You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

LEUKOREA ( FLOUR ALBUS)

A. Definisi
Leukorea adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan
dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Mungkin leukorea merupakan gejala
yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik (Wiknjosastro, 2005).
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genitalia yang bukan darah.
Keputihan bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir
semua penyakit kandungan (Manuaba, 1998).
Keputihan (leukorea atau flour albus) adalah cairan yang keluar dari vagina.
Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifaat
patologis. Pengertian lain dari leukorea atau flour albus, yaitu:
1. Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa sekret,
transudasi, atau eksudat dari organ atau lesi di saluran genital.
2. Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekreasi dan
transudasi yang berlebih , tidak termasuk eksudat.
3. Sumber cairan ini dapat berasal dari sekreasi vulva, cairan vagina, sekresi
serviks, sekresi uterus, atau sekresi tuba falopii, yang dipengaruhi fungsi
ovarium (Mansjoer, dkk, 2001).
B. Klasifikasi
Keputihan dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Keputihan normal (fisiologis)
Keputihan yang fisiologis terjadi pada saat menjelang, sesudah, atau di
tengah-tengah siklus menstruasi. Jumlahnya tidak terlalu banyak, jernih/putih,
tidak biasanya keputihan fisiologis ini disebabkan oleh hormon yang ada di dalam
tubuh kita.
2. Keputihan penyakit abnormal (patologis).
Keputihan patologis ditandai dengan jumlahnya yang amat banyak,
berwarna, berbau, dan disertai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, terjadi
pembengkakan, panas dan pedih ketika buang air kecil, serta dan nyeri di perut
bagian bawah.

Wiknjosastro, dkk (2005) mengatakan leukorea dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu fisiologik dan patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-

1
kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang,
sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit.
Manuaba (1998) mengatakan bahwa keputihan fisiologis dijumpai pada
keadaan menjelang menstruasi, pada saat keinginan seks meningkat, dan pada waktu
hamil. Keputihan bukan penyakit, tetapi gejala dari berbagai penyakit sehingga
memerlukan tindak lanjut untuk menegakkan diagnosis.
Jenis keputihan lain yang agak jarang terjadi adalah keputihan karena tumor
terutama tumor ganas. Keputihan yang seperti nanah, berbau dan kadang- kadang
bercampur darah serta sakit waktu berhubungan badan, selain disebabkan oleh
bakteri-bakteri di atas bisa juga disebabkan karena tumor ganas.
C. Etiologi
Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Di sini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri
dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula
timbul. Selanjutnya leukorea ditemukanpada neoplasma jinak atau ganas, apabila
tumor itu dengan permukaannya yang sebagian atau seluruhnya memasuki lumen
saluran alat-alat genital (Wiknjosastro, 2005).
Penyebab utama dari keputihan adalah suatu jenis binatang satu sel yang
disebut Trichomonas vaginalis. Keputihan karena kuman ini akan menimbulkan
cairan putih, sebagian merasa gatal dan panas. Datangnya infeksi kuman ini bisa
datang sendiri, misalnya dari tangan atau celana tanpa sengaja, atau saling menukar
pakaian. Namun menurut pene- litian, sebagian besar Trichomonas menular melalui
hubungan seks. Untungnya, keputihan jenis ini tidak terlalu berbahaya dan mudah
disembuhkan.
Penyebab lain yang sering timbul adalah sebangsa jamur. Beda keputihan
jenis ini adalah gatalnya yang luar biasa dan bisa timbul setiap saat. Akibat- nya, si
penderita menggaruk-garuk terus organ seksnya. Tetapi jenis inipun cukup mudah
disembuhkan, karena obat-obat anti jamur sangat ampuh terhadap keputihan ini.
Penyebab lain adalah bakteri-bakteri yang banyak sekali jenisnya. Tetapi
yang terpenting adalah menular melalui hubungan seks. Ada dua bakteri yang sangat
sering menimbulkan keputihan dan tertular melalui hubungan seks yang disebut
Gonorhoe (GO) dan Chlamydia. Kedua penyakit ini hampir sama gejalanya yakni
menimbulkan keputihan yang berat dan warna cairan umumnya putih kuning dengan
bau yang cukup menyengat. Pada GO sering disertai rasa perih waktu buang air kecil.
Pada Chlamydia hal itu tidak begitu terasa.

2
Keputihan lain karena bakteri mungkin saja terjadi walaupun tidak melalui
hubungan seks. Karena berbagai perubahan dalam vagina serta masuknya kuman-
kuman baru, maka timbul infeksi bakteri-bakteri tertentu. Ada wanita yang cebok di
WC umum jadi keputihan. Bisanya bakteri ini juga menimbulkan gejala yang hampir
sama dengan penyakit kelamin, yaitu keputihan berupa keluarnya nanah dan berbau
sangat menyengat.

