You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULAR: STENOSIS (AORTA,

PULMONAL, DAN MITRAL)

OLEH:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2001, sebab utama kematian penduduk
Indonesia adalah penyakit kardiovaskuler yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah (26,3%).
Ditemukan angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 222 per 100.000 penduduk.
Salah satu penyakit kardiovaskuler yang melibatkan katup jantung adalah stenosis mitral (Djaja
et al, 2003).
Katup yang mengalami gangguan fungsi akan menyebabkan terjadinya penyakit katup, yaitu
inkompetensi katup (insufisiensi katup dan regurgitasi) atau aliran yang mengalami obstruksi
(stenosis). Pada jantung normal, darah mengalir dalam satu arah karena adanya katup jantung.
Ada empat katup di hati: mitral, trikuspid, pulmonal, dan aorta. Korda tendinea dan otot papiler
adalah struktur lampiran untuk kedua katup mitral dan trikuspid. Mereka memastikan bahwa
katup menutup erat. Katup pulmonal dan aorta tidak memiliki struktur lampiran tersebut.
Kerusakan katup atau struktur di sekitarnya dapat mengakibatkan katup berfungsi normal. Katup
dari sisi kiri jantung yang paling sering terkena dan dibahas dalam bab ini. aliran darah ke depan
dapat terhambat jika katup menyempit, atau stenosis, dan tidak terbuka sepenuhnya. Jika katup
tidak menutup sepenuhnya, darah punggung, yang disebut sebagai regurgitasi atau insufisiensi.
Aliran darah yang abnormal meningkatkan beban kerja jantung dan meningkatkan tekanan di
dalam ruang jantung yang terkena. Kerusakan katup dapat terjadi dari cacat bawaan, demam
rematik, atau infeksi. cacat bawaan terjadi terutama pada anak-anak, dan penyakit jantung
rematik terjadi terutama pada orang dewasa. terapi antibiotik profilaksis membantu mencegah
demam rematik dan penyakit jantung rematik selanjutnya dan dianjurkan untuk mencegah
penyakit katup (Williams, 2007).
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lubang antara ventrikel kiri dan aorta (Smeltzer,
2010) Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada lubang masuk arteri pulmonalis (Aspiani,
2014). Stenosis mitral adalah kerusakan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang
disebabkan oleh endokarditis rematik dimana terdapat penebalan daun katup mitral (Smeltzer,
2010) Kurang lebih 60% pasien dengan katup mitral rematik tidak memberikan riwayat adanya
demam rematik. Hampir 50% dari karditis rematik akut belum memberikan dampak signifikan
pada katup.3 Kira-kira 25% dari seluruh penyakit jantung rematik menyebabkan stenosis mitral,
40% kombinasi antara stenosis mitral dan regurgitasi mitral. Kurang lebih 38% dari seluruh
stenosis mitral adalah multivalvuler, 35% melibatkan katup aorta dan 6% melibatkan katup
trikuspidal. Katup pulmonal jarang terkena. Dua pertiga dari seluruh kasus rematik adalah
wanita. Interval waktu terjadinya kerusakan katup akibat demam rematik bervariasi dari
beberapa tahun sampai lebih dari 20 tahun.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan klien dengan gangguan
kardiovaskular: Stenosis (Aorta, Pulmonal dan Mitral)
1.2.2. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medik asuhan keperawatan klien dengan
gangguan kardiovaskular: Stenosis (Aorta, Pulmonal dan Mitral)
2) Mahasiswa mampu memahami konsep dasar keperawatan asuhan keperawatan klien
dengan gangguan kardiovaskular: Stenosis (Aorta, Pulmonal dan Mitral)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Medis

2.1.1. Defenisi

Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan pada katup aorta. Penyempitan pada katup
aorta ini mencegah katup aorta membuka secara maksimal sehingga mengalami aliran darah
mengalir dari jantung menuju aorta (Aspiani, 2014). Stenosis katup aorta adalah penyempitan
lubang antara ventrikel kiri dan aorta (Smeltzer, 2010)

Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada katup pulmonalis yang mnyebabkan


penurunan aliran darah ke paru (Muttaqin, 2009). Stenosis pulmonal adalah penyempitan pada
lubang masuk arteri pulmonalis (Aspiani, 2014).

Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah katup mitral yang
menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran darah (Muttaqin, 2009).
Stenosis mitral adalah kerusakan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang disebabkan
oleh endokarditis rematik dimana terdapat penebalan daun katup mitral (Smeltzer, 2010)

2.1.2. Etiologi

Stenosis katup aorta disebabkan oleh (Aspiani, 2014):

- Kelainan kongenital
penyempitan katup aorta tidak banyak dialami oleh bayi, akan tetapi ada sebagian kecil
bayi dilahirkan dengan katup aorta yang hanya memiliki dua daun.
- Penumpukan kalsium pada daun katup
Terjadi seiring dengan pertambahan usia. Kondisi ini sering terjadi pada lansia diatas 65
tahun, tetapi gejala baru timbul ketika klien berusia 70 tahun.
- Demam reumatik
Dapat menimbulkan komplikasi berupa sepsis atau menyebarnya kuman melalui aliran
darah ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadi kematian
jaringan pada katup aorta.

Stenosis pulmonal disebabkan diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor
endogen yaitu kelainan kromosom, anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan dan adanya penyakit tertentu dalam keluarga. Faktor eksogen meliputi riwayat
kehamilan ibu, ibu menderita rubela, dan pajanan terhadap sinar X. Selain kedua faktor tersebut,
stenosis pulmonal dapat disebabkan oleh kelainan pulmonal dan kelainan didapat (Aspiani,
2014).

Penyebab tersering mitral stenosis adalah RHD (Rheumatic Heart Disease, meskipun
kadang-kadang riwayat RHD juga sering tidak ditemukan pada klien. Penyebab non-reumatik
pada gangguan ini meliputi Atrial Myxoma, akumulasi kalsium dan trombus (Udjianti, 2011).

2.1.3. Patofisiologi

a) Stenosis Aorta
Aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta terhambat melalui stenosis katup aorta.
Pembukaan katup aorta dapat menyempit karena penebalan, jaringan parut, kalsifikasi,
atau sekering lipatan katup ini. Untuk mengimbangi kesulitan dalam melontarkan darah
ke dalam aorta, ventrikel kiri berkontraksi lebih kuat. Pada stenosis kronis, ventrikel kiri
hipertropi untuk mempertahankan curah jantung normal. Dengan meningkatnya
penyempitan pembukaan katup, mekanisme kompensasi tidak dapat melanjutkan dan
ventrikel kiri gagal untuk memindahkan darah ke depan. Hal ini menyebabkan curah
jantung menurun dan gagal jantung (Williams, 2007)

b) Stenosis Pulmonal
Obstruksi aliran darah keluar dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis yang berakibat
penambahan tekanan sistolik dan hipertrofi ventrikel kanan. Keparahan kelainan ini
tergantung pada ukuran pembukaan katup yang terbatas. Tekanan ventrikel kanan
mungkin lebih tinggi daripada tekanan sistolik sistematik, sehingga pada obstruksi yang
lebih ringan, tekanan ventrikel hanya sedikit naik atau naik sedang. Karena stenosis yang
terjadi pada katup pulmonal atau pada pangkal arteri pulmonal, maka ventrikel kanan
akan menghadapi tekanan yang berlebihan yang kronis. Adanya hipertrofi ventrikel
kanan menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup signifikan. Tekanan akhir diastolik
dalam ventrikel kanan meninggi. Elastisitas miokard berkurang dan akhirnya timbul
gejala gagal jantung kanan (Aspiani, 2014)

