You are on page 1of 9

MAKALAH

KOMUNIKASI
( KOMUNIKASI PADA BAYI )

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1

TINGKAT : II A

Ketua : Erens S. Punjanan

1. Aprilia V. Warbal 7. Yosefina Fautngilyanan

2. Salomi Rahayaan 8. Anna lenci Mainassy

3. Netty H. Renwer 9. Melany F. Karaway

4. Dahlia B. Alkatiri 10. Desi Sedubun

5. Grisela Laratmase 11. Ester Rumlus

6. Wisna S. Husaen

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALUKU

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN TUAL

TAHUN AKADEMIK 2016/2017


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
ini dengan judul Komunikasi Pada Bayi

Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang
cara berkomunikasi dengan bayi

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini

kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami
khususnya.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Kata Pengantar . ......................................................................................................ii

Daftar Isi . .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah . ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 1
1.4 Manfaat . ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Dengan Bayi . ......................................................................... 2

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan . ............................................................................................... 4

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Komunikasi merupakan bagian dari aktivitas kehidupan manusia yang memiliki peranan sangat vital.
Dalam kehidupan social, masing-masing manusia tidak bisa dilepaskan dari jerat kebutuhan komunikasi.
Begitu pula dengan perawat , yang tidak lain merupakan salah satu profesi pelayanan untuk masyarakat.
Bias dikatakan bahwa perawat memiliki waktu yang paling lama dalam berinteraksi dengan pasien
ketimbang petugas kesehatan lainnya (pribadi Zen MH, 2013)

Komunikasi merupakan wahana yang digunakan perawat untuk mengenal klien, menetapkan kebutuhan
dan bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan tersebut ( Ermawati dkk, 2009).

Komunikasi dapat berbentuk verbal, non verbal, dan abstrak. Komunikasi verbal seperti ekspresi vocal
dalam bentuk tertawa, merintih, berteriak atau menangis. Komunikasi non verbal sering disebut sebagai
bahasa tubuh, seperti isyarat, gerak-gerik, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi terhadap sesuatu,
sedangkan komunikasi abstrak seperti permainan, ekspresi artistic (seni), simbol, photografi, dan cara
memilih pakaian. Hanya karena komunikasi abstrak memungkinkan menggunakan penguasaan dan
pengontrolan kesadaran melebihi komunikasi verbal (bersifat sunyektif), maka komunikasi abstrak
kurang dapat dipercaya untuk menunjukan perasaan yang sebenarnya, khususnya dalam berkomunikasi
dengan anak-anak (Mundakir, 2006)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana petunjuk berkomunikasi dengan bayi


Bagaimana bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui petunjuk komunikasi dengan bayi


Untuk mengetahui bentuk komunikasi pra-bicara pada bayi
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi

1.4 Manfaat

Mahasiswa mampu berkomunikasi pada bayi dan lebih efektif mengetahui strategi dalam
berkomunikasi dengan bayi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Dengan Bayi

Bentuk-bentuk pra-bicara pada masa bayi menurut Hurlock (1980) ada dua aspek komunikasi yaitu
mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain dan kemampuan mengkomunikasikan pikiran dan
persaan diri sendiri kepada orang lain sehingga dapat dimengerti.

Kemampuan tersebut sudah diletakan pada masa bayi, dimana kemampuan untuk mengerti akan dapat
dicapai pada masa bayi sedangkan kemampuan berbicara akan terjadi menjelang masa bayi berakhir.

Belajar bicara merupakan tugas yang lama dan sulit, dan karena bayi belum cukup matang untuk
belajar hal tersebut maka bentuk-bentuk pengganti komunikasi yang mereka gunakan sampai mereka
siap berbicara dikenal dengan bentuk-bentuk pra-bicara.

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan gerakan-gerakan bayi, gerakan
tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu juga komunikasi pada bayi dapat
dilakukan secara non verbal. Selain komunikasi di atas ada juga Bentuk Komunikasi Pra-bicara yang
merupakan pengganti bebicara yang efektif, bayi akan terus menggunakan bentuk komunikasi bentuk
ini bahkan sampai setelah bayi mampu belajar bicara. Berikut ini penjelasan bentuk-bentuk Pra-bicara
pada masa bayi.

1. Menangis salah satu dari cara pertama bayi berkomunikasi dengan dunia. Tangisan bayi
merupakan tanda bayi berusaha untuk dapat berkomunikasi.

Menurut Ostwald dan Pelzman (1974) menerangkan bahwa menangis adalah tindakan social yang
pertama dari bayi, ini menandakan suatu peralihan dari pihak bayi, dari diam-diam bergantung
pada ibu menjadi mampu berhubungan dengan dunia luas. Tangisan bayi neonatal berangsur-
angsur berbeda sehingga pada minggu ketiga atau keempat dapat diketahui apa maksud tangis
bayi melalui nada, intensitas, gerakan-gerakan, badan dan mengiringinya. Misalnya, rasa sakit
diungkapkan dengan tangisan yang keras dan melengking dengan rintihan dan rengekan
diantaranya. Menangis karena sakit perut diserta dengan jeritan aneh yang tinggi nadanya
berganti-ganti dengan otot kaki yang tegang dan tarikan-tarikan kaki. Sebelum usia tiga tahun,
kebanyakan bayi sudah belajar bahwa menangis adalah cara yang manjur untuk memperoleh
perhatian.

