You are on page 1of 5

0

ARTIKEL

LAPORAN KASUS

PENGELOLAAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA TN. W.B DENGAN SCHIZOFRENIA


DI RUANG BASUKARNA RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr SOEROJO MAGELANG

Oleh :

JOSE CASIMIRO LOPES


NIM. 0131806

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO

UNGARAN

2016

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


1

PENGELOLAAN HALUSINASI PENDENGARAN PADA TN. W.B DENGAN SCHIZOFRENIA


DIRUANG BASUKARNA RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr SOEROJO MAGELANG

Jose Casimiro Lopes*,Ana Puji Astuti**, Mukhamad Mustain**


Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
Email:JoseCasimiroLopes@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang:Menghardik halusinasi merupakan upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan
cara menolak halusinasi yang muncul.
Metode: Pengelolaan berupa perawatan pasien untuk mengatasi halusinasi pendengaran dengan
schizofrenia. Pengelolaan infeksi dilakukan selama 2 hari pada Tn W.B. teknik pengumpulan data
menggunakan tehnik wawancara, pemeriksanaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang
Hasil: klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan cara minum obat yang benar
Kesimpulan:Pasien mendengar suara suara bising kendaraan, sehingga emosi dan marah, diagnosa
keperawatan yang diajukan gangguan persepsi sensori: halusinasi,risiko perilaku kekerasan dan isolasi
sosial dan menetapkan gangguan persepsi gangguan persepsi sensori: halusinasi, rencana tindakan
keperawatan yaitu mengajarkan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, berbincang-bincang,
tindakan keperawatan yang dilakukan melatih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, hasil
evaluasi pasien sudah mampu menghardik, berbincang-bincang, mengontrol halusinasi dengan obat.
Saran:perawat dirumah sakit agar lebih mengoptimalkan pemberian latihan menghardik sebagai
penatalaksanaan komplementer untuk mendukung kesembuhan pasien halusinasi pendengaran dengan
schizofrenia

Kata Kunci:halusinasi pendengaran dengan skizofrenia

PENDAHULUAN lainnya (Darmabrata, 2008). Gangguan jiwa


Kesehatan jiwa merupakan kondisi jiwa tidak menyebabkan kematian secara langsung,
seseorang yang terus tumbuh berkembang dan namun akan menyebabkan penderitanya
mempertahankan keselarasan dalam menjadi tidak produktif dan menimbulkan
mengendalikan diri serta terbebas dari stres beban bagi keluarga serta lingkungan
yang serius. Indikator dari jiwa yang sehat masyarakat sekitarnya (Efendi & Makhfudli,
meliputi sikap yang positif terhadap diri sendiri, 2009). Indikator kesehatan jiwa penduduk
tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, Indonesia yang dinilai pada Riskesdas 2013
keutuhan kebebasan diri, memiliki persepsi diantaranya gangguan jiwa berat, gangguan
sesuai kenyataan dan kecakapan dalam mental emosional serta cakupan
beradaptasi dengan lingkungan (Yosep & Sutini, pengobatannya (Riskesdas, 2013).
2014). Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan Menurut World Health
dan peningkatan kesehatan jiwa, pencegahan Organization(WHO)setiap saat 1% dari seluruh
dan penanggulangan masalah psikososial dan penduduk dunia berada dalam kondisi
gangguan jiwa, penyembuhan dan pemulihan membutuhkan pertolongan dan pengobatan
penderita gangguan jiwa (Hendarsah, 2009). untuk berbagai bentuk gangguan jiwa. Angka
Gangguan jiwa merupakan gangguan yang kejadian (prevalensi) berbagai bentuk gangguan
bersifat multikausal dan multi faktorial. Jiwa jiwa mulai dari spectrum ringan hingga berat di
merupakan suatu kesatuan integral tempat Asia Selatan dan Asia Timur adalah 25%
suatu gangguan pada suatu komponen jiwa, (Efendi & Makhfudli, 2009). Data dari WHO
mempunyai pengaruh pada komponen jiwa mengungkapkan bahwa sekitar 26 juta jiwa

