Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
9. Bagaimana menggunakan/Memanfaatkan fasilitas & potensi yang ada di Masyarakat
?
10. Apa saja Indikator Desa Siaga Aktif ?
11. Apa Tugas utama bidan di komunitas ?
12. Apa tugas tambahan bidan di komunitas ?
13. Bagaimana Praktek Bidan Mandiri ?
14. Jelaskan isi dari PERMENKES no 1464 tahun 2010 ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Peran Serta Masyarakat ?
2. Mengetahui Dasar Filosofi Peran Serta Masyarakat ?
3. Mengetahui Elemen-Elemen PSM ?
4. Mengetahui Bentuk Bentuk dari PSM ?
5. Mengetahui Macam-Macam pendekatan PSM yang dapat digunakan sebagai strategi
pemecahan masalah ?
6. Mengetahui Faktor Pendukung & Penghambat dalam PSM ?
7. Mengetahui Pendekatan edukatif dalam PSM?
8. Mengetahui Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat ?
9. Mengetahui menggunakan/Memanfaatkan fasilitas & potensi yang ada di Masyarakat
?
10. Mengetahui saja Indikator Desa Siaga Aktif ?
11. Mengetahui Tugas utama bidan di komunitas ?
12. Mengetahui tugas tambahan bidan di komunitas ?
13. Mengetahui Praktek Bidan Mandiri ?
14. Mengetahui isi dari PERMENKES no 1464 tahun 2010
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(STATEGI DAN PELAYANAN KEBIDANAN DI KOMUNITAS)
3
pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasi yang
muncul dari diri kita. Sudrajad (2008).
2.4 Bentuk - Bentuk Peran Serta Masyarakat
A. Polindes
1. Definisi
Pondok bersalin Desa (POLINDES) adalah salah satu bentuk peran serta
masyarakat dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasukKB didesa (Depkes RI, 1999) polindes dirintis dan
dikelola oleh pamong desa setempat.
2. Tujuan Polindes
Umum : Digunakan untuk memperluas jangkauan peningkatan mutu dan
mendekatkan pelayanan KIA/KB oleh Bidan.
Khusus:
1. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan
2. Sebagai tempat pertolongan persalinan
3. Sebagai tempat pelayanan kesehatan lain
4. Sebagai tempat untuk konsultasi/pendidikan kesehatan
3. Fungsi Polindes
Ada tenaga bidan yang bekerja penuh sebagai pengelola polindes
Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas dan fungsi bidan
Bidan kit
IUD kit
Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil
Timbangan berat badan ibu dan pengukur tinggi badan
Infus set dan cairan dextrose 5%, nacl 0,9%
Obat-obatan sederhana dan uterotonika
Buku-buku pedoman kia, kb, dan pedoman kesehatan lainnya
Inkubator sederhana
Infuse set
4
Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain:
Penyediaan air bersih
Ventilasi cukup
Penerangan cukup
Tersedia sarana pembuangan air limbah.
Lingkungan pekarangan bersih
Ukuran minimal 3x4 meter persegi
Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan
mudah dijangkau oleh kendaraan roda empat.
Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum
(minimal satu tempat tidur)
4. Kegiatan di Polindes
1. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada ibu hamil
dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.Menolong persalinan normal
dan persalinan dengan resiko sedang.
2. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
3. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal,bayi,anak balita dan anak
prasekolah serta imunisasi dasar pada bayi.
4. Memberikan pelayanan KB.Mendeteksi dan memberikan pertolongan
pertama pada kehamilan dan persalinan yang berisiko tinggi baik ibu
maupun bayinya.
5. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader.
6. Merujuk kelainan kefasilitas kesehatan yang lebih mampu.
7. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader.
8. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta
peningkatan penggunaan ASI dan KB.
9. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas
setempat.
5
B. Pos Obat Desa
1. Pengertian
Pos Obat Desa adalah salah satu bentuk peran serta masyarakat berupa upaya
pengobatan sederhana bersumber daya masyarakat.
Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan
sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana.
2. Tujuan
Umum :
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong sendiri dibidang
kesehatan melalui penyediaan obat obatan dan pengobatan sendiri sebagai
pertolongan pertama secara aman dan tepat.
