You are on page 1of 55

1.

Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Reproduksi Manusia


1.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro

Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua yaitu :


1. Bagian eksterna (bagian luar)

a. Mons Veneris

Mons Veneris merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang
menutupi bagian depan simpisis pubis, dan setelah masa pubertas kulit mons veneris akan
di tumbuhi oleh rambut kemaluan (pubes).

b. Labia Mayora

Labia mayora berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan
berjalan ke bawah dan belakang.Yaitu dua lipatan kulit yang tebal membentuk sisi vulva
dan terdiri dari kulit, lemak, pembuluh darah, jaringan otot polos dan syaraf. Labia
mayora sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakang dan merupakan batas depan dari
perinium, yang disebut commisura posterior (frenulum), dan panjangnya kira-kira 7, 5
cm.

Labia Mayora terdiri daridua permukaan :

1. Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut.


2. Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea.

c. Labia Minora

Labia minora merupakan lipatan sebelah medial dari labia mayora dan merupakan
lipatan kecil dari kulit diantara bagian superior labia mayora.Sedangkan labianya
mengandung jaringan erektil.Dijumpai frenulum klitoris, preputium, dan frenulum pudenti.

d. Klitoris

Klitoris merupakan sebuah jaringan erektil kecil, kira-kira sebesar kacang hijau sampe
cabe rawit ditutupi oleh frenulum klitoris. Banyak mengandung urat-urat syaraf sensoris yang

1
dibentuk oleh suatu ligamentum yang bersifat menahan ke depan simpisis pubis dan
pembuluh darah.

e. Hymen (selaput Dara)

Hymen adalah diafragma dari membrane yang tipis dan menutupi sebagian besar
introitus vagina, di tengahnya terdapat lubang dan melalui lubang tersebut kotoran menstruasi
dapat mengalir keluar.Biasanya hymen berlubang sebesar jari, letaknya di bagian mulut
vagina memisahkan genitalia eksterna dan interna.

Annular hymen ; selaput melingkari lubang vagina.

Septate hymen; selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka.

Cibriform hymen; selaput ini juga ditandai beberapa lubang yang terbuka, tapi lebih kecil
clan jumlahnya lebih banyak.

Introitus : Pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual, bisa saja
lubang selaputnya membesar. Namun masih menyisakan jaringan selaput dara. (Sudah Tidak
Perawan boss)

f. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateralnya dibatasi oleh kedua labia
minora, anterior oleh klitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat muara-muara
dari vagina uretra dan terdapat juga 4 lubang kecil yaitu: 2 muara dari kelenjar Bartholini
yang terdapat disamping dan agak kebelakang dari introitut vagina, 2 muara dari kelenjar
skene disamping dan agak dorsal dari uretra.

2
g. Introitus vagina : Pintu masuk ke vagina

i. Lubang Kemih (orifisium uretra eksterna)

Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris.Disekitar lubang kemih
bagian kiri dan kanan didapat lubang kelenjar skene.

J. Perineum : terletak diantara vulva dan anus

2. Bagian interna (bagian dalam)

a. Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan


merupakan tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus dan
dialiri banyak pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah. Panjang Vagina kurang
lebih 10-12 cm dari vestibula ke uterus, dan letaknya di antara kandung kemih dan rektum.

Fungsi yaitu : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi,
sebagai jalan lahir pada waktu partus.

b. Uterus (rahim)

Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang gepeng
dan terdiri dari 3 bagian : korpus uteri (badan rahim) yang berbentuk segitiga, servix uteri
(leher rahim) yang berbentuk silindris dan Cavum uteri (rongga rahim). Bagian dari korpus
uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim) / proksimal rahim.

Bentuk dan ukuran uterus sangat berbada-bada tergantung dari usia, dan pernah
melahirkan anak atau belum. Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga, melebar di
daerah fundus dan menyempit kearah cervix.Sebelah atas rongga rahim brhubungan dengan
saluran indung telur (tuba follopi) dan sebelah bawah dengan saluran leher rahim (kanalis
cervikalis).Hubungan antara kavum uteri dengan kanalis cervikalis disebut ostium uteri
internum, sedangkan muara kanalis cervikalis kedalam vagina disebut ostium uteri
eksternum.

Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan : Perimetrium (lapisan serosa: paling luar) yang meliputi
dinding uteru bagian luar, Myometrium (lapisan otot : tengah) merupakan lapisan yang paling

3
tebal, Endometrium (selaput lender/lapisan mukosa : dalam) merupakan lapisan bagian dalam
dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri.

Ligamen-ligamen :

Lig. Kardinal kanan dan kiri


Lig. Sakro uterine
Lig. Rotundum
Lig. Latum
Lig. Infundibulo-pelvikum

Suplai darah Rahim : A. uterine berasal dari a.iliaka interna (a.hipogastrika) dan a.ovarika

Aliran baliknya V. Uterine akan bermuara ke V. Iliaca Interna

Persarafan : Simpatis dan Parasimpatisnya berasal dari Plexus Hypogastricus Inferior.

Fungsi utama Rahim : siklus haid setiap bulannya, tempat janin tumbuh dan berkembang,
berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.

c. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral, mulia
dari kornu uteri kanan kiri yang panjangnya kurang lebih 12-13 cm dan diameternya 3-8 mm.
bagian dalam dilapisi silia menyalurkan telur dan hasil konsepsi.

Fungsi : saluran telur, menangkap dan membawa ovum; tempat terjadinya pembuahan.

Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai berikut :

1. Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai
pada ostium internum tubae.
2. Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan merupakan
bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
3. Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan bagian
tuba yang lurus dan sempit.
4. Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap ke
rongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap
ovum.

d. Ovarium

Ovarium terdapat di dalam rongga panggul di sebelah kanan maupun sebelah kiri dan
berbentuk seperti buah kenari. Berukuran 2,5-5 x 1,5-2 x 0,6-1cm. ovarium ditunjang oleh :
mesovarium, lig.ovariak dan lig.infundibulopelvikum.

Fungsi memproduksi sel telur, hormon esterogen dan hormon progesterone, ikut serta
mengatur haid.

4
1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikro
a. Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
1) Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
2) Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di
uterus dan terdiri dari serat otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat
elastik. Berkas otot polos ini membentuk empat lapisan yang tidak berbatas
tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat yang tersusun
memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Lapisan tengah
mengandung pembuluh darah yang lebih besar.
3) Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang
mengandung kelenjar tubular simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan
gabungan selapis sel-sel silindris sekretorus dan sel bersilia. Jaringan ikat lamina
propia kaya akan fibroblas dan mengandung banyak substansi dasar. Serat
jaringan ikatnya terutana berasal dari kolagen tipe III. Lapisan endometrium
dapat dibagi menjadi dua zona:
a. Lapisan fungsional yang merupakan bagian tebal dari endometrium.
Perubahan siklik dibagi menjadi beberapa tahap:

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg

- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum


functionale semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan
lurus di permukaan. A. Spiralis memanjang berkelok-kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan pada
endometrium disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang

5
disekresi oleh korpus luteum fungsional, akibatnya stratum functionale dan
stratum basale endometrium menjadi lebih tebal karena bertambahnya
sekresi kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar uterus
mengalami hipertrofi akibat adanya akumulasi sekretorik yang kaya
karbohidrat. A. Spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium dan
tampak jelas karena dindingnya tebal. Selama fase sekretori, stratum
functionale endometrium ditandai oleh perubahan epitel permukaan
silindris, kelenjar uterus dan lamina propria. Stratum basale menunjukkan
perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi
dan terlepas. Endometrium yang terlepas mengandung kepingan-kepingan
stroma yang hancur, bekuan darah, dan kelenjar uterus beserta produknya.
Stratum basal endometrium tetap tidak terpengaruh selama fase ini. Bagian
distal A. Spiralis mengalami nekrosis, sedangkan bagian arteri yang lebih
dalam tetap utuh.

b. Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium.


Lapisan ini mengandung lamina propia dan bagian awal kelenjar uterus.
Lapisan ini berperan sebagai bahan regenerasi dari lapisan fungsional dan
akan tetap bertahan pada fase menstruasi. Endometrium adalah jaringan
yang sangat dinamis pada wanita usia reproduksi. Perubahan pada
endometrium terus menerus terjadi sehubungan dengan respon terhadap
perubahan hormon, stromal, dan vaskular dengan tujuan akhir agar nantinya
uterus sudah siap saat terjadi pertumbuhan embrio pada kehamilan.
Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan proliferasi
endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah
ovulasi menghambat proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan
juga perubahan predesidual di stroma.

Tuba falopii terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars Interstitial), Istmus,
Ampula, Infundibulum . Jari2/jumbai melebar ke arah ovarium disebut fimbriae. Secara
histologi, dinding tuba uterina terdiri dari 3 lapisan: tunika mukosa, tunika muskularis,
tunika serosa.

(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)
Uterus
Uterus manusia adalah organ berbentuk buah pir dengan dinding berotot tebal. Badan atau
korpus membentuk bagian uterus. Bagian atas uterus yang membulat dan terletak diatas
pintu masuk tuba uterina disebut fundus. Bagian bawah uterus yang lebih sempit dan
terletak dibawah korpus adalah serviks. Serviks menonjol dan bermuara ke dalam vagina.

Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :


1. Perimetrium : bagian luar yang dilapisi oleh serosa atau adventitia

6
2. Miometrium : terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga lapisan
otot tersebut adalah ;
Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
Lapisan Vaskular : lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar dan serong
dengan banyak pembuluh darah.
Lapisan Supravaskular : lapisan otot luar memanjang tipis.

3. Endometrium : dilapisi oleh epitel selapis silindris yang turun kedalam lamina propia
untuk membentuk banyak kelenjar uterus. Umunya endometrium dibagi menjadi dua
lapisan fungsional, Stratum functionale di luminal, dan stratum basale di basal.
Pada wanita yang tidak hamil , stratum functionale superfisial dengan kelenjar uterus
dan pembuluh darah terlepas atau terkelupas selama menstruasi, meninggalkan
stratum basale yang utuh dengan sisa-sisa kelenjar uterus basal sebagai sumber
untuk regenerasi stratum functionale yang baru.

Arteri uterina di lugamentum latum membentuk arteri arkuata. Arteri ini menembus
dan berjalan melingkari miometrium uterus. Pembuluh darah aruata membentuk arteri
rectae (lurus) dan spiralis yang mendarahi endometrium.

