You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN MASALAH

MOBILISASI

DISUSUN OLEH :

WITA RIZKY FEBRIANA

160210034

DIKETAHUI OLEH :

PEMBIMBING MATERI PEMBIMBING LAPANGAN

ELA SUSILAWATI, S.Kp, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

2017
I. KONSEP DASAR
a. PENGERTIAN
MOBILISASI adalah kemampuan individu untuk bergeraksecara
bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya. (A. Aziz
Alimul H, 2009).
MOBILISASI adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan
kegiatan dengan bebas (Kosier 1989).
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi
1. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kemampuan
mobilisasi seseorang karena gaya hidup berdampak pada
perilaku atau kebiasan sehari hari.
2. Proses Penyakit/ Cedera
Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan mobilisasi
karena dapat mempengaruhi fungsi sistem tubuh.
3. Kebudayaan
Kemampuan melakukan mobilisasi dapat juga dipengaruhi
kebudayaan.
4. Tingkat Energi
Energi adalah sumber untuk melakukan mobilisasi. Agar
seseorang dapat dapat melakukan mobilisasi dengan baik,
dibutuhkan energi yang cukup.
5. Usia dan Status Perkembangan
Terdapat perbedaan kemampuan mobilisasi pada tingkat usia
berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan
fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia.
6. Intolerensi Aktifitas
7. Gangguan Neuromuskuler
8. Gangguan Muskulus

II. ETIOLOGI
Postur abnormal :
1. Tortikolis : mencondongkan kepala ke sisi yang
sakit, diman otot
sternokleidomastoideus berkontraksi.
Penyebab : kondisi kongenital
Penatalaksanaan : operasi, pemanasan, topangan atau
imobilisasi, penyebab keparahan
atautingkat keparahan.
2. Lordosis : kurva spinal lumbal yang terlalu cembung
kedepan/ anterior.
Penyebab : kondisi kongenital, kondisi temporer
(mis.kehamilan).
Penatalaksanaan : Latihan peregangan spinal (berdasarkan
penyebab).
3. Kifosis : kurva spinal thorakal yang terlalu cekung
ke dalam/ posterior.
Penyebab : kondisi kongenital, penyakit tulang/ricket,
tuberkulosis spinal.
Penatalaksanaan : latihan peregangan spinal, tidur tanpa
bantal, menggunakan papan tempat tidur.
4. Skoliosis : kurva spinal yang miring ke samping.
Penyebab : kondisi kongenital, panjang kaki tidak
sama.
Penatalaksanaan : imobilisasi dan operasi (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan).
5. Displasia pinggul kongenital : ketidakstabilan pinggul
dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang
-kadang kontraktur adduksi.
Penyebab : kondisi kongenital.
Penatalaksanaan : mempertahankan abduksi paha
yang terus- menerus sehingga kaput
femur menekan kebagian tengah.
6. Knock knee (genu valgum) : kurva kaki yang masuk
kedalam sehingga lutut rapat ketika berjalan.
Penyebab : kondisi kongenital, penyakit tulang/ ricket.
Penatalaksanaan : knee braches,operasi jika tidak dapat
diperbaiki oleh pertumbuhan.
7. Bowlegs (genu varum) : satu atau dua kaki bengkok keluar
pada lutut, kondisi ini normal pada usia 2-3 tahun.
Penyebab : kondisi kongenital/ penyakit tulang ricket.
Penatalaksanaan : pada penyakit tulang, meningkatkan
vitamin D, kalsium, dan fosfor.
8. footdrop : plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk
kaki karena kerusakan saraf peroneal.
Penyebab : kondisi kongenital, trauma, posisi
imobilisasi yang tidak baik.
Penatalaksanaan : tidak ada (tidak dapat dikoreksi), dicegah
melalui terapi fisik.
9. Gangguan perkembangan otot, terjadi karena gangguan
yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal.
10. Kerusakan sistem saraf pusat.
11. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal; fraktur.

