You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat


dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan
kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis
disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau parasit
yang menyebar dalam darah dan cairan otak.

Daerah Sabuk Meningitis di Afrika terbentang dari Senegal di barat


Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa manusia.
Pada 1996 terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang menderita
penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa. Meningitis bakterial terjadi pada
kira-kira 3 per 100.000 orang setiap tahunnya di Negara-negara barat. Studi
populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering
terjadi sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim
panas. Di Brasil, angka meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per
100.000 orang setiap tahun.

Oleh karena itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi


meningitis semakin hari semakin meningkat, kami bermaksud untuk
mengulas lebih lanjut mengenai penyakit Meningitis melalui makalah yang
berisi laporan pendahuluan serta asuhan keperawatan teori.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan meningitis?


2. Bagaimana pohon masalah dari meningitis
3. Bagaimana etiologi dari meningitis?
4. Bagaimana klasifikasi dari meningitis?

1
5. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari meningitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis dari meningitis?
9. Bagaimana komplikasi dari meningitis?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien meningitis?

1.3 TUJUAN
1. Memahami pengertian dari meningitis
2. Memahami pohon masalah dari meningitis
3. Memahami etiologi dari meningitis
4. Memahami klasifikasi dari meningitis
5. Memahami patofisiologi dari meningitis
6. Memahami manifestasi klinis dari meningitis
7. Memahami pemeriksaan diagnostic dari meningitis
8. Memahami penatalaksanaan medis dari meningitis
9. Memahami komplikasi dari meningitis
10. Memahami Asuhan Keperawatan pada pasien meningitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi


otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid
dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.

Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya


ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok,
Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus)
(Long, 1996). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada
sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Meningitis atau Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan


serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid,
jaringan superficial otak dan medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke
setiap bagian ruang subaraknoid dan dengan cepat sekali menyebar ke bagian
yang lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu proses
serebrospinal. (Harsono : 1996)

3
2.2 POHON MASALAH

4
2.3 ETIOLOGI

1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae


(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitides dan Diplococcus pneumonia.
3. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
4. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
5. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
6. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
7. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

2.4 KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi


pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih.Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

5
2.5 PATOFISIOLOGI

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian
atas.Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.Organisme
masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral.Jaringan serebral mengalami gangguan
metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.Eksudat
purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.Meningitis
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari
peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak),
edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis.Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps
sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :


1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:

6
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi
ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :


a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat,
kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
2 LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
3 Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil

7
( infeksi bakteri )
4 Elektrolit darah : Abnormal .
5 ESR/LED : meningkat pada meningitis
6 Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
7 MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel,hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
8 Ronsen dada/kepala/ sinus : mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial.

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu


menyesuaikan dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang
berguna sebagai bahan kolaborasi dengan tim medis. Secara ringkas
penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi pemberian antibiotic yang
mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid dalam konsentrasi
yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji
resistensi antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.
a. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):
1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500
mg selama 1 setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1
tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari
selama 3 bulan.
b. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
1. Sefalosporin generasi ketiga
2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
c. Pengobatan simtomatis:

8
1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal:
0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari
atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat
digunakan untuk mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik:
pemberian tambahan volume cairan intravena.

2.9 KOMPLIKASI

1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal
bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder

9
2.10 ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat,
pendidikan, pekerjaan, nomor regitrasi, status pekawinan, agama,
tanggal MR

2. Riwayat kesehatan yang lalu


a. Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
b. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
c. Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
a. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK.
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan
nadi berat, taikardi, disritmia.
c. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
d. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran
mukosa kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan
diri.
f. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan
yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.

10
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi
dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor,
nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda
brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek
kremastetik hilang pada laki-laki.
g. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).
Tanda : gelisah, menangis.
h. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan
diseminata hematogen dari pathogen
2. Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
berhubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
3. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo.
4. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan
6. Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

III. INTERVENSI
DIAGNOSA
No INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi a. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
terhadap penyebaran b. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci
infeksi berhubungan tangan yang tepat.

11
dengan diseminata c. Pantau suhu secara teratur
hematogen dari d. Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur
patogen. demam yang terus menerus
e. Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara
teratur, dianjurkan nfas dalam
f. Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G,
ampisilin, klorampenikol

2. Resiko tinggi a. Tirah baring dengan posisi kepala datar.


terhadap perubahan b. Pantau status neurologis.
cerebral dan perfusi c. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
jaringan d. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung,
berhubungan dengan penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
edema serebral, e. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah
hipovolemia. mengejan.
f. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
g. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
h. Pantau BGA.
i. Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

3. Resiko tinggi a. Pantau adanya kejang


terhadap trauma b. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap
berhubungan dengan terpasang dan pasang jalan nafas buatan
kejang umum/vokal, c. Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan
kelemahan umum obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
vertigo

4. Nyeri(akut) a. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian


berhubungan dengan dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman
proses infeksi, toksin kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak
dalam sirkulasi. aktif atau pasif dan masage otot leher.
b. Dukung untuk menemukan posisi yang

12
nyaman(kepala agak tingi)
c. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
d. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau
pinggul
e. Berikan anal getik, asetaminofen, codein

5. Kerusakan mobilitas a. Kaji derajat imobilisasi pasien.


fisik berhubungan b. Bantu latihan rentang gerak.
dengan kerusakan c. Berikan perawatan kulit, masase dengan
neuromuskuler. pelembab.
d. Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan,
berikan matras udsra atau air perhatikan
kesejajaran tubuh secara fumgsional.
e. Berikan program latihan dan penggunaan alat
mobiluisasi.

6. Perubahan persepsi a. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan


sensori berhubungan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses
dengan defisit pikir.
neurologis b. Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.
c. Observasi respons perilaku.
d. Hilangkan suara bising yang berlebihan.
e. Validasi persepsi pasien dan berikan umpan
balik.
f. Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan
beraktivitas.
g. Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara
dan kognitif.

7. Ansietas a. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.


berhubungan dengan b. Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan
krisis situasi, sebelum tindakan prosedur.

13
ancaman kematian. c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan.
d. Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan
beri dukungan serta petunjuk sumber
penyokong.

IV. IMPLEMENTASI
Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk
sisa tubuh, reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas,
pencapaian tingkat nutrisi yang optimal, pemeliharaan keseimbangan
cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan informasi tentang
diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari
rumah sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi.

V. EVALUASI
Adapun hasil yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks
dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal
dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan
mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin
antara lain :
1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan
oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacterium
tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma
gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki laki lebih
sering dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lain ruptur
membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.
Sedangkan faktor imunologinya adalah defisiensi mekanisme imun,
defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau
injury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosa dan
Meningitis purulenta.
5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antara
lain:
a. beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala
datar.
b. Pantau adanya kejang
c. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan
posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif
atau pasif dan masage otot leher.
d. Kaji derajat imobilisasi pasien.

15
e. Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir.
f. Kaji status mental dan tingkat ansietasnya

3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya mahasiswa
keperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis
dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan
meningitis.Semoga makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak
digunakan untuk mahasiswa.

16
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Alih Bahasa, I
Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Harsono. (1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.Kapita Selekta Kedokteran FKUI. (1999). Jakarta : Media
Aesculapius.
Long, Barbara C. (1996).Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Ngastiyah. (1997).Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson. (1994).Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease
Processes.Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC.
Suriadi Suriadi & Yuliani, Rita. (2001).Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi
pertama. Jakarta : KDT.
Tucker, Susan Martin et al. (1998).Patient care Standards : Nursing Process,
diagnosis, And Outcome.Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC.

17

You might also like