Khusus:
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang obat dan upaya pengobatan
sederhana terhadap penyakit ringan didaerah setempat, terutama di daerah
yang jauh dari pusat kesehatan
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan, melalui penyediaan obat dan pengobatan sendiri sebagai
pertolongan peratama secara aman dan tepat.
Tersedianya obat yang bermutu dengan harga terjangkau bagi masyarakat.
C. Dana upaya kesehatan masyarakat (DUKM)
1. Pengertian
Merupakan upaya dari, oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan
berdasarkan azas gotong royong dan bertujuan untuk meningkatkan taraf
kesehatan mereka melalui perhimpunan dana secara pra upaya guna menjamin
terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang meliputi upaaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabiltatif.
Pada dasarnya mencakup 3 hal pokok :
Adanya kesepakatan untuk mengumpulkan dan adengan prinsip gotong
royong.
Adanya upaya pengembangan bukti pemeliharaan kesehatan
Adanya system pengolahan dana
6
2. Tujuan
Umum :
Meningkatkan derajat jesehatan melalui supaya pemeliharaan kesehatan
perorang, keluarga dan masyarakat yang bersifat paripurna dan terjamin,
kesunambungan dan mutunya.
Khusus :
Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang paripurna, berhasil guna dan
berdaya guna bagi individu, keluarga dan masyarakat.
Tersedianya pembiayaan pra upaya yang dihimpun atas azas gotong
royong
Pengelolaan dana dan penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan dikelola
oleh organisasi atau badan hokum yang ditunjuk oleh masyarakat
3. Komponen Dana Sehat
Ada peserta dana sehat
Ada pelaksana pemeliharaan kesehatan
Ada organisasi atau badan hokum yang menyekenggarakan program dana
sehat
Ada pembina dana sehat yang terdiri dari unsur petugas pemerintah tokoh
masyarakat dan wakil anggota
4. Kebijakan operasional
Tumbuhkan dulu kesadaran bahwa kesehatan itu perlu biaya yang
berkesinambungan
Dimulai dari kelompok kecil
Lahir dari aktifitas setempat
Paket pelayanan yang disesuaikan
Pengembangan yang bertahap
D. Tabulin
Tabungan ini sifatnya insidensial, keberadaannya terutama pada saat mulainya
kehamilan dan dapat berakhir pada saat seorang ibu sudah melahirkan. Tabungan ini
akan sangat membantu terutama bagi ibu hamil dan keluarganya pada saat
menghadapi persalinan terutama masalah kendala biaya sudah dapat teratasi. Secara
7
psikologis ibu akan merasa tenang menghadapi saat persalinan dan karena
pengelolaan. Tabulin ini biasanya oleh tokoh masyarakat atau petugas kesehatan,
maka akan menjamin akses ibu kepada petugas kesehatan. Perlindungan pembiayaan
kesehatan sendiri seharusnya dimiliki setiap orang pada setiap fase kehidupannya.
Tujuan
Menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama ibu hamil
Memotivasi masyarakat terutama ibu hamil, menyisihkan sebagian
dananya untuk ditabung sebagai persiapan persalinan
Salah satu kegiatan isi adalah membuat tabungan ibu bersalin (Tabulin),
Tabulin adalah salah satu Program Kesehatan yang dinilai sangat positif langsung
menyentuh masyarakat. Tabungan yang bersifat sosial ini sangat membantu
warga, terutama mereka yang berekonomi lemah. Program ini sangat tepat dan
efektif dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Warga tidak akan
merasa terbebani dalam mendukung program tersebut karena penggalangan dana
tabungan dilakukan melalui pola jimpitan (sejenis iuran sukarela)
Tabungan Bersalin (Tabulin) sudah dimulai sebelum ada desa Siaga. Kita
menerangkan ke Ibu Hamil dan keluarganya tentang kegunaan Tabulin, meskipun
8
orang kaya. Justru orang kaya tersebut harus memberikan contoh kepada orang-
orang yang tidak mampu menabung, dan ibu hamil tersebut diberikan buku yang
dibawa setiap pemeriksaan. Tabungan itu dibentuk berdasarkan RW atau
Posyandu. Bila Posyandu di suatu tempat ada empat, maka tabungannya ada
empat di desa tersebut. Kita juga harus menentukan jumlah tabungan ibu hamil
setiap minggunya dan memberi penjelasan kepada ibu hamil betapa pentingnya
manfaat Tabulin sehingga ibu hamil mempunyai kesadaran untuk membayar
Tabulin. Banyak sekali hal yang sebenarnya kelihatan kecil atau sepele, seperti
menyiapkan tabungan, kemudian menyiapkan tetangga yang bisa mengantar pada
saat terjadinya persalinan secara tiba-tiba. Hal ini bisa menginspirasi banyak
masyarakat agar di masa mendatang Tabulin dapat tersosialiasai dengan baik di
masyarakat.