III. MANIFESTASI KLINIS/ TANDA DAN GEJALA


a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada :
Perubahan pada muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan,
penurunan masa otot, atropi, dan abnormalnya sendi (kontraktur)
dan gangguan metabolisme kalsium.
Perubahan pada kardiovaskuler seperti hipotensi, peningkatan
beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus.
Pernafasan seperti pneumonia, dispneu setelah beraktifitas.
Perubahan metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolik:
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, kalsium, dan gangguan pencernaan
(konstipasi).
Perubahan eliminasi urine seperti peningkatan risiko infeksi
saluran perkemihan dan batu ginjal.
Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskemia dan
anoksia jaringan.
b. Respon Psikososial, dari antara lain meningkatkan respon emosional,
intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang
paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan pada
siklus tidurbangun, dan gangguan koping.
c. Keterbatasan rentan pergerakan sendi.
d. Penurunan waktu reaksi (lambat).

IV. PATOFISIOLOGI
a. Kelainan Postur
Pengetahuan tentang karakteristik, penyebab, dan penatalaksanaan
umum pada kelainan postur pertama digunakan untuk memperbaiki
kesejajaran tubuh klien selama mengangkat, memindahkan, dan
mengubah posisi klien.
b. Gangguan perkembangan otot.
Distrofi muskular adalah sekumpulan ganggguan yang disebabkan
oleh degenerasi serat otot skelet. Karakterisitik distrofi muskular
adalah progresif, kelemahan simetris dari kelompo otot skelet, dengan
peningkatan ketidakmampuan dan deformitas.
c. Kerusakan sistem saraf pusat.
Kerusakan komponen sistem saraf pusat yang mengatur pergerakan
volunter mengakibatkan gangguan kesejajaran tubuh dan mobilisasi.
Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera
kepala, iskemia karena cedera serebrovaskuar (stroke), atau infeksi
bakteri karena meningitis.
d. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal.
Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal menyebabkan memar,
kontusio, salah urat, dan fraktur.

