You are on page 1of 8

MATERIALITAS DAN RISIKO

Kelompok 7
Ahmad Farhan Fathian 03
Chandra Siahaan 09
Dwi Handoko 12
Fitri Nisya Anwar Tinumbang 14
Rahmat 33

MATERIALITAS

Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan


audit yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya
penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, demgan memperhitungkan
situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalakan
informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah
saji tersebut.
Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan salah saji secara
material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan
menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilaukan tindakan koreks. Auditor mengikuti
lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.

Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas

Langkah 1

Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas

Merencanakan luas
Langkah 2 pengujian
Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas ke segmen-segmen

Langkah 3

Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4

Memperkirakan salah saji gabungan Mengevaluasi hasil-hasil


Langkah 5

Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan


pendahuluan atau yang direvisi tentang materialitas

MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN KESELURUHAN

Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang


materialitas untuk seperangkat laporan keuangan. Faktor-faktor yang terpenting adalah:

Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut


Kesalahan penyajian atas besaran tertentu mungkin saja bersifat material bagi perusahaan
skala kecil, sedangkan kesalahan penyajian dengan jumlah dolar yang sama, bagi
perusahaan lainnya yang berskala besar, dapat bersifat tidak material.

Tolak ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas


Laba bersih sebelum pajak, umumnya merupakan dasar pertimbangan utama yang
dipergunakan untuk menentukan tingkat materialitas, karena item ini dianggap sebagai item
penting dalam penyajian informasi kepada para pengguna laporan.

Faktor-faktor Kualitatif mempengaruhi Tingkat Materialitas


Nilai-nilai yang melibatkan kecurangan seringkali dianggap lebih penting dari pada
sejumlah nilai yang sama tetapi yang diakibatkan oleh kekeliruan yang tidak
disengaja
karena perbuatan tersebut merefleksikan kejujuran serta reliabilitas manajemen
atau
karyawan yang terlibat.
Kesalahan penyajian yang kecil dapat bersifat material jika terdapat kemungkinan
timbulnya berbagai konsekuensi atas sejumlah kewajiban kontrak.

MENENTUKAN MATERIALITAS KINERJA

Materialitas kinerja adalah jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada angka yang lebih kecil
dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi menguranginya ke
tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agregat dari salah saji belum
dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan. Penentuan materialitas kinerja perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan
bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat
materialitas kinerja akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat
harus dikumpulkan.

Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas pada akun-
akun neraca :

1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji


dibanding akun-akun lainnya
2. Baik lebih saji ataupun salah saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini
Pada akhir audit, auditor harus menggabungkan semua salah saji aktual dan yang
diestimasi. Selanjutnya auditor harus membandingkannyadengan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas.

MENGESTIMASI SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGN PERTIMBANGAN


PENDAHULUAN
Ketika meleksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah salah saji yang ditemukan.salah saji yang ditemukan
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Salah saji yang diketahui (Salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh
auditor)
2. Salah saji yang mungkin ( Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis,yaitu salah
saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang
estimasi saldo akun serta proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel
dari populasi)

proyeksi langsung estimasi salah saji=

(salah saji bersih dalam sampel)/(total sampel) X total nilai populasi yang tercatat

Estimasi untuk kesalahan sampling timbul karena auditor hanya mengambil sampel dari
sebagian populasi dan ada risiko bahwa mengambil sampel dari sebagian populasi dan ada
risiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.
RISIKO AUDIT

Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Auditor menerima
beberapa tingkat risiko atau ketidak pastian dalam melaksanakan fungsi audit. Sebagai
contoh, auditor mengakui ketidakpastian yang melekat tentang ketetapan bukti,
ketidakpastian tentang keefektifan pengendalian internal klien, serta ketidakpastian tentang
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar ketika audit selasi dilakukan. Auditor
yang efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko tersebut
dengan tepat.

