You are on page 1of 22

ASUHAN KEPERAWATAN RUBELLA PADA ANAK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


Program Studi D-IV Keperawatan

IKA RATNA SARI


P1337420615043

JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Rubella pada Anak. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Budiyati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. An. dan tim dosen mata kuliah Keperawatan
Anak yang senantiasa memberi masukan tentang makalah ini.
2. Teman-teman mahasiswa D-IV Keperawatan yang telah memberikan semangat dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen mata kuliah
agar menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik dimasa yang
akan datang.

Semarang, Pebruari 2017


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
(rubeola) ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta riveri limfonodi
pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Campak Jerman atau rubela ini
biasanya hanya menyerang anak-anak sampai usia belasan tahun. Tapi, bila penyakit ini
menyerang anak yang lebih tua dan dewasa, terutarna wanita dewasa, infeksi kadang-
kadang dapat berat, dengan manifestasi keterlibatan sendi dan purpura. Dan bila
penyakit ini menyerang ibu yang sedang mengandung dalam tiga bulan pertama, bisa
menyebabkan cacat bayi waktu dilahirkan.
Rubella pada awal kehamilan dapat menyebabkan anomali kongenital berat.
Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif dengan keterlibatan
multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode infeksi aktif pasca lahir dengan
pelepasan virus yang lama.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella
2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada anak
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit rubella pada anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Definisi
Rubela atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui
pernapasan seperti hidung dan tenggorokan. Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat
dibandingkan orang dewasa. Virus ini menular lewat udara. Rubela juga biasanya
ditularkan oleh ibu kepada bayinya, makanya disarankan untuk melakukan tes Rubela
sebelum hamil. Bayi yang terkena virus Rubela selama di dalam kandungan beresiko
cacat (wikipedia).
Rubela atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui
pernapasan seperti hidung dan tenggorokan (Sarwono : 2008)
Rubella dalam dunia kedokteran indonesia biasa diartikan sebagai campak
jerman, penyakit ini disebabkan oleh virus bernama Rubella. Mesti secara klinis mirip
dengan campak biasa, namun sebenarnya penyakit ini sangat berbeda, bila penyakit
campak biasa tergolong penyakit infeksi saluran napas, dimana virus ini measles
hanya menyerang saluran pernapasan, walau terkadang manifestasinya juga bisa
menyerang bagian saraf, justru campak rubella dapat menyerang bagian saraf atau
otak yang kemudian manifestasinya baru kebagian kulit ditandai dengan timbul
bercak merah seperti campak biasa (Iswandi : 2008).
Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari
adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah bening.
Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella (virus yang berbeda dari virus yang
menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari
hidung atau tenggorokan (America College of Obstatrician and Gynecologist :1981)
2.1.2 Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus rubivirus, family
Togaviridae.virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secar fisikokimia
virus ini sama dengan anggota virus lain dari family tersebut, tetapi virus rubela
secara serologic berbeda. Pada waktu terdapat gejal klinis virus ditemukan pada sekret
nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubella hanya menjangkiti manusia saja. Virus
rubella adalah virus RNA beruntai tunggal, dari keluarga paramyxovirus, dari genus
morbilivirus. Virus campak hanya hanya menginfeksi manusia, dimana virus cmpak
ini tidak aktif oleh panas, PH asam, eter dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu
kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan. Virus rubella
ditularkan melaui percikan ludah penderita atau karena kontak dengan penderita.
Penyakit ini juga ditularkan dari ibu hamil kepada janin yang penularan virus rubella
adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melallui nasofaring dan orofaring
setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11-14 hari samapi timbulnya
gejala. Hampir 60% pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil
konsepsi terutama secara hematogen infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian :
viremia maternal dan viremia vetal. Viremia maternal terjadi pada saat replikasi virus
harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia vetal dapat menyebabkan kelainan
organ secara luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan rubella kongenital 90% dapat
menularkan virus yang infeksius melalui cairan tubuh selama berbulan-bulan. Dalam
6 bulan sebanyak 30-50a%, dan dalam satu tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan
demikian bayi-bayi tersebut merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi
orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi.
2.1.3 Patofisiologi
Infeksi terjadi melalui mukosa saluran pernapasan bagian atas. Hanya sedikit
yang diketahui mengenai peristiwa yang terjadi selama minggu ke-2 hingga ke-3 masa
inkubasi. Replikasi virus mula-mula mungkin terjadi dalam saluran pernapasan,
diikuti dengan perkembangbiakan dalam kelenjar getah bening servikal.
Viremia timbul setelah 5-7 hari dan berlangsung hingga timbul antibodi pada
sekitar hari ke-13 hingga ke-15. Timbulnya antibodi berbarengan dengan timbulnya
ruam, hal ini menunjukkan adanya dasar imunologik untuk ruam. Viremia mencapai
puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit.
Setelah timbulnya ruam, virus hanya dapat tetap dideteksi dalam nasofaring,
dimana virus dapat menetap selama beberapa minggu. Pada sekitar 25% kasus, infeksi
primer bersifat subklinik.
Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan
kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan sekret rasofaring, virus rubela telah
diisolasi dari kelenjar getah bening, urin, cairan serebrospinal. AS1, cairan sinovial
dan paru-paru.
Penularan terjadi melalui oral droplet, dan nasofaring, atau rate pernafasan
Selanjutnya virus rubela memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit
belum diketahui patogenesisnya. Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum
hingga 5 hari sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa
inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya
erupsi.
Ruam pada rubella biasanya bertahan selama 3 hari. Kelenjar getah bening akan
tetap bengkak selama 1 minggu atau lebih dan nyeri sendi dapat bertahan lebih dari 2
minggu.
Waktu inkubasi rubella adalah 14-23 hari dengan rata-rata 16-18 hari, artinya
mungkin seseorang anak yang terinfeksi rubella baru menunjukkan gejalanya setelah
2-3 minggu kemudian.
2.1.4 Pathway

