You are on page 1of 25

Asuhan Keperawatan Tumor Otak

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor ialah Istilah umum yang mencakup setiap pertumbuhan benigna (jinak) dalam setiap
bagian tubuh. Pertmbuhan ini tidak bertujuan, bersifat parasit dan berkembang dengan
mengorbankan manusia yang menjadi hospesnya. (Sue Hinchliff, kamus Keperawatan, 1997).
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standart asuhan Keperawatan St. Carolus, 2000).
Tumor susunan saraf pusat ditemukan sebanyak 10% dari neoplasma seluruh tubuh,
dengan frekwensi 80% terletak pada intrakranial dan 20% di dalam kanalis spinalis. Di Amerika
di dapat 35.000 kasus baru dari tumor otak setiap tahun, sedang menurut Bertelone, tumor primer
susunan saraf pusat dijumpai 10% dari seluruh penyakit neurologi yang ditemukan di Rumah
Sakit Umum. Di Indonesia data tentang tumor susunan saraf pusat belum dilaporkan.Insiden
tumor otak pada anak-anak terbanyak dekade 1, sedang pada dewasa pada usia 30-70 dengan
puncak usia 40-65 tahun.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding perempuan
(39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun (31,85 persen); selebihnya
terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135
penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penulis dan lainnya (26,9
persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-
tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum,
brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA),
jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari
berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel kita memiliki mekanisme perbaikan DNA
(DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis
jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang
ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus
dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu
terjadinya kanker.
Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur.
Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan
dengan kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan
maupun radioterapi. Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan
lokasi / lesi tertentu di otak. Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist,
gangguan kognitif, gangguan tidur dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara klinis sukar
membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna, karena gejala yang timbul
ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi
intrakranial dan efek masa tumor ke jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat
adanya gangguan cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi
intrakranial dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini
CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor otak benigna atau
maligna dengan pemeriksaan patologi-anatomi.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana terapi dan penatalaksanaan pasien dengan tumor otak ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan umum
Menjelaskan terapi dan penatalaksanaan pasien dengan tumor otak.
Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi definisi dari tumor otak.
2. Mengidentifikasi etiologi dari tumor otak.
3. Mengidentifikasi patofisiologi dari tumor otak.
4. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari tumor otak.
5. Mengidentifikasi komplikasi dari tumor otak.
6. Mengidentifikasi pemeriksaan penunjang dari tumor otak.
7. Mengidentifikasi penatalaksanaan dari tumor otak.
8. Mengidentifikasi prognosa dari tumor otak.

1.4 Manfaat Penulisan


Bagi mahasiswa
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan membuat asuhan
keperawatan pada klien dengan tumor otak, serta mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan.
Bagi institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan.

BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Anatomi Fisiologi Otak
Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memeperlihatkan tiga gejala pembesaran. Otak awal, yang disebut otak depan,
otak tengah, dan otak belakang. Otak depan, menjadi belahan otak (hemisperium cerebri), korpus
striatum dan talami (talamus dan hipotalamus). Otak tengah (diencepalon). Otak belakang,
tersusun atas pons varolii, medulla oblongata, serebellum. Ketiga bagian dari otak belakang
inilah yang disebut dengan batang otak.
Serebrum mengisi bagian depan dan atas rongga tengkorak. Yang masing-masing disebut
fosa kranialis anterior dan fosa kranialis tengah. Serebrum terdiri dari dua belahan (hemisfer)
besar sel saraf (substansi kelabu) dan serabut saraf (substansi putih). Lapisan luar substansi
kelabu disebut korteks. Kedua hemisfer otak itu dipisahkan oleh celah yang dalam, tapi bersatu
kembali pada bagian bawahnya melalui korpus kolosum, yaitu massa substansia putih yang
terdiri dari serabut saraf. Disebelah bawahnya lagi terdapat kelompok-kelompok substansia
kelabu atau ganglia basalis.
Fisura-fisura dan sulkus-sulkus membagi hemisfer otak menjadi beberapa daerah. Kortex
serebri bergulung-gulung dan terlipat secara tidak teratur, sehingga memungkinkan luas
permukaan substansia kelabu bertambah. Lekukan diantara gulungan-gulungan itu disebut
sulkus, dan sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinalis dan lateralis. Fisura-fisura
dan sulkus-sulkus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau lobus yang letaknya sesuai
dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis, temporalis, parietalis, dan
oksipitalis.
Kortex serebri terdiri dari banyak lapisan sel saraf yang adalah substansi kelabu serebrum.
Kortex serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur dan
dengan demikian menambah daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti melihat
sebuah benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujungnya yang sebenarnya.
Substansia putih terletak agak lebih dalam dan terdiri atas serabut saraf milik sel-sel pada kortex.
Sebagaimana telah diuraikan di depan, beberapa kelompok kecil substansi kelabu yang
disebut ganglia atau nuklei basalis, terbenam dalam massa sunstansi putih pada setiap hemisfer
otak. Dua dari antaranya adalah nukleus kaudatus dan nukleus lentiformis, dan keduanya
bersama membentuk korpus striatum. Struktur lain berhubungan erat dengan massa substansi
kelabu yang lain, yaitu talamus yang terletak di tengah- tengah struktur itu.
Kapsula interna terbentuk oleh berkas-berkas serabut motorik dan sensorik yang
menyambung kortex serebri dengan batang otak dan sumsum tulang belakang. Pada saat
melintasi pulau-pulau substansi kelabu, berkas-berkas saraf ini berpadu sama lain dengan
eratnya. Trombosis arteri yang melayani kapsula interna, dapat menimbulkan kerusakan pada
salah satu sisi tubuh (hemiplegia). Kerusakan serebrovaskuler seperti itu disebut stroke.
Batang Otak terdiri dari otak tengah (midbrain), pons varolli, dan medulla oblongata.
Otak Tengah merupakan bagian atas batang otak. Aqueductus serebri yang
menghubungkan ventrikel ketiga dan keempat melintasi melalui otak tengah ini. Otak tengah
mengandung pusat-pusat yang megendalikan keseimbangan dan geraka-gerakan mata.
Pons varoli merupakan bagian tengah batang otak dan karena itu memiliki jalur lintas naik
dan turun seperti pada otak tengah. Selain itu juga terdapat banyak serabut yang berjalan
menyilang pons untuk menghubungkan kedua lobus serebellum dan menghubungkan serebellum
dengan kortex serebri.
Medulla oblongata membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons
dengan sumsum tulang belakang. Medulla oblongata terletak dalam frosa kranilis posterior dan
bersatu dengan sumsum tulang belakang tepat di bawah foramen magnum tulang oksipital.
Serebelum adalah bagian terbesar dari otak belakang. Serebelum menempati fosa kranilis
posterior dan diatapi oleh tentorium-serebili, yang merupakan lipatan dura mater yang
memisahkannya dari lobus oksipitalis serebri. Fungsi serebellum adalah untuk mengatur sikap
dan aktivitas sikap badan. Serebelum berperanan sangat penting dalam koordinasi otot dan
menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko spinal yang melintas dari kortex serebri ke sumsum
tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan demikian mengendalikan gerakan sisi yang
lain dari tubuh, maka hemisfer serebeli mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.
Aliran darah yang menuju otak berasal dari dua buah arteri karotis dan sebagian berasal
dari arteri vertebralis. Kedua arteri vertebralis bergabung membentuk arteri basilaris otak
belakang dan arteri ini berhubungan dengan kedua arteri karotis interna yang juga berhubungan
satu dengan lainnya membentuk suatu sirkulus Willisi. Dengan demikian terjadilah jalinan
kolateral yang cukup besar pada arteri- arteri besar yang mengurus jaringan otak. Adanya
kolateral yang besar ini, maka pada orang muda kedua arteri karotis biasanya dapat disumbat
tanpa menimbulkan efek yang merugikan fungsi serebral. Sedangkan pada orang tua, arteri besar
pada dasar otak sering mengalami sklerosis dan menyumbat arteri karotis, sehingga penyediaan
darah ke otak berkurang sedemikian rupa sampai terjadi gangguan fungsi serebral.
Terdapat beberapa hal yang mengatur aliran darah otak, yakni

1. Pengaturan metabolisme
Bila metabolisme neuronal meningkat, produk CO2 akan meningkat, sedangkan pH ekstra
seluler akan menurun sehingga terjadi vasodilatasi serebral yang menyebabkan peningkatan
aliran darah.

2. Autoregulasi serebral
Pengaturan ini merupakan kapasitas bawaan pembuluh darah untuk mempertahankan
aliran darah otak. Pembuluh darah otak menyesuaikan lumennya pada ruang lingkupnya
sedemikian rupa, sehingga aliran darah menetap, walaupun tekanan perfusi berubah. Pengaturan
diameter lumen ini di sebut autoregulasi. Walaupun teori ini cukup menarik, tetapi terdapat
bukti-bukti yang menunjukkan pengaruh faktor neurogenik pada autoregulasi ini.