1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


2

penduduk Indonesia mengidap gangguan jiwa. 10% (Muhith, 2015). Beberapa masalah yang
Kerugian negara akibat gangguan jiwa mencapai muncul dari pasien gangguan halusinasi, yaitu
Rp 31 triliun per tahun karena hilangnya risiko perilaku kekerasan, perubahan persepsi
produktivitas rakyat yang mengalami gangguan sensori halusinasi sampai isolasi sosial
jiwa. Angka kejadian bunuh diri akibat gangguan (Damaiyanti & Iskandar, 2014).Prevalensi
jiwa mencapai 1.800 orang per 100.000 gangguan jiwa berat (schizofrenia) pada
penduduk (Simanjuntak, 2008). penduduk Indonsia sebesar 1,7 permil.
Halusinasi identik dengan skizofrenia Gangguan jiwa berat terbanyak di DI Yogyakarta
(Muhith, 2015). Skizofrenia merupakan penyakit (2,7 permil), DI Aceh (2,7 permil), Sulawesi
yang mempengaruhi otak dan menyebabkan Selatan (2,6 permil), Bali (2,3 permil) dan Jawa
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, Tengah (2,3 permil) (Riset Kesehatan Dasar /
dan perilaku yang aneh dan terganggu. RISKESDAS, 2013).
Skizofrenia tidak dapat di definisikan sebagai Berdasarkan data yang diperoleh penulis
penyakit tersendiri melainkan diduga sebagai tentang jumlah pasien schizofrenia di Rumah
suatu sindrom gangguan jiwa. Skizofrenia Sakit Jiwa Prof. Dr Soerojo Magelang Tahun
biasanya terdiagnosis pada masa remaja akhir 2013-2015 ternyata mengalami fluktuatif
dan dewasa awal dan jarang terjadi pada masa dimana pada tahun 2013 jumlahnya mencapai
kanak-kanak. Insiden puncak awitannya adalah 4.010 orang (58,0%) dan di tahun 2014 menjadi
15-25 tahun untuk pria dan 25-35 tahun untuk 1.185 orang (17,0%) atau mengalami
wanita (Videbeck, 2008). Seluruh klien dengan penurunan sebanyak 2.825 orang (70,0%).
skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi Tahun 2015 ternyata jumlah pasien
(Muhith, 2015). schizophrenia kembali meningkat yaitu menjadi
Halusinasi merupakan salah satu gejala 1.674 orang (24,0%) atau mengalami
yang sering ditemukan pada klien dengan peningkatan sebanyak 489 orang (41,0%) (RSJ
gangguan jiwa. Halusinasi merupakan gangguan Prof. Dr Soerojo Magelang, 2016). Peningkatan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu penderita schizophrenia di tahun 2015 diduga
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu dapat disebabkan oleh penambahan dan atau
pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan adanya rehospitalisasi dari pasien yang pernah
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami menjalani perawatan. Penyebab lainnya
seperti suatu persepsi melalui panca indra meningkatkan orang yang mengalami gangguan
tanpa stimulus eksternal atau persepsi palsu. jiwa diantaranya pengaruh genetik, tingkat stres
Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami yang tinggi, perpindahan penduduk dari desa
persepsi yang salah terhadap stiumulus, salah ke kota, industrialisasi, perubahan tatanan
persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya masyarakat, kemiskinan dan pengangguran.
stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus Gangguan schizofrenia pada laki-laki
eksternal dipersepsikan sebagai suatu yang biasanya mulai pada usia lebih muda yaitu 15-
nyata oleh klien (Muhith, 2015). 25 tahun, sedangkan pada perempuan lebih
Halusinasi dibagi menjadi 7 (tujuh) jenis, lambat yaitu sekitar 25-35 tahun. Insiden
diantaranya halusinasi penglihatan, penghidu, skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada
pengecap, perabaan, cenesthetic, kinesthetic perempuan (Sadock, 2008). Umumnya yang
dan halusinasi pendengaran (audhithory). banyak dirawat di rumah sakit pasien laki-laki
Halusinasi yang paling banyak di derita adalah karena perempuan lebih mudah diatur oleh
halusinasi pendengaran yang mencapai lebih keluarga, sedangkan laki-laki lebih kuat dan
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan ketika dibawa ke RS sudah membahayakan
menduduki peringkat ke dua dengan rata-rata keluarga maupun lingkungan.
25%. Sementara halusinasi yang lain yaitu
halusinasi pengecap, penghidu, perabaan,
khinesthetic dan cenesthetic hanya meliputi