c) Stenosis Mitral
Hasil stenosis katup mitral dari penebalan lipatan katup mitral dan pemendekan tendinea
korda, menyebabkan penyempitan pembukaan katup. pasien yang lebih tua dengan
stenosis mitral biasanya memiliki kalsifikasi dan fibrosis dari lipatan katup mitral.
pembukaan menyempit menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. atrium
kiri membesar untuk menahan volume darah ekstra yang disebabkan oleh penyumbatan.
Sebagai hasil dari ini peningkatan volume darah, tekanan naik di atrium kiri. Tekanan
kemudian meningkat dalam sirkulasi paru dan ventrikel kanan sebagai volume darah
punggung atas dari atrium kiri. Ventrikel kanan melebarkan untuk menangani
peningkatan volume. Akhirnya ventrikel kanan gagal dari beban kerja yang berlebihan
ini, mengurangi volume darah dikirim ke ventrikel kiri dan kemudian menurun curah
jantung (Williams, 2007)
2.1.4. Pathway

a) Stenosis Aorta
Malformasi katup, stenosis kongenital,
penumpukan kalsium, demam reumatik

stenisis aorta

aliran darah dari ventrikel kiri aorta

tekanan diastol

kontraksi atrium

volume darah diastolik

tekanan ventrikel kiri

hipertrofi ventrikel kiri

kkeakuan dinding jantung

penurunan fungsi ventrikel suplai oksigen

iskemia jaringan perasaan


lelah dan
Penurunan curah jantung lemah

Nyeri akut

Intoleransi aktivitas
b) Stenosis Pulmonal
Faktor penyebab:
Faktor endogen: penyakit genetik, riwayat PBJ, riwyat kelurga menderita PBJ
Faktor eksogen: riwayat kehamila, riwayat infeksi rubella,pajanan sinar x

Stenosis pulmonal

Obstruksi aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonal

Penambahan tekanan sistolik dan hepertrofi ventrikel kanan

Tekanan akhir diastolik ventrikel kanan

Ganguan
Fungsi
Miokard Elastistas miokard berkurang

Gagal jantung kanan

Nyeri dada Suplai O2

Penurunan curah Kelelahan dan


jantung kelemahan
nyeri akut

intoleransi aktivitas
c) Stenosis Mitral

Faktor penyebab: penyakit jantung reumatik Stenosis mitral

Aliran darah menurun dari atrium ke ventrikel kiri selama fase


diastolik ventrikel

Takikardia Peningkatan tekanan


atrium kiri
Waktu diastolik
Tekanan dalam vena
Volume sekuncup Cepat lelah pulmonalis dan kapiler

Kongesti paru
Intoleransi
Penurunan curah aktivitas Sesak napas
jantung
Gangguan
Pertukaran Gas
2.1.5. Manifestasi Klinis

a. Stenosis Aorta
Mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun atau dekade sebelum tanda-tanda atau gejala
stenosis aorta diamati. Ketika gejala terjadi, evaluasi sangat penting karena penyakit
dapat berkembang secara dramatis. Jika katup mitral juga berpenyakit, tanda dan gejala
dapat muncul sebelumnya. Angina pektoris adalah gejala utama yang terjadi sebagai hasil
dari peningkatan kebutuhan oksigen dari hipertrofi miokardium. Ekstra beban kerja
ventrikel kiri dan hipertrofi otot jantung membutuhkan lebih banyak oksigen. Angina
terjadi jika kebutuhan oksigen tersebut tidak terpenuhi. Dalam pasien muda, angina
menunjukkan obstruksi parah. Tanda-tanda dan gejala lain termasuk murmur, sinkop dari
disritmia atau penurunan curah jantung, dan hati tanda-tanda kegagalan dan gejala.
Murmur adalah murmur sistolik yang dimulai hanya setelah bunyi jantung pertama,
meningkatkan intensitas sampai pertengahan sistol, menurun dan berakhir tepat sebelum
bunyi jantung kedua. Ortopnea, dispnea saat aktivitas, dan kelelahan adalah indikator
kegagalan ventrikel kiri. Gagal jantung progresif dapat mengakibatkan edema paru dan
gagal jantung kanan (Williams, 2007)