3. Pengaturan neurogenik
Peran faktor neurogenik telah dibuktikan yakni berupa pengawasan susunan saraf otonom
yang terletak di batang otak dan diensefalon, serta inervasi alfa dan beta adrenergik dan
kolinergik. Adrenergik alfa bersifat vasokonstriktif, sedangkan adrenergik beta dan kolinergik
mengakibatkan vasodilatasi. Peningkatan aliran darah hemisferik dapat disebabkan oleh
perangsangan formasio retikularis. Agaknya hal ini diakibatkan oleh peran faktor neurogenik dan
akibat meningkatnya metabolisme otak.
2.1.1 Autoregulasi Serebral
Tekanan intrakranial (TIK) didefiniskan sebagai tekanan dalam rongga kranial dan
biasanya diukur sebagai tekanan dalam ventrikel lateral otak. Tekanan intrakranial normal adalah
0-15 mmHg. Nilai diatas 15 mmHg dipertimbangkan sebagai hipertensi intrakranial atau
peningkatan tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu otak
(sekitar 80% dari volume total), cairan serebrospinal (sekitar 10%) dan darah (sekitar 10%).
MonroKellie doktrin menjelaskan tentang kemampuan regulasi otak yang berdasarkan volume
yang tetap. Selama total volume intrakranial sama, maka TIK akan konstan. Peningkatan volume
salah satu faktor harus diikuti kompensasi dengan penurunan faktor lainnya supaya volume tetap
konstan. Perubahan salah satu volume tanpa diikuti respon kompensasi dari faktor yang lain akan
menimbulkan perubahan TIK. Beberapa mekanisme kompensasi yang mungkin antara lain
cairan serebrospinal diabsorpsi dengan lebih cepat atau arteri serebral berkonstriksi menurunkan
aliran darah otak.
Salah satu hal yang penting dalam TIK adalah tekanan perfusi serebral/cerebral perfusion
pressure (CPP). CPP adalah jumlah aliran darah dari sirkulasi sistemik yang diperlukan untuk
memberi oksigen dan glukosa yang adekuat untuk metabolisme otak. CPP dihasilkan dari
tekanan arteri sistemik rata-rata dikurangi tekanan intrakranial, dengan rumus CPP = MAP
ICP. CPP normal berada pada rentang 60-100 mmHg. MAP adalah rata-rata tekanan selama
siklus kardiak. MAP = Tekanan Sistolik + 2X tekanan diastolik dibagi 3. Jika CPP diatas 100
mmHg, maka potensial terjadi peningkatan TIK. Jika kurang dari 60 mmHg, aliran darah ke otak
tidak adekuat sehingga hipoksia dan kematian sel otak dapat terjadi. Jika MAP dan ICP sama,
berarti tidak ada CPP dan perfusi serebral berhenti, sehingga penting untuk mempertahankan
kontrol ICP dan MAP.
Otak yang normal memiliki kemampuan autoregulasi, yaitu kemampuan organ
mempertahankan aliran darah meskipun terjadi perubahan sirkulasi arteri dan tekanan perfusi.
Autoregulasi menjamin aliran darah yang konstan melalui pembuluh darah serebral diatas
rentang tekanan perfusi dengan mengubah diameter pembuluh darah dalam merespon perubahan
tekanan arteri. Pada klien dengan gangguan autoregulasi, beberapa aktivitas yang dapat
meningkatkan tekanan darah seperti batuk, suctioning, dapat meningkatkan aliran darah otak
sehingga juga meningkatkan tekanan TIK.
2.2 Definisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price, A. Sylvia, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang
(medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer
maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate,
ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
Tekanan intra kranial ( TIK ) adalah suatu fungsi nonlinier dari fungsi otak, cairan
serebrospinal (CSS) dan volume darah otak sehingga. Sedangkan peningkatan intra kranial
(PTIK) dapat terjadi bila kenaikan yang relatif kecil dari volume otak, keadaan ini tidak akan
cepat menyebabkan tekanan tinggi intrakranial, sebab volume yang meninggi ini dapat
dikompensasi dengan memindahkan cairan serebrospinal dari rongga tengkorak ke kanalis
spinalis dan volume darah intrakranial akan menurun oleh karena berkurangnya peregangan
durameter. Hubungan antara tekanan dan volume ini dikenal dengan complience. Jadi jika otak,
darah dan cairan serebrospinal volumenya terus menerus meninggi, maka mekanisme
penyesuaian ini akan gagal dan terjadi peningkatan intrakranial yang mengakibatkan herniasi
dengan gagal pernapasan dan gagal jantung serta kematian.
2.3 Klasifikasi
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan jenis tumor
a. Jinak : acoustic neuroma, meningioma, pituitary adenoma, astrocytoma ( grade I ).
b. Malignant : astrocytoma ( grade 2,3,4 ), oligodendroglioma, apendymoma.
b. Berdasarkan lokasi
a. Tumor intradural
Ekstramedular : cleurofibroma, meningioma
Intramedular : apendymoma, astrocytoma, oligodendroglioma, hemangioblastoma
b. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru-paru, ginjal
dan lambung.
2.4 Etiologi
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis
tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan
baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada
bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. sisa-sisa sel embrional ( Embrionic Cell Rest )
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai
morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan
embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya.
Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan
kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah
dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada
sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui
bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini
berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan

2.5 Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada tumor
otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan oleh tumor dan
kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompesi
invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari
ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila tekanan
intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang timbul
bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa
dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
2.6 Manifestasi Klinis
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit
memberi argumentasi / menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
2. Kortek presentalis posterior
Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3. Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah.
4. Lobus oksipital
Kejang, gangguan penglihatan.
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.
6. Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan.
7. Cerebulum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas sendi.
Tanda dan gejala umum :
1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin tambah bila batuk, dan membungkuk.
2. Kejang
3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan
fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
4. Perubahan kepribadian
5. Gangguan memori
6. Gangguan alam perasa
Trias klasik :
1. Nyeri kepala
2. Papil oedema
3. Muntah
2.7 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat kita temukan pada pasien yang menderita tumor otak ialah :
a. Gangguan fisik neurologist
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual
2.8 Pemeriksaan Penunjang
a. Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan
cisterna.
b. CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
c. Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan
klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
d. Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
e. Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
f. Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif.
Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak yang menyebabkan akumulasi abnormal
zat radioaktif.
2.9 Penatalaksanaan
a. Pembedahan.
Craniotomi
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping :
lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
2.10 Prognosis
Prognosis untuk pasien dengan tumor intra cranial tergantung pada diagnosa awal dan
penanganannya, sebab pertumbuhan tumor akan menekan pada pusat vital dan menyebabkan
kerusakan serta kematian otak. Meskipun setengah dari seluruh tumor adalah jinak, dapat juga
menyebabkan kematian bila menekan pusat vital.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus
Seorang laki-laki usia 55 tahun datang ke RS karena penurunan kesadaran sejak 1 hari
sebelumnya. Penurunan kesadaran disertai dengan kejang pada seluruh tubuh setelah mengedan.
Sisi tubuh sebelah kiri juga lebih lemah dari kanan dan bicara menjadi pelo. Sejak 3 bulan
sebelumnya pasien sudah sering sakit kepala. Pasien adalah seorang perokok berat.
Pada pemeriksaan fisik saat masuk didapatkan GCS: E2M5V2=9, pupil bulat isokor, refleks
cahaya langsung dan tak langsung baik. Didapatkan paresis N. fasialis dan Hipoglosus dextra
sentral dan hemiparesis dextra. Reflek fisiologis meningkat untuk keempat ekstremitas,
sedangkan tanda babinski didapatkan pada sisi kanan. Satu hari perawatan kesadaran pasien
mulai membaik.
Pemeriksaan CT Scan kepala didapatkan lesi multipel isodens inhomogen dengan edema
disekitarnya pada lobus frontasli kanan dan kiri disertai dengan herniasi subfalcin. Kesan suatu
lesi metastasis. Hasil pemeriksaan MRI kepala, lesi multipel lobus parietal kanan dan kiri serta
frontal kiri, kesan: lesi metastasis. Pada CT Thoraks ditemukan massa di paru kanan maligna
dengan pembesaran KGB mediastinum. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan sitologi sputum
diperoleh hasil sel atipik mencurigakan keganasan. Sedangkan hasil sitologi cairan bronkus: non
small cell carcinoma condong kepada adenocarcinoma berdeferensiasi buruk.
Selanjutnya dilakukan kemoterapi menggunakan Doxcetaxel 120 mg dan Cisplatin 120 mg
sebanyak 5 siklus dikombinasi dengan whole brain radioterapi.
Pasca kemoterapi dilakukan MRI ulang, didapatkan hasil lesi metastasis di frontal menjadi lebih
kecil, di parietal lebih samar dan perifokal edema menghilang.

3.2 Pengkajian
a. Identitas :
b. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien tidak sadar selama 1 hari, salah satu ekstremitas
menjadi lemah, bicaranya menjadi pelo.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien sering merasa pusing dalam 3 bulan terakhir,
pasien suka merokok.
d. Pemeriksaan Fisik :
1. Breathing :-
2. Bleeding :-
3. Brain : terdapat lesi multiple, terdapat edema disekitar lobus frontalis kanan dan kiri
disertai dengan herniasi subfalcin, penurunan kesadaran.
4. Bowel :-
5. Bladder :-
6. Bone : adanya reflek babinsky pada ekstremitas kanan.