E. Dasolin
1. Pengertian
Dasolin adalah untuk masyarakat yang pasangan usia subur, juga ibu yang
mempunyai balita dianjurkan menabung yang kegunaan untuk membantu ibu
tersebut saat hamil lagi. Sedangkan Tabulin hanya untuk ibu hamil saja. Tapi
kalau misalkan Tabulinnya sedikit, bisa dibantu dengan Dasolin tersebut. Dasolin
merupakan suatu upaya pemeliharaan kesehatan diri, oleh, dan untuk masyarakat
yang diselenggarakan berdasarkan azas usaha bersama dan kekeluargaan dengan
pembiayaan secara pra upaya dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat terutama ibu hamil. Ciri khas Dasolin adalah dana yang berasal dari
masyarakat dalam bentuk uang atau modal dan benda yang dikelola oleh
masyarakat untuk kepentingan dan kesehatan masyarakat terutama ibu hamil.
2. Tujuan Dasolin :
9
Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, berhasil guna
dan berdaya guna.
Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atu azas gotong
royong
Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan efektif oleh lembaga
organisasi masyarakat yang melindungi kepentingan peserta
Dasolin tidak hanya semata membiayai pemeliharaan kesehatan,
melainkan juga berusaha meningkatkan kemampuan hidup sehat anggota
masyarakat terutama ibu hamil.
Dasolin merupakan salah satu bentuk peran serta dan kemandirian
masyarakat dalam bidang kesehatan. Penyelenggaraan dipelihara melalui
kelompok masyarakat yang terorganisasi seperti RT/RW. LKMD/PKK,
Paguyuban, Pengajian, Koperasi dan lain-lain.
3. Ciri penyelenggaraan :
10
Konstribusi dana dapat berasal dari keluarga atau ibu rumah tangga. sebagai
peserta Dasolin disini ibu dan keluarga. Sebagai pelaksana pelayanan adalah
tenaga kesehatan terutama bidan, dokter dan perawat.
F. Dana Sehat
Dana Sehat sudah lama dikembangkan di Indonesia jauh sebelum program
JPKM dicanangkan. Sejak pendekatan PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa) digunakan pada tahun 1974, Dana Sehat telah mulai
marak, meskipun masih dalam bentuk yang sederhana. Bersamaan dengan
keberhasilan pembangunan ekonomi Indonesia, demand masyarakat
terhadap kesehatan masyarakat makin meningkat. Sejalan dengan itu
terjadi perkembangan yang menarik, yakni meluasnya keinginan
membentuk Dana Sehat dan membesarnya liputan wilayah Dana Sehat.
Bila dulu Dana Sehat hanya terbatas pada desa, kini sudah mulai
merambah ketingkat kecamatan bahkan kabupaten. Institusi
penyelenggara Dana Sehat juga mulai beragam, ada pola PKMD, pola
UKS, pola Koperasi, pola UKK, pola Pondok Pesantren, pola PKK, pola
LSM, kelompok agama, pola perusahaan swasta, dan lain-lain
Jenis intervensi Pada Tiap Kategori Dana Sehat
Dana Sehat pratama I, II, III, jenis intervensi yang bisa dilakukan
adalah meningkatkan frekuensi dan intensitas KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) dari petugas pembina kepada para pengurus
Dana Sehat.
Dana Sehat madya, jenis intervensinya adalah pelatihan manajemen
operasional Dana Sehat. Pelatihan ini berkaitan dengan pengelolaan
Dana Sehat secara keseluruhan, termasuk manajemen keuangannya.