b. Stenosis Pulmonal
Manifestasi klinis stenosis pulmonal (Aspiani,2014) :
1) Gangguan fungsi miokard
a. Takikardia
b. Perspirasi
c. Penurunan haluaran urine
d. Keletihan
e. Kelemahan
f. Gelisah
g. Anoreksia
h. Ekstremitas pucat dan dingin
i. Denyut nadi perifer lemah
j. Penurunan tekanan darah
k. Irama gallop
l. Kardiomegali
2) Kongesti paru
a. Takipnea
b. Dispnea
c. Retraksi (bayi)
d. Pernapasan cuping hidung
e. Intoleransi terhadap latihan fisik
f. Ortopnea
g. Batuk, suara serak
h. Sianosis
i. Mengi
j. Suara seperti mendengkur
3) Kongesti vena sistemik
a. Pertambahan berat badan
b. Hepatomegali
c. Edema perifer
d. Asites
e. Distensi vena leher (pada anak-anak)

c. Stenosis Mitral
Dispnea deffort, dispnea nokturnal paroksismal, ortopnea, rasa lemah, keletihan
dan palpitasi
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di
dalam vena paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantug, dimana cairan
tertimbundi dalam paru (edema pulmoner)
Wanita dengan stenosis mitral hamil maka gagal jantung akan berkembang dengan
cepat
Edema perifer, distensi vena jugularis, asites dan hepatomegali (kegagalan ventrikel
kiri)
Ronki atau crackle, fibrilasi atrium dan tanda emboli sistemik
Tekanan tinggi pada vena paru dapat menyebabkan vena atau kapilerpecah dan
terjadi pendarahan ringan dan berat ke dalam paru
Pembesaran atriu kiri dapat mengakibatkan fibrilasi atrium sehingga denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
(Aspiani, 2014)

2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik

a. Stenosis Aorta
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Aspiani, 2014):
1) EKG : hipertrofi ventrikel kiri
2) Rontgen dada : menunjukkan suatu bayangan jantung yang normal. Kalsifikasi
katup, pembesaran ventrikel kiri dan kongesti pulmonal
3) Ekokardiografi : penebalan katup aorta dan dinding ventrikel kiri, stenosis aorta dapat
terjadi bersama stenosis mitral.
4) Kateterisasi jantung: berguna dalam mengevaluasi stenosis aorta. Gradien tekanan
pada katup (yang menunjukkan obstruksi) dan peningkatan tekanan diastolik akhir
ventrikel kiri.

b. Stenosis Pulmonal
1) Elektrokardiografi
Tampak hipertrofi ventrikel kanan
2) Radiologi
Vaskuler paru perifer normal, arteri pulmonalis tampak membesar akibat dilatasi
pasca-stenosis
3) Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan volume, jalan udara dan kapasitas difusi paru.
4) Ekokardiografi
Memperlihatkan penurunan ukuran arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke
paru
5) Radioisotop dan radioangiografi
Melihata ada atau tidaknya pintasan dari kiri ke kanan
6) Katerisasi dan angiografi
Dapat mengukur perbedaan tekanan sistole melalui katup pulmonal, menentukan lebar
katup pulmonal, menentukan lebar katup pulmonal yang stenosis.
c. Stenosis Mitral
Stenosis katup mitral didiagnosis dengan data dari riwayat pasien dan
pemeriksaan fisik dan temuan dari tes diagnostik. EKG menunjukkan pembesaran atrium
kiri dan ventrikel kanan dan perubahan dalam P gelombang. fluter atrial atau fibrilasi
dapat dilihat. Pemeriksaan rontgen dada menegaskan pembesaran bilik jantung yang
terkena. Transthoracic dua dimensi aliran warna Doppler echocardiography dan Doppler
ultrasound adalah standar emas noninvasif untuk evaluasi penyakit katup. Mereka
menunjukkan pembukaan katup mitral yang menyempit dan menurun gerakan katup.
Transesofageal eko- kardiografi dapat digunakan jika gambar transtorakal tidak efektif.
Sebuah kateterisasi jantung biasanya dilakukan hanya jika diperlukan untuk memvalidasi
hasil EKG jelas untuk evaluasi pra operasi untuk prosedur pasca kekambuhan gejala
(Williams, 2007)

