You are on page 1of 9

NARASI PENJELASAN FISHBONE

PERILAKU

Perilaku masyarakat yang mempengaruhi terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat mempermudah terjadi penyakit jantung. Selain itu merokokk dapat meningkatkan denyut jantung dan tekaanan darah,
yang disebabkan oleh pengaruh nikotin dalam peredaran darah. Kerusakan pembuluh darah juga diakibatkan oleh pengendapan kolestrol
pada pembuluh darah sehingga jantung bekerja lebih cepat dan tekanan darah menjadi tinggi (Vita Health, 2005)
2. Pola Makan
Makanan yang berlemak dan konsumsi garam dapur serta penyedap dalam jumlah tinggi seperti MSG dapat meningkatkan tekanan darah
karena mengandung Natrium dalam jumlah yang berlebih sehingga dapat menahan air, meningkatkan jumlah volume darah, akibatnya
jantung bekerja lebih keras dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu, natrium yang berlebihan akan menggumpal pada pembuluh darah.
(Vita Health, 2005)
3. Stress
Hubungan stress dengan hipertensi melalui aktivitas saraf simpatis, dalam kondisi stress adrenalin Ka dalam aliran darah, sehingga
menyebabkan kenaikan tekanan darah. Bila seseorang terus menerus dalam keadaan ini maka tekanan darah akan meningkat.
4. Kurangnya pengetahuan
Hasil penelitian Rogers menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(Notoadmodjo,2007) Apabila masyarakat tidak mengetahui pengetahuan yang cukup mengenai penyakit yang diderita. Maka, masyarakat
tidak mengetahui cara mengontrol makanan atau makanan apa saja yang harus di hindari dan makanan yang boleh dikonsumsi.(Suwarni,
2008)
5. Alkohol
Telah dibuktikan juga dalam penelitian, bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sebesar 1,21 mmHg dan
tekanan darah diastolik sebesar 0,055 mmHg untuk rata-rata satu kali sehari.( Russel ML,1991)
6. Olahraga
Pada studi longitudinal di Australia pada wanita, Pavey dkk menunjukkan bahwa risiko kejadian Hipertensi menurun dengan
meningkatnya aktivitas fisik. (Pavey TG,2013)
PELAYANAN KESEHATAN

1. Ketersediaan pelayanan kesehatan


Ketersediaan pelayan kesehatan yang berkualitas akan berpengaruh terhadap derajat kesehatan masayarakat. Pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan yang dimbangi dengan kelengkapan sarana dan prasarana, dan dana akan menjamin kualitas pelayanan
kesehatan. Pelayanan kesehatan seperti ini akan mampu mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan disuatu wilayah atau kelompok
masyarakat
2. Pelayanan kesehatan yang bermutu
Pelayanan kesehatan yang bermutu akan menghasilkan derajat kesehatan optimal. Tercapainya pelayanan kesehatan yang sesuai standar
membutuhkan syarat ketersediaan sumber daya dan prosedur pelayanan. Ketersediaan sumber daya yang akan menunjang perilaku sehat
masyarakat untuk memanfaat pelayanan kesehatan baik negeri atau swasta membutuhkan prasyarat sumber daya manusia (petugas
kesehatan yang profesional), sumber daya sarana dan prasarana (bangunan dan sarana pendukung) seta sumber daya dana (pembiayaan
kesehatan).(Debora, 2016)

Saat ini, pelayanan kesehatan di wilayah padangsari cukup memadai. Pertama, sudah terdapat posyandu lansia. Ada beberapa program
seperti sena lansia, cek tekanan darah, pemberian obat kepada lansia yang menderita hipertensi, BKL (Bina Keluarga Lansia) untuk
keluarga yang mempunyai lansia. Untuk kekurangan daripada program posyandu lansia yaitu kurangnya kesadaran dan partisipasi warga
lansia yang masih kurang baik, diakrenakan beberapa faktor yang menghambat lansia untuk datang keposyandu seperti ketidaktahuan
lansia terhadap kondisi kesehatannya, lingkungan keluarga (diantar keposyandu lansia) dan juga ada halangan lain seperti baru sembuh
dari sakit.