Perubahan siklik uterus


1) Fase Proliferatif
Pada fase proliferatif daur haid dan
dibawah pengaruh estrogen ovarium,
stratum functionale semakin tebal

7
dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di permuaan. Arteri spiralis
memanjang dan berkelok-kelok

2) Fase Sekretori
Fase sekretori daur haid dimulai
setelah folkel matur. Perubahan di
endometrium disebaban oleh
pengaruh estrogen dan progesteron
yang disekresi oleh korpus luteum
fungsional. Akibatnya, stratum
functionale dan stratum basale
endomentrii menjadi lebih tebal karena bertambahnya sekresi kelenjar dan edema
laina propia, epitel kelenjar uterus mengalami hipertrofi akibat adanya akumulasi
sekretorik. Kelenjar uterus juga semakin berelok-kelok, dan lumennya melebar oleh
bahan sekretorik yang aya arbohidrat. Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas
endometrium dan tampak jelas karena dindingnya tebal.

Selama fase sekretori, stratum functionale endomentrii ditandai oleh perubahan epitel
permukaan silindris, kelenjar uterus, dan lamina propia. Stratum basale menunjukan
perubahan minimal.

3) Fase Menstruasi
Selama fase menstruasi, endometrium
di stratum functionale mengalami
degenerasi dan terlepas. Endometrium
yang terlepas mengandung kepingan-
kepingan stroma yang hancur, bekuan
darah, dan kelenjar uterus beserta produknya. Stratu, basal endomentrii tetap tidak
terpengaruh selama fase ini. Bagian distal arteri spiralis mengalami nekrosis,
sedangkan bagian arteri yang lebih dalam tetap utuh.
Eroschenko, V.P. 2008. Atlas Histologi Difiore. Ed. 11. EGC: Jakarta

b. Ovarium

8
Ovarium dilapisi oleh satu lapis sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel germinal, yang
bersambungan dengan mesotelium peritoneum viscerale. Dibawah epitel germinal adalah
jaringan ikat padat yang disebut tunia albuginea.

Ovarium memiliki korteks ditepi, dan medula ditengah, tempat ditemukannya banyak
pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Daerah korteks mengandung banyak folikel
telur yang masing-masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-
sel folikel adalah oosit beserta sel granulose yang mengelilinginya. Selain folikel, korteks
mengandung fibrosit dengan serat olagen dal retikular. Medula adalah jaringan ikat padat
tidak teratur yang bersambungan dengan lugamentum mesovarium yang
menggantungkan ovarium. Pembuluh darah besar di medula membentuk pembuluh darah
yang lebih kecil yang menyebar diseluruh korteks ovarium.

Macam-macam folikel yaitu :


a. Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepiyang
dialapisi sel folikel berbentuk pipih.
b. Folikel primer : terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel granulose)
berbentuk kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida yaitu suatu lapisan
glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel-sel granulose.
c. Folikel sekunder : terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulose berbentuk kubus
berlapis banyak atau disebut staratum granulose.

9
d. Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya bertambah
besar. Terdapat beberap celah antrum diantara sel-sel granulose. Dan jaringan
ikat stroma di luar stratum granulose membentuk theca intern (mengandung
banyak pembuluh darah) dan theca extern (banyak mengandungserat kolagen).
e. Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah siap
diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa lapissel
granulose berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum disebut cumulus ooforu.
Sel-sel granulose yang mengelilingi oosit disebut korona radiate. Antrum berisi
liquor follicul yang mengandung hormone esterogen.

c. Korpus Luteum
Bila tidak tjd fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan
berdegenerasi disebut korpus luteum menstruasi. Bila terjadi fertilisasi, plasenta
menghasilkan HCG dan menstimulasi korpus luteum untuk bertahan selama 6 bulan
dan akan menurun tapi tidak hilang dan masih mensekresi progesteron sampai akhir
kehamilan disebut korpus luteum pregnans.

10
Cormack D.H. Introduction to Histology. Philadelphia, J.B. Lippincott Company,
1984:299-303
th
Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10 edition, Washington, Lange,
2003: 316-23

Tuba Fallopii
Berdasar struktur histologi terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan serosa.
o Lapisan mukosa : tersusun atas epitel selapis silindri dan terdapat 2 jenis sel :
Epitheliocytus ciliatus / epitel bersilia : berfungsi menciptakan arus ke arah
uterus yang menuntun oosit kedalam infundibulumtuba uterina.
Epitheluocytus tubarius angutus / epitel tidak bersilia : berfungsi sebagai sel
sekretori dengan menghasilkan bahan nutritif yang penting bagi ovum.
o Lapisan otot : berupa otot polos sirkular dalam, berfungsi untuk kontrasi peristaltik
yang menuntun ovum dan membuat fimbrae berdekatan dengan ovum untuk
menangkap ovum.
o Lapisan serosa

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Siklus Menstruasi


Hormon-Hormon Reproduksi
1. Estrogen
Hormon estrogen merupakan salah satu hormon steroid kelamin, karena mempunyai
struktur kimia berintikan steroid yang secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh
kelenjar endokrin sistem reproduksi wanita. Pria juga memproduksi estrogen tetapi
dalam jumlah yang jauh lebih sedikit. Estrogen alamiah yang terpenting adalah
estradiol (2 ), estron (1 ), dan estriol (3 ). Secara biologis estradiol adalah yang
paling aktif.

11
Sintesis estrogen
Terjadi di dalam sel-sel theka dan sel granulose ovarium, dimana kolesterol
merupakan zat pembakal dari hormon ini. LH diketahui berperan dalam sel theka
untuk meningkatkan aktivitas enzim pembelah rantai sisi kolesterol melalui
pengaktifan ATP menjadi cAMP, dan dengan melalui beberapa proses reaksi
enzimatik terbentuklah androstenedion, kemudian androstenedion yang dibentuk
dalam sel theka berfungsi kedalam sel granulose, selanjutnya melakukan aromatisasi
membentuk estron dan estradiol 17.

Transport dan metabolisme


Di dalam sirkulasi darah, estrogen terdapat dalam bentuk terikat dan tidak terikat,
sebagian besar estrogen terikat pada globulin (69%), sebuah carier protein yang
diketahui sebagai seks hormon binding globulin (SHBG), 30% bagian lainnya terikat
pada albumin dan sisanya sekitar 2-3% terlepas bebas. Estrogen di metabolisme di
hepar menjadi bentuk terkonjugasi dengan sulfat atau glukuronat, metabolit ini
bersifat inaktif di perifer. sekitar 70% metabolt estrogen diekskresikan melalui urine
sedangkan sisanya diekskresikan melalui feses.

Fungsi estrogen
Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada wanita
yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan,dll. Estrogen juga
berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga
kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi
sperma.

Estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-ciri kelamin sekunder


dan mempunyai pengaruh terhadap psikologi perkembangan kewanitaan. Efek utama
estrogen adalah pertumbuhan alat genital wanita dan kelenjar mamma. Vulva dan
vagina berkembang di bawah pengaruh estrogen. Hormone ini akan mempengaruhi
jaringan epitel, otot polos, dan merangsang pembuluh darah pada alat-alat tersebut.
Estrogen juga menyebabkan proliferasi epitel vagina, penimbunan glikogen dalam sel
epitel yang oleh basil doderlein diubah menjadi asam laktat sehingga menyebabkan
pH vagina menjadi rendah. (H. Wiknjosastro, 1984)
Disamping itu estrogen juga mempunyai fungsi sebagai berikut, yaitu :
a. Mempengaruhi hormone lain, seperti :
o Menekan produksi hormone FSH dan menyebabkan sekresi LH
o Merangsang pertumbuhan follikel didalam ovarium, sekalipun tidak ada FSH
b. Menimbulkan proliferasi dari endometrium baik kelenjarnya maupun stromanya
c. Mengubah uterus yang yang infantile menjadi mature
d. Merangsang pertumbuhan dan menambah aktifitas otot otot tuba fallopi
e. Cervix uteri menjadi lembek, ostium uteri terbuka disertai lendir yang bertambah
banyak, encer, alkalis dan aselluler dengan pH yang bertambah sehingga mudah
dilalui spermatozoa

2. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum. Progesterone mempertahankan ketebalan
endometrium sehingga dapat menerima implantasi zygot. Kadar progesterone terus
dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk
hormon HCG.

12
Progesteron merupakan produk yang dihasilkan oleh korpus luteum. Fungsi dari
progesteron itu sendiri adalah:
1) Menyiapkan endometrium untuk implantasi blastokist
Endometrium yang sudah dipengaruhi estrogen karena pengaruh progesteron
berubah menjadi desidua dengan timbunan glikogen yang makin bertambah
yang sangat penting sebagai bahan makanan dan menunjang ovum
2) Mencegah kontraksi otot-otot polos terutama uterus dan mencegah kontraktilitas
uterus secara spontan karena pengaruh oksitosin
3) Cervix uteri menjadi kenyal, ostium uteri tertutup disertai dengan lendir yang
kental, sedikit, lekat, seluler dan banyak mengandung lekosit sehingga sukar
dilalui spermatozoa
4) Mempengaruhi tuba fallopi, dengan cara :
Glikogen dan vitamin C tertimbun banyak di dalam mukosa tuba falopii
Memperlemah gerakan peristaltik

5) Bersifat termogen, yaitu menaikkan suhu basal


6) Merangsang pertumbuhan asini dan lobuli glandula mammae pada fase luteal,
sedangkan estrogen akan mempengaruhi epitel saluran
7) Merangsang natriuresis dan menambah produksi aldosteron
8) Merangsang pusat pernafasan (medulla oblongata) sehingga terjadi peningkatan
proses respirasi
(H. Wiknjosastro, 1984)

3. Gonadotropin Releasing Hormone


GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan
merangsang pelepasan FSH (folikel stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus
sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.

Berikut ini merupakan fungsi dari GnRH :


o Menstimulasi produksi folikel stimulating hormone (FSH) dan leutinizing
hormone (LH)
o Mengatur pelepasan FSH dan LH oleh kelenjar hypophisis

4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis
akibat rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari
folikel yang matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi
korpus luteum dan dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.

FSH diproduksi oleh sel gonadotropin pada kelenjar hypophiisis, pada lobus anterior
(adenohypophisis). Sel target dari FSH adalah testis (tubulus semineferus) pada laki-
laki dan ovarium pada perempuan. Fungsi dari FSH adalah :

Laki-laki: Menstimulasi produksi sperma dengan cara mempengaruhi reseptor


testosterone pada tubulus semineferus

Perempuan: Menstimulasi perumbuhan dan pematangan folikel dan Menstimulasi


produksi estrogen pada corpus luteum

13
5. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal
siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi
dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya
dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1
jam). Kerja sangat cepat dan singkat.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta).
Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar
100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml),
kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi
hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga
memiliki fungsi imunologik. Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan
sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi
dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi
pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan,
prolaktin juga.