Dana Sehat purnama, jenis intervensinya adalah pelatihan JPKM,
sebagai persiapan Dana Sehat tersebut untuk bergabung atau
meningkatkan statusnya menjadi JPKM.
11
G. Poskestren
1. Pengertian
Poskestren adalah Pesantren yang memiliki kesiapan dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah- masalah kesehatan,
secara mandiri sesuai dengan kemampuannya.
2. Tujuan
Tujuan Umum
Terwujudnya pesantren yang sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan diwilayah pesantrennya.
Tujuan Khusus
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran santri dan guru tentang
pentingnya kesehatan.
Meningkatnya santri dan guru yang melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat.
Meningkatnya kesehatan lingkungan di pesantren.
Meningkatnya kemampuan dan kemauan santri untuk menolong diri
sendiri dibidang kesehatan
3. Sasaran Pengembangan Poskestren
Untuk mempermudah strategi intervensi, sasaran pengembangan Poskestren
dibedakan menjadi tiga jenis sasaran, yaitu :
1. Semua individu santri, guru serta pengurus pesentren serta keluarganya
yang tinggal di lingkungan pesantren, yang diharapkan mampu
melaksanakan hidup sehat, serta peduli dan tanggap terhadap
permasalahan kesehatan di lingkungan pesantren.
2. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku
individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
perubahan perilaku tersebut, seperti pimpinan pesantren, pengurus
yayasan serta petugas kesehatan.
3. Pihak-pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan,
peraturan, dana, tenaga, sarana dan lain-lain, Camat, para pejabat terkait,
swasta, para donatur dan pemangku kepentingan lainnya
12
2.5 Macam - Macam Pendekatan Peran Serta Masyarakat Yang Dapat Digunakan Sebagai
Strategi Pemecahan Masalah
Pendekatan masyarakat, diperlukan untuk memperoleh simpati masyarakat
Pengorganisasian masyarakat dan bentukan tim
Survei Diri
Perencanaan Program
Training (Pelatihan)
Rencana Evaluasi
2.6 Faktor Pendukung & Faktor Penghambat Dalam Peran Serta Masyarakat
Faktor pendukung pengorganisasian komunitas
Faktor internal
1. Tersedianya sumber dana yang tetap
2. Semangat dan kesadaran pengurus organisasi di masyarakat itu sendiri
3. Adanya potensi sumber daya pengurus yang beragam
4. Memiliki fasilitas-fasilitas yang cukup memadai
Faktor eksternal
1. Adanya hubungan antar masyarakat yang cukup baik
2. Dukungan dari masyarakat terhadap kegiatan di organisasi
3. Kondisi birokrasi tingkat kampung yang kooperatif.
Faktor penghambat pengorganisasian komunitas
Faktor internal
1. Kurangnya konsistensi sebagian pengurus
2. Komunikasi yang kurang efektif baik secara personal maupun struktural
3. Pengelolaan SDM yang masih kurang memadai baik kecakapan maupun
manajerial
4. Banyak pengurus yang memiliki pekerjaan di luar organisasi, dan lebih
mementingkan pekerjaan utamanya
5. Kurangnya wawasan tentang organisasi.
Faktor eksternal
1. Kontrol diri dan sosial masyarakat terhadap lingkungan lemah
13
2. Kurangnya keterikatan pemuda secara struktural dan kultural di dalam organisasi
masyarakat.
2.7 Pendekatan Edukatif Dalam Peran Serta Masyarakat
Pendekatan edukatif secara umum adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis terencana dan terarah dengan partisipasi aktif dari individu kelompok
maupun masyarakat umum, untuk memecahkan masalah yang dirasakan oleh
masyarakat dengan mempertimbangkan factor-faktor social ekonomi dan budaya.
Pendekatan edukatif secara khusus adalah satu bentuk atau model dari pelaksanaan
orgabisasi social masyarakat dalam memecahkan masalah yang dirasakan oleh
masyarakat dengan pokok penekanan pada :
Pemecahan masalah dan proses pemecahan masalah.
Pengembangan provider merupakan bagian dari proses pengembangan
masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan pendekatan edukatif adalah :
Memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat
Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk dapat memecahkan
masalahnya sendiri secara swadaya dan gotong royong.