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
makanan.
c. Deprivasi tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik.
d. Ansietas berhubungan kurangnya pengetahuan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
g. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kesulitan bicara.
h. Harga diri rendah berhubungan dengan kesulitan bicara.
3.4 Intervensi
No.Dx Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Mengurangi nyeri Setelah diberikan Mandiri
intervensi 1. Monitoring TTV pasien 1.
selama Nyeri mempengaruhi
....x24 jam 2.
maka Minta pasien untuk perubahan TTV
pasien : menilai nyeri/
2. Skala menetukan
1. Menunjukkan tehnik ketidaknyamanan pada dosis pemberian
relaksasi secara skala 0-10. analgesik
individual yang efektif
3. Pemberian analgesik 3. Penatalaksanaan
untuk mencapai medis dilakukan jika
kenyamanan. non medis gagal.
2. Mengenali faktor Pendidikan pasien dan Pendidikan
penyebab dan keluarga
menggunakan tindakan1. Instruksikan pasien untuk
1. Perawat dapat
untuk mencegah nyeri. menginformasikan kepada memberikan
perawat jika pengurangan penatalaksanaan yang
nyeri tidak dapat dicapai. lebih tepat atau
2. Berikan informasi tentang dengan modifikasi
nyeri. pengobatan
Ajarkan menggunakan
2. Pasien lebih rileks
tehnik non farmakologi. dan mengurangi
Kolaborasi antisietas.
1. laporkan kepada dokter
jika tindakan tidak berhasil
atau jika keluhan saat ini Kolaborasi
merupakan perubahan Penatalaksanaan yang
yaang tidak bermakna dari tepat dibutuhkan
pengalaman nyeri pasien untuk proses
dimasa lalu. penyembuhan pasien.

2. Kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan Mandiri


pasien terpenuhi intervensi 1.
selama Monitoring pemenuhan
1. Nutrisi penting untuk
secara maksimal ....x24 jam pasien nutrisi tubuh. proses penyembuhan
akan : 2. Monitoring porsi makan
2. Jika porsi tidak habis
pasien habis atau tidak cari tahu
penyebabnya dan
modifikasi dengan
ahli gizi
Pendidikan
Pendidikan pasien dan
keluarga 1. Motivasi pasien
1. Beritahu pasien dan untuk pemulihan
keluarga 2.
tentang Pasien gastritis
pentingnya nutrisi untuk sangat rentan dengan
proses penyembuhan. makanan pedas dan
2. Beritahu pasien dan asam.
keluarga diet yang baik.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Diskusikan dengan ahli
1. Penggunaan metode
gizi tentang diet pada diet tiap pasien
pasien dengan gastritis berbeda, perlu
2. Diskusikan dengan kolaborasi dengan
dokter tentag ahli gizi
penalaksanaan 2.
yang Penatalaksanaan
tepat yang tepat
memberikan respon
pemulihan yang cepat
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUMOR INTRA KRANIAL
APLIKASI NANDA, NOC, NIC