Virus rubella Plasenta infeksi Abortus


Ibu hamil ke janin
kongenital)

Oral droplet Infeksi tanpa Infeksi dengan Resorpsi embrio


kelainan apapun kelainan kongenital

Nasofaring
(saluran
pernafasan) Resiko infeksi Embrio <6-16
minggu

Aliran darah Kelahiran mati Non infeksi Trias anomally congenital pada
mata (katarak, mikrof-talmia,
glaucoma), ketulian, defekmental,
kelinan SSP, defek jantung
Masa prodormal
(1-5 hari)
Resiko gangguan
hubungan ibu dan
janin
Viremia (erupsi - Demam Hipertermi
dikulit) - Sakit kepala nyeri akut
- Nyeri tenggorokan nyeri akut
- Kemerahan pada konjungtiva,
rhinitis
Enatema, forcheimer - Linfadenopati nyeri
spot (petekia pada
palatum mole,
fautica)

Sumber : ....................................................
2.1.5 Manifestasi klinis
Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercak-
bercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa.
Biasanya, bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil
berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke badan,
lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang
dalam waktu 1 sampai 4 hari.
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Enantem mungkin muncul
tepat sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri
pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan jelas pada sekitar
24jam sebelum ruam.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem pada muka
dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat menghilang pada
muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan. Makulopapula tersendiri ada
pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan yang luas yang menyebar dengan
cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada
muka. Selama hari kedua ruam dapat mempunyai gambaran sebesar ujung jarum,
terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam scarlet. Dapat terjadi gatal
ringan. Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola,
tidak ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama 1, 2
atau kadang-kadang 3 hari. Suhu jarang melebihi 38oC (101oF). Anoreksia, nyeri
kepala, dan malaise tidak biasa. Limpa. sering sedikit membesar. Angka sel darah
putih normal atau sedikit menurun, trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura.
Terutama pada wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi
dengan artralgia, pembengkakan, nyeri dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun.
Setiap sendi dapat terlibat, tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena.
Lamanya biasanya beberapa hari; jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan.
Parestesia juga telah dilaporkan. Pada satu epidemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar
8% orang laki-laki usia perguruan tinggi yang terinfeksi.
Masa inkubasi
Masa inkubasi berkisar antara 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu
inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17-21 hari. Masa prodromal pada anak
biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya, jarang disertai gejala dan tanda
pada masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal
berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala dan nyeri
tenggorokan, kemerahan konjungtiva, rinitis, batuk,dan limfodenopati. Gejala ini
sering menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan prodromal biasanya
mendahului erupsi dikulit 1-5 hari sebelumnya. Masa eksantema sepert pada rubela,
eksentema mulai muncul pada muka dan dengan cepat meluas kebagian lain dari dari
tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan
cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbilliform. Pada hari kedua
ekstensema di muka menghilang, diikuti hari ketigadi tubuh dan hari keempat di
anggota gerak. Limfedenopati merupakan gejalan klinis yang penting pada rubella.
Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari.
Sebagian kecil penderita masing terganggu dengan nyeri kepala, sakit