2.8 Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat
Pelayanan kebidanan komunitas memberikan pelayanan dimana bidan melakukan
kunjungan ke pasien yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit
bukan merupakan kebidanan komunitas karena pelayanan klinis (pasien
mengunjungi/meminta pelayanan, pelayanan berorientasi pada pelayanan kuratif). Bidan di
masyarakat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain antara lain dengan dokter perawat
maternal. Peran nyata bidan di komunitas adalah home visite dalam memberikan pelayanan
ANC, INC, dan PNC. Peran bidan sebagai pelayanan, pendidik, pengelola dan peneliti
dimana bidan harus mampu menggerakkan masyarakat agar mau menjaga kesehatan dan
bidan harus mampu mengelola upaya-upaya masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
14
2.9 Menggunakan/ Memanfaatkan Fasilitas Yang Ada Di Masyarakat
Fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat yaitu sumber daya alam / potensi desa, dan
sumber daya manusia/kader kesehatan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu
dan anak di komuniti perlu memperhatikan factor lingkungan antara lain:
Lingkungan Sosial
Masyarakat yang berada di dalam komuniti memiliki ikatan social,
budaya. Dukun penolong persalinan sangat dekat dengan masyarakat terutama di
kalangan keluarga di desa oleh karena menggunakan pendekatan social budaya
sewaktu memberi pelayanan. Bidan dalam memberikan pelayanan kepada ibu
hamil dan bersalin diupayakan tidak bertentangan dengan kebiasaan, adapt
istiadat, kepercayaan dan agama di masyarakat. Oleh karena itu peran serta
masyarakat memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kesehatan ibu,
anak balita, keluarga serta keluarga berencana. Peran serta masyarakat ini selalu
digerakkan dan ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan
15
dengan petugas gizi dan pertanian diperlukan di dalam peningkatan gizi
masyarakat.
2.10 8 Indikator Desa Siaga
1. Forum Masyarakat Desa2.
2. Sarana Yankesdas3.
3. UKBM Siaga Maternal dan Posyandu4.
4. Surveilan Berbasis Masyarakat5.
5. Sistem Kesiapan Gawat Darurat dan Bencana Berbasis Masyarakat6.
6. Upaya Menciptakan Lingkungan Sehat7.
7. Upaya Menciptakan Terwujudnya PHBS8.
8. Upaya Menciptakan Terwujudnya Kadarzi
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
(TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DI KOMUNITAS)
17
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem
reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga.
Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melibatkan klien/keluarga.
Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien/keluarga.
Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidananan
Pengelola pelayanan KIA/KB.
Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.
Melaksanakan bimbingan/penyuluhan, pendidikan pada klien, masyarakat dan
tenaga kesehatan termasuk siswa bidan/keperawatan, kader, dan dukun bayi yang
berhubungan dengan KIA/KB.
Penelitian dalam asuhan kebidanan.
Melaksanakan penelitian secara mandiri atau bekerjasama secara kolaboratif
dalam tim penelitian tentang askeb.
3.3 Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas
1. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan.
2. Mengelola dan memberikan obat - obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya.
3. Survailance penyakit yang timbul di masyarakat.
4. Menggunakan tehnologi tepat guna kebidanan.
3.4 Bidan Praktek Mandiri
1. Pengertian
Bidan praktek mandiri (BPM) adalah suatu institusi pelayanan kesehatan secara
mandiri yang memberikan asuhan dalam lingkup praktik kebidanan. Praktik
kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberikan pelayanan atau
asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan menejemen kebidanan.
Bidan Praktek Mandiri (BPM) adalah Bidan yang memiliki Surat Ijin Praktek Bidan
(SIPB) sesuai dengan persyaratan yang berlaku, dicatat (register) diberi izin secara
sah dan legal untuk menjalankan praktek kebidanan mandiri
Bidan Praktek Mandiri (BPM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan dibidang
kesehatan dasar. Praktek bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai
dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan praktek harus
18
memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek pada
sarana kesehatan atau program. (Imamah, 2012 : 01). Bidan praktek mandiri
mempunyai tanggung jawab besar karena harus mempertanggungjawabkan sendiri
apa yang dilakukan. Dalam hal ini Bidan Praktek Mandiri menjadi pekerja yang
bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. (Sofyan, dkk. 2006)
BPM selain berfungsi tempat pelayanan masyarakat terutama ibu dan anak,
hendaknya dapat pula berfungsi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat yang juga
berperan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat, misalnya:
Kegiatan posyandu
Membina posyandu
Membia kader
Membina dukun
Menjadi ibu asuh
Membina dasa wisma
Menjadi anggota organisasi kemasyarakatan
19
Peralatan yang wajib dimilki dalam menjalankan praktek bidan sesuai dengan
jenis pelayanan yang diberikan .