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

A. Definisi/ Pengertian
Adalah pertumbuhan abnormal dari jaringan yang terjadi di intra cranial. Kejadiannya adalah 6
kasus dari 100.000 penduduk tiap tahun. Satu dari 12 kasus yang ada terjadi pada anak-anak di
bawah usia 15 tahun.
Kasus pada orang dewasa, jenis yang paling sering dijumpai adalah glioma, metastase dan
meningioma. Pada orang dewasa, 80 85 % kasus terjadi pada area supratentorial (hemisfer
otak) dan 15-20 % terjadi pada area infratentorial (batang otak dan cerebellum).
Pada kasus anak-anak jenis yang dominan adalah medulloblastoma dan cerebellar astrocytoma.
Pada anak-anak, 40 % kasus terjadi pada area supratentorial dan 60 % kasus terjadi pada area
infratentorial.
B. Etiologi
Diantara penyebab terjadinya tumor intracranial adalah sebagai berikut:
1. Faktor genetik
Sejak lama peran dari faktor genetik terhadap timbulnya tumor pada tubuh seseorang diakui
sebagai penyebab utama. Namun demikian terjadiya transformasi pertumbuhan dari sel normal
ke sel maligna saat ini juga diakui menimbulkan resiko tinggi terjadinya tumor.
2. Faktor Irradiasi Kranial
Terapi irradiasi pada kepala yang berlangsung dalam waktu yang lama seperti untuk terapi pada
kasus Tinea Kapitis menunjukkan peningkatan resiko tejadinya tumor Benigna dan Maligna
semisal Asrocytoma dan Meningioma.
3. Faktor Immunosupresi
Meningkatkan resiko terjadinya tumor Lymphoreticular.
C. Patofisiologi, Manifestasi Klinis dan Komplikasi
Lihat lampiran
D. Penatalaksanaan
1. Terapi Steroid
Terapi ini untuk mengurangi udema intra cranial dan bukan untuk mencegah pertumbuhan
tumor. Obat yang dipakai adalah Deksametason injeksi dan atau tablet.
2. Tindakan operasi
Diantaranya adalah Craniotiomy, Pengeboran lubang pada tulang kepala, Rute transphenoidal,
Rute transoral dan Caraniectomy.
3. Radiotheraphy
4. Chemotheraphy
E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji :
1).Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama ( adanya keluhan nyeri kepala, vomitus, diikuti kurang penglihatan atau
pendengaran ).
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah
diderita oleh pasien).
d. Riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak)
2). Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. Pemeriksaan Persistem
b.1. Sistem persepsi dan sensori
(pemeriksaan 5 indera : penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa. Adanya
gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, kekehilangan sensasi)
b.2. Sistem persarafan
(bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat. Adanya
aphasia, adanya dysphasia.)
b.3. Sistem pernafasan
( Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas. Adanya perubahan irama
pernafasan/irreguler, adanya Dyspnea, adanya henti nafas )
b.4. Sistem kardiovaskuler
( Nilai tekanan darah, nadi dan irama, kualitas dan frekuensi )
b.5. Sistem gastrointestinal
( Nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, peristaltik, eliminasi )
b.6.Sistem integumen
( Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien )
b.7. Sistem reproduksi
b.8. Sistem perkemihan
( Nilai frekuensi BAK, volume BAK )
3). Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola aktifitas dan latihan
( Adanya kelemahan atau kelumpuhan pada ekstrimitas ).
c. Pola nutrisi dan metabolisme
( Pada pasien dengan tumor intrakranial terkadang mengalami mual dan muntah, nafsu makan
menurun ).
d. Pola eliminasi
( Adanya keluhan inkontinensia urine/feses ).
e. Pola tidur dan istirahat.
(Sulit tidur atau kurang tidur karena ketidaknyamanan yang berlangsung lama).
f. Pola kognitif dan perceptual.
(Adanya perubahan kepribadian: Depersonalisasi, Automatisme, Anti social, dll).
g. Persepsi diri / Konsep diri.
h. Pola toleransi dan koping stress
i. Pola seksual reproduksi
j. Pola hubungan dan peran
k. Pola nilai dan keyakinan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Kurang tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang lama
c. Nausea berhubungan dengan tumor otak primer atau sekunder
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak mampu
memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologi
e. Gangguan persepsi sensori: visual, auditory berhubungan dengan perubahan sensasi persepsi
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan atau kelumpuhan anggota
gerak
g. Kurang perawatan diri berpakaian berhubungan dengan kelemahan fisik
h. Kurang perawatan diri mandi berhubungan dengan kelemahan fisik
i. Kurang perawatan diri makan-minum berhubungan dengan kelemahan fisik
j. Kurang perawatan diri toileting berhubungan dengan kelemahan fisik
k. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromusuculer
l. Perfusi jaringan tidak efektif : cerebral berhubungan dengan aliran arteri terhambat
m. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan tumor otak
n. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis
o. Inkontinensia urine total berhubungan dengan disfungsi neurologis
p. Inkontinensia usus berhubungan dengan kehilangan kontrol spincter rectal
q. Resiko aspirasi, faktor resiko: penurunan tingkat kesadaran
r. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh, faktor resiko: tumor yang mempengaruhi pengaturan
suhu tubuh
s. Resiko infeksi, faktor resiko: immunosupresi
t. Resiko kerusakan integritas kulit, faktor resiko: immobilisasi, perubahan sensasi
u. Resiko jatuh, faktor resiko: sulit pendengaran, sulit penglihatan
v. Resiko Resiko cedera, faktor resiko disfungsi sensori
w. Resiko trauma, faktor resiko: penglihatan buruk, sulit dalam keseimbangan
x. Resiko kekerasan terhadap orang lain, faktor resiko: kerusakan neurologis

3. Rencana Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
NO
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen NOC label:
cedera: fisik Kontrol nyeri (1605)
Batasan karakteristik: Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
Melaporkan nyeri secara keperawatan selama x 24 jam
verbal atau non verbal pasien dapat melakukan kontrol nyeri Tindakan Keperawatan
Gangguan tidur Indikator: 1. Programkan analgetik pada pasien
Posisi untuk mengurangi 1. Pasien mengetahui penyebab nyeri (2210)
nyeri (160501) a. Tentukan lokasi, karakteristik,
Respon otonom (nadi, 2. Pasien mengetahui waktu timbulnya kualitas nyeri sebelum pemberian
tensi, napas, dilatasi pupil) nyeri (160502) obat pada pasien
Tingkah laku ekspresif 3. Pasien mengenal gejala timbulnyab. Cek jenis obat, dosis, dan frekuensi
(merintih, memegang nyeri (160509) pemberian
kepala, mengeluh) 4. Pasien menggunakan analgetik jika
c. Cek adanya riwayat alergi pada
diperlukan (160505) pasien
d. Evaluasi kemampuan pasien untuk
menggunakan rute analgesic (oral,
IM, IV, suppositoria)
e. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik jenis
narkotik
f. Evaluasi efektifitas dan efek samping
yang ditimbulkan akibat pemakaian
analgetik.
g. Kolaborasi dengan dokter jika ada
perubahan advis dalam pemakaian
analgetik
2. Ajarkan teknik Distraksi (5900)
a. Tentukan jenis distraksi yang sesuai
dengan pasien (musik, televisi,
membaca, dll)
b. Ajarkan teknik buka-tutup mata
dengan focus pada satu obyek, jika
memungkinkan
c. Ajarkan teknik irama (ketukan jari,
bernafas teratur) jika memungkinkan
d. Evaluasi dan catat teknik yang efektif
untuk menurunkan nyeri pasien
3. Berikan terapi oksigenasi sesuai
kebutuhan
4. Atur posisi yang nyaman untuk
pasien

