Professional Documents
Culture Documents
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
Oleh :
UNGARAN
2016
Abstrak
Latar Belakang:Menghardik halusinasi merupakan upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul.
Metode: Pengelolaan berupa perawatan pasien untuk mengatasi halusinasi pendengaran dengan
schizofrenia. Pengelolaan infeksi dilakukan selama 2 hari pada Tn W.B. teknik pengumpulan data
menggunakan tehnik wawancara, pemeriksanaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang
Hasil: klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan cara minum obat yang benar
Kesimpulan:Pasien mendengar suara suara bising kendaraan, sehingga emosi dan marah, diagnosa
keperawatan yang diajukan gangguan persepsi sensori: halusinasi,risiko perilaku kekerasan dan isolasi
sosial dan menetapkan gangguan persepsi gangguan persepsi sensori: halusinasi, rencana tindakan
keperawatan yaitu mengajarkan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, berbincang-bincang,
tindakan keperawatan yang dilakukan melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, hasil
evaluasi pasien sudah mampu menghardik, berbincang-bincang, mengontrol halusinasi dengan obat.
Saran:perawat dirumah sakit agar lebih mengoptimalkan pemberian latihan menghardik sebagai
penatalaksanaan komplementer untuk mendukung kesembuhan pasien halusinasi pendengaran dengan
schizofrenia
penduduk Indonesia mengidap gangguan jiwa. 10% (Muhith, 2015). Beberapa masalah yang
Kerugian negara akibat gangguan jiwa mencapai muncul dari pasien gangguan halusinasi, yaitu
Rp 31 triliun per tahun karena hilangnya risiko perilaku kekerasan, perubahan persepsi
produktivitas rakyat yang mengalami gangguan sensori halusinasi sampai isolasi sosial
jiwa. Angka kejadian bunuh diri akibat gangguan (Damaiyanti & Iskandar, 2014).Prevalensi
jiwa mencapai 1.800 orang per 100.000 gangguan jiwa berat (schizofrenia) pada
penduduk (Simanjuntak, 2008). penduduk Indonsia sebesar 1,7 permil.
Halusinasi identik dengan skizofrenia Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta
(Muhith, 2015). Skizofrenia merupakan penyakit (2,7 permil), DI Aceh (2,7 permil), Sulawesi
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan Selatan (2,6 permil), Bali (2,3 permil) dan Jawa
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, Tengah (2,3 permil) (Riset Kesehatan Dasar /
dan perilaku yang aneh dan terganggu. RISKESDAS, 2013).
Skizofrenia tidak dapat di definisikan sebagai Berdasarkan data yang diperoleh penulis
penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai tentang jumlah pasien schizofrenia di Rumah
suatu sindrom gangguan jiwa. Skizofrenia Sakit Jiwa Prof. Dr Soerojo Magelang Tahun
biasanya terdiagnosis pada masa remaja akhir 2013-2015 ternyata mengalami fluktuatif
dan dewasa awal dan jarang terjadi pada masa dimana pada tahun 2013 jumlahnya mencapai
kanak-kanak. Insiden puncak awitannya adalah 4.010 orang (58,0%) dan di tahun 2014 menjadi
15-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk 1.185 orang (17,0%) atau mengalami
wanita (Videbeck, 2008). Seluruh klien dengan penurunan sebanyak 2.825 orang (70,0%).
skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi Tahun 2015 ternyata jumlah pasien
(Muhith, 2015). schizophrenia kembali meningkat yaitu menjadi
Halusinasi merupakan salah satu gejala 1.674 orang (24,0%) atau mengalami
yang sering ditemukan pada klien dengan peningkatan sebanyak 489 orang (41,0%) (RSJ
gangguan jiwa. Halusinasi merupakan gangguan Prof. Dr Soerojo Magelang, 2016). Peningkatan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu penderita schizophrenia di tahun 2015 diduga
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu dapat disebabkan oleh penambahan dan atau
pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan adanya rehospitalisasi dari pasien yang pernah
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami menjalani perawatan. Penyebab lainnya
seperti suatu persepsi melalui panca indra meningkatkan orang yang mengalami gangguan
tanpa stimulus eksternal atau persepsi palsu. jiwa diantaranya pengaruh genetik, tingkat stres
Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami yang tinggi, perpindahan penduduk dari desa
persepsi yang salah terhadap stiumulus, salah ke kota, industrialisasi, perubahan tatanan
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya masyarakat, kemiskinan dan pengangguran.
stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus Gangguan schizofrenia pada laki-laki
eksternal dipersepsikan sebagai suatu yang biasanya mulai pada usia lebih muda yaitu 15-
nyata oleh klien (Muhith, 2015). 25 tahun, sedangkan pada perempuan lebih
Halusinasi dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis, lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden
diantaranya halusinasi penglihatan, penghidu, skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
pengecap, perabaan, cenesthetic, kinesthetic perempuan (Sadock, 2008). Umumnya yang
dan halusinasi pendengaran (audhithory). banyak dirawat di rumah sakit pasien laki-laki
Halusinasi yang paling banyak di derita adalah karena perempuan lebih mudah diatur oleh
halusinasi pendengaran yang mencapai lebih keluarga, sedangkan laki-laki lebih kuat dan
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan ketika dibawa ke RS sudah membahayakan
menduduki peringkat ke dua dengan rata-rata keluarga maupun lingkungan.
25%. Sementara halusinasi yang lain yaitu
halusinasi pengecap, penghidu, perabaan,
khinesthetic dan cenesthetic hanya meliputi
(SP I), berbincang-bincang (SP II) saat Kaplan & Sadock, (2008). Sinopsis Psikiatri Jilid
halusinasinya muncul.Pada tahap ini penulis 1. Edisi ke-7. Terjemahan Widjaja
memberikan tindakan keperawatan yang Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
dilakukan pada hari Senin, 11 April 2016 yaitu
melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Keliat, (2006). Proses Keperawatan Kesehatan
Percaya) dengan klien, kemudian melatih Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
(SP I). Pada pertemuan kedua yaitu pada hari Maramis, (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Selasa 12 April 2016 tindakan keperawatan Surabaya: Airlangga
yang kedua dilakukan yaitu mengajarkan
mengontrol halusinasi dengan obat (SP II). Damaiyanti & Iskandar, (2014). Asuhan
Evaluasi dilakukan setiap setelah Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika.
melakukan tindakan keperawatan kepada klien Aditama.
Tuan W. B dengan gangguan persepsi sensori:
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan
halusinasi, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Jiwa. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :
pasien sudah mampu melakukan setiap SP yang
Penerbit ANDI
diberikan penulis yaitu menghardik, berbincang-
bincang, mengontrol halusinasi dengan obat.
Pieters, Janiwarti & Saragih, (2011). Pengantar
Dalam mempraktikan tehnik yang diajarkan
Psikopatologi untuk Keperawatan.
klien masih membutuhkan bimbingan perawat
Jakarta: Kencana.
sehingga penulis mendelegasikan tindakan dan
hasil dalam prosespengelollan Klien kepada Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay (2009),
perawat yang bertugas diruang Ruang Asuhan keperawatan pada Klien
Basukarna RSJ Prof.Dr Soerojo Magelang. dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa, Medan: USU Press
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak, (2008). Konseling Gangguan
Anggoro, (2007). Undang-Undang RI Nomor 29 Jiwa&Okultisme. Bandung: Gramedia
Tahun 2004 tentang Praktik Pustaka Utama
Kedokteran. Jakarta: Transmedia
Pustaka Stuart, (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Balitbang Kemenkes RI, (2013). Riset Kesehatan
Dasar; RISKESDAS 2013. Jakarta: Tjai & Rahardja, (2007). Obat-Obat Penting
Balitbang Kemenkes RI. Khasiat,. Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-
Dermawan dan Rusdi, (2013). Keperawatan 271,. Jakarta : PT. Elex Media
Jiwa. Konsep dan Kerangka Asuhan Komputindo
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publishing Videbeck, (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Efendi & Makhfudli, (2009). Keperawatan
Kesehatan Komunitas : Teori dan Yosep & Sutini, (2014). Keperawatan jiwa
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : (Cetakan 1), Bandung : PT Refika
Salemba Medika Aditama.