You are on page 1of 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANGAN ANAK (CHANDRA)


RUMKIT TK III dr. J.A. LATTUMETEN, AMBON

I. Landasan Teori Kejang Demam


1. Pengertian
Kejang Demam Adalah Serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Rektal
diatas 38C)
2. Etiologi
Kondisi yang dapat menyebabkan kejang demam antara lain :
Infeksi yang mengenai jaringan ekstrakranial seperti tonsilitis,otitis media akut,bronkitis
3. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang muncul pada penderita kejang demam:
1. Suhu tubuh anak (suhu rektal )lebih dari 38C
2. Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik,tonik,klonik,fokal atau
akinek.Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak memberikan reaksi apapun
tetapi beberapa saat kemudian anak akan tersadar kembali tanpa ada kelainan
persyarapan
3. Saat kejang tidak berespon terhadap rangsangan seperti panggilan,cahaya
(penurunan kesadaran)
Selain itu pedomanmendiagnosa kejang demam menurut Living Stone juga dapat
dijadikan pedoman untuk menentukan manifestasi klinik kejang demam.Ada tujuh
kriteria antara lain:
1. Umur anak saat kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang hanya berlangsung tidak lebih dari 15 Menit
3. Kejang bersifat umum ( tidak pada satu bagian tubuh seperti pada otot rahang )
4. Kejang timbul 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan sistem persyarapan sebelum dan setelah kejang tidak ada kelainan
6. Pemeriksaan Elektro Enchephalogrhrapy dalam kurun waktu 1 minggu atau lebih
setelah suhu normal tidak dijumpai kelainan
7. Frekwensi kejang dalam waktu 1 tahun tidak lebih dari 4X
4. Patofisiologi
Infeksi yang terjadi pada jaringan diluar kranial seperti tonsilitis,otitis media
akut,bronchitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang
dihasilkan oleh mikroorganisme dapt menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen
maupun limfogen.
Penyebaran toksik keseluruh tubuh akan direspon oleh hipotalamus dengan menaikan
pengaturan suhu dihipotalamus sebagai tanda tubuh mengalami bahaya sistemik. Naiknya
pengaturan suhu dihipotalamus akan merangsang kenaikan suhu dibagian tubuh yang lain
seperti otot,kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.
Naiknya suhu dihipotalamus,otot,kulit dan jaringan tubuh yang lainakan disertai
pengeluaran mediator kimia seperti Epinefrin dan Prostaglandin.Pengeluaran mediator
kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan
potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium,ion Kalium dengan cepat dari
luar sel menuju kedalam sel.Peristiwa ini yang diduga dapat menaikan fase depolarisasi
neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak mengalami penurunan respon
kesadaran,otot ekstrimitas maupun bronkus juga mengalami spasme sehigga anak
beresiko terhadap injuri dan kelangsungan jalan napas oleh penutupan lidah dan spasme.
5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
meningitis, terutama pada pasien Kejang demam yang pertama. Pada bayi-bayi kecil
seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilakukan pada bayi
berumur kurang dari 18 bulan. Elektroensephalografi (EEG) ternyata kurang mempunyai
nilai prognostik.EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan
terjadinya efilefsi atau kejang demam berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan
EEG tidak dianjurkan untuk pasien kejang demam sederhana.Pemeriksaan labolaturim
rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi.
6. Diagnosa Banding
Penyebab Lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan,khususnys
meningitis.Adanya sumber infeksi seperti OMA tidak menyingkirkan meningitis dan jika
pasien tidak mendapat antibiotik mak perlu pertimbangan fungsi lumbal.
7. Penatalaksanaan
Ada 3 hal pentingyang perlu dikerjakan yaitu ;
- Pengobatan Fase Akut
Seringkali kejang berhenti sendiri.Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk
mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigenisasi
terjamin.Perhatikan keadaan vital kesadaran,tekanan darah ,suhu, pernapasan dan
fungsi jantung suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin dan
pemberian antiperitik
Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah Diazepam yang diberikan
intravena atau intrarektal. Dosis Diazepam IV 0,3-0,5mg/kg BB/kali dengan
kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg.
Bila kejang berhenti sebelum diazepam habis,hentikan penyuntikan tunggu
sebentar,dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut.Bila Diazepam IV tidak
tersedia atau pemberianya sulit gunakan diazepam intrarectal5mg(BB < 10kg) atau
10mg ( BB > 10kg) Bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5menit
kemudian.bila tidak berhenti juga berikan Fenitoin dengan dosis awal 10-20mg/kg
BB secara IV perlahan lahan 1 mg/kg BB/menit. Setelah pemberian Fenitoin,harus
dilakukan pembilasan dengan NaCL fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan dapat
menyebabkan iritasi vena.
Bila kejang berhenti dengan diazepam,dilanjutkan dengan Fenobarbital diberikan
langsung setelah kejang berhenti.Dosis awal untuk bayi 1bulan-1tahun50mg dan
1tahun keatas 75mg secara IM.Empat jam kemudian berikan Fenobarbital dosis
rumat.
- Mencari dan mengobati penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk kemungkinan meningitis, terutama
pada pasien kejang demam yang pertama walupun demikian kebanyakan dokter
melakukan fungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis
misalnya bila ada gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama.
- Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Ada 2 cara profilaksis Yaitu:
- Profilaksis intermiten saat demam
- Profilaksis terus-menerus Dengan Antikonvultan setiap hari
II. Landasan Teori Keperawatan Kejang Demam