Dalam menjalankan tugas bidan harus serta mempertahankan dan meningkatkan
keterampilan profesinya antara lain dengan :
Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar
informasi dengan sesama bidan .
Mengikuti kegiatan-kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang
tugasnya, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun oleh organisasi
profesi.
Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktek agar
tetap siap dan berfungsi dengan baik.
Persyaratan Bangunan, meliputi :
Papan nama
Untuk membedakan setiap identitas maka setiap bentuk pelayan medik
dasar swasta harus mempunyai nama tertentu, yang dapat diambil dari
nama yang berjasa dibidang kesehatan, atau yang telah meninggal atau
nama lain yang sesuai dengan fungsinya.
Ukuran papan nama seluas 1 x 1,5 meter.
Tulisan blok warna hitam, dan dasarnya warna putih.
Pemasangan papan nama pada tempat yang mudah dan jelas mudah
terbaca oleh masyarakat .
Tata ruang
Setiap ruang priksa minimal memiliki diameter 2 x 3 meter.
Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang priksa, ruang
adsministrasi/kegiatan lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu, dan kamar
mandi/WC masing-masing 1 buah.
Semua ruangan mempunyai ventilasi dan penerangan/pencahayaan.
Lokasi
Mempunyai lokasi tersendiri yang telah disetujui oleh pemerintah
daerah setempat (tata kota), tidak berbaur dengan kegiatan umum
lainnya seperti pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan sejenisnya.
20
Tidak dekat dengan lokasi bentuk pelayanan sejenisnya dan juga agar
sesuai fungsi sosialnya yang salah satu fungsinya adalah mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Hak dan guna pakai.
Mempunyai surat kepemilikan (surat hak milik/surat hak guna pakai)
Mempunyai surat hak guna (surat kontrak bangunan) minimal 2 tahun.
3.5 Wewenang Bidan Menurut PERMENKES no 1464 tahun 2010
BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN.
No. 501, 2010
Praktik Bidan. Penyelenggaraan.
21
Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan kembali Peraturan Menteri Kesehatan tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan;
Mengingat:
1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambaran Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637);
6) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
22
7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 439/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
8) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
Profesi Bidan;
9) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar
Asuhan Kebidanan;
10) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1) Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif, yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
3) Surat Tanda Registrasi, selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan
oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki sertifikat
kompetensi.
23
4) Surat Izin Kerja Bidan, selanjutnya disingkat SIKB adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan.
5) Surat Izin Praktik Bidan, selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik bidan
mandiri.
6) Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar operasional
prosedur.
7) Praktik mandiri adalah praktik bidan swasta perorangan.
8) Organisasi profesi adalah Ikatan Bidan Indonesia (IBI).
BAB II
PERIZINAN
Pasal 2
(1)Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2)Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III (D III)
Kebidanan.
Pasal 3
(1)Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki SIKB.
(2)Setiap bidan yang menjalankan praktik mandiri wajib memiliki SIPB.
(3)SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) berlaku untuk 1 (satu)
tempat.
Pasal 4
1) Untuk memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Bidan harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota dengan
melampirkan:
a.fotocopy STR yang masih berlaku dan dilegalisasi;
24
b.surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik;
c.surat pernyataan memiliki tempat kerja di fasilitas pelayanan kesehatan atau tempat
praktik;
d.pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
e.rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk;
dan
f.rekomendasi dari organisasi profesi.
2) Kewajiban memiliki STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Apabila belum terbentuk Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), Majelis Tenaga
Kesehatan Provinsi (MTKP) dan/atau proses STR belum dapat dilaksanakan, maka Surat
Izin Bidan ditetapkan berlaku sebagai STR.