3. Keterjangkauan pelayanan kesehatan


Keterjangkauan pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap kondisi pada masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh (Suharmiati, 2009)
menyatakan bahwa rendahnya keterjangkauan masyarakat pada pelayanan kesehatan puskesmas dan jaringannya terkait dengan kendala
pada keterbatasan sumber daya serta pola pelayanan yang belum sesuai dengan tuntutan masyarakat.

4. Dukungan petugas kesehatan


Sangat penting bagi penderita hipertensi terutama dalam hal penyuluhan. Hal ini disebabkan masih banyaknya penderita hipertensi yang
kurang mengetahui gejala dan penyebab penyakit tersebut. Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk dari dukungan petugas
kesehatan, dimana penyuluhan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan (Effendy, 1998).
5. Asuransi Kesehatan
Dengan adanya asuransi oleh pemerintah maupun swasta yang kini telah digunakan masyarakat untuk membantu dalam hal proses
mendapatkan pelayanan kesehatan seperti BPJS, Jamkesmas, Jamsostek, Askes, Alliance, Prudential, Jiwa Sraya dan asuransi kesehatan
maupun sosial lain yang dapat digunakan masyarakat. Tetapi dalam fakta di lapangan, seperti hal nya BPJS yang terkadang di salah
gunakan oleh kalangan tertentu yang membuat masyarakat kurang mampu kesulitan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang
seharusnya bisa gratis menjadi sulit didapatkan Martati dkk, 2013).

LINGKUNGAN

1. Kebisingan
Gangguan yang ditimbulkan akibat kebisingan bermacam-macam, mulai dari gangguan fisiologis sampai gangguan permanen
kehilangan pendengaran (Siswanto, 1990). Kebisingan juga dapat menimbulkan ganggan terhadap sistem jantung dan peredaran darah
mealui mekanisme hormonal yang diproduksnya, yatu hormone adrenali, dapat meningkaykan frekuensi detak jantung dan tekanan darah
(Sasogko,dkk,2000).

Penelitian-penelitian mengindikasikan bahwa paparan jangka panjang terhadap kebisingan intensitas tinggi pada 85dBA atay lebih,
khusunya ketika telinga tidak dilindungi akan menyebabkan kenaikan tekana darah atau hipertensi (Evelyn,dkk,2006). Keterpaparan
terhadap kebisingan yang melebihi nilai ambang batas kurun waktu yanf cukup lama akan berakibat pad a gangguan pendengaarn ringan
danjika terjadi terus menerus akan emnyebabkan ketulian permanen. Selain itu kebisingan jyga diduga menimbulkan gangguan emosional
yang memicu meningkatkan tekanan darah. Energi kebisingan yang tinggi mampu juga menimbulkan efej visceral, seperti perubahan
frekuensi jantung, perubahan tekanan darah dan tingkat pengeluaran keringat, dapat juga terjadi efek psikososial dan psikomotor ringan jika
seorang berada dilingkunga yang bising. (Harrington dan Gill, 2005). Pengulangan paparan yang terus menerus dapat mempercepat
perkembangan perubahan sturktur vascular pembuluh perifer sehingga menghasilkan kenaikan tekanan darah menetap sampa menuju
tingkat hipertensi (Warda, W,1999).
Kebisingan juga dapat diartikan bunyi yangtidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyaman lingkungan (KepMenLH No.48 Tahun 1996).

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam tellnga oleh gelombang longitundal yang ditimbulkan
getara dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi
atay suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian
atau suara demikian dinyatakan sebagai kebisingan (Sumamur,2009)

1. Sumber Kebisingan
Menurut M. Nasri (1997), sumber kebisingan dapat diklarifikasian menjadi tiga mancam., yaitu
a. Mesin
Yaitu kebisingan yang ditimbulkana akibat aktifias mesin
b. Vibrasi
Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat getaran yang diakibatkan aktifitas peralatan.
c. Pressure-redusing Valve (Pergerakan udara, gas dan cairan)
Yaitu kebisingan yang ditimbulkan akibat ergerakan dari udara, gas likuid atau cairan, dalam keiatan kerja industri.
2. Jenis Kebisingan
Menurut Sumamur (1996), jenis-jenis kebisingan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu :
a. Kebisinagn kontinyu dengan spectrum frekuensi yang luas (stready state, wide band noise), misalnya mesin, kipas angina, daur pijar
dan lain-lain.
b. Kebisingan kontinu dengan spektrm frekuesni sempit (stready state, marrow band noise), misalnya gergaji sirkuler, kaup gas dan lain-
lain.
c. Kebisingan terputus-terputus (interminttent), misalnya lalu-lintas, suara kapal terbang dilapangan udara.
d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti ledakan
e. Kebisingan impulsive berulang, misalnya mesin tempa diperusahaan