Fisiologi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus. Siklus menstruasi
merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi
secara simultan. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama
siklus menstruasi. Ovarium menghasilkan hormon steroid, terutama estrogen dan
progesteron. Beberapa estrogen yang berbeda dihasilkan oleh folikel ovarium, yang
mengandung ovum yang sedang berkembang dan oleh sel-sel yang mengelilinginya.
Estrogen ovarium yang paling berpengaruh adalah estradiol. Estrogen bertanggung jawab
terhadap perkembangan dan pemeliharaan organ-organ reproduktif wanita dan karakteristik
seksual sekunder yang berkaitan dengan wanita dewasa. Estrogen memainkan peranan
penting dalam perkembangan payudara dan dalam perubahan siklus bulanan dalam uterus.
Progesteron juga penting dalam mengatur perubahan yang terjadi dalam uterus selama
siklus menstruasi. Progesteron merupakan hormon yang paling penting untuk menyiapkan

14
endometrium yang merupakan membran mukosa yang melapisi uterus untuk implantasi
ovum yang telah dibuahi. Jika terjadi kehamilan sekresi progesteron berperan penting
terhadap plasenta dan untuk mempertahankan kehamilan yang normal. Sedangkan endrogen
juga dihasilkan oleh ovarium, tetapi hanya dalam jumlah kecil. Hormon endrogen terlibat
dalam perkembangan dini folikel dan juga mempengaruhi libido wanita. Menstruasi disertai
ovulasi terjadi selang beberapa bulan sampai 2-3 tahun setelah menarche yang berlangsung
sekitar umur 17-18 tahun. Dengan memperhatikan komponen yang mengatur menstruasi
dapat dikemungkakan bahwa setiap penyimpangan system akan terjadi penyimpangan pada
patrum umun menstruasi. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari
selama 7 hari. Lama perdarahannya sekitas 3-5 hari dengan jumlah darah yang hilang
sekitar 30-40 cc. Puncak pendarahannya hari ke-2 atau 3 hal ini dapat dilihat dari jumlah
pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari.
Ada beberapa rangkaian dari siklus menstruasi, yaitu:
1. Siklus Endomentrium
Siklus endometrium terdiri dari empat fase, yaitu :
a. Fase menstruasi
Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai
pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase
ini berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi
kadar estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada
kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon)
baru mulai meningkat.
b. Fase proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak
sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus
24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi
setebal 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan berakhir
saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal
dari folikel ovarium.
c. Fase sekresi/luteal
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Pada akhir fase sekresi, endometrium
sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru
yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi
kelenjar.
d. Fase iskemi/premenstrual

15
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari
setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus
luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi
nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan
menstruasi dimulai.

2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH,
kemudian hipofise mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel. Folikel primer primitif berisi oosit
yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30 folikel mulai
matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSH dan estrogen. Lonjakan LH sebelum
terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih,
oosit matur dan terjadi ovulasi, folikel yang kosong memulai berformasi menjadi
korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8 hari setelah
ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak
terjadi implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga
lapisan fungsional endometrium tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.

3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah
menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya,
Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH menstimulasi
perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen
mulai menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk
mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH mencapai puncak pada sekitar hari ke-13
atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum
pada masa ini, korpus luteum menyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan
progesteron menurun, maka terjadi menstruasi.

16
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24617/4/Chapter%20II.pdf
Gambar 8. Fisiologi menstruasi

SIKLUS OVARIUM
Fase Folikuler
1) Siklus fungsi ovarium dengan pematangan folikel-folikel, ovulasi, formasi corpus
luteum diatur oleh sistem kelenjar hypothalamo-hipofise seperti halnya dengan
mekanisme intraovarial.
2) Hypothalamus memproduksi gonadotropin-releasing hormones (GnRH)
3) GnRH dibawa melalui sistem vena portal menuju kelenjar hipofise anterior
4) GnRH menyatu pada reseptor spesifik yang menginduksi sekresi luteotropic
hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH)
5) Pelepasan FSH dan LH bergantung pada GnRH dan terjadi setiap 90 menit
(berkala)
6) Selanjutnya FSH menstimulasi pematangan folikel. Hanya satu folikel yang
matang sempurna.

Saat ovulasi
1) Selanjutnya folikel menghasilkan estrogen dan estrogen menekan produksi FSH
(negative feedback)
2) Akibatnya beberapa folikel selain satu folikel yang matur sempurna mengalami
atresia.
3) Meningkatnya kadar estrogen mensitmulasi sekresi LH sehingga kadar LH
melonjak di pertengahan siklus (positive feedback)
4) Kadar LH yang tinggi menyebabkan degenerasi kolagen folikel ovulasi setelah
16-24 jam lonjakan LH

17
Fase luteal
- Setelah 7-8 hari ovulasi,sel granulosa membesar,bervakuola dan berpigmen kuning
(lutein) korpus luteum
- Corpus luteum terhubung ke sirkulasi dan reseptor-reseptor low density lipoprotein
(LDL) terbentuk
- Sebagai hasilnya sel-sel granulosa dapat menggunakan kolesterol yang ada untuk
biosintesis progesteron
- Terdapat 2 sel di korpus luteum
o Luteinized granulosa cells : meningkatkan sekresi Progesteron
o Luteinized theca cells : meningkatkan sekresi Estrogen
- Level maksimum serum progesteron 15 ng/ml 6 sampai 8 hari setelah ovulasi
- Progesteron
o Mempersiapkan rahim untuk kehalmilan (meningkatkan kelenjar sekretori
uterus dan menurunkan kontraksi uterus untuk mencegah expulsi pada ovum yang
tertanam
o Meningkatkan sekresi mukosa tuba falopii untuk nutrisi ovum
o Meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara
- Estrogen:
o Organ seks dan tubu keseluruhan:mendorong perkembangan folikel,berperan
dalalm karakteristik seks sekunder, merangsang pertubuhan uterus dan payudara
o Tulang : mencegah aktivitas osteoklas,meningkatkan matriks
tulang,merangsang penutupan epifisial plate,meningkatkan deposit calsium
o Berperan dalam penyimpanan lemak dan pengaturan produksi kolesterol oleh
hati sehingga menurunkan resiko atherosklerosis
o Meningkatkan vaskularisasi pada kulit sehingga kulit halu dan lembut
o Keseimbangan elektrolit: meningkatkan retensi Na dan air

SIKLUS ENDOMETRIUM
Pada siklus endometrium, terbagi jadi 3 fase, yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Bila tidak terjadi pembuahan
sampai 2 hari sebelum akhir dari siklus bulanan maka corpus luteum akan beregresi
dan terbentuk jaringan parut (corpus albicans ) dengan berkurangnya kapiler-
kapiler dan diikuti menurunnya sekresi estrogen dan progesteron (involusi
endometrium sebesar 65% ) pembuluh darah endometrium melepaskan material
vasokonstriksi (Prostaglandins, sitokinin, dan growth factors seperti TNF-beta , dan
makrofag) vasopspasme menyebabkan penurunan nutrisi endometrium inisiasi
nekrosis darah merembes ke lapisan pertama endometrium pendarahan
(hemoragik) meningkat cepat dalam 24-36 jam bagian nekrosis terpisah dari
endometrium deskuamasi peningkatan kontraksi uterus pengeluaran darah
menstruasi + deskuamasi pendarahan berhenti 4-7 hari setelah menstruasi
Siklus haid yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari
dengan jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari

2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Fae proliferasi ini
dapat berkisar 7-21 post ovulasi.Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase
proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung
telur (disebut ovulasi)

18
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Fase sekresi
biasanya tetap yaitu 14 hari. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi
pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi
(perlekatan janin ke rahim)

Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi


beberapa faktor yang memegang peranan dalam siklus menstruasi antara lain:

1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim hidrolitik
dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam
mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan
endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada
pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat
mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak
permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir
ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi
kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar
progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam
metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan
perdarahan.

2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-
arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-

19
saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan
perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.

3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

Hormon-Hormon lain yang Berperan dalam Siklus Menstruasi Normal


Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk
merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolactin

20
Perubahan Siklis Lain
Meskipun maksud dari perubahan hormon ovarium secara siklis adalah ditujukan pada
traktus genitalia, namun hormon-hormon tersebut juga dapat mempengaruhi sejumalh organ
tubuh lain.
1. Suhu badan basal
Terjadi kenaikan suhu badan basal kira-kira 10 F 0.50 C pada saat ovulasi dan
kenaikan suhu tersebut dipertahankan sampai menstruasi. Ini disebabkanb oleh efek
termogenik progesteron. Bila terjadi konsepsi, kenaikan suhu badan basal ini tetap
bertahan sampai selama kehamilan.

2. Perubahan pada payudara


Kelenjar mamma sangat sensitif terhadap estrogen dan progesteron. Pembengkakan
payudara seringkali merupakan tanda pubertas sebagai respon atas kenaikan estrogen
ovarium. Estrogen dan progesteron bekerja secara sinergistik terhadap payudara dan
selama siklus haid, pembengkakan payu dara terjadi pada fase luteal dimana kadar
progesteron sedang tinggi.

3. Perubahan psikologi
Beberapa wanita mengalami perubahan mood terkait dengan siklus haid. Terjadi
instabilitas emosional pada fase luteal. Perubahan ini disebabkan oleh penurunan
progesteron. Tidak dapat dipastikan apakah perubahan mood tersebut disebabkan
oleh siklus haid atau merupakan sindroma premenstrual.
____________________________________________________________________________________
FISIOLOGI HAID DAN HORMONE YANG MEMPENGARUHI

21
Hormon yang berpengaruh pada reproduksi wanita :

1. ESTROGEN
Estrogen yang terdapat secara alami adalah 17-estradiol, estron, dan estriol.Zat-zat
ini adalah steroid C18 yang tidak memiliki gugus metil angular.Hormon ini disekresikan
terutama oleh sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum, dan plasenta.Biosintesisnya
tergantung pada enzim aromatase (CYP19) yang mengubah testoteron menjadi estradiol dan
androstenedion menjadi estron (dapat juga terjadi di hati, lemak, otot, dan otak).

Fungsi hormone estrogen :

Pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan


Membentuk ketebalan endometrium
Menjaga kualitas dan kuantitas serviks dan vagina untuk penetrasi sperma
Vagina : perubahan selaput vagina meningkatkan getah dan glikogenasam laktat
meningkat oleh bakteri duiderlein Ph menurun menurunkan terjadinya infeksi.
Merangsang pertumbuhan tulang dan mempertahankan kesehatan tulang.
Melindungi jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL.

Pembentukan estradiol :

22
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-234-1769780408-babii.pdf

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/sistesis_fungsi_dan_interpretasi_hormon_reproduksi.pdf
2. PROGESTERON

23
Progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresi oleh korpus luteum, plasenta,
dan folikel (dalam jumlah kecil). Pada wanita, kadarnya sekitar 0,9ng/mL (3nmol/L) selama
fase folikular daur haid dan kadarnya akan meningkat pada fase folikular lanjut. Selama fase
luteal, korpus luteum menghasilkan banyak progesterone dan progesterone plasma meningkat
pesat hingga mencapai kadar puncak sekitar 18ng/mL (60nmol/L).

