Professional Documents
Culture Documents
2. 1 Pengertian
Disseminated Intravascular Coagulation adalah gangguan dimana terjadi koagulasi atau
fibrinolisis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada sembarang malignansi, tetapi yang paling
umum berkaitan dengan malignansi hematologi seperti leukemia dan kanker prostat, traktus GI
dn paru-paru. Proses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga
mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan anfilaksis. ( Brunner & Suddarth, 2002)
Keadaan ini diawali dengan pembekuan darah yang berlebihan, yang biasanya dirangsang
oleh suatu zat racun di dalam darah. Pada saat yang bersamaan, terjadi pemakaian trombosit dan
protein dari faktor-faktor pembekuan sehingga jumlah faktor pembekuan berkurang, maka terjadi
perdarahan yang berlebihan.
2.2 Etiologi
Hal hal yang dapat memyebabkan DIC :
1. Fetus mati dalam kandungan
2. Abortus
3. Trauma Bisa ular
4. Syok
5. Infeksi
6. Anoksemia
7. Asidosis
8. Perubahan suhu
9. Autoimun
10. Sirkulasi extrakorporeal
11. Keganasan
12. Hemolisis
Orang-orang yang memiliki resiko paling tinggi untuk menderita DIC:
1. Wanita yang telah menjalani pembedahan kandungan atau persalinan disertai komplikasi,
dimana jaringan rahim masuk ke dalam aliran darah
2. Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin (suatu zat yang
menyebabkan terjadinya aktivasi pembekuan)
3. Penderita leukemia tertentu atau penderita kanker lambung, pankreas maupun prostat.
4. Sedangkan orang - orang yang memiliki resiko tidak terlalu tinggi untuk menderita DIC: :
5. Penderita cedera kepala yang hebat
6. Pria yang telah menjalani pembedahan prostate
7. Terkena gigitan ular berbisa
2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan KID yang utama adalah mengobati penyakit yang mendasari terjadinya
KID. Jika hal ini tidak dilakukan , pengobatan terhadap KID tidak akan berhasil. Kemudian
pengobatan lainnya yang bersifat suportive dapat diberikan.
2.7.1 Antikogulan
Secara teoritis pemberian antikoagulan heparin akan menghentikan proses pembekuan,
baik yang disebabkan oleh infeksi maupun oleh penyebab lain. Meski pemberian heparin juga
banyak diperdebatkan akan menimbulkan perdarahan, namun dalam penelitian klinik pada
pasien KID, heparin tidak menunjukkan komplikas perdarahan yang signifikan.
Dosis heparin yang diberikan adalah 300 500 u/jam dalam infus kontinu.
Indikasi:
1. Penyakit dasar tak dapat diatasi dalam waktu singkat
2. Terjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah diatasi
3. Terdapat tanda-tanda trombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindroma
gagal nafas
Dosis:
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan pasien sudah
sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan masif, memerlukan tindakan
invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan. Terbatasnya syarat transfusi ini berdasarkan
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Adanya faktor-faktor predisposisi:
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya tingkat ansietas dan adanya
pembekuan darah.
Hasil yang diharapkan :
Kebutuhan oksigen klien terpenuhi
No. Intervensi Rasional
3. Diagnosa keperawatan
Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
Hasil yang diharapkan :
Rasa nyeri yang dialami klien berkurang
No. Intervensi Rasional
1. Kaji lokasi, kualitas dan intensitas nyeri, gunakanMengetahui tingkat nyeri klien
skala tingkat nyeri. untuk mengetahui tindakan
2. Baringkan klien pada posisi yang nyaman, berikan
selanjutan.
penyangga bantal untuk mencegah tekanan
pada bagian-bagian tubuh tertentu.
3. Bantu memberikan perawatan ketika klien
mengalami perdarahan hebat atau rasa tidak
nyaman.
4. Pertahankan lingkungan yang nyaman.
5. Berikan waktu istirahat yang cukup, buat jadwal
aktivitas dan pemeriksaan diagnostik, bila
memungkinkan, sesuaikan dengan toleransi
klien.
6. Bantu klien dengan pilihan tindakan yang nyaman
seperti musik, imajinasi atau distraksi lainnya.
7. Berikan analgesik sesuai order dokter dan kaji
keefktifannya.
4. Diagnosa keperawatan
Defisit volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan tepat
fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
Kriteria Hasil Interfensi Keperawatan
Mempertahankan status 1. Kaji tanda-tanda vital setiap 1 jam.