Repository.uinjktac.id/displace/bitstream/123456789/25788/1/SOFYAN%20HADI-FKIK.pdf

2. Keluarga
Keluarga yang mempunyai orangtua lansia harus memberikan dukungan agar lansia memiliki motivasi serta semangat hidup sehingga
lansia tidak mengalami stress. dukungan dari keluarga merupakan faktor penting seseorang ketika mengalami masalah (kesehatan) dan
sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress dimana pandangan hidup menjadi luas, dan tidak mudah stress.

(Ratna, W. (2010). Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Rihama)

3. Ekonomi menengah bawah


- Pendidikan rendah
Tingginya risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan pada
pasien yang berpendidikan rendah terhadap kesehatan dan sulit atau lambat menerima informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh
petugas sehingga berdampak pada prilaku/pola hidup sehat. Sebagian besar lansia mempunyai pola hidup sedenter yang ditandai
dengan aktivitas fisik dan rendah dan pola makan yang tidak sehat, sehingga meningkatkan resiko pemaparan terhadap hipertensi.

(Anggara, Febby Haendra Dwi dan Prayitno Nanang. 2013. Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas
Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1)).

4. Lingkungan keluarga
- PHK

- Pensiunan
Pekerjaan berpengaruh kepada aktifitas fisik seseorang. Orang yang tidak bekerja aktifitasnya tidak banyak sehingga dapat
meningkatkan kejadian hipertensi
(Anggara, Febby Haendra Dwi dan Prayitno Nanang. 2013. Faktor -Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskesmas
Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1)).
GENETIK

Keluarga yang memiliki hipertensi meningkat resikonya 2-5 kali lipat. Dalam penelitian menunjukkan bahwa tekanan darah anak akan
mendekati tekanan darah orang tuanya. Ini menunjukkan bahwa gen yang diturunkan itu juga berperan besar dalam penentuan tekanan darah
seseorang. Berdasarkan hasil penelitian Sugiharto,2007 OR hipertensi pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi jika
dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi adalah 6,29 (Aris, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

Aris Sugiharto, 2007. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat.Universitas Diponegoro Semarang. Disertasi

Debora joice, Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Faktor Penyebab Terjaninya Masalah Kesehatan. 2016

Debora joice, Sosiologi dan Antropologi Kesehatan. Faktor Penyebab Terjaninya Masalah Kesehatan. 2016

Siringoringo, Martati, dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipertensin Pada Lansia di Desa Sigaol Kabupaten Samosir Tahun
2013. Jurnal Departemen Epidemiologi FKM USU

Suwarni. 2008. Pengaruh Knseling Gizi terhadap Asupan Zat Gizi dan Tekanan Darah pada pasien Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit
Provinsi Sulawesi Tenggara.[Thesis]. Yogyakarta:Fakultas Kedokteran UGM

Notoadmodjo, Soekidjo.2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Vitahealth. 2005. Hipertensi. Jakarta: PT Gramedia Pusaka Utama

Russel ML, Cooper ML, Frone MR, Welte JW. Alcohol drinking patterns and blood pressure. Am J Public Health 1991;81(4):452-7.
Pavey TG, Peeters G, Bauman AE, Brown WJ. Does Vigorous Physical Activity Provide Additional Benefits Beyond Those of Moderate? Med
Sci Sports Exerc. 2013 doi: 10.1249/MSS.0b013e3182940b91. This large prospective study assessed whether vigorous physical activity
provides additional benefits in the prevention of hypertension above those that accrue from moderate intensity physical activity.
Interestingly, they report that vigorous physical activity does not provide additional benefits in the prevention of hypertension above
those from moderate intensity activity alone. [PubMed] [Cross Ref]

You might also like