2.1.7. Prognosis
a. Stenosis Aorta
Setelah timbulnya gejala, pasien dengan stenosis aorta berat memiliki survival
rate serendah 50% pada 2 tahun dan 20% pada 5 tahun tanpa penggantian katup aorta.
(Newheartvalve, 2014)

b. Stenosis Pulmonal
Orang dengan penyakit ringan jarang memburuk. Namun, mereka dengan
moderat untuk penyakit yang parah akan bertambah buruk. hasilnya sering sangat baik
ketika operasi atau pelebaran balon berhasil. cacat jantung bawaan lainnya mungkin
menjadi faktor dalam pandangan. Paling sering, katup baru dapat berlangsung selama
beberapa dekade. Namun, beberapa akan aus dan perlu diganti. (National Library of
Medicine, 2014)

c. Stenosis Mitral
Stenosis mitral karena penyakit jantung rematik mengikuti kursus progresif
lambat, dengan pasien yang tersisa tanpa gejala selama bertahun-tahun sebelum dyspnea
atau kerusakan tiba-tiba dari fibrilasi atrium. Tingkat kelangsungan hidup 10 tahun
keseluruhan pasien yang tidak diobati yang telah memperoleh MS adalah 50-60%, namun
angka kelangsungan hidup 10-tahun mencapai 80% jika pasien asimtomatik. Setelah
timbul gejala, prognosis memburuk secara signifikan. Jika pasien menyajikan dengan
dyspnea, tingkat kelangsungan hidup 1 tahun kurang dari 15%. Setelah valvotomi balon
perkutan atau komisurotomi bedah, tingkat kelangsungan hidup 5 sampai 7 tahun adalah
50-90%. Setelah komisurotomi bedah, tingkat operasi ulang adalah 5-7% dan 5 tahun
komplikasi bebas tingkat kelangsungan hidup 80-90%. Penggantian katup mitral
memerlukan risiko kematian 5% pada pasien muda yang sehat. (Emedicine, 2014)

2.1.8. Komplikasi

a. Stenosis Aorta
- Gagal ventrikel kiri
- Aritmia dapat mati mendadak
- Fibrilasi atrium
- Endokarditis infektif
- Sinkop
(Aspiani, 2014)
b. Stenosis Pulmonal
- Gagal jantung kanan
- Infark miokardiak kanan
- Endokarditis
(Aspiani, 2014)
c. Stenosis Mitral
Komplikasi dapat mencakup disritmia, emboli, perdarahan, dan tamponade jantung
(Williams, 2007)

2.1.9 Penatalaksanaan
a. Stenosis Aorta
Penatalaksanaan umum meliputi istirahat, mengobati penyakit dasar, terapi gagal
jantung dan angina, mengindari latihan berat dan diet. Medikasi yang digunakan
untuk penyakit ini biasanya digoksin dan antibiotik. Tindakan operasi berupa
penggantian katup juga dapat dilakukan jika kondisi sudah buruk (Aspiani, 2014)

b. Stenosis Pulmonal
Penatalaksanaan untuk stenosis pulmonal meliputi terapi umum dan terapi
komplikasi. Istirahat, diet, dan operasi (jika tekanan ventrikel kanan 70 mmHg)
merupakan terapi umum yang dilakukan untuk penederita stenosis pulmonal. Stenosis
ringan dan sedang dapat dikelola tanpa operasi. Pada stenosis berat dapat dilakukan
valvulotomi (Aspiani, 2014)