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


3

METODE yaitumengontrol halusinasi dengan cara


Metode yang digunakan dengan cara menghardik, meminta pasien memperagakan
wawancara, pemeriksanaan fisik, observasi dan ulang, memantau penerapan cara ini,
pemeriksaan penunjang untuk mendapatkan menguatkan perilaku pasien. Prosedur yang
informasi serta data yang selengkap-lengkapnya telah dilakukan dilakukan dalam mengajarkan
mengenai klien baik secara subyektif maupun menghardik yaitu melatih untuk mengatakan
obyektif. Dalam pengkajian hal yang dapat tidak terhadap halusinasi yang muncul, tidak
dilakukan yaitu : melakukan pengkajian mempedulikan halusinasinyadengan cara
halusinasi pendengaran dengan schizofrenia menutup telinga dan mengusir suara suara yang
muncul.. Penulis juga mengajarkan klien untuk
HASIL mengenal obat yang dikonsumsinya setiap hari
Hasil pengelolaan didapatkan dan mampu mengajarkan prinsip 6 benar obat.
pengelolaanpengkajian halusinasi pendengaran Hasil yang diperolehpasien sudah mampu
dengan schizophrenia adalah pasien sudah mengontrol halusinasi dengan menghardik,
mampu mengontrol halusinasi dengan berbincang-bincang obat.
menghardik, berbincang-bincang obat.
KESIMPULAN DAN SARAN
PEMBAHASAN Dalam proses pengkajian yang dilakukan
Tn W.B. mengalami halusinasi pada hari Senin 11 April 2016 di Ruang
pendengaran dengan schizophreniasehingga Basukarna penulis menanyakan tentang apa
penulis melakukan pengkajian gangguan yang dirasakan oleh pasien dan pasien
persepsi sensori : halusinasi pendengaran. Hasil mengatakan mendengar suara suara bising
yang didapatkan ada 2 data yaitu : data kendaraan. Frekuensinya tidak menentu dalam
subyektif: klien mengatakan mendegar sehari kurang lebih 3 kali dan lebih sering
seseorang yang mengajak klien untuk berjalan- terjadi pada waktu malam ataupun pada saat
jalan,klien mangatakan suara muncul saat sepi klien menyendiri. Respon pasien terhadap suara
dengan sendiri,klien mengatakan kadang ingin tersebut yaitu merasa sangat terganggu dan
tertawa sendiri. Data objektif : klien senyum membuat klien emosi sehingga ingin marah
sendiri,tampak melamun namun tampak marah, klien takut dengan suara tersebut
tenang. sehingga pasien tampak bingung, gelisah dan
Berdasarkan hasil pengkajian yang kadang berbicara sendiri, pasien juga
didapatkan, penulis mengangkat masalah mengatakan merasa malas untuk bersosialisai
keperawatan gangguan persepsi sensori : dengan lingkungan, tampak lebih sering
halusinasi pendengarandengan menyendiri dan enggan untuk mengawali
schizophreniasebagai diagnosa utama. pembicaraan pada saat interaksi.
Gangguan persepsi sensori halusinasi Setelah data pengkajian diatas penulis
merupakan keadaan ketika seseorang atau merumuskan tiga diagnosa yaitu gangguan
kelompok mengalami atau berisiko mengalami persepsi sensori: halusinasi,risiko perilaku
suatu perubahan dalam jumlah, pola atau kekerasan dan isolasi sosial dan menetapkan
interprestasi stimulus yang datang disertai gangguan persepsi gangguan persepsi sensori:
gangguan respon kurang, berlebihan atau halusinasi sebagai masalah prioritas yang akan
distorsi terhadap stimulus tersebut. Rencana dikelola dengan data yang mendukung bahwa
keperawatan yang dilakukan penulis untuk pasien mendengar suara-suara bising
mengatasi masalah yang dialami Tn W.B. yaitu kendaraan. Suara tersebut muncul pada waktu
mengontrol halusinasi pendengaran dengan malam hari dan ketika pasien menyendiri.
cara menghardik. Penulis merencanakan tindakan
Implementasi yang dilakukan untuk keperawatan yaitu mengajarkan pasien
mengatasi masalah yang dihadapi dilakukan mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo


4

(SP I), berbincang-bincang (SP II) saat Kaplan & Sadock, (2008). Sinopsis Psikiatri Jilid
halusinasinya muncul.Pada tahap ini penulis 1. Edisi ke-7. Terjemahan Widjaja
memberikan tindakan keperawatan yang Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara.
dilakukan pada hari Senin, 11 April 2016 yaitu
melakukan BHSP (Bina Hubungan Saling Keliat, (2006). Proses Keperawatan Kesehatan
Percaya) dengan klien, kemudian melatih Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC.
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
(SP I). Pada pertemuan kedua yaitu pada hari Maramis, (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa.
Selasa 12 April 2016 tindakan keperawatan Surabaya: Airlangga
yang kedua dilakukan yaitu mengajarkan
mengontrol halusinasi dengan obat (SP II). Damaiyanti & Iskandar, (2014). Asuhan
Evaluasi dilakukan setiap setelah Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika.
melakukan tindakan keperawatan kepada klien Aditama.
Tuan W. B dengan gangguan persepsi sensori:
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan
halusinasi, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Jiwa. Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :
pasien sudah mampu melakukan setiap SP yang
Penerbit ANDI
diberikan penulis yaitu menghardik, berbincang-
bincang, mengontrol halusinasi dengan obat.
Pieters, Janiwarti & Saragih, (2011). Pengantar
Dalam mempraktikan tehnik yang diajarkan
Psikopatologi untuk Keperawatan.
klien masih membutuhkan bimbingan perawat
Jakarta: Kencana.
sehingga penulis mendelegasikan tindakan dan
hasil dalam prosespengelollan Klien kepada Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay (2009),
perawat yang bertugas diruang Ruang Asuhan keperawatan pada Klien
Basukarna RSJ Prof.Dr Soerojo Magelang. dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa, Medan: USU Press
DAFTAR PUSTAKA
Simanjuntak, (2008). Konseling Gangguan
Anggoro, (2007). Undang-Undang RI Nomor 29 Jiwa&Okultisme. Bandung: Gramedia
Tahun 2004 tentang Praktik Pustaka Utama
Kedokteran. Jakarta: Transmedia
Pustaka Stuart, (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Balitbang Kemenkes RI, (2013). Riset Kesehatan
Dasar; RISKESDAS 2013. Jakarta: Tjai & Rahardja, (2007). Obat-Obat Penting
Balitbang Kemenkes RI. Khasiat,. Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-
Dermawan dan Rusdi, (2013). Keperawatan 271,. Jakarta : PT. Elex Media
Jiwa. Konsep dan Kerangka Asuhan Komputindo
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publishing Videbeck, (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC.
Efendi & Makhfudli, (2009). Keperawatan
Kesehatan Komunitas : Teori dan Yosep & Sutini, (2014). Keperawatan jiwa
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : (Cetakan 1), Bandung : PT Refika
Salemba Medika Aditama.

Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo

You might also like