Fungsi :

Mempertahankan ketebalan endometrium uterus lebih lanjut untuk


mempersiapkan terhadap implantasi ovum yang sudah dibuahi
Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel alveolar kelenjar mamae
menjadi sel-sel pensekresi susu.
Meningkatkan viskositas mukus serviks dan dengan demikian cenderung
menghambat masuknya ke os serviks.

SIKLUS MENSTRUASI :
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi:

24
1. Siklus ovarium (Indung Telur)
a) Fase Folikel
- Awal
- Akhir
b) Fase Luteal Keduanya berjalan bersamaan
2. Siklus Endometrium
a) Fase menstruasi
b) Fase proliferasi
c) Fase sekresi

25
Siklus endometrium :
1) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah.
2) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase
ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).
3) Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
Setelah pubertas dimulai, ovarium akan mengalami suatu siklus secara terus
menerus yang terdiri dari dua fase, yaitu fase folikular (didominasi oleh folikel matang)
dan fase luteal (ditandai oleh adanya korpus luteum). Dalam keadaan normal siklus ini
hanya terinterupsi saat terjadi kehamilan dan akhirnya berakhir pada menopause.Siklus
ini rata-rata berlangsung sekitar 28 hari, namun dapat bervariasi.
Fase folikular.
Sebagian dari folikel primer dengan lingkungan hormonal yang tepat mulai
berkembang, sedangkan folikel lainnya yang tidak mendapat bantuan hormon mengalami
atresia.Selama pembentukan folikel, terjadi perubahan penting di sel-sel yang
mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium.
Pertama, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi membentuk
beberapa lapisan yang megelilingi oosit.Sel-sel granulosa ini mengeluarakn kulit

26
kental mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkannya dari jaringan granulosa
sekitar.Membran penyekat ini dikenal sbg zona pelusida.
Pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel-sel granulosa
berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel granulosa
berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel
granulosa secara kolektif disebut sebagai folikel,berfungsi sebagai satu kesatuan untuk
mengeluarkan estrogen,estradiol merupakan estrogen ovarium utama.
Lingkungan hormon pada fase folikular pembesaran dan pengembangan
kemampuan sekresi sel-sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel sekunderatau
folikel antrum, yang mampu mengeluarkan estrogen.Selama tahap perkembangan folikel
ini, terbentuk suatu rongga berisi cairan, antrum, di bagian tengah-tengah sel
granulosa.Pada saat yang bersamaan dengan terbentuknya antrum, oosit telah mencapai
ukuran penuh.Perubahan ke folikel antrum ini menyebabkan periode pertumbuhan
folikel yang cepat, disebabkan oleh proliferasi berkelanjutan sel granulosa dan sel teka,
namun sebagian besar disebabkan oleh pembesaran dramatic antrum.Seiring dengan
tumbuhnya folikel, produksi estrogen juga meningkat.
Salah satu folikel biasanya akan tumbuh lebih cepat daripada yang lain dan
berkembang menjadi folikel matang dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya
pembentukan folikel. Pada folikel matang, antrum menempati sebagian besar ruang,
menyebabkan oosit yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapis sel granulosa
tergeser asimetris ke salah satu sisi folikel.
Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit saat
ovulasi.Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
pertamanya.Ovum (oosit sekunder), masih dikelilingi oleh zona pelusida yang lekat dan
sel-sel granulosa kini disebut korona radiate, tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam
rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang dibebaskan ini akan cepat
tertarik ke dalam tuba uterina, tepat fertilisasi terjadi. Sedangkan, folikel-folikel lain
yang sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan berovulasi akan
mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali. Pecahnya folikel saat
ovulasi, menandakan berakhirnya fase folikular dan dimulainya fase luteal.
Fase luteal.
Folikel yang pecah yang tertinggal di dalam ovarium segera mengalami
perubahan.Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mula-mula kolaps
ke dalam ruang antrum yang kosong yang telah terisi sebagian oleh bekuan darah.Sel-sel
folikel ini lama-lama mengalami transformasi structural drastic membentuk korpus
luteum.Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar dan berubah
menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon steroid.Banyaknya simpanan
kolesterol dalam butir-butir lemak di dalam korpus luteum menyebabkan jaringan ini
tampak kekuningan.
Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan masuknya pembbuluh
darah dari daerah teka ke daerah granulosa yang mengalami luteinisasi. Perubahan ini
sesuai untuk fungsi korpus luteum : mengeluarkan banyak progesterone dan sedikit
estrogen ke dalam darah. Sekresi estrogen pada fase folikular diikuti oleh sekresi
progesterone pada fase luteal penting untuk mempersiapkan unterus untuk implantasi
ovum yang dibuahi.Korpus luteum berfungsi penuh dalam 4 hari setelah ovulasi. Jika
ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi, maka korpus luteum
akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya. Sel-sel luteal
berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera masuk

27
untuk untuk membentuk massa jaringan fibrosa yang dikenal sbg korpus albikans.Fase
luteal kini usai dan satu siklus ovarium telah selesai.
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Ed 2. EGC: Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.

PEMBENTUKAN OOSIT PRIMER DAN FOLIKEL PRIMER


Selama bagian terakhir kehidupan janin, oogonia memulai tahap-tahap awal
pembelahan meiotik pertama tetapi tidak menuntaskannya. Oogonia tersebut, yang
kini dikenal sebagai oosit primer, mengandung jumlah diploid 46 kromosom
replikasi, yang dikumpulkan ke dalam pasangan- pasangan homolog tetapi tidak
memisah. Oosit primer tetap berada dalam keadaan meiotic arrest ini selama
bertahun- tahun sampai sel ini dipersiapkan untuk ovulasi.

Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa.
Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel granulosa di sekitarnya membentuk folikel
primer. Oosit yang tidak membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan
melalui proses apoptosis. Saat lahir hanya sekitar 2 juta folikel primer yang tersisa,
masing- masing mengandung satu oosit primer yang mampu menghasilkan satu
ovum

Sekali terbentuk, folikel ditakdirkan mengalami satu dari dua nasib: mencapai
kematangan dan berovulasi, atau ber- degenerasi untuk membentuk jaringan parut,
suatu proses yang dikenal sebagai atresia.

Sampai masa pubertas, semua folikel yang mulai berkembang mengalami atresia
pada tahap-tahap awal tanpa pernah berovulasi. Bahkan selama beberapa tahun
pertama pubertas, banyak dari siklus bersifat anovulatorik (yaitu tanpa
pembebasan ovum).

PEMBENTUKAN OOSIT SEKUNDER DAN FOLIKEL SEKUNDER

Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit primer dan oleh
ekspansi serta diferen- siasi lapisan-iapisan sel sekitar

Tepat sebelum ovulasi, oosit primer, yang nukleusnya mengalami meiotic arrest
(penghentian proses meiosis) selama bertahun-tahun, menyelesaikan pembelahan
meiotik pertamanya. Pembelahan ini menghasilkan dua sel anak, masing- masing
menerima set haploid 23 kromosom ganda, analog dengan pembentukan
spermatosit sekunder (Gambar 20-13).

28
PEMBENTUKAN OVUM MATANG

Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk memicu pembelahan


meiotik kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan
pembelahan final ini. Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama
dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar kedua. Separuh set
lainnya (23 kromosom tak berpasangan) tetap tertinggal dalam apa yang sekarang
dinamai ovum matang.

CATATAN KLINIS. Semakin tuanya usia ovum yang dibebaskan oleh wanita pada
usia akhir 30-an dan 40-an diperkirakan berperan menyebabkan peningkatan
insidens kelainan genetik, misalnya sindrom Down, pada anak yang lahir dari ibu
dalam kisaran usia tersebut.

Siklus ovarium terdiri dari fase folikular dan luteal yang bergantian.

Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus-menerus mengalami dua fase


secara bergantian: fase folikular, yang didominasi oleh keberadaan folikel matang;
dan fase luteal, yang ditandai oleh adanya korpus luteum. Folikel bekerja pada
paruh pertama siklus untuk menghasilkan telur matang yang siap untuk berovulasi
pada pertengahan siklus. Korpus luteum mengambil alih selama paruh terakhir
siklus untuk mempersiapkan saluran reproduksi wanita untuk kehamilan jika
terjadi pembuahan telur yang dibebaskan tersebut

Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang.

Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai berkembang.
Namun, hanya folikel yang melakukan- nya selama fase folikular, saat lingkungan

29
hormonal tepat untuk mendorong pematang nnya, yang berlanjut melewati tahap-
tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena tidak mendapat bantuan
hormon, mengalami atresia.

PROLIFERASI SEL GRANULOSA DAN PEMBENTUKAN ZONA PELUSIDA

Satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi untuk membentuk
beberapa lapisan yang mengelilingi oosit. Sel-sel granulosa ini mengeluarkan kulit
kental mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulosa
sekitar. Membran penyekat ini dikenal sebagai zona pelusida.

PROLIFERASI SEL TEKA; SEKRESI ESTROGEN

Pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel- sel granulosa
berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel
granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk suatu lapisan luat sel teka.
Sel teka dan sel granulosa, yang secara kolektif dinamai sel folikel, berfungsi
sebagai satu kesaruan untuk mengeluarkan estrogen. Dari tiga estrogen yang
penting secara faali-estra- diol, estron, dan estriol-estradiol adalah estrogen
ovarium utama.

PEMBENTUKAN ANTRUM

Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya pembesaran dan


pengembangan kemampuan sekresi sel- sel folikel, mengubah folikel primer
menjadi folikel sekunder, atau folikel antrum, yang mampu mengeluarkan estrogen.
Selama tahap perkembangan folikel ini, terbentuk suatu rongga berisi cairan,
antrum, di bagian tengah sel-sel granulosa (Gambar 20-l4a dan 20-15). Sebagian
dari pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi berkelanjutan sel
granulosa dan sel teka, tetapi sebagian besar disebabkan oleh pembesaran
dramatik antrum. Seiring dengan tumbuhnya folikel, produksi estrogen juga
meningkat.

PEMBENTUKAN FOLIKEL MATANG

Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang lain, berkembang
menjadi folikel matang (praovulasi, tersier, atau Graffl dalam waktu sekitar 14 hari
setelah dimulainya pembentukan folikel)

OVULASI

Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan ovarium,
menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan oosit
saat ovulasi. Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiotik
pertamanya. Ovum (oosit sekunder), masih dikeli lingi oleh zona pelusida yang
lekat dan sel-sel granulosa (kini dinamai korona radiata, yang berarti "mahkota
memancar"), tersapu keluar folikel yang pecah ke dalam rongga abdomen oleh
cairan antrum yang bocor (Gambar 20-14b). Ovum yang dibebaskan ini cepat
tertarik ke dalam tuba uterina, tempat fertilisasi dapat terjadi. Pecahnya folikel saat
ovulasi menandakan berakhirnya fase folikular dan dimulainva fase luteal.

