Professional Documents
Culture Documents
I. PENDAHULUAN
Jamur Pilobolus adalah cendawan koprofil yang tergolong dalam
Ascomycota. Pilobolus disebut cendawan koprofil karena dapat hidup di kotoran
hewan dan dapat bertindak sebagai cendawan saprob. Keunikan dari cendawan ini
adalah dapat menembakkan sporanya sehingga terkadang Pilobolus disebut Shot-
gun Fungi. Pilobolus menunjukkan adanya mekanisme fototropisme dimana
sporangiumnya menembakkan spora ke arah datangnya cahaya. Fungi yang satu
ini tergolong dalam kelompok Zygomycota dan berkembang biak dengan spora
(sporangiospora). Untuk membantu spora-spora tersebut menyebar, maka
Pilobolus menggunakan senapan untuk menembakannya sejauh mungkin
(Melnick, 1996).
Pilobolus bereproduksi dengan menembakkan sporanya yang berwarna
hitam ke tumbuhan semacam rumput. Setelah itu, hewan herbivora akan memakan
rumput, spora Pilobolus juga akan terbawa. Selama berada di dalam saluran
pencernaan hewan herbivora, spora akan bergerminasi sebagai bentuk pertahanan
terhadap suhu dan bahan kimia dalam saluran pencernaan herbivora. Setelah
proses pencernaan berakhir, spora Pilobolus juga akan ikut keluar bersama feses.
Di luar tubuh, spora Pilobolus akan berkecambah membentuk miselium, feses
hewan akan menjadi sumber nutrisi bagi spora tersebut. Spora yang berkecambah
akan berkembang membentuk struktur reproduksi yang memiliki spora. Spora ini
akan ditembakkan kembali ke rumput. Siklus ini akan terus berlanjut selama ada
hewan herbivora yang memakan rumput dan menjadi inang selanjutnya (Becker,
1994).
Pada lingkungan yang sesuai, zigospora akan tumbuh dan membentuk
sporangium. Sporangium ini memiliki struktur penopang yang disebut
sporangiofora. Selanjutnya, reproduksi secara aseksual dimulai lagi yaitu ditandai
dengan pematangan sporangium hingga sporangium tersebut pecah dan spora
tersebar keluar. Contoh Zygomycotina : Pilobolus sp, jamur ini sering disebut
pelempar topi atau cap thrower, karena bila sporangiumnya telah masak, jamur
ini bisa melontarkannya sampai sejauh 8 meter. Spora tersebut kemudian melekat
pada rumput atau tumbuhan lain. Ketika tumbuhan tersebut dimakan hewan, spora
jamur yang melekat tersebut akan berkecambah di dalam saluran pencernaan dan
akan tumbuh pada kotoran yang dikeluarkan hewan tersebut (Becker, 1994).
Pilobolus memiliki habitat hidup yang unik, yaitu di kotoran ternak
herbivora, seperti sapi, kambing, domba, dan sebagainya. Kebiasaan hidup ini
mungkin tampak mengerikan bagi kita, tetapi jamur seperti Pilobolus sangat
berperan dalam kehidupan. Karena Jamur ini, salah satu jenis dekomposer yang
mampu memecah bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati. Untuk hidup
di kotoran herbivora, jamur Pilobolus harus terlebih dahulu masuk ke dalam
kotoran ternak. Ternak akan menelan spora Pilobolus ketika mereka sedang
merumput. Spora yang memiliki dinding sel yang tebal sangat sulit dicernakan,
sehingga hewan ternakpun tidak dapat mencernanya. Spora tersebut akan
melewati sistem pencernaan ternak dan dikeluarkan dalam kotoran, di mana
mereka akan tumbuh.
Pilobolus telah mengembangkan cara jitu untuk mendistribusikan spora-
sporanya ke rerumputan. Senjata atau shotgun yang dimiliki pilobolus merupakan
semacam tangkai (sporangiofor) yang membengkak di bagian ujungnya dengan
bantalan massa spora hitam (sporangium) pada bagian atas.
Cahaya matahari sangat mempengaruhi pertumbuhan Pilobolus. Di bawah
ujung sporangiofor merupakan daerah yang peka terhadap cahaya (Fototropisme
dan fototaksis). Tangkai tersebut akan tumbuh ke arah cahaya matahari. Ketika
jamur telah matang, maka tekanan air di dalam tangkai menyebar sampai dengan
ujung tangkai dan menyebabkan ujung tangkai meledak. Saat itulah terjadi
penyebaran spora dengan penembakan spora ke udara. Peristiwa ini umumnya
terjadi pada siang hari (Odum, E.P. 1971).
Spora-spora yag ditembakkan tersebut terbang pada kecepatan 10,8 m per
detik dan pada ketinggian kurang lebih 2 m dari permukaan tanah. Mereka dapat
terbang sejauh kurang lebih 2,5 m. Kecepatan terbang spora tersebut merupakan
yang tercepat di alam. Percepatan terbang spora Pilobolus dalam 1 mm pertama
adalah 0 45 mph. Pilobolus dapat kita sejajarkan dengan sniper yang ulung,
karena spora-nya dapat terbang melewati tubuh hewan ternak dan dalam
kecepatan yang demikian fantastis.
Penyebaran spora pada siang hari akan memberi kesempatan yang lebih
baik untuk mendarat di tempat yang cerah di mana rumput atau tanaman sudah
berkembang dan hewan-hewan ternak seperti sapi akan merumput disana. Hal
itulah yang menyebabkan spora-spora itu dapat menyebar kembali ke ternak dan
rangkaian siklus hidup Pilobolus itu akan terulang kembali.
IV. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
Pilobolus merupakan salah satu jamur ascomycota, yang habitatnya di kotoran
hewan herbivora. Pilobolus menunjukkan adanya mekanisme fototropisme
dimana sporangiumnya menembakkan spora ke arah datangnya cahaya (Shot-gun
Fungi) yang dimana pertumbuhan jamur ini sangat dipengaruhi oleh sinar
matahari.
V. DAFTAR PUSTAKA
Bourret JA (1986) Evidence that a glucose mediated rise in cyclic AMP triggers
germination of Pilobolus longipes spores. Experimental mycology. Vol. 10 (1):
6066.
Gunawan AW dan Agustina TW. 2009. Biologi & Bioteknologi Cendawan dalam
Praktik. Ed.2. Jakarta: Universitas Atma Jaya. C
^ a b c d e (Inggris) Bruce VG, Weight F, Pittendrigh CS. 1960. Resetting the
sporulation rhythm in Pilobolus with short light flashes of high intensity. Science
131:728-730.
^ a b c d e (Inggris) Yafetto L, Carroll L, Cui Y, Davis DJ, Fischer MW, Henterly
AC, Kessler JD, Kilroy HA, Shidler JB, Stolze-Rybczynski JL, Sugawara Z,
Money NP. 2008. The fastest flights in nature: high-speed spore discharge
mechanisms among fungi. PLOS One 3:3237.
^ (Inggris) Bourret JA, Smith CM. 1987. Cyclic AMP regulation of glucose
transport in germinating Pilobolus longipes spores. Arch Microbiol 148:29-33.
Tom Volk (2006). "Pilobolus crystallinus, "the Fung in the Dung" --in honor of
Dr. Seuss' 102nd birthday". Diakses tanggal 2010-05-16.