Leukorea fisiologik ditemukan pada:


a. Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari; penyebabnya ialah pengaruh
estrogen dari placenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen; leukorea di
sini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. Waktu di sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjaar serviks uteris
menjadi lebih encer.
e. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada
wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis dan pada wanita dengan
ektropion porsionis uteri (Wiknjosastro, 2005).

Keputihan patologis biasanya disebabkan oleh infeksi atau peradangan yang


terjadi karena beberapa sebab. Misalnya, gejala keganasan organ reproduksi atau
adanya benda asing dalam rahim atau saluran kemaluan. Sifat dan banyaknya
keputihan dapat memberi petunjuk ke arah penyebab. Demikian pula halnya dengan
indikasi lain seperti lama keluhan, terus menerus atau pada waktu tertentu saja, warna,
bau disertai rasa gatal atau tidak.
Beberapa penyebab keputihan yang abnormal:
a. Infeksi jamur, keluarnya keputihan yang berwarna putih atau kekuningan,
konsistensi seperti keju disertai rasa gatal, biasanya disebabkan oleh jamur
candida atau monillia.
b. Infeksi kuman trichomonas, jenis ini ditandai dengan keluarnya cairan yang
berwarna kehijauan, berbusa disertai rasa gatal.
c. Infeksi bakteri vaginosis, ditandai dengan keluarnya cairan berwarna keabu-
abuan dan berbau.
d. Penyakit menular seksual, ditandai dengan keluarnya cairan yang bersifat
cheesy, berbau dan bercampur darah.
e. Kanker leher rahim, ditandai dengan keluarnya cairan yang tidak disertai gatal,
biasanya disertai bau busuk.
Beberapa penyebab keputihan lainnya:

3
1) Vaginitis atropik, timbul pada usia lanjut (menopause), biasanya disertai rasa nyeri
akibat kurangnya hormon estrogen.
2) Obat-obatan, seperti: antibiotika, obat kontrasepsi yang mengandung estrogen.
3) Radiasi pada organ reproduksi, penyinaran pada organ reproduksi dapat menyebab
rangsangan pengeluaran cairan keputihan.
4) Adanya benda asing seperti adanya benang, kasa tampon atau benda lain yang
secara sengaja/tidak sengaja ada di dalam jalan lahir (vagina).
D. Gejala Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina
meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali
muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan
beberapa gejala fluor albus:
1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
2. Sekret vagina yang bertambah banyak
3. Rasa panas saat kencing
4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual. Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning
kehijauan, berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang
hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada
komplikasi yang serius. Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang
abnormal
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
3. Sitologi vagina
4. Kultur sekret vagina
5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
6. Ultrasonografi (USG) abdomen
7. Vaginoskopi
8. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
9. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
10. Pemeriksaan PH vagina.
11. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH
10 % .

4
12. Pulasan dengan pewarnaan gram .
13. Pap smear.
14. Biopsi.
15. Test biru metilen.
F. Diagnosa
Diagnosis fluor albus ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Ditanyakan mengenai usia, metode kontrasepsi yang dipakai oleh akseptor
KB kontak seksual, perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi,
penyakit yang diderita, penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid dan
keluhan-keluhan lain
2. Pemeriksaan Fisis dan Genital
Inspeksi Kulit perut bawah, rambut pubis, terutama perineum, dan anus.
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna. Pemeriksaan spekulum untuk vagina dan
serviks, pemeriksaan bimanual pelvis, palpasi kelenjar getah bening dan femoral.

3. Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas
pengukur pH dan pH diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis tetapi tidak
cukup spesifik. Cairan juga dapat diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2
tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan
dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa dibawah mikroskop.
Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didapatkan pada preparat
KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitive disbanding pemeriksaan
mikroskopik.
Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada
tiga dari empat kriteria sebagai berikut, yaitu:
a. adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah,
b. adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina,
c. duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu,
d. pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper.
G. Penatalaksanan
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan

5
kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan
gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung
darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan
menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang
digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol
untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang
vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual
selama masih dalam pengobatan.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai
tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu
ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk
mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena
dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis
dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi
pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

6
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya. Sedapat mungkin tidak
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset
sebelum menggunakannya.
Tujuan pengobatan:
a. Menghilangkan gejala
b. Memberantas penyebabrnya
c. Mencegah terjadinya infeksi ulang
d. Pasangan diikutkan dalam pengobatan

Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk


menghilangkan kecemasannya.