kepala, rasa gatal selama 7-10 hari. Pada remaja dan dewasa dapat terjadi
artiritis dan artralgia dari sendi kecil tangan,kaki, lutut, dan bahu yang berupa
pembengkakan dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah erupsi pada
penderita dewasa.
Rubella Kongenital
Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi pda janin dengan
kelainan teratogenesis yang bergantung dari umur kehamilan. Pada waktu mengalami
infeksi Rubella ibu hamil tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis. Meskipun
demikian virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta dan diteruskan ke janin,
yang mana virus itu itu banyak menyerang ke organ dan jaringan. Bayi yang lahir dari
ibu hamil menderita infeksi Rubella pada trimester pertama bisa terkena sindrom
rubella kongenital, yaitu trias anomali kongenital pada mata (katarak, mikroftalmia,
glaukoma, retinopati), telinga (ketulian), dandefek jantung (stenosis arteri pulmonalis,
patent ductus arteriosus, ventrikal septaldefect). Kerusakan jantung dan mata terjadi
karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian defek
mental terjadi pada semua embrio yang berumur kira-kira 16 minggu.
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Dibandingkan dengan pemeriksaan bakteri, pemeriksaan virus Rubella lebih
sulit. Cara yang agak mudah mendeteksi dengan teknik Fluorescent. Pemeriksaan
terhadap penderita infeksi Rubella dilakukan dengan cara tes darah serologi antigen
Rubella, pemeriksaan ELISA. Kepastian infeksi dinyatakan pada konversi dari IgM
negatif menjadi positif dan meningkatnya IgG secara bermakna. Kadar IgM ini dapat
pula dibuktikan dalam darah tali pusat.
2.1.7 Penatalaksanaan
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simptomatis.
Adamantanamin hidroklorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam
menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk
mengobati anak yang sedang menderita rubella congenital dengan obat ini tidak
berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat
terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan dengan hasil yang terbatas.
2.1.8 Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai akibat
penyakit Campak. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit),sehingga pendeita
mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)\
5. Otitis Media (infeksi telinga)
6. Laringitis (infeksi laring)
7. Diare
8. Kejang Demam (step)
2.1.9 Prognosis
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang
terjadi. Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa
dengan ensefalitis yang ditemukan pada rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6.000
kasus. Prognosis rubella anak adalah baik; sedang prognosis rubella kongenital
bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis
tampak terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik.
Kebanyakan penderitanya akan sembuh sama sekali dan mempunyai kekebalan
seumur hidup terhadap penyakit ini. Namun, dikhawatirkan adanya efek teratogenik
penyakit ini, yaitu kemampuannya menimbulkan cacat pada janin yang dikandung ibu
yang menderita rubella.
Cacat bawaan yang dibawa anak misalnya penyakit jantung, kekeruhan lensa
mata, gangguan pigmentasi retina, tuli, dan cacat mental. Penyakit ini kerap pula
membuat terjadinya keguguran.
2.2 Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 tahun
dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi,
jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
2) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah) dipalatum
durum dan palatum mole.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak jerman biasanya ditanyakan
pada orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi dan pernah kontak dengan
pasien campak.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi rubella
6) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
7) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.

Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi buruk kurang dari 60%
Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %
8) Riwayat tumbuh kembang anak.
a) Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur (tahun) x 2 + 8. Tapi
ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7
kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah rata rata
pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan
tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan umur 2- 12
tahun yaitu umur (tahun) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia
pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110
cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5 cm/tahun.
Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b) Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial (Eric Ercson) : Inisiatif vs rasa
bersalah.
Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak
dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan menjadi
anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud)
Berada pada fase oedipal/ falik (3-5 tahun). Anak cenderung
senang bermain dengan anak berjenis kelamin berbeda. Oedipus
komplek (laki-laki lebih dekat dengan ibunya) dan Elektra
komplek (perempuan lebih dekat ke ayahnya).
Perkembangan kognitif (Piaget)
Berada pada tahap preoperasional yaitu fase preconseptual (2- 4
tahun) dan fase pemikiran intuitive (4- 7 tahun). Pada tahap ini
kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep
waktu belum benar dan magical thinking.
Perkembangan moral
Berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan kebiasaan
prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu,
mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan
yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual
Mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu atau guru dan
belajar yang benar salah untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image
Mengenal kata cantik, jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain
sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya
dengan kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation
Separation
Anak sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang
yang tak dikenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari
orang tua walaupun dengan sedikit atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4
kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar
seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik (head to toe)
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
2) Kepala dan leher
Inspeksi
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
3) Mulut
Inspeksi :
Adakah bercak koplik dimukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
4) Toraks
Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan
pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis
menyerupai influenza.
Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
5) Abdomen
Inspeksi
Bentuk dari perut anak. puam pada kulit.
Auskultasi
Bising usus.
Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
6) Kulit
Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi :
Turgor kulit menurun
2. Analisa Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subyektif dan data objektif.
Data yang telah dikelompokkan kemudian dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan mengenai masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
proses kehidupan/masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien rubella adalah sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus
3. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
4. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
2.2.3 Intervensi
1. Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang yang
normal.
Dengan kriteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu Sebagai pengawasan terhadap adanya
tubuh, denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang Upaya upaya tersebut dapat membantu


dapat menurunkan suhu menurunkan suhu tubuh pasien serta
tubuh sperti lakukan meningkatkan kenyamanan pasien.
kompres, berikan pakaian
tipis dalam memudahkan
proses penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan
suhu tubuh.
4 Kaji sejauh mana Mengetahui kebutuhan infomasi dari
pengetahuan keluarga dan pasien dan keluarga mengenai perawatan
anak tentang hypertermia pasien dengan hypertemia.

5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan


dengan memberikan suhu tubuh anak.
antipiretik dan antibiotic
sesuai dengan ketentuan.

2. Diagnosa II
Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus
Tujuan : keutuhan struktural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane
mukosa.
Dengan kriteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang diharapkan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: Mengetahui perkembangan penyakit dan
ruam dan lecet, warna dan mencegah terjadinya komplikasi melalui
suhu, kelembaban dan deteksi dini pada kulit.
kekeringan yang berlebih,
area kemerahan dan rusak.
2 Mandikan dengan air Mempertahankan kebeersihan tanpa
hangat dan sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk Membantu mencegah friksi / trauma kulit.
menghindari menggaruk
dan menepuk kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
dengan sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga Mengetahui terjadinya infeksi / komplikasi
/ memberi asuhan tentang lebih cepat.
tanda kerusakan kulit, jika
diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi Perbaikan nutrisi klien agar terhindar dari
tentang makanan tinggi infeksi karena kulit dapat menjadi barier
protein, mineral, kalori utama yang dapat memperberat kondisi
dan vitamin. anak.