I. Pengkajian

a. Riwayat penyakit

Pada anak kejang demam riwayat yang menonjol adalah adanya demam yang
dialami oleh anak ( Suhu rektal diatas 38c)Demam ini dilatarbelakangi adanya
penyakit lain yang terdapat pada luarkranial seperti tonsilitis,faringitis.Sebelum
serangan kejang pada pengkajian status kesehatan biasanya anak tidak mengalami
kelainan apa-apa.Anak masih menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasa seperti
bermain

b. Pengkajian Fungsional

Pengkajian fungsional yang sering mengalami gangguan adalah penurunan


kesadaran anak dengan tiba-tiba sehingga dibuktikan dengan tes GCS yang
dihasilkan berkisar antara 5-10 dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai
samnolenatau mungkin koma.Kemungkinan ada gangguan jalan napas yang
dibuktikan dengan peningkatan Frekwensi pernafasan > 30X/menit dengan irama
cepat dan dangkal ,lidah menekuk menutup faring. Pada Kebutuhan rasa aman
dan nyaman anak mengalami gangguan kenyamanan akibat
hipertermia,sedangkan keamanan terjadi ancaman karena anak mengalami
kehilangan kesadaran yang tiba-tiba yang beresikoterjadi cedera secara fisik
maupun fisiologi.

c. Pengkajian Tumbuh Kembang Anak

Secar umum kejang demam tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan


anak.
II. Diagnosa keperawatan & investasi tindakan keperawatan

1. Resiko tinggi obtruksi jalan napas B/d penutupan faring oleh lidah,spasme otot
bronchus Data yang mendukung :Frekwensi pernapasan meningkat,irama
pernapasan cepat dan dangkal terlihat lidah menekuk kedalam
Hasil yang diharapkan : Frekwensi pernapasan 30-60 X/menit irama
pernapasan reguler dan tidak cepat anak tidak terlihat terengah-engah
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Monitor jalan napas,frekwensi,irama 1. Frekwensi pernapasanyang meningkat
pernapasan tiap 15 menit pada saat tinggi dengan irama yang cepat
penurunan kesadaran sebagai salah satu indikasi sumbatan
jalan napas oleh bebda asing
2. Tempatkan anak pada posisi semifowler contohnya lidah
dengan kepala ekstensi 2. Posisi semifowler akan menurunkan
tahanan tekanan intraabdomen
3. Pasang tongspatel saat timbul serangan terhadap paru-paru.Hiperektensi
kejang membuat jalan dalam posisi lurus dan
bebas dari hambatan
4. Bebaskan anak dari pakaian yang ketat 3. Mencegah lidah tertekuk yang dapat
menutup jalan napas
5. Kolaborasi pemberian anti 4. Mengurangi Mengurangi tekanan
kejang.Contohnya Diazepam dengan terhadap rongga thorak rehigga terjadi
dosis rata-rat 0,3 mg/kgBB/Kali keterbatasan pengembangan paru
pemberian. 5. Diazepam bekerja menurunkan tingkat
fase depolarisasi yang cepat disistem
persyarapan pusat sehingga dapat
terjadi penurunan spasme pada otot
dan persyarafan perifer