V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi gaya berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau
gaya ketika berjalan (Fish and Nielsen, 1993). Siklus gaya berjalan
dimulai dengan tumit mengangkat satu tungkai dan berlanjut dengan
tumit mengangkat tungkai yang sama.
b. Rentang Gerak
Merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potongan tubuh.
Rentan
Bagian Tipe
Tipe Gerakan g/ Otot Utama
Tubuh Sendi
Derajat
Leher, Pivota a. Fleksi : menggerakan a. 45 a. Sternokle
spina l dagu menempel ke idomastoi
servik (putar dada. deus
al ) b. Ekstensi :
mengembalikan kepala
ke posisi tegak. b. 45 b. Trapezius
c. Hiperekstensi :
menekuk kepala
kebelakang sejauh
mungkin. c. 10 c. Trapezius
d. Fleksi lateral : d. 40- d. Sternokle
memiringkan kepala 45 idomastoi
sejauh mungkin kearah deus
setiap bahu.
e. Rotasi : memutar e. 18 e. Sternokle
kepala sejauh mungkin 0 idomastoi
dalam gerakan sirkuler. deus,
trapezius
Bahu Ball a. Fleksi : menaikkan a. 18 a. Korakobr
and lengan dari posisidi 0 achialis,
socket samping tubuh kedepan bisepbrac
ke posisi diatas kepala. hi,deltoid,
pectoralis
mayor.
b. Ekstensi : b. 18 b. Latissimu
mengembalikan lengan 0 s dorsi,
ke posisi disamping teres
tubuh. mayor,
trisep
brachi.
c. Hiperekstensi : c. 45 c. Latissimu
menggerakkan lengan - s dorsi,
ke belakang tubuh, siku 60 teres
tetap lurus. mayor,
deltoid.
d. Abduksi : menaikkan d. 18 d. Deltoid,
lengan ke posisi 0 supraspin
samping diatas kepala atus.
dengan telapak tangan
jauh dari kepala.
e. Adduksi : menurunkan e. 32 e. Pektoralis
lengan ke samping dan 0 mayor.
menyilang tubuh sejauh
mungkin.
f. Rotasi dalam : dengan f. 90 f. Pektoralis
siku fleksi, memutar mayor,
bahu dengan latismus
menggerakkan lengan dorsi,
sampai ibu jari teres
menghadap ke dalam mayor,
dan kebelakang. subskapul
aris.
g. Rotasi luar : dengan g. 90 g. Intraspina
siku fleksi, tus,
menggerakan lengan teresmayo
sampai ibu jari ke atas r, deltoid.
dan kesamping kepala.
h. Sirkumduksi : h. 36 h. Deltoid,
menggerakan lengan 0 korakobra
dengan lingkaran chialis,
penuh. latissimus
, dorsi
teres
mayor.
Siku Hinge a. Fleksi : menekuk siku a. 15 a. Bisep
sehingga lengan bawah 0 brachi,
bergerak ke depan brakhialis
sendi bahu dan tangan .
sejajar bahu.
b. Ekstensin : meluruskan b. 15 b. Trisep
siku dengan 0 brachi.
meluruskan tangan.
Lenga Putar a. Supinasi : memutar a. 70 a. Suppinato
n lengan bawah dan - r, bisep
bawah tangan sehingga 90 bracialis.
telapak tangan
menghadap ke atas.
b. Pronasi : memutar b. 70 b. Pronator
lengan bawah sehingga - teres,
telapak tangan 90 pronator
menghadap keatas. quadratus
.
Pergel Kondi a. Fleksi : menggerakan a. 80- a. Fleksor
angan loid telapak tangan ke sisi 90 karpi
tangan bagian dalam lengan ulnaris,
bawah. fleksor
b. Ekstensi : b. 80- carpi
menggerakkan jari- jari 90 radialis.
sehingga jari- jari, b. Ekstensor
tangan, dan lengan carpi
bawah berada dalam ulnaris,
area yang sama. ekstensor
c. Hiperekstensi : c. 80- karpi
membawa permukaan 90 radialis
tangan dorsal c. Ekstensor
kebelakang sejauh carpi
mungkin radialis,
d. Abduksi : menekuk d. Sam d. Ekstensor
pergelangan tangan pai carpi
miring (medial) ke ibu 30 radialis,
jari. e. Ekstensor
e. Adduksi : menekuk e. 30- carpi
pergelangan tangan 50 ulnaris,
miring (lateral) ke arah
lima jari.
Jari- Cond a. Fleksi : membuat a. 90 a. Lumrikal
jari yloid genggaman. b. 90 es,
tangan hinge b. Ekstensi : meluruskan c. 30- interesseu
jari- jari tangan. 60 s volaris,
c. Hiperekstensi : d. 30 interesseu
menggerakkan jari-jari e. 30 s dorsalis.
tangan kebelakang b. Ekstensor
sejauh mungkin. digiti
d. Abduksi : quinti
merenggangkan jari- propius,
jari tangan yang satu Ekstensor
dengan yang lain. digiti
e. Aduksi : merapatkan torum
kembali jari- jari kommuni
tangan.. s,
c. interesseu
s dorsalis
d. interesseu
s volaris.
Ibu pelan a. fleksi : menggerakkan a. 90 a. Fleksor
jari a ibu jari menyilang polisis
permukaan telapak brevis.
tangan. b. Ekstensor
b. Ekstensi : b. 90 polisis
menggerakkan ibu jari longus.
lurus menjauh dari c. Abduktor
tangan. pollisis
c. Abduksi : menjauhkan c. 30 brevis
ibu jari ke samping. d. Adduktor
d. Adduksi : d. 30 pollisis
menggerakkan ibu jari obliquus,
ke depan tangan. e. Opponeus
e. Oposisi : pollisis,
menyentuhkan ibu jari
ke setiap jari- jari
tangan pada tangan
yang sama.
pinggu Ball a. Fleksi a. 90-
l and 120
socket b. Ekstensi b. 90-
120
c. Hiperekstensi c. 30-
50
d. Abduksi d. 30-
50
e. Adduksi e. 30-
50
f. Rotasi dalam f. 90

g. Rotasi luar g. 90

h. Sirkumduksi
Lutut Hinge a. Fleksi
b. Ekstensi
Mata Hinge a. Dorsofleksi
kaki b. plantarfleksi
Kaki Glidin a. inversi
g b. Eversi
Jari- Cond a. Fleksi
jari yloid b. Ekstensi
kaki c. Abduksi
d. Adduksi