c. Stenosis Mitral
1) Terapi antibiotik untuk mencegah berulangnya infeksi
2) Obat-obat, seperti penyekat beta, digoksin, dan verapramil dapat
memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi atrium
3) Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin
perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup.
4) Pemisahan daun katup yang menyatu juga dapat dilakukan melalui
pembedahan. Jika kerusakan katupnya terlalu parah, dapat diganti dengan
katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup babi. (Aspiani,
2014)

2.2. Konsep Keperawatan

2.2.1. Pengkajian
a. Keluhan Umum
Pada fase awal, keluhan utama biasanya sesak nafas, nyeri dada bahkan kelemahan
menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
b. Riwayat Penyakit Saat Ini
- Riwayat kehamilan : Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi
(faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
- Riwayat tumbuh: Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori
sebagai akibat dari kondisi penyakit.
- Riwayat psikososial/ perkembangan: Kemungkinan mengalami masalah
perkembangan, Mekanisme koping anak/ keluarga, Pengalaman hospitalisasi
sebelumnya
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mendukung dilakukan dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita penyakit yang sama atau penyakit yang
berhubungan dengan penyakit yang sekarang dirasakan oleh klien. Riwayat inum
obat, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Juga pengkajian adanya
riwayat alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Perlu dicermati
sering kali klien mengkacaukan suatu alergi dengan efek samping obat.
d. Riwayat keluarga
Perawat menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta
bila ada anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
e. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum : keadaan atau penampilan klien secara umum. Misalnya klien
terlihat lemas, lemah, gelisah, sakit berat, atau sakit ringan.
- B1 (Respirasi)
Apabila gangguan sudah terkait dengan tranposisi biasanya klien terlihat sesak
nafas, pola nafas tidak teratur, frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini
terjadi akibat pengeluaran tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh kenaikan
tekanan akhir dari ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis.
Biasanya disertai dengan retraksi oto bantu nafas, ada suara nafas
tambahan/abnormal seperti wheezing atau ronchi.
- B2 (Kardiovaskuler)
Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan adanya nyeri dada, kaji juga apakah
iramanya teratur atau tidak, adanya sianosis central maupun perifer. CRT > 2 detik
atau 3 detik. Adanya clubbing finger. Biasanya disertai pula dengan adanya suara
tambahan S3/S4
- B3 (Persyarafan)
Kesadaran biasanya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji adaya nyeri
kepala atau tidak
- B4 (Genetourinaria)
kaji kebersihan alat kelamin, bentuk alat kelamin, cacat frekeunsi berkemih,
teratur atau tidak, berapa jumlahnya, bagaimana bau dan warnanya, kaji apakah
klien memakai alat bantu atau tidak.
- B5 (Pencernaan)
Klien biasanya mengeluh mual dan muntah, tidak nafsu makan, berat badan turun.
Pembesaran dan nyeri tekan kelenjar limfe dan nyeri tekan abdomen. Kaji adanya
bising usus. Kaji kebersihan mulut.
- B6 (Muskuloskeletal dan Integumen)
Meliputi pengkajian terhadap aktivitas dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidak
dapat tidur, pola hidup menetap. Tanda yang dapat dikenali adalah takitardia dan
dispnea pada saat aktifitas. Akral dingin,klien kesulitan melakukan tugas
perawatan diri sendiri, adanya oedema didaerah perifer.
- B7 (Pengindraan)
Konjungtiva pucat, ketajaman penglihatan kabur. Pada hidung kaji adanya
epistaksis atau tidak, bagaimana ketajaman penciumannya apakah normal atau
tidak,adanya sekret atau tidak. Kaji pada telinga normal atau tidak, simetris atau
tidak, bagaimana ketajaman pendengarannya. Bagaimana klien dapat merasakan
rasa asin, pahit, asam, manis. Normal atau tidak indra perabanya klien.
- B8 (Endokrin)
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis atau thiroid. Ada atau tidaknya luka
ganggren. Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan.
Perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan infark miokardium
akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b.d. perubahan volume sekuncup