2. Berceloteh dengan berkembangnya mekanimse suara, bayi dapat mengeluarkan sejumlah bunyi
eksplosif. Bunyi-bunyi eksplosif kemudian akan berkembang menjadi ocehan. Bunyi-bunyi
eksplosif yang ditimbulkan dalam berceloteh lambat laun akan meningkat dan kemudian akan
menjadi pembentukkan dasar berbicara yang sesungguhnya. Berceloteh dimulai pada bulan kedua
atau ketiga, mencapai puncaknya pada usia delapan bulan yang kemudian akan berangsur-angsur
berubah menjadi bicara yang benar-benar.
Ocehan akan menghilang sama sekali pada saat masa bayi berakhir. pada usia enam bulan
sebagian besar bayi sudah dapat menggabungkan huruf hidup tertentu dengan huruf mati seperti
ma-ma,na-na,da-da.
3. Isyarat bayi menggunakan bahasa isyarat sebagai pengganti bicara, bukan sebagai pelengkap
pembicaraan seperti biasa digunakan oleh orang dewasa. Sekalipun bayi sudah dapat
mengungkapkan beberapa kata, banyak bayi terus menggunakan isyarat yang di kombinasikan
dengan kata-kata untuk membuat kalimat. Dengan mengulurkan tangan dan tersenyum, bayi
dapat menyampaikan gagasan bahwa ingin di gendong. kalau bayi mendorong piringnya dan pada
saat yang bersamaan menyatakan tidak berarti bayi mencoba menyampaikan bahwa ia tidak mau
makan.
4. Ungkapan-ungkapan emosi bentuk pra-bicara yang paling efektif adalah ungkapan emosi. hal ini
di sebabkan bahwa tidak ada yang lebih ekspresif dari pada isyarat-isyarat wajah yang oleh bayi
digunakan untuk menyatakan keadaan emosinya kepada orang lain. Misalnya, kalau bayi senang,
ia akan menenangkan badannya, melambaikan tangan dan kakinya, tersenyum dan meyuarakan
bunyi-bunyi seperti bentuk tertawa

KOMUNIKASI BAYI PADA TINGKAT PERKEMBANGAN INDRA

Komunikasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang melibatkan banyak indra tubuh, sehingga
perkembangan indra tubuh merupakan hal yang pokok dalam kegiatan komunikasi pada berbagai
tingkat usia.
1. Penglihatan pada masa bayi, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga
penglihatannya kabur. dalam usia satu minggu anak telah mampu merespon cahaya.
2. Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat kematangan paling rendah diantara
fungsi indra bayi baru lahir. pada saat lahir bayi dikatakan masih tuli namun mulai hari ketiga
sampai hari ketujuh sudah mampu bereaksi terhadap suara dari lingkungannya
3. Penciuman dan pengecapan merupakan indra yang sudah cukup peka pada masa bayi
sehingga adakalanya bayi menolak makan karena makanan tersebut terlalu asam,
4. Bayi lebih menyukai rasa manis dan ia akan mengurangi respons menghisap rasa asin
5. Perabaan kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitive terhadap sentuhan tekanan dan suhu
6. Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga bentuk yang lebih dikenal sebagai
bentuk PRA WICARA yaitu menangis, merengek dan gerak-gerik.
Tangisan bayi merupakan bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan bayi, yang
bertujuan menunjukan rasa lapar, sakit, kesendirian atau kondisi sakit. Komuknikasi anda-
bayi 1-3 bulan inlah moment yang berkesan bagi orang tua. bayi menunjukan kemajuan yang
pesak dimana dia mengenali anda sebagai orang tuanya, tertawa dan tersenyum spontan.
Kepribadiannya pun mulai terlihat, dia menjadi lebih aktif dan peka terhadap lingkungan
keluarga. tangisan bayi masih menjadi komunikasi utama dalam kehidupannya. Bayi akan
menanggapi suara anda dengan tenang, tersenyum atau sangat gembira sambil menggerakan
tangan dan kakinya. Bayi akan selalu tersenyum pada orang tuanya tapi tidak terhadap orang
asing yang jarang ditemui kecuali bila bayi digoda. Bila diusia 2 bulan bayi hanya
mengeluarkan suara seperti oh oh ah ah eh eh,maka di usia ini suaranya lebih berfariasi
dengan memuculkan mimik wajah yang lebih menarik.
Usia bayi (0-1 tahun) komunikasi pada bayi dapat di lakukan adalah dengan melalui gerakan
gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, disamping itu dapat di
lakukan dengan non verbal.
Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat
sesuatu ketika bayi digerakan maka bayi akan berespon untuk mengeluarkan suara-suara
bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu kedepan
dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu ke12
mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke16 bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara
yang asing bagi diriya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucaokan kata-
kata awal seperti ba-ba, da-da, dll. Pada bulan ke 10 bayi sudah berekasi terhadap panggilan
terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir
tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga
kata. Selain melakukan komunikasi seperti diatas terdapat cara komunikasi efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan teknik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangkul.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam berkomunikasi non verbal, secara serentak menggunakan semua panca indra kita dalam proses
menerima dan mengirim berita. Bagaimana kita memakai panca indra tadi dan bagaimana
penginterprestasi berita yang diterima sangat menentukan observasi kita.
DAFTAR PUSTAKA

Komunikasi keperawatan aplikasi dalam pelayanan


Dr. Irwan Effendi, MBiomed. SpA. December 14, 2011
Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan ( Ns. Anas Tamsuri, S.Kep)

You might also like