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


VII. PENTALAKSANAAN UMUM

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian mobilisasi klien berfokus pada ROM, gaya berjalan, latian
dan toleransi aktifitas, serta kesejajaran tubuh.
Rentang Gerak (ROM)
Merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh.
Ketika mwngkaji rentang gerak, perawat menanyakan pertanyaan
dan mngobservasi dalam mengumpulkan data tentang kekuatan
sendi, pembengkakan, nyeri, keterbatasan gerak, dan gerakan yang
tidak sama.
Gaya Berjalan
Dengan mengkaji gaya berjalan klien menungkinkan perawat untuk
membuat kesimpulan tentang keseimbangan, postur, keamanan,
dan kemampuan berjalan tanpa bantuan.
Latihan dan toleransi aktivitas
Meliputi pengaruh fisiologis dan dari latihan dan toleransi aktifitas.
Kesejajaran tubuh
Pengkjian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang
berdiri, duduk, atau berbaring.

b. Diagnosa Keperawatan
Mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang
aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang
mengidentifikasikan ada atau risiko terjadi masalah.
Perubahan kesejajaran tubuh diakibatkan perubahan
perkembangan, kelainan postur, kelainan pembentukan tulang,
gangguan perkembangan otot, kerusakan sistem saraf pusat, dan
trauma langsung sistem muskuloskeletal.
Contoh diagnosa keperawatan:
1. Intolerensi aktivitas, yang berhubungan dengan:
Kesejajaran tubuh yang buruk
Penurunan mobilisasi.
2. Risiko cedera, yang berhubungan dengan:
Ketidaktepatan mekanika tubuh
Ketidaktepatan posisi
Ketidaktepatan teknik pemindahan.
3. Hambatan mobilisasi fisik, yang berhubungan dengan:
Penurunan rentang gerak
Tirah baring
Penurunan kekuatan

c. Perencanaan(Intervensi).
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien
yang bermasalah kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual
maupun berisiko.perawat merencanakan terapi sesuai ddengan derajat
resiko klien, dan perencanaan bersifat individu disesuaikan dngan
perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya hidup.
Contoh rencana asuhan keperawatan untuk hambatan mobilisasi
fisik:
Diagnosa keperawatan : hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan
dengan nyeri bahu kiri.
Hasil yang
Tujuan Intervensi Rasional
diharapkan
Klien akan Klien akan Tawarkan Aktifitas
mencapai mempertahank pemberian analgesik
rentang gerak an rentng anal gesik akan
normal pada gerak pada 30 menit maksimal
bahu kiri sendin sebelum pada saat
dalm 4 bulan. ekstremitas latihan klien mulai
atas. rentang latihan.
Klien akan gerak. Pendidikan
menunjukan Ajarkan memberikan
aktifitas klien latihan klien
perawatan diri rentang kesempatan
menggunakan gerak dan
lengan kiri spesifik pengetahuan
dalam 2 hari. pada bahu untuk
Klien akan dan lengan menjaga dan
mengikuti kiri. meningkatka
program Buat jadwal n rentang
latihan secara latihan aktif gerak.
teraturpada diantara Hal ini akan
saat pulang. waktu mendukung
makan dan frekuensi
mandi. latihan pada
sendi yang
terkena dan
mengurangi
risiko
perkembanga
n kontraktur.

d. Impelementasi (Tindakan).
1. Pengaturan posisi klien ditempat tidur.
a) Posisi fowler tersokong
b) Posisi telentang
c) Posisi telungkup
d) Posisi Lateral (miring)
e) Posisi Sims (semi telungkup)
2. Memindahkan klien.
3. Latihan rentang gerak
4. Latihan berjalan
a. Membantu klien berjalan
b. Menggunakan alat bantu berjalan.

e. Evaluasi
Untuk mengevaluasi hasil dan respon dari asuhan keperawatan,
perawat mengukur semua intervensinya. Tujuan dan kriteria hasil
adalah kemampuan klien mempertahankan atau meningkatkan
kessrjajaran tubuh dan mobilisasi sendi.
Perawat mengevaluasi inervensi khusus yang diciptakan untuk
mengukur kesejajaran tubuh, meningkatkan mobilisasi, dan
melindungi klien dari bahaya imobilisasi. Klien dan keluarga klien
diajarkan untuk mencegah resiko kesejajaran tubuh yanga akan datang
juga mengevaluasi bahaya imobilisasi. Terakhir, perawat mencari
kebutuhan klien dan keluarga untuk tambahan pelayanan pendukung
(misalnya rumah pelayanan kesehatan, terapi fisi, dan konseling) dan
mengawali proses rujukan.

You might also like