160 E mama yang sering ngomong gitu, papa jarang,
161 papa diam-diam aja nggak terlalu ngurusi kali,
162 mama lah yang sering ngomong-ngomong gitu
163 ma abi.
164 R oke kalau begitu ari, untuk sekarang cukup
165 segini dulu kakak nanya-nanya nya ya... nti
166 kakak hubungi lagi ya..
167 E oke kak, atur aja...
168 R makasih ri....
169 E sami-sami kak...
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 1
Wawancara II
114 sih?
115 E Kalau menurut ari sih, cemana ya.. penghilang Alasan subyek untuk
116 bosan aja kalau merokok ni. Jadi ya..bosan tetap merokok adalah
117 merokok, ya gitu lah... untuk menghilangkan
118 R Ari membutuhkan waktu berapa lama sampai ari perasaan bosan.
119 merokok 4 batang perhari?
120 E Nggak lama tu.. paling sekitar 1 bulanan lah Subyek
121 ada mungkin.. yah berangsur-angsur gitulah.. membutuhkan waktu
122 Yang pertama kan pagi, mu pergi kemana karena 1 bulan hingga
123 pengaruh lingkungan juga kak, pengaruh merokok 4 batang
124 lingkungan tempat tinggal aku aja perokok perhari.
125 semua, yaudah gimana aku nggak kenal rokok
126 kan. Pagi nanti merokok, siang pulang sekolah
127 juga aku merokok (menghidupkan rokok kedua). .
128 R Waktu disekolah pernah merokok didalam
129 lingkungan sekolah?
130 E Waktu SMP..ehm..nggak pernah, paling pulang
131 sekolah. Kalau SMA sering..
132 R Gimana tu cerita waktu SMA?
133 E Seringnya di kamar mandi, dikantin ama Dilingkungan
134 kawan.. seringnya ehm..waktu keluar maen- sekolah subyek
135 maen, waktu siap olah raga. Waktu SMA tu la merokok dikamar
136 kan udah tau lah dimana tempat merokok, mandi dan dikantin
137 jadinya misalnya gini, ditanya ma kawan, mu bersama teman-
138 kemana?, kamar mandi awak jawab, yaudah temannya.
139 siapa mau ikut-ikut, tau aja nya orang ini klo
140 kekamar mandi tu mau merokok..
141 R Pernah ketahuan guru?
142 E Ketahuan guru nggak pernah, tapi ketahuan
143 sama wartawan pernah..(sambil tertawa kecil)... Subyek ketahuan
144 R Wah gimana tu ceritanya sampe ketahuan merokok disekolah
145 wartawan? oleh wartawan TVRI
146 E Wartawan TVRI tu. Gini kan, pas SMA kelas 3 dan subyek bersama
147 tu kan ada apa namanya? Semacam penyuluhan teman-temannya
148 hemat listrik, jadi datanglah orang PLN, terus diberikan nasehat
149 ada wartawan ada juga, wartawan TVRI gitukan, oleh guru BP.
150 mereka datang. Jadi pas keluar maen-maen itu
151 sebagian siswa kan dimasukkan kedalam aula
152 kan, penyuluhannya. Sementara kami ini nggak
153 lah, karena kan mau ujian UAN. Jadi kami
154 biasalah merokok dikamar mandi kan, didalam
155 WC tu 4 orang kami disitu, jadi wartawan ini
156 mau kekamar mandi, begitu pas masuk, ditengok
157 kami dalam 1 WC tu ada 4 orang kan, heran lah
158 dia.. ngapai kalian ber 4 di kamar mandi, kata
159 wartawan itu kan, diciumnya bau rokok, yaudah
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
150
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 1
Wawancara III
14 E Ya...pengen tau aja. Ya kalau dulu ya, waktu Rasa ingin tahu dan
15 pertama kali ya, baru tahu apa itu rokok kan, ingin mncoba timbul
16 kenapa orang itu merokok. Pertama kali waktu ketika subyek melihat
17 kecil itu kan, pengen coba gitu kan, karena temannya merokok.
18 masih kecil itu kan nggak enak gitu kan
19 karena belum tau juga rokok itu gimana
20 kan, coba sekali aja.. terus kan awak
21 perhatikan cara orang tu merokok kan, yah
22 jadi pengen aja.. waktu SMP itu lah karena
23 ditawarin kawan, kawan merokok juga, ya
24 awak jadi merokok gitu...
25 R Kan waktu pertama ari kan disodorin merokok
26 rokok ma teman, bagaiman reaksi ari?
27 E Ya..reaksi nya, waktu ditawarin coba ni, Subyek mencoba
28 yaudah coba... karena pengen tahu aja, ya rokok karena rasa
29 diambil aja lah.. kan kayak awak bilang ingin tahu dan karena
30 kemaren tu juga kan, teman awak merokok semua temannya
31 semua masak awak nggak, kan gitu aja.... ka merokok.