Auditor menggunakan model risiko audit untuk mengidentifikasi lebih jauh salah saji
yang potensial dalam laporan keuangan secara keseluruhan serta saldo akun khusus, kelas
transaksi, dan pengungkapan dimana salah saji paling mungkin terjadi. Auditor menangani
risiko dalam merencanakan pengumpulan bukti audit terutama dengan menerapkan model
risiko audit.

Model risiko audit



PDR =

PDR : risiko diteksi yang direncanakan IR : risiko inheren


AAR : risiko audit yang dapat diterima CR : risiko pengendalian

Ilustrasi perbedaan bukti antar siklus

Siklus Siklus Siklus Siklus Siklus


penjualan dan pembelian penggajian persediaan dan perolehan dan
penagihan dan dan pergudangan pembayaran
pembanyaran personalia kembali modal

A Penilaian auditor Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran Memperkiran


atas ekspektasi salah beberapa banyak salah sedikit salah banyak salah sedikit salah
saji yang material salah saji saji saji saji saji
sebelum
(sedang) (tinggi) (rendah) (tinggi) (rendah)
pengendalian
internal
(risiko inheren)
B Penilaian auditor Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan Keefektifan
atas keefektifan sedang tinggi tinggi rendah sedang
pengendalian (rendah) (rendah)
internal untuk
mencegah/ (sedang) (tinggi) (sedang)
mendeteksi salah
saji yang material
( risiko pengendalian
)
C Kesediaan auditor Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan Kesediaan
untuk membiarkan rendah rendah rendah rendah rendah
salah saji yang
(rendah) (rendah) (rendah) (rendah) (rendah)
material tetap ada
setelah
menyelesaikan audit
(resiko audit yang
dapat diterima)
D Perencanaan luas Level sedang Level sedang Level rendah Level tinggi Level sedang
bukti yang akan
(sedang) (sedang) (tinggi) (rendah) (sedang)
dikumpulan auditor
(risiko deteksi yang
direncanakan)

JENIS-JENIS RISIKO

Terdapat empat jenis risiko, yaitu :

1. Planned Detection Risk (PDR : Risiko Deteksi Terencana)


Ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan
salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Point utama :

PDR hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu dari
ketiga faktor lainnya tersebut.

Risiko ini menentukan nilai bukti substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran PDR itu sendiri.

2. Inheren Risk (IR : Risiko Inheren)

Suatu ukuran yang dipergunakan auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan/kecurangan) dalam suatu segmen
sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada atau
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material.

Hubungan antara IR PDR Bukti audit yang direncanakan : IR saling berlawanan dengan
PDR tapi memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.
3. Control Risk (CR : Risiko Pengendalian)
Ukuran yang dipergunakan auditor untuk menilai kemungkinan terdapat sejumlah salah saji
material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas segmen tertentu
akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimilki klien. CR memperlihatkan :

Penilaian tentang keefektifan pengendalian intern yang dimiliki klien untuk mencegah atau
mendeteksi salah saji. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa berada di
bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang dibuatnya.

4. Acceptable Audit Risk (AAR : Risiko Akseptibilitas Audit)

Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan keuangan
mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai dilaksanakan
serta suatu laporan wajar tanpa syarat telah diterbitkan.

Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat AAR yang lebih rendah, berarti
bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa laporan
keuangan tidak mengandung salah saji yang material.

PENILAIAN RISIKO
A. Menilai Risiko Yang Dapat Diterima ( Acceptable Audit Risk )

Auditor harus memutuskan risiko audit yang dapat diterima yang tepat bagi suatu audit
selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko risiko penugasan. Risiko
penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau organisasi yang membawahi
auditor akan menderita kerugian setelah selesainya audit, walaupun laporan audit sudah
benar. Untuk menilai risiko audit yang dapat diterima, auditor harus menilai setiap factor
yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima
Faktor faktor utama yang mempengaruhi resiko penugasan dan mempengaruhi resiko yang
audit yang dapat diterima antara lain:
a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan
c. Evaluasi Auditor atas Integritas manajemen