4) Contoh surat permohonan memperoleh SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Formulir I terlampir.
5) Contoh SIKB sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir.
6) Contoh SIPB sebagaimana tercantum dalam Formulir III terlampir.
Pasal 5
1) SIKB/SIPB dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
2) Dalam hal SIKB/SIPB dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota maka
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e tidak diperlukan.
3) Permohonan SIKB/SIPB yang disetujui atau ditolak harus disampaikan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota atau dinas kesehatan kabupaten/kota kepada pemohon dalam
waktu selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
Pasal 6
Bidan hanya dapat menjalankan praktik dan/atau kerja paling banyak di 1 (satu) tempat
kerja dan 1 (satu) tempat praktik.
Pasal 7
1) SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat diperbaharui kembali jika
habis masa berlakunya.
25
2) Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
pemerintah daerah kabupaten/kota setempat dengan melampirkan:
a) Fotokopi SIKB/SIPB yang lama;
b) Fotokopi STR;
c) Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik
d) Pas foto berwarna terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar;
e) Rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau pejabat yang
ditunjuk sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e; dan
f) Rekomendasi dari organisasi profesi.
Pasal 8
SIKB/SIPB dinyatakan tidak berlaku karena:
a.tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB.
b.masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang.
c.dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin.
BAB III
PENYELENGGARAAN PRAKTIK
Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi:
a.pelayanan kesehatan ibu;
b.pelayanan kesehatan anak; dan
c.pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 10
(1)Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan.
(2)Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
26
a.pelayanan konseling pada masa pra hamil;
b.pelayanan antenatal pada kehamilan normal;
c.pelayanan persalinan normal;
d.pelayanan ibu nifas normal;
e.pelayanan ibu menyusui; dan
f.pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
(3)Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk:
a.episiotomi;
b.penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
c.penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d.pemberian tablet Fe pada ibu hamil;
e.pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
f.fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif;
g.pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum;
h.penyuluhan dan konseling;
i.bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j.pemberian surat keterangan kematian; dan
k.pemberian surat keterangan cuti bersalin.
Pasal 11
(1)Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan pada bayi
baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
(2)Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk:
a.melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi
menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari),
dan perawatan tali pusat;
b.penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
c.penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d.pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e.pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah;
27
f.pemberian konseling dan penyuluhan;
g.pemberian surat keterangan kelahiran; dan
h.pemberian surat keterangan kematian.
Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk:
a.memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana; dan
b.memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Pasal 13
(1)Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 Bidan
yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
a.pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan
alat kontrasepsi bawah kulit;
b.asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di
bawah supervisi dokter;
c.penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan;
d.melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia
sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
e.pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;
f.melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
g.melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
h.pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA)
melalui informasi dan edukasi; dan
i.pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.
(2)Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan
anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan
28
Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan
yang dilatih untuk itu.
Pasal 14
(1)Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
(2)Daerah yang tidak memiliki dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kecamatan
atau kelurahan/desa yang ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
(3)Dalam hal daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terdapat dokter, kewenangan
bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku.
Pasal 15
(1)Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota menugaskan bidan praktik mandiri tertentu untuk
melaksanakan program Pemerintah.
(2)Bidan praktik mandiri yang ditugaskan sebagai pelaksana program pemerintah berhak atas
pelatihan dan pembinaan dari pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota.
Pasal 16
(1)Pada daerah yang belum memiliki dokter, Pemerintah dan pemerintah daerah harus
menempatkan bidan dengan pendidikan minimal Diploma III Kebidanan.
(2)Apabila tidak terdapat tenaga bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah dan
pemerintah daerah dapat menempatkan bidan yang telah mengikuti pelatihan.
(3)Pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab menyelenggarakan pelatihan
bagi bidan yang memberikan pelayanan di daerah yang tidak memiliki dokter.
Pasal 17
(1)Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi:
a.memiliki tempat praktik, ruangan praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan, serta
peralatan untuk menunjang pelayanan kesehatan bayi, anak balita dan prasekolah yang
memenuhi persyaratan lingkungan sehat;
b.menyediakan maksimal 2 (dua) tempat tidur untuk persalinan; dan
29
c.memiliki sarana, peralatan dan obat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(2)Ketentuan persyaratan tempat praktik dan peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Pasal 18
(1)Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk:
a.menghormati hak pasien;
b.memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;
c.merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat waktu;
d.meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
e.menyimpan rahasia pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan;
f.melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis;
g.mematuhi standar; dan
h.melakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan
kelahiran dan kematian.