2. Kerusakan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan


berhubungan dengan kelemahan keperawatan selama ... x 24 jam1. Ajarkan pasien untuk latihan rentang
atau kelumpuhan anggota gerak. diharapkan pasien gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang
Batasan karakteristik: Tidak terjadi kontraktur otot dan sehat
Kelumpuhan anggota gerak footdrop 2. Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
(parese/plegi) sehingga Pasien berpartisipasi dalam program ekstrimitas yang parese/plegi dalam
menyebabkan : latihan toleransi nyeri
- Ketidakmampuan mem balikkan Pasien mencapai keseimbang-an saat3. Topang ekstrimitas dengan bantal
badan, bergerak dari supinasi ke duduk untuk mencegah atau mangurangi
duduk/sebaliknya, berubah posisi Pasien mampu menggunakan sisi bengkak
pronasi ke supinasi/sebaliknya, tubuh yang tidak sakit untuk4. Ajarkan ambulasi sesuai dengan
bergerak dari supinasi ke duduk lama kompensasi hilangnya fungsi pada tahapan dan kemampuan pasien
/ sebaliknya, berjalan kaki diseret, sisi yang parese/plegi 5. Motivasi klien untuk melakukan
berjalan goyang latihan sendi seperti yang disarankan
6. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien latihan sendi
3. Kurang perawatan diri: makan, Setelah dilakukan tindakan
mandi, berpakaian, toileting keperawatan selama ... x 24 jam1. Kaji kamampuan pasien untuk
berhubungan dengan kelemahan diharapkan kebutuhan mandiri pasien perawatan diri
fisik. terpenuhi 2. Pantau kebutuhan pasien untuk alat-
Batasan karakteristik: Pasien dapat makan dengan bantuan alat bantu dalam makan, mandi,
Kelumpuhan wajah atau anggota orang lain/ mandiri berpakaian dan toileting
badan sehingga menyebabkan : Pasien dapat mandi dengan bantuan3. Berikan bantuan pada pasien hingga
-Ketidakmampuan dalam menelan, orang lain pasien sepenuhnya bisa mandiri
menyuap, memegang alat makan, Paien dapat memakai pakaian dengan4. Berikan dukungan pada pasien untuk
mengunyah bantuan orang laian/mandiri menunjukkan aktivitas normal sesuai
-Ketidakmampuan dalam membasuh Pasien dapat toileting dengan bantuan kemampuannya
badan, mengeringkan, keluar masuk alat 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan
kamar mandi kebutuhan perawatan diri pasien
-Ketidakmampuan pergi ke kamar
mandi, menggunakan pispot

4. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik: Setelah dilakukan tindakan Lakukan monitorang neurologis
cerebral) berhubungan dengan aliran keperawatan selama ..... x 24 jam1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
darah arteri terhambat diharapkan dan bentuk ppupil
Batasan karakteristik: Tanda-tanda vital stabil 2. Monitor tingkat kesadaran pasien
Abnormalitas berbicara 3. Monitir tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
perubahan status mental
muntah
perubahan respon motorik 5. Monitor respon pasien terhadap
Afasia atau Disartria pengobatan
Kelumpuhan wajah atau anggota 6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
badan 7. Observasi kondisi fisik pasien
Perubahan perilaku
Berikan terapi oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, canul oksigen
dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada pasien
tentang pentingnya pemberian
oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor respon pasien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan pasien untuk tetap
memakai oksigen selama aktifitas
dan tidur
5. Kerusakan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan1. Libatkan keluarga untuk membantu
berhubungan dengan tumor otak keperawatan selama ... x 24 jam memahami/ memahamkan informasi
Batasan karakteristik: diharapkan pasien dari/ ke pasien
Afasia ( Bicara tidak lancar, Mampu untuk berkomunikasi secara
2. Dengarkan setiap ucapan pasien
kurangnya ucapan, kesulitan verbal dengan penuh perhatian
memahami ucapan,dll) Mampu untuk berkomunikasi secara
3. Gunakan kata-kata sederhana dan
aktif (ekspresif) pendek dalam komunikasi dengan
Disartria (bicara pelo atau cadel)
mampu berkomunikasi secara pasif pasien
(menerima) 4. Dorong pasien untuk mengulang
kata-kata
5. Berikan arahan/perintah yang
sederhana setiap interaksi dengan
pasien
6. Programkan speech-language
teraphy
7. Lakukan speech-language teraphy
setiap interaksi dengan pasien
6. Inkontinensia usus berhubungan NOC label:
dengan kehilangan control spincter Eliminasi usus (0501)
rectal. Tujuan:
Batasan Karakteristik: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama .. x 24 jam
Tetesan konstan dari saluran gantrointestinal pasien Tindakan keperawatan:
massa lunak mampu membentuk massa feses dan 1. Manajemen Usus
Bau feses mengevakuasi secara efektif
Ketidakmampuan menunda Indikator:
defekasi 1. Mampu mengontrol b.a.b. (050102) a. Catat tanggal terakhir
2. Tidak terjadi diare (050111) pasien b.a.b
Laporan : ketidakmampuan
merasakan rectal penuh b. Monitor b.a.b pasien
Kotoran feses dari celana (frekuensi, konsistensi,
atau tempat tidur volume, warna)
c. Monitor suara usus
d. Catat adanya peningkatan
frekuensi bising usus
e. Monitor terhadap tanda dan
gejala diare
f. Evaluasi terhadap
incontinensia
g. Ajarkan pasien tentang
makanan yang dianjurkan
h. Evaluasi jenis obat yang
menimbulkan efek samping
pada fungsi gastrointestinal

2. Bowel Training

a. Rencanakan program
latihan dengan pasien
b. Konsul dengan dokter
dalam pemakaian
suppositoria/laksatif
c. Ajarkan pasien dan
keluarga prinsip-prinsip
bowel training
d. Anjurkan pasien tentang
jemis makanan yang harus
diperbanyak
e. Berikan diit yang cukup
sesuai jenis yang
diperlukan
f. Pertahankan intake cairan
yang adekuat
g. Pertahankan latihan fisik
yang cukup
h. Jaga posisi pasien
i. Evaluasi status bowel
secara teratur
j. Modifikasi program usus
jika diperlukan

7. Resiko kerusakan integritas kulit NOC label:


(faktor resiko: immobilisasi, Perfusi jaringan : perifer (0407)
perubahan sensasi) Tujuan:
Batasan karakteristik: - Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama x 24 jam
perfusi jaringan perifer pasien Tindakan Keperawatan:
adekuat 1. Circulatory Care:
Indikator:
1. Pengisian kapiler perifer adekuat a. Kaji secara komprehensif
(040701) sirkulasi perifer (cek pulsasi
2. Pulsasi perifer distal kuat (040702) perifer, adanya udema,
3. Pulsasi proximal perifer kuat pengisian kapiler, warna
(040703) kulit dan suhu ekstrimitas)
4. Tingkat sensasi normal (040706) b. Amati kulit dari munculnya
5. Warna kulit normal (040707) perlukaan atau memar
6. Fungsi otot-otot intack (040708) akibat tekanan
7. Kulit intack (040709) c. Kaji adanya
8. Suhu ekstrimitas hangat (040710) ketidaknyamanan datau
9. Udema perifer tidak terjadi (040712) nyeri local
10. Nyeri local ekstrimitas tidak terjadi
d. Rendahkan ekstrimitas
(040714)
untuk meningkatkan
sirkulasi arteri, jika tidak
ada kontra indikasi
e. Pasang stocking anti
emboli, dilakukan
perubahan 15-20 menit
setiap 8 jam
f. Naikkan anggota badan 20
derajat di atas level jantung
untuk meningkatkan aliran
balik vena jika tidak ada
kontra indikasi
g. Rubah posisi pasien
minimal tiap 2 jam jika tidak
ada kontra indikasi
h. Gunakan matras/bed
terapetik jika tersedia
i. Lakukan aktif/pasif ROM
selama bedrest
j. Lakukan latihan pada
pasien sesuai dengan
kemampuan
k. Anjurkan pasien untuk
pencegahan vena stasis
(tidak menyilangkan lengan,
meninggikan kaki tanpa
menyangga lutut, dan
latihan
l. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk membuat
naiknya viskositas darah
m. Monitor status cairan tubuh
(intake-output)

2. Lakukan perawatan kaki


3. Berikan terapi oksigen
4. Atur posisi pasien yang
menguntungkan
5. Lakukan perawatan kulit dan masase
6. Monitor vital sign

Hari Rabu, Februari 29, 2012

You might also like