Metode yang digunakan menilai risiko audit yang dapat diterima


a. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
Menelaah laporan keuangan
Membaca notulen rapat dewan direksi unruk menentukan rencana masa depan
Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen.
b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan
Menganalisis keuangan laporan keuangan dan menggunakan prosedur analitis lainnya
Menelaah laporan arus kas historis dan proyeksi, untuk mempelajari arus kas masuk dan
keluar
c. Integritas manajemen
Menganalisa prosedur penerimaan klien dan kelanjutan klien.
b. Menilai Risiko Inheren (Inherent Risk)

Auditor melakukan penilaian risiko inheren selama tahap perencanaan dan


memperbaharui penilaian tersebut selama audit berlangsung. Auditor harus mengevaluasi
informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren yang
tepat bagi setiap tujuan audit.
Faktor faktor yang mempengaruhi risiko inheren :
a. Sifat bisnis klien
Risiko inheren untuk akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnis klien. Pemahaman auditor
atas bisnis klien akan membantu menilai risiko inheren ini.
b. Hasil audit sebelumnya
Salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat ditemukan lagi dalam audit
tahun berjalan. Oleh karena itu auditor tidak boleh mengabaikan hasil audit tahun
sebelumnya selama mengembangkan proses audit di tahun berjalan.
c. Penugasan awal vs penugasan berulang
Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji
setelah mengaudit klien selama beberapa tahun. Auditor menetapkan risiko inheren yang
tinggi pada tahun pertama audit dan mengurangi tinggkat risikonya pada tahun berikutnya
karena telah semakin memahami klien.
d. Pihak pihak yang terkait
Pihak yang terkait yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anak, serta manajemen dan
entitas perusahaan. Risiko inheren atas transaksi pihak yang terkait ini sangat tinggi karena
kemungkinan salah saji yang lebih besar.
e. Transaksi non rutin
Transaksi yang tidak biasa bagi klien lebih besar resikonya dibandingkan transaksi rutin
karen pengalaman untuk transaksi non rutin masih sedikit.
f. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan
tepat
Auditor harus memperbesar risiko inheren karena banyak akun memerlukan estimasi dan
banyak pertimbangan manajemen.
g. Unsur unsur populasi
Seluruh item yang membentuk populasi mempengaruhi ekspektasi auditor mengenai salah
saji yang material
h. Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang dan
misapropriasi aktiva
Menurut konsep maupun praktik sangat sulit memisahkan faktor faktor risiko kecurangan ke
dalam risiko yang dapat diterima ataupun risiko inheren.

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO


RISIKO AUDIT UNTUK SEGMEN-SEGMEN

Auditor menggunakan tingkat risiko yang dapat diterima yang sama untuk setiap
segmen,karena faktoryang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima berhubungan
dengan keseluruhan audit,bukan akun-akun individual.

MENGHUBUNGKAN MATERIALITAS KINERJA DAN RISIKO DENGAN TUJUAN AUDIT yang


BERKAITAN DENGAN SALDO

KETERBATASAN PENGUKURAN

Keterbatasan ini akan memepengaruhi tingkat bukti yang diinginkan oleh auditor.
Dalam meerapakan risiko audit ,auditor sangat memperhatikan overauditing dan
underauditing.

HUBUNGAN RISIKO DAN MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT

Risiko adalah ukuran ketidakpastian sedangkan materialitas mengukur besarnya.


Materialitas tidak berhubungan dengan keempat risiko (risiko yang dapat diterima,risiko
inheren,risiko deteksi yang direncanakan,risiko pengendalian) tetapi materialitas akan
menentukan jumlah bukti audit yang dapat diterima.

MEREVISI RISIKO DAN BUKTI

Auditor harus sangat berhati-hati ketika mengambil keputusan. Dalam hal seperti ini
auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah :

1. Merevisi penilaian awal atas tingkat risiko yang tepat.


2. Mempertimbangkan dampak revisi terhadapkebutuhan audit tanpa menggunkana
model risiko audit.

You might also like