2. Nyeri akut b.d. agens cedera biologis
3. Gangguan pertukaran gas b.d. ventilasi perfusi
4. Intoleransi aktivitas b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen

2.2.3. Intervensi

Dx Data Tujuan Intervensi

1) DS: NOC: NIC: Cardiac Care (4040)

Perawat mengumpulkan Cardiac Pump Pengkajian


data-data subjektif melalui Effectiveness (0400)
Circulation Status 1. Kaji adanya nyeri dada
proses pengambilan riwayat
(0401) (intenistas, lokasi,
sakit atau wawancara.
Tissue Perfusion: radiasi, durasi dan
DO: Cardiac (0405) faktor pencetus nyeri)
2. Catat tanda dan gejala
- Aritmia dari penurunan curah
- Bradikardia Setelah dilakukan tindakan
- Perubahan EKG jantung
- Palpitasi keperwatan 3 x 24 jam 3. Monitor status respirasi
- Takikardia klien menunjukkan curah untuk melihat tanda
- Distensi JVP
- Edema jantung adekuat dengan gagal jantung
- Distensi vena jugularis kriteria hasil: Tindakan Mandiri
- Murmur
- Kulit lembap
a. tekanan darah dalam 4. Lakukan penilaian
- Dispnea
- Perubahan warna kulit rentang normal komperehensif terhadap
- Batuk b. toleransi terhadap
sirkulasi perifer (mis.
- Crackle
aktivitas
- Ortopnea Cek nadi perfifer,
c. ukuran jantung normal
- Dispnea paroksismal
edema, pengisian
nokturnal
kapiler dan suhu
- Ansietas
- gelisah ekstremitas)
5. Lakukan terapi relaksasi
Pendidikan Kesehatan:

6. Instruksikan klien dan


keluarga tentang terapi
modalitas, dan
pembatasan aktivitas
7. Instruksikan pasien dan
keluarga tentang
perawatan dan proses
penyembuhan
Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian
terapi antiaritmia sesuai
kebutuhan
2) DS: NOC: NIC: Pain Management
(1400)
Perawat mengumpulkan Pain Control (1605)
Pain Level (2102)
data-data subjektif melalui Pengkajian:
Vital Signs (0802)
proses pengambilan riwayat
1. Kaji nyeri secara
sakit atau wawancara.
komperehensif, meliputi
Setelah dilakukan tindakan
DO: lokasi, karakteristik,
keperawatan 3x24 jam,
durasi, frekuensi,
- Perubahan tekanan darah klien dapat mengontrol
- Perubahan frekuensi nyeri dengan kriteria hasil: kualitas, intensitas, dan
jantung faktor pemicu
- Perubahan frekuensi a. Skala nyeri ringan 2. Kaji pengalaman
b. Menggunakan non- individu terhadap nyeri
pernafasan
- Diaforesis analgesik Tindakan Mandiri:
- Perilaku distraksi c. Menyatakan nyeri
- Mengekspresikan
terkontrol 3. Gunakan komunikasi
perilaku
terapeutik agar klien
- Masker wajah
- Indikasi nyeri yang dapat dapat mengekspresikan
diamati nyeri
- Melaporkan nyeri secara 4. Ajarkan penggunaan
verbal teknik nonfarmakologi
- Gangguan tidur
(mis.relaksasi,
imajinasi, terapi musik,
distraksi)
Pendidikan Kesehatan:

5. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab, berapa lama
terjadi dan tindakan
pencegahan
6. Berikan dukungan
terhadap pasien dan
keluarga
Kolaborasi