5. Diagnosa keperawtan
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan syok,
hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
Kriteria Hasil Interfensi Keperawatan
Kulit akan tetap utuh, 1. Kaji semua permuakaan kulit setiap 4 jam.
tanpa ada bagian 2. Angkat, periksa, dan gantikan semua balutan yang menekan,
yang mengalami setiap 4-8 jam sesuai intruksi.
memar atau lecet. 3. Atur posisi pasien setiap 2 jam.
4. Evaluasi semua keluhan-keluhan.
5. Periksa jumlah SDP terhadap potensi inveksi.
6. Beri obat sesuai intruksi, untuk member rasa nyaman.
7. Hindari fungsi berlebihan untuk keperluan pemeriksaan
laboraturium, gunakan aliran arterial atau akses IV pada
pembuluh besar untuk pengambilan darah.
8. Gunakan bantalan restrain yang empuk jika diperlukan.
6. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa aspek
kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
Hasil yang diharapkan :
Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat
ditangani.
Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
No. Intervensi Keperawatan Rasional
1. Mandiri Indikator derajat ansietas/stress misalnya
Catat petunjuk perilaku, misalnya gelisah, pasien merasa tidak dapat terkontrol di
peka rangsang, kurang kontak mata, rmah, kerja atau masalah. Stress dapat
perilaku menarik perhatian. gangguan fisik juga reaksi lain.
2. Dorong menyatakan perasaan, beri umpanMembuat hubungan terapeutik, membantu
balik. klien mengidentifikasi penyebab
stress.
3. Akui bahwa masalah ansietas dan masalahValidasi bahwa perasaan normal dapat
mirip dengan diekspresikan orang lain, membantu menurunkan stress.
tingkatkan perhatian mendengarkan
klien.
4. Berikan informasi yang adekuat dan nyataKeterlibatan klien dalam perencanaan
tentang apa yang akan dilakukan, keperawatan memberikan rasa control
misalnya tirah baring, pembatasan dan membantu menurunkan ansietas.
masukan per oral dan prosedur
tindakan yang lain.
5. Berikan lingkungan yang tenang untukMemindahkan klien dari stress luar,
istirahat. meningkatkan relaksasi, dan
membantu menurunkan ansietas.
6. Dorong klien atau orang terdekat untukTindakan dukungan dapat membantu klien
7. Diagnosa keperawatan
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
Hasil yang diharapkan
Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
No. Intervensi Keperawatan Rasional
1. Gunakan pendekatan yang tenangPenjelasan yang jelas dan sederhana dan
dan dapat menenangkan klien menggunakan istilah-istilah non-medis atau
sewktu memberi informasi. umum dapat mengurangi tingkat kecemasan
Beri dorongan untuk bertanya. dan rasa bingung klien. Rasa ansietas tersebut
dapat mengganggu kegiatan belajar dari
persepsi klien.
2. Jelaskan mengenai gambaranPenjelasan tentang apa yang diharapkan membantu
singkat tes, tujuan tes, mengurangi ansietas.
persiapan tes, dan perawatan
setelah tes.
8. Diagnosa keperawatan
3.5 EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota im kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
a. Tidak ada manifestasi syok
b. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
c. Tidak ada lagi perdarahan
d. Nilai-nilai laboraturium normal
e. Klien tidak merasa sesak lagi
f. Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang
g. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
h. Integritas kulit terjaga
i. Klien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat
ditangani.
j. Klien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
k. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
l. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
m. Klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
Daftar Pustaka
1. Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:
EGC
2. Stitham,Sean.2008. Disseminated Intravascular Coagulation.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/healthtopics.html. Diakses tanggal 26 September
10.00 WIB
3. Levi M. Disseminated intravascular coagulation: What's new? Crit Care Clin.
2005;21(3):449-467.
4. DeLoughery TG. Critical care clotting catastrophies. Crit Care Clin. 2005;21(3):531-562.
5. Gando S. A multicenter, prospective validation of disseminated intravascular coagulation
diagnostic criteria for critically ill patients: comparing current criteria. Crit Care Med.
2006;34(3):625-631.
6. Farid. 2007. Ancaman Serius Koagulasi Intravaskuler Diseminasi. http://www.majalah-
farmacia.com/rubrik/one_news.asp. Diakses tanggal 27 September 2009 pukul 17.50 WIB