Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
5. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari meningitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari meningitis?
9. Bagaimana komplikasi dari meningitis?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien meningitis?
1.3 TUJUAN
1. Memahami pengertian dari meningitis
2. Memahami pohon masalah dari meningitis
3. Memahami etiologi dari meningitis
4. Memahami klasifikasi dari meningitis
5. Memahami patofisiologi dari meningitis
6. Memahami manifestasi klinis dari meningitis
7. Memahami pemeriksaan diagnostic dari meningitis
8. Memahami penatalaksanaan medis dari meningitis
9. Memahami komplikasi dari meningitis
10. Memahami Asuhan Keperawatan pada pasien meningitis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
3
2.2 POHON MASALAH
4
2.3 ETIOLOGI
2.4 KLASIFIKASI
5
2.5 PATOFISIOLOGI
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian
atas.Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.Organisme
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral.Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.Meningitis
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis.Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.
6
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi
ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata
7
( infeksi bakteri )
4 Elektrolit darah : Abnormal .
5 ESR/LED : meningkat pada meningitis
6 Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
7 MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel,hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
8 Ronsen dada/kepala/ sinus : mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.
8
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal:
0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari
atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik:
pemberian tambahan volume cairan intravena.
2.9 KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
9
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan, nomor regitrasi, status pekawinan, agama,
tanggal MR
10
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi
dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor,
nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda
brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek
kremastetik hilang pada laki-laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
III. INTERVENSI
DIAGNOSA
No INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi a. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
terhadap penyebaran b. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci
infeksi berhubungan tangan yang tepat.
11
dengan diseminata c. Pantau suhu secara teratur
hematogen dari d. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur
patogen. demam yang terus menerus
e. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara
teratur, dianjurkan nfas dalam
f. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G,
ampisilin, klorampenikol
12
nyaman(kepala agak tingi)
c. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
d. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau
pinggul
e. Berikan anal getik, asetaminofen, codein
13
ancaman kematian. c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan.
d. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan
beri dukungan serta petunjuk sumber
penyokong.
IV. IMPLEMENTASI
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk
sisa tubuh, reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas,
pencapaian tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan
cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan informasi tentang
diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari
rumah sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.
V. EVALUASI
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks
dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal
dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin
antara lain :
1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium
tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma
gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih
sering dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur
membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
Sedangkan faktor imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun,
defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosa dan
Meningitis purulenta.
5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara
lain:
a. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala
datar.
b. Pantau adanya kejang
c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan
posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif
atau pasif dan masage otot leher.
d. Kaji derajat imobilisasi pasien.
15
e. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
f. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya
3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis
dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
meningitis.Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak
digunakan untuk mahasiswa.
16
DAFTAR PUSTAKA
17