You are on page 1of 2

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN KETEPENG CINA

SEBAGAI ANTISKABIES SECARA IN VITRO

Abstract

Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei, yang ditemukan
hampir pada semua negara di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di
beberapa negara berkembang, prevalensinya dilaporkan 6-27% dari populasi umum dan
insiden tertinggi pada anak usia sekolah dan remaja. Di Indonesia, prevalensi skabies pada
tahun 1996 adalah 4,6% - 12,95%. Penyakit ini menduduki urutan ketiga dari dua belas
penyakit kulit yang paling sering terjadi saat itu (Depkes RI, 2004). Pada tahun 2003, terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) skabies di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan di tahun
2004, prevalensi skabies di provinsi tersebut mencapai 40,78%. Beberapa faktor yang
mempersulit penggunaan obat standar yang ada antara lain: kelemahan dari obat standar
seperti kontraindikasi pada anak dan wanita hamil karena bersifat toksik pada susunan saraf
pusat, berbau, lengket, mengotori pakaian, menyebabkan iritasi, tidak efektif terhadap semua
stadium, dan harga yang cukup mahal. Obat herbal yang berasal dari tanaman kini telah
diupayakan guna mengatasi kekurangan dari obat antiskabies yang sudah ada. Secara empiris,
daun ketepeng cina merupakan obat yang efektif dalam pengobatan skabies. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas tanaman obat Cassia alata L. sebagai
antiparasit pada penyakit skabies secara in vitro dan menentukan LC . Rancangan penelitian
yang digunakan adalah rancangan eksperimental sederhana (Posttest Only Control Group
Design). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tungau Sarcoptes scabiei dalam
keadaan 50 viii hidup yang diperoleh dari kerokan kulit kelinci yang menderita skabies.
Sampel kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan yang dikontakkan dengan ekstrak
daun ketepeng cina konsentrasi bertingkat (312,5 mg/ml, 156,25 mg/ml, 78,13 mg/ml, 39,06
mg/ml) dan kelompok kontrol yang dikontakkan dengan ivermectin sebagai kontrol positif
dan NaCMC 0,5% sebagai kontrol negatif. Setelah diberi perlakuan dan didiamkan selama 6
jam, pengamatan dilakukan di bawah mikroskop, kemudian hasilnya dicatat dan dianalisis
dengan analisis Chi Square dan analisis probit. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kenaikan konsentrasi ekstrak etanol daun ketepeng cina selalu diikuti dengan kenaikan rata-
rata kematian tungau Sarcoptes scabiei. Hal ini menunjukkan bahwa tiap konsentrasi dari
ekstrak daun ketepeng cina memiliki efektivitas tertentu dalam membunuh tungau. Efek
antiskabies paling rendah dijumpai pada kelompok konsentrasi terendah, yakni 39,06 mg/ml.
Efektivitas meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi dari ekstrak daun ketepeng
cina. Dari kelompok perlakuan, kelompok konsentrasi 312,5 mg/ml adalah kelompok yang
memiliki efektivitas tertinggi. Berdasarkan data hasil penelitian, efektivitas dari kelompok
kontrol positif (Ivermectin) terlihat lebih besar daripada kelompok konsentrasi 312,5 mg/ml.
Namun secara analisis (McNemar test), efektivitas keduanya tidak berbeda secara signifikan.
Pada hasil analisis data dengan menggunakan analisi probit, didapatkan LC ekstrak daun
ketepeng cina adalah 139,7 mg/ml Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah ekstrak
etanol daun 50 ketepeng cina mempunyai efek antiksabies secara in vitro, dengan LC mg/ml,
yang berarti konsentrasi tersebut dapat membunuh 50% dari jumlah sampel tiap perlakuan

You might also like