2. Risiko gangguan perfusi jaringan B/d penurunan supalay oksigen


Hasil yang diharapkan
a. Jaringan perifer (kilit) terlihat merah dan segar
b. Akral teraba hangat
c. Hasil pemeriksaan AGD: Ph darah 7,35-7,45 PO: 80-
104mmHg,PCO:35-45 MmHg,HCO 21-25.
Intervensi dan Rasional
Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat pengisian perifer 1. Kapiler kecil mempunyai volume


darah yang relatif kecil dan cukup
2. Pemberian oksigen dengan sensitif sebagai tanda terhadap
memakai masker atau nasal penurunan oksigen
bicanul dengan dosis rata-rata 2. Oksigen tabung mempunyai
3liter/menit tekanan yang lebih dari oksigen
lingkungan sehingga sehigga
mudah masuk keparu-paru
3. Kaji riwayat nutrisi, termasuk 3. Rangsangan akan meningkatkan
makanan yang disukai. fase eksitase pewrsyarafan yang
dapat menaikan kebutuhan oksigen
4. Tempatkan pasien pada ruangan jaringan
dengan sirkulasi udara yang baik 4. Meningkatkan jumlah udara yang
( ventilasi memenuhi dari luas masuk dan mencegah hipoksemia
ruangan jaringan

3. Hipertermia B/d Proses Infeksi


Hasil yang diharapkan
Suhu tubuh perektal 36-37C
Kening anak teraba tidak panas
Tidak terdapat pembengkakan
Kemerahan pada tonsil dan telinga
Data penunjang hasil Laboratorium angka leukosit 5000-11000mg/dl
Intervensi dan Rasional

Rasional
Intervensi

1. Pantau suhu tubuh anak tiap 1 Peningkatan suhu tubuh yang


setengah jam melebihi 39c dapat beresiko terjadi
2. Kompres anak dengan alkohol atau kerusakan sarf pusat karena akan
air dingin meningkatkan neurotransmiter yang
3. Beri pakaian yang tipis dari bahan dapat meningkat eksitasi neuron
yang halus seperti katun 2 Pada saat dikompres panas tubuh
4. Jaga kebutuhan cairan anak akan berpindah kemedia yang
tercukupi melalui pemberian digunakan untuk mengompres
intravena dengan patokan karena suhu tubuh relatif lebih
kebutuhan seperti tabel diatas tinggi
5. Kolaborasi pemberian antipiretik 3 Pakaian yang tipis akan
( aspirin dengan dosis 60 memudahkan perpindahan panas
mg/tahun/kali pemberian)antibiotik dari tubuh kelingkungan
sesuai dengan penyebab. 4 Cairan yang cukup akan menjaga
kelembaban selsehingga sel tubuh
tidak mudah rusak akibat suhu
tubuh yang tinggi
5 Antipiretik akan mempengaruhi
ambang panas pada hipotalamus

4. Ansietas atau kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi.


Intervensi Rasional
Intervensi Rasional

1 Catat petunjuk perilaku, mis....., 1. Sebagai indikator derajat ansietas


gelisah
2 Dorong pasien menyatakan 2. Membina hubungan trapeutik
perasaan, berikan umpan balik.
3 Berikan informasi yang akurat 3. Membantu menurunkan ansietas
tentang kondisi pasien
4 Anjurkan untuk relaksasi 4. Membantu mengurangi ansietas

.5. Resiko devisit volume cairan b/d Out put yang berlebihan
Intervensi Rasional
1. Kaji tanda- tanda dehidrasi 1. Tanda tanda dehidrasi dapat
2. Kaji In Put Dan Out Put Cairan menentukan rencana tindakan
3. Beri masukan cairan yang adekuat selanjutnya.
4. Mempertahankan therapy cairan IVFD 2. Out put yang berlebihan dapat
mengakibatkan dehidrasi berat yang
berakibat syok hipovelemi.
3. Masukan cairan yang adekuat dapat
mempertahankan keseimbangan cairan
tubuh
4. IVFD dapat memenuhi kekurangan
cairan tubuh

You might also like