30
Fase luteal ditandai oleh keberadaan korpus luteum.

Pembentukan korpus luteum: sekresi estrogen dan progesteron

Folikel yang pecah yang rertinggal di ovarium setelah mengeluarkan ovum segera
mengalami perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel
mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang kosong dan telah terisi sebagian
oleh bekuan darah.

Sel-sel folikel lama ini segera mengalami transformasi struktural drastis untuk
membentuk korpus luteum, suatu proses yang dinamai luteinisasi (Gambar 20-l4c
dan e). Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan masuknya
pembuluh-pembuluh darah dari daerah teka ke daerah granulosa yang mengalami
luteinisasi. Perubahan-perubahan ini sesuai untuk fungsi korpus luteum:
mengeluarkan banyak progesteron dan sedikit estrogen ke dalam darah, Sekresi
esrrogen pada fase folikular diikuti oleh sekresi progesteron pada fase luteal
penring untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi ovum yang dibuahi

DEGENERASI KORPUS LUTEUM

Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan ddak terjadi impiantasi maka korpus
luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah pembentukannya
(Gambar 20- 14d). Sel-sel luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi
berkurang, dan jaringan ikat segera masuk untuk mem- bentuk massa jaringan
fibrosa yang dikenal sebagai korpus albikans ("badan putih).

KORPUS LUTEUM KEHAMILAN

Jika pembuahan dan implantasi terjadi maka korpus luteum terus tumbuh serta
meningkatkan produksi progesteron dan estrogennya.

31
Siklus ovarium diatur oleh interaksi hormon yang kompleks.

Ovarium memiliki dua unit endokrin yang berkaitan: folikel penghasil esffogen
selama paruh pertama siklus dan korpus luteum, yang menghasilkan progesteron
dan estrogen selama paruh terakhir siklus. Seperti pada pria, fungsi gonad pada
wanita dikontrol secara langsung oleh hormon-hormon gonadotropik hipofisis
anterior, yaitu follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH).
Kedua hormon ini, sebaliknya, diatur oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH)
hipotalamus serta efek umpan balik hormon-hormon gonad. Namun, tidak seperti
pada pria, kontrol gonad wanita diperumit oleh sifat fungsi ovarium yang siklik.
Sebagai conroh, efek FSH dan LH pada ovarium bergantung pada stadium sildus
ova- rium. Selain itu, estrogen menimbulkan efek umpan balik negatif selama paruh
tertentu siklus dan efek umpan balik positif pada paruh siklus lainnya, bergantung
pada konsen- trasi estrogen. Juga berbeda dari pria, FSH tidak semata- mata
bertanggung jawab untuk gametogenesis, demikian juga LH tidak hanya

32
menentukan sekresi hormon gonad

KONTROL FUNGSI FOLIKEL

Kita mulai dengan fase folikular siklus ovarium (1). Diperlukan dukungan hormon
untuk pem- bentukan antrum, perkembangan folikel, dan sekresi estrogen (3).
Estrogen, FSH (4), dan LH (5) semuanya dibutuhkan. Pembentukan antrum
diinduksi oleh FSH. Baik FSH maupun estrogen merangsang proliferasi sel-sel
granulosa. FSH dan LH diperlukan untuk sintesis dan sekresi estrogen oleh folikel,
tetapi kedua hormon ini bekerja pada sel yang berbeda dan pada tahap yang
berbeda dalam jalur pembentukan estrogen (Gambar 20-17). Sel-sel teka cepat
menghasilkan androgen tetapi kurang kemampuannya untuk mengubah androgen
ini menjadi estrogen. Sel granulosa, sebaliknya mengandung enzim aromarase
sehingga dapat dengan mudah mengubah androgen menjadi estrogen, tetapi sel ini
tidak dapat membentuk androgen. LH bekerja pada sel teka untuk merangsang
produksi androgen, sementara FSH bekerja pada sel granulosa untuk meningkatkan
konversi androgen teka (yang berdifusi ke dalam sel granulosa dari sel teka)
menjadi estrogen. Karena basal FSH yang rendah (6) sudah memadai untuk
mendorong konversi akhir menjadi estrogen ini, maka laju sekresi estrogen oleh
folikel terutama bergantung pada kadar LH dalam darah, yang terus meningkat
selama fase folikular (7). Selain itu, seiring dengan semakin tumbuhnya folikel,
lebih banyak estrogen diproduksi karena sel folikel penghasil estrogen bertambah.

Sebagian dari estrogen yang dihasilkan oleh folikel yang sedang tumbuh
dikeluarkan ke dalam darah dan merupakan penyebab terus meningkatnya kadar
estrogen plasma selama fase folikular. Estrogen sisanya tetap berada di dalam
folikel, ikut membentuk cairan antrum dan merangsang proliferasi lebih lanjut sel
granulosa

Estrogen yang dikeluarkan, selain bekerja pada jaringan spesifik seks misalnya
uterus, menghambat hipotalamus dan hipofisis anterior secara umpan balik negatif
(Gambar 20- 18). Kadar estrogen yang meningkat sedang dan menandai fase
folikular bekerja secara langsung pada hipotalamus untuk menghambat sekresi
GnRH sehingga pelepasan FSH dan LH dari hipofisis anterior yang dipicu oleh GnRH
tertekan. Namun, efek primer estrogen adalah langsung pada hipofisis itu sendiri.
Estrogen menurunkan kepekaan sel yang menhasilkan hormone-hormon
gonadotropik, khususnya sel penghasil FSH, terhadap GnRH. Faktor penunjang lain
yang menyebabkan turunnya FSH selama fase folikular adalah sekresi inhibin oleh
sel-sel folikel. Inhibin terutama menghambat sekresi FSH dengan bekerja pada sel
hipofisis anterior seperti yang terjadi pada pria. Penurunan sekresi FSH
menyebabkan atresia semua folikel yang sedang berkembang kecuali satu yang
paling matang.

Berbeda dari FSH, sekresi LH terus meningkat perlahan selama fase folikular 7
meskipun terdapat inhibisi sekresi GnRH (dan karenanya, secara tak langsung
terhadap LH). Hal yang tampaknya paradoks ini disebabkan oleh kenyataan bahwa
estrogen saja tidak dapat secara penuh menekan sekresi LH tonik (kadar rendah,
terus-menerus); untuk menghambat secara total sekresi tonik LLH maka

33
diperlukan baik estrogen maupun progesterone.

KONTROL OVULASI

Ovulasi dan selanjutnya luteinisasi folikel yang pecah dipicuoleh peningkatan


sekresi LH yang mendadak dan besar (9). Lonjakan LH ini menyebabkan empat
perubahan besar dalam folikel:

1. Hal ini menghentikan sintesis estrogen oleh sel folikel (11)


2. Hal ini memulai kembali meiosis di oosit folikel yang sedang berkembang,
tampaknya dengan menghambat pelepasan suatu oocyte maturation
inhibiting substance yang dihasilkan oleh sel granulosa. Bahan ini dipercayai
berperan menghentikan meiosis di oosit primer setelah oosit ini terbungkus
oleh sel-sel granulosa di ovarium janin
3. Hal ini memicu pembentukan prostaglandin kerja lokal, yang memicu
ovulasi dengan mendorong perubahan vaskular yang menyebabkan
pembengkakan cepat foli- kel sembari menginduksi digesti enzimatik
dinding folikel. Bersama-sama, berbagai efek ini menyebabkan pecahnya
dinding yang menutupi tonjolan folikel (10)
4. Hal ini menyebabkan diferensiasi sel folikel menjadi sel luteal. Karena
lonjakan LH memicu ovulasi dan lutei- nisasi, maka pembentukan korpus
luteum secara oto- matis mengikuti ovulasi (12). Karena itu, lonjakan sekresi
LH di pertengahan siklus merupakan titik dramatik dalam siklus; hal ini
mengakhiri fase folikular dan memulai fase luteal (15).

Dua cara sekresi LH yang berbeda sekresi tonik LH (7) yang menyebabkan sekresi
hormon ovarium dan lonjakan LH (9) yang menyebabkan ovulasi-tidak saja terjadi
dalam waktu yang berbeda dan menghasilkan efek berbeda pada ovarium tetapi
juga dikontrol oleh mekanisme yang berbeda. Sekresi tonik LH ditekan secara
parsial (7) oleh efek inhibitorik kadar sedang estrogen (3) selama fase folikular dan
ditekan total (17) oleh peningkatan kadar progesteron selama fase luteal (13).
Karena sekresi tonik LH merangsang sekresi estrogen dan progesteron maka hal ini
merupakan sistem kontrol umpan balik negatif yang tipikal.

Sebaliknya, lonjakan LH dipicu oleh efeh umpan balih positif. Sementara kadar
estrogen yang meningkat dan moderat pada awal fase folikular menghambat
sekresi LH, kadar estrogen yang tinggi selama puncak sekresi estrogen pada akhir
fase folikular merangsang sekresi LH dan memulai lonjakan LH (Gambar 20-19).
Karena itu, LH meningkatkan produksi estrogen oleh folikel, dan konsentrasi
estrogen yang memuncak merangsang sekresi LH. Konsentrasi estrogen dalam
plasma yang ringgi bekerja langsung pada hipotalamus untuk meningkatkan GnRH
sehingga sekresi LH dan FSH meningkat. Hal ini juga secara langsung bekerja pada
hipofisis anterior untuk secara spesifik meningkatkan kepekaan sel penghasil LH
terhadap GnRH. Efek yang terakhir ini berperan dalam Ionjakan sekresi LH
yangjauh lebih besar daripada peningkatan sekresi FSH pada pertengahan siklus
(9). Sekresi inhibin yang berlanjut oieh sel folikel juga cenderung iebih
menghambat sel penghasil FSH, menahan kadar FSH untuk tidak naik setinggi kadar
LH.

34
KONTROL KORPUS LUTEUM

LH memelihara korpus luteum; yaitu, setelah memicu pembentukan korpus


lureum, LH merangsang sekresi berkelanjutan hormon steroid oleh struktur
ovarium ini. Dibawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan progesterone
(13) dan estrogen (14), dengan progesteron merupakan produk hormon yang
paling banyak. Kadar progesterone plasma meningkat untuk perrama kali selama
fase luteal.