7. Kolaborasi pemberian
analgetik
3) DS: NOC: NIC: Airway Management
(3140)
Perawat mengumpulkan Respiratory Status: Gas
data-data subjektif melalui Exchange (0402) Pengkajian:
Mechanical Ventilation
proses pengambilan riwayat
Response: Adult (0411) 1. Auskultasi bunyi napas,
sakit atau wawancara.
Tissue Perfusion: area penurunan ventilasi
DO: Cardiac (0405) atau tidak adanya
ventilasi dan adanya
- pH darah arteri abnormal
- pernapasan abnormal bunyi napas tambahan
Setelah dilakukan
- warna kulit abnormal 2. Observasi status
- diaforesis dilakukan tindakan
respirasi dan oksigenasi
- dispnea keperawatan 3x24 jam,
- hipoksemia sesuai kebutuhan
- hipoksia pertukaran gas adekuat
Tindakan mandiri:
- takikardia dengan kriteria hasil:
3. Posisikan klien untuk
a. Tidak ada dispnea
memaksimalkan
b. PaO2 dalam batas
ventilasi
normal
4. Keluarkan sekret
c. PaCO2 dalam batas
dengan batuk efektif
normal
atau suction sesuai
dengan kebutuhan
Pendidikan kesehatan:

5. Anjurkan klien untuk


bernafas pelan, dalam
dan batuk
6. Ajarkan klien
bagaimana
menggunakan inhaler
Kolaborasi:

7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator
8. Kolaborasi pemberian
oksigen

4) DS: NOC: NIC:Energy Management


(0180)
Perawat mengumpulkan Activity Tolerance
data-data subjektif melalui (0005) Pengkajian
Endurance (0001)
proses pengambilan riwayat
Psychomotor Energy 1. Monitor respon jantung
sakit atau wawancara.
(0006) paru terhadap aktivitas
2. Monitor asupan nutrisi
DO:
sebagai sumber energi
- Respons tekanan darah Setelah dilakukan tindakan
yang adekuat
abnormal terhadap keperawatan 3x24 jam,
Tindakan Mandiri
aktivitas klien menunjukkan
- Respons frekuensi toleransi aktivitas dengan 3. Tentukan keterbatasan
jantung abnormal kriteria hasil: klien terhadap aktivitas
4. Bantu klien dari tempat
terhadap aktivitas
- Perubahan EKG yang a. Tekanan sistolik ketika tidur atau duduk atau
mencerminkan aritmia beraktivitas berjalan
- Ketidaknyamanan b. Tekanan diastolik 5. Hindari aktivitas selama
setelah beraktivitas ketika beraktivitas periode istirahat
- Dispnea setelah c. Gambaran EKG
beraktivitas d. Kemampuan Pendidikan Kesehatan
- Menyatakan rasa letih
melakukan ADL
- Menyatakan merasa 6. Ajarkan klien dan
lemah keluarga teknik untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari yang dapat
meminimalkan
penggunaan oksigen
7. Instruksikan klien atau
keluarga untuk
mengenal tanda dan
gejala kelelahan yang
memerlukan
pengurangan aktivitas
Kolaborasi

8. Kolaborasi dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkan makanan
tinggi energi

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Reny Yuli. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:
Elsevier

Djaja, et al. 2003. Perjalanan transisi Epidemiologi di Indonesia dan Implikasi Penanganannya,
study Mortalitas Survey kesehatan rumah tangga. Jakarta: Buletin Penelitian Kesehatan

Herdman, T. Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.


Jakarta: EGC
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Elsevier

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Brunner & Suddarths Textbook of Medical-Surgical Nursing.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Williams, Linda S. 2007. Understanding Medical-surgical Nursing. United States of America:


F.A.Davis Company

https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001096.htm

http://newheartvalve.com/hcp/about-aortic-stenosis#S5m3lPDilYYwyDEx.99

http://emedicine.medscape.com/article/902351-overview#a5

You might also like