You are on page 1of 4

A.

Analisis
1. Identitas Anak
Nama Lengkap : Nurhafiza
Nama Panggilan : Fiza
Tempat Tanggal Lahir : Samarinda, 12 April 2009
Alamat anak : Jl. Banggeris Gg. 06 Samarinda
Anak ke :1
Nama Sekolah : TK Islam Al-Kautsar

2. Identitas Orang Tua


Nama orang Tua : Mila Sari dan Nur
Alamat Orang Tua : Jl. Banggeris Gg. 06 Samarinda
Masalah yang di alami anak : menangis suka berteriak-teriak, diam-diam memukul orang,
jika suasana hatinya tidak baik ketika ditegur dia menatap orang tersebut dengan wajah
cemberut dan apabila dia melihat binatang yang menggemaskan dia kan mencubitnya.

B. Sintesis
Melihat dari masalah yang dialami oleh Hafiza, maka dapat disimpulkan bahwa hafiza
termasuk dalam anak yang mengalami masalah Temper tanrum. Karena hafiza kurang
bisa mengontol emosinya sehingga menjadi meledak-ledak.

C. Diagnosa
Setelah melakukan pengamatan saya dapat mengetahui bahwa faktor penyebab utama
yang dialami oleh Hafiza adalah lingkungan dari keluarganya. Karena di dalam
keluarganya Hafiza termasuk anak yang terlalu dimanjakan oleh orang tuanya sehingga
apa yang diinginkn oleh Hafiza harus dituruti semuanya. Suatu ketika hafiza
menginginkan sesuatu kepada ibunya dan pada saat itu ibunya tidak menuruti
keinginannya. Hal itu membuat Hafiza jengkel sehingga dia mengamuk ( menangis
dengan menjerit-jerit). Dan apabila emosinya sudah mulai mereda Hafiza akan menjauhi
ibunya dan mencari teman lain untuk menjadi pelampiasan supaya keinginannya dapat
terpenuhi.
D. Prognosis
Langkah awal yang saya lakukan memberikan pengertian kepada orang tua dengan
cara mengubah pola asuh anak yang pada awalnya orang tua memanjakan anaknya
dengan memberikan segala sesuatu yang diinginkan anak tersebut, di rubah menjadi
lebih kepada melatih anak untuk bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dilakukannya.
Misalnya ketika anak menginginkan sesuatu dan harus ada pada hari itu juga maka si ibu
memberikan tugas kepada anaknya itu untuk menyelesaikan terlebih dahulu tugas yang
dibeikan oleh sang ibu jika telah menyelesaikan tugasnya maka ia akan mendapatkan
imbalan berupa sesuatu yang diinginkannya.

E. Treatment
Menurut Dr. Kesster (dalam Chairani,2003) (dalam Hildayani,2008) Ketika usia
anak 4-5 tahun, orang tua benar-benar diuji niatnya untuk menangani rasa marah (yang
ditunjuk anak) itu. Hal ini karena anak-anak diusia 3 tahun sesungguhnya telah
mengalami bahasa komunikasi sehingga seharusnya mereka telah mampu
mengungkapkan keinginannya dan tidak lagi menunjukkan perilaku tantrum.

Beberapa cara penanganan dalam mengahadapi anak yang temper tantrum yang terjadi
pada anak usia prasekolah adalah sebagai berikut:

1) Mencoba mengerti dan memahami jenis tantrum apa yang terjadi pada saat itu.
Bila anak menunjukan manipulative tantrum maka seorang guru hendaknya
mengabaikan perilaku anak pada saat itu, tidak melihat kearah anak, mencoba
bersikap tenang dan tetap melakukan pekerjaan. Apabila anak tetap melakukan
tantrumnya dan berteriak-teriak untuk menarik perhatian guru, maka yang harus
dilakukan guru adalah memisahkan anak dari teman-temannya. Anak diamankan pada
ruangan yang dipastikan aman. Anak diberitahu apabila dia dapat mengendalikan
kemarahannya maka anak tersebut dapat kembali keteman-temannya. Sebaiknya sikap
guru jangan menunjukkan kemarahannya sehingga anak dapat menghentikan sikapnya
tersebut. Beri penjelasan pada siswa lain bahwa temannya sedang dihukum agar
berhenti berteriak-teriak dan tidak perlu memperhatikan perilaku tersebut dan tetap
melanjutkan pekerjaannya.
Bila anak menunjukkan temperamental tantrum seorang guru hendaknya
jangan mengacuhkan karena hal ini tidak dapat menyelesaikan masalah. Guru harus
dapat membedakan antara mengontrol kemarahan yang dialami oleh anak dalam
menginginkan sesuatu atau kemarahan sebagai rasa frustasi yang menunjukan
ekspresi kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan padanya.
Adakalanya guru membutuhkan bantuan seoranr ahli dalam menangani masalah yang
dihadapi anak tersebut.

2) Mencoba mencatat tentang hal-hal yang dapat menyebabkan anak berlaku temper
tantrum.
Seorang guru harus memahami penyebab yang terjadi pada anak mungkin saja
pada saat itu anak merasa lapar, terlalu lelah, dan terlalu terstimulasi, sehingga harus
berhati-hati untuk menghindari diri dari kondisi tersebut.

3) Mencoba untuk mengendalikan diri


Guru dalam menghadapi perilaku tantru anak jangan lepas kontrol, karena
mereka akan jadi bertingkah. Kendalikan diri dan minta maaf pada anak ini akan
membuat emosi anak terkendali. Hampiri anak dengan tenang sambil tersenyum dan
perhatikan bahwa guru tetap menghargai anak.
Guru adalah manusia yang memiliki keterbatasan, yang juga merasa tertekan
dengan perilaku tantrum anak. Berilah pengertian pada anak, boleh marah tetapi
dengan cara yang baik dan berilah reward pada anak missal berupa pujian pada saat
anak tidak mengamuk atau marah-marah, tentunya guru harus konsisten. Jangan
berargumentasi atau mencoba menjelaskan tindakan anda kepada anak pra sekolah
yang sedang tantrum.
Perilaku anak tantrum ini tidak akan mengerti/mendengar apa yang dikatakan
oleh guru atau orang tua, bahkan mereka tidak akan menghentikan teriakannya
meskipun guru menjelaskan apapun pada anak tersebut.

4) Jangan memberikan reward terhadap perilaku tantrum.


Seorang guru jangan mudah terpengaruh oleh tantrum meskipun bersalah,
guru/orang tua harus bisa berkata tidak, walaupun anak segera menunjukkan perilaku
tantrumnya karena ini merupakan awal penghentian disiplin anak. Sebagai guru harus
dapat mengajarkan kepada anak cara mengendalikan diri meskipun dirumah anak
selalu dituruiti oleh orang tuanya.
5) Hindari penggunaan obat
Anak jangan dibiasakan diberi obat untuk menghentikan perilaku tantrumnya,
biasakan anak mengontrol emosinya dan berusaha menjelaskan keinginannya melalui
kata-kata. Anak perlu penanganan mealui terapi modifikasi perilaku, missal metode
time out.
http://educationoflov.blogspot.co.id/2013/12/penangan-anak-temper-tantrum-siti.html

You might also like