Pada pertengahan siklus terjadi penurunan sesaat kadar estrogen darah (11)
karena folikel penghasil estrogen mati saat ovulasi. Kadar estrogen kembali naik
selama fase luteal kareana aktivitas korpus luteum, meskipun tidak mencapai kadar
yang sama ketika fase folikular. Apa yang mencegah kadar estrogen yang lumayan
tinggi selama fase luteal ini me- micu lonjakan LH lain? Progesteron. Meskipun
estrogen kadar tinggi merangsang sekresi LH namun progesteron' yang
mendominasi fase luteal, dengan kuat menghambat sekresi LH serta sekresi FSH
(17) (16) (Gambar 20-20). Inhibisi FSH dan LH oleh progesteron mencegah
pematangan folikel baru dan ovulasi selama fase luteal. Di bawah pengaruh
progesteron, sistem reproduksi dipersiapkan untuk menunjang ovum yang baru
saja dibebaskan, seandainya ovum tersebut dibuahi, dan bukan mempersiapkan
pelepasan ovum lain. Tidak ada inhibin yang disekresikan selama fase luteal.

Menurunnya kadar LH (17), yang didorong oieh efek inhibitorik progesterone jelas

35
berperan dalam degenerasi korpus luteum. Prostaglandin dan estrogen yang
dikeluarkan oleh sel luteal itu sendiri juga mungkin berperan. Matinya korpus
luteum mengakhiri fase luteal dan menyiapkan tahap baru untuk fase folikular
berikutnya. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, kadar progesteron (19) dan
estrogen (20) plasma turun cepat) karena kedua hormon ini tidak lagi diproduksi.
Hiilangnya efek inhibisi kedua hormon ini pada hipotalamus memungkinkan
sekresi FSH (21) dan sekresi LH tonik (22) kembali meningkat moderat. Di bawah
pengaruh hormon-hormon gonadotropik ini, kelompok baru folikel primer kembali
diinduksi untuk matang seiring dengan dimulainya fase folikular baru.

PENGARUH ESTROGEN DAN PROGESTERON PADA UTERUS

36
Uterus terdiri dari dua lapisan utama: miometrium, lapisan otot polos luar; dan
endometrium, lapisan dalam yang mengandung banyak pembuluh darah dan
kelenjar. Estrogen merangsang pertumbuhan miometrium dan endometrium.
Hormon ini juga menginduksi sintesis resepror progesteron di endometrium.
Karena itu, progesteron dapat berefek pada endometrium hanya setelah
endometrium "dipersiapkan' oleh estrogen. Progesteron bekerja pada
endometrium yang telah dipersiapkan oleh estrogen untuk mengubahnya menjadi
lapisan yang ramah dan menunjang pertumbuhan ovum yang dibuahi. Di bawah
pengaruh progesreron, jaringan ikat endo- metrium menjadi longgar dan
edematosa akibat akumulasi elektrolit dan ait memfasilitasi implantasi ovum yang
dibuahi. Progesteron menyiapkan endometrium lebih lanjut untuk me- nampung
mudigah dengan mendorong kelenjar endometrium mengeluarkan dan menyimpan
glikogen dalam jumlah besar serta merangsang pertumbuhan besar-besaran
pembuluh da- rah endometrium. Progesteron juga mengurangi kontraktilitas uterus
agar tercipta iingkungan yang renang untuk implantasi dan pertumbuhan mudigah.

Siklus haid terdiri dari tiga fase: fase haid, fase proliferative, dan fase sekretorik
atau progestasional.

Fase Haid

Fase haid adalah fase yang paling jelas, ditandai oleh pengeluaran darah dan sisa
endometrium dari vagina

Sewaktu korpus luteum berdegenerasi karena tidak terjadi fertilisasi dan


implantasi ovum yang dibebaskan selama siklus sebelumnya, kadar progesteron
dan estrogen darah turun tajam. Karena efek akhir progesterone dan estrogen
adalah mempersiapkan endometrium untuk implantasi ovum yang dibuahi maka
terhentinya sekresi kedua hormon ini menyebabkan lapisan dalam uterus yang
kaya vascular dan nutrient ini kehilangan hormone-hormon penunjangnya.

Turunnya kadar hormon ovarium juga merangsang pembebasan suatu


prostaglandin uterus yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh
endometrium, menghambat aliran darah ke endometrium. Penurunan penyaluran
O2 yang terjadi kemudian menyebabkan kematian endo- metrium, termasuk
pembuluh darahnya. Perdarahan yang terjadi melalui kerusakan pembuluh darah
ini membilas jaringan endometrium yang mati ke dalam lumen uterus. Sebagian
besar lapisan dalam uterus terlepas selama haid kecuali sebuah lapisan dalam yang
tipis berupa sel epitel dan kelenjar, yang menjadi asal regenerasi endometrium.
Prostaglandin uterus yang sama juga merangsang kontraksi ritmik ringan
miometrium uterus. Kontraksi ini membantu mengeluarkan darah dan sisa
endometrium dari rongga uterus keluar melalui vagina sebagai darah haid.
Kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi berlebihan prostaglandin
menyebabkan kram haid (dismenore) yang dialami oleh sebagian wanita.

Haid biasanya berlangsung selama lima sampai tujuh hari setelah degenerasi
korpus luteum, bersamaan dengan bagian awal fase folikular ovarium ( 23).

37
Penghentian efek progesteron dan estrogen (19),(20) akibat degenerasi korpus
luteum menyebabkan terkelupasnya endometrium (haid) 23 dan terbentuknya
folikel-folikel baru di ovarium di bawah pengaruh hormon gonadotropik (21), (22)
yang kadarnya meningkat. Turunnya sekresi hormon gonad menghilangkan
pengaruh inhibitorik dari hipotalamus dan hipofisis anrerior sehingga sekresi FSH
dan LH meningkai dan fase folikular baru dapat dimulai.

FASE PROLIFERATIF

Kemudian, darah haid berhenti, dan fase prolitFeratif siklus uterus dimulai
bersamaan dengan bagian terakhir fase folikular ovarium ketika endometrium
mulai memperbaiki diri dan berproliferasi (24) di bawah pengaruh estrogen dari
folikel-folikel yang baru berkembang.

FASE SEKRETORIK ATAU PROGESTASIONAL

Setelah ovulasi, ketika terbentuk korpus luteum baru,(12), uterus masuk ke fase
sekretorik, arau progestasional, yang bersarnaan waktunya dengan fase luteal
ovarium (25), (15). Korpus luteum mengeluarkan sejumlah besar progesteron (13)
dan estrogen. Progesteron mengubah endometrium tebal yang telah dipersiapkan
estrogen menjadi jaringan kaya vaskular dan glikogen. Periode ini disebut fase
sekretorik, karena kelenjar endometrium aktif mengeluarkan glikogen, atau fase
progestasional ("sebelum kehamilan'), merujuk kepada lapisan subur endometrium
yang mampu menopang kehidupan mudigah.

38
Ganong W.F. 2008. Buku Ajar FIsiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Siklus Haid


3.1. Definisi
Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) adalah penyebab tersering terjadinya
perdarahan rahim abnormal pada wanita di usia reproduksi. Perdarahan uterus
disfungsional didefinisikan sebagai perdarahan endometrium abnormal dan
berlebihantanpa adanya patologi struktural.Perdarahan ini juga didefinisikan
sebagai menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi
pelvik yang diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum.
DUB dapat terjadi pada setiap umur antara menarce dan menopause. Tetapi
sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.

3.2. Etiologi

3.3. Epidemiologi

3.4. Klasifikasi

39
Terjadinya mentruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan alat genitalia dan
rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari mata rantai aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Oleh karena itu, gangguan haid dapat terjadi karena kedua faktor
tersebut.

Ritmus abnormal seperti:


- Polimenorea - haid terlalu sering, interval < 21 hari
- Oligomenore - haid terlalu jarang, interval > 31 hari
- Amenorea - tidak haid
- Perdarahan tidak teratur, interval datangnya haid tidak tentu
- Perdarahan pertengahan siklus dalam bentuk spotting
a. Jumlah atau banyaknya darah (normal ganti pembalut 2-5x/hari)

40
- Hipermenorea - darah haid terlalu banyak, ganti pembalut >6 pembalut/hari
dimana setiap pembalut basah seluruhnya.
- Hipomenorea - darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut < pembalut/hari
- Spotting
b. Lamanya perdarahan (normal 2 -5 hari)
- Menoragia - lamanya lebih dari 6 hari
- Brakhimenorea - lamanya < 2 hari
- Perdarahan sebelum dan sesudah haid
- Premenstrual spotting dan postmenstrual spotting

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid :


Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea
2. Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea
3. Perdarahan di luar haid : Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension
(ketegangan pra haid); Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan
Dismenorea

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada Haid


- Hipermenorea atau Menoragia
Definisi: Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih
dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Sebab-sebab
o Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia.
Terapi : uterotonika
o Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
o Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendunganpembuluh darah balik.
o Hipertensi
o Dekompensio cordis
o Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
o Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
o Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili

- Hipomenorea
Definisi: perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.
Sebab-sebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang
akibat dari kurang gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Tindakan Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

2. Kelainan Siklus
- Polimenorea atau Epimenoragia
Definisi: siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlahperdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

41
Sebab-sebab Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum
memendek sehinggasiklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat
stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
Terapi Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium
sekresi menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.

- Oligomenorea
Definisi: siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan
tetap sama.
Sebab-sebab Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua
stadium menjadi panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit: TBC
Terapi Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan
bila mendekatiamenorea diusahakan dengan ovulasi.

- Amenorea
Definisi: keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi:
o Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
o Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah
mengalami haidtetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Sebab-sebab Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi
maupun dalam masa menopause; gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis ovarium ;
kelainan kongenital ; gangguan sistem hormonal; penyakit-penyakit lain;
ketidakstabilan emosi; kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.
Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak menstruasi :
1. sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda tanda pubertas
2. sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain
3. sudah menstruasi,tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus atau lebih atau
selama 6 bulan
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada
wanita yang berusia 16 tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal,
atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya perkembangan karakteristik seksual
sekunder. Amenorea primer terjadi pada 0.1 2.5% wanita usia reproduksi.
Amenorea sekunderAmenorea sekunder adalah hilangnya menstruasi setelah
menarche. Yaitutidak terjadinya menstruasi selama lebih dari 6 bulan pada wanita
yangbiasanya mendapat siklus menstruasi teratur atau bisa sampai 12 bulanpada
wanita yang biasanya mengalami oligomenorrhoea. Angka kejadianberkisar antara 1
5%.
Terapi, tergantung dengan etiologinya. Secara umum dapat diberikanhormon-hormon
yang merangsang ovulasi, iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum,
menyeimbangkan antara kerja-rekreasi dan istirahat.

3. Perdarahan di luar haid


- Metroragia
Definisi: perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.
Klasifikasi
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab

42
1)Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
carcinoma corpusuteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti
kolpitis haemorrhagia,endometritis haemorrhagia); hormonal.
2)Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi,
metabolik, penyakitakut maupun kronis. b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus
luteum persisten, kelainanpelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan
penyakit akut ataupun kronis.
Terapi kuretase dan hormonal.

4. Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid


- Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai
menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40
tahun.
Gejala klinik gelisah, susah tidur; perutkembung, mual muntah; payudara tegang dan
sakit; terkadang merasa tertekan.
Terapi Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress;
konsumsi antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral,
progestin; konsultasidengan tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.

- Mastodinia atau Mastalgia


Definisi: rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Sebab-sebab, Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air
dan garam yang disertai hiperemia didaerah payudara.

- Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)


Definisi: rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam
sampai beberapa hari di pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya
folikel Graff. Lamanya bisa beberapa jam bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang
Mittelschmerz diikuti olehperdarahan yang berasal dari proses ovulasi dengan gejala
klinis seperti kehamilan ektopik yang pecah.

- Dismenorea
Definisi Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan
memerlukan pengobatan.Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang
belum jelas. Klasifikasi :
1)Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah
nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan. Sebab : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic
sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin,
hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi). Etiologi : nyeri haid dari bagian perut
menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang disertai dengan mual dan muntah,
diare, sakit kepala dan emosi labil. Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.
2)Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami
dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri,
endometriosis, retroflexiouteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya
AKDR, tumor ovarium. Terapi : causal (mencari dan menghilangkan penyebabnya).

43
3.5. Patofisiologi

3.6. Manifestasi Klinis

3.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding


DIAGNOSIS
Diagnosis Amenore
1. Anamnesis
Tanyakan tentang data subyektif dan data obyektif yang diperoleh berdasarkan
riwayat hidup pasien dan keluarga. Riwayat hidup berupa usia, pekerjaan, keluhan
utama, riwayat kebidanan, riwaat penyakit yang pernah diderita, pola kegiatan
sehari-hari, riwayat ketergantungan, riwayat psikososial, dan riwayat KB.
Sedangkan, riwayat hidup keluarga pasien berupa kerusakan gen, pola rambut
kemaluan, infertilitas, riwayat menars, dan haid keluarga dan riwayat pubertas.

2. Pemeriksaan fisik
Pengukuran BB, TB, pemeriksaan perawakan yang tak wajar (seperti leher
bergelambir, tubuh pendek), ada atau tidaknya uterus, pemeriksaan rambut
kemaluan, pemeriksaan tiroid, pemeriksaan genital dan darah. Tes darah berupa:
- FSH
- LH
- PRL
- Testosterone
- TSH
Pemeriksaan untuk mengetahui infertilitas
1. Anti-Mullerian hormone testing
berfungsi untuk mengetahui perkiraan jumlah folikel ovarium, sehingga dapat
memperkirakan seberapa besar kemungkinan wanita tersebut untuk dapat hamil

2. Follicle stimulating hormone


tes berfungsi untuk mengetahui apakah seorang wanita akan berovulasi pada bulan
yang bersangkutan. Tes ini biasa dilakukan di hari ke 3 siklus menstruasi

3. Hysterosalpingography
merupakan inspeksi terhadap tuba falopii dan uterus, dengan cara menginjeksi agen
radiokontras, untuk memastikan apakah ovum dapat melewati tuba tanpa adanya
obstruksi dan untuk mengetahui adanya abnormalitas uterus

4. Ovarian ultrasound
untuk mengetahui perkembangan folikel ovarium. Sangat berguna untuk membantu
diagnosis sindrom ovarium polikistik

5. Hysteroscopy

44
berfungsi untuk mendiagnosis beberapa hal yang dapat menganggu kesuburan,
diantaranya fibroid uteri, sindrom asherman, dan bicornate uterus. Cara dengan
memasukkan endoskopi untuk menghasilkan gambar tentang kondisi uterus

6. Laparoscopy
berfungsi untuk memeriksa bagian interior abdomen. Dapat juga digunakan untuk
mengetahui keadaan tuba falopii dan sangat berguna untuk diagnosis endometriosis

3. Pemeriksaan penunjang
Berupa lab dan radiologi.

45
Berdasarkan skema penegakkan diagnosis apabila seorang pasien amenore memiliki
payudara atau tidak memiliki rambut kemaluan, diagnosanya adalah sindrom
insensitivitas androgen dimana secara fenotip adalah perempuan tetapi secara genotip
adalah pria. Hal ini perlu analisis kromosom. Jika hasilnya positif, maka pasien tersebut
harus melakukan operasi penghilangan payudara untuk mencegah transformasi dari
perempuan ke pria setelah pubertas. Apabila seorang pasien memiliki ciri normal
seksual sekunder seperti adanya rambut kemaluan maka dokter harus melakukan MRI
untuk mengetahui ada atau tidaknya uterus. Apabila terdapat uterus tapi abnormal atau
tidak ada vagina maka pasien tersebut didiagnosis agenesis saluran Muller. Analisis
kromosom diperlukan untuk mengetahui apakah pasien tersebut secara genetic adalah
perempuan. Selain pasien memiliki uterus normal, obstruksi saluran keluar perlu
dianalisis. Hymen imperforata atau septum vagina transversal dapat menyebabkan
obstruksi saluran keluar. Jika saluran keluar paten, maka dokter harus melanjutkan
pemeriksaan yang sama dengan pemeriksaan amenore sekunder.

Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :

46
- Jumlah hari mestruasi
- Jumlah pembalut yang digunakan per hari
- Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
- Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang
akibat luka ringan
- Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
- Galaktorea
- Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi

Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan
hemodinamik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan untuk:
o Menilai
Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
Tanda-tanda Hiperandrogen
Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
Galaktorea
Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
Servisitis, endometritis
Polip dan mioma uteri
Keganasan serviks dan uterus
Hiperplasia endometrium
Gangguan pembekuan darah

Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear,
dan harus disingkirkan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau
keganasan.

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium -Hb -Darah lengkap -Prolaktin
-Tes hemostatis (BT- -Tiroid (TSH,
kehamilan CT, lainnya FT4)
-urin sesuai fasilitas) -Hemostasis
(PT, aPTT,dll)
USG -USG -USG
Pemeriksaan transabdominal Transabdominal
Penunjang -USG -USG
transvaginal transvaginal
SIS -SIS
-Doppler
Penilaian -Mikrokuret -Mikrokuret/
Endometrium -D&K D&K
-Histeroskopi

47
-Endometrial
sampling
Penilaian -IVA -Pap smear -Pap smear
serviks bila ada -Kolposkopi
patologi

Pemeriksaan Lab
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH bertugas mengatur sintesis hormon tiroid. Pemeriksaan TSH berfungsi untuk
mengetahui fungsi kelenjar tiroid. Hipotiroid yang biasa ditandai dengan
meningkatnya TSH, menyebabkan haid tidak teratur termasuk amenorrhea.
Gangguan fungsi tiroid ini dapat menyebabkan peningkatan produksi prolaktin.
- Prolaktin
Produksi prolaktin yang berlebihan atau disebut hiperprolaktinemia pada wanita
dapat menyebabkan gangguan siklus haid.
- Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH)
Pemeriksaan LH dan FSH berguna untuk mengetahui keadaan hipergonadotropik
hipogonadisme dan hipogonadotropik hipogonadisme. Hipergonadotropik
hipogonadisme dapat menyebabkan gagal ovarium yang mengakibatkan
menopause dini, sedangkan hipogonadotropik hipogonadisme dapat
mengakibatkan amenorrhea hipotalamus yang disebabkan oleh gangguan poros
hipotalamus-pituitari-ovarium.
- Progesteron
Pemeriksaan progesteron dapat mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi
pada struktur endometrium dan sumbatan pada uterus yang menyebabkan
amenorrhea.

Amenorrhea dapat menyebabkan ketidaknyamanan, namun dengan pemeriksaan


laboratorium dan konsultasi dokter dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat
dilakukan tindakan yang tepat untuk menormalkan kembali siklus haid.
Pemeriksaan penunjang
- Foto Rontgen dari thorak terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella tursika
untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella tersebut.
- Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen
- Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melitus
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus
jika ada kemungkinan tumor hipofisis
- Pemeriksaan metabolisme basal pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi
glandula tiroidea
- Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, aplasia uteri,
disgenesis ovarium, tumor ovarium, ovarium polikistik (Sindrom Dtein-Leventhal)
- Pemeriksaan kromatin seks
- Pembuatan kariogram
- Pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui funsi glandula tiroid.

Langkah diagnostik PUD

48
Metroragia
1. Anamnesis
- Tanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang
pendek atau oleh oligomenorea/amenorea
- Sifat perdarahan (banyak atau sedikit2,sakit atau tidak)
- Lama perdarahan, dsb.
2. Pemeriksaan umum
Perlu diperhatikan tanda2 yang meninjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic,
penyakit endokrin, penyakit menahun, dll.
3. Pemeriksaan ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan2 organik, yang menyebabkan perdarahan
abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu)

49
3.8. Tatalaksana
50 % dari kaum wanita pernah mengalami gangguan haid pada masa remaja. Biasanya
gangguan ini mencapai puncaknya pada umur 17-25 tahun. Karena tingginya kejadian
ini, berbagai pengobatan pun telah diberikan.
Ketidakteraturan menstruasi biasanya tanpa sebab fisik dihubungkan dengan disfungsi
hipotalamus, yang dapat dikaikan dengan stres fisik (misalnya cedera kepala ringan)
atau stres emosional (misalnya ketika akan menghadapi ujian). Ada beberapa cara
untuk menghadapi keadaan ini secara medis. Cara paling mudah adalah dengan
memberikan pil KB, yang mengandung progesteron dan estrogen dalam kadar tertentu.
Berikan selama 10-12 hari. Dalam 7 hari pasien akan mengalami perdarahan.
Progesteron bekerja dengan memproduksi estrogen dari dalam tubuhnya sendiri,
membangun dan meluruhkan lapisan dalam rahim, melindunginya dari overstimulasi
endometrium.
Cara lain untuk menanggani gangguan menstruasi yang tidak teratur adalah mengobati
akar permasalahannya dan ini memerlukan peran seorang ginekolog.
Terapi unruk hipermenorea (menoragia) khususnya pada mioma uteri tergantung pada
penangganan mioma uteri, sedangkan pada wanita yang didiagnosis menderita polip
endometrium penangganannya adalah kuretase.
Terapi untuk amenorea primer, jika amenorea menetap 9-12 bulan dan anovulasi
merupakan penyebab utama, dapat diberikan klomifen, terutama Klomifen merupakan
anti estrogen. Dengan pengobatan ini kira-kira 90 % wanita amenorea dan 40 % wanita
yang mengalami oligomenorea akan membaik. Terapi amenorea sekunder perbaiki
kebiasaan makan dan menjaga kebersihan diri.
Untuk gangguan haid lainnya cukup diberikan keterangan bahwa hal tersebut tidak
mengganggu fertilitas/kesuburan dari wanita yang bersangkutan.
Ada banyak cara untuk mengobati kram. Olahraga adalah terapi yang sangat efektif,
seperti juga diet yang bergizi. Kalsium dan vitamin B6 telah dikaitkan sebagai pereda
nyeri/kram. Obat antiprostaglandin seperti aspirin, naproxen, ibuprofen merupakan
obat ideal untuk kram menstruasi. Obat ini diminum sejak terasa sakit selama 2-3 hari.
Kebanyakan dari mereka yang mengeluhkan rasa sakit tidak memerlukan pengobatan,
tetapi butuh pengertian dan penerangan. Jika sakit semakin parah segeralah berobat ke
dokter.

Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional


Tujuan terapi
- mengontrol perdarahan
- mencegah perdarahan berulang
- mencegah komplikasi
- mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
- menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari
ibu. Pemberian estrogen dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen
estrogen tersebut efektif di dalam menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun
juga penyebab perdarahan harus dicari dan dihentikan. Apabila pasien memiliki
kontraindikasi untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.

50
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi
yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan
kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat digunakan untuk terapinya. Pasien yang
menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan
kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan
untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah
tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada
perdarahan uterus disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera
diatasi dengan transfusi darah. Pada perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan
anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan sediaan besi, sedangkan
anemia berat membutuhkan transfusi darah.

2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
- Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan karena
memiliki berbagai khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada
dinding pembuluh darah, vasokonstriksi (karena merangsang prostaglandin),
meningkatkan pembentukan thrombin dan fibrin. Dosis pemberian estrogen pada
perdarahan uterus disfungsional adalah 25 mg IV setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti
dengan oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7 hari (untuk semua produk estrogen
dengan kandungan 35 mg ethynil estradiol).
- Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan.
Beberapa sedian tersebut antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat,
dihidrogesteron dan linestrenol. Noretisteron dapat menghentikan perdarahan setelah
24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari, medroksiprogesteron asetat dengan dosis 10-
20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat dengan didrogesteron dengan dosis 10-20
mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan dosis 15 mg/hari selama 10 hari.
- Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan
progesteron. Sediaan yang dapat dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan
metil testosteron (danazol merupakan suatu turunan 17--etinil-testosteron). Dosis
yang diberikan adalah 200 mg/hari selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa pemakaian
jangka panjang sediaan androgen akan berakibat maskulinisasi.

Penghambat sintesis prostaglandin.


Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi
endometrium. Dalam hal ini PgE2 dan PgF2 meningkat secara bermakna. Dengan dasar
itu, penghambat sintesis prostaglandin atau obat anti inflamasi non steroid telah
dipakai untuk pengobatan perdarahan uterus disfungsional, terutama perdarahan
uterus disfungsional anovulatorik. Untuk itu asam mefenamat dan naproksen seringkali
dipakai dosis 3 x 500 mg/hari selama 3-5 hari atau ethamsylate 500 mg 4 kali sehari
terbukti mampu mengurangi perdarahan.

Antifibrinolitik

51
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus
disfungsional. Peran ini tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja
enzimatik. Proses ini berfungsi sebagai mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi
penumpukan fibrin. Unsur utama pada system fibrinolitik itu adalah plasminogen, yang
bila diaktifkan akan mengeluarkan protease plasmin. Enzim tersebut akan menghambat
aktivasi palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan
terhambat pula. Sediaan yang ada untuk keperluan ini adalah asam amino kaproat
(dosis yang diberikan adalah 4 x 1-1,5 gr/hari selama 4-7 hari).

Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi.
Dilatasi dan kuretase merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada
perdarahan uterus disfungsional. Tujuan pokok dari kuretase pada perdarahan uterus
disfungsional adalah untuk diagnostik, terutama pada umur diatas 35 tahun atau
perimenopause. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada
usia tersebut. Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan karena menghilangkan
daerah nekrotik pada endometrium. Ternyata dengan cara tersebut perdarahan akut
berhasil dihentikan pada 40-60% kasus. Namun demikian tindakan kuretase pada
perdarahan uterus disfungsional masih diperdebatkan, karena yang diselesaikan
hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu
kemungkinan kambuhnya cukup tinggi (30-40%) sehingga acapkali diperlukan
kuretase berulang. Beberapa ahli bahkan tidak menganjurkan kuretase sebagai pilihan
utama untuk menghentikan perdarahan pada perdarahan uterus disfungsional, kecuali
jika pengobatan hormonal gagal menghentikan perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan
cara vaporasi neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga
penderita akan mengalami henti haid yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk
penderita yang punya kontraindikasi pembedahan dan tampak cukup efektif sebagai
pilihan lain dari histerektomi, tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus disfungsional harus
memperhatikan usia dan paritas penderita. Pada penderita muda tindakan ini
merupakan pilihan terakhir. Sebaliknya pada penderita perimenopause atau
menopause, histerektomi harus dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang
menetap atau berulang. Selain itu histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus
disfungsional dengan gambaran histologis endometrium hiperplasia atipik dan
kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi dan kuretase. Histerektomi
mempunyai tingkat mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu penelitian menemukan bahwa
histerektomi berhubungan dengan tingkat morbiditas dan membutuhkan waktu
penyembuhan yang lebih lama dibanding ablasi endometrium. Beberapa studi
sebelumnya menemukan bahwa fungsi seksual meningkat setelah histerektomi dimana
terdapat peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan metode popular untuk
mengatasi perdarahan uterus disfungsional, terutama di negara-negara industri.

3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi


Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan
siklus anovulatorik menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi
persyaratan untuk pemicuan ovulasi.
- Siklus ovulatorik

52
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea,
oligomenorea, menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak
prahaid atau pasca haid. Perdarahan pertengahan siklus diatasi dengan estrogen
konjugasi 0,625-1,25 mg/hari atau etinilestradiol 50 mikrogram/ hari dari hari ke 10
hingga hari ke 15. Perdarahan bercak prahaid diobati dengan progesteron (medroksi
progestron asetat atau didrogestron) dengan dosis 10 mg/hari dari hari ke 17 hingga
hari ke 26. Beberapa penulis menggunakan progesteron dan estrogen pada
polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai dengan kontrasepsi oral, mulai
hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.
- Siklus anovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan
progesteron. Oleh karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon
reproduksi dilakukan dengan pemberian progesteron, seperti medroksi progesterone
asetat dengan dosis 10-20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus haid. Dapat pula
digunakan didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid,
linestrenol dengan dosis 5-15 mg/hari selama 10 hari mulai hari hari ke 16-25 siklus
haid. Pengobatan hormonal ini diberikan untuk 3 siklus haid. Jika gagal setelah
pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan pemicuan ovulasi. Pada
penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan penambahan
estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10 hari, dari hari ke 5
sampai hari ke 25.

Penanganan terapi berdasarkan usia


PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi ,
berlangsung sampai 3- 5 tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak
teratur baik lama maupun jumlah darahnya.
Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi
nonsteroid (NSAID), atau asam traneksamat. Pemberian tablet estrogen
progesteron kombinasi, atau tablet progesterone saja maupun analog GnRH (agonis
atau antagonis) hanya bila tidak ada perbaikan.
Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o Dirawat dan diberikan transfusi darah.
o Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17 estradiol 2x2 mg, atau
Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5
mg ;atau
Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari

Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan
pemberian tablet progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau
didrogesterone (10mg/ hari) sedangnkan noretisterone 5mg/ hari.

PUD pada Usia Reproduksi


Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak
berovulasi. Pada keadaan akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .

53
- Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga
akut. PUD yang terjadi paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada
pertengahan siklus. Pengobatan dapat diberikan berupa :
o 17- estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau estropipete
1x1,25 mg, dari hari ke 10-15 siklus haid
o Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau
didrogesteron 1x10 mg, atau Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga Normegestrol
asetat 1x5 mg yang diberikan mulai hari 16-25 siklus.
o Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17- estradiol 1x 2mg, atau
estrogen equin konjugasi 1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25 mg yang diberikan
mulai hari 2- 8 siklus haid.

PUD pada usia perimenopause


Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu
sekitar menopause (usia 40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak
berovulasi (folikel persisten). Sehingga setiap perdarahan atau gangguan haid yang
terjadi pada usia perimenopause harus dipikirkan adanaya keganasan pada
endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C (Dilatasi
dan kuretase). Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila
ditemukan ketebalan endometrium lebih dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia
endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm atau
hiperplasia adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron
seperti MPA dengan dosis 3x10 mg / hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan
depo medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi
estrogen- progesteron, seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17- estradiol
1x2 mg + MPA 1x10 mg yang dibekian secara berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak
ada perbaikan, maka perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan selanjutnya
bergantung pada hasil patologi anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor
risiko kanker endometrium seperti kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap
dilakukak D&C , meskipun ketebalan endometrium <5 mm.

Berdasarkan banyaknya perdarahan


Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak
banyak serta tidak terdapat diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa
melakukan intervensi terlebih dahulu.
Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :
o Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau
o Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu kemudian
diikuti dengan penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
Apabila pasien mengalami perdarahan berat :
o Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.
o Diberikan suntikan estradiol valerate (10mg) dan hydroxyprogesterone caproate
(500 mg) intramuskular ; atau
o Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.
o Berikan preparat besi untuk mencegah anemia

54
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3 bulan
atau dapat dilakukan induksi mentruasi setiap 2-3 bulan dengan 10 mg
hydroxyprogesterone acetate oral, 1-2 kali per hari selama 10 hari .
Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu dilakukan
evaluasi dan pemeriksaan biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan kuretase
untuk diagnosis lebih lanjut dan terapi.
Gunawan ,SG.(2007).Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta : Departement
Farmakologi dan Terapeutik FKUI

3.9. Komplikasi

3.10. Prognosi

4. Memahami dan Menjelaskan Istihadah


DARAH WANITA
Haid : Keluar dalam keadaan sehat,
Nifas: Keluar setelah melahirkan
Istihadlah : Keluar tidak pada hari haid dan nifas; dalam keadaan sakit (darah
penyakit).
Akibat Hukum Datangnya Haid
o Seorang wanita dianggap telah balig, menjadi mukallaf, dianggap telah cukup
cakap bertindak hukum.
o Pertanda wanita tersebut tidak hamil,
o Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur.
o Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.
o Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda
pendapat tentang saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).
Datang atau Berhentinya Haid Saat Waktu Shalat atau Puasa
Jika haid datang pada waktu shalat dan dia belum shalat, dia berhutang shalat.

Jika berhenti haid, maka harus segera mandi dan shalat, jika tidak, maka
termasuk mengabaikan shalat.
Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid
Warna
o Haid umumnya hitam, sedangkanIstihadlah umumnya merah segar.
Kelunakan dan Kerasnya
o Haid sifatnya keras dan Istihadlah lunak.
Kekentalan
o Haid kental sedangkan Istihadlah sebaliknya.
Aroma
o Haid beraroma tidak sedap atau busuk.

55

You might also like