Patologi : Tergantung penyebabnya

Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering :

1. Candida albicans

Topikal

a. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu


b. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari

c. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari

Sistemik

a. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari


b. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari

c. Nimorazol 2 gram dosis tunggal

d. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal

Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan

7
2. Chlamidia trachomatis

a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of textbook gynecology)

b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral

c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila

d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari

e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari

f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari

3. Gardnerella vaginalis

a. Metronidazole 2 x 500 mg

b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal

c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari

d. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

4. Neisseria gonorhoeae

a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau

b. Amoksisiklin 3 gr im

c. Ampisiillin 3,5 gram im atau

Ditambah :

a. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau


b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

d. Tiamfenikol 3,5 gram oral

e. Kanamisin 2 gram im

8
f. Ofloksasin 400 mg/oral

Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase

a. Seftriaxon 250 mg im atau


b. Spektinomisin 2 mg im atau

c. Ciprofloksasin 500 mg oral

Ditambah

a. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau


b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

5. Virus herpeks simpleks

Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas

a. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari


b. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari

c. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi


sekunder.

H. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan leokurea


Pengkajian tanggal : Oleh :

1) Data Subyektif
a. Biodata
Meliputi : nama, umur : antara 30 60 tahun, agama, Suku/Bangsa, pekerjaan,
alamat, No. Reg.

b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan mengalami keputihan.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

9
Keputihan

d. Riwayat Kesehatan Dahulu


Ada riwayat keluarga menderita penyakit kelamin.

e. Riwayat Perkawinan
Umur pertama kawin 15 20 tahun, sering kawin cerai.

f. Riwayat Reproduksi
Flour albus : ada
g. Riwayat Obstetri
Paritas tinggi, jarak kelahiran dekat.
h. Riwayat KB
IUD, kontrasepsi yang mengandung hormonal (Pil, Suntik,Implant)
i. Riwayat Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah.
j. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1) Kebiasaan merokok
2) Aktivitas seksual sering berganti pasangan
3) Personal hygiene : kebersihan jelek
2) Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : baik s/d lemah
2) Kesadaran : Compos Mentis s/d Koma
3) Tekanan Darah : menurun (normal 110/70 mmHg s/d 120/80 mmHg)
4) Nadi/Suhu : menurun/meningkat (normal 36,50C-37,50C)
5) RR : menurun (normal 16-24 x/menit)
6) BB : normal s/d menurun
b. Pemeriksaan Fisik
1) Mata : tidak tampak ada kelainan
2) Bibir : tidak tampak ada kelainan
3) Muka : tidak tampak ada kelainan
4) Leher : tidak tampak ada kelainan
5) Perut : tidak tampak ada kelainan
6) Genetalia : terdapat flour albus jumlahnya banyak, berwarna, dan berbau.

10
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
2) Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
3) Sitologi vagina
4) Kultur sekret vagina
5) Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
6) Ultrasonografi (USG) abdomen
7) Vaginoskopi
8) Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
9) Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
10) Pemeriksaan PH vagina.
11) Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan
KOH 10 % .
12) Pulasan dengan pewarnaan gram .
13) Pap smear.
14) Biopsi.
15) Test biru metilen.
3) Assesment/Diagnosa
a. Diagnosa Aktual : leukorea ec bakterial vaginosus, candidiasis sp.
b. Masalah : Cemas, ketidaknyamanan
c. Diagnosa Potensial
Potensial terjadi : Infeksi Genetalia Intena

d. Kebutuhan dan tindakan segera


Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan terapi.

4) Planning
a. Memberi informasi mengenai kondisi klien saat ini, terapi dan pilihan
pengobatan yang sesuai.
Rasional : Membantu klien dalam membuat keputusan pengobatan.

b. Melibatkan pasangan dalam diskusi sebanyak mungkin


Rasional : Meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dan pasangan
seksualnya.

c. Menganjurkan pada klien untuk menjaga personal hygiene dan cara vulva
hygiene yang benar
5) Evaluasi

11
Merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan langkah manajemen
kebidanan, yang merupakan penilaian dari perubahan keadaan pasien
sehubungan dengan pencapaian hasil atau tujuan yang diharapkan dalam
evaluasi dapat diketahui hasil atau tujuan berhasil, berhasil sebagian atau
bahkan timbul masalah baru sehingga pasien mendapatkan asuhan kebidanan
yang komprehensif dan berkesinambungan (Syahlan, 1993).

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. EGC: Jakarta.

Mansjoer A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta

Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo :


Jakarta.

12

You might also like