(2)Bidan dalam menjalankan praktik/kerja senantiasa meningkatkan mutu pelayanan profesinya,
dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
(3)Bidan dalam menjalankan praktik kebidanan harus membantu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Dalam melaksanakan praktik/kerja, bidan mempunyai hak:
a.memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan praktik/kerja sepanjang sesuai dengan
standar;
b.memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya;
c.melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan standar; dan
d.menerima imbalan jasa profesi.
30
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 20
(1)Dalam melakukan tugasnya bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.
(2)Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke Puskesmas wilayah tempat
praktik.
(3)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk bidan yang bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 21
(1)Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melakukan
pembinaan dan pengawasan dengan mengikutsertakan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia,
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi, organisasi profesi dan asosiasi institusi pendidikan yang
bersangkutan.
(2)Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan, keselamatan pasien dan melindungi masyarakat terhadap segala
kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
(3)Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melaksanakan pembinaan dan pengawasan
penyelengaraan praktik bidan.
(4)Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus membuat pemetaan tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa serta
menetapkan dokter puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervisi terhadap bidan di
wilayah tersebut.
Pasal 22
31
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan wajib melaporkan bidan yang bekerja dan yang berhenti
bekerja di fasilitas pelayanan kesehatannya pada tiap triwulan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada organisasi profesi.
Pasal 23
(1)Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, Menteri,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan tindakan
administratif kepada bidan yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan
praktik dalam Peraturan ini.
(2)Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a.teguran lisan;
b.teguran tertulis;
c.pencabutan SIKB/SIPB untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau
d.pencabutan SIKB/SIPB selamanya.
Pasal 24
(1)Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat memberikan sanksi berupa rekomendasi pencabutan
surat izin/STR kepada kepala dinas kesehatan provinsi/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
(MTKI) terhadap Bidan yang melakukan praktik tanpa memiliki SIPB atau kerja tanpa memiliki
SIKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2).
(2)Pemerintah daerah kabupaten/kota dapat mengenakan sanksi teguran lisan, teguran tertulis
sampai dengan pencabutan izin fasilitas pelayanan kesehatan sementara/tetap kepada pimpinan
fasilitas pelayanan kesehatan yang mempekerjakan bidan yang tidak mempunyai SIKB.
32
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
(1)Bidan yang telah mempunyai SIPB berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
dinyatakan telah memiliki SIPB berdasarkan Peraturan ini sampai dengan masa berlakunya
berakhir.
(2)Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperbaharui SIPB apabila Surat Izin
Bidan yang bersangkutan telah habis jangka waktunya, berdasarkan Peraturan ini.
Pasal 26
Apabila Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) dan Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi
(MTKP) belum dibentuk dan/atau belum dapat melaksanakan tugasnya maka registrasi bidan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan.
Pasal 27
Bidan yang telah melaksanakan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan sebelum ditetapkan
Peraturan ini harus memiliki SIKB berdasarkan Peraturan ini paling selambat-lambatnya 1 (satu)
tahun sejak Peraturan ini ditetapkan.
Pasal 28
Bidan yang berpendidikan di bawah Diploma III (D III) Kebidanan yang menjalankan praktik
mandiri harus menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan ini selambat-lambatnya 5 (lima) tahun
sejak Peraturan ini ditetapkan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku:
33
a.Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik
Bidan sepanjang yang berkaitan dengan perizinan dan praktik bidan; dan
b.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 30
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
4 Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 4 Oktober 2010
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
35
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/266516266/8-INDIKATOR-DESA-SIAGA-pdf
https://www.scribd.com/doc/144860368/Tugas-Dan-Tanggung-Jawab-Bidan-Di-Komunitas
https://books.google.com/books?isbn=9794489379
https://www.academia.edu/12753236/BIDAN_PRAKTEK_MANDIRI
https://www.academia.edu/8264961/Makalah_Peran_serta_masyarakat_PSM_
36