3. Diagnosa III
Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
Tujuan : intake cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam tubuh.
Dengan kriteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga
oral, volume konsentrasi
urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan perubahan
pada fungsi ginjal, yang mewaspadakan
terjadinya gagal ginjal akut pada respon
terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan dan
mukosa untuk kekeringan, kekurangan nutrisi memperburuk turgor
turgor. kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan
lingkungan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi cenderung
berikan perawatan kulit merusak kulit.
dengan sering dan
pertahankan tempat tidur
kering dan bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum
a. Bentuk-bentuk cairan banyak.
yang menarik ( sari buah,
sirup tanpa es, susu )

4. Diagnosa IV
Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal
Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan kriteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki Mengurangi rasa gatal.
dengan bedak salisil 1%
atau lainya (atas resep
dokter)
2 Tidurkan anak ditempat Mencegah silau dan menambah
yang agak jauh dari lampu kenyamanan anak.
(jangan tepat dibawah
lampu)
2.2.4 Implementasi Keperawatan
1. Diagnosa I
Implementasi:
a. Memonitor perubahan suhu tubuh, denyut nadi.
b. Melakukan tindakan yang dapat menurunkan suhu tubuh seperti melakukan
kompres, memberikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan.
c. Melibatkan keluarga dalam perawatan serta mengaajarkan cara menurunkan
suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh.
d. Mengkaji sejauh mana pengetahuan keluarga dan anak tentang hypertermia
e. Mengkolaborasi dengan dokter dengan memberikan antipiretik dan antibiotik
sesuai dengan ketentuan.
2. Diagnosa II
Implementasi:
a. Pantau kulit dari adanya: ruam dan lecet, warna dan suhu, kelembaban dan
kekeringan yang berlebih, area kemerahan dan rusak
b. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
c. Dorong klien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit
d. Balikkan atau ubah posisi dengan sering
e. Ajarkan anggota keluarga / memberi asuhan tentang tanda kerusakan kulit,
jika diperlukan.
f. Konsultasi pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori dan
vitamin.
3. Diagnosa III
Implementasi:
a. Pantau berat badan, suhu, kelembaban pada rongga oral, volume konsentrasi
urin.
b. Ukur berat jenis urine
c. Observasi kulit/membrane mukosa untuk kekeringan, turgor.
d. Hilangkan tanda bau dari lingkungan
e. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit dengan sering dan
pertahankan tempat tidur kering dan bebas lipatan
f. Berikan :
Bentuk-bentuk cairan yang menarik (sari buah, sirup tanpa es, susu)
4. Diagnosa IV
Implementasi:
a. Tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainya (atas resep dokter)
b. Tidurkan anak ditempat yang agak jauh dari lampu (jangan tepat dibawah
lampu)
2.2.5 Evaluasi
Tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
1. Berhasil
Perilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.
2. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan
tujuan.
3. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan yang ada, maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu, Rubela
atau dikenal juga dengan nama Campak Jerman adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Rubella. Virus biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan
seperti hidung dan tenggorokan. Infeksi terjadi melalui mukosa saluran pernapasan
bagian atas. Hanya sedikit yang diketahui mengenai peristiwa yang terjadi selama
minggu ke-2 hingga ke-3 masa inkubasi. Gejala rubella yaitu pembengkakan pada
kelenjar getah bening, demam diatas 38 derajat Celsius, mata terasa nyeri dan
merah,ruam merah muda yang diawali pada wajah dengan cepat menyebar ke punggung
dan kemudian lengan dan kaki dan seluruh tubuh.
3.2 Saran
Sebagai petugas kesehatan kita hendaknya mampu serta sigap dalam mendeteksi
atau mendiagnosa pasien yang disertai dengan penyakit rubella agar tidak terjadi
komplikasi yang tidak diinginkan dan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, S. 2007. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Halimsyah. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika
J. Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: ECG

You might also like