32 waktu SMP gitu kan, cemana ya... kalau
33 nggak merokok nggak gaul katanya.. jadi
34 itu lah... kalau ngumpul kan kawan
35 merokok semua, masa Cuma kau nggak
36 merokok, kata kawan gitu kan, yaudah lah
37 awak coba juga..
38 R Teman ari kan hamper semuanya perokok,
39 ketika sedang bersama dengan teman yan tidak
40 merokok ari bagaimana?
41 E Ya...tetap merokok lah... kan orang tu juga Subyek tetap
42 ngerti lah, nggak pernah larang-larang merokok walaupun
43 merokok. Ya..mau ama teman yang merokok, sedang bersama
44 kalau ada teman yang nggak merokok, ari temannya yang tidak
45 tetap merokok aja.... nggak enak kak kalau merokok.
46 lagi ngobrol-ngobrol gitu nggak merokok..
47 R Kemaren kan ari bilang pernah ketahuan ma
48 mama dikantong ada mancis dan bau rokok,
49 kalau papa bagaimana, apa pernah ketahuan
50 juga?
51 E Hm...ketahuannya gini, nti kan ari merokok di Ayah subyek
52 ujung gang, nti papa lewat, paling dia liatin mengetahui bahwa
53 aja, dia tahu ari merokok, tapi nggak subyek perokok dan
54 pernah mau negur ari merokok, nggak tidak pernah
55 pernah.. paling ntar kalau ari mu keluar gitu, melarangnya.
56 dia Cuma kasih tahu aja, jangan mabuk-
57 mabuk, merokok banyak-banyak, Cuma
58 bilang gitu aja. Kalau ngelarang, hm...kalau
59 ngelarang nggak lah, kasih nasehat lah.. asal
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
155
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 11
Wawancara I
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
159
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 11
Wawancara II
73 mana?
74 E Ya dari uang jajan yang dikasih Subyek membeli
75 mama..(sambil tertawa kecil).. rokok dari uang
76 R Kan kemaren ti bilang merokok diluar jajannya.
77 rumah, selain itu?
78 E Ehm... dikamar paling ada dikamar Subyek merokok
79 sendiri gitu sambil dengerin MP3 ya didalam kamar baik
80 merokok... atau dikamar kalau teman sedang sendirian
81 datang kumpul-kumpul ma kawan.. maupun bersama
82 R Kalau merokok dikamar pernah ketahuan temannya
83 mama?
84 E e..karena temen yang dari luar datang.. jadi Mama subyek tidak
85 kadang-kadang kan mereka merokok mengetahui bahwa
86 didalam kamar, jadi dah terbiasa didalam subyek perokok dan
87 kamar tu ada asap rokok gitu..Yang mama Mama subyek tidak
88 tau temen-temen yang merokok, titi tahu bahwa subyek
89 nggak..(sambil tersenyum).. Karena kan merokok dikamar
90 hidupi kipas angin, baru semprot
91 pengharum ruangan itu..jadi nggak
92 ketahuan kak...(tersenyum)
93 R Kemaren tu kan titi bilang pernah ketahuan
94 merokok ma mama, tu gimana ceritanya?
95 E Ceritanya, ti pulang sekolah, baru deket
96 ma mama, tercium hawa rokoknya gitu
97 kak, terus katanya kok bau rokok ni?
98 Coba cium tangannya gitu katanya
99 kak. Terus dicium la tangan ti, ada
100 kuning-kuning dijari bekas nokotin
101 rokok tadi kan, terus dicium, katanya
102 ini bau rokok, kamu merokok ya?
103 Katanya gitu...
104 R Terus?
105 E Pertama ngelak gitu ya kan kak, nggak-
106 nggak temen, kata ti, terus ditanya-tanyain
107 terus kayak gitu, baru terakhir ngaku
108 sendiri lah...
109 R Terus mama gimana?
110 E Ya...nggak dikasih uang jajan selama 2 Subyek dihukum
111 hari..(sambil tertawa kecil).. terus titi tidak diberi jajan
112 bilang nggak merokok lagi ma selam 2 hari karena
113 mama..semenjak dari situ mama tau nya titi ketahuan merokok
114 nggak merokok lagi.. oleh mamanya.
115 R Abangkan merokok, pernah merokok
116 bersama-sama?
117 E Sering pun...
118 R Dimana biasanya? .
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
169
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 11
Wawancara III
230 jajannya?
231 E Nggak pernah....kalau untuk beli rokok Subyek tidak merasa
232 pasti ada aja uang, walaupun Cuma kekurangan uang
233 seribu perak ada, kalau nggak keluar, jajan karena membeli
234 paling nggak nanti ada teman yang rokok.
235 nongkrong, ya..minta rokok dia gitu,
236 kadang minta dibeliin rokok...
237 R Hubungan titi dengan orangtua titi gimana?
238 E Hm...biasa aj kak. Ama mama lebih dekat Subyek lebih dekat
239 dari pada ma papa. Paling ada ma mama dengan ibunya
240 komunikasi lebih lancar lah, dulu sering daripada ayahnya.
241 kami cerita-cerita gitu, tapi sekarang jarang Walaupun ayahnya
242 kak.. titi kan dah sering keluar kan, mama jarang dirumah,
243 pun sering keluar sekarang, jalan-jalan aja tetapi ayah subyek
244 kerjanya (sambil tersenyum)...kalau dengan tetap berkomunikasi
245 papa... Ya..gitu la kak, kan papa jarang dengan subyek.
246 dirumah, kan sering tugas diluar kota
247 gitu...tapi tiap telepon kan pasti ngobrol
248 ngobrol ma keluarga, ma titi juga. Sekali
249 pulang gitu kan kadang-kadang pulang
250 papa, 2 hari kemudian pergilah
251 sekeluarga gitu kak.. liburan gitu kak,
252 entah ke prapat gitu kak, ke danau toba gitu
253 lah...
254 R Bagaimana harapan titi dengan perilaku
255 merokok titi yang sampe sekarang masih
256 berlanjut?
257 E e...memang rasanya pengen berhenti Subyek tidak bisa
258 juga, tapi kayaknya belum bisa lah kak.. berhenti merokok
259 entah karena efeknya belum nampak karena efek dar
260 ama titi, entah karena nikotinnya itu rokok belum
261 yang buat candu.. kayak gitu lah... jadi dirasakan secara
262 kalau bisa dibilang karena candu itu dan langsung dan
263 efeknya juga belum ada, makanya merokok kecanduan.
264 terus..
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 11I
Wawancara I
35 merokok?
36 E Ehm...kalau memperhatikan secara detail Subyek
37 sih nggak pernah, karena odoy tu ingin memperhatikan ayah
38 tahunya agak besar gitukan karena...ya merokok setiap hari
39 mungkin....karena odoy ngelihat ayah gitu, sehingga timbul rasa
40 maksudnya gini e...disetiap saat dirumah ingin mencoba untuk
41 kan odoy masih bersama ayah, e... dan merokok seperti
42 ayah tu seperti odoy sekarang kan setiap ayahnya.
43 waktu dengan rokok.. e...mungkin dari
44 situ gitu karena setiap hari kan e...kecil
45 dan beranjak besar kita ingin tahu
46 mungkin bisa semakin besar, disitu
47 mungkin kita akan bertanya apa yang
48 dilakukan orang tua kita pengen tau
49 gitukan, disitu barulah mengerti itu apa
50 sih yang dipegang-pegang, setelah tahu
51 itu rokok, itu rokok gitu ya...kemudian
52 ingin mencoba rokok, itu enak nggak..
53 R o...
54 E eh dulu kan mbak ada yang dijual bon-bon
55 kayak rokok, itukan manis.. nah jadi pengen
56 tahu apa rokok itu manis juga kayak bon-
57 bon itu rokok yang dihisap oleh ayah, tapi
58 kok nggak bisa dibakar, coba-coba merokok
59 kayak ayah gitu lah... mungkin itu kan yang
60 dipikir waktu kecil dulu. Setelah tahu rokok
61 yang betulannya, ada yang manis, ada yang
62 nggak ada rasanya..
63 R Dimana pertama kali nyoba rokok? Subyek mencoba
64 E Ehm...pertama kali nyoba rokok didepan rokok pertama di
65 sekolah.. warung yang berada
66 R Gimana tu kejadiannya? didepan sekolahnya
67 E Pertama datang sekolah kan waktu SMP, dan subyek merokok
68 sekolahnya kan siang, itu datang sekitar bersama teman-
69 jam-jam..ehm..masuk hari itu jam 1, temannya.
70 datangnya sekitar jam 12. Pas didepan
71 sekolah itu biasanya ada warung, ada
72 warung itu, disana tu ada temen-temen,
73 temen-temen pada merokok, ehm... ya
74 merokok lah..coba rokok gitu
75 R Dulu beli rokok uang nya dari mana?
76 E Ehm...beli rokok dari uang jajan kak... Dulu subyek membeli
77 masih sekolah kan dapat uang jajan, yaudah rokok dari uang jajan
78 dari uang itu lah.. kan nggak tau orang tanpa sepengetahuan
79 tua, kalau sama-sama nggak ada uang ma orang tua.
80 kawan, patungan kami kak, terus merokok
Adisti Amelia : Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki, 2009.
USU Repository 2009
179
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 11I
Wawancara II
LAMPIRAN VERBATIM
